Tugas Manajemen Kelompok Gardner
Tugas Manajemen Kelompok Gardner
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi yang mencakup kegiatan koordinasi dan
supervise staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi. Pengertian dari
organisasi sendiri adalah sekolompok orang secara formal dipersatukan dalam suatu
kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses manejemen keperawatan
sejalan dengan keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan
secara profesional, sehingga diharapkan keduanya saling mendukung.
Manajemen keperawatan didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses
bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
professional. Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasi,
memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat
memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi individu,
keluarga dan masyarakat (Sukmana 1999, dalam Nursalam 2011). Proses manajemen
keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode perlakuan asuhan
keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang.
Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri dari
pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil
(Nursalam, 2011).
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu
metode perlakuan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya
dapat saling menopang. Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen
keperawatan terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan
terhadap mayoritas tenaga daripada seorang pegawai, maka setiap tahapan di dalam
proses manajemen lebih rumit dibandingkan proses keperawatan (Nursalam, 2011).
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dengan rasa
semangat demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan (Newstrom, 1990).
Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras
dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok (George P Terry, 2012). Untuk dapat
mengambil keputusan dan bertindak dengan baik maka seorang pemimpin harus memiliki
pengetahuan, kesadaran diri, kemampuan berkomunikasi dengan baik, energi, dan tujuan
yang jelas. Seorang pemimpin harus menjadi role model yang baik dalam cara
kepemimpinannya, dalam pelaksanaan tugas maupun dalam membangun kerja sama dan
bekerja sama dengan orang lain termasuk dengan bawahannya.
Stase kepemimpinan dan manajemen keperawatan dalam tahapan profesi ners
merupakan suatu kesempatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan teori-teori
manajemen yang dipadukan secara komprehensif dengan kemampuan intelektual,
kemampuan teknis keperawatan dan kemampuan interpersonal dalam lingkup tatanan
pelayanan kesehatan yang nyata, yaitu ruang rawat inap. Dalam konteks belajar
inilahmahasiswa diberikan satu ruang rawat untuk dikelola dengan pendekatan proses
manajemen keperawatan, dalam hal ini Ruang di RSUD H Abdul Manap Kota Jambi di
bawah arahan pembimbing akademik.
Rumah Sakit Umum Daerah adalah Rumah Sakit Umum Daerah H Abdul
Manap yang berada di Kota Jambi. RSUD H Abdul Manap Kota Jambi mempunyai visi
menjadi Rumah Sakit pilihan yang berkualitas, murah, mudah, manusiawi ( BM3 )
dengan pelayanan yang prima. Dalam konteks belajar ini, mahasiswa diberikan ruang
rawat inap untuk dikelola dengan pendekatan proses manajemen keperawatan, salah
satunya adalah Ruang Rawat Inap Pasien Covid Rumah Sakit Umum Daerah H Abdul
Manap Kota Jambi. Ruang Rawat Inap Pasien Covid merupakan ruang rawat inap yang
terdiri dari 36 kapasitas tempat tidur, dan merupakan ruang rawat inap dengan tenaga
keperawatan berjumlah 33 orang dengan klasifikasi pendidikan DIII Keperawatan 33
orang. Proses belajar ini diharapkan mampu menjadi suatu kesempatan bagi mahasiswa
untuk mengaplikasikan teori-teori manajemen yang dipadukan secara komprehensif
dengan kemampuan intelektual, kemampuan teknis keperawatan dan kemampuan
interpersonal dalam lingkup tatanan pelayanan kesehatan yang nyata di ruang rawat inap
di bawah arahan dan bimbingan intensif dari pembimbing akademik.
B. WAKTU PELAKSANAAN
Praktik mata ajar kepemimpinan dan manajemen keperawatan ini dilaksanakan
selama 3 minggu sejak tanggal 27 April – 16 Mei 2020, di Ruang Rawat RSUD H Abdul
Manap Kota Jambi.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pengelolaan unit pelayanan di ruang rawat inap
dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menerapkan konsep, teori dan prinsip kepemimpinan dalam
tatanan unit pelayanan keperawatan.
b. Mahasiswa mampu menerapkan fungsi – fungsi manajemen dalam pengelolaan unit
pelayanan keperawatan.
c. Mahasiswa mampu menerapkan model dan tipe kepemimpinan dalam unit pelayanan
keperawatan.
d. Mahasiswa mampu bekerja sama dalam tim keperawatan dan tim kesehatan lainnya.
e. Mahasiswa mampu melaksanakan analisis internal dan eksternal (SWOT) di Ruang
Rawat inap
f. Mahasiswa mampu mengaplikasikan rencana kegiatan yang telah disusun
berdasarkan prioritas kegiatan dan rencana kegiatan (POA).
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan dan mampu
menyusun rekomendasi atau tindak lanjut kegiatan yang telah dilaksanakan.
D. PRAKTIKAN ( Angkatan, Kelompok, Nama )
KELOMPOK GARDNER
ANGKATAN 2019/2020
NO NAMA NPM
1 Sulatin 2019 91 001
2 Siti Atika 2019 91 002
3 Dian Kristina 2019 91 003
4 Izmarni Daly 2019 91 006
5 Rika Afrina 2019 91 007
6 Gusriawati 2019 91 009
7 Eko Frisky P 2019 91 010
8 Khairunnisa 2019 91 032
9 Nurhayati 2019 91 041
10 Rita Purnama Sari 2019 91 042
BAB 11
HASIL KAJIAN
A. KONSEP MANAJEMEN
1. Pengertian Manajemen
Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah. Manajemen
juga merupakan proses pengumpulan dan mengorganisasi sumber–sumber dalam
mencapai tujuan (melalui kerjaan orang lain) yang mencerminkan dinamika suatu
organisasi. Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Gillies, 2006
dalam Nursalam, 2011).
2. Fungsi-fungsi Manajemen
Secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan
organisasi sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk
mencapainya, melalui perencanaan yang akan dapat ditetapkan tugas- tugas staf.
Dengan tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai pedoman untuk melakukan
supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staf
dalam menjalankan tugas- tugasnya
b. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua
sumber data yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk
mencapai tujuan organisasi.
c. Actuating (directing, commanding, coordinating)
Penggerakan adalah proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu
bekerja secara optimal dan melakukan tugas- tugasnya sesuai dengan ketrampilan
yang mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yang tersedia.
Menggerakkan orang – orang agar mau / suka bekerja. Ciptakan suasana bekerja
bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi
secara interval.
d. Pengendalian / pengawasan (controling)
Pengendalian adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan
rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan
yang terjadi. Merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan
rencana, apakah orang – orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga
berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.
e. Penilaian (evaluasi)
Merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil – hasil pekerjaan yang
seharusnya dicapai. Hakikat penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai
kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik
administrasi dan manajemen (Swanburg, 2005).
3. Proses Manajemen
Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana masing
– masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh
lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu
input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.
a. Input
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan
dan fasilitas.
b. Proses
Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat
pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas
dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Untuk melaksanakan proses
manajemen diperlukan keterampilan teknik, keterampilan hubungan antar
manusia,dan keterampilan konseptual.
c. Output
Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset.
d. Kontrol
Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari
bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan
akreditasi.
e. Mekanisme timbal balik
Berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan
kerja perawat. Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka para manajer dan
administrator seyogyanya bekerja bersama – sama dalam perencanaan dan
pengorganisasian serta fungsi – fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya (Swanburg, 2005).
B. KONSEP KEPEMIMPINAN
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja
keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok (Terry, 2005). Untuk dapat
mengambil keputusan dan bertindak dengan baik maka seorang pemimpin harus memiliki
pengetahuan, kesadaran diri, kemampuan berkomunikasi dengan baik, energi, dan tujuan
yang jelas. Seorang pemimpin harus menjadi role model yang baik dalam cara
kepemimpinannya, dalam pelaksanaan tugas maupun dalam membangun kerja sama dan
bekerja sama dengan orang lain termasuk dengan bawahannya.Selain itu, seorang
pemimpin yang efektif harus memiliki kualitas diri dan kualitas perilaku sebagai berikut:
integritas, berani mengambil resiko, inisiatif, optimis, pantang menyerah(perseverance),
kemampuan menghadapi stress. Mempunyai tujuan dan mengkomunikasikan visi dan
meningkatkan kemampuan diri dan orang lain (Nursalam, 2007).
3. Tipologi Kepemimpinan
Menurut Gillies, gaya kepemimpinan berkembang menjadi beberapa tipe kepemimpinan,
diantaranya adalah sebagian berikut :
a. Tipe Otokratis
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri
sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi, mengidentikkan
tujuan pribadi dengan tujuan organisasi,menganggap bawahan sebagai alat semata-
mata,tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat, terlalu tergantung kepada
kekuasaan formalnya,dalam tindakan penggerakkannya sering mempergunakan
pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
b. Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe
militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin
yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut :
Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan dalam
menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya, senang
pada formalitas yang berlebih-lebihan, menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari
bawahan, sukar menerima kritikan dari bawahannya, menggemari upacara-upacara
untuk berbagai keadaan.
c. Tipe Paternalistis
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang
yang memiliki ciri sebagai berikut: menganggap bawahannya sebagai manusia yang
tidak dewasa, bersikap terlalu melindungi (overly protective),jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya,
dan sering bersikap maha tahu.
d. Tipe Karismatik
Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan penyebab mengapa
seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang
demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya
mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat besar, meskipun para pengikut itu
sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu.
Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab seseorang menjadi pemimpin yang
karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi
dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil
tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Misalkan, Gandhi bukanlah
seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F
Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih
muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil,
Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng”.
e. Tipe Demokratis
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang
demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe
kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan
bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang
termulia di dunia; selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan
organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya; senang
menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya; selalu berusaha
mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan; ikhlas
memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat
kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan
yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain; selalu berusaha
untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya; dan berusaha
mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Bagan 2.1
Pembagian Tugas Metode Fungsional
Kepala Ruangan
Pasien
(Sumber: Nursalam 2011)
b. Metode TIM
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok klien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2-3 tim yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal, dan pembantu
dalam satu tim kecil yang saling membantu. Pembagian tugas dalam kelompok atau
group dilakukan oleh ketua kelompok. Selain itu, ketua tim bertanggung jawab
dalam mengarahkan anggota tim sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan
pelayanan perawatan pasien, serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan
tugas apabila mengalami kesulitan, selanjutnya ketua tim yang melaporkan kepada
kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan terhadap klien.
Keuntungan :
1) Menungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3) Memungkinkan antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi
kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan :
Komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim,
yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-
waktu sibuk.
1) Konsep Metode Tim
a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan.
b) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana terjamin.
c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d) Peran kepala ruangan penting dalam metode ini.
2) Tanggung Jawab Ketua Tim
a) Membuat perencanaan.
b) Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi.
c) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan
pasien.
3) Tanggung Jawab Anggota Tim
a) Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dibawah tanggung
jawabnya.
b) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim.
c) Memberikan laporan.
d) Mengembangkan kemampuan anggota.
e) Menyelenggarakan konferensi.
4) Tanggung Jawab Kepala Ruangan
Perencanaan
a) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas diruangan masing-masing.
b) Mengikuti serah terima pasien pada waktu penggantian shift.
c) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan bersama ketua tim.
d) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
e) Mengikuti visite dokter.
f) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.
g) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.
h) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.
i) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan pelatihan diri.
j) Membantu membimbing peserta didik keperawatan.
k) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
Pengorganisasian
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b) Merumuskan tujuan metode penugasan.
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.
d) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan,
e) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek.
f) Mendelegasikan tugas kepada ketua tim saat kepala ruangan tidak berada di
tempat.
g) Memberikan wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi
pasien.
h) Mengidentifikasi masalah dan cara penyelesaiannya.
Pengarahan
a) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
b) Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan
baik.
c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap.
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan
asuhan keperawatan pasien.
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya.
g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
Pengawasan
a) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua
tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien.
b) Melalui supervisi: pengawasan langsung melalui inspeksi dan pengawasan
tidak langsung dengan mengecek daftar hadir ketua tim.
Evaluasi
a) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.
Bagan 2.2
Pembagian Tugas Metode Tim
Kepala Ruangan
c. Metode Primer
Pengorganisasian pelayanan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh satu orang
”Registered Nurse” sebagai perawat primer yang bertanggung jawab dalam asuhan
keperwatan selama 24 jam terhadap klien yang menjadi tanggung jawab mulai dari
masuk sampai pulang dari rumah sakit. Apabila perawat primer libur atau cuti,
tanggung jawab dalam asuhan keperawatan klien diserahkan kepada teman kerjanya
yang satu level, satu tingkat pengalaman dan keterampilan (associated nurse).
Metode ini ditandai oleh adanya keterkaitan kuat, terus menerus antara klien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan mengkoordinasikan
asuhan keperawatan selama klien dirawat. Metode ini mendorong kemandirian
perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksanaan
Bagan 2.3
Pembagian Tugas Metode Primer
Perawat Primer
Pasien/Klien
d. Metode Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan klien saat ia dinas.
Klien akan dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap shif dan tidak ada jaminan
bahwa klien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode
penugasan kasus biasanya diterapkan satu klien satu perawat, dalam hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau perawat khusus seperti isolasi, dan
intensive care.
Keuntungan:
1) Perawat lebih memahami kasus perkasus.
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kerugian:
1) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab.
2) Selanjutnya perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama.
Bagan 2.4
Pembagian Tugas Manejemen Kasus
Kepala
Ruangan
Pasien Pasien
Pasien
Sumber: Nursalam (2011)
Tabel 2.1
Peran dari Pembagian Tugas Modifikasi Tim Primer (Moduler)
Bagan 2.5
Pembagian Tugas Modifikasi Tim Primer
Kepala Ruangan
2. Formula Gillies
AxBx 365
Tenaga Perawat (TP) = kerja
( 365−C ) x jam
hari
Keterangan :
A = Jam perawatan/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan klien)
B = Sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)
C = Jumlah hari libur (libur hari minggu + cuti tahunan + libur Nasional)
3. Formula Douglas
Penghitungan jumlah tenaga keperawatan menurut Douglas (dalam Nursalam 2011)
dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan untuk setiap shift pasien dan hasil
keseluruhan ditambah sepertiga. Klasifikasi derajat ketergantungan pasien terhadap
keperawatan menurut Douglas berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a. Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1 – 2 jam/24 jam, dengan kriteria :
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
2) Makan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan.
4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift.
5) Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
6) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
b. Perawatan intermediet memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam dengan kriteria :
1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
2) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
4) Folley catheter/intake output dicatat.
5) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
c. Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5 – 6 jam/24 jam dengan kriteria :
1) Segalanya diberikan/dibantu.
2) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam.
3) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena.
4) Pemakaian suction.
5) Gelisah/disorientasi.
Tabel 2.2
Kebutuhan Perawat Berdasarkan Klasifikasi Pasien
Klasifikasi Pasien
NO. Perawatan Minimal Perawatan Parsial Perawatan Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
dst
4. MeneJumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu dengan ketentuan
menurut Warstler (dalam Swansburg, 2002). Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan
malam 17%.
5. Kombinasi jumlah tenaga menurut Intermountain Health Care Inc. adalah:
a. 58% = S I keperawatan (RN)
b. 26% = D III keperawatan
c. 16% = SPK
E. ANALISIS SWOT
Menurut Marquis dan Huston (2009), analisis SWOT (singkatan bahasa Inggris dari
strengths, weaknesses, opportunities,dan threats) adalah metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu
proyek atau suatu spekulasi bisnis. Rangkuti (2006) menjelaskan bahwa analisis SWOT
adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi.
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan
peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(weakness) dan ancaman (threats). Analisis SWOT digunakan untuk membandingkan faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman, sedangkan
faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan.
Dalam analisis SWOT, dilakukan perbandingan antara faktor-faktor strategis internal
maupun eksternal untuk memperoleh strategi terhadap masing-masing faktor tersebut,
kemudian dilakukan skoring. Berdasarkan hasil yang diperoleh kemudian ditentukan fokus
rekomendasi strategi.
1. Matriks SWOT
Alat yang digunakan dalam menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah
matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman internal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
internal yang dimiliki.
Berdasarkan Matriks SWOT diatas maka didapatkan 4 langkah strategi yaitu
sebagai berikut :
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-
besarnya.Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
memanfaatkan peluang eksternal.
b. Strategi ST
Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi
ancaman. Strategi ST menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari
atau mengurangi dampak ancaman eksternal.
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki
kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman.Strategi WT bertujuan untuk
mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal.
Matrik SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk membantu para
manajer mengembangkan empat tipe strategi: Strategi SO (Strengths-Opportunities),
Strategi WO (Weaknesses-Opportunities), Strategi ST (Strengths-Threats), dan Strategi
WT (Weaknesses-Threats). Terdapat 8 langkah dalam menyusun matrik SWOT, yaitu:
1) Tuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan.
2) Tuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan.
3) Tuliskan peluang eksternal perusahaan yang menentukan.
4) Tuliskan ancaman eksternal perusahaan yang menentukan.
5) Mencocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi
SO dalam sel yang tepat.
6) Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan
strategi WO dalam sel yang tepat.
7) Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan
strategi ST dalam sel yang tepat.
8) Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan
strategi WT dalam sel yang tepat.
G. Ronde Keperawatan
1. Pengertian Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu tindakan yang dilaksanakan oleh perawat,
disamping klien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan,
akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala
ruangan, perawat associate, dan perlu juga melibatkan seluruh anggota tim
(Nursalam,2014).
Menurut Kozier, Erb, & Berman (2011) menyatakan bahwa ronde keperawatan
merupakan prosedur di mana dua atau lebih perawat mengunjungi pasien untuk
mendapatkan informasi yang akan membantu dalam merencanakan pelayanan
keperawatan dan memberikan kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan masalah
keperawatannya serta mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien.
Dapat diambil kesimpulan bahwa ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang
bertujuan untuk memberikan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pada perawat
untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, dengan
pasien terlibat aktif dalam diskusi dengan membahas masalah keperawatan serta
mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan.
4. Tipe-Tipe Ronde
Berbagai macam tipe ronde keperawatan dikenal dalam studi kepustakaan.
Diantaranya adalah menurut Close & Castledine (2005) ada empat tipe ronde yaitu
matrons' rounds, nurse management rounds, patient comfort rounds dan teaching rounds.
a. Matron rounds
Menurut Close & Castlide (2005) seorang perawat berkeliling ke ruangan-
ruangan, menanyakan kondisi pasien sesuatu dengan jam rondenya. Memeriksa
standar pelayanan, kebersihan, dan kerapihan, serta menilai penampilan dan kemajuan
perawat dalam memberikan pelayanan pada pasien.
b. Nurse management rounds
Menurut Close & Castlide (2005) ronde ini adalah ronde manajerial yang
melihat pada rencana pengobatan dan implementasi pada sekelompok pasien. Untuk
melihat prioritas tindakan yang telah dilakukan serta melibatkan pasien dan keluarga
pada proses interaksi. Pada ronde ini tidak terjadi proses pembelajaran antara perawat
dengan head nurse.
c. Patients comport rounds
Menurut Close & Castledine (2005) ronde di sini berfokus pada kebutuhan
utama yang diperlukan pasien di rumah sakit. Fungsi perawat dalam ronde ini adalah
memenuhi semua kebutuhan pasien. Misalnya ketika ronde dilakukan malam hari,
perawat menyiapkan tempat tidur untuk pasien tidur.
d. Teaching rounds
Menurut Close & Castledine (2005) dilakukan antara teacher nurse dengan
perawat atau siswa perawat, dimana terjadi proses pembelajaran. Teknik ronde ini
biasa dilakukan untuk perawat atau siswa perawat. Dengan pembelajaran langsung.
perawat atau siswa dapat langsung mengaplikasikan ilmu yang didapat langsung pada
pasien.
e. Walking Round
Daniels (2004) walking round yang terdiri dari nursing round, physiciannurse
rounds atau interdisciplinary rounds. Nursing round adalah ronde yang dilakukan
antara perawat dengan perawat. physician-nurse rounds adalah ronde pada pasien yang
dilakukan dokter dengan perawat, sedang interdisciplinary rounds adalah ronde pada
pasien yang dilakukan oleh berbagai macam tenaga kesehatan meliputi dokter,
perawat, ahli gizi serta fisioterapi dsb.
f. Ward Round
Clement (2011) menyebutkan berbagai jenis ward round yang dilakukan oleh
perawat meliputi rounds with the doctors, rounds to discuss psychological problem of
patients, social service rounds, medical round for nurses, rounds with the physical
therapists, dan nursing round.
b. During rounds
1) Menetapkan lingkungan: membuat lingkungan yang nyaman sertadorong untuk
mengajukan pertanyaan
2) Menghormati
a) Perawat: hormati mereka sebagai pemberi layanan pada pasien
b) Pasien: perlakukan sebagai manusia, bukan hanya obyek darilatihan mengajar,
peka terhadap bagaimana penyakitmempengaruhi kehidupan pasien
3) Libatkan semua orang, bertujuan untuk mengajar semua tingkat peserta didik dan
mendorong semua untuk berpartisipasi
4) Libatkan pasien
a) Dorong pasien untuk memperbaiki/berkontribusi mengenaimasalah
penyakitnya. Dorong pasien untuk mengajukan pertanyaantentang masalahnya,
dsb.
b) Gunakan kata-kata yang dapat di mengerti pasien
c. After round
Waktu untuk pertanyaan dan memberikan umpan balik.
10. Peran
a. Kepala ruangan
1) Memimpin ronde keperawatan
2) Membuka dan menutup pelaksanaan ronde keperawatan
b. Ketua tim dan Perawat Pelaksana (pelaksana ronde keperawatan)
1) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
2) Menjelaskan masalah keperawatan utama
3) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang sudah dilakukan
4) Menjelaskan tindakan selanjutnya
5) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang diambil
c. Peran PP
1) Memberikan justifikasi
2) Memberikan reinforcemen
3) Menilai kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan/rasional
4) Mengarahkan dan koreksi
5) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
BAB III