Anda di halaman 1dari 8

1.

Teknologi 4G
4G LTE. Setelah melewati generasi-generasi di atas, lahirlah jaringan super
cepat ini.  LTE sendiri merupakan kependekan dari Long Term Evolution, mengacu
pada bagian dari teknologi seluler 4G yang belum sempurna. Karena pada dasarnya
4G merupakan salah satu teknlogi seluler yang mengharuskan batasan kecepatan
minimal sebesar 100 Mbps ( 100 megabit/detik ). Nah, pada saat ini, tidak semua
provider dapat mencapai kecepatan seperti itu, maka penggunaan LTE pun akhirnya
digabungkan dengan 4G, dimana LTE merupakan bagian dari 4G. Namun belum
benar – benar mencapai kecepatan yang harusnya dimiliki oleh 4G murni, tetapi jika
dibandingkan dengan 3G sudah jauh lebih cepat 4G LTE. Di Indonesia sendiri
penyebaran 4G lebih cepat daripada 3G. Selain menawarkan kecepatan unduh dan
unggah yang sangat cepat , kelebihan LTE lainnya adalah jaringan ini menggunakan
OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) yang dapat mentransmisikan
data melalui banyak spektrum radio yang masing-masing memiliki frekuensi sebesar
180KHz. Orthogonal Frequency Division Multiplexing atau OFDM ini melakukan
transmisi dengan cara membagi aliran data menjadi banyak aliran-aliran yang lebih
lambat yang kemudian ditransmisikan secara serentak, sehingga dengan
menggunakan teknologi OFDM kita dapat memperkecil terjadinya efek multi path.
LTE mengadopsi pendekatan all-IP menggunakan arsitektur  all-IP ini
menyederhanakan rancangan dan implentasi dari antar muka LTE, jaringan radio dan
jaringan inti sehingga memungkinankan industri wireless untuk beroprasi layaknya
fixed-line network. 4G LTE ini mendukung gelombang frekuensi yang saat ini
digunakan oleh sistem IMT dan ITU-R dan mendukung MBSFN ( Multicast
Broadcast Single Frequency Network )

Selain LTE, teknologi yang menjadi bagian dari 4G adalah WiMAX. Dimana
WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) adalah sebuah forum
industri yang mensertifikasi dan menstandarisasi produk-produk yang
mengimplementasikan standar IEEE 802.16 WirelessMAN. Studi ini bertujuan untuk
memberikan gambaran perkembangan teknologi 4G-LTE dan Wimax di Indonesia.
Hasil studi menunjukkan bahwa, LTE mampu memberikan kecepatan downlink
hingga 100 Mbps dan uplink hingga 50 Mbps,. Sedangkan WiMAX merupakan
teknologi nirkabel yang dapat mengatasi berbagai aplikasi dengan cakupan MAN
(Metropolitan Area Network), diantaranya untuk koneksi backhaul , dapat mengatasi
permasalahan pada koneksi backhaul WiFi, untuk meng-upgrade jaringan Speedy
maupun Flexi.
a) WiMAX
WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access),
merupakanteknologi akses nirkabel pita lebar BWA(broadband wirelessaccess) yang
memiliki kecepatan akses yang tinggi dengan jangkauan yang luas.WiMAX
merupakan evolusi dari teknologi BWA sebelumnya dengan fitur-fitur yang lebih
menarik.Disamping kecepatan data yang tinggi mampudiberikan, WiMAX juga
merupakan teknologi denganopen standar, dalam arti komunikasi perangkat WiMAX
diantara beberapa vendor yang berbeda tetapdapat dilakukan (tidak proprietary).
Dengan kecepatandata yang besar (sampai 70 MBps), WiMAX dapat diaplikasikan
untuk koneksi broadband “last mile‟, ataupun backhaul. Hal yang membedakan
WiMAX dengan WiFi adalah standar teknis yang bergabung di dalamnya, jika WiFi
menggabungkan standar IEEE 802.11 dengan ETSI (European Telecommunications
Standards Intitute) HiperLAN sebagai standar teknis yang cocok untuk keperluan
WLAN, sedangkan WiMAX merupakan penggabungan antara standar IEEE 802.16
dengan standar ETSI HiperMAN. Standar keluaran IEEE banyak digunakan secara
luas di daerah asalnya, Amerika, sedangkan standar keluaran ETSI meluas
penggunaannya di daerah Eropa dan sekitarnya. Untuk membuat teknologi ini dapat
digunakan secara global, maka diciptakanlah WiMAX.
 Elemen Perangkat Wimax
a. Komponen BS(Base Station) terdiri dari:
- NPU (networking processing unit card)
- AU (access unit card)
- PIU (power interface unit)
- AVU (air ventilation unit)
- PSU (power supply unit)
- CPE terdiri dari Outdoor Unit (ODU) dan Indoor
- Unit (IDU), perangkat radionya ada yang terpisah dan ada yang terintegrasi
dengan antena.
b. Antena
Antena yang dipakai di BS dapat berupa sektor 60°, 90°, atau 120° tergantung dari
area yang akan dilayani
c. Subscriber Station
Secara umum Subscriber Station (SS) atau (Customer Premises Equipment) CPE
terdiri dari Outdoor Unit (ODU) dan Indoor Unit (IDU), perangkat radionya ada
yang terpisah dan ada yang terintegrasi dengan antenna.
 Arsitektur Wimax
Sedangkan untuk arsitektur dari WiMAX terdiri dari 3 arsitektur, yaitu sebagai
berikut:
a. Arsitektur mobile WiMAX network [8].
Ada 3 komponen utama dalam arsitektur mobile WiMAX menurut WiMAX
forum yaitu:
- User terminal.
- ASN (Access Service Network)
- CSN (Connectivity Service Network)
B. Arsitektur penyelenggaraan WiMAX Ada 3 skenario utama, yaitu:
- Poin to point.
- Point to multipoint.
- Mesh.
Gambar 1. Wimax Network

Gambar 2. Contoh topologi mesh pada wimax


 Manfaat dan Keuntungan dari WiMAX
- Para operator telekomunikasi dapat menghemat investasi perangkat,
karena kemampuan WiMAX dapat melayani pelanggannya dengan area
yang lebih luas dan tingkat kompatibilitas lebih tinggi.
- WiMAX salah satu teknologi memudahkan dalam mendapatkan koneksi
Internet yang berkualitas dalam melakukan aktivitas.
- Teknologi WiMAX dapat melayani para subscriber, baik yang berada
dalam posisi Line Of Sight (posisi perangkat-perangkat yang ingin
berkomunikasi masih berada dalam jarak pandang yang lurus dan bebas
dari penghalang apa pun di depannya) dengan BTS maupun yang tidak
memungkinkan untuk itu (Non-Line Of Sight). Jadi di mana pun para
penggunanya berada, selama masih masuk dalam area coverage sebuah
BTS (Base Transceiver Stations), mereka mungkin masih dapat menikmati
koneksi yang dihantarkan oleh BTS tersebut, dapat melayani baik para
pengguna dengan antena tetap (fixed wireless) maupun yang sering
berpindah-pindah tempat atau perangkat mobile lainnya.
- WiMAX mempunyai sistem kerja MAC (Media Access Control) yang ada
pada Data Link Layer yang merupakan connection oriented, sehingga
memungkinkan pengguna melakukan komunikasi berbentuk video dan
suara.
b) LTE (Long Term Evolution)
3GPP LTE adalah nama yang diberikan untuk standar teknologi komunikasi baru
yang dikembangkan oleh 3GPP untuk mengatasi peningkatan permintaan kebutuhan
akan layanan komunikasi, LTE adalah lanjutan dan evolusi 2G dan 3G sistem dan
juga untuk menyediakan layanan tingkat kualitas yang sama dengan jaringan wired.
The 3rd Generation Partnership Project (3GPP) mulai bekerja pada evolusi sistem
selular 3G pada bulan November, 2004. 3GPP adalah perjanjian kerja sarana untuk
pengembangan sistem komunikasi bergerak dalam rangka untuk mengatasi kebutuhan
telekomunikasi di masa depan (kecepatan data yang tinggi, efisiensi spektral, dan
lain-lain). 3GPP LTE dikembangkan untuk memberikan kecepatan data yang lebih
tinggi, latency yang lebih rendah, spektrum yang lebih luas dan teknologi paket radio
yang lebih optimal. Pada UMTS kecepatan transfer data maksimum adalah 2 Mbps,
pada HSPA kecepatan transfer data mencapai 14 Mbps pada sisi downlink dan 5,6
Mbps pada sisi uplink, pada LTE ini kemampuan dalam memberikan kecepatan dalam
hal transfer data dapat mencapai 100 Mbps pada sisi downlink dan 50 Mbps pada sisi
uplink. Selain itu LTE ini mampu mendukung semua aplikasi yang ada baik voice,
data, video, maupun IPTV. Selain dari kecepatannya dalam transfer data tetapi juga
karena LTE dapat memberikan coverage dan kapasitas dan layanan yang lebih besar,
mengurangi biaya dalam operasional, mendukung penggunaan multiple-antena,
fleksibel dalam penggunaan bandwidth operasinya dan juga dapat terhubung atau
terintegrasi dengan teknologi yang sudah ada.

 Arsitektur LTE
Arsitektur dasar jaringan sistem komunikasi seluler terdiri dan tiga bagian utama,
yaitu:
- Base Station Subsystem (BSS) atau disebut juga Radio SubSystem (RSS),
yang terdiri dan MS, BTS, BSC, dan TRAU.
- Network Switching Subsystem (NSS), yang terdiri dan MSC, HLR, VLR,
AuC, dan EIR.
- Operation and Maintenance System (OMS)
a) Base Station Subsystem (BSS)
Dalam terminologi GSM, suatu BSS adalah gabungan sebuah BSC dan semua
BTS yang dikontrolnya serta sebuah TCE atau TRAU.
 Base Transciever Station (BTS) BTS merupakan tranceiver yang
mendefinisikan sebuah sel dan menangani hubungan link radio dengan
Mobile Station (MS). BTS terdiri dan perangkat pemancar dan penerima,
seperti antena dan pemroses sinyal untuk sebuah interface.
 Base Station Controller (BSC)
BSC berfungsi untuk memonitor dan mengontrol sejumlah BTS. BSC juga
mengatur sumber radio untuk sebuah BTS atau lebih. BSC menangani
radio-channel setup (pengalokasian/pelepasan kanal), frequency hopping,
dan handover intern BSC.
 Transcoder and Rate Adaptation Unit (TRAU)
TRAU biasa juga disebut dengan TCE (Transcoding Equipment). Tugas
dan TRAU antara lain adalah adaptasi bit rate antara BSC dan MSC.
Hubungan informasi kontrol (SS7) dan adaptasi bit rate untuk transmisi
data melalui telepon mobile.
b) Network Switching Subsystem (NSS)
 Mobile Switching Center (MSC)
MSC pada jaringan GSM merupakan suatu peralatan yang melakukan
fungsi switching dasar yang mirip dengan sentral digital pada ISDN
ditambah dengan pengaturan mobilitas pelanggan. Fungsi utama MSC
adalah untuk koordinasi panggilan antar pelanggan GSM, termasuk fungsi
call routing dan call control. MSC juga bertanggung jawab atas
pengalokasian dan pelepasan kanal radio melalui BSC beserta mekanisme
location updating, handover, dan satu sel ke sel yang lainnya. Fungsi lain
MSC adalah sebagai penghubung antara satu jaringan GSM dengan
jaringan lainnya melalui Internetworking Function (IWF).
 Home Location Register (HLR)
HLR berisi rekaman database permanen dan pelanggan dan merupakan
database user yang utama. HLR juga berisi rekaman lengkap lokasi terkini
dan user.
 Visitor Location Register (VLR)
VLR berisi database sementara dan pelanggan, digunakan untuk pelanggan
lokal dan yang sedang melakukan roaming. VLR memiliki pertukaran data
yang lebih luas dan pada HLR. VLR diakses oleh MSC untuk setiap
panggilan, dan setiap MSC dengan sebuah VLR, tetapi satu VLR dapat
terhubung dengan beberapa MSC.
 Authentication Center (AuC)
AuC memproteksi jaringan GSM terhadap penggunaan ilegal oleh
user yang bukan pelanggan jaringan tersebut. AuC juga memproteksi
jaringan terhadap penyalahgunaan data pelanggan GSM. AuC antara lain
berisi parameter autentikasi pelanggan untuk mengakses jaringan GSM,
dan juga perangkat keras khusus untuk menjalankan algoritma enkripsi.
 Equipment Identity Register (EIR)
EIR merupakan register penyimpan data seluruh mobile stations. EIR
berisi IMEIs (International Mobile Equipment Identities), yang merupakan
nomor seri perangkat dan tipe code tertentu. Mobile Equipment dibagi
menjadi tiga kelompok, yaitu Blacklist, Grey list, White list.
c) Operation and Maintenance System (OMS)
OMS bertanggung jawab untuk memonitor dan mengontrol jaringan GSM (semua
elemen jaringan) dan mengkombinasikan semua fungsi yang diperlukan untuk
manjaga konsistensi fungsional sistem secana global. OMC juga melakukan
pengaturan pelanggan dan tagihan.

2. Teknologi 5G
Dalam teknologi telekomunikasi seluler, teknologi 5G bukan merupakan standar yang
merevolusi teknologi generasi sebelumnya. Standar-standar terkait teknologi 5G yang
akan muncul nantinya akan mengubah beberapa regulasi telekomunikasi karena regulasi
tersebut akan menjadi obsolete. Upaya untuk mengantisipasi hal tersebut, ada beberapa
hal yang harus dirumuskan untuk mempersiapkan datangnya standar yang selalu
dikaitkan dengan “The Disruptive Standard”. Beberapa teknologi yang searah dengan
teknologi 5G :
a) Massive MIMO
Salah satu teknologi yang digunakan dalam usulan 5G adalah Massive MIMO.
MIMO sendiri sudah dipakai dalam teknologi 4G, dimana dalam tiap stasiun
pemancar/penerima menggunakan antena lebih dari satu. Misal konfigurasi MIMO 2x2
berarti di sisi pemancar dan penerima masing-masing memiliki 2 antena. Pada LTE-A,
konfigurasi MIMO paling banyak yakni 8 antena.

Gambar 3. Sistem MIMO


b) Beyond 6 Ghz (mm Wave)
Gelombang milimeter / Millimetre wave (mmWave) atau disebut juga millimetre
band merupakan frekuensi dengan panjang gelombang antara 10 sampai dengan 1
milimeter. Gelombang milimeter menempati spektrum 30 – 300 Ghz, sehingga
dikategorikan sebagai Extremely High Frequency (EHF). Tingginya frekuensi gelombang
milimeter serta karakteristik propagasi yang khusus membuat mereka berguna untuk
berbagai aplikasi termasuk transmisi data dalam jumlah besar pada jaringan komputer,
komunikasi seluler, dan radar. Dimungkinkannya penggunaan kanal bandwidth yang
lebih besar: 2GHz, 4GHz, 10GHz bahkan 100GHz menyebabkan kecepatan yang setara
dengan penggunaan kabel (fiber).
c) Advanced Radio Access Networks (RANs): Heterogeneous Networks (HetNets)
HetNet mengacu pada penyediaan jaringan seluler melalui kombinasi dari berbagai
jenis sel (misalnya makro, piko atau sel femto) dan teknologi akses yang berbeda (yaitu
2G, 3G, 4G, Wi-fi). Dengan mengintegrasikan sejumlah teknologi yang beragam
tergantung pada topologi area cakupan, operator dapat berpotensi memberikan
pengalaman pelanggan yang lebih konsisten dibandingkan dengan apa yang dapat dicapai
dengan jaringan homogen.

Gambar 4. Evolusi infrastruktur heterogeneous networks (HetNets)

Evolusi infrastruktur HetNet dalam teknologi 5G:


 Small Cells; dengan menempatkan empat smallcell dalam satu makro, tidak
hanya memberikan offload data lebih dari 50 persen, tetapi juga meningkatkan
kinerja jaringan makro oleh sebesar 315persen
 Cloud RAN; C-RAN merupakan arsitektur jaringan seluler baru yang berbasis
cloud computing.
 D2D (Device to Device) Communication;
d) Software Define Network (SDN)
Teknologi software define radio (SDR) akan memberikan fleksibilitas, power dan
biaya yang efisien. Berdasarkan The SDR Forum dalam IEEE working group, SDR
merupakan kesatuan dari teknologi hardware dan software dimana sebagian atau semua
fungsi operasional radio (termasuk proses physical layer) diimplementasikan dalam
software maupun firmware yang dapat dimodifikasi yang bekerja pada programmable
processing technologies. Yang perlu diperhatikan dalam SDN adalah value chain yang
akan menjamin kesuksesan teknologi ini. Dalam value chain tersebut perlu adanya
dukungan dari pihak lain diluar industri telekomunikasi seperti lembaga pendidikan,
kesehatan, pemerintah dan lain-lain, dukungan organisasi ini yang akan memungkinkan
sebuah jaringan bersifat ubiquitous sehingga end-user dapat menikmati seluruh layanan
tersebut.
e) Cognitive Radio Network (CRN)
Radio kognitif pertama kali dikemukakan pada tahun 1999 oleh Mitola. Radio
kognitif dapat meningkatkan utilisasi spektrum dengan cara mencari secara terus menerus
frekuensi (spectrum sensing) yang kosong (tidak terpakai) secara real time. Dalam radio
kognitif, hal yang diperhatikan adalah: spectrum sensing; manajemen spektrum dan
handoff; serta alokasi spektrum dan sharing spektrum
Gambar 5. Gambaran radio kognitif
f) Visible Light Communication (VLC)
Visible Light Communication (VLC) merupakan teknologi komunikasi data dengan
menggunakan cahaya sebagai carrier.

Gambar 6. Frekuensi yang digunakan dalam Visible Light Communication (VLC)

Frekuesi yang digunakan teknologi VLC adalah 430 THz sampai dengan 790 THz
yang pada dasarnya merupakan cahaya tampak oleh mata manusia. Penggunaan frekuensi
yang tinggi akan memberikan data rate yang tinggi tetapi seperti sifat cahaya, VLC tidak
dapat menembus sebagian besar benda dan dinding tembok. Teknologi VLC dapat
menggunakan atau reuse infrastruktur penerangan jalan sehingga penggunaan
infrastruktur akan lebih efisien. Standar IEEE yang pertama dalam perkembangan
teknologi VLC dikeluarkan pada tahun 2011 yaitu standar 802. 15.7 yang didalamnya
mengatur standar spesifikasi desain link layer dan physical layer. Pencapaian teknologi
VLC sampai dengan saat ini adalah 1 Gbps link capacity dan masih perlu dikaji lebih
lanjut untuk dapat menghasilkan potensi maksimal dari teknologi VLC.

Anda mungkin juga menyukai