Anda di halaman 1dari 12

Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas

untuk Eksplorasi Situs Purbakala di Candi Deres


Nurul Priyantari1 dan Arika F2

Abstract: This research was carried out by using the Wenner configuration of
2D Resistivity method. The object from this research was the archeology rock
that came from the Deres Temple, one of the available cultural inheritances in
the Jember Regency territory. This rock the possibility was under the surface and
could be detected from the resistivity value. From results of the research, was
expected still had parts of the Deres Temple that was buried under the surface of
the land. With the depth of the revolving object between 0,50 m. up to 7,91 m..
The data that was received from the calculation showed the bricks resistivity
value were identical to the brick resistivity value that referred to the rock table of
Roy E, 1984.

Keywords: Resistivity, the Deres Temple

PENDAHULUAN Menurut sejarah, sebagai kota


Bangsa Indonesia terkenal kerajaan di sana banyak terdapat
sebagai suatu bangsa yang memiliki bangunan-bangunan dan benda-
kekayaan seni budaya yang bernilai benda peninggalan yang di masa
tinggi. Warisan budaya nasional itu sekarang sudah dianggap mempu-
ada yang berupa bangunan atau nyai nilai sejarah tinggi. Seiring
monumen, kesenian, naskah-naskah dengan berjalannya waktu, dan
kuno dan jenis-jenis budaya lainnya diakibatkan oleh proses-proses geo-
(Sumarsih, 1985). Pada abad ke-16 logi akhirnya bangunan-bangunan
di Jawa terdapat beberapa negara tersebut tertutup oleh tanah. Salah
yang berbentuk kerajaan, antara lain satu dari bangunan adalah komplek
Majapahit, Demak, Pajang, Banten, Candi Gentong yang ditemukan
Cirebon dan Mataram-Islam pada tahun 1986 dalam keadaan
(Marwati dan Nugroho, 1993). tertutup tanah, alang-alang dan
Kerajaan-kerajaan tersebut mempu- rerumputan. Penggalian candi ini
nyai arti historis tersendiri. Misalnya baru dilakukan oleh Mundarjinto dan
saja sekitar 700 tahun yang lalu di kawan-kawan pada tahun 1986
Mojokerto tepatnya di Desa (Triharyanto, 1997). Didasarkan
Trowulan, merupakan pusat keraja- pada bentuk dan kedudukan candi,
an besar yaitu Kerajaan Mojopahit. para arkeolog menduga bahwa di

1
) Staf Pengajar Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Jember
2
) Alumni Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Jember
101
102 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 5 No. 2, Agustus 2008 (101 – 112)

sekitar lokasi Candi Gentong masih menyerupai onggokan batu. Hal ini
banyak terdapat bagian-bagian dari disebabkan pengrusakan besar-
Candi Gentong, baik berupa besaran yang dialami oleh tanah
bangunan maupun benda-benda tempat candi itu berdiri, misalnya,
yang masih tertimbun tanah. gembur dan longsor karena hujan.
Salah satu warisan budaya Ulah manusia juga memperparah
yang ada di wilayah Kabupaten keadaan itu. Banyak batu candi
Jember adalah Candi Deres. Candi (yang berbahan batu andesit)
tersebut terletak di Desa Deres, diambil masyarakat sekitar untuk
Kecamatan Gumukmas Jember. berbagai keperluan, seperti tembok,
Candi ini terletak di atas gumuk sumur, pondasi rumah, pagar
(seperti bukit) dan berada di tengah- halaman dan pengganjal tiang. Oleh
tengah area persawahan penduduk. karena itulah penelitian ini ingin
Batuan penyusun candi tersebut memetakan situs purbakala di
adalah batu bata. Keberadaan candi sekitar Candi Deres, Kabupeten
ini kurang diperhatikan oleh Dinas Jember dengan menggunakan
Kepariwisataan Pemkab Jember. metode geolistrik resistivitas 2D
Hal ini terlihat dari kodisi fisik konfigurasi Wenner.
bangunan yang sudah mulai hancur
sedikit demi sedikit dan sudah METODE
terpisah menjadi dua bagian akibat
Penelitian ini dilakukan
kurang perawatan.
dengan menggunakan metode
Dari ratusan candi yang
geolistrik resistivitas 2D konfigurasi
pernah ada di Indonesia, kini hanya
Wenner. Obyek dari penelitian ini
seratus sampai dua ratus saja yang
adalah batuan purbakala yang
tampak. Selebihnya masih
berasal dari Candi Deres. Batuan
terpendam di dalam tanah karena
tersebut kemungkinan berada di
berbagai faktor penyebab, seperti
bawah permukaan dan dapat
tertimbun lahar akibat letusan
terdeteksi dari nilai resistivitasnya.
gunung berapi dan gempa bumi.
Pengambilan data pada obyek
Sementara itu, yang sudah muncul
penelitian tersebut dilakukan dengan
ke permukaan, sebagian ditemukan
cara mengalirkan arus ke dalam
dalam keadaan berantakan atau
tanah melalui titik elektroda, dan
tidak utuh lagi, bahkan lebih
Priyantari. N, Aplikasi Metode Geolistrik.............. 103

kemudian mengukur harga potensial dari atas permukaan laut. Keca-


dengan elektroda lain yang segaris matan Gumukmas terdiri dari 7 desa
atau dekat dengan titik arus yang yaitu: Mayangan, Menampu, Bago-
dialirkan. Kemudian dapat dihitung rejo, Gumukmas, Tembokrejo,
harga resistivitas berdasarkan besar Kepanjen, Purwosari. Batas Keca-
arus dan potensial yang terukur. matan Gumukmas yaitu sebelah
Kedalaman pengukuran dapat Utara Kecamatan Umbulsari, di
ditambah dengan menambah jarak sebelah Timur Kecamatan Puger,
(spasi) elektroda. Semakin besar sebelah Selatan Lautan Indonesia
spasi elektroda maka semakin dan sebelah Barat Kecamatan
dalam efek penembusan ke dalam Kencong.
medium. Luas lokasi candi tersebut
Candi Deres terletak di 2
kurang lebih 572 m . Candi tersebut
Dusun Deres, Desa Deres, Keca- terletak di lokasi area persawahan
matan Gumuk Mas Kabupaten penduduk. Kondisi fisik bangunan
Jember. Kecamatan Gumukmas candi tersebut telah terpisah menjadi
mempunyai luas wilayah 82,96 Km2 dua bagian, seperti yang terlihat
dengan ketinggian rata-rata 141 m pada gambar (1a dan1b).

Gambar 1a. Foto lokasi Candi Deres


104 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 5 No. 2, Agustus 2008 (101 – 112)

Gambar 1b. Foto lokasi Candi Deres

58 m Keterangan :

U Kebun
B T
S Tanah
II
Candi A, B
62 m
I 58 m Makam

Sungai
III
Jalan Setapak
Lintasan
Wenner I,II,III
dan IV

Gambar 2. Denah Lokasi dan lintasan penelitian

Gambar 2 adalah gambar litian adalah 3596 m


2
dengan
denah lokasi penelitian di Gumuk- panjang lokasi adalah 62 m dan
mas Jember. Luas lokasi/area pene- lebarnya 58 m. Di lokasi ini terdapat
Priyantari. N, Aplikasi Metode Geolistrik.............. 105

dua buah candi. Jarak kedua candi dan lintasan IV berada di sebelah
tersebut adalah 14 m. Di lokasi candi timur kedua candi tersebut. Untuk
tersebut juga terdapat area makam lintasan I diperoleh data 132 data,

dengan luas kurang lebih 216 m .


2 begitu juga dengan lintasan II, III

Sedangkan luas area candi tersebut dan IV, masing-masing 132 data.
2 Sehingga total data yang diperoleh
kurang lebih 572 m . Pengukuran
dalam pengukuran tersebut adalah
ini dilakukan dengan menggunakan
528 data.
spasi pertama 2 m (n 1 = 2m) sampai
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan n 8 = 16 m. Pengukuran
Hasil Penelitian
dilakukan dari arah barat ke timur.
A. Lintasan I
Lintasan yang digunakan yaitu 4
Lintasan I merupakan lintasan
lintasan. Lintasan I berada di antara
yang berada di antara kedua
kedua candi, lintasan II berada di
candi, dan diperoleh gambar
sebelah utara candi B, lintasan III
pencitraan bawah permukaan
berada di antara candi A dan makam
tanahnya pada gambar 3.

Gambar 3. Penampang lintang resistivitas lintasan I Candi Deres

Berdasarkan hasil pengukur- resistivitas berkisar antara 1,46 Ωm


an dan perhitungan, diperoleh nilai sampai dengan 54,1 Ωm.
resistivitas semu (ρa) berkisar Berdasarkan tabel Roy E, (1984),
antara 11,175 Ωm sampai dengan diperoleh jenis batuan (tanah) yang
35,191 Ωm. Setelah diolah dengan diperlihatkan pada tabel 1.
software Res2Dinv diperoleh nilai
106 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 5 No. 2, Agustus 2008 (101 – 112)

Tabel 1. Distribusi lapisan permukaan bawah tanah lintasan I


No Warna Kontur Jenis Tanah Kedalaman Nilai
Resistivitas
Lempung yang sangat basah
1 Biru tua 3,70 1,45
dan lembek
2 Biru Lempung lembek 2,55 2,45
Lempung lanauan dan lempung
3 Biru muda basah lembek(Lanauan lempung 1,8-7,91 4,11
debuan)
4 Hijau Lanauan pasiran 0,5-7,91 6,88-11,5
5 Kuning Lanauan pasiran 0,5-7,91 19,3
6 Merah Lanauan pasiran/Batu bata 0,5-7,91 32,3-54,1

B. Lintasan II candi B, dan diperoleh gambar


Lintasan II merupakan lintas- pencitraan bawah permukaan
an yang berada di sebelah utara tanahnya pada gambar 4.

Gambar 4. Penampang lintang resistivitas lintasan II Candi Deres


Berdasarkan hasil pengukur- diperoleh nilai resistivitas berkisar
an dan perhitungan, diperoleh nilai antara 8,31 Ωm sampai dengan 35,0
resistivitas semu (ρa) 8,179 Ωm Ωm. Berdasarkan tabel (Roy E,
sampai dengan 28,015 Ωm. Setelah 1984), diperoleh jenis batuan (tanah)
diolah dengan software Res2Dinv yang diperlihatkan pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi lapisan permukaan bawah tanah lintasan II

No Warna Kontur Jenis Tanah Kedalaman Nilai


Resistivitas
Lempung lanauan dan lempung basah
1 Biru 0,5-6,5 8,31-12,5
lembek (lanauan lempung debuan)
2 Hijau Lanauan pasiran 0,5-7,91 15,4-18,9
3 Kuning Lanauan pasiran 0,5-7,91 23,2
4 Merah Lanauan pasiran/batubata 0,5-7,91 28,8-35,5
Priyantari. N, Aplikasi Metode Geolistrik.............. 107

C. Lintasan III A dan makam (gambar 2), dan


Lintasan III merupakan diperoleh gambar pencitraan bawah
lintasan yang berada di antara candi permukaan tanah pada gambar 5.

Gambar 5. Penampang lintang resistivitas lintasan III Candi Deres

Berdasarkan hasil pengukur- antara 6,36 Ωm sampai dengan 30,7


an dan perhitungan, diperoleh nilai Ωm. Berdasarkan tabel (Roy E,
resistivitas semu (ρa) 9,005 Ωm 1984), diperoleh jenis batuan (tanah)
sampai dengan 29,553 Ωm. Setelah seperti yang diperlihatkan pada tabel
diolah dengan software Res2Dinv 3.
diperoleh nilai resistivitas berkisar

Tabel 3. Distribusi lapisan permukaan bawah tanah lintasan III


No Warna Kontur Jenis Tanah Kedalaman Nilai
Resistivitas
Lempung lanauan dan lempung
1 Biru basah lembek(Lanauan lempung 0,5-7,91 6,36-9,97
debuan)
Lempung lanauan dan lempung
2 Hijau muda basah lembek(Lanauan lempung 0,5-7,91 12,5
debuan)
3 Hijau tua Lanauan pasiran 0,5-7,91 15,6
4 Kuning Lanauan pasiran 0,5-7,91 19,6
5 Merah Lanauan pasiran/Batu bata 5,0-7,91 24,5-30,7

D. Lintasan IV 2), dan diperoleh gambar pencitraan


Lintasan IV merupakan bawah permukaan tanahnya pada
lintasan yang berada di sebelah gambar 6.
timur kedua candi tersebut (gambar
108 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 5 No. 2, Agustus 2008 (101 – 112)

Gambar 6. Penampang lintang resistivitas lintasan IV Candi Deres

Berdasarkan hasil pengukur- antara 8,70 Ωm sampai dengan


an dan perhitungan, diperoleh nilai 59,80 Ωm. Berdasarkan tabel (Roy
resistivitas semu (ρa) 10,634 Ωm E, 1984), diperoleh jenis batuan
sampai dengan 57,112 Ωm. Setelah (tanah) seperti yang diperlihatkan
diolah dengan software Res2Dinv pada tabel 4.
diperoleh nilai resistivitas berkisar

Tabel 4. Distribusi lapisan permukaan bawah tanah lintasan IV


No Warna Kontur Jenis Tanah Kedalaman Nilai
Resistivitas
Lempung lanauan dan lempung
1 Biru basah lembek (lanauan lempung 0,5-6,0 8,7-15,1
debuan)
2 Hijau Lanauan pasiran 0,5-7,91 19,9-26,2
0,5-1,7 dan
3 Kuning Lanauan pasiran 34,5
1,8-7,91
0,5-1,7 dan
4 Merah Lanauan pasiran/batubata 45,4-59,8
5,9-7,91

PEMBAHASAN ditunjukkan pada gambar 3 - 6


Pengolahan data mengguna- tersebut menentukan jenis batuan-
kan software Res2Dinv menghasil- nya. Secara umum jenis batuan
kan citra warna yang berbeda untuk (tanah) yang ada pada bawah
menunjukkan distribusi resistivitas permukaan di Candi Deres, Kab.
bawah permukaan. Berdasarkan Jember dapat dikelompokkan yang
Roy E. Hunt, citra warna yang ditunjukkan pada tabel 5.
Priyantari. N, Aplikasi Metode Geolistrik.............. 109

Tabel 5. Jenis batuan (tanah) Candi Deres

Jenis Batuan (Tanah) Resistivitas (Ωm)


Lempung yang sangat basah dan lembek < 1,5
Tanah lempung basah lembek 1,5 – 3,0
Lempung lanauan dan lanauan basah lembek 3,0 – 15
Tanah lanauan pasiran 15 – 150

Untuk melihat gambaran yang lebih berada di Candi Deres, maka


detail mengenai kondisi lapisan penulis melakukan penggabungan
bawah permukaan tanah yang lintasan pengukuran.

Gambar 7. Penampang vertikal dari hasil perpotongan antara


lintasan I dengan lintasan IV

Gabungan antara lintasan I resistivitas rendah, yaitu 1,46-8,7


dengan lintasan IV, yaitu daerah Ωm diwakili oleh warna biru tua yang
pengukuran yang berada di antara berada pada kedalaman 1-7,91 m.
candi dan lintasan yang berada di Pada titik perpotongan tersebut,
sebelah kedua candi tersebut diduga bahwa lapisan batuannya
menghasilkan kontur yang ada pada (tanahnya) berupa tanah lempung
gambar 7. Pada gambar 7 tersebut basah lembek, karena daerah ini
menunjukkan bahwa perpotongan merupakan area persawahan pendu-
yang terjadi pada spasi kurang lebih duk dengan kandungan air yang
antara 28 m untuk lintasan I sampai sangat tinggi, salah satu penyebab-
dengan 30 m untuk lintasan IV (dari nya karena tidak ada tumbuhan
arah utara) memiliki rentang nilai yang menyerap air.
110 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 5 No. 2, Agustus 2008 (101 – 112)

Gambar 8. Penampang vertikal dari hasil perpotongan antara


lintasan II dengan lintasan IV

Berikutnya ini merupakan dan tanah lanauan pasiran (mewakili


gabungan antara lintasan II dengan warna hijau). Daerah ini juga
lintasan IV, yaitu daerah pengukuran merupakan area persawahan
yang berada di sebelah utara candi penduduk dengan kandungan air
A dan lintasan yang berada di yang sangat tinggi karena tidak ada
sebelah kedua candi tersebut tumbuhan yang menyerap air serta
menghasilkan kontur yang ada pada merupakan lahan basah yang sering
gambar 8. Pada gambar 8 tersebut ditanami oleh padi.
menunjukkan bahwa perpotongan Perpotongan yang terakhir
yang terjadi pada spasi kurang lebih merupakan gabungan antara
antara 20 m untuk lintasan II sampai lintasan III dengan lintasan IV, yaitu
dengan 28 m untuk lintasan IV (dari daerah pengukuran yang berada di
arah utara) memiliki rentang nilai antara candi A dan makam dengan
resistivitas rendah, yaitu 8,7-18,9 lintasan yang berada di sebelah
Ωm diwakili oleh warna biru tua dan kedua candi tersebut menghasilkan
hijau yang berada pada kedalaman kontur yang ada pada gambar 9.
0,50-7,91 m. Pada titik perpotongan Pada gambar 9 tersebut menunjuk-
tersebut, diduga bahwa lapisan kan bahwa perpotongan yang terjadi
batuannya (tanahnya) berupa pada spasi kurang lebih antara 28 m
lempung lanauan dan lanauana untuk lintasan III sampai dengan 39
basah lembek (mewakili warna biru) m untuk lintasan IV (dari arah utara)
Priyantari. N, Aplikasi Metode Geolistrik.............. 111

memiliki rentang nilai resistivitas basah lembek (mewakili warna biru).


rendah, yaitu 7,96-8,70 Ωm diwakili Daerah ini juga merupakan area
oleh warna biru yang berada pada persawahan penduduk dengan
kedalaman 2,00-7,91 m. Pada titik kandungan air yang sangat tinggi
perpotongan tersebut, diduga bahwa karena tidak ada tumbuhan yang
lapisan batuannya (tanahnya) beru- menyerap air serta merupakan lahan
pa lempung lanauan dan lanauan basah yang sering ditanami padi.

Gambar 9. Penampang vertikal dari hasil perpotongan antara


lintasan III dengan lintasan IV

Dari empat lintasan tersebut, Deres. Dari hasil penelitian tersebut,


lintasan yang menunjukkan bahwa di diduga masih ada bagian-bagian
bawah permukaan tanah diduga dari Candi Deres yang terkubur di
masih ada peninggalan situs/batu bawah permukaan tanah. Dengan
bata adalah lintasan I. Situs tersebut kedalaman obyek berkisar antara
diperkirakan berada pada kedalam- 0,50-7,91m. Data yang diperoleh
an sekitar 0.5-7.91m. dari perhitungan menunjukkan nilai
resistivitas batu bata identik dengan
KESIMPULAN nilai resistivitas batu bata yang
Berdasarkan hasil penelitian mengacu pada tabel batuan Roy E,
di lapangan, ternyata metode 1984.
geolistrik resistivitas 2D dapat
digunakan untuk memetakan ada-
nya situs purbakala di sekitar Candi
112 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 5 No. 2, Agustus 2008 (101 – 112)

DAFTAR PUSTAKA Sumarsih, S. 1985. Risalah Sejarah


dan Budaya. Seri Terjemahan
Loke, M. H. 1997. A practical guide Naskah Kuno. Departemen
to 2-D and 3-D survey (Online). Pendidikan dan Kebudayaan.
http://www.geophysik.unikoeln.d Direktorat Jendral Kebudayaan.
e/studium/WS04/verlesung/env Balai Kajian Sejarah dan Nilai
geoscie nce/chapter2.pdf. Tradisional. Yogyakarta
Diakses pada bulan Maret
Telford, W. M., Geldart, L. P., Sherif,
Marwati, D. dan Nugroho, N. 1993. R. E., Keys, D. D., 1976, Applied
Sejarah Nasional Indonesia, IV. Geophysics First Edition, New
Balai Pustaka: Jakarta York, Cambridge University
Roy, E. 1984. Geotechnical Press. Cambridge
Engineering Investigation Triharyanto E. dan Rochmani S. K.
Manual. Mc Graw Hill. New York 1997. Candi Gentong : Mandala
Stupa Masa Majapahit. Cinandi,
186-191. UGM. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai