Anda di halaman 1dari 42

Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan

Standardisasi, Industri Hijau dan Jasa Industri

Oleh Sekretaris BPPI

Disampaikan Pada Bimbingan Teknis Aparatur Industri


Making
Indonesia
4.0

Outline

I Profil BPPI
II Industri Hijau

II Standardisasi Industri
III Jasa Industri

2
I. STANDARDISASI INDUSTRI

3
LANDASAN HUKUM STANDARDISASI INDUSTRI

• UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian


• UU No. 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
• UU No. 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World
Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan
Dunia)
• UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
• PP No. 2 Tahun 2017 tentang Sarana dan Prasarana Industri
• PP No. 34 Tahun 2018 tentang Sistem Standardisasi dan Penilaian
Kesesuaian Nasional
• Permenperin No. 86/M-IND/PER/9/2009 tentang Standar Nasional Indonesia
Bidang Industri

4
DEFINISI

• Standardisasi adalah proses merencanakan, merumuskan, menetapkan,


menerapkan, memberlakukan, memelihara, dan mengawasi Standar yang
dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama dengan semua Pemangku
Kepentingan.
• Standar adalah persyaratan teknis atau sesuatu yang dibakukan, termasuk
tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua
pihak/Pemerintah/keputusan internasional yang terkait dengan
memperhatikan syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup,
perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi, pengalaman, serta
perkembangan masa kini dan masa depan untuk memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya.
• Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah Standar yang ditetapkan oleh BSN
dan berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
• SNI dapat diterapkan oleh pelaku usaha dengan pertimbangan untuk
meningkatkan daya saing produknya atau promosi.

5
LATAR BELAKANG

Latar belakang pelaksanaan Standardisasi Industri adalah dalam rangka:

• meningkatkan jaminan mutu, efisiensi produksi, daya saing nasional,


mewujudkan persaingan usaha yang sehat dan transparan dalam
perdagangan, kepastian usaha dan kemampuan Pelaku Usaha, serta memacu
kemampuan inovasi teknologi;
• meningkatkan perlindungan kepada Konsumen, Pelaku Usaha, tenaga kerja,
masyarakat, dan negara dari aspek keamanan, kesehatan, keselamatan,
pelestarian fungsi lingkungan hidup; dan
• meningkatkan kepastian, kelancaran, dan efisiensi transaksi perdagangan di
dalam negeri dan internasional.

6
TUJUAN STANDARDISASI INDUSTRI

• Menjaga keselamatan, keamanan, kesehatan dan fungsi pelestarian


lingkungan hidup.
• Meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja
dan masyarakat lainnya.
• Meningkatkan kompetitif pelaku usaha melalui penerapan standar dan
menciptakan iklim usaha yang kondusif
• Mendorong meningkatnya nilai tambah produk dalam negeri.
• Mendorong kemampuan teknologi produk maupun teknologi manufaktur
industri DN.
• Dapat bersaing di pasar internasional untuk produk DN.
• Pemberlakuan penerapan standar secara wajib bagi produk yang dianggap
dapat secara langsung mempengaruhi faktor keselamatan, keamanan,
kesehatan dan fungsi lingkungan.
7
PROSES PERUMUSAN SNI

Penyusunan Rapat Jajak Penetapan


Perencanaan Rapat Teknis
Konsep Konsensus Pendapat dan Publikasi

Keterangan:
• Kementerian Perindustrian mengkoordinasikan 33 Komite Teknis (KT)
• Jumlah SNI Bidang Industri: 4984 SNI
• Jumlah SNI Sektor Lain: 6960 SNI
8
PROSES PEMBERLAKUAN SNI SECARA WAJIB

Analisa
Analisa kesiapan Analisa kesiapan
manfaat &
produsen lembaga penilaian
resiko
kesesuaian

Tujuan Produsen wajib


Pemberlakuan Penentuan skema memiliki SPPT
sertifikasi Penentuan skema SNI dan
SNI Wajib
pengawasan membubuhkan
tanda SNI

PERATURAN
KONSEP MENTERI TTG
USULAN PENYIAPAN NOTIFIKASI
SNI WAJIB
PERATURAN
MENTERI
NOTIFIKASI KE WTO
PEMBERLAKUAN
SNI WAJIB

Berlaku untuk barang


-DITJEN DITJEN, DITJEN dan atau jasa produksi
BSN
-ASOSIASI PUSTAN & & PUSTAN dalam negeri maupun
INSTANSI impor
TERKAIT
9
PENERAPAN DAN PEMBERLAKUAN SNI

• Pada dasarnya SNI bersifat sukarela, namun dalam rangka menjamin mutu
produk dan meningkatkan daya saing industri, Kementerian Perindustrian
memberlakukan SNI secara wajib.

• Berdasarkan data semester II tahun 2019 terdapat 4984 SNI sektor industri
(113 SNI berlaku Wajib) yang diberlakukan oleh Kementerian Perindustrian.

• Didukung oleh 50 LSPro, 87 Laboratorium Uji sesuai kompetensinya

10
TUJUAN PEMBERLAKUAN SNI SECARA WAJIB

• Memberikan perlindungan bagi konsumen, pelaku usaha, masyarakat dalam


aspek K3L (kesehatan, keselamatan dan keamanan serta kelestarian
lingkungan hidup);

• Melindungi pasar dalam negeri dari produk impor berkualitas rendah;

• Menciptakan persaingan usaha yang sehat, transparan, memacu kemampuan


inovasi, serta meningkatkan kepastian usaha.

11
JUMLAH SNI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

10691
> 5 tahun : 4268
(Nasional)
Umur

< 5 tahun : 716


4984
(Kemenperin)
Wajib : 113
Sifat
Sukarela : 4871

12
PERKEMBANGAN SNI WAJIB BIDANG INDUSTRI

120
113
105 105
102
98 6 Direktorat Jenderal
100
92 Jenderal Industri Logam,
Mesin, Alat Transportasi,
dan Elektronika
78 22
80
73 Direktur Jenderal Industri
Kimia, Farmasi dan Tekstil
62 47
60

45 Direktur Jenderal Industri


43 Agro
38
40
29 29 29
23 24
Direktur Jenderal Industri
20 Kecil Menengah dan
10 11 38 Aneka

13
PENGAWASAN STANDARDISASI INDUSTRI

PENGAWASAN

OBJEK SUBJEK
PENGAWASAN PENGAWASAN

Lembaga Penilaian Pengawas dari


Importir produk
Kesesuaian (LPK) yang Perusahaan industri Produk SNI wajib Pustand
SNI wajib
ditunjuk Menteri yang hasil produksinya
termasuk dalam
ketentuan SNI wajib
Petugas Pengawas
Standar Industri
Laboratorium Uji (PPSI)

Penyidik Pegawai
Negeri Sipil
Lembaga
(PPNS)
Sertifikasi Produk
JUMLAH LPK YANG BERADA DI INDONESIA DAN YANG TELAH
DITUNJUK MENTERI (AKHIR 2019)

PERBANDINGAN LPK DI INDONESIA DAN LPK YANG


TELAH DITUNJUK MENTERI
1278

59 51 87

LSPro Lab Uji


Nasional Ditunjuk Menteri
15
SANKSI
• Sanksi Pidana (UU 3/2014) Pasal 120
1) Setiap Orang yang dengan sengaja memproduksi, mengimpor, dan/atau mengedarkan barang
dan/atau Jasa Industri yang tidak memenuhi SNI, spesifikasi teknis, dan/atau pedoman tata cara
yang diberlakukan secara wajib di bidang Industri, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
2) Setiap Orang yang karena kelalaiannya memproduksi, mengimpor, dan/atau mengedarkan barang
dan/atau Jasa Industri yang tidak memenuhi SNI, spesifikasi teknis, dan/atau pedoman tata cara
yang diberlakukan secara wajib di bidang Industri, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

• Sanksi Administrasi (PP 2/2017 Pasal 69)


a. denda administratif (maksimal Rp 1.000.000.000,-);
b. penutupan sementara;
c. pembekuan IUI; dan/atau
d. pencabutan IUI.

16
Peran Pemerintah Daerah
• Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Sub Urusan Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah Kabupaten/Kota
Standardisasi dan a. Penyelenggaraan, Pelaksanaan perlindungan Pelaksanaan metrologi legal
Perlindungan pengendalian dan evaluasi konsumen, pengujian mutu berupa tera, tera ulang dan
Konsumen perlindungan konsumen, barang, dan pengawasan pengawasan.
standardisasi, dan mutu barang beredar dan/atau
barang, serta pengawasan jasa di seluruh Daerah
barang beredar dan/atau jasa kabupaten/kota.
di seluruh wilayah Republik
Indonesia.
b. Penyelenggaraan,
pengendalian, dan evaluasi
metrologi legal di seluruh
wilayah Republik Indonesia.
c. Penyelenggaraan metrologi
legal dalam rangka
penanganan khusus.
17
Peran Pemerintah Daerah
• Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
Sub Bidang Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah Kabupaten/Kota
Pengawasan Industri 1. Pengawasan terhadap 1. Pengawasan terhadap 1. Pengawasan terhadap
pelaksanaan kebijakan pelaksanaan tugas pelaksanaan tugas
industri dalam rangka desentralisasi bidang desentralisasi bidang
desentralisasi, dekonsentrasi ndustri tingkat provinsi. industri tingkat
dan tugas pembantuan di kabupaten/kota
daerah.
2. Perumusan sistem, 2. --- 2. ---
pembinaan dan pengaturan
pengawasan penyelenggaraan
pemerintahan daerah di
bidang industri

18
II. INDUSTRI HIJAU

19
DASAR HUKUM INDUSTRI HIJAU

UU 03/2014 tentang
Perindustrian

PP 41/2015 PP 29/2018
Pembangunan Sumber Daya Industri Pemberdayaan Industri

Industri 4.0
RPJMN tahun 2020-2024:
pembangunan rendah karbon
Circular Economy

20
LATAR BELAKANG
ISU INDUSTRI
1. Perlunya menyelaraskan pertumbuhan ekonomi dengan perlindungan lingkungan sesuai
prinsip SDGs (Sustainable Development Goals)
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 adalah
Pembangunan Rendah Karbon sehingga pembangunan industri juga harus rendah karbon
3. Trend perdagangan produk industri secara global mulai memperhatikan jejak karbon
(carbon footprint), label energi, dan water footprint, selain isu lingkungan lain seperti eco
label, fair trade, dan sustainable forest management.
4. Ada kecenderungan pola pikir ekonomi bergeser dari ekonomi liner kepada ekonomi
sirkular;
5. Pengembangan proses produksi mengarah ke 4R (Reduce, Reduce, Recycle, and
Recovery);
6. Isu lingkungan yang harus dihadapi industri: penghapusan merkuri dan bahan berbahaya
lain, penanganan limbah B3, pengurangan sampah laut, program Citarum harum, dst.
21
MANFAAT
BAGI INDUSTRI

1. Dengan menerapkan industri hijau industri akan mendukung capaian sutainability goals
sesuai target dalam program keberlanjutan yang dilaporakan dalam Sustinability Report;
2. Lingkungan kerja yang lebih sehat → SDM lebih produktif → biaya kesehatan menurun
3. Citra yang baik kepada konsumen dan investor;
4. (Air, energi, bahan baku) Efisiensi → cost saving → investasi baru/pengembangan bisnis;
BAGI PEMERINTAH DAN MASYARAKAT

1. Berkurangnya polusi, emisi, dan limbah dari industri → perbaikan kualitas lingkungan →
meningkatnya kesehatan dan kualitas hidup masyarakat;
2. Mendukung pencapaian target/komitmen pemerintah terkait penurunan GRK, konservasi
air, efisiensi energi, dan ketahanan energi nasional;
3. Mendukung target pengurangan merkuri dan bahan berbahaya lain, sampah plastik,
sampah laut, dan program Citarum harum.
22
DEFINISI

UU 03/2014 tentang Perindustrian

• Industri Hijau adalah industri yang • Standar Industri Hijau adalah standar
mengutamakan upaya efisiensi dan industri yang terkait dengan bahan baku,
efektivitas penggunaan sumber daya secara bahan penolong, energi, yield, produk,
berkelanjutan dalam proses produksinya. sistem manajemen, pengelolaan limbah
dan/atau aspek lain yang dibakukan dan
• Standardisasi adalah proses merumuskan, disusun secara konsesus oleh semua
menetapkan, menerapkan, memelihara, pihak yang terkait yang bertujuan untuk
memberlakukan, dan mengawasi standar mewujudkan industri hijau.
bidang industri yang dilaksanakan secara
tertib dan bekerja sama dengan semua
pemangku kepentingan.

23
Pengembangan Industri Hijau

Penghargaan Persyaratan Teknis Persyaratan Manajemen


Industri Hijau
Mengembangkan
industri yang sudah ada
menuju Industri Hijau • Bahan baku & penolong • Kebijakan & organisasi
• Energi • Perencanaan strategi
• Air • Pelaksanaan dan
• Proses Produksi pemantauan
Sertifikasi • Produk dan/atau • Tinjauan manajemen
Industri Hijau kemasan • Corporate social
• Pengelolaan limbah responsibility
• Emisi GRK • K3L
Membangun industri
baru dengan prinsip
Industri Hijau

24
SERTIFIKASI INDUSTRI HIJAU
SERTIFIKAT INDUSTRI HIJAU Manfaat Penerapan Industri Hijau :
diberikan pada industri yang 1. Peningkatan Daya Saing Ekspor untuk
Memenuhi Standar Industri Hijau produk pupuk, semen, karet, dan keramik
2. Penghematan Biaya melalui efisiensi
INDIKATOR STANDAR INDUSTRI energi, air dan bahan baku
HIJAU 3. Penurunan Emisi GRK dengan komitmen
sebesar 29% dan 41% pada 2030
Efisiensi Energi

Efisiensi Air

Efisiensi Bahan Baku Semen Pupuk Besi & Keramik Pulp KertasGula Tekstil
Baja

Emisi GRK
Rp 1,8 T Rp 27 M
25
Standar Industri Hijau (SIH) dan Rancangan SIH (RSIH)
Saat ini telah dihasilkan 18 SIH yang sudah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Perindustrian, dan 15 sedang menunggu
penetapan dari Menteri Perindustrian
Telah Ditetapkan melalui Permenperin Akan ditetapkan tahun 2020 Rencana
disusun tahun
2020
1. Semen Portland 14. Industri Gula Kristal 1. Industri Kertas Dan Papan Kertas Bergelombang 1. Industri Tepung
2. Pengolahan Susu Bubuk 15. Industri Biskuit Dan 2. Industri Perlengkapan Rumah Tangga Dari Tanah terigu
3. Pupuk Urea, SP-36 dan Pupuk Amonium Produk Roti Kering Liat/Keramik 2. Industri ban
Sulfat Lainnya 3. Industri Produk Makanan Ringan kendaraan roda 4
4. Karet Remah 16. Industri Kaca 4. Industri Suku Cadang Dan Aksesori Kendaraan Bermotor 3. Industri Baja
5. Pengasapan Karet dalam bentuk Ribbed Lembaran Roda Empat Atau Lebih – Silencer Material (Felt) 4. Industri
Smoked Sheet Rubber 17. Industri Peralatan 5. Industri Kaca Pengaman Berlapis Pemintalan
6. Tekstil Pencelupan, Pencapan, dan Saniter Dari Keramik 6. Industri Kaca Pengaman Diperkeras Benang
Penyempurnaan 18. Industri Suku Cadang 7. Industri Barang Lainnya Dari Kaca 5. Industri PVC
7. Ubin Keramik Dan Aksesori 8. Industri Kemasan Dari Kaca
8. Bubur Kertas dan Bubur Kertas yang Kendaraan Bermotor 9. Industri Pengawetan Kulit Dari Sapi, Kerbau, Domba, dan
Terintegrasi dengan Kertas Roda Empat Atau Kambing
9. Industri Cat Dan Tinta Cetak: Industri Cat Lebih – Silencer 10. Industri Cat Dan Tinta Cetak: Industri Cat Berbasis Hingga saat ini
Berbasis Air Pelarut Organik
10. Industri Penyamakan Kulit Dari Sapi, 11. Industri Oleokimia Dasar Bersumber Dari Minyak Nabati
33 perusahaan
Kerbau, Domba, Dan Kambing 12. Industri Pengolahan Kopi Instan industri telah
11. Industri Batik 13. Industri Air Mineral menerapkan
12. Industri Kertas Budaya 14. Industri Pupuk Nitrogen, Fosfor, dan Kalium Padat SIH
13. Industri Minyak Goreng Dari Kelapa Sawit 15. Industri Tas atau Kantong Belanja Plastik dan Bioplastik 26
Lembaga Sertifikasi Industri Hijau (LSIH)
Berdasarkan Peraturan Menteri
Perindustrian No 41 Tahun 2017
Balai-Balai yang ter-LSIH dapat Pusat Industri Hijau tentang LSIH, telah ditunjuk 14 LSIH
dikoordinasikan dengan PIH

7 (tujuh) Balai 1 (satu) Balai 1 (satu) Balai Riset 5 (lima) Lembaga


Besar Sertifikasi Industri dan Standarisasi Lainnya

1. Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK)


2. Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) 1. PT Sucofindo ICS
1. Baristand
3. Balai Besar Teknologi Pencegahan dan Palembang 2. TUV Rheinland
Pencemaran Industri (BBTPPI)
3. PT Integrita Global Sertifikat
4. Balai Besar Logam dan Mesin (BBLM)
4. PT Mutuagung Lestari
5. Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik
5. TUV Nord
6. Balai Besar Tekstil (BBT)
7. Balai Besar Keramik (BBK) 27
Tantangan Penerapan Industri Hijau

kebutuhan teknologi yang industri masih menggunakan kerjasama antara pemerintah,


efisien dan ramah lingkungan teknologi obsolete industri, dan universitas

terbatasnya kompetensi belum adanya insentif dan


SDM industri bantuan pendanaan

28
Peran Pemerintah Daerah

1. Koordinasi dan harmonisasi dalam penyusunan data capaian gas rumah kaca. Contoh
selama ini Pusat Industri Hijau telah bekerja sama dengan Pemda DKI

2. Koordinasi penanganan limbah cair. Contoh penanganan Citarum

3. Koordinasi upaya penanganan limbah merkuri.

29
III. JASA INDUSTRI

30
Global Value Chain

▪ Masih lemahnya R&D, branding dan desain Pengelolaan Logistik di Indonesia


yang dilakukan oleh pelaku industri di Saat ini core competence industri jauh tertinggal (termasuk akses pasar
Indonesia di Indonesia sebatas pada global yang masih terpusat pada
▪ Padahal Indonesia memiliki kemampuan produksi (manufacturing) dengan negara tujuan ekspor AS dan Eropa)
R&D dan desain, serta ketersediaan bahan nilai tambah yang terkecil
baku yang tidak dimiliki negara lain
31
GVC Produk Smartphone

$144 Komponen

$30 Distribusi (Logistik)


$45 Retail
$60 R&D dan Design

$20 Manufacturing

Harga : $299
Sumber: Constructed from Linden et al (2013)

32
LANDASAN HUKUM JASA INDUSTRI

• UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian


• UU No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

33
DEFINISI

Definisi Jasa Berdasarkan UU No. 3 Tahun 2014


(UU Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan)

• Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi


Setiap layanan dan unjuk kerja berbentuk yang mengolah bahan baku dan/atau
pekerjaan atau hasil kerja yang dicapai, yang memanfaatkan sumber daya industri sehingga
diperdagangkan oleh satu pihak ke pihak lain menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah
dalam masyarakat untuk dimanfaatkan oleh atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri.
konsumen atau Pelaku Usaha.

• Jasa Industri adalah usaha jasa yang terkait


Identifikasi Jasa dengan kegiatan Industri.

Terdapat 12 sektor jasa dalam Daftar Klasifikasi


Sektoral Jasa (berdasarkan Dokumen WTO W/120
seperti jasa komunikasi, jasa konstruksi, jasa
distribusi, jasa pendidikan dan sebagainya.

34
Jasa Industri

segala kegiatan yang memberikan nilai tambah tanpa terjadi proses


Pendekatan
pemindahan kepemilikan aset baik dalam proses produksi maupun
Umum setelah produk dimanfaatkan.

kegiatan industri yang melakukan pekerjaan terhadap bahan atau barang milik
pihak lain untuk memenuhi kebutuhan pihak lain (industri lainnya atau
Pendekatan
konsumen), yang terlepas dari proses kegiatan manufaktur dengan mendapat
Teknis imbalan (bukan merupakan biaya) sejumlah uang atau dalam bentuk barang
sebagai balas jasa tersebut.

suatu kegiatan yang mengeksploitasi kompetensi, pengetahuan, dan basis


Pendekatan teknologi dari suatu proses industri oleh industri yang memiliki kemampuan di
Hukum bidangnya dan dilakukan berdasarkan perjanjian kerjasama kedua belah pihak
berdasarkan aturan yang berlaku

35
Ruang Lingkup Jasa Industri

Jasa Reparasi

Jasa Maintenances

Jasa Safety Inspection

Optimasi Proses

Jasa Retrofit

Pelatihan Operasional

Jasa Jangka Pendek

Penyewaan Jangka Panjang


36
Sektor Jasa yang Potensial

Sektor Jasa yang Berkontribusi Tinggi Sektor Jasa dengan Pertumbuhan Ekspor Tinggi
terhadap Ekspor Jasa Indonesia
1. Travel (48,67%) 1. Maintenance and repair services
n.i.e. (tumbuh 64,17%)
2. Other Business Services (21,96%)
2. Travel (tumbuh 33,24%)
3. Transport (15,85)
3. Insurance and pension services
4. Computer and Information System (tumbuh 13,52%)
(4,67%)
4. Government goods and services
n.i.e. (tumbuh 10,38%)

Sumber: Trade Map

1237
Kontribusi Sektor Jasa terhadap Pembentukan
Output Manufaktur

Kontribusi jasa sebagai input dari pembentukan


output manufaktur bervariasi antara 1.76 persen
sampai dengan 40.75 persen.

sektor industri berbasis agro seperti vegetable oils,


sugar, leather products dan processed rice
cenderung menunjukkan kontribusi jasa yang
relatif rendah terhadap pembentukan output.

Sumber: bahan paparan IPB pada Rapat TKBJ, 2019 38


Jasa Industri yang Dibina Kemenperin

• Ada lingkup pembinaan Kementerian Perindustrian sebagaimana diatur Permenperin No. 30


Tahun 2017 adalah sebagai berikut :

Unit Pembina Jumlah KBLI


Ditjen industri agro 5
Ditjen industri logam, mesin, 48
alat transportasi dan elektronik
Ditjen industri kecil dan 29
menengah
Badan litbang industri 13
Jumlah 95

39
Jasa Industri yang Dibina BPPI (13 KBLI)
KBLI Jasa Industri

71201 JASA SERTIFIKASI


71202 JASA PENGUJIAN LABORATORIUM
71203 JASA INSPEKSI PERIODIK
71205 JASA KALIBRASI/METROLOGI KBLI Jasa Industri

69103 AKTIVITAS KONSULTAN KEKAYAAN INTELEKTUAL PENGELOLAAN DAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH
37021
71102 AKTIVITAS KEINSINYURAN DAN KONSULTASI TEKNIS YBDI TIDAK BERBAHAYA
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DAN
72102 PENGELOLAAN DAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH
REKAYASA 37022
BERBAHAYA
72104 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BIOTEKNOLOGI
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
72109
ALAM DAN TEKNOLOGI
74909 AKTIVITAS PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS LAINNYA YTDL
AKTIVITAS PENYEWAAN DAN SEWA GUNA USAHA TANPA HAK
77301
OPSI MESIN DAN PERALATAN INDUSTRI

Sumber:
Permenperin No. 30 Tahun 2017 Tentang Jenis-Jenis Industri dalam pembinaan
Direktorat Jenderal dan Badan di lingkungan Kementerian Perindustrian 40
Peran Pemerintah Daerah

Peran pemerintah daerah dalam jasa industri adalah sebagai berikut:

1. Menjadi penyelenggara jasa industri melalui Unit Pelaksana Teknis di


bidang pengujian, sertifikasi ataupun kalibrasi dalam hal belum terdapat
lembaga sejenis;

2. Membina lembaga pengujian, inspeksi dan sertifikasi terkait pemberlakuan


SNI melalui kegiatan bantuan teknis, konsultasi, pendidikan dan pelatihan.

41
Terima kasih

42

Anda mungkin juga menyukai