PERCOBAAN KE-13
Disusun Oleh :
KIMIA 4A
JURUSAN KIMIA
2020
I. Tujuan
1. Menganalisis mekanisme pembuatan tert-butil klorida.
2. Mengidentifikasi reaksi uji alkil halida berupa reaksi SN1 atau SN2 melalui percobaan
natrium iodida dalam aseton.
3. Mengidentifikasi pengaruh pelarut terhadap kereaktifan reaksi SN1 (solvolisis).
4. Mengidentifikasi perbedaan antara mekanisme reaksi substitusi jenis SN1 dan SN2.
No
Alat Ukuran Jumlah No Bahan Konsentrasi Jumlah
1 Tabung reaksi - 6 buah 1 t-butil alkohol - 25 gram
2 Pipet ukur 1, 25 mL @ 1 buah 2 HCl pekat - 85 mL
3 Ball filler - 1 buah 3 NaHCO3 5% 20 mL
4 Labu erlenmeyer 50 mL 2 buah 4 Batu didih - 3 potong
5 Pipet tetes - 3 buah 5 1-klorobutana - 1 mL
6 Corong pisah 250 mL 1 buah 6 1-bromobutana - 1 mL
7 Gelas ukur 5, 100 mL @ 1 buah 7 t-butil klorida - 1 mL
8 Alat distilasi - 1 set 8 2-bromo benzena - 1 mL
9 Spatula - 1 buah 9 2-klorobutana - 1 mL
10 Kaca arloji - 1 buah 10 Larutan NaI 18 % 5 mL
11 Neraca - 1 buah 11 Aseton - 100 mL
12 Corong - 1 buah 12 Larutan NaOH 0,5 M 2 mL
13 Penutup tabung rx - 6 buah 13 Ind. Fenolftalein - 2 mL
14 Kondensor refluks - @ 1 buah 14 Alumunium foil - secukupnya
15 Penangas air - 1 buah 15 Kertas saring d-8 cm 2 lembar
16 Botol semprot 500 mL 1 buah 16 Akuades - secukupnya
17 Rak tabung reaksi - 1 buah
IV. MSDS
Hasil
2 Uji Alkil Halida : Reaksi SN1 atau SN2 a. Natrium Iodida dalam Aseton
1-klorobutana berupa larutan TB
a. Natrium Iodida dalam Aseton
tert-butil klorida berupa larutan TB
Tabung reaksi 2-bromo benzena berupa larutan TB
2-klorobutana berupa larutan TB
Siapkan sebanyak 4 buah Larutan NaI dalam aseton berupa larutan TB
Beri label pada masing-masing tabung Kedalam masing-masing tabung (+) 1 mL lar. NaI 18
Masukkan 1 mL/100 mg senyawa 1- % menghasilkan larutan TB-kuning
klorobutana/1-bromobutana, tert-butil klorida, 2- Masing-masing tabung kemudian ditutup dan
bromobenzena, dan 2-klorobutana dikocok menghasilkan data sbb :
(+) 1 mL lar. NaI 18 % secara cepat Tabel 2
Tutup masing-masing tabung Larutan Waktu Perubahan Warna
Kocok dan catat waktu pada saat endapan 1-kloro 6,50
muncul untuk pertama kali larutan kuning keruh (-)
butana menit
Jika tidak ada reaksi selama 5 menit, panaskan tert-butil 9,48
larutan kuning keruh
dalam penangas air klorida menit
Amati perubahan dalam kurun waktu 5 menit 2-bromo 11,30
larutan TB-kuning
benzena menit
Hasil 2-kloro 9,45
larutan kuning keruh (-)
butana menit
b. Pengaruh Pelarut terhadap Kereaktifan Reaksi SN1 b. Pengaruh Pelarut terhadap Kereaktifan Reaksi SN1
dan SN2 (Solvolisis)
(Solvolisis)
Etanol berupa larutan TB
Tabung reaksi Metanol berupa larutan TB
Aseton berupa larutan TB
Siapkan sebanyak 3 buah Air/akuades berupa cairan TB
Beri label pada masing-masing tabung Campuran pelarut disiapkan sesuai data perbandingan
Masukkan campuran pelarut sesuai perbandingan pada tabel 1
pada tabel 1 Larutan NaOH berupa larutan TB
Perbandingan pelarut : air Ind. Fenolftalein berupa larutan TB-kuning
50 : 50 60 : 40 70 : 30 Campuran pelarut + lar. NaOH larutan
mL pelarut 1,0 1,2 1,4 berwarna merah muda
mL air 1,0 0,8 0,6 Tabung kemudian ditutup
(+) 3 tetes larutan NaOH 0,5 M yang Tidak terjadi perubahan warna ketika disimpan dalam
mengandung ind. fenolftalein ke dalam masing- penangas air
masing tabung tert-butil klorida berupa cairan TB
Tutup masing-masing tabung Setelah digoyangkan, terjadi perubahan warna dari
Simpan dalam penangas air bersuhu 30 °C merah muda ke TB
(+) 3 tetes tert-butil klorida ke dalam masing- Berikut catatan waktu perubahan untuk masing-
masing tabung masing campuran pelarut :
Goyangkan tabung Tabel 3
Pelarut
Simpan lagi dalam penangas air Pelarut :
Air ( mL) Etanol Metanol Aseton
Catat waktu yang diperlukan untuk hilangnya
warna merah muda dari indikator 1,0 : 1,0 9,05 9,44 14,39
1,2 : 0,8 8,00 9,59 29,11
Hasil 1,4 : 0,6 8,58 9,32 36,81
VI. Pembahasan
Pada pembuatan tert-butil klorida, langkah pertama yang dilakukan yakni mereaksikan 25
gram tert-butil alkohol dengan 85 mL HCl pekat menghasilkan larutan putih keruh dan berasap.
Larutan berasap sebab reaksinya merupakan eksoterm. Pada umumnya, pembuatan senyawa
alkohol melibatkan reaktan berupa suatu asam. Campuran kemudian dikocok, selama pengocokan
sesekali penutup dilonggarkan untuk mengurangi tekanan. Tekanan muncul karena campuran
merupakan reaksi eksoterm. Ketika dikocok, larutan menjadi berwarna putih disertai terbentuknya
buih/gas. Larutan campuran kemudian didiamkan. Setelah didiamkan selama beberapa menit,
terbentuk 2 fasa larutan berupa lapisan halida dan lapisan asam. Terbentuknya 2 lapisan ini
dikarenakan adanya perbedaan kerapatan atau massa jenis dari masing-masing larutan. Berikut
mekanisme reaksinya :
(CH3)3COH + HCl pekat (CH3)3Cl + H2O
Dimana pada reaksi tersebut melewati dua tahap. Tahap pertama yakni pembentukan sebuah
karbokation dengan pemisahan gugus fungsi. Sementara tahap kedua terjadi penyerangan nukleofil.
Penyerangan nukleofil terjadi pada saat terpisahnya gugus fungsi kemudian karbokation mengikat
anion yang diperoleh dari reagen. Sementara gugus fungsi yang terlepas kemudian berikatan
dengan kation yang berasal dari reagen. Bentuk umum mekanisme reaksi dapat ditulis sebagai
berikut :
N : + R-X R-Nu + x :
Pada reaksi tersebut, menghasilkan produk yang bersifat netral. Setelah itu, lapisan atas
berupa lapisan halida dicuci menggunakan larutan NaHCO3. Pencucian dilakukan untuk mengikat
sisa asam yang terdapat pada klorida. Pada proses pencucian ini menghasilkan 2 fasa larutan. Fasa
atas berupa lapisan halida, sementara fasa bawah berupa lapisan garam yang larut dalam air.
Berikut mekanisme reaksinya :
NaHCO3 + HCl NaCl + H2O + CO2
Setelah itu, lapisan bawah dibuang dan lapisan atas dicuci menggunakan air.
Pencucian dengan air bertujuan untuk memisahkan serta melarutkan garam yang terdapat
pada lapisan halida. Setelah itu larutan campuran disaring dan filtrat yang terbentuk
ditampung dalam labu distilasi 100 mL. Filtrat yang diperoleh kemudian didistilasi
menggunakan penangas air. Distilasi dilakukan untuk menghilangkan zat pengotor yang
terdapat dalam produk sehingga produk yang diperoleh lebih murni. Diperoleh nilai
randemen pada percobaan ini sebesar 54,57 % dengan massa produk sebesar 15,28 gram.
Pada percobaan kedua yakni uji alkil halida dilakukan untuk menentukan reaksi
tersebut termasuk reaksi substitusi SN1 ataukah SN2. Percobaan ini dilakukan melalui dua
tahap. Tahap pertama yakni percobaan natrium iodida dalam aseton. Pada percobaan ini
terjadi mekanisme reaksi substitusi SN2. Hal ini dikarenakan pada mekanisme reaksi
memiliki ciri khas mekanisme reaksi SN2 yakni menggunakan pelarut aprotik dalam
reaksinya. Aseton merupakan suatu pelarut aprotik. Berikut data yang diperoleh dapat
dilihat pada tabel 2.
Tabel 2
Berdasarkan data yang diperoleh, reaksi yang terjadi pada 1-klorobutana jauh lebih
cepat dibandingkan dengan ketiga senyawa lain. Hal ini terjadi karena 1-klorobutana lebih
reaktif terhadap larutan NaI dalam aseton sehingga reaksinya berlangsung lebih cepat.
Percobaan selanjutnya yakni solvolisis. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh pelarut terhadap kereaktifan reaksi SN1. Langkah pertama yang dilakukan yakni
menyiapkan campuran pelarut sesuai perbandingan pelarut yang terdapat pada tabel 1.
Kemudian ke dalam masing-masing campuran pelarut ditambahkan 3 tetes larutan NaOH
0,5 M yang telah mengandung indikator fenolftalein. Penambahan tersebut menghasilkan
larutan berwarna merah muda. Hal ini terjadi karena campuran larutan bersifat basa dan
diketahui bahwa indikator fenolftalein memiliki rentang pH 8,3-10 serta rentang perubahan
warna dari TB-merah muda. Ke dalam campuran tersebut kemudian ditambahkan 3 tetes
tert-butil klorida. Kemudian digoyangkan. Setelah digoyangkan selama beberapa menit,
larutan campuran mengalami perubahan warna dari merah muda-TB. Berikut data waktu
perubahan warna masing-masing campuran pelarut dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3
Pelarut
Pelarut : Air ( mL)
Etanol Metanol Aseton
Berdasarkan data yang diperoleh, campuran etanol : air memiliki waktu yang lebih cepat
dibandingkan dengan campuran lain. Hal ini terjadi karena etanol memiliki struktur geometri yang
mirip dengan air serta bersifat polar. Pada perbandingan campuran pelarut 1,0 : 1,0 merupakan
perbandingan campuran pelarut paling baik sebab pada perbandingan tersebut diperoleh rata-rata
waktu reaksi yang relatif lebih cepat. Sementara pada aseton, semakin besar perbandingan pelarut
maka semakin besar pula waktu yang diperlukan untuk terjadinya reaksi berupa perubahan warna.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pembuatan tert-butil klorida dilakukan dengan mereaksikan sejumlah tert-butil alkohol
dengan HCl pekat. Reaksi tersebut melewati dua tahap. Tahap pertama yakni pembentukan
sebuah karbokation dengan pemisahan gugus fungsi. Sementara tahap kedua terjadi
penyerangan nukleofil. Penyerangan nukleofil terjadi pada saat terpisahnya gugus fungsi
kemudian karbokation mengikat anion yang diperoleh dari reagen. Sementara gugus fungsi
yang terlepas kemudian berikatan dengan kation yang berasal dari reagen
2. Berdasarkan percobaan natrium iodida dalam aseton, diperoleh bahwa reaksi merupakan
reaksi substitusi SN2. Hal ini dikarenakan pada mekanisme reaksi memiliki ciri khas
mekanisme reaksi SN2 yakni menggunakan pelarut aprotik dalam reaksinya. Aseton
merupakan suatu pelarut aprotik.
3. Pelarut memiliki pengaruh yang sangat besar pada keberlangsungan reaksi substitusi SN1.
Hal ini terjadi karena perbandingan campuran pelarut dapat mempengaruhi
kecepatan reaksi. Pemilihan pelarut juga mempengaruhi kecepatan reaksi. Etanol
memiliki struktur geometri serta kepolaran yang mirip dengan air. Maka campuran
pelarut etanol : air menghasilkan reaksi yang lebih cepat.
4. Berikut perbedaan antara mekanisme reaksi substitusi jenis SN1 dan SN2 :
No Reaksi SN1 Reaksi SN2
1 Reaksi substitusi nukleofilik unimolekuler Reaksi substitusi nukleofilik biomolekuler
2 Reaksi orde-1 Reaksi orde-2
3 Reaksi berlangsung dua tahap Reaksi berlangsung satu tahap
4 Memungkinkan terjadi penataan ulang Tidak terjadi penataan ulang
5 Nukleofil menyerang ion karbonium dari Nukleofil menyerang dari sisi belakang
kedua sisi substrat
6 Terjadi rasemisasi (R/S) Terjadi inversi Walden 100 %
7 Lebih mungkin terjadi dalam pelarut protik Lebih mungkin terjadi dalam pelarut aprotik
polar karena pelarut protik polar dapat polar karena pelarut aprotik polar hanya
melarutkan kation dan anion melarutkan anion dengan demikian hanya
ada Nu: anion dalam larutan untuk
menyerang substrat
Daftar Pustaka
Berghuis, N. T. 2015. Modul Praktikum Kimia Organik I. Bandung : Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung
Erika, Denanti. 2019. Pembuatan Ters-Butil Klorida : Reaksi Substitusi Nukleofilik Alifatik. Diperoleh
dari : https://docplayer.info/61016700-Pembuatan-ters-butilklorida-reaksi-substitusi-nukleofil-
alifatik.html
Fessenden, dan Fessenden, Joan S. 1999 Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Moore, J.A, and Dalrymple, D.L. 1976. Experimental Methods in Organic Chemistry 2th edition.
Philadelphia : Saunders p.139
Williamson. 1999. Macroscale and Microscale Organic Experiments 3rd edition. Boston p.258-264