Begitu banyaknya permintaan dari sahabat netters tentang materi baris berbaris
melalui email, saya terpanggil untuk merapikan kumpulan materi yang terlihat
berserakan di tumpukan rak buku koleksi pribadi. Kumpulan materi ini saya ambil dari
beragam sumber bacaan di tambah dengan pengalaman pribadi yang saya alami
sendiri semasa mengikuti pembinaan KEPASKIBRAAN/ KEPASKIBRAKAAN (Capaska
99) hingga akhirnya sampai detik ini saya masih berusaha konsen melakukan syiar
syiar yang berbau 'HADAP KANAN
dan HADAP KIRI' heheheee... Berikut saya sajikan untuk para 'sahabat sekalian :
Þ Di dalam peraturan ini dibagi dalam 2 bagian yaitu baris berbaris dengan
menggunakan senjata dan baris berbaris tanpa senjata. Peraturan baris berbaris
militer tersebut diterapkan disemua kegiatan baris berbaris, sehingga dalam latihan
Paskibraka harus mengacu pada peraturan baris berbaris tanpa senjata yang berlaku
dan tidak boleh menerapkan aturan-aturan sendiri.
Þ Pelatih.
Þ Karena yang mengeluarkan peraturan baris berbaris adalah militer maka dengan
dasar itu pelatih Paskibraka diambil dari instansi militer karena dianggap lebih
memahami peraturan tersebut dan dapat memberikan ilmu baris berbaris sesuai
peraturan yang berlaku. Didalam perkembangannya pelatih disekolah banyak yang
melibatkan para purna paskibraka untuk melatih baris berbaris, namun harus
dipahami bahwa siapapun yang memberikan latihan baris berbaris baik dari unsur
militer maupun sipil/purna paskibraka semuanya harus berpedoman pada Peraturan
Baris Berbaris yang berlaku.
Þ Persiapan
Þ Persiapan yang baik akan menentukan keberhasilan latihan. Pelatih harus
mempersiapkan program apa yang akan dilatihkan, pembagian waktu, alat –alat yang
diperlukan, tempat dan lain sebagainya.
Þ Adil
Þ Pelatih harus dapat memberikan keseimbangan saat latihan dalam segala hal
dengan cara memberikan pujian atau teguran tanpa membeda-bedakan satu dengan
lainnya.
Þ Teliti
Þ Pelatih harus cermat dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan sesuai dengan
aturan yang berlaku. Gerakan setiap anak didiknya harus selalu diperhatikan sehingga
dapat menerapkan gerakan sesuai dengan aturan yang benar.
Þ Sederhana
Þ Dalam memberikan penjelasan setiap gerakan pelatih harus mempergunakan
bahasa dan kalimat yang sederhana sehingga mudah dipahami oelh setiap anak didik.
Þ Teladan
Þ Pelatih sebaiknya banyak memberikan dengan contoh-contoh gerakan,
memberikan teladan dan selalu mengoreksi setiap anak didiknya sehingga mereka
dapat melakukan gerakan dengan baik dan benar. Jika dilapangan pelatih sebaiknya
tidak usah terlalu banyak bercerita atau memberikan pengarahan-pengarahan yang
tidak perlu sebab yang diperlukan adalah pengulangan latihan-latihan setiap gerakan
sehingga anak didik benar-benar memahami setiap gerakan dan dapat melaksanan
dengan benar.
Þ Dalam latihan tempo dapat dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan masing-
masing kelompok bergantian melakukan gerakan kombinasi jalan ditempat dan
langkah biasa atau langkah tegap. Dengan latihan kombinasi ini akan mempermudah
saat melakukan formasi pengibaran bendera, karena saat melakukan formasi
biasanya gerakan jalan ditempat dan langkah tegap akan saling mengisi sehingga
tempo langkah setiap anggota harus sama dan kompak
Hukuman seperti ini tidak akan berdampak positip bagi anggota karena merugikan
kondisi phisik anggota yang terbuang tenaganya sebab harus menjalani hukuman
Membuang waktu karena ada anggota yang dihukum sehingga anggota yang lain
tidak dapat meneruskan latihan.
Hukuman yang dilakukan sebaiknya bersifat mendidik dan membuat anggota yang
melakukan kesalahan benar-benar merasakan bahwa akibat kesalahan yang
dilakukan akan merugikan anggota yang lain.
Jika ada anggota yang sering melakukan kesalahan maka anggota yang bersangkutan
dipisah dan secara individual diberikan arahan dan dikoreksi gerakan-gerakannya. Jika
kesalahan dilakukan saat melakukan gerakan ditempat maka dapat diberi hukuman
dengan melakukan gerakan-gerakan yang salah sebanyak 10 kali, dengan cara seperti
ini selain akan meningkatkan kemampuan anak didik juga sebagai bentuk latihan
khusus sehingga anggota tersebut dapat lebih memahami kekurangannya dan
memperbaiki dengan cepat, sedang manfaat pelatih dengan memberi hukuman
seperti itu maka akan meningkatkan kemampuan anggotanya secara cepat tanpa
merugikan yang lain.
Jika kesalahan dilakukan saat latihan berjalan maka secara personal anggota tersebut
dapat diperintah untuk melakukan langkah tegap secara sendiri/ personal. Dengan
cara ini palatih dapat memperhatikan kemampuan secara individu, sedang bagi
anggota yang melakukan baris berbaris sendiri akan menimbulkan perasaan malu
karena telah melakukan kesalahan dan pasti dia akan berusaha untuk tidak
mengulanginya lagi.
Hukuman-hukuman yang berupa push up, squat jam atau hukuman phisik lainnya
sudah saatnya ditinggalkan karena hanya akan merugikan peserta latihan secara
keseluruhan dan bersifat kurang mendidik. Jika ada yang beralasan kalau hukuman
tersebut untuk meningkatkan kondisi phisik, maka pelatih yang mengatakan hal
tersebut harus meningkatkan pemahaman tentang latihan baris berbaris yang
benar,sebab saat sudah masuk latihan baris berbaris Paskibraka kondisi phisik
peserta harus baik dan peningkatan kondisi phisik secara instant akan membuat
peserta kurang sehat sehingga tidak dapat berprestasi dengan optimal.
Dikutip dari SK PANGAB 611/X/1985
Tretanggal 08 Oktober
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
PENGERTIAN
Pasal 2
MAKSUD DAN TUJUAN
1. Guna menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan,
disiplin, sehingga dengan demikian senantiasa dapat mengutamakan
kepentingan tugas di atas kepentingan individu dan secara tidak langsung juga
menanamkan rasa tanggung jawab.
2. Yang dimaksud dengan menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas
adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan oleh tugas pokok
tersebut dengan sempurna.
3. Yang dimaksud dengan rasa persatuan adalah rasa senasib dan sepenanggungan
serta ikatan batin yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas.
4. Yang dimaksud dengan disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas
individu yang hakikatnya tidak lain dari pada keikhlasan menyisihkan pilihan hati
sendiri.
5. Yang dimaksud dengan rasa tanggung jawab adalah keberanian untuk bertindak
yang mengandung risiko terhadap dirinya tetapi menguntungkan tugas atau
sebaliknya tidak mudah melakukan tindakan yang akan dapat merugikan kesatuan.
Pasal 3
Ketentuan Khusus
Pasal 4
KEWAJIBAN PELATIH
1. Terwujud atau tidaknya maksud dan tujuan peraturan ini sangat tergantung
kepada mutu serta kesanggupan seorang pelatih. Pelatih yang melaksanakannya
hanya karena tugas tidak akan mencapai hasil yang diharapkan.
2. Hasil yang baik akan dapat diperoleh dengan memperhatikan pokok-pokok
sebagai berikut:
Pasal 5
ABA-ABA
1. Pengertian
Aba-aba adalah perintah yang diberikan oleh seorang komandan/pimpinan
pasukan kepada pasukan/barisan untuk dilaksanakan pada waktunya secara
serentak atau berturut-turut.
2. Macam aba-aba
Aba-aba terdiri atas 3 bagian dengan urutan:
a. Aba-aba petunjuk
Aba-aba petunjuk dipergunakan jika perlu untuk menegaskan maksud dari
aba-aba peringatan/pelaksanaan.
contoh:
1. Untuk perhatian – Istirahat di tempat = GERAK
2. Untuk istirahat – Bubar = JALAN
3. Jika aba-aba ditujukan khusus terhadap salah satu bagian dari keutuhan
pasukan: Pleton II – Siap = GERAK
4. Selanjutnya lihat baris-berbaris kompi
5. Kecuali di dalam upacara: aba-aba petunjuk pada penyampaian
b. Aba-aba peringatan
Aba-aba peringatan adalah inti dari perintah yang cukup jelas untuk dapat
dilaksanakan tanpa ragu-ragu.
Contoh:
1. Lencang kanan = GERAK dan bukan LENCANG = KANAN
2. Istirahat di tempat = GERAK dan bukan Di tempat = ISRIRAHAT
Aba-aba pelaksanaan
Aba-aba pelaksanaan adalah ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan
aba-aba petunjuk/peringatan dengan cara serentak atau berturut-turut.
Aba-aba pelaksanaan yang dipakai adalah:
1. GERAK
2. JALAN
3. MULAI
GERAK : adalah untuk gerakan-gerakan tanpa meninggalkan tempat yang
menggunakan kaki dan gerakan-gerakan yang memakai anggota tubuhlain, baik
dalam keadaan berjalan maupun berhenti.
MULAI: adalah untuk dipakai pada pelaksanaan perintah yang harus dikerjakan
berturut-turut.
Contoh :
Kepada pemimpin upacara = ulangi Kepada pembina upacara – Hormat =GERAK.
Gerakan yang tidak termasuk aba-aba tetapi yang harus dijalankan pula, dapat
diberikan petunjuk-petunjuk sengan suara nyaring, tegas, dan
bersemangat. Biasanya dipakai pada waktu di lapangan, seperti: MAJU,
IKUT, BERHENTI, LURUSKAN, LURUS
Pasal 6
CARA MELATIH BERHIMPUN
1. Apabila seorang pelatih/komandan ingin mengumpulkan anggota bawahannya
secara bebas, maka pelatih/komandan/pemimpin memberi aba-aba:
Berhimpun = MULAI
2. Pelaksanaan:
a. Pada waktu aba-aba peringatan seluruh anggota mengambil sikap sempurna dan
menghadap kepada yang memberi aba-aba.
b. Pada aba-aba pelaksanaan seluruh anggota mengambil sikap lari,
selanjutnya lari menuju ke depan pelatih/komandan.pemimpin, di mana ia
berada dengan jarak 3 langkah.
c. Pada waktu datang di depan pelatih/komandan/ pemimpin, mengambil
sikap sempurna, kemudian mengambil sikap istirahat.
d. Setelah aba-aba selesai, seluruh anggota mengambil sikap sempurna, balik
kanan selanjutnya menuju tempat masing-masing.
e. Pada saat datang di depan pelatih/komandan/ pemimpin, serta kembali,
tidak menyampaikan penghormatan.
Pasal 7
CARA MELATIH BERKUMPUL
Pasal 8
CARA MELATIH MENINGGALKAN BARISAN
Pasal 9
CARA MELATIH GERAKAN BERJALAN
Pasal 10
TATA CARA PENGHORMATAN
1. Sebagai dasar pegangan mengenai tata cara memberi hormat apa yang
telahtercantum dalam pasal 5 PPM/AB.
2. Untuk membiasakan pelaksanaannya dengan cara yang sama, wajib diadakan
latihan-latihan sebagai berikut:
a. Penghormatan perorangan, bertutup kepala tanpa senjata dalam keadaan
berhenti/berdiri.
1) Pasukan disuruh berdiri dalam bentuk huruf U.
2) Pelatih menggambarkan tentang adanya garis lurus yang terdapat
antara samping paha kanan dan bagian tertentu dari tutup kepala.
3) Dalam sikap sempurna dengan tangan terkepal, pelatih memerintahkan menunjuk
dengan jari telunjuk kebagian daripada tutup kepala yang
merupakan tempat ujung jari pada gerakan langsung melalui garis lurus
ini yaitu dari samping paha kanan ke bagian tertentu tutup kepala.
BAB II
GERAKAN PERORANGAN TANPA SENJATA
GERAKAN DASAR
Pasal 11
SIKAP SEMPURNA
Pasal 12
ISTIRAHAT
Pasal 14
BERKUMPUL
Pada dasarnya berkumpul selalu dilakukan dengan bersaf, kecuali keadaan ruang
tidak memungkinkan.
1. Berkumpul bersaf. Aba-aba: Bersaf - Kumpul = MULAI.
Pelaksanaan:
a. Sebelum aba-aba peringatan, pelatih/komandan/ pemimpin pasukan
menunjuk salah seorang sebagai penjuru.
b. Yang ditunjuk sebagai penjuru mengambil sikap sempurna dan menghadap
penuh komandan/pelatih/ pemimpin yang memberi perintah, selanjutnya
mengucapkan: Siap Ahmad sebagai penjuru (bila nama penjuru Ahmad)
c. Penjuru mengambil sikap untuk lari, kemudian lari menuju ke depan
komandan/pelatih/pemimpin yang memberi perintah pada jarak ±4 langkah di depan
komandan/pelatih/pemimpin yang memberi perintah.
d. Pada waktu aba-aba peringatan, maka anggota lainnya mengambil sikap
sempurna dan menghadap penuh kepada komandan/pelatih/pemimpin
yang memberi perintah.
e. Pada aba-aba pelaksanaan, seluruh anggota (kecuali penjuru) secara
serentak mengambil sikap untuk lari, kemudian lari menuju samping kiri
penjuru, selanjutnya penjuru mengucapkan “Luruskan”.
f. Anggota lainnya secara berturut-turut meluruskan diri dengan mengangkat
lengan kanan ke samping kanan, tangan kanan digenggam, punggung
tangan menghadap ke atas, kepala dipalingkan ke kanan dan meluruskan
diri, hingga dapat melihat dada orang-orang yang di sebelah kanannya
sampai ke penjuru kanan, mata penjuru melihat ke kiri, setelah barisan
terlihat lurus maka penjuru mengucapkan “Lurus”. Pada isyarat ini penjuru
melihat ke depan yang lain serentak menurunkan lengan kanan, melihat kedepan dan
kembali sikap sempurna.
Pasal 15
LENCANG KANAN/KIRI
a. Kalau bersaf tiga mereka yang berada di saf tengah dan belakang kecuali
penjuru, setelah meluruskan ke depan dengan pandangan mata, ikut pula
memalingkan muka ke samping kanan/kiri dengan tidak mengangkattangan. Penjuru
pada saf tengah dan belakang mengambil jarak ke depan sepanjang satu lengan
ditambah dua kepal dan setelah lurusmenurunkan tangan. Setelah masing-masing
anggota berdiri lurus dalam barisan, maka semuanya berdiri di tempatnya dan kepala
tetap dipalingkan ke kanan/kiri. Semua gerakan dikerjakan dengan badan tegak
seperti dalam sikapsempurna. Pada aba-aba “Tegak = GERAK” semua anggota
dengan serentak menurunkan lengan dan memalingkan muka kembali ke depan
dberdiri dalam sikap sempurna.
b. Pada waktu komandan/pelatih/pemimpin pasukan memberikan aba-aba
lencang kanan/kiri dan barisan sedang meluruskan safnya, komandan/
pelatih/pemimpin yang berada dalam barisan itu memeriksa kelurusan saf dari
sebelah kanan/kiri pasukan, dengan menitik beratkan kepada kelurusan tumit (bukan
ujung depan sepatu).
Penjuru tetap sikap sempurna, banjar kanan nomor dua dan seterusnya
meluruskan ke depan dengan mengangkat tangan. Bila berbanjar tiga maka saf
depan mengambil jarak satu/setengah lengan di samping kanan, setelah lurus
menurunkan tangan, serta menegakkan kepala kembali dengan serentak.Anggota-
anggota yang ada di banjar tengah dan kiri melaksanakannya tanpa mengangkat
tangan.
Pasal 16
BERHITUNG
Aba-aba: Hitung = MULAI
Pelaksanaan:
Jika bersaf, maka pada aba-aba peringatan penjuru tetap melihat ke depan,
sedangkan anggota lainnya pada saf depan memalingkan muka ke kanan. Pada aba-
aba pelaksanaan, berturut-turut tiap pasukan mulai dari penjuru kanan menyebut
nomornya sambil memalingkan muka kembali ke depan. Jika berbanjar, maka pada
aba-aba peringatan semua pasukan tetap dalam sikap sempurna. Pada aba-aba
pelaksanaan tiap pasukan mulai dari penjuru kanan depan berturut-turut ke belakang
menyebutkan nomornya masing-masing, penyebutan nomor diucapkan penuh.
Pasal 17
PERUBAHAN ARAH
1. Hadap Kanan/Kiri
Aba-aba: Hadap kanan/kiri = GERAK
Pelaksanaan:
a. Kaki kanan/kiri diajukan melintang di depan kaki kanan/kiri, lekuk kaki kiri/kanan
berada di ujung kaki kanan/kiri, berat badan berpindah ke kaki kiri/kanan.
b. Tumit kaki kanan/kiri dengan badan diputar ke kanan/kiri 90°.
c. Kaki kiri/kanan dirapatkan kembali ke kaki kanan/kiri seperti dalam keadaan sikap
sempurna.
Pasal 18
MEMBUKA ATAU MENUTUP BARISAN
1. Buka barisan
Aba-aba: Buka barisan = JALAN
Pelaksanaan:
Pada aba-aba pelaksanaan regu kanan dan kiri masing-masing membuat satu
langkah ke kanan dan kiri, sedangkan regu tengah tetap di tempat.
2. Tutup barisan
Aba-aba: Tutup barisan = JALAN
Pelaksanaan:
Pada aba-aba pelaksanaan regu kanan dan kiri masing-masing membuat satu
langkah kembali ke kiri dan kanan, sedangkan regu tengah tetap di tempat.
Pasal 19
BUBAR
BAB III
GERAKAN PERORANGAN TANPA SENJATA
GERAKAN BERJALAN
Pasal 20
PANJANG, TEMPO, DAN MACAM LANGKAH
Langkah dapat dibeda-bedakan sebagai berikut:
No Macam langkah Panjang Tempo
1 Langkah biasa 65 cm 102 tiap menit
2 Langkah tegap 65 cm 102 tiap menit
3 Langkah perlahan 40 cm 30 tiap menit
4 Langkah ke kanan/kiri 40 cm 70 tiap menit
5 Langkah ke belakang 40 cm 70 tiap menit
6 Langkah ke depan 60 cm 70 tiap menit
7 Langkah di waktu lari 80 cm 165 tiap menit
Panjangnya suatu langkah diukur dari tumit ke tumit. Bila dalam peraturan disebut
satu langkah, maka panjangnya 70 cm.
Pasal 21
MAJU JALAN
Dari sikap sempurna
Aba-aba: Maju = JALAN
Pelaksanaan:
a. Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri diajukan ke depan, lutut lurus, telapak kaki
diangkat rata sejajar dengan tanah setinggi ±20 cm, kemudian dihentakkan ke
tanah dengan jarak satu langkah dan selanjutnya berjalan dengan langkah biasa.
b. Langkah pertama dilakukan dengan melangkah, lengan kanan ke depan 90°,
lengan kiri ke belakang 30° ke belakang dengan tangan menggenggam. Pada
langkah-langkah selanjutnya lengan kanan dan kiri lurus dilenggangkan ke
depan 45° dan ke belakang 30°, banjar kanan depan mengambil dua titik yang
terletak dalam satu garis sebagai arah barisan. Seluruh anggota meluruskan
barisan ke depan dengan melihat pada belakang leher.
Dilarang keras:
- Berbicara
- Melihat ke kiri atau kanan
Pada waktu melenggangkan lengan supaya jangan kaku.
Pasal 22
LANGKAH BIASA
1. Pada waktu berjalan, kepala dan badan seperti pada waktu sikap sempurna.
Waktu mengayunkan kaki ke depan lutut kaki dibengkokan sedikit (kaki tidak boleh
diseret). Kemudian diletakkan ke tanah menurut jarak yang telah ditentukan.
2. Cara melangkahkan kaki seperti pada waktu berjalan biasa. Pertama tumit
diletakkan di tanah selanjutnya seluruh kaki. Lengan dilenggangkan dengan
sewajarnya lurus ke depan dan ke belakang di samping badan, ke depan 45° dan ke
belakang 30°. Jari-jari tangan digenggam dengan tidak terpaksa, punggung ibu jari
menghadap ke atas.
3. Bila berjalan dengan hubungan pasukan agar menggunakan hitungan irama
langkah (untuk kendali kesamaan langkah).
Pasal 23
LANGKAH TEGAP
Pasal 24
LANGKAH PERLAHAN
Catatan:
a. Dalam sedang berjalan, aba-aba adalah langkah perlahan = JALAN yang diberikan
pada waktu kaki kanan atau kiri jatuh di tanah ditambah satu langkah dan kemudian
mulai berjalan dengan langkah perlahan.
b. Tapak kaki pada saat melangkah (menginjak tanah) tidak dihentakkanrata-rata
untuk lebih khidmat.
2. Berhenti dari langkah perlahan
Aba-aba: Henti GERAK
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan atau kiri dirapatkan pada kaki
kanan atau kiri menurut irama langkah biasa dan mengambil sikap sempurna.
Pasal 25
LANGKAH KE SAMPING
Pasal 26
LANGKAH KE BELAKANG
Pasal 27
LANGKAH KE DEPAN
Catatan:
Untuk berhenti dengan keadaan berlari, diberikan aba-aba: Henti = GERAK.
Aba=aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan atau kiri jatuh di tanah
ditambah 3 langkah, selanjutnya kaki dirapatkan kemudian kedua kepalan
tangan diturunkan untuk mengambil sikap sempurna.
Pasal 29
LANGKAH MERDEKA
Catatan:
Langkah merdeka biasanya dilakukan untuk menempuh jalan jauh atau di luar
kota atau lapangan yang tidak rata. Anggota tetap dilarang meninggalkan
barisan.
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah
kemudian di tambah satu langkah dan mulai berjalan dengan langkah biasa,
hanya langkah pertama dihentakkan.
Pasal 30
GANTI LANGKAH
Pasal 31
JALAN DI TEMPAT
Pasal 32
BERHENTI
Pasal 33
HORMAT KANAN/KIRI
Pasal 34
PERUBAHAN ARAH DARI BERHENTI KE BERJALAN
Pasal 35
PERUBAHAN ARAH DARI BERJALAN KE BERJALAN
Catatan:
a. Aba-aba: dua kali belok kanan/kiri maju = JALAN
Pelaksanaan:
Seperti tersebut di atas yang selanjutnya setelah dua langkah berjalan
kemudian melakukan gerakan belok kanan/kiri jalan lagi.
b. Aba-aba: tiap-tiap banjar dua kali belok kanan/kiri maju = JALAN.
Pelaksanaan:
Seperti tersebut di atas tetapi tiap-tiap banjar membuat langsung dua kali
belok kanan/kiri pada tempat di mana aba-aba pelaksanaan diberikan.
Perubahan arah kiri 180°. Tujuan gerakan dari catatan a dan b guna
membelokkan pasukan di ruang/lapangan yang sempit.
Pasal 36
PERUBAHAN ARAH DARI BERJALAN KE BERHENTI
Pasal 37
PERUBAHAN ARAH PADA WAKTU BERLARI
Perubahan arah pada waktu berjalan yang ditentukan pada pasal 35 dan 36 dapat
dilakukan juga oleh pasukan dalam keadaan berlari dengan perbedaan bukan
ditambah satu langkah tetapi tiga langkah.
Pasal 38
HALUAN KANAN/KIRI
Gerakan ini hanya dilakukan dalam bentuk bersaf, guna merubah arah tanpa
merubah bentuk.
1. Berhenti ke berhenti
Aba-aba: Haluan kanan/kiri = JALAN
Pelaksanaan:
Setelah aba-aba pelaksanaan, penjuru kanan/kiri berjalan di tempat dengan memutar
arah secara perlahan hingga merubah sampai sebesar 90°. Bersamaan dengan itu
masing-masing saf mulai maju jalan dengan rapih (dengan tidak melenggang) sambil
meluruskan safnya hingga merubah arah sebesar 90°, kemudian berjalan di tempat.
Setelah penjuru kanan/kiri depan melihat safnya lurus memberi isyarat: “Lurus”,
kemudian komandan memberi aba-aba: “Henti = GERAK”, yang diucapkan pada
waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah. Setelah ditambahkan satu langkah kemudian
seluruh pasukan berhenti.
2. Berhenti ke berjalan
Aba-aba: Haluan kanan/kiri Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Seperti haluan kanan/kiri dari berhenti ke berhenti kemudian setelah aba-aba “Maju =
JALAN”, pasukan maju jalan yang gerakannya sama dengan gerakan langkah biasa.
Catatan:
Setelah ada isyarat lurus dari penjuru, komandan langsung memberikan “Maju
=JALAN” (pasukan tidak berhenti dulu).
3. Berjalan ke berhenti
Aba-aba: Haluan kanan/kiri = JALAN
Pelaksanaan:
Aba-aba diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di tanah kemudian ditambah satu
langkah. Selanjutnya barisan melakukan gerakan seperti haluan kanan/kiri dari
berhenti ke berhenti.
4. Berjalan ke berjalan
Aba-aba: Haluan kanan/kiri = JALAN
Pelaksanaan:
Aba-aba diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di tanah kemudian
ditambah satu langkah. Selanjutnya barisan melakukan gerakan seperti haluan
kanan/kiri dari berhenti ke berjalan.
Catatan:
Pada pelaksanaan haluan lengan tidak melenggang.
Pasal 39
MELINTANG KANAN/KIRI
Gerakan ini hanya dilakukan dalam bentuk berbanjar, guna merubah bentuk
pasukan menjadi bersaf dalam arah tetap.
1. Berhenti ke berhenti
Aba-aba: Melintang kanan/kiri = JALAN
Pelaksanaan:
Setelah aba-aba pelaksanaan melakukan gerakan “Hadap kanan/kiri”, kemudian
barisan membuat gerakan “Haluan kiri/kanan” dari berhenti ke berhenti.
2. Berjalan ke berjalan
Aba-aba: Melintang kanan/kiri = JALAN
Pelaksanaan:
Setelah aba-aba pelaksanaan, ditambah satu langkah, barisan melakukan
gerakan seperti gerakan melintang kanan/kiri berhenti ke berhenti. Kemudian setelah
diberi aba-aba “Maju = JALAN”, barisan melakukan gerakan “Maju = JALAN”.
Catatan:
Setelah ada isyarat lurus dari penjuru, komandan langsung memberikan aba-aba maju
= JALAN (Pasukan tidak berhenti dulu).
3. Berhenti ke berjalan
Aba-aba: Melintang kanan/kiri Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Setelah aba-aba pelaksanaan, melakukan gerakan seperti gerakan melintang
kanan/kiri berhenti ke berhenti. kemudian setelah diberi aba-aba “Maju =
JALAN”, barisan melakukan gerakan “Maju = JALAN”.
Catatan:
Setelah ada isyarat lurus dari penjuru, komandan langsung memberikan aba-aba maju
= JALAN (Pasukan tidak berhenti dulu)..
By’Miftahudin R”
Kabiro PSDM PPI JAWABARAT
SEJARAH PASKIBRAKA
Pada saat itu, sebuah gagasan berkelebat di benak Mutahar. Alangkah baiknya bila
persatuan dan kesatuan bangsa dapat dilestarikan kepada generasi muda yang kelak
akan menggantikan para pemimpin saat itu. Pengibaran bendera pusaka bisa menjadi
simbol kesinambungan nilai-nilai perjuangan. Karena itu, para pemudalah yang harus
mengibarkan bendera pusaka. Dari sanalah kemudian dibentuk kelompokkelompok
pengibar bendera pusaka, mulai dari lima orang pemuda - pemudi pada tahun 1946 —
yang menggambarkan Pancasila.
Selama enam tahun, 1967-1972, bendera pusaka dikibarkan oleh para pemuda utusan
daerah dengan sebutan “Pasukan Penggerek Bendera Pusaka”. Nama, pada kurun
waktu itu memang belum menjadi perhatian utama, karena yang terpenting tujuan
mengibarkan bendera pusaka oleh para pemuda utusan daerah sudah menjadi
kenyataan. Dalam mempersiapkan Pasukan Penggerek Bendera Pusaka, Husein
Mutahar sebagai Dirjen Udaka (Urusan Pemuda dan Pramuka) tentu tak dapat
bekerja sendiri. Sejak akhir 1967, ia mendapatkan dukungan dari Drs Idik Sulaeman
yang dipindahtugaskan ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (dari
Departemen Perindustrian dan Kerajinan) sebagai Kepala Dinas Pengembangan dan
Latihan. Idik yang terkenal memiliki karakter kerja sangat rapi dan teliti, lalu
mempersiapkan konsep pelatihan dengan sempurna, baik dalam bidang fisik, mental,
maupun spiritual. Latihan yang merupakan derivasi dari konsep Kepanduan itu diberi
nama ”Latihan Pandu Ibu Indonesia Ber-Pancasila”. Setelah melengkapi silabus
latihan dengan berbagai atribut dan pakaian seragam, pada tahun 1973 Idik Sulaeman
melontarkan suatu gagasan baru kepada Mutahar. ”Bagaimana kalau pasukan
pengibar bendera pusaka kita beri nama baru,” katanya. Mutahar yang tak lain
mantan pembina penegak Idik di Gerakan Pramuka menganggukkan kepala.
Maka, kemudian meluncurlah sebuah nama antik berbentuk akronim yang agak sukar
diucapkan bagi orang yang pertama kali menyebutnya. Akronim itu adalah
PASKIBRAKA, yang merupakan singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka.
”Pas” berasal dari kata pasukan, ”kib” dari kata kibar, ”ra” dari kata bendera dan
”ka” dari kata pusaka. Idik yang sarjana senirupa lulusan Institut Teknologi Bandung
(ITB) itupun juga segera memainkan kelentikan tangannya dalam membuat sketsa.
Hasilnya, adalah berbagai atribut yang digunakan Paskibraka, mulai dari Lambang
Anggota, Lambang Korps, Kendit Kecakapan sampai Tanda Pengukuhan (Lencana
Merah-Putih Garuda/MPG). Nama Paskibraka dan atribut baru itulah yang dipakai
sejak tahun 1973 sampai sekarang. Sulitnya penyebutan akronim Paskibraka memang
sempat mengakibatkan kesalahan ucap pada sejumlah reporter televisi saat
melaporkan siaran langsung pengibaran bendera pusaka setiap tanggal 17 Agustus di
Istana Merdeka. Bahkan, tak jarang wartawan media cetak masih ada yang salah
menuliskannya dalam berita, misalnya dengan ”Paskibrata”. Tapi, bagi para anggota
Paskibraka, Purna (mantan) Paskibraka maupun orang-orang yang terlibat di
dalamnya, kata Paskibraka telah menjadi sesuatu yang sakral dan penuh kebanggaan.
Memang pernah, suatu kali nama Paskibraka akan diganti, bahkan pasukannya pun
akan dilikuidasi. Itu terjadi pada tahun 2000 ketika Presiden Republik Indonesia
dijabat oleh KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Kata ”pusaka” yang ada dalam
akronim Paskibraka dianggap Gus Dur mengandung makna ”klenik”. Untunglah,
dengan perjuangan keras orang orang yang berperan besar dalam sejarah
Paskibraka, akhirnya niat Gus Dur untuk melikuidasi Paskibraka dapat dicegah.
Apalagi, Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1958 tentang Bendera Kebangsaan
Republik Indonesia, pada pasal 4 jelas-jelas menyebutkan: (1) BENDERA PUSAKA
adalah Bendera Kebangsaan yang digunakan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan
di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945. (2) BENDERA PUSAKA hanya dikibarkan
pada tanggal 17 Agustus. (3) Ketentuan-ketentuan pada Pasal 22 tidak berlaku bagi
BENDERA PUSAKA. (Pasal 22: Apabila Bendera Kebangsaan dalam keadaan
sedemikian rupa, hingga tak layak untuk dikibarkan lagi, maka bendera itu harus
dihancurkan dengan mengingat kedudukannya, atau dibakar). Itu berati, bila
Presiden ngotot mengubah nama Paskibraka, berarti dia melanggar PP No. 40 Tahun
1958. Presiden akhirnya tidak jadi membubarkan Paskibraka, tapi meminta namanya
diganti menjadi ”Pasukan Pengibar Bendera Merah-Putih” saja. Hal ini di-iyakan saja,
tapi dalam siaran televisi dan pemberitaan media massa, nama pasukan tak pernah
diganti. Paskibraka yang telah menjalani kurun sejarah 32 tahun tetap seperti apa
adanya, sampai akhirnya Gus Dur sendiri yang dilengserkan.
Dalam sejarah Indonesia terbukti, bahwa Bendera Merah Putih dikibarkan pada tahun
1292 oleh tentara Jayakatwang ketika berperang melawan kekuasaan Kertanegara
dari Singosari (1222-1292). Sejarah itu disebut dalam tulisan bahwa Jawa kuno yang
memakai tahun 1216 Caka (1254 Masehi), menceritakan tentang perang antara
Jayakatwang melawan R. Wijaya.
Dalam suatu kitab tembo alam Minangkabau yang disalin pada tahun 1840 dari kitab
yang lebih tua terdapat ambar bendera alam Minangkabau, berwarna Merah Putih
Hitam. Bendera ini merupakan pusaka peninggalan jaman kerajaan Melayu
Minangkabau dalam abad ke 14, ketika Maharaja Adityawarman memerintah (1340-
1347). Warna Merah = warna hulubalang (yang menjalankan perintah) Warna Putih =
warna agama (alim ulama) Warna Hitam = warna adat Minangkabau (penghulu adat)
– Warna merah putih dikenal pula dengan sebutan warna Gula Kelapa. Di Kraton Solo
terdapat pusaka berbentuk bendera Merah Putih peninggalan Kyai Ageng Tarub,
putra Raden Wijaya, yang menurunkan raja-raja Jawa.
Dalam babat tanah Jawa yang bernama babad Mentawis (Jilid II hal 123) disebutkan
bahwa Ketika Sultan Agung berperang melawan negeri Pati. Tentaranya bernaung di
bawah bendera Merah. Sultan Agung memerintah tahun 1613-1645.
Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang – pejuang Aceh telah menggunakan bendera
perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang
diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat
suci Al Quran.
Di jaman kerajaan Bugis Bone,Sulawesi Selatan sebelum Arung Palakka, bendera
Merah Putih, adalah simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan Bone.Bendera Bone
itu dikenal dengan nama Woromporang.
Pada umumnya warna Merah Putih merupakan lambing keberanian, kewiraan
sedangkan warna Putih merupakan lambang kesucian.
Bendera Merah Putih berkibar untuk pertama kali dalam abad XX sebagai lambang
kemerdekaan ialah di benua Eropa. Pada tahun 1922 Perhimpunan Indonesia
mengibarkan bendera Merah Putih di negeri Belanda dengan kepala banteng
ditengah-tengahnya. Tujuan perhimpunan Indonesia Merdeka semboyan itu juga
digunakan untuk nama majalah yang diterbitkan.
Dalam tahun 1927 lahirlah di kota Bandung Partai Nasional Indonesia (PNI) yang
mempunyai tujuan Indonesia Merdeka. PNI mengibarkan bendera Merah Putih
kepala banteng.
Pada tanggal 28 Oktober 1928 berkibarlah untuk pertama kalinya bendera merah
putih sebagai bandera kebangsaan yaitu dalam Konggres Indonesia Muda di Jakarta.
Sejak itu berkibarlah bendera kebangsaan Merah Putih di seluruh kepulauan
Indonesia.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang
dibentuk pada tanggal 9 Agustus 1945 mengadakan sidang yang pertama dan
menetapkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang kemudian dikenal
sebagai Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).
Dalam UUD 1945, Bab I, pasal I, ditetapkan bahwa Negara Indonesia ialah Negara
kesatuan yang berbentuk Republik. Dalam UUD 1945 pasal 35 ditetapkan pula bahwa
bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih. Dengan demikian , sejak
ditetapkannya UUD 1945 , Sang Merah Putih merupakan bendera kebangsaan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Sang Saka Merah Putih merupakan julukan kehormatan terhadap bendera Merah
Putih negara Indonesia. Pada mulanya sebutan ini ditujukan untuk bendera Merah
Putih yang dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56,
Jakarta, saat Proklamasi dilaksanakan. Tetapi selanjutnya dalam penggunaan umum,
Sang Saka Merah Putih ditujukan kepada setiap bendera Merah Putih yang dikibarkan
dalam setiap upacara bendera.
Bendera pusaka dibuat oleh Ibu Fatmawati, istri Presiden Soekarno, pada tahun 1944.
Bendera berbahan katun Jepang (ada juga yang menyebutkan bahan bendera
tersebut adalah kain wool dari London yang diperoleh dari seorang Jepang. Bahan ini
memang pada saat itu digunakan khusus untuk membuat bendera-bendera negara di
dunia karena terkenal dengan keawetannya) berukuran 276 x 200 cm. Sejak tahun
1946 sampai dengan 1968, bendera tersebut hanya dikibarkan pada setiap hari ulang
tahun kemerdekaan RI. Sejak tahun 1969, bendera itu tidak pernah dikibarkan lagi
dan sampai saat ini disimpan di Istana Merdeka. Bendera itu sempat sobek di dua
ujungnya, ujung berwarna putih sobek sebesar 12 X 42 cm. Ujung berwarna merah
sobek sebesar 15x 47 cm. Lalu ada bolong-bolong kecil karena jamur dan gigitan
serangga, noda berwarna kecoklatan, hitam, dan putih. Karena terlalu lama dilipat,
lipatan-lipatan itu pun sobek dan warna di sekitar lipatannya memudar.
Setelah tahun 1969, yang dikerek dan dikibarkan pada hari ulang tahun kemerdekaan
RI adalah bendera duplikatnya yang terbuat dari sutra. Bendera pusaka turut pula
dihadirkan namun ia hanya ‘menyaksikan’ dari dalam kotak penyimpanannya.
Bendera Indonesia memiliki makna filosofis. Merah berarti berani, putih berarti suci.
Merah melambangkan tubuh manusia, sedangkan putih melambangkan jiwa
manusia. Keduanya saling melengkapi dan menyempurnakan untuk Indonesia.
Ditinjau dari segi sejarah, sejak dahulu kala kedua warna merah dan putih
mengandung makna yang suci. Warna merah mirip dengan warna gula jawa/gula aren
dan warna putih mirip dengan warna nasi. Kedua bahan ini adalah bahan utama
dalam masakan Indonesia, terutama di pulau Jawa. Ketika Kerajaan Majapahit berjaya
di Nusantara, warna panji-panji yang digunakan adalah merah dan putih (umbul-
umbul abang putih). Sejak dulu warna merah dan putih ini oleh orang Jawa
digunakan untuk upacara selamatan kandungan bayi sesudah berusia empat bulan di
dalam rahim berupa bubur yang diberi pewarna merah sebagian.
Orang Jawa percaya bahwa kehamilan dimulai sejak bersatunya unsur merah sebagai
lambang ibu, yaitu darah yang tumpah ketika sang jabang bayi lahir, dan unsur putih
sebagai lambang ayah, yang ditanam di gua garba. Dalam sejarah perjuangan
kemrdekaan Indonesia, Bendera Pusaka tidak pernah jatuh ke tangan musuh,
meskipun tentara kolonial Belanda menduduki Ibukota Negara Republik Indonesia.
Bentuk persegi panjang, yang lebarnya 2:3 panjangnya. Bendera juga dapat
digunakan pada mobil Presiden dan Wakil presiden dengan ukuran 36 – 54 cm, serta
mantan Presiden atau Wakil Presiden, Ketua MPR, DPR, MA, Menteri, Jaksa Agung
yang berukuran 34 – 45 cm dan digunakan siapa saja dengan ukuran 20 – 30 cm.
Warna bendera kebangsaan republik indonesia adalah Merah Putih (MP).
LARANGAN
1. Bendera tidak boleh menyentuh tanah
2. Bendera tidak boleh dikibarkan terbalik / melilit
3. Bendera harus disimpan dengan baik
4. Bendera harus bersih
5. Bendera harus utuh / tidak sobek
6. Bendera tidak boleh untuk alas
7. Bendera tidak boleh digambar ( dicoret – coret )
8. Bendera tidak boleh ada tambalan
9. Bendera tidak boleh untuk bermain
10. Bendera tidak boleh untuk pembungkus
11. Bendera tidak boleh untuk pakaian
12. Bendera tidak boleh untuk selimut
13. Bendera tidak boleh untuk sapu tangan
14. Tidak boleh digunakan sebagai atap
Ukuan bendera adalah 3:2,yang terbesar 3m x 2m dan paling kecil
3cm x 2cm.Ukuran standar adalah 17m (tiang).
Peraturan pemerintah no. 401.Tgl 26 juni 1958 tentang bendera kebangsaan Republik
Indonesia yang isinya : bahwa bendera Merah Putih boleh digunakan / di pakai di
mobil:
1.Mobil Presiden ( 36 cm x 54 cm )
2.Mobil Wakil Presiden ( 30 cm x 45 cm )
3.Mobil Ketua MPR ( 30 cm x 45 cm )
4.Mobil Ketua DPR ( 30 cm x 45 cm )
5.Mobil Ketua MA ( 30 cm x 45 cm )
6.Mobil Ketua BPK ( 30 cm x 45 cm )
7.Mobil Mentri ( 30 cm x 45 cm )
PENJELASAN TAMBAHAN
a. LK putih dipakai oleh anggota paskibra kecamatan tingkat SMP maupun SMA yang
sudah mengikuti kegiatan pengibaran di masing-masing wilayah
b. LK hijau dipakai oleh anggota paskibra yang mengikuti Latihan Perintis Pemuda
(DIKLAT) yang diadakan oleh paskibra sekolah dengan dinas pendidikan serta
anggota paskibraka tingkat kabupaten/kotamadya dari provinsi yang telah bertugas
c. LK merah dipakai oleh anggota paskibra yang mengikuti Latihan Pemuka Pemuda
dan anggota paskibraka tingkat nasional yang telah bertugas
d. LK ungu dipakaii oleh anggota paskibra yang mengikuti Latihan Pemuda Madya
khusus para Pembina, eks danlat dan eks danki
TATA UPACARA BENDERA
ARTI
SEJARAH
Sejak zaman nenek moyang bangsa Indonesia telah melaksanakan upacara, upacara
selamatan kelahiran, upacara selamatan panen.
DASAR HUKUM
1. Pancasila
2. UUD 1945 (tentang Sistem Pendidikan Nasional)
3. Inpres No. 14 tahun 1981 (tentang Urutan Upacara Bendera)
1. Pembina Upacara
2. Pemimpin Upacara
3. Pengatur Upacara
4. Pembawa Upacara
PETUGAS UPACARA
PERLENGKAPAN UPACARA
PENGERTIAN UPACARA
Terbagi menjadi dua bagian (yaitu upacara Umum dan Upacara Khusus)
1. Upacara umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh banyak orang di
instansi kantor pemerintah untuk memperingati sesuatu atau karena diadakan acara
tertentu. Contoh : Upacara peringatan HUT kemerdekaan Republik Indonesia,
Upacara hari ibu, Upacara serah terima jabatan, dan lain sebagainya.
2. Upacara khusus adalah upacara yang dilaksanakan secara khusus tanpa
membutuhkan kehadiran pejabat dan memiliki tata urutan upacara yang tidak harus
lengkap. Contoh : kegiatan apel, laporan serah terima jabatan, dll.
· Kerekan macet Upacara berjalan terus dan setelah selesai kerekan dibetulkan.
· Tali kerekan putus Kelompok pengibar bendera berusaha menangkap bendera
tegak lurus sampai upacara selesai kemudian bendera dilipat sesuai ketentuan untuk
disimpan.
· Tiang bendera roboh Kelompok pengibar bendera berusaha
menegakkan/menangkap tiang bendera yang roboh bila tidak mungkin
dipertahankan laksanakan seperti pada sebelumnya.
· Cuaca buruk/hujan Apabila sebelum dilaksanakan upacara, cuaca buruk/hujan maka
upacara penaikan bendera dibatalkan. Tetapi apabila sudah dilaksanakan upacara,
cuaca buruk/hujan maka upacara tetap dilaksanakan sampai bendera berada
dipuncak dan lagu selesai dinyanyikan.
SEJARAH BURUNG GARUDA
Mengapa di kebun binatang tak pernah ada yang namanya burung garuda?
Burung garuda sejenis dengan rajawali. Tapi, garuda merupakan tokoh rekaan yang
hanya ada dalam dunia wayang atau dongeng. Tokoh garuda muncul dalam epos
Ramayana dan cerita Garudeya. Bagaimana sejarahnya hingga ia jadi lambang negara
kita?
Baik elang maupun rajawali merupakan burung perkasa yang sering dijadikan
lambang negara. Sejak tahun 1989 misalnya, pemerintah DKI Jakarta menetapkan
elang bondol sebagai lambang Kota Jakarta.
Selain elang bondol, ada pula burung rajawali Haliaetus leucocephalus atau elang
besar yang menjadi lambang Amerika Serikat karena penampilannya yang perkasa,
dan ukurannya yang besar. Di Eropa ada juga rajawali laut berekor putih. Tubuhnya
lebih kekar, dengan bentangan sayap 2,5 m. Kebasan sayap burung ini memiliki
kekuatan yang luar biasa. Kalau sedang berburu mangsa, ia terbang tanpa kebasan
sayap. Dari tempat yang tinggi, ia berputar-putar melingkar, lalu menukik pesat ke
arah mangsa seraya mendorongkan kuku kakinya ke depan. Kehebatan inilah yang
mendorong warga Jerman memilih rajawali laut berekor putih sebagai lambang
negara, hingga saat ini.
Kisah kegagahan rajawali laut berekor putih itu pun tersebar sampai ke pantai barat
India. Keperkasaannya menerkam ulang juga terdengar oleh para pujangga India di
masa lalu. Maka, dalam cerita-cerita yang mereka buat, burung rajawali pun tampil
sebagai Resi Garuda, yakni makhluk berkepala burung dan bertubuh manusia.
Menurut cerita, burung garuda itu merupakan kendaraan yang biasa dipergunakan
Batara Wisnu.
Dari mitos India inilah, para pujangga Jawa zamannya Dharmawansa Anantawikrama
Uttunggadewa mengenal dan menyebarkan nama garuda di Jawa Timur tahun 991-
1016. Meskipun tidak melihat sendiri wujud burung itu, mereka berhasil
membayangkan dan mengabadikannya dalam pahatan relief Candi Kedaton dan
Kidal.
Kemudian, garuda yang setengah orang setengah burung diabadikan lebih nyata
sebagai arca Airlangga (titisan Wisnu) di Candi Belahan. Dan, sejak proklamasi
kemerdekaan RI tahun 1945, burung garuda dilukiskan sebagai burung rajawali
seutuhnya. Kepalanya pun menengok ke kanan seperti semua lambang elang negara
lain. Tapi, ia membawa perisai berisi lambang-lambag Pancasila. Sobat-sobat sudah
tahu, kan, jumlah bulu sayapnya 17, bulu ekornya 8, bulu ekor di bawah perisai 19, dan
bulu kecil di lehernya 45. Ini sangat tepat dengan hari lahir Republik Indonesia.
Kakinya merentang spanduk Jawa Kuno, "Bhineka Tunggal Ika", yang berarti
beraneka ragam tapi tetap satu…
Kemudian dari rujutan sejarah dalam catatan yang pernah saya pelajari bahwa hampir
semua orang tahu itu. Namun hanya sebagian orang saja yang mengetahui siapa
penemunya dan bagaimana kisah hingga menjadi lambang kebanggaan negara ini.
Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara
Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden
Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara.Dia
lah Sultan Hamid II yang berasal dari Pontianak.
Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR RIS adalah rancangan
Sultan Hamid II. Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan
menampakkan pengaruh Jepang.
Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II),
Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan
untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga,
mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih
menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.
Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara
RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang
negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan,
karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu
manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.
Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah
disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk
Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian
menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai
perdana menteri. AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep
Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan
Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu
gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “tidak
berjambul” seperti bentuk sekarang ini. Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri
yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak
bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS.
Mengapa di kebun binatang tak pernah ada yang namanya burung garuda?
Burung garuda sejenis dengan rajawali. Tapi, garuda merupakan tokoh rekaan yang
hanya ada dalam dunia wayang atau dongeng. Tokoh garuda muncul dalam epos
Ramayana dan cerita Garudeya. Bagaimana sejarahnya hingga ia jadi lambang negara
kita?
Baik elang maupun rajawali merupakan burung perkasa yang sering dijadikan
lambang negara. Sejak tahun 1989 misalnya, pemerintah DKI Jakarta menetapkan
elang bondol sebagai lambang Kota Jakarta.
Selain elang bondol, ada pula burung rajawali Haliaetus leucocephalus atau elang
besar yang menjadi lambang Amerika Serikat karena penampilannya yang perkasa,
dan ukurannya yang besar. Di Eropa ada juga rajawali laut berekor putih. Tubuhnya
lebih kekar, dengan bentangan sayap 2,5 m. Kebasan sayap burung ini memiliki
kekuatan yang luar biasa. Kalau sedang berburu mangsa, ia terbang tanpa kebasan
sayap. Dari tempat yang tinggi, ia berputar-putar melingkar, lalu menukik pesat ke
arah mangsa seraya mendorongkan kuku kakinya ke depan. Kehebatan inilah yang
mendorong warga Jerman memilih rajawali laut berekor putih sebagai lambang
negara, hingga saat ini.
Kisah kegagahan rajawali laut berekor putih itu pun tersebar sampai ke pantai barat
India. Keperkasaannya menerkam ulang juga terdengar oleh para pujangga India di
masa lalu. Maka, dalam cerita-cerita yang mereka buat, burung rajawali pun tampil
sebagai Resi Garuda, yakni makhluk berkepala burung dan bertubuh manusia.
Menurut cerita, burung garuda itu merupakan kendaraan yang biasa dipergunakan
Batara Wisnu.
Dari mitos India inilah, para pujangga Jawa zamannya Dharmawansa Anantawikrama
Uttunggadewa mengenal dan menyebarkan nama garuda di Jawa Timur tahun 991-
1016. Meskipun tidak melihat sendiri wujud burung itu, mereka berhasil
membayangkan dan mengabadikannya dalam pahatan relief Candi Kedaton dan
Kidal.
Kemudian, garuda yang setengah orang setengah burung diabadikan lebih nyata
sebagai arca Airlangga (titisan Wisnu) di Candi Belahan. Dan, sejak proklamasi
kemerdekaan RI tahun 1945, burung garuda dilukiskan sebagai burung rajawali
seutuhnya. Kepalanya pun menengok ke kanan seperti semua lambang elang negara
lain. Tapi, ia membawa perisai berisi lambang-lambag Pancasila. Sobat-sobat sudah
tahu, kan, jumlah bulu sayapnya 17, bulu ekornya 8, bulu ekor di bawah perisai 19, dan
bulu kecil di lehernya 45. Ini sangat tepat dengan hari lahir Republik Indonesia.
Kakinya merentang spanduk Jawa Kuno, "Bhineka Tunggal Ika", yang berarti
beraneka ragam tapi tetap satu…
Kemudian dari rujutan sejarah dalam catatan yang pernah saya pelajari bahwa hampir
semua orang tahu itu. Namun hanya sebagian orang saja yang mengetahui siapa
penemunya dan bagaimana kisah hingga menjadi lambang kebanggaan negara ini.
Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara
Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden
Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara.Dia
lah Sultan Hamid II yang berasal dari Pontianak.
Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk
melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan
sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid
II dan karya M Yamin.
Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR RIS adalah rancangan
Sultan Hamid II. Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan
menampakkan pengaruh Jepang.
Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II),
Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan
untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga,
mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih
menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.
Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara
RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang
negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan,
karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu
manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.
Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah
disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk
Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian
menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai
perdana menteri. AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep
Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan
Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu
gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “tidak
berjambul” seperti bentuk sekarang ini. Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri
yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak
bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS.
Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang
negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950.
Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung
Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk
cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi
menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno. Tanggal 20
Maret 1950, bentuk final gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat
disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah,
untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk final rancangan Menteri
Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini…
1. MARS PASKIBRAKA/PASKIBRAKA
Bila berbaris janganlah tengok kanan dan kiri
Ayunkan tangan biarlah tinggi
Badan ditegakkan pandangan lurus ke depan
Dengarlah aba-aba
Kami inilah putra dan putri PASKIBRA (lirik ini bisa di rubah sesuai nama PASKIBRA
masing-masing)
Berhati baja tak kenal lelah
Walaupun hidup kami sekarang sengsara
Tetaplah hati gembira
Majulah putra bangsa
Tegakkan kepalamu busungkanlah dadamu
Majulah putra bangsa
Tetaplah hati gembira
2. LANGKAH PASKIBRAKA
Tiada gunung terlalu tinggi
Buat kami daki di siang hari
Tiada jurang terlalu dalam
Buat kami turuni di malam kelam
Hutan rimba – hutan rimba
Sawah ladang – sawah ladang
Menyusuri jalan yang jauh
Panas terik hujan berangin
Ayolah ayo maju
Pantang mundur, hati kami , hati kami
Paskibra jalan menyerah
Tersapu lawan semua
4. LANGKAH LARI
Ayo lari tiap pagi
Agar kuat urat kaki
Badan payah tak mengapa
Karena kita sudah biasa
Satu ribu, dua ribu
Tiga ribu, empat ribu
Jangan bimbang jangan ragu
Pantang mundur terus maju
5. DI TIMUR MATAHARI
Di timur matahari mulai bercahaya
Bangun dan berdiri kawan semua
Marilah mengatur barisan kita
Pemuda pemudi Indonesia
6. APEL MALAM
Bila apel malam telah tiba
Segera siapkan penerjunan
Hatiku dag….dig…dug tak karuan
Memikirkan nasib seseorang.
Biar payung tidak mengembang
Segera buka payung cadangan
Bila itu juga tidak mengembang
Serahkan nyawamu pada Tuhan
Bila payung sudah mengembang
Segera tengok kiri dan kanan
Pandangan tetap lurus ke depan
Sikap exit jangan dilupakan
7. DORE MI
Sol do sate kebo
Re mi fa sol iwak tongkol
Mire mire gule kare enak dewe
Merah putih benderaku
Putih-putih pakaianku
Lari-lari tiap pagi
Jangan jongkok setengah mati
PASKIBRA tetap jaya
8. HE…… PASKIBRA
HE…… PASKIBRA hari ini hari luar biasa
HE…… PASKIBRA suara kami melayang di udara
Mari semua kita berbaris dengan langkah yang tetap
Hidup PASKIBRA putra putri pilihan
9. OTO BEMO
Oto emo, oto bemo
Beroda tiga, tiga beroda
Tempat berhenti, berhenti tempat
Di tengah-tengah kota, kota di tengah-tengah
Panggil nona, nona panggil
Naik segera, segera naik
Nona bilang, bilang nona
Tidak punya uang, uang tidak punya
Jalan kaki saja, jalan-jalan saja
10. PENYAMARAN
Kuambil rumput di ladang
Kujadikan penyamaran
Wajah cantik berubah menjadi setan
Agar tak mudah dikenal
Bermain berperang
Bermain penyamaran
Wajah cantik kini tidak kelihatan
Agar tak mudah dikenal
26. Forget to Me
Kini aku sedang ditempa
dalam candra kawah dimuka
lupa sanak lupa saudara
lupakan saja semuanya
aku tahan sakit sakit
sampai masuk rumah sakit
aku tahan menderita siang malam ku ditempa
walau diriku di tempa hati ku slalu gembira
gembira gembira selamanya
aku tunggu engkau
aku tunggu engkau
rupanya engkau forget to me
rambate rambat kayu tarik tambang .hu hah
disini aku jd tambah senang .hu hah
andaikan aku burung aku akan terbang
cita cita ku ingin jd paskibra
bangun pagi pagi menuju ke lapangan
untuk mengikuti latihan dasar paskibra
tak tahan rasanya ingin segera pulang
pelatihan belum usai
mau makan jalan jongkok habis makan lompat kodok
dicaci dimaki dan di bentak bentak
duhai pelatihku dikau kejam sekali
duhai pelatihku betapa jeli mata mu
tidak kah kau tau apa yang kurasakan
ku cinta padamu…aku cinta padamu
28. GEMBIRA
30. ANCOL
31. AYAH-IBU
32. PALUBULU
Minggirlah,minggirlah,minggirlah
Minggirlah Paskibra mau lewat
Jalannya tegap-tegap langkahnya mantap-mantap
Karena tiap hari minum susu Buk Lurah makan telur Pak Lurah
34. FORGET TO ME
41. BUSARIJEM
Busarijem butuh hiburan
Duduk dibalkon…Tolak-tolakan
Kepengen-ngeeeeen… Totokin kepala
Bu sarijem… Butuh hiburan
42. 1 2 3 4
1 2 3 4 Olah raga sing sehat
Dua leungeun acungkeun
Sangsangkeun dina taktak
Sukuna di egangkeun
Saeutik di bengkokeun
Mun terus maju jalan
Siga entog kabeuheulan
TEKNIK PERSIDANGAN
1. JENIS PERSIDANGAN
1) Sidang Pleno :
a. Sidang Pleno diikuti oleh seluruh peserta dan peninjau Permusyawaratan
b. Sidang Pleno dipimpin oleh Presidium Sidang
c. Sidang Pleno dipandu oleh Steering Committee
d. Sidang Pleno membahas dan memutuskan segala sesuatu yang berhubungan
dengan Permusyawaratan
2). Sidang Paripurna :
a. Sidang Paripurna diikuti oleh seluruh peserta dan peninjau Permusyawaratan
b. Sidang Paripurna dipimpin oleh Presidium Sidang
c Sidang Paripurna mengesahkan segala ketetapan dan keputusan yang
berhubungan dengan Permusyawaratan
3). Sidang Komisi
a. Sidang Komisi diikuti oleh anggota masing-masing Komisi
b. Anggota masing-masing Komisi adalah peserta dan peninjau yang ditentukan oleh
Sidang Pleno
c. Sidang Komisi dipimpin oleh seorang pimpinan dibantu seorang Sekretaris Sidang
Komisi
d. Pimpinan Sidang Komisi dipilih dari dan oleh anggota Komisi dalam Komisi tersebut
e. Sidang Komisi membahas materi-materi yang menjadi tugas dari Komisi yang
bersangkutan
5. INTERUPSI
Ialah suatu bentuk selaan atau memotong pembicaraan dalam sidang karena adanya
masukan yang perlu diperhatikan untuk pelaksanaan sidang tersebut.
Macam macam interupsi antara lain.
1. Interuption of order, Bentuk interupsi yang dilakukan untuk meminta penjelasan
atau memberikan masukan yang berkaitan dengan jalannya persidangan. Mis. saat
pembicaraan sudah melebar dari pokok masalah maka seseorang berhak mengajukan
interuption of order agar persidangan dikembalikan lagi pada pokok masalahnya
sehingga tidak melebar dan semakin bias.
2. Interruption of information, Bentuk interupsi berupa informasi yang perlu
diperhatikan oleh seluruh peserta siding termasuk pimpinan sidang. Informasi bisa
internal (mis. informasi atau data tentang topik yang dibahas) ataupun eksternal
(mis. situasi kondisi di luar ruang sidang yang mungkin dapat berpengaruh terhadap
jalannya persidangan).
3. Interruption of clarification, Bentuk interupsi dalam rangka meminta klarifikasi
tentang pernyataan peserta siding lainnya agar tidak terjadi penangkapan bias ketika
seseorang memberikan tanggapan atau sebuah penegasan terhadap suatu
pernyataan.
4. Interruption of explanation, Bentuk interupsi untuk menjelaskan suatu pernyataan
yang kita sampaikan agar tidak ditangkap keliru oleh peserta lain atau suatu
pelurusan terhadap pernyataan kita.
5. Interruption of personal, Bentuk interupsi yang disampaikan bila pernyataan yang
disampaikan oleh peserta lain sudah diluar pokok masalah dan cenderung menyerang
secara pribadi.
Pelaksanaan Interupsi :
1. Interupsi dilakukan dengan mengangkat tangan terlebih dahulu, dan berbicara
setelah mendapat ijin dari Presidium Sidang
2. Interupsi diatas interupsi hanya berlaku selama tidak menggangu persidangan
3. Apabila dalam persidangan, Presidium Sidang tidak mampu menguasai dan
mengendalikan jalannya persidangan, maka Panitia Pengarah (SC) diberikan
wewenang untuk mengambil alih jalannya persidangan, atas permintaan Presidium
Sidang dan atau Peserta Sidang.
6. Tata Tertib
Tata tertib persidangan merupakan hasil kesepakatan seluruh peserta pada saat
persidangan dengan memperhatikan aturan umum organisasi dan nilai-nilai universal
dimasyarakat.
7. Sanksi-sanksi
Peserta yang tidak memenuhi persyaratan dan kewajiban yang ditentukan dalam tata
tertib persidangan akan dikenakan sanksi dengan mempertimbangkan saran, dan
usulan peserta.
6. TEKNIK RAPAT
Pengertian :
Rapat mempunyai beberapa pengertian. Dalam pengertian yang luas rapat dapat
menjadi sebuah permusyawaratan, yang melibatkan banyak peserta dan membahas
banyak permasalahan penting. Sedangkan dalam pengertian yang lebih kecil, rapat
dapat berupa diskusi yang hanya melibatkan beberapa peserta dengan pembahasan
yang lebih sederhana. Dalam Sub bab ini hal-hal yang berkaitan dengan
permusyawaratan tidak lagi diuraikan, dan lebih kepada rapat dalam pengertian
umum/sederhana secara teknis.
Jenis Rapat :
1. Rapat Anggota
2. Rapat Pengurus (Rapat Kerja,Rapat Koordinasi, Rapat Pimpinan,dsb).
3. Diskusi.
Fungsi Rapat
1. Penyampaian informasi
2. Pemecahan masalah
3. Mengidentifikasi masalah.
4. Menentukan alternatif.
5. Menguji alternatif.
6. Rapat implementasi.
Prosedur Penyelenggaraan Rapat
1. Persiapan
a. Menyiapkan rencana.
b. Menyiapkan agenda rapat.
c. Menyiapkan kertas kerja.
d. Menyiapkan pembicara/peserta.
e. waktu.
e. Pengambilan keputusan.
f. Penutupan rapat.
2. Pelaporan dan Evaluasi
a. Pelaporan
- Jelas, lengkap dan singkat.
- Pembuat laporan harus mengikuti rapat secara penuh.
- Isi : tanggal/jam, jumlah peserta, pembicara, pokok pembicaraan, keputusan.
b. Evaluasi
- Dilakukan bersama panitia/pengurus.
- Yang dievaluasi adalah semua kegiatan rapat dari persiapan, pelaksanaan, dan hasil.
Yang berperan dalam Rapat
1. Pemimpin Rapat.
2. Peserta Rapat.
3. Undangan dan nara sumber.
4. Materi/bahan rapat.
5. Tata ruang dan tempat duduk.
Persyaratan Pemimpin Rapat
1. Memiliki sikap, tingkah laku, karakter, dan penampilan yang baik.
2. Menguasai permasalahan, dapat mencari jalan keluar.
3. Memberi kepercayaan dan netral terhadap peserta.
4. Pandai menerapkan gaya kepemimpinan
Upaya mensukseskan Rapat
1. Penyelenggaraan yang efektif dan efisien.
2. Pemimpin Rapat harus :
a. Aktif, tegas, mampu membimbing, mengarahkan, dan mencegah pembicaraan
yang menyimpang.
b. Diterima sebagai pemimpin, punya integritas dan konsekuen
c. Bicara jelas, tidak mendominasi, terbuka dan dapat menumbuhkan keberanian
berbicara / mengemukakan pendapat.
3. Hal-hal lain yang perlu :
a. Peserta rapat jangan berdebat tentang hal-hal yang tidak relevan dengan agenda
rapat.
b. Hindarkan adanya gangguan dari luar.
c. Jika ada pertanyaan seyogyanya tidak dijawab sendiri oleh pimpinan rapat.
d. Rapat jangan buru-buru selesai dan juga terlalu lama.
Indikator Rapat yang berhasil
1. Semua undangan/peserta hadir.
2. Prasarana dan sarana memenuhi kebutuhan rapat.
3. Peserta aktif dan banyak masukan.
4. Masalah yang dirapatkan dapat dipecahkan.
5. Sasaran yang direncanakan tercapai.
6. Keputusan rapat dapat dilaksanakan.
9. TEKNIK DISKUSI
Pengertian Diskusi
Diskusi adalah sebuah proses tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur unsur
pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapatkan pengertian bersama
yang lebih jelas, lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan dan
merampungkan kesimpulan/pernyataan/keputusan. Di dalam diskusi selalu muncul
perdebatan. Debat ialah adu argumentasi, adu paham dan kemampuan persuasi
untuk memenangkan pemikiran/paham seseorang.
Manfaat Diskusi
1. Ditinjau dari aspek kepemimpinan, salah satu cara yang baik untuk mengadakan
komunikasi dan konsultasi
2. Ditinjau dari segi bahan yang dihadapi, dapat memperdalan wacana/ pengetahuan
seseorang mengenai sesuatu.
Pola-Pola Diskusi
1. Prasaran
a. Penyajian bahan pokok oleh satu atau beberapa orang pembicara dengan prasaran
tertulis (makalah, kertas kerja).
b. Tanggapan terhadap bahan pokok oleh pembicara lain (penyanggah / pembahas).
c. Tanggapan peserta diskusi (forum) terhadap bahan pokok.
2. Ceramah
a. Seorang / lebih penceramah menguraikan bahan pokok.
b. Tanggapan, sanggahan atau pertanyaan dari forum untuk meminta penjelasan
yang lebih teliti.
3. Diskusi Panel
a. Bahan pokok disajikan oleh beberapa panelis. Panelis meninjau masalah dari segi
tertentu.
b. Tanggapan, sanggahan atau pertanyaan forum untuk meminta penjelasan dari
panelis.
4. Brainstorming
a. .Bahan pokok yang dipersiapkan ditawarkan kepada peserta diskusi oleh pimpinan.
b. Tiap peserta diminta pendapat dan gagasannya. Sebanyak mungkin orang diajak
bicara dan setiap ide dicatat.
e. Berbagai ide disimpulkan dan ditarik benang merahnya. Kesimpulan ini kemudian
dijadikan kerangkan pembicaraan dan pembahasan lebih lanjut.
Persyaratan Diskusi
1. Berkomunikasi dalam kelompok dengan catatan :
a.Tata tertib tidak ketat.
b.Setiap orang diberi kesempatan berbicara.
c.Kesediaan untuk berkompromi.
2. Bagi peserta diskusi :
a.Pengertian yang menyeluruh tentang pokok pembicaraan.
b.Sanggup berpikir bebas dan lugas.
c.Pandai mendengar, menjabarkan dan menganalisa.
d.Mau menerima pendapat orang lain yang benar.
e.Pandai bertanya dan menolak secara halus pendapat lain.
3. Bagi pemimpin diskusi :
a.Sikap hati-hati,cerdas,tanggap.
b.Pandai menyimpulkan.
c.Sikap tidak memihak.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia
selalau berinteraksi dengan sesame serta dengan lingkungan. Manusia hidup
berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan
yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai.
Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan.
Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya.
Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah &
memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia
seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social
manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk
memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok &
lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif
pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil
keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu
sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki
beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang
digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau
kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap
teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan
dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang
pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki
orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan
sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan
lahir dari proses internal (leadership from the inside out).
III.2 SARAN
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa
kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk
memimpin diri sendiri.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar
biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin,
pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya
adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung
kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang
dipimpin.
MATERI KEPEMIMPINAN II
1. Jenis-jenis kepemimpinan
Sepanjang perjalanan sejarah manusia, selalu ditemui adanya pemimpin-pemimpin
dalam berbagai bidang kegiatan yang pada dasarnya dapat digolongkan menjadi 4
jenis kepemimpinan:
1. Kepemimpinan di bidang rohaniah
2. Kepemimpinan di bidang politik
3. Kepemimpinan di bidang militer, dan
4. Kepemimpinan di bidang managerial
Adapun yang menjadi pokok dalam pembahasan masalah ini adalah jenis
kepemimpinan yang terakhir atau kepemimpinan di bidang manajerial khususnya
dalam kepemimpinan yang berada dalam ruang lingkup bidang seni pertunjukan.
2. Teori-teori Kepemimpinan
Ada 2 macam pendapat atau konsepsi tentang timbulnya kemampuan seseorang
untuk menggerakan orang-orang lain dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan.
- Teori Genetik (pembawaan sejak lahir)
Di masa lalu banyak orang percaya bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin karena
darah atau keturunan. Teori ini biasanya hidup di kalangan bangsawan. Lihat misalnya
dalam ceritera pewayangan: Mahabarata, Ramayana, Panji, dan sejarah kerajaan –
kerajaan hindu dan islam di Indonesia.
Dalam hal ini hanyalah keturunan raja saja yang dapat menggantikan kedudukan ayah
atau orang tuanya untuk memerintah sebagai seorang pimpinan. Sebaliknya jika
orang tuanya bukan atau tidak pernah menjadi pemimpin, anak-anaknya dipandang
tidak akan mampu menjadi pemimpin.
Dalam alam demokrasi sekarang ini, teori ini banyak ditentang.
- Teori Sosial
Teori sosial mengatakan bahwa kepemimpinan bukannya diperoleh berdasarkan
keturunan, tetapi karena pengaruh situasi dan kondisi masyarakat. Dengan perkataan
lain teori ini menyatakan bahwa semua orang dapat saja menjadi pemimpin asal
memiliki bakat-bakat yang cukup dapat dikembangkan melalui pendidikan,
pengalaman, dan latihan tergantung pula akan ada tidaknya kesempatan serta iklim
yang memungkinkannya menjadi pemimpin.
Teori sosial ini sekarang lebih banyak dipakai karena lebih sesuai dengan alam
demokrasi dan tuntutan hak-hak asasi manusia.
TEKNIK PERSIDANGAN
1. JENIS PERSIDANGAN
1) Sidang Pleno :
a. Sidang Pleno diikuti oleh seluruh peserta dan peninjau Permusyawaratan
b. Sidang Pleno dipimpin oleh Presidium Sidang
c. Sidang Pleno dipandu oleh Steering Committee
d. Sidang Pleno membahas dan memutuskan segala sesuatu yang berhubungan
dengan Permusyawaratan
2). Sidang Paripurna :
a. Sidang Paripurna diikuti oleh seluruh peserta dan peninjau Permusyawaratan
b. Sidang Paripurna dipimpin oleh Presidium Sidang
c Sidang Paripurna mengesahkan segala ketetapan dan keputusan yang
berhubungan dengan Permusyawaratan
3). Sidang Komisi
a. Sidang Komisi diikuti oleh anggota masing-masing Komisi
b. Anggota masing-masing Komisi adalah peserta dan peninjau yang ditentukan oleh
Sidang Pleno
c. Sidang Komisi dipimpin oleh seorang pimpinan dibantu seorang Sekretaris Sidang
Komisi
d. Pimpinan Sidang Komisi dipilih dari dan oleh anggota Komisi dalam Komisi tersebut
e. Sidang Komisi membahas materi-materi yang menjadi tugas dari Komisi yang
bersangkutan
5. INTERUPSI
Ialah suatu bentuk selaan atau memotong pembicaraan dalam sidang karena adanya
masukan yang perlu diperhatikan untuk pelaksanaan sidang tersebut.
Macam macam interupsi antara lain.
1. Interuption of order, Bentuk interupsi yang dilakukan untuk meminta penjelasan
atau memberikan masukan yang berkaitan dengan jalannya persidangan. Mis. saat
pembicaraan sudah melebar dari pokok masalah maka seseorang berhak mengajukan
interuption of order agar persidangan dikembalikan lagi pada pokok masalahnya
sehingga tidak melebar dan semakin bias.
2. Interruption of information, Bentuk interupsi berupa informasi yang perlu
diperhatikan oleh seluruh peserta siding termasuk pimpinan sidang. Informasi bisa
internal (mis. informasi atau data tentang topik yang dibahas) ataupun eksternal
(mis. situasi kondisi di luar ruang sidang yang mungkin dapat berpengaruh terhadap
jalannya persidangan).
3. Interruption of clarification, Bentuk interupsi dalam rangka meminta klarifikasi
tentang pernyataan peserta siding lainnya agar tidak terjadi penangkapan bias ketika
seseorang memberikan tanggapan atau sebuah penegasan terhadap suatu
pernyataan.
4. Interruption of explanation, Bentuk interupsi untuk menjelaskan suatu pernyataan
yang kita sampaikan agar tidak ditangkap keliru oleh peserta lain atau suatu
pelurusan terhadap pernyataan kita.
5. Interruption of personal, Bentuk interupsi yang disampaikan bila pernyataan yang
disampaikan oleh peserta lain sudah diluar pokok masalah dan cenderung menyerang
secara pribadi.
Pelaksanaan Interupsi :
1. Interupsi dilakukan dengan mengangkat tangan terlebih dahulu, dan berbicara
setelah mendapat ijin dari Presidium Sidang
2. Interupsi diatas interupsi hanya berlaku selama tidak menggangu persidangan
3. Apabila dalam persidangan, Presidium Sidang tidak mampu menguasai dan
mengendalikan jalannya persidangan, maka Panitia Pengarah (SC) diberikan
wewenang untuk mengambil alih jalannya persidangan, atas permintaan Presidium
Sidang dan atau Peserta Sidang.
6. Tata Tertib
Tata tertib persidangan merupakan hasil kesepakatan seluruh peserta pada saat
persidangan dengan memperhatikan aturan umum organisasi dan nilai-nilai universal
dimasyarakat.
7. Sanksi-sanksi
Peserta yang tidak memenuhi persyaratan dan kewajiban yang ditentukan dalam tata
tertib persidangan akan dikenakan sanksi dengan mempertimbangkan saran, dan
usulan peserta.
6. TEKNIK RAPAT
Pengertian :
Rapat mempunyai beberapa pengertian. Dalam pengertian yang luas rapat dapat
menjadi sebuah permusyawaratan, yang melibatkan banyak peserta dan membahas
banyak permasalahan penting. Sedangkan dalam pengertian yang lebih kecil, rapat
dapat berupa diskusi yang hanya melibatkan beberapa peserta dengan pembahasan
yang lebih sederhana. Dalam Sub bab ini hal-hal yang berkaitan dengan
permusyawaratan tidak lagi diuraikan, dan lebih kepada rapat dalam pengertian
umum/sederhana secara teknis.
Jenis Rapat :
1. Rapat Anggota
2. Rapat Pengurus (Rapat Kerja,Rapat Koordinasi, Rapat Pimpinan,dsb).
3. Diskusi.
Fungsi Rapat
1. Penyampaian informasi
2. Pemecahan masalah
3. Mengidentifikasi masalah.
4. Menentukan alternatif.
5. Menguji alternatif.
6. Rapat implementasi.
Prosedur Penyelenggaraan Rapat
1. Persiapan
a. Menyiapkan rencana.
b. Menyiapkan agenda rapat.
c. Menyiapkan kertas kerja.
d. Menyiapkan pembicara/peserta.
e. waktu.
e. Pengambilan keputusan.
f. Penutupan rapat.
2. Pelaporan dan Evaluasi
a. Pelaporan
- Jelas, lengkap dan singkat.
- Pembuat laporan harus mengikuti rapat secara penuh.
- Isi : tanggal/jam, jumlah peserta, pembicara, pokok pembicaraan, keputusan.
b. Evaluasi
- Dilakukan bersama panitia/pengurus.
- Yang dievaluasi adalah semua kegiatan rapat dari persiapan, pelaksanaan, dan hasil.
Yang berperan dalam Rapat
1. Pemimpin Rapat.
2. Peserta Rapat.
3. Undangan dan nara sumber.
4. Materi/bahan rapat.
5. Tata ruang dan tempat duduk.
Persyaratan Pemimpin Rapat
1. Memiliki sikap, tingkah laku, karakter, dan penampilan yang baik.
2. Menguasai permasalahan, dapat mencari jalan keluar.
3. Memberi kepercayaan dan netral terhadap peserta.
4. Pandai menerapkan gaya kepemimpinan
Upaya mensukseskan Rapat
1. Penyelenggaraan yang efektif dan efisien.
2. Pemimpin Rapat harus :
a. Aktif, tegas, mampu membimbing, mengarahkan, dan mencegah pembicaraan
yang menyimpang.
b. Diterima sebagai pemimpin, punya integritas dan konsekuen
c. Bicara jelas, tidak mendominasi, terbuka dan dapat menumbuhkan keberanian
berbicara / mengemukakan pendapat.
3. Hal-hal lain yang perlu :
a. Peserta rapat jangan berdebat tentang hal-hal yang tidak relevan dengan agenda
rapat.
b. Hindarkan adanya gangguan dari luar.
c. Jika ada pertanyaan seyogyanya tidak dijawab sendiri oleh pimpinan rapat.
d. Rapat jangan buru-buru selesai dan juga terlalu lama.
Indikator Rapat yang berhasil
1. Semua undangan/peserta hadir.
2. Prasarana dan sarana memenuhi kebutuhan rapat.
3. Peserta aktif dan banyak masukan.
4. Masalah yang dirapatkan dapat dipecahkan.
5. Sasaran yang direncanakan tercapai.
6. Keputusan rapat dapat dilaksanakan.
9. TEKNIK DISKUSI
Pengertian Diskusi
Diskusi adalah sebuah proses tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur unsur
pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapatkan pengertian bersama
yang lebih jelas, lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan dan
merampungkan kesimpulan/pernyataan/keputusan. Di dalam diskusi selalu muncul
perdebatan. Debat ialah adu argumentasi, adu paham dan kemampuan persuasi
untuk memenangkan pemikiran/paham seseorang.
Manfaat Diskusi
1. Ditinjau dari aspek kepemimpinan, salah satu cara yang baik untuk mengadakan
komunikasi dan konsultasi
2. Ditinjau dari segi bahan yang dihadapi, dapat memperdalan wacana/ pengetahuan
seseorang mengenai sesuatu.
Pola-Pola Diskusi
1. Prasaran
a. Penyajian bahan pokok oleh satu atau beberapa orang pembicara dengan prasaran
tertulis (makalah, kertas kerja).
b. Tanggapan terhadap bahan pokok oleh pembicara lain (penyanggah / pembahas).
c. Tanggapan peserta diskusi (forum) terhadap bahan pokok.
2. Ceramah
a. Seorang / lebih penceramah menguraikan bahan pokok.
b. Tanggapan, sanggahan atau pertanyaan dari forum untuk meminta penjelasan
yang lebih teliti.
3. Diskusi Panel
a. Bahan pokok disajikan oleh beberapa panelis. Panelis meninjau masalah dari segi
tertentu.
b. Tanggapan, sanggahan atau pertanyaan forum untuk meminta penjelasan dari
panelis.
4. Brainstorming
a. .Bahan pokok yang dipersiapkan ditawarkan kepada peserta diskusi oleh pimpinan.
b. Tiap peserta diminta pendapat dan gagasannya. Sebanyak mungkin orang diajak
bicara dan setiap ide dicatat.
e. Berbagai ide disimpulkan dan ditarik benang merahnya. Kesimpulan ini kemudian
dijadikan kerangkan pembicaraan dan pembahasan lebih lanjut.
Persyaratan Diskusi
1. Berkomunikasi dalam kelompok dengan catatan :
a.Tata tertib tidak ketat.
b.Setiap orang diberi kesempatan berbicara.
c.Kesediaan untuk berkompromi.
2. Bagi peserta diskusi :
a.Pengertian yang menyeluruh tentang pokok pembicaraan.
b.Sanggup berpikir bebas dan lugas.
c.Pandai mendengar, menjabarkan dan menganalisa.
d.Mau menerima pendapat orang lain yang benar.
e.Pandai bertanya dan menolak secara halus pendapat lain.
3. Bagi pemimpin diskusi :
a.Sikap hati-hati,cerdas,tanggap.
b.Pandai menyimpulkan.
c.Sikap tidak memihak.
Setiap negara memiliki aturan meja makan yang berbeda-beda. Namun, ada beberapa
aturan dasar yang terdapat di setiap etika makan, yaitu :
Bila hidangan utama sudah tiba, jangan salah kalau anda sedang diundang jamuan
makan ala internasional, umumnya ada dua cara menyantap hidangan utama.
Hidangan utama sering berupa daging, steik atau sea food. Bila menggunakan ala
Amerika biasanya daging dipotong lebih dahulu baru disantap menggunakan sendok
dengan tangan kanan. Cara Eropa lain lagi, biasanya langsung dipotong dengan pisau
di tangan kanan lalau memakan dengan garpu di tangan kiri.
Hidangan Penutup (Dessert)
A. Serbet
B. Piring utama
C. Mangkok sop dan tatakannya
D. Piring roti dan mentega dengan pisau roti
E. Gelas air
F. Anggur putih
G. Anggur merah
H. Garpu ikan
I. Garpu utama
J. Garpu salad
K. Pisau utama
L. Pisau ikan
M. Sendok sop
N. Sendok makanan pencuci mulut dan garpu kue
Perhatikan bahwa posisi garpu salad (J) disarankan untuk diletakkan disebelah kiri
garpu utama (I). Bagaimanapun juga untuk jamuan resmi garpu utama digunakan
sebelum garpu salad, karena itu sebaiknya para tamu menunggu hidangan utamanya
sebelum mengambil salad.
Tidak seperti dengan nasehat orang tua, para pakar etiket malah menganjurkan
untuk memulai makan tanpa harus selalu menunggu orang lain – mulailah makan saat
makanan hangat disajikan. Untuk makanan dingin atau buffets, tunggulah hingga
tuan rumah mempersilakan makan, dan tunggu pula hingga tamu utamanya mulai
mengambil makanan.
Makanan yang dapat dipegang dengan tangan:
1. Roti: break slices of bread, rolls and muffins in half or into small pieces by hand
before buttering.
2. Daging : jika potongan dagingnya tebal, makanlah dengan menggunakan pisau
dan garpu. Jika garing, pecahkan dengan garpu dan makanlah dengan tangan.
3. Makan dengan tangan: Ikuti pedoman tuan rumah. Jika makanan tersebut
disajikan dalam piring, ambil dan letakkan pada piring anda sebelum memakannya.
4. Makanan yang biasanya langsung dimakan dengan tangan: jagung pada ikan
tongkol, tulang iga, lobster, kepiting dan tiram dengan cangkang terbuka, sayap
ayam dan tulang (untuk situasi tidak resmi), sandwiches, beberapa jenis buah
tertentu, buah zaitun, seledri, roti dan kue kering.
Membuang makanan yang terselip dari mulut: