Anda di halaman 1dari 18

PRE PLANNING KEGIATAN PENYULUHAN

CARA BERINTAKSI SOSIAL BAGI LANSIA

Disusun Oleh :
KELOMPOK CAPLAN

1. Amor Rakasiwi, S. Kep


2. Dian Triyani, S. Kep
3. May Daryeti, S. Kep
4. Riskie Hikmah, S. Kep
5. Riyan Kurniawan, S. Kep
6. Tien Sumarna, S.Kep
7. Winda Siska Sari, S. Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HARAPAN IBU JAMBI
TAHUN 2020
PRE PLANNING KEGIATAN PENYULUHAN
CARA BERINTERAKSI SOSIAL BAGI LANSIA

A. LATAR BELAKANG
Sasaran utama pembangunan kesehatan adalah perilaku hidup
sehat, manajemen pembangunan kesehatan dan derajat kesehatan masyarakat
pada saat ini diharapkan adalah bersifat proaktif untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadi penyakit serta melindungi
diri dari ancaman penyakit serta berpartisifasi aktif dalam kesehatan
masyarakat. (Kemenkes RI, 2010). Lansia merupakan seseorang yang sudah
berumur diatas 60 tahun. Secara biologis, lansia mempunyai ciri-ciri yang
dapat dilihat secara nyata pada perubahan-perubahan fisik dan mentalnya.
Proses ini terjadi secara alami yang tidak dapat dihindari dan berjalan secara
terus menerus (Nugroho, 2010).
Usia lanjut adalah seseorang yang usinya sudah tua yang
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan. Ada berbagai kriteria
umur bagi seseorang yang dikatakan tua (Yusuf,dkk. 2015). Menurut
Undang-undang Nomor 13 tahun 1998, lanjut usia adalah yang mencapai
seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Sementara
WHO membagi lanjut usia dalam 3 golongan, usia 60-74 disebut sebagai usia
lanjut awal, 75-90 tahun disebut lanjut usia menengah dan usia 91 tahun
keatas disebut lanjut akhir usia (Papalia, 2008).
Menurut World Health Organization (WHO, 2015) jumlah lansia pada
tahun 2015 sebanyak 12.3%, ditahun 2025 jumlah lansia diproyeksikan
sebanyak 14.9% dan pada 2030 diproyeksikan mencapai 16.4%. jumlah
lansia di ASIA pada tahun 2015 sebanyak 63.4%, diproyeksikan pada tahun
2025 sebanyak 15% dan pada tahun 2030 diproyeksikan mencapai 17.1%.
Berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66
juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah penduduk
lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95
juta) dan tahun 2035 (48,19 juta) (Riskesdas, 2017).

1
Berdasarkan data survey penduduk antar sensus (supas) 2015, jumlah
lanjut usia Indonesia sebanyak 21,7 juta atau 8,5%. Dari jumlah tersebut,
terdiri dari lansia perempuan 11,6 juta (52,8%) dan 10,2 juta (47,2%) lanjut
usia laki-laki (BPS, 2016). Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia termasuk
Negara yang akan memasuki era penduduk menua (ageing population), karena
jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas telah melebihi angka 7,0%.
(Lilis, 2019).
Hasil susenas tahun 2019 memperlihatkan populasi lansia di provinsi
jambi telah mencapai 7,59 persen dari keseluruhan penduduk, selain itu,
terlihat pula bahwa proporsi penduduk 0-4 tahun tidak jauh beda dibandingkan
proporsi 5-9 tahun. Sementara proporsi penduduk produktif 10-44 tahun
terbesar jika dibandingkan kelompok umur lainnya. (Jambi, B. P. (2020)
Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologi yang
terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai
mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong, pendengaran
dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang
lincah, serta terjadi penimbunan lemak terutama di perut dan pinggul. Selain
itu, terjadi juga berupa penurunan kemampuan kognitif seperti lupa,
kemunduran orientasi terhadap ruang waktu, tempat serta tidak mudah
menerima hal/ide baru (Fatmah, 2012). Pertambahan usia lansia dapat
menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, mental, serta perubahan
kondisi sosial yang dapat mengakibatkan penurunan pada peran-peran
sosialnya. Selain itu,dapat menurunkan derajat kesehatan, kehilangan
pekerjaan dan dianggap sebagai individu yang tidak mampu. Hal ini akan
mengakibatkan lansia secara perlahan menarik diri dari hubungan dengan
masyarakat sekitar sehingga dapat mempengaruhi interaksi sosial. (Andreas,
2012).
Melalui interaksi sosial, lansia dapat berpikir positif dan optimis
tentang kehidupan. Interaksi sosial dapat terwujud melalui keanggotaan
dalam sebuah perkumpulan, memelihara keharmonisan dalam keluarga,
melakukan interaksi dengan orang lain, mencegah isolasi, dan promosi
kesehatan mental yang baik serta aktivitas fisik sehingga interaksi sosial

2
dapat dipertahankan (The Australian Psychological Society, 2009 Dalam
Andreas 2012). Interaksi sosial dapat berdampak positif terhadap kualitas
hidup karena dengan adanya interaksi sosial maka lansia tidak merasa
kesepian, oleh sebab itu interaksi sosial harus tetap dipertahankan dan
dikembangkan pada kelompok lansia. Kemampuan lanjut usia untuk terus
menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status sosialnya
berdasarkan kemampuannya bersosialisasi (Noorkasiani, 2012). Memerlukan
interaksi yang baik dan intensif dalam merawat, menghargai dan
mengapresiasi lansia, supaya para lanjut usia merasakan kenyamanan dalam
berbagi cerita hidupnya. Pada dasarnya setiap manusia butuh untuk
didengarkan. Sama halnya dengan lansia butuh orang yang dapat
mendengarkan ceritanya dan paling penting keluarganya yang dapat menjadi
tempat berbagi cerita. Adanya perhatian dari keluarga dapat membuat para
lansia itu menjadi optimis, semangat, bahagia, tenang dalam sosialisasi, dan
interaksi dengan masyarakat. Di dalam masyarakat, lansia juga mempunyai
peranan penting yaitu sebagai guru dari pengalamnnya dalam menyelesaikan
sebuah masalah (Schulz-Allen, 2014).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menambah pemahaman pasien tentang Cara berinteraksi sosial bagi
lansia
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian Interaksi sosial
b. Aspek dan bentuk interaksi
c. Ciri-ciri interaksi sosial
d. Syarat-syarat interaksi sosiasl
e. Situasi sosial
f. Jenis-jenis penyesuaian diri
g. Faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial
h. Kelompok sosial

3
C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Topik / Judul Kegiatan

a. Judul : Cara berinteraksi sosial bagi lansia


b. Sasaran : Lansia sebanyak 10 orang

2. Metode
Ceramah, diskusi dan tanya jawab
3. Media dan alat
1) Peralatan umum
a. Kursi : 10 buah
b. Absen
a) Absen mahasiswa : 1 buah
b) Absen dosen : 1 buah
c) Absen peserta : 1 buah
d) Meja laptop dan LCD : 1 buah
e) Kabel : 1 buah

2) Peralatan dalam Kegiatan penyuluhan Lansia:

a. LCD : 1 buah

b. Layar LCD : 1 buah

c. Laptop : 1 buah

d. Leaflet : 10 lembar
3) Waktu dan tempat
a. Waktu : Rabu , 06Mei 2020
b. Jam : 10.00 – 10.30 WIB
c. Kegiatan : Cara berinteraksi sosial bagi lansia
d. Tempat : Panti Werda

4) Jenis kegiatan

4
a. Kegiatan penyuluhan kesehatan
Denah tempat

Keterangan:
:Kursi/Peserta : Dosen/Pembimbing
: Layar : Fasilitator
: Moderator : Pemateri
: Meja LCD : Laptop
: Penanggung Jawab : Dokumentasi
: Meja Panjang : Observer

5
b. Strategi pelaksanaan
NO KEGIATAN KEGIATAN PESERTA WAKTU
MAHASISWA
1 Persiapan a. Menjawab salam
a. Mengucapkan Salam b. Memperhatikan dan
b. Memperkenalkan diri mendengarkan
dan anggota c. Memperhatikan dan 5 menit
kelompok dan tim mendengarkan
pembimbing.
c. Menjelaskan tema,
waktu, tujuan dan
manfaat kegiatan
penyuluhan
2 Pelaksanaan a. Mengikuti kegiatan
a. Melakukan presentasi b. Memberikan respon
penyuluhan tentang dan menjawab
cara berinteraksi pertanyaan
sosial bagi lansia c. Mendengarkan dan
b. Menggali memperhatikan
pengetahuan klien d. Mendengarkan dan
tentang cara memperhatikan
berinteraksi sosial e. Mendengarkan dan 20 menit
bagi lansia memperhatikan
c. Memberikan f. Mendengarkan dan
reinforcement positif memperhatikan
d. Mengetahui g. Mendengarkan dan
pengertian Interaksi memperhatikan
sosial h. Mendengarkan dan
e. Mengetahui Aspek memperhatikan
dan bentuk interaksi i. Mengajukan
f. Mengetahui Ciri-ciri pertanyaan
interaksi sosial
g. Mengetahui Syarat-

6
syarat interaksi
sosiasl
h. Mengetahui Situasi
sosial
i. Mengetahui Jenis-
jenis penyesuaian diri
j. Mengetahui Faktor-
faktor yang
mendasari
berlangsungnya
interaksi sosial
k. Mengetahui
Kelompok sosial
l. Memberikan
kesempatan peserta
untuk bertanya

3 a. Mengevaluasi a. Memberikan
kemampuan jawaban
pemahaman b. Mendengar dan
audiens memperhatikan
b. Memberi c. Mendengarkan dan
5 menit
reinforsemen memperhatikan
positif d. Mendengarkan dan
c. kesimpulan e. Memperhatikan
d. Menutup Menjawab salam
pertemuan
e. Mengucapkan
salam

c. Uraian Tugas

7
1. Penanggung jawab : Riyan Kurniawan, S.Kep
Tugas :Mengkoordinasi persiapan dan pelaksanaan
kegiatan penyuluhan di Panti werda

2. Moderator : Winda Siska Sari, S. Kep


Tugas : 1. Membuka acara
2. Menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan
3. Memimpin jalannya pemeriksaan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan
4. Menutup acara
3. Absensi : Amor Rakastiwi, S. Kep
Tugas : Mencatat identitas peserta
4. Presenter : Riski Hikmah, S.Kep
Tugas :Menyampaikan materi penyuluhan
5. Fasilitator :1. Tien Sumarna, S. Kep
Tugas :
a) Membantu presenter dalam menyampaikan materi
b) Memotivasi peserta unttuk berperan aktif selama
berjalan nya penyuluhan.
c) Memfasilitasi peserta untuk berperan aktif selama
pertemuan.
6. Observer : 1. Dian Triyani, S. Kep
Tugas : Mengamati jalannya kegiatan dan membuat
laporan observasi
7. Dokumentasi : May daryeti, S.Kep
Tugas : Mendokumentasikan seluruh kegiatan

D. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktural
a. 75% dari peserta dapat hadir dan mengikuti kegiatan
b. Tempat dan alat tersedia sesuai rencana
c. Peran dan tugas mahasiswa sesuai perencanaan

8
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Klien hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Evaluasi Hasil
a. 75% lansia Mengetahui pengertian Interaksi sosial
b. 75% lansia Mengetahui Aspek dan bentuk interaksi
c. 75% lansia Mengetahui Ciri-ciri interaksi sosial
d. 75% lansia Mengetahui Syarat-syarat interaksi sosiasl
e. 75 % lansia Mengetahui Situasi sosial
f. 75% lansia Mengetahui Jenis-jenis penyesuaian diri
g. 75% lansia Mengetahui Faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya
interaksi sosial
h. 75% lansia Mengetahui Kelompok sosial

MATERI

9
CARA BERINTERAKSI SOSIAL BAGI LANSIA

A. Pengertian

Menurut penelitian interaksi dapat berlangsung karena orang

mengharapkan keuntungan ataupun reward dari komunitasnya. Newcomb

dalam bukunya sosial psikolog bahwa interaksi sosial merupakan

pedoman masyarakat. Interaksi yaitu suatu hubungan antara dua atau

lebih individu dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi,

mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau

kebalikannya (Purwoastuti, 2015).

Interaksi adalah masalah yang paling unik yang timbul pada diri

manusia. Interaksi ditimbulkan oleh bermacam-macam hal yang

merupakan dasar dari peristiwa sosial yang lebih luas. Kejadian-kejadian

didalam masyarakat pada dasarnya bersumber pada interaksi individu

dengan indivodu. Dapat dikatakan bahwa tiap-tiap orang dalam

masyarakat adalah sumber-sumber dan pusart efek psikologis yang

berlangsung pada kehidupan orang lain (Ahmadi, 2009).

B. Aspek dan Bentuk Interaksi

Menurut Puwoastuti (2015) aspek-aspek dan bentuk interaksi

sosial adalah sebagai berikut :

a. Individu bertentangan dengan lingkungan

Bila individu merasa lingkungan bertentangan dengan

dirinya. Contohnya individu yang berasal daru pedesaan dengan

norma dan nilai masyarakat yang bersifat kekeluargaan dan

kekerabatan datang ke Kota.

10
b. Individu memanfaatkan lingkungan

Bila individu merasa lingkungan dapat memberikan manfaat

bagi perkembangan bagi dirinya. Contohnya seorang perawat yang

bertugas di suatu wilayah dimana masyarakatnya dinamis dan

terorganisir dengan baik serta mempunyai PSM baik, sehingga

perawat tersebut dapat menjalankan program sesuai dengan keaadaan

setempat.

c. Individu berpartisipasi dalam kegiatan lingkungan

Bila merasakan manfaat bagi dirinya dan lingkunganna.

Contohnya perawat berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat atau

organisasi masyarakat yang ada di wilayah kerjanya.

d. Individu menyesuaikan diri dengan lingkungan

Manusia selalau menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

C. Ciri-cici interaksi sosial

Menurut Purwoastuti (2015) cirri-ciri interaksi sosial adalah

sebagai berikut :

a. Jumlah pelakunya lebih dari satu orang

b. Terjadinya komunikasi diantara pelaku melalui kontak sosial

c. Mempunyai maksud dan tujuan yang jelas

d. Dilaksanakan melalui suatu pola system sosial tertentu

D. Syarat-syarat interaksi sosial

11
Menurut Walyani (2015) syarat-syarat interaksi sosial adalah

sebagai berikut :

a. Kontak sosial yaitu hubungan antara satu pihak dengan pihak lain

yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial dan masing-masing

pihak saling bereaksi antara satu dengan yang lain meski tidak harus

bersentuhan secara fisik.

b. Komunikasi berhubungan atau bergaul dengan orang lain.

E. Situasi Sosial

Menurut Ahmadi (2009) Pada dasarnya individu selalu berada

dalam situasi sosial yang merangsang individu sehingga individu

bertingkah laku yang oleh Sherif and Sherif disebut situasi perangsang

sosial atau social stimulus situation.

Situasi perangsang sosial ini digolongkan menjadi 2 golongan

besar yaitu :

a. Orang lain, yang dapat berupa :

1) Individu-individu lain sebagai perangsang

2) Kelompok sebagai situasi perangsang yang dapat dibedakan lagi

atas:

a) Kelompok intragroup : yaitu hubungan antara individu lain

dalam kelompok lain atau antara kelompok dengan kelompok

b) Hubungan intergroup[ yaitu hubungan antara individu satu

dengan yang lain dalam kelompok itu sendiri. Jadi tidak

keluar dari kelompok.

b. Hasil kebudayaan yang dibedakan

12
a) Kebudayaan materi (materiil cultural)

b) Hubungan intergroup yaitu hubungan antara individu satu

dengan yang lain dalam kelompok itu sendiri jadi tidak keluar

dari kelompok.

F. Jenis-jenis penyesuaian diri

Menurut Purwoastuti (2015) jenis-jenis penyesuaian diri dalam

interaksi sosial adalah Autoplastic (pasif) yaitu mengubah dirinya sesuai

keadaan lingkungannya dan Alloplastic (aktif) yaitu mengubah

lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri sendiri.

G. Faktor-faktor yang mendasari berlansungnya interaksi sosial

Menurut Ahmadi (2009) faktor-faktor yang mendasari

berlangsungnya interaksi sosial, baik secara tunggak maupun secara

bergabung adalah :

a. Faktor imitasi

Peranan faktor imitasi dalan interaksi sosial mempunyai segi-

segi negative yaitu mungkin yang diimtasi itu salah, sehingga

menimbulkan kesalahan kolektif yang meliputi jumlah manusia yang

besar dan kadang-kadang orang yang mengimitasi sesuatu tanpa

kritik, sehingga dapat menghambat perkembangan kebiasaan

berpikir kritis.

b. Faktor sugesti

Faktor yang dimaksud sugesti adalah pengaruh psikis, baik

yang datang dari diri sendiri maupun orang lain, yang pada

umumnya diterima tanpa adanya kritik. Karena itulah dalam

13
psikologi sugesti ini dibedakan adalah auto sugesti yaitu sugesti

terhadap diri yang datang dari dirinya sendiri dan hetero sugesti

yaitu sugesti yang datang dari orang lain.

c. Faktor identifikasi

Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi

identik (sama) dengan orang lain, baik secara lahirian maupun secara

batiniah.

d. Faktor simpati

Simpati adalah perasaan terakhirnya orang yang satu terhadap

orang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasiona, melainkan

berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses identifikasi.

Bahkan orang dapat tiba-tiba merasa tertarik kepada orang lain

dengan sendirinya karena keseluruhan cara-cara bertingkah laku

menarik baginya.

e. Ajaran evolusionisme

Menurut ajran evolusionisme yang dipelopori oleh Darwin

mengatakan bahwa bentuk manusia sekarang ini adalah hasil

evaluasi atau perubahan secara perlahan-lahan dari satu generasi ke

generasi yang lain. Proses perubahan ini terjadi karena makhluk ini

berusaha untuk menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya. Mula-

mula dari bentuk yang sederhana menuju kepada sumpurna dan

karena itu timbullah seleksi.

H. Kelompok Sosial

14
Menurut Purwoastuti (2015) kelompok sosial merupakan suatu

himpunan suatu kesatuan-kesatuan yang hidup bersama, disebabkan oleh

adanya hubungan antara mereka yang menyangkut hubungan timbale

balik yang saling mempengaruhi dan adanya kesadaran untuk saling

tolong menolong.

a. Bentuk-bentuk kelompok sosial

1) In group and out group

In group merupakan kelompok sosial yang dijadikan tempat

oleh individu-individunya untuk mengidentifikasikan dirinya.

2) Kelompok primer dan sekunder

Kelompok primer saling antara anggota-anggotanya, kerja

sama yang erat dan bersifat pribadi, interaksi sosial dilakukan

tatap muka (face to face). Kelompok sekunder yaitu kelompok

sosial yang terdiri dari banyak orang, antara sispa hubungannya

tidak begitu langgeng.

3) Penguyuban dan patembayan

Penguyuban merupakan bentuk-bentuk kehidupan yang

dimana para anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang

murni, bersifat ilmiah dan kekal.

4) Kelompok formal dan informal

Kelompok formal mempunyai peraturan yang tegas dan

sengaja diciptakan oleh para anggotanya untuk mengatur

hubungan mereka.

5) Membership group and reference group

15
Kelompok membership merupakan kelompok yang

anggotanya tercatat secara fisik sebagai anggota.

b. Kelompok teratur dan tidak teratur

Kelompok teratur merupakan kelompok yang mempunyai

peraturan tegas dan sengaja diciptakan oleh angggota-anggotanya

untuk mengatur hubungan antarmereka. Ciri-ciri kelompok teratur

adalah sebagai berikut :

1) Memiliki identitas kolektif yang tegas

2) Memiliki daftar anggota yang rinci

3) Memiliki program yang terus menerus meneruskan diarahkan

kepada pencapaian tujuan yang jelas.

4) Memiliki prosedur keanggotaan

kelompok tidak teratur merupakan kelompok yang tidak

mempuanyai struktur atau organisasi tertentu.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta


Andreas. (2012). Interaksi Sosial Dan Kualitas Hidup Lansia Di Kelurahan
Lansot Kecamatan Tomohon Selatan.
huhttp://igenursing.weebly.com/uploads/1/4/3/9/14390416/fix_jku_andre
as.pdf
Kemenkes RI. 2010.Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI
Jambi, B. P. (2020) “Statistik Penduduk Lanjut usia Provinsi Jambi 2019.”
Lilis (2019) “Info Demografi,” LD-FE universitas Indonesia, 1.
Nugroho, 2010. Keperawatan Gerontik. Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Noorkasiani, T. S. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Papalia. (2008). Psikologi perkembangan. Terjemahan. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group
Purwoastuti, 2015. Ilmu kesehatan Masyarakat. penerbit Nuha Medika
Yogyakarta
Schulz-Allen, 2014. Aging and Human Longevity. Switzerland: Institution
Universitaires Geriatric
Yusuf AH, dkk. (2015). Buku Ajar Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika
Walyani, 2015. Perilaku dan softskill kesehatan. penerbit Nuha Medika
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai