MATERI PEMBAHASAN
Dosen Pengajar
Oleh,
Eko Puspitasari
NIM.191102011
FAKULTAS KESEHATAN
1
KATA PENGANTAR
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
menentukan bagi perempuan, akan menjadi ibu rumah tangga,
sebagai istri, sebagai orang yang dlindungi, orang yang lemah,
irasional, dan emosional.
Meskipun di hampir setiap budaya, ibu adalah sebuah peran yang
sangat dihormati. Perhatian akan kesehatan perempuan kurang. Masih
ada kebiasaan tradisional yang merugikan kesehatan perempuan
secara umum, maupun kesehatan reproduksinya. Ketidaksetaraan
dalam aspek pendidikan, pekerjaan, pengambilan kepusan, dan
sumber daya merupakan pelanggaran pasal 48, 49, ayat 1 (1 dab 2)
UU No.39/1999 tentang hak Asasi Manusia.
Pada masa sekarang ini tanggung jawab kesehatan reproduksi
wanita bukan saja berada pada isteri, namun melibatkan peran suami.
Banyak kendala yang dihadapi baik faktor sosial maupun budaya,
terutama yang berkaitan dengan kehidupan jender. Prespektif baru
dalam kesehatan reproduksi adalah keikutsertaan pria atau suami
dalam kesehatan reproduksi wanita. Selain itu sejalan dengan
perubahan sosial budaya membawa perubahan orientasi peran suami
dan istri. Olek karena masalah kesehatan reprokdusi perempuan
sudah merupakan tanggung jawab bersama anta suami dan istri maka
sangat diperlukan pemahaman dan pengaruh yang seimbang antara
suami dan istri untuk dapat membantu secara optimal melalui
komunikasi dan layanan suami istri.
4
1.3 Tujuan
5
BAB II
KAJIAN TEORI
6
tindakan yang diharapkan sebagai perempuan dan laki-laki yang dibentuk
masyarakat, bukan karena perbedaan biologis. Peran gender dibentuk
secara sosial, institusi sosial memainkan peranan penting dalam
pembentukan peran gender dan hubungan.
Beberapa status dan peran yang dicap cocok atau pantas oleh
masyarakat untuk pria dan wanita sebagai berikut :
Perempuan:
7
Pria:
8
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran
kodrati bersifat statis, sedangkan peran gender bersifat dinamis.
Hal ini dapat dicontohkan sebagai berikut.
Peran Kodrati
Wanita:
1. Menstruasi
2. Mengandung
3. Melahirkan
4. Menyusui dengan air susu ibu
5. Menopause
Pria:
1. Mencari nafkah
2. Memasak
3. Mengasuh anak
4. Mencuci pakaian dan alat-alat rumah tangga
5. Tolong-menolong antar tetangga dan gotong-royong dalam
menyelesaikan pekerjaan milik bersama.
6. Dan lain-lain
9
Seks adalah karalteristik genetik / fisiologis atau bologis
seseorang yang menunjukan apakah dia seorang perempuan
atau laki – laki ( WHO , 1998 )
10
Menurut Badan pemberdayaan Masyarakat, Perbedaan antara
Gender dan Jenis Kelamin
11
b. Setiap masyarakat mengharapkan wanita dan pria untuk berpikir
berperasaan dan bertindak dengan pola pola tertentu dengan alasan
hanya karena mereka ingin dilahirkan sebagai wanita/pria. Contohnya,
wanita diharapkan untuk menyiapkan masakan, membawa kayu bakar,
merawat anak anak dan suami. Sedangkan pria bertugas memberikan
kesejahteraan bagi keluarga dimasa tua serta melindungi keluarga dari
ancaman.
d. Kegiatan lain tidak sama dari suatu daerah ke daerah lain dari
seluruh dunia, tergantung pada kebiasaan, hukum dan agama yang dianut
oleh masyarakat tersebut.
f. Peran gender diajarkan secara turun menurun dari orang tua anak
nya. Sejak anak usia muda, orang tua telah memberlakukan anak
perempuan dan laki laki berbeda, meskipun kadang tanpa mereka sadari.
12
2.8 Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Gender
a. Marginalisasi ( Peminggiran )
b. Subordinasi ( Penomorduaan ).
d. Violence ( Kekerasan )
Tugas dan tanggung jawab perempuan yang berat dan terus menerus
Misalnya, seorang perempuan selain melayani suami ( seks ), hamil,
melahirkan, menyusui, juga harus menjaga rumah. Disamping itu, kadang
13
ia juga ikut mencari nafkah (di rumah), dimana hal tersebut tidak berarti
menghilangkan tugas dan tanggung jawab diatas.
BAB III
PEMBAHASAN
14
3.1. Isu Gender Dalam Kesehatan Reproduksi
15
Sebagian besar kematian ibu disebabkan oleh faktor
kesehatan, antara lain:
1. Perdarahan saat melahirkan
2. Eklamsia
3. Infeksi
4. Persalinan macet
5. Keguguran
16
f. Sementara itu tahun 2008, kasus gizi buruk mencapai
0,94% dan 2.254 bersetatus kurang gizi. Dari total
tersebut, 56,39% berasal dari keluarga miskin, 29,50%
karena penyakit peserta dan 12,82% karena pola asuh
orang tua yang salah. Oleh karena itu, untuk menekan
tingginya angka kematian ibu hamil dan balita akibat gizi
buruk, diperlukan langkah optimal dari berbagai pihak.
g. Khusus masalah aborsi, walaupun pemerintah telah
melarang tapi pada kenyataannya masih banyak aborsi
yang dilakukan secara ilegal dan secara diam- diam dan
tidak aman misalnya dengan menggunakan jamu-
jamuan, pijat, nanas dan lain lain. Hal ini akan
berpengaruh dan berakibat pada kesehatan ibu.
h. Menurut suvei dari Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2004 tentang aborsi atau pengguguran
kandungan, tingkat aborsi di Indonesia sekitar 2 sampai
2,6 juta kasus pertahun.
Dari berbagai jenis PMS yang dikenal, dampak yang sangat berat
dirasakan oleh perempuan, yaitu berupa rasa sakit yang hebat pada
kemaluan, panggul dan vagina, sampai pada komplikasi dengan akibat
kemandulan, kehamilan, diluar kandungan serta kangker mulut rahim.
17
Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan yang telah
menikah dan ingin punya anak tetapi tidak dapat mewujudkannya
karena ada masalah kesehatan teproduksi, baik pada suami
maupun istri atau keduanya. Inforamasi menunjukan penyebab
infertilitas adalah 40% pria, 40 % wanita dan 20 % kedua belah
pihak.
Dalam kasus infertilitas, istri menjadi pihak pertama yang
disalahkan, ada kecenderungan orang yang diminta oleh keluarga
untuk memeriksakan diri adalah istri.
Faktor kesenjangan Genjer dalam infertilitas :
a. Norma dalam masyarakat bahwa ketidak suburan disebabkan
oleh pihak istri.
b. Superioritas suami ( merasa “ jantan “ ) sehingga dianggap
selalu mampu memberikan keturunan
c. Infertilitas diidentik dengan mandul.
d. Dominasi suami / pria ( budaya kuasa ) dalam pemgambilan
kepusan keluarga, termasuk perintah, memeriksakan diri.
e. Pengetahuan suami tentang infertilitas terbatas
Sering kali pihak suami / pria yang mengalami infertilitas, yang
disebabkan oleh prilaku sendiri antara lain.
a. Merokok
b. Pengunaan Napsa
c. Minum- minuman keras dan beraakohol
d. Adanya peryakit yang disebabkan karena sering melakukan
hubungan sex sebelum menikah.
18
Banyak orang dewasa dan tokoh pemuda tidak siap remaja
menghadapi masa pubertas, akibatnya remaja tidak memiliki cukup
pengetahuan dan ketrampilan untuk menghadapi perubahan, gejolak dan
maslah yang sering timbul pada masa remaja. Hal ini dapat menyebabkan
remaja sering terjebak masalah fisik, pesikologis dan emosional yang
kadang kadang sering merugikan serti stress, depresi, KTD , penyakit dan
infeksi yang menular sexsual.
19
c. Melindungi anak dan remaja dari berbagai resiko kesehatan
reproduksi seprti IMS, HIV AIDS serta kehamilan tidak diinginkan
( KDT )
Sedangkan sumber masalah kesehatan reproduksi pada remaja
adalah :
a. Seks dengan sembarangan orang
b. Seks tanpa alat pengaman ( Kondom )
c. Melakukan hubungan seksual saat perempuan sedang haid.
d. Seks tidak normal, misalkan seks anal ( melalui dubur ).
e. Oral seks dengan penderita gonore, menyebabkan laringitis gonore
( gonore pada kerongkongan ).
f. Seks pada usia terlalu muda, bisa menyebabkan kangker serviks.
g. Prilaku hidup tidak sehat dapat mendatangkan peryakit ( tekanan
darah tinggi, jantung koroner, diabetes melitus ) yang dapat
memicu disfungsi ereksi ( DE ).
h. Kehidupan seks menimbulkan trauma psikologis juga faktor pemicu
DE .
Lembar fakta yang ditertibkan oleh PKBI, united Nations population
fund ( UNFPA ) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional ( BKKBN ) menyebutkan bahwa setiap tahun terdapat
sekitar 15 juta remaja berusia 15 – 19 tahun melahirkan, setiap
tahun, masih menurut lembar fakta tersebut, sekitar 2,3 juta kasus
aborsi juga terjadi di indonesia dan 30 persennya dilakukan oleh
remaja.
20
reproduksi dan masa senium dan bagian dari masa klimakterium
terjadi masa menopause. Menpause adalah salah satu fase dalam
kehidupan normal seorang wanita. Masa menpause ditandai oleh
berhentinya kapasitas reproduksi seorang wanita. Ovarium tidak
berfungsi dan produksi hormon steroid serta peptida berangsur –
angsur hilang. Sementara itu, sejumlah perubahan fisiologipun
terjadi. Hal ini terjadi sebagian lagi disebabkan oleh berhentinya
fungsi ovarium dan sebagian lagi disebabkan oleh proses penuaan.
Banyak wanita mengalami gejala – gejala akibat perubahan
tersebut dan biasanya mengilang perlahan dan tidak menyebabkan
kematian. Namun tak jarang menimbulkan rasa tidak nyaman dan
perlahan menyebabkan gangguan dalam aktifitas sehari – hari .
sedang masa senium adalah masa sesudah masa mepause, ketika
telah tercapai keseimbangan baru dalam kehidupan wanita,
sehingga tidak ada lagi gangguan vegetatif maupun pesikis.
21
reproduksinya , oleh karena itu terjadi perubahan secara fisik
maupun psikisnya seperti incontinentia urine, berkurangnya
penglihatan dan pendengaran, patah tulang, depresi, palpitasi, sakit
kepala dan lain sebagainya. Namun masih banyak hal yang
memprihantinkan pada wanita menopause, fakta menunjukan
makin bertambahnya jumlah penduduk, makin maju suatau negara,
makin terisolir penduduk usia tua termasuk menopause, apalagi
harapan hidup wanita relatif lebih tinggi dibanding dengan laki –
laki, selain itu konsep budaya yang berkembang di indonesia
adalah seorang wanita adalah istri yang harus melayani kehidupan
sesual suami, sehingga dalam bagaimanapun serta adannya serta
adanya rasa bahwa layanan suami istri adalah suatu kewajiban
yang harus dilakukan dengan menekan rasa sakit dan tanpa
meperhatikan kesehatan reproduksinya.
22
reproduksi yang dihadapi perempuan. Akibatnya mereka kehilang
kendali terhadap kesehatan, tubuh dan fertilitasnya.
b. Perempuan lebih rentan dalam mengadapi resiko kesehatan
reproduksi serti kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak aman dan
pemakean alat kontrasepsi. Karena struktur alat reproduksinya
permpuan rentan secara sosial maupun secara biologis terhadap
penularan IMS termasuk STD / HIV / AIDS.
c. Masalah reproduksi tidak terpisahkan dari hubungan laki – laki dan
perempuan. Namun keterlibatan, motivasi serta partisipasi laki –
laki dalam kesehatan reproduksi dewasa ini masih sangat kurang.
d. Laki – laki mempunyai masalah kesehatan reproduksi,
khususnyayang berkaitan dengan IMS, termasuk HIV / AIDS.
Karena itu dalam menyusun strategi untuk memperbaiki kesehatan
reproduksi harus diperhitungkan pula kebutuhan, keperdulian dan
tanggung jawab laki – laki .
e. Perempuan rentan terhadap kekerasan rumah tangga ( kekerasan
domestik ) atau perlakuan kasar, yang pada dasarnya bersumber
pada subordinasi perempuan terhadap laki – laki atau hubungan
gender yang tidak setara.
f. Kesehatan reproduksi lebih banyak dikaitkan “ urusan perempuan
“, seperti bila menyebutkan akseptor KB, aborsi pemeriksaan
kehamilan, kemandulan dan kematian ibu. Urusan tersebut
memang dekat sekali dengan perempuan, baik dalam target
sasaran maupun prilaku. Kesuksesan program KB selama ini
berasal dari partisipasi perempuan yang mencapai 98%. Kematian
karena aborsi meliputi sekitar 15% kematian ibu. Angka kematiaan
ibu mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup SDKI, 2007 ).
Semua urusan dikaitkan dengan perempuan karena taget dan
korbannya adalah perempuan.
23
3.3. Kebijakan Kesehatan dalam Kesenjangan Gender
24
demikian perempuan dapat mententukan alat kontrasepsi mana
yang terbaik untuk dirinya.
f. Penyuluan tentang HIV/ AIDS dan PMS ( penyakit menular
seksual ) kepada perempuan.
g. Pendidikan seks pada remaja perempuan dan laki – laki.
25
BAB V
PENUTUP
.4.1. Kesimpulan
26
salah satu jenis kelamin ( laki-laki atau perempuan ) menjadi
korban. Bentuk – bnetuk ketidakadilan gender antara lain ;
marginalisasi, subordinasi, steretipe, kekerasan dan beban kerja
berlebihan.
4.2. Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
28
29