Anda di halaman 1dari 38

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi yang mencakup kegiatan koordinasi dan
supervise staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi. Pengertian dari
organisasi sendiri adalah sekolompok orang secara formal dipersatukan dalam suatu
kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses manejemen keperawatan
sejalan dengan keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan
secara profesional, sehingga diharapkan keduanya saling mendukung.
Manajemen keperawatan didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses
bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
professional. Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasi,
memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat
memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi individu,
keluarga dan masyarakat (Sukmana 1999, dalam Nursalam 2011). Proses manajemen
keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode perlakuan asuhan
keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang.
Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri dari
pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil
(Nursalam, 2011).
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu
metode perlakuan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya
dapat saling menopang. Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen
keperawatan terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan
terhadap mayoritas tenaga daripada seorang pegawai, maka setiap tahapan di dalam
proses manajemen lebih rumit dibandingkan proses keperawatan (Nursalam, 2011).
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dengan rasa
semangat demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan (Newstrom, 1990).
Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras
dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok (George P Terry, 2012). Untuk dapat
mengambil keputusan dan bertindak dengan baik maka seorang pemimpin harus memiliki
pengetahuan, kesadaran diri, kemampuan berkomunikasi dengan baik, energi, dan tujuan
yang jelas. Seorang pemimpin harus menjadi role model yang baik dalam cara
kepemimpinannya, dalam pelaksanaan tugas maupun dalam membangun kerja sama dan
bekerja sama dengan orang lain termasuk dengan bawahannya.
Stase kepemimpinan dan manajemen keperawatan dalam tahapan profesi ners
merupakan suatu kesempatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan teori-teori
manajemen yang dipadukan secara komprehensif dengan kemampuan intelektual,
kemampuan teknis keperawatan dan kemampuan interpersonal dalam lingkup tatanan
pelayanan kesehatan yang nyata, yaitu ruang rawat inap. Dalam konteks belajar
inilahmahasiswa diberikan satu ruang rawat untuk dikelola dengan pendekatan proses
manajemen keperawatan, dalam hal ini Ruang di RSUD H Abdul Manap Kota Jambi di
bawah arahan pembimbing akademik.
Rumah Sakit Umum Daerah adalah Rumah Sakit Umum Daerah H Abdul
Manap yang berada di Kota Jambi. RSUD H Abdul Manap Kota Jambi mempunyai visi
menjadi Rumah Sakit pilihan yang berkualitas, murah, mudah, manusiawi ( BM3 )
dengan pelayanan yang prima. Dalam konteks belajar ini, mahasiswa diberikan ruang
rawat inap untuk dikelola dengan pendekatan proses manajemen keperawatan, salah
satunya adalah Ruang Rawat Inap Pasien Covid Rumah Sakit Umum Daerah H Abdul
Manap Kota Jambi. Ruang Rawat Inap Pasien Covid merupakan ruang rawat inap yang
terdiri dari 36 kapasitas tempat tidur, dan merupakan ruang rawat inap dengan tenaga
keperawatan berjumlah 33 orang dengan klasifikasi pendidikan DIII Keperawatan 33
orang. Proses belajar ini diharapkan mampu menjadi suatu kesempatan bagi mahasiswa
untuk mengaplikasikan teori-teori manajemen yang dipadukan secara komprehensif
dengan kemampuan intelektual, kemampuan teknis keperawatan dan kemampuan
interpersonal dalam lingkup tatanan pelayanan kesehatan yang nyata di ruang rawat inap
di bawah arahan dan bimbingan intensif dari pembimbing akademik.
B. WAKTU PELAKSANAAN
Praktik mata ajar kepemimpinan dan manajemen keperawatan ini dilaksanakan
selama 3 minggu sejak tanggal 27 April – 16 Mei 2020, di Ruang Rawat RSUD H Abdul
Manap Kota Jambi.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pengelolaan unit pelayanan di ruang rawat inap
dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menerapkan konsep, teori dan prinsip kepemimpinan dalam
tatanan unit pelayanan keperawatan.
b. Mahasiswa mampu menerapkan fungsi – fungsi manajemen dalam pengelolaan unit
pelayanan keperawatan.
c. Mahasiswa mampu menerapkan model dan tipe kepemimpinan dalam unit pelayanan
keperawatan.
d. Mahasiswa mampu bekerja sama dalam tim keperawatan dan tim kesehatan lainnya.
e. Mahasiswa mampu melaksanakan analisis internal dan eksternal (SWOT) di Ruang
Rawat inap
f. Mahasiswa mampu mengaplikasikan rencana kegiatan yang telah disusun
berdasarkan prioritas kegiatan dan rencana kegiatan (POA).
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan dan mampu
menyusun rekomendasi atau tindak lanjut kegiatan yang telah dilaksanakan.
D. PRAKTIKAN ( Angkatan, Kelompok, Nama )

KELOMPOK GARDNER
ANGKATAN 2019/2020
NO NAMA NPM
1 Sulatin 2019 91 001
2 Siti Atika 2019 91 002
3 Dian Kristina 2019 91 003
4 Izmarni Daly 2019 91 006
5 Rika Afrina 2019 91 007
6 Gusriawati 2019 91 009
7 Eko Frisky P 2019 91 010
8 Khairunnisa 2019 91 032
9 Nurhayati 2019 91 041
10 Rita Purnama Sari 2019 91 042

BAB 11
HASIL KAJIAN
A. KONSEP MANAJEMEN
1. Pengertian Manajemen
Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah. Manajemen
juga merupakan proses pengumpulan dan mengorganisasi sumber–sumber dalam
mencapai tujuan (melalui kerjaan orang lain) yang mencerminkan dinamika suatu
organisasi. Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Gillies, 2006
dalam Nursalam, 2011).

2. Fungsi-fungsi Manajemen
Secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan
organisasi sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk
mencapainya, melalui perencanaan yang akan dapat ditetapkan tugas- tugas staf.
Dengan tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai pedoman untuk melakukan
supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staf
dalam menjalankan tugas- tugasnya
b. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua
sumber data yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk
mencapai tujuan organisasi.
c. Actuating (directing, commanding, coordinating)
Penggerakan adalah proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu
bekerja secara optimal dan melakukan tugas- tugasnya sesuai dengan ketrampilan
yang mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yang tersedia.
Menggerakkan orang – orang agar mau / suka bekerja. Ciptakan suasana bekerja
bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi
secara interval.
d. Pengendalian / pengawasan (controling)
Pengendalian adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan
rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan
yang terjadi. Merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan
rencana, apakah orang – orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga
berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.
e. Penilaian (evaluasi)
Merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil – hasil pekerjaan yang
seharusnya dicapai. Hakikat penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai
kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik
administrasi dan manajemen (Swanburg, 2005).

3. Proses Manajemen
Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana masing
– masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh
lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu
input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.
a. Input
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan
dan fasilitas.
b. Proses
Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat
pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas
dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Untuk melaksanakan proses
manajemen diperlukan keterampilan teknik, keterampilan hubungan antar
manusia,dan keterampilan konseptual.
c. Output
Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset.

d. Kontrol
Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari
bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan
akreditasi.
e. Mekanisme timbal balik
Berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan
kerja perawat. Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka para manajer dan
administrator seyogyanya bekerja bersama – sama dalam perencanaan dan
pengorganisasian serta fungsi – fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya (Swanburg, 2005).

4. Hubungan Antara Manajemen Keperawatan Dengan Proses Keperawatan


Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai suatu metode
pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional yang dapat saling menopang.
Sebagaimana proses keperawatan dalam manajemen keperawatan terdiri dari :
pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
a. Pengkajian – pengumpulan data
Pada tahap ini perawat dituntut tidak hanya megumpulkan informasi tentang keadaan
pasien, melainkan juga mengenai institusi (rumah sakit/puskesmas), tenaga
keperawatan, administrasi dan bagian keuangan yang akan mempengaruhi fungsi
organisasi keperawatan secara keseluruhan.
Pada tahap ini harus mampu mempertahankan level yang tinggi bagi efisiensi salah
satu bagian dengan cara menggunakan ukuran pengawasan untuk
mengidentifikasikan masalah dengan segera, dan setelah mereka terbentuk kemudian
dievaluasi apakah rencana tersebut perlu diubah atau prestasi yang perlu dikoreksi.
b. Perencanaan
Perencanaan disini dimaksudkan untuk menyusun suatu rencana yang strategis dalam
mencapai tujuan, seperti menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada
semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan
ukuran  dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur
organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staf serta menegakkan
kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visidan misi yang telah
ditetapkan.
c. Pelaksanaan
Pada tahap ini manajemen keperawatan memerlukan kerja melalui orang lain, maka
tahap implementasi di dalam proses manajemen terdiri dari dan bagaimana
memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan.
d. Evaluasi
Tahap akhir dari proses manajerial adalah melakukan evaluasi seluruh kegiatan yang
telah dilaksanakan.pada tahap ini manajemen akan memberikan nilai seberapa jauh
staf mampu melaksanakan tugasnya dan mengidentifikasi factor-faktor yang
menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan.

B. KONSEP KEPEMIMPINAN
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja
keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok (Terry, 2005). Untuk dapat
mengambil keputusan dan bertindak dengan baik maka seorang pemimpin harus memiliki
pengetahuan, kesadaran diri, kemampuan berkomunikasi dengan baik, energi, dan tujuan
yang jelas. Seorang pemimpin harus menjadi role model yang baik dalam cara
kepemimpinannya, dalam pelaksanaan tugas maupun dalam membangun kerja sama dan
bekerja sama dengan orang lain termasuk dengan bawahannya.Selain itu, seorang
pemimpin yang efektif harus memiliki kualitas diri dan kualitas perilaku sebagai berikut:
integritas, berani mengambil resiko, inisiatif, optimis, pantang menyerah(perseverance),
kemampuan menghadapi stress. Mempunyai tujuan dan mengkomunikasikan visi dan
meningkatkan kemampuan diri dan orang lain (Nursalam, 2007).

2. Teori Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan


Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri perilakupemimpin
dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latarbelakang historis,
sebab-sebab timbulnya kepemimpinan, persyaratanpemimpin, sifat utama pemimpin,
tugas pokok dan fungsinya serta etikaprofesi kepemimpinan (Nursalam, 2007).
Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu
perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya
dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk
tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang
disampaikan oleh Davis dan Newstrom.

3. Tipologi Kepemimpinan
Menurut Gillies, gaya kepemimpinan berkembang menjadi beberapa tipe kepemimpinan,
diantaranya adalah sebagian berikut :
a. Tipe Otokratis
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri
sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi, mengidentikkan
tujuan pribadi dengan tujuan organisasi,menganggap bawahan sebagai alat semata-
mata,tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat, terlalu tergantung kepada
kekuasaan formalnya,dalam tindakan penggerakkannya sering mempergunakan
pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
b. Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe
militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin
yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut :
Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan dalam
menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya, senang
pada formalitas yang berlebih-lebihan, menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari
bawahan, sukar menerima kritikan dari bawahannya, menggemari upacara-upacara
untuk berbagai keadaan.
c. Tipe Paternalistis
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang
yang memiliki ciri sebagai berikut: menganggap bawahannya sebagai manusia yang
tidak dewasa, bersikap terlalu melindungi (overly protective),jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya,
dan sering bersikap maha tahu.
d. Tipe Karismatik
Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan penyebab mengapa
seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang
demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya
mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat besar, meskipun para pengikut itu
sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu.
Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab seseorang menjadi pemimpin yang
karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi
dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil
tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Misalkan, Gandhi bukanlah
seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F
Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih
muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil,
Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng”.
e. Tipe Demokratis
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang
demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe
kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan
bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang
termulia di dunia; selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan
organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya; senang
menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya; selalu berusaha
mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan; ikhlas
memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat
kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan
yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain; selalu berusaha
untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya; dan berusaha
mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.

C. KONSEP MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN


1. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Berikut adalah beberapa jenis model metode asuhan keperawatan menurut Marquis &
Huston (2010) di antaranya yaitu:
a. Metode Fungsional
Merupakan pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Setiap perawat hanya
melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya merawat luka dan injeksi) untuk semua
klien yang ada pada unit perawatan tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab
dalam pembagian tugas tersebut dan menerima laporan tentang semua klien dan
menjawab semua pertanyaan tentang klien.
Kelebihan :
1) Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu,
2) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas,
3) Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman
untuk suatu tugas yang sederhana,
4) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang
praktek untuk keterampilan tertentu.
5) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan
pengawasan yang baik.
Kekurangan:
1) Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau tidak total sehingga proses
keperawatan sulit dilakukan.
2) Apabila pekerjaaan selesai cederung perawat meninggalkan klien dan melakukan
tugas non keperawatan.
3) Tidak memberikan kepuasan pada klien maupun perawat.
4) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan
saja.
5) Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai dan sulit diidentifikasikan kontribusinya
terhadap pelayanan klien.

Bagan 2.1
Pembagian Tugas Metode Fungsional

Kepala Ruangan

Perawat: Perawat: Perawat: Perawat:


Pengobatan Perawatan luka Pengobatan Perawatan luka

Pasien
(Sumber: Nursalam 2011)
b. Metode TIM
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok klien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2-3 tim yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal, dan pembantu
dalam satu tim kecil yang saling membantu. Pembagian tugas dalam kelompok atau
group dilakukan oleh ketua kelompok. Selain itu, ketua tim bertanggung jawab
dalam mengarahkan anggota tim sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan
pelayanan perawatan pasien, serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan
tugas apabila mengalami kesulitan, selanjutnya ketua tim yang melaporkan kepada
kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan terhadap klien.
Keuntungan :
1) Menungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3) Memungkinkan antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi
kepuasan kepada anggota tim.

Kelemahan :
Komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim,
yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-
waktu sibuk.
1) Konsep Metode Tim
a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan.
b) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana terjamin.
c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d) Peran kepala ruangan penting dalam metode ini.
2) Tanggung Jawab Ketua Tim
a) Membuat perencanaan.
b) Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi.
c) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan
pasien.
3) Tanggung Jawab Anggota Tim
a) Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dibawah tanggung
jawabnya.
b) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim.
c) Memberikan laporan.
d) Mengembangkan kemampuan anggota.
e) Menyelenggarakan konferensi.
4) Tanggung Jawab Kepala Ruangan
Perencanaan
a) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas diruangan masing-masing.
b) Mengikuti serah terima pasien pada waktu penggantian shift.
c) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan bersama ketua tim.
d) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
e) Mengikuti visite dokter.
f) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.
g) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.
h) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.
i) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan pelatihan diri.
j) Membantu membimbing peserta didik keperawatan.
k) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
Pengorganisasian
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b) Merumuskan tujuan metode penugasan.
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.
d) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan,
e) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek.
f) Mendelegasikan tugas kepada ketua tim saat kepala ruangan tidak berada di
tempat.
g) Memberikan wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi
pasien.
h) Mengidentifikasi masalah dan cara penyelesaiannya.
Pengarahan
a) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
b) Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan
baik.
c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap.
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan
asuhan keperawatan pasien.
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya.
g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
Pengawasan
a) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua
tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien.
b) Melalui supervisi: pengawasan langsung melalui inspeksi dan pengawasan
tidak langsung dengan mengecek daftar hadir ketua tim.
Evaluasi
a) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.

Bagan 2.2
Pembagian Tugas Metode Tim

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Tim Anggota Tim Anggota Tim

Pasien Pasien Pasien

Sumber : Nursalam (2011)

c. Metode Primer
Pengorganisasian pelayanan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh satu orang
”Registered Nurse” sebagai perawat primer yang bertanggung jawab dalam asuhan
keperwatan selama 24 jam terhadap klien yang menjadi tanggung jawab mulai dari
masuk sampai pulang dari rumah sakit. Apabila perawat primer libur atau cuti,
tanggung jawab dalam asuhan keperawatan klien diserahkan kepada teman kerjanya
yang satu level, satu tingkat pengalaman dan keterampilan (associated nurse).
Metode ini ditandai oleh adanya keterkaitan kuat, terus menerus antara klien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan mengkoordinasikan
asuhan keperawatan selama klien dirawat. Metode ini mendorong kemandirian
perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksanaan
Bagan 2.3
Pembagian Tugas Metode Primer

Tim medis Karu Sarana RS

Perawat Primer

Pasien/Klien

Perawat Perawat Pelaksana


Pelaksana Jika Diperlukan
Perawat
Evening Days
Pelaksana
Sumber : Nursalam (2011)

d. Metode Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan klien saat ia dinas.
Klien akan dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap shif dan tidak ada jaminan
bahwa klien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode
penugasan kasus biasanya diterapkan satu klien satu perawat, dalam hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau perawat khusus seperti isolasi, dan
intensive care.
Keuntungan:
1) Perawat lebih memahami kasus perkasus.
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kerugian:
1) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab.
2) Selanjutnya perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama.

Bagan 2.4
Pembagian Tugas Manejemen Kasus
Kepala
Ruangan

Staf Perawat Staf perawat


Staf perawat

Pasien Pasien
Pasien
Sumber: Nursalam (2011)

e. Model Modifikasi Tim – Primer (Moduler)


Pada model ini digunakan secara kombinasi dari kedua sistem yang didasarkan pada beberapa
alasan:
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena sebagai perawat
primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 atau setara.
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab asuhan
keperawatan terfragmentasi pada berbagai tim.
3) Melakukan kombinasi diharapkan kontinuitas asuhan keperawatan dan
akontabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer, sedangkan perawat
primer sebagai ketua tim akan memberikan bimbingan kepada anggota tim
tentang asuhan keperawatan.Dengan menggunakan model modifikasi
keperawatan primer ini diperlukan empat orang perwat primer dengan
kualifikasi S1 keperawatan dan kepala ruangan S1 keperawatan serta perawat
associate dengan kualifikasi pendidikan D3 keperawatan.

Tabel 2.1
Peran dari Pembagian Tugas Modifikasi Tim Primer (Moduler)

Kepala Perawat primer Perawat


Perawat Associate
1. Menerima 1. Membuat 1. Memberik
klien. perencanaan asuhan an asuhan
2. Memimpin keperawatan. keperawatan.
rapat. 2. Mengadakan 2. Mengikuti
3. Evaluasi kinerja tindakan kolaborasi. timbang
perawat. 3. Memimpin timbang terima.
4. Membuat daftar terima. 3. Melaksana
dinas. 4. Mendelegasikan kan tugas yang
5. Menyediakan tugas. didelegasikan.
material. 5. Memimpin ronde 4. Mendoku
6. Perencanaan, keperawatan. mentasikan
pengawasan, 6. Evaluasi pemberian tindakan.
dan pengarahan. asuhan 5. Melaporka
keperawatan. n asuhan
7. Bertanggung jawab keperawatan
terhadap klien yang
8. Memberi petunjuk dilaksanakan.
jika klien akan
pulang
9. Mengisi resume
keperawatan

Bagan 2.5
Pembagian Tugas Modifikasi Tim Primer

Kepala Ruangan

Perawat Primer Perawat Primer Perawat Primer

3 Perawat 3 Perawat Associate 3 Perawat


Associate Associate

7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien

Sumber: Nursalam (2011)

D. PENGELOLAAN TENAGA KEPERAWATAN


Ketersediaan tenaga keperawatan merupakan elemen yang sangat penting dalam memberikan
asuhan keperawatan yang bermutu bagi klien. Pengelolaan ketenagaan keperawatan
memerlukan perhatian khusus oleh seorang manajer atau kepala ruangan. Oleh sebab itu di
bawah ini kelompok mencoba membagikan beberapa metode untuk menentukan jumlah
tenaga keperawatan di ruangan.
1. Jumlah BOR
jumlah hari perawatan
BOR= X 100 %
jumlah tempat tidur x periode

2. Formula Gillies
AxBx 365
Tenaga Perawat (TP) = kerja
( 365−C ) x jam
hari

Keterangan :
A = Jam perawatan/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan klien)
B = Sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)
C = Jumlah hari libur (libur hari minggu + cuti tahunan + libur Nasional)

3. Formula Douglas
Penghitungan jumlah tenaga keperawatan menurut Douglas (dalam Nursalam 2011)
dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan untuk setiap shift pasien dan hasil
keseluruhan ditambah sepertiga. Klasifikasi derajat ketergantungan pasien terhadap
keperawatan menurut Douglas berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a. Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1 – 2 jam/24 jam, dengan kriteria :
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
2) Makan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan.
4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift.
5) Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
6) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
b. Perawatan intermediet memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam dengan kriteria :
1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
2) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
4) Folley catheter/intake output dicatat.
5) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
c. Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5 – 6 jam/24 jam dengan kriteria :
1) Segalanya diberikan/dibantu.
2) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam.
3) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena.
4) Pemakaian suction.
5) Gelisah/disorientasi.
Tabel 2.2
Kebutuhan Perawat Berdasarkan Klasifikasi Pasien

Klasifikasi Pasien
NO. Perawatan Minimal Perawatan Parsial Perawatan Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
dst

4. MeneJumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu dengan ketentuan
menurut Warstler (dalam Swansburg, 2002). Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan
malam 17%.
5. Kombinasi jumlah tenaga menurut Intermountain Health Care Inc. adalah:
a. 58% = S I keperawatan (RN)
b. 26% = D III keperawatan
c. 16% = SPK

E. ANALISIS SWOT
Menurut Marquis dan Huston (2009), analisis SWOT (singkatan bahasa Inggris dari
strengths, weaknesses, opportunities,dan threats) adalah metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu
proyek atau suatu spekulasi bisnis. Rangkuti (2006) menjelaskan bahwa analisis SWOT
adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi.
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan
peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(weakness) dan ancaman (threats). Analisis SWOT digunakan untuk membandingkan faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman, sedangkan
faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan.
Dalam analisis SWOT, dilakukan perbandingan antara faktor-faktor strategis internal
maupun eksternal untuk memperoleh strategi terhadap masing-masing faktor tersebut,
kemudian dilakukan skoring. Berdasarkan hasil yang diperoleh kemudian ditentukan fokus
rekomendasi strategi.
1. Matriks SWOT
Alat yang digunakan dalam menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah
matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman internal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
internal yang dimiliki.
Berdasarkan Matriks SWOT diatas maka didapatkan 4 langkah strategi yaitu
sebagai berikut :
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-
besarnya.Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
memanfaatkan peluang eksternal.
b. Strategi ST
Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi
ancaman. Strategi ST menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari
atau mengurangi dampak ancaman eksternal.
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki
kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman.Strategi WT bertujuan untuk
mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal.

Matrik SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk membantu para
manajer mengembangkan empat tipe strategi: Strategi SO (Strengths-Opportunities),
Strategi WO (Weaknesses-Opportunities), Strategi ST (Strengths-Threats), dan Strategi
WT (Weaknesses-Threats). Terdapat 8 langkah dalam menyusun matrik SWOT, yaitu:
1) Tuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan.
2) Tuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan.
3) Tuliskan peluang eksternal perusahaan yang menentukan.
4) Tuliskan ancaman eksternal perusahaan yang menentukan.
5) Mencocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi
SO dalam sel yang tepat.
6) Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan
strategi WO dalam sel yang tepat.
7) Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan
strategi ST dalam sel yang tepat.
8) Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan
strategi WT dalam sel yang tepat.

F. SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional)


1. Pengertian
SP2KP merupakan sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang
merupakan pengembangan dari MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) dimana
dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan perawat
asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya (Perry, Potter. 2009). Sistem pemberian
pelayanan keperawatan profesional (SP2KP) adalah kegiatan pengelolaan asuhan
keperawatan di setiap unit ruang rawat di rumah sakit yang memungkinkan perawat
untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang profesional bagi pasien.
SP2KP mempunyai sistem pengorganisasian yang baik dimana sesional luruh
komponen yang terlibat dalam asuhan keperawatan diatur secara profesional (Rantung
2013). SP2KP merupakan kegiatan pengelolaan asuhan keperawatan di setiap unit ruang
rawat di rumah sakit. Komponennya terdiri dari: perawat, profil pasien, sistem pemberian
asuhan keperawatan, kepemimpinan, nilai-nilai profesional, fasilitas, sarana prasarana
(logistik) serta dokumentasi asuhan keperawatan (Direktorat Bina Pelayanan
Keperawatan DEPKES RI, 2009).
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa SP2KP yaitu sistem
pemberian pelayanan keperawatan professional disetiap unit ruang rawat inap di rumah
sakit yang memungkinkan perawat untuk melakukan asuhan keperawatan professional
bagi pasien. Pelaksanaan MPKP maupun SP2KP merupakan upaya untuk meningkatkan
mutu asuhan keperawatan sehingga pelayanan keperawatan menjadi efektif dan efisien
(Keliat, 2013)..
Pelayanan keperawatan profesional merupakan suatu bentuk pelayanan yang
memberi kesempatan kepada perawat profesional untuk menerapkan otonominya dalam
mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi pelayanan/asuhan keperawatan yang
diberikan pada pasien. Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi
keperawatan primer (kombinasi metode tim dan metode keperawatan primer). Penetapan
metode ini didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut :
a. Pada metode keperawatan primer, pemberian asuhan keperawatan dilakukan secara
berkesinambungan sehingga memungkinkan adanya tanggung jawab dan tanggung
gugat yang merupakan esensi dari suatu layanan profesional.
b. Terdapat satu orang perawat professional yang disebut PP, yang bertanggung jawab
dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan. Pada MPKP ,
perawat primer adalah perawat lulusan sarjana keperawatan/Ners.
c. Pada metode keperawataan primer, hubungan professional dapat ditingkatkan
terutama dengan profesi lain.
d. Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena membutuhkan
jumlah tenaga Skp/Ners yang lebih banyak, karena setiap PP hanya merawat 4-5 klien
dan pada metode modifikasi keperawatan primer , setiap PP merawat 9-10 klien.
e. Saat ini terdapat beberapa jenis tenaga keperawatan dengan kemampuan yang
berbeda-beda. Kombinasi metode tim dan perawat primer menjadi penting sehingga
perawat dengan kemampuan yang lebih tinggi mampu mengarahkan dan
membimbing perawat lain di bawah tanggung jawabnya.
f. Metode tim tidak digunakan secara murni karena pada metode ini tanggung jawab
terhadap asuhan keperawatan terbagi kepada semua anggota tim, sehingga sukar
menetapkan siapa yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas semua asuhan
yang diberikan.
2. Komponen Pelayanan Keperawatan Profesional
Apabila ditinjau dari 5 sub sistem yang diidentifikasi oleh Hoffart & Woods (1996),
terdapat komponen pelayanan keperawatan professional yang diantaranya yaitu
(Kusnanto, 2004) :
a. Nilai-nilai profesional sebagai inti model
Pada model ini, PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga sejak
klien/keluarga masuk ke suatu ruang rawat yang merupakan awal dari penghargaan
atas harkat dan martabat manusia. Hubungan tersebut akan terus dibina selama klien
dirawat di ruang rawat, sehingga klien/keluarga menjadi partner dalam memberikan
asuhan keperawatan. Pelaksanaan dan evaluasi renpra, PP mempunyai otonomi dan
akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk
tindakan yang dilakukan PA di bawah tanggung jawab untuk membina performa PA
agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai professional.
b. Pendekatan Manajemen
Model ini memberlakukan manajemen SDM, artinya ada garis komunikasi
yang jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab
PP. PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan yang harus dibekali dengan
kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi manajer yang
efektif dan pemimpin yang efektif.
c. Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi
keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP. PP akan
mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada renpra
sesuai kebutuhan klien.
d. Hubungan professional
Hubungan professional dilakukan oleh PP dimana PP lebih mengetahui
tentang perkembangan klien sejak awal masuk ke suatu ruang rawat sehingga mampu
member informasi tentang kondisi klien kepada profesi lain khususnya dokter.
Pemberian informasi yang akurat tentang perkembangan klien akan membantu dalam
penetapan rencana tindakan medik.
e. Sistem kompensasi dan penghargaan
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan
keperawatan yang professional. Kompensasi san penghargaan yang diberikan kepada
perawat bukan bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan penghargaan
berdasarkan prosedur. Kompensasi berupa jasa dapat diberikan kepada PP dan PA
dalam satu tim yang dapat ditentukan berdasarkan derajat ketergantungan klien. PP
dapat mempelajari secara detail asuhan keperawatan klien tertentu sesuai dengan
gangguan/masalah yang dialami sehingga mengarah pada pendidikan ners spesialis.
Metode modifikasi Perawat Primer-Tim yaitu seorang PP bertanggung jawab
dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan yang diberikan pada
sekelompok pasien mulai dari pasien masuk sampai dengan bantuan beberapa orang
PA. PP dan PA selama kurun waktu tertentu bekerjasama sebagai suatu tim yang
relative tetap baik dari segi kelompok pasien yang dikelola, maupun orang-orang
yang berada dalam satu tim tersebut. Tim dapat berperan efektif jika didalam tim itu
sendiri terjalin kerjasama yang professional antara PP dan PA. selain itu tentu saja tim
tersebut juga harus mampu membangun kerjasama professional dengan tim kesehatan
lainnya.

3. Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional berdasarkan SP2KP


SP2KP sebagai sistem pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat, dapat
memungkinkan perawatdalam pelaksanaan asuhan keperawatanyang profesional bagi
pasien. SP2KP ini memiliki sistem pengorganisasianyangbaik dimana semua komponen
yang terlibat dalam pelaksanaan asuhan keperawatadiatur secara profesional (Sitorus&
Yulia, 2006).
Praktik keperawatan dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
mengacu pada proses keperawatan itu sendiri yaitu meliputi pengkajian, diagnose
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Dalam hal pelaksanaan tindakan
maupun pendokumentasiannya perawat dituntut untuk profesional. Asuhan keperawatan
merupakan aspek legal bagi seorang perawat. Aspek legal dikaitkan dengan dokumentasi
keperawatan (Dermawan, 2012). SP2KP merupakan bantuk pengembangan dari MPKP
yang lebih profesional dan lebih baik dalam memberikan tingkat pelayanan asuhan
keperawatan terhadap klien. Didalam SP2KP kita sering mengenal perawat primer (PP)
dan perawat associate (PA). Dalam pengembangan konsep SP2KP, perawat PP bertugas
dalam menjalankan komunikasi dengan tenaga kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi,
farkamasi, dll. Dalam hal ini, perawat PP bertugas untuk memberikan hasil
pemeriksaannya berdasarkan hasil pengkajian yang berhubungan dengan perawatan
pasien yang dilaksanakan oleh PA, sehingga dapat membantu dalam memutuskan
tindakan medis selanjutnya.
Dalam melakukan asuhan keperawatan yang professional, diperlukannya membuat
suatu rencana asuhan keperawatan (renpra) untuk membantu mengidentifikasi dan
menyusun strategi terhadap tindakan keperawatan yang akan dilakukan ke pasien. Selain
itu renpra juga memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Pedoman bagi PP-PA dalam melakukan tindakan dan asuhan keperawatan
professional
b. Landasan profesional bahwa asuhan keperawatan diberikan berdasarkan ilmu
pengetahuan
Kerjasama profesional PP-PA, renpra selain berfungsi sebagai penunjuk
perencanaan asuhan yang diberikan juga berfungsi sebagai media komunikasi PP pada
PA. Berdasarkan renpra ini, PP mendelegasikan PA untuk melakukan sebagian tindakan
keperawatan yang telah direncanakan oleh PP. Oleh sebab itu, sangat sulit untuk tim PP-
PA dapat bekerjasama secara efektif jika PP tidak membuat perencanaan asuhan
keperawatan (renpra). Hal ini menunjukan bahwa renpra sesungguhnya dibuat bukan
sekedar memenuhi ketentuan-ketentuan tertentu (biasanya ketentuan dalam menentukan
akreditasi rumah sakit).

G. Ronde Keperawatan
1. Pengertian Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu tindakan yang dilaksanakan oleh perawat,
disamping klien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan,
akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala
ruangan, perawat associate, dan perlu juga melibatkan seluruh anggota tim
(Nursalam,2014).
Menurut Kozier, Erb, & Berman (2011) menyatakan bahwa ronde keperawatan
merupakan prosedur di mana dua atau lebih perawat mengunjungi pasien untuk
mendapatkan informasi yang akan membantu dalam merencanakan pelayanan
keperawatan dan memberikan kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan masalah
keperawatannya serta mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien.
Dapat diambil kesimpulan bahwa ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang
bertujuan untuk memberikan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pada perawat
untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, dengan
pasien terlibat aktif dalam diskusi dengan membahas masalah keperawatan serta
mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan.

2. Tujuan Ronde Keperawatan


Clement (2011) menyebutkan ada dua tujuan dilaksanakannya ronde keperawatan
yaitu bagi perawat dan bagi pasien.
a. Bagi perawat
1) Melihat kemampuan staf dalam manajemen pasien
2) Mendukung pertumbuhan dan pengembangan professional
3) Meningkatkan pengetahuan perawat dengan menyajikan dalam format studi kasus
4) Menyediakan kesempatan pada staf perawat untuk belajar meningkatkan penilaian
keterampilan klinis
5) Membangun kerjasama dan rasa hormat,
6) Meningkatkan retensi perawat berpengalaman dan mempromosikan kebanggaan
dalam profesi keperawatan.
b. Bagi pasien
1) Untuk mengamati kondisi fisik dan mental pasien dan kemajuan darihari ke hari.
2) Untuk membuat pengamatan khusus pasien dan memberikan laporan ke dokter
mengenai, misalnya: luka, drainase, perdarahan.
3) Untuk memperkenalkan pasien ke petugas dan sebaliknya.
4) Untuk melaksanakan rencana yang dibuat untuk perawatan pasien.
5) Untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan kepuasan pasien.
6) Untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan yang diberikan pada untuk
pasien.
7) Untuk memeriksa kondisi pasien sehingga dapat dicegah seperti ulcus decubitus,
foot drop, dsb.
8) Untuk membandingkan manifestasi klinis penyakit pada pasien sehingga perawat
memperoleh wawasan yang lebih baik.
9) Untuk memodifikasi tindakan keperawatan yang diberikan.

3. Manfaat Ronde Keperawatan


Banyak manfaat dengan dilakukannya ronde keperawatan oleh perawat meliputi:
a. Ronde keperawatan akan meningkatkan ketrampilan dan pengetahuanperawat.
Clement (2011) menyebutkan manfaat ronde keperawatanadalah membantu
mengembangkan ketrampilan keperawatan, selain itujuga menurut Wolak, Cairns, &
Smith (2008) dengan adanya rondekeperawatan akan menguji pengetahuan perawat.
Peningkatan ini bukanhanya ketrampilan dan pengetahuan keperawatan saja, tetapi
jugapeningkatan secara menyeluruh. Hal ini dijelaskan oleh Wolak, Cairns, &Smith
(2008) peningkatan kemampuan perawat bukan hanya ketrampilan keperawatan tetapi
juga memberikan kesempatan pada perawat untuktumbuh dan berkembang secara
profesional.
b. Melalui kegiatan ronde keperawatan, perawat dapat mengevaluasi kegiatan yang telah
diberikan pada pasien berhasil atau tidak. Melalui ronde keperawatan, evaluasi
kegiatan, rintangan yang dihadapi oleh perawat atau keberhasilan dalam asuhan
keperawatan dapat dinilai (Clement, 2011). Hal itu juga ditegaskan oleh O’Connor
(2006) pasien sebagai alat untuk menggambarkan parameter penilaian atau teknik
intervensi.
c. Ronde keperawatan merupakan sarana belajar bagi perawat dan siswa perawat. Ronde
keperawatan merupakan studi percontohan yang menyediakan sarana untuk menilai
pelaksanaan keperawatan yang dilakukan oleh perawat (Wolak, Cairns, & Smith,
2008). Sedangkan bagi siswa perawat dengan ronde keperawatan akan mendapat
pengalaman secara nyata dilapangan (Clement, 2011).
d. Manfaat ronde keperawatan yang lain adalah membantu mengorientasikan perawat
baru pada pasien. Banyak perawat yang baru masuk tidak tahu mengenai pasien yang
di rawat di ruangan. Dengan ronde keperawatan hal ini bisa dicegah, ronde
keperawatan membantu mengorientasikan perawat baru pada pasien (Clement, 2011).
e. Ronde keperawatan juga meningkatkan kepuasan pasien.

4. Tipe-Tipe Ronde
Berbagai macam tipe ronde keperawatan dikenal dalam studi kepustakaan.
Diantaranya adalah menurut Close & Castledine (2005) ada empat tipe ronde yaitu
matrons' rounds, nurse management rounds, patient comfort rounds dan teaching rounds.
a. Matron rounds
Menurut Close & Castlide (2005) seorang perawat berkeliling ke ruangan-
ruangan, menanyakan kondisi pasien sesuatu dengan jam rondenya. Memeriksa
standar pelayanan, kebersihan, dan kerapihan, serta menilai penampilan dan kemajuan
perawat dalam memberikan pelayanan pada pasien.
b. Nurse management rounds
Menurut Close & Castlide (2005) ronde ini adalah ronde manajerial yang
melihat pada rencana pengobatan dan implementasi pada sekelompok pasien. Untuk
melihat prioritas tindakan yang telah dilakukan serta melibatkan pasien dan keluarga
pada proses interaksi. Pada ronde ini tidak terjadi proses pembelajaran antara perawat
dengan head nurse.
c. Patients comport rounds
Menurut Close & Castledine (2005) ronde di sini berfokus pada kebutuhan
utama yang diperlukan pasien di rumah sakit. Fungsi perawat dalam ronde ini adalah
memenuhi semua kebutuhan pasien. Misalnya ketika ronde dilakukan malam hari,
perawat menyiapkan tempat tidur untuk pasien tidur.
d. Teaching rounds
Menurut Close & Castledine (2005) dilakukan antara teacher nurse dengan
perawat atau siswa perawat, dimana terjadi proses pembelajaran. Teknik ronde ini
biasa dilakukan untuk perawat atau siswa perawat. Dengan pembelajaran langsung.
perawat atau siswa dapat langsung mengaplikasikan ilmu yang didapat langsung pada
pasien.
e. Walking Round
Daniels (2004) walking round yang terdiri dari nursing round, physiciannurse
rounds atau interdisciplinary rounds. Nursing round adalah ronde yang dilakukan
antara perawat dengan perawat. physician-nurse rounds adalah ronde pada pasien yang
dilakukan dokter dengan perawat, sedang interdisciplinary rounds adalah ronde pada
pasien yang dilakukan oleh berbagai macam tenaga kesehatan meliputi dokter,
perawat, ahli gizi serta fisioterapi dsb.
f. Ward Round
Clement (2011) menyebutkan berbagai jenis ward round yang dilakukan oleh
perawat meliputi rounds with the doctors, rounds to discuss psychological problem of
patients, social service rounds, medical round for nurses, rounds with the physical
therapists, dan nursing round.

5. Langkah-Langkah Ronde Keperawatan


Terdapat 3 (tiga) tahapan ronde keperawatan meliputi:
a. Pre-rounds, terdiri dari: preparation (persiapan), planning (perencanaan), orientation
(orientasi)
b. Rounds, terdiri dari: introduction (pendahuluan), interaction (interaksi), observation
(pengamatan), instruction (pengajaran), summarizing (kesimpulan).
c. Post-Rounds, terdiri dari: debriefing (tanya jawab), feedback (saran), reflection
(refreksi), preparation (persiapan).

Bagaimana menyiapkan ronde keperawatan. Berikut langkah-langkah menyiapkan


ronde keperawatan:
a. Before rounds
1) Persiapan
a) Buat tujuan kegiatan ronde keperawatan
b) Baca status pasien dengan jelas sebelum melakukan rondekeperawatan
2) Orientasi perawat
Membuat menyadari tujuan: Demonstrasi temuan klinis,komunikasi dengan
pasien, Pemodelan perilaku profesional
3) Orientasi pasien
a) Menyesuaikan dan melihat kondisi dan situasi pasien
b) Menjelaskan situasi kepada pasien

b. During rounds
1) Menetapkan lingkungan: membuat lingkungan yang nyaman sertadorong untuk
mengajukan pertanyaan
2) Menghormati
a) Perawat: hormati mereka sebagai pemberi layanan pada pasien
b) Pasien: perlakukan sebagai manusia, bukan hanya obyek darilatihan mengajar,
peka terhadap bagaimana penyakitmempengaruhi kehidupan pasien
3) Libatkan semua orang, bertujuan untuk mengajar semua tingkat peserta didik dan
mendorong semua untuk berpartisipasi
4) Libatkan pasien
a) Dorong pasien untuk memperbaiki/berkontribusi mengenaimasalah
penyakitnya. Dorong pasien untuk mengajukan pertanyaantentang masalahnya,
dsb.
b) Gunakan kata-kata yang dapat di mengerti pasien
c. After round
Waktu untuk pertanyaan dan memberikan umpan balik.

6. Mekanisme Ronde Keperawatan


a. Perawat sebelum melakukan ronde keperawatan sebaiknya membaca laporan
mengenai pasien melalui status pasien. Hal ini dianjurkan Clement(2011) bahwa
perawat sebaiknya melihat laporan penilaian fisik danpsikososial pasien 2-3 menit.
Selain itu juga perawat menetapkan tujuanyang ingin dicapai ketika pelaksanaan
ronde keperawatan. Sebelum menemui pasien, sebaiknya perawat membahas tujuan
yang ingin dicapai (Clement, 2011).
b. Ronde sebaiknya dimulai dengan perkenalan pasien pada peserta didik, menekan
kontribusi klien terhadap ronde keperawatan/pembelajaran (Cooper, 1982, dalam
Dorothy & Merilyn, 2002).
c. Perawat menentukan pasien yang akan dilakukan ronde keperawatan. Halitu disebut
Sitorus (2006) sebelum dilakukan ronde keperawatan, perawatprimer (PP)
menentukan 2-3 klien yang akan di lakukan ronde dantentukan pasien yang akan di
ronde . Sebaiknya dipilih klien yang membutuhkan perawatan khusus dengan
masalah yang relatif lebih kompleks (Sitorus, 2006).
d. Ketika ronde keperawatan dilakukan pada pasien, perawat melaporkan kondisi,
tindakan yang sudah dilakukan dan akan dilakukan, pengobatan, serta rencana yang
lain. Selama ronde, perawat yang ditugaskan untuk klien memberikan ringkasan
singkat dari kebutuhan keperawatan klien danintervensi yang sedang dilaksanakan
(Kozier, et al., 2011). Clement (2011) saat ronde keperawatan perawat melaporkan
tentang kondisi pasien, asuhan keperawatan, perawatan medis dan prognosis. Selain
itujuga menurut Annual review of nursing education dalam rondekeperawatan
perawat mendiskusikan diagnosis keperawatan yang terkait, intervensi keperawatan,
dan hasil. Mengenai masalah yang sensitive hendaknya tidak boleh dibicarakan
dihadapan pasien. Masalah yangsensitif sebaiknya tidak didiskusikan dihadapan klien
(Sitorus, 2006).
e. Waktu pelaksanaan ronde bermacam-macam tergantung kondisi dansituasi ruangan.
Sitorus (2006) menyebutkan waktu yang dilakukan untukmelakukan keseluruhan
ronde adalah setiap hari dengan waktu kuranglebih 1 jam ketika intensitas kegiatan di
ruang rawat sudah relatif tenang. Tetapi bila ronde keperawatan dilakukan pada
semua pasien, maka diskusimengenai pasien harus singkat.
f. Setelah ronde keperawatan dilakukan diskusi dengan perawat yang mengikuti ronde
keperawatan. Diskusi mengenai hasil observasi yang dilakukan harus berlangsung
setelah ronde keperawatan dan tanpa kehadiran klien (Cooper, 1982, dalam Dorothy
& Merilyn, 2002). Dalamdiskusi, peserta didik dapat merenungkan observasi mereka,
meninjau masalah dan perawatan klien, mempertimbangkan data tambahan
yangdiperoleh dalam ronde, mengusulkan alternatif jika sesuai, menggunakan
pengetahuan untuk situasi klien yang khusus, dan menghubungkan hasil observasinya
dengan pasien lain dan untuk pembelajaran mendatang. Selain itu juga perawat perlu
menggunakan istilah yang dapat dimengerti oleh klien (Kozier, et al., 2011)

7. Masalah Etik Dengan Pasien


Beberapa strategi untuk mendorong kenyamanan pasien selama ronde keperawatan
berlangsung, yaitu;
a. Melakukan kontrak waktu dengan pasien dan keluarga terhadapelaksanaan ronde
keperawatan
b. Membatasi waktu ronde keperawatan agar pasien bisa istirahat
c. Jelaskan semua pemeriksaan dan prosedur kepada pasien
d. Semua diskusi dan komunikasi harus dijelaskan dan dipahami oleh pasien
e. Menghindari masalah-masalah yang sensitif berkaitan dengan pasien

8. Strategi Ronde Keperawatan Agar Efektif


Terdapat beberapa strategi agar ronde keperawatan berjalan efektif yaitu:
a. Melakukan persiapan dengan seksama terkait dengan pelaksanaan ronde keperawatan,
baik waktu pelaksanaan, pasien, masalah yang terkait, dsb.
b. Membuat perencanaan apa yang akan dilakukan meliputi: sistem apa yangakan
diajarkan, aspek-aspek apa yang harus ditekankan: pemeriksaan fisik,melakukan
tindakan, dsb, rencanakan agar semua aktif terlibat dalamkegiatan, pilih pasien yang
akan membuat bedside teaching berjalandengan lancar, sebaiknya dengan masukan
dari perawat, serta tentukanberapa banyak waktu yang harus dihabiskan dengan pasien
tertentu.
c. Orientasikan perawat pada tujuan yang ingin dicapai. Kegiatan berikut ini dapat
dilakukan selama fase orientasi:
1) Orientasikan perawat pada tujuan dan kegiatan yang akan dilakukan.
2) Memberikan peran kepada setiap anggota tim
3) Diskusi yang bersifat sensitif bagi pasien dan keluarga tidakdibicarakan dihadapan
pasien dan keluarga.
d. Perkenalkan diri dan tim untuk pasien
1) Memperkenalkan diri kepada pasien.
2) Pasien perlu diberitahu maksud dari pelaksanaan ronde keperawatan.
3) Keluarga tidak perlu diminta untuk pergi jika pasien ingin merekauntuk tinggal.
e. Pertanyaan bisa dilakukan pada saat bedside teaching atau pertanyaan bisa dilakukan
di nurse station. Pada saat ini adalah kesempatan untuk mendiskusikan aspek sensitif
dari riwayat pasien.
f. Evaluasi pelaksanaan yang telah dilakukan.
g. Mulai persiapan untuk pelaksanaan ronde keperawatan berikutnya dengan
mengevaluasi hasil pelaksanaan ronde keperawatan sebelumnya.
9. Proses Ronde Keperawatan
a. Persiapan ronde keperawatan
1) Persiapan pasien: kontrak waktu dengan pasien, informed consent
2) Persiapan perawat: siapa pemberi materi, menentukan kasus dan topik,tim ronde,
penentuan waktu ronde keperawatan
3) Persiapan Perawat pemberi materi: menentukan/ mencari literatur,data-data
penunjang dsb
4) Persiapan kelengkapan: data hadir, buku ronde/form ronde, statuspasien dsb.
b. Saat ronde keperawatan
1) Kepala ruang, PP, perawat pelaksana mengadakan pertemuan di ruangnurse station
2) Kepala ruang membuka acara ronde keperawatan denganmemperkenalkan anggota
tim ronde keperawatan, dilanjutkan denganpenjelasan topik ronde keperawatan
3) Kepala ruangan dan tim ronde keparawatan melakukan kunjungan kepasien yang
akan dilakukan ronde keperawatan
4) Kepala ruangan sebagai pimpinan ronde keperawatan mempersilahkan kepada
perawat yang bertanggung jawab pada pasien yang akan dilakukan ronde untuk
memulai pelaksanaan rondekeperawatan
5) Perawat yang bertanggung jawab mulai melaksanakan kegiatan rondekeperawatan
dengan memperkenalkan klien kepada anggota tim ronde, menjelaskan riwayat
singkat penyakit klien, masalah keperawatan yang dihadapi klien, intervensi yang
sudah diberikan dan perkembangan pasien.
6) Pembahasan materi ronde keperawatan
a) Untuk ronde keperawatan mengenai asuhan keperawatan meliputi: pengkajian,
perencanaan dan rasionalisasi, implementasi serta evaluasi
b) Untuk ronde non asuhan keperawatan meliputi: pengertian, tujuan, jenis serta
langkah-langkah
7) Kepala ruang, ketua tim dan perawat pelaksana melakukan validasi atas
penjelasan yang telah diuraikan perawat
8) Kepala ruang mempersilahkan anggota tim ronde keperawatan untuk kembali ke
nurse station guna melanjutkan diskusi dari hasil pelaksanaan ronde keperawatan
9) Kepala ruang, ketua tim, dan perawat pelaksana memberikan alternatif
pemecahan masalah
10) Kepala ruang menyimpulkan hasil evaluasi dan proses pemecahan masalah
klien sekaligus menutup acara ronde keperawatan

10. Peran
a. Kepala ruangan
1) Memimpin ronde keperawatan
2) Membuka dan menutup pelaksanaan ronde keperawatan
b. Ketua tim dan Perawat Pelaksana (pelaksana ronde keperawatan)
1) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
2) Menjelaskan masalah keperawatan utama
3) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang sudah dilakukan
4) Menjelaskan tindakan selanjutnya
5) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang diambil
c. Peran PP
1) Memberikan justifikasi
2) Memberikan reinforcemen
3) Menilai kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan/rasional
4) Mengarahkan dan koreksi
5) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
BAB III

KAJIAN SITUASI MANAJEMEN RUANG RAWAT INAP COVID


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ‘ H. ABDUL MANAP ’
KOTA JAMBI

A. Profil Rumah Sakit Umum Daerah H, Abdul Manap Kota Jambi

Anda mungkin juga menyukai