Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MANAJEMEN MUTU

KEPEMIMPINAN DAN KERJA SAMA TIM

Nama Anggota :

Afilia Prastiwi (201710160311222)


Haris Rifai H (201710160311227)
Desyani Navillia K N P (201710160311250)
Yustika Ajeng p (201710160311264
Yulianti Wulandari (201710160311268)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Kepemimpinan dan Kerjasama Tim
dalam Organisasi”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam
mata kuliah Dasar-dasar Manajemen Sekolah Tinggi Agama Islam Grobogan.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.

Malang, 16 Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
Latar Belakang......................................................................................................................................4
A. Rumusan Masalah............................................................................................................................5
B. Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :....................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
A. DEFINISI KEPEMINPINAN..........................................................................................................6
B. KEPEMINPINAN VERSUS MAMAJEMEN.................................................................................8
C. Kepemimpinan demi tercapainya kualitas.......................................................................................9
D. GAYA KEPEMIMPINAN............................................................................................................10
E. KERJA SAMA TIM : KARAKTERISTIK DAN MANFAAT......................................................11
F. PENGERTIAN DAN PROSES KOMUNIKASI...........................................................................13
G. Manajemen Konflik.......................................................................................................................14
H. Metode Manajemen Konflik......................................................................................................16
BAB III.....................................................................................................................................................18
PENUTUP................................................................................................................................................18
A. KESIMPULAN.............................................................................................................................18
B. SARAN..........................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................19

3
4
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam suatu organisasi selalu melibatkan beberapa orang yang saling berinteraksi
secara intensif. Interaksi tersebut disusun dalam suatu struktur yang dapat membantu dalam
usaha pencapaian tujuan bersama. Agar pelaksanaan kerja dalam organisasi dapat berjalan
sebagaimana mestinya maka dibutuhkan sumber seperti perlengkapan, metode kerja, bahan baku,
dan lain-lain. Usaha untuk mengatur dan mengarahkan sumber daya ini disebut dengan
manajemen. Sedangkan inti dari manajemen adalah kepemimpinan
Upaya membangun keefektifan pemimpin terletak semata pada pembekalan dimensi
keterampilan teknis dan keterampilan konseptual. Adapun keterampilan personal menjadi
terpinggirkan. Padahal sejatinya efektifitas kegiatan manajerial dan pengaruhnya pada kinerja
organisasi, sangat bergantung pada kepekaan pimpinan untuk menggunakan keterampilan
personalnya. Keterampilan personal tersebut meliputi kemampuan untuk memahami perilaku
individu dan perilaku kelompok dalam kontribusinya membentuk dinamika organisasi,
kemampuan melakukan modifikasi perilaku, kemampuan memahami dan memberi motivasi,
kemampuan memahami proses persepsi dan pembentukan komunikasi yang efektif, kemampuan
memahami relasi antar konsep kepemimpinan kekuasaan politik dalam organisasi kemampuan
memaham genealogi konflik dan negosiasinya, serta kemampuan mengkonstruksikan budaya
organisasi yang ideal.
Upaya membangun keterampilan personal tersebut selaras dengan perkembangan kajian
Organizational Studies (Teori Organisasi, Perilaku Organisasi, Manajemen SDM, dan
Kepemimpinan), yang menemukan kontekstualisasinya dalam semangat pendekatan human
relations. Organisasi birokrasi publik pun idealnya tidak terlepas dari arah perkembangan ini.
Dalam hal ini, paradigma organisasi birokratik-weberian yang berkarakter (terlalu) impersonal
dan dingin, mendapatkan tantangan serius dari paradigma post-birokrasi yang lebih humanis
Kreativitas penting bagi pengambil keputusan, hal ini memungkinkan pengambil
keputusan untuk lebih sepenuhnya menghargai dan memahami masalah, termasuk melihat
masalah-masalah yang tidak dapat dilihat orang lain, namum kenyataannya banyak pemimpin
dalam pengambilan keputusan tidak memperhatikan perilaku pemimpin yang baik.

5
A. Rumusan Masalah
Pada makalah kali ini penulis akan membahas masalah :
1. Definisi kepemimpinan
2. Kepemimpinan versus manajemen
3. Kepemimpinan demi tercapainya kualitas
4. Gaya kepemimpinan
5. Kerja sama tim : karakteristik dan manfaat
6. Pengertian dan proses komunikasi
7. Manajemen konflik
B. Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Definisi kepemimpinan
2. Untuk mengetahui Kepemimpinan versus manajemen
3. Untuk mengetahui Kepemimpinan demi tercapainya kualitas
4. Untuk mengetahui Gaya kepemimpinan
5. Untuk mengetahui Kerja sama tim : karakteristik dan manfaat
6. Untuk mengetahui Pengertian dan proses komunikasi
7. Untuk mengetahui Manajemen konflik

6
BAB II

PEMBAHASAN
A. DEFINISI KEPEMINPINAN
Kepeminpinan merupakan suatu konsep abstrak, tetapi hasil nyata. Kadangkala
kepeminpinan mengarah pada seni, tetapi seringakali pula berkaitan dengan ilmu. Pada
kenyataanya, kepeminpinan merupakan seni sekaligus ilmu.

Ada banyak definisi mengenai kepeminpinan, tergantung pada perspektif yang


digunakan. Kepeminpinan dapat didefinisikan berdasarkan penerapanya pada bidang militer,
olahraga, bisnis, pendidikan, industri, dan bidang-bidang lainnya. Robbins (1991)
mendefinisikan kepeminpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok anggota
agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran yang diterapkan. Schriesheim, et al. (dalam kreitner
dan kinicki, 1992, p. 516) menyatakan bahwa kepeminpinan adalah proses pengaruh sosial
dimana peminpin mengupayakan partisipasi sukarela para bawahannya dalam usaha mencapai
tujuan organisasi. Gibson et al. (1991, p. 364) memberikan definisi kepeminpinan sebagai
kemampuan untuk mempengaruhi motivasi atau kompetensi individu-individu lainnya dalam
suatu kelompok. Ketiga definisi tersebut hanyalah sebagian dari definisi-definisi yang ada.
Sedangkan dalam kaitannya dengan TQM, definisi yang diberikan oleh Goetsch dan Davis
(1994, p. 192) adalah bahwa kepeminpinan merupakan kemampuan untuk membangkitkan
semangat orang lain agar bersedia dan memiliki tanggung jawab total terhadap usaha mencapai
aatau melampaui tujuan organisasi.

Istilah manajer dan kepeminpinan tidaklah perlu di campuradukan, karena kepeminpinan


merupakan salah satu bagian dari manajemen. Menejer melaksanakan fungsi-fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, komunikasi, dan pengawasan.
Termasuk di dalam fungsi-fungsi itu adalah perlunya peminpin dan mengarahkan. Zaleznik
dalam Robbins (1991) menyatakan bahwa tiak semua peminpin adalah manajer. Seorang
manajer diberikan hak-hak tertentu (formal) dalam suatu organisasi belum tentu dapat menjadi
seorang peminpin yang efektif. Akan tetapi kemampuan untuk mempengaruhi orang lain yang
didapatkan dari luar struktur formal adalah sama atau bahkan lebih penting daripada pengaruh
formal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahw seorang peminpi dapat muncul secara
informal dari suatu kelompok dan dapat pula di tunjuk secara formal. Secara umum seorang
peminpin yang baik harus memiliki beberapa karakteristik berikut :

1. Tanggung jawab yang seimbang


Keseimbangan disini adalah antara tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan
dan tanggung jawab terhadap orang yang harus melaksanakan pekerjaan tersebut.
2. Model pernan yang positif

7
Peranan adalah tanggung jawab, perilaku, atau prestasi yang diharapkan dari seseorang
yang memiliki posisi khusus tertentu. Oleh karena itu seorang peminpin yang baik harus
mampu menjadi panutan dan contoh bawahannya.
3. Memiliki keterampilan komunikasi yang baik
Peminpin yang baikharus bisa menyampaikan ide-idenya secara ringkas dan jelas, serta
dengan cara yang tepat.
4. Memiliki pengaruh positif
Peminpin yang baik memiliki pengaruh terhadap karyawannya dan menggunakan
pengaruh tersebut untuk hal-hal yang positif
5. Mempunyai kemempuan untuk menyakinkan orang lain.
Peminpin yang sukses adalah peminpin yang dapat menggunakan keterampilan
komunikasi dan pengaruhnya untuk meyakinkan orang lain akan sudut pandangnya serta
mengarahkan mereka pada tanggung jawab total terhadap sudut pandang tersebut.

Di samping memiliki karakteristik sebagaimana telah di jelaskan di atas, seorang


peminpin yang baik harus dapat memainkan peranan penting dalam melakukan tiga hal berikut,
yaitu (Bennis dan Nanus, 1985, pp. 184-186) :

1. Mengatasi penolakan terhadap perubahan


Orang orang yang memiliki posisi manajemen seringkali berusaha mengatsi hal ini
dengan menggunakan kekuasaan dan kendali. Akan tetapi peminpin mengatasi penolakan
dengan menciptakan komitmen total secara sukarel terhadap tujuan dan nilai-nilai
bersama.
2. Menjadi perantara bagi kebutuhan kelompok-kelompok do dalam dan diluar organisasi.
Bila terjadi konflik kepentingan antara perusahaan dengan salh satu pemasoknya, makan
peminpin harus dapat menemukan cara mengatasinya tanpa merugikan salah satu pihak.
3. Membentuk kerangka etis yang menjadi dasar operasi setiap karyawan dan perusahaan
secara keseluruhan.
Kerangka etis ini dapat di wujudkan dengan cara :
a. Memberikan contoh perilku etis
b. Memilih orang-orang yang berprilaku etis sebagai anggota tim.
c. Mengkomunikasikan tujuan organisasi
d. Memperkuat prilaku yang sesuai di dalam dan d luar organisasi
e. Menyampaikan posisi-posisi etis, secara internal dan eksternal

Kepeminpinan bukanlah fungsi dari kharisma. Oleh karena itu seseorang tidak bisa hanya
mengandalkan kharisma yang ia miliki semata dalam usaha meminpin suatu kelompok
tertentu. Bila seorang peminpin mencoba menggunakan citra dan kharisma nya semata
untuk meminpin suatu organisasi, maka ia buaknlah peminpin, tetapi misleader. Ada

8
beberapa karateristik yang membedakan seorang peminpin dengan misleader (Drucker,
1992, p. 122) :

a. Peminpin menentukan dan mengungkapkan misi organisasi secara jelas.


b. Peminpin menetapkan tujuan, prioritas, dan standar.
c. Peminpin lebih memandang kepeminpinan sebagaitanggung jwab dari pada suatu hak
istimewa dari suatu kedudukan.
d. Peminpin bekerja dengan orang-orang yang berpengetahuan dan tanggung, serta
dapat memberikan kontribusi kepada organisasi.
e. Peminpin memperoleh kepercayaan, respek, dan integritas.

B. KEPEMINPINAN VERSUS MAMAJEMEN

Sebagai telah dijelaskan bahwa tidakn semua peminpin adalah manajer, makan konsep
mamajemen dan kepeminpinan pun sebenarnya agak berbeda. Kepeminpinan merupakan salah
satu bagian dari manajemen . meskipun demikian keduanya saling melengkapi. Beberapa
perbedaan anatar manajemen dan kepeminpinan menurut Kotler (dalam Goetsch dan Davis,
1994, p. 209) anatara lain :

a. Manajemen berhubungan dengan usaha menanggulangi kompleksitas; kepeminpinan


menanggulangi perubahan.
b. Manajemen berkaitan dengan perencanaan dan penganggaran untuk mengatasi
kompleksitas, kepeminpinan mengenai penentuan arah perubahan melalui pembentukan
visi.
c. Manajemen mengembangkan kemampuan untuk melaksanakan rencana melalui
pengorganisaian dan penyusunan staf; kepeminpinan mengarahkan orang untuk bekerja
berdasarkan visi.
d. Manajemen menjamin pencapaian rencana melalui pengendalian dan pemecahan masalah
kepeminpinan memotivasi dan mengilhami orang agar berusaha melaksanakan rencana.

Di atas sudah di jelaskan mengenai perbedaan antar manajemen dengan kepeminpinan.


Tentunya anatar manajer selaku orang yang melaksanakan aktivitas manajemen dan
peminpin yang melaksanakan kepeminpinan juga memiliki beberapa perbedaan. Dalam
kontek TQM, manajer yang sukses adalah manajer yang dapat menggabungkan karakteristik
manajer dan peminpin secara tepat. Berikut ini adalah perbandingan antara peminpin dan
manajer :

a. Manajer mengelola; peminpin melakukan aktivitas.


b. Managers are copies; leaders are original.
c. Manajer memelihara; peminpin mengembangkan.

9
d. Manajer berfokus pada sistem dan struktur; peminpin berfokus pada manusia.
e. Manajer mengandalkan pengendalian; pemnpin mengilhami.
f. Manajer menggunakanpandangan jangka pendek; peminpin menggunakan pandangan
jangka panjang.
g. Manajer menekankan aspek bagaimana dan kapan; peminpin menekankan aspek apa dan
mengapa.
h. Manajer menerima status quo; peminpin menentangnya.
i. Manajer melakukan sesuatu dengan benar (do thing right); peminpin melakukan seuatu
yang tepat (do the right things).

C. Kepemimpinan demi tercapainya kualitas


Filosofi ini dikemukakan pertama kali oleh deming yang menyatakan bahwa setiap perbaikan
metode dan proses kerja akan memberikan rangkaian hasil sebagai berikut :

 Perbaikan kualitas
 Penurunan biaya
 Peningkatan produktivitas
 Penurunan harga
 Peningkatan pangsa pasar
 Kelangsungan hidup yang lebih lama dalam industri/bisnis
 Lapangan kerja yang lebih luas
 Peningkatan ROI

Kepemimpinan memiliki karakteristik (Ross, 1994)

1. Visible, commite, dan knowledgeable


2. Semangat misionaris
3. Target yang agresif
4. Strong driver
5. Komunikasi nilai-nilai
6. Organisasi
7. Kontak dengan pelanggan

Prinsip-prinsip TQM (Scholtes dalam Goetsch dan Davis, 1994)

1. Focus pada pelanggan


2. Obsesi terhadap kualitas
3. Pemahaman mengenai struktur pekerjaan
4. Kebebasan yang terkendali
5. Kesatuan tujuan

10
6. Melacak kesalahan dalam system
7. Kerja sama Tim
8. Pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan

Kepemimpinan yang mengarah pada kualitas meliputi 3 fungsi

1. Perencanaan kualitas
2. Pengendalian kualitas
3. Perbaikan kualitas

Dalam pasar global yang kompetitif dan selalu berubah dengan cepat, setiap perusahan
menghadapi tantangan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang ada. Dalam kaitannya
dengan cara menangani perubahan, manajer dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu:

1. Driver yaitu manajer yang memimpin dengan pedoman dan arah baru sebagai tanggapan
terhadap perubahan
2. Rider yaitu manajer yang hanya bereaksi bila terjadi perubahan.
3. Spoiler yaitu manajer yang secara aktif menolak perubahan

D. GAYA KEPEMIMPINAN

Umumnya dikenali 5 macam gaya kepemimpinan yaitu :

1. Kepemimpinan otokratis yaitu mereka menentukan apa yang harus dilakukan orang lain
dan mengharapkan mereka mematuhinya
2. Kepemimpinan demokratis yaitu orang yang menganut pendekatan ini melibatkan para
karyawan yang harus melaksanakan keputusan dalam proses pembuatannya
3. Kepemimpinan Partisipatif yaitu orang yang menganut pedekatan ini hanya sedikit
memegang kendali dalam proses pengambilan keputusan
4. Kepemimpinan berorientasi pada tujuan yaitu orang yang menganut pendekatan ini
meminta untuk anggota tim untuk memusatkan perhatiannya hanya pada tujuan yang ada.
5. Kepemimpinan situasional yaitu asumsi yang digunakan dalam gaya ini adalah bahwa
tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang tepat bagi setiap manajer dalam segala
kondisi

Gaya kepemiminan dalam kontek TQM

Adalah kepemimpinan yang partisipatif yang lebih tinggi level atau tingkatannya. Agar gaya
kepemimpinan partisipatif model TQM dapat diterapkan dengan baik manajer harus didukung
oleh para bawahannya, dimana mereka respect terhadapnya dan bersedia dan mengikutinya.
Karakteristik yang harus dimiliki seorang manajer diantaranya :

11
 Rasa tanggung jawab yang besar
 Disiplin pribadi
 Bersifat jujur
 Memiliki kredibilitas yang tinggi
 Memiliki stamina yang tinggi
 Memegang teguh komitmen terhadap tujuan organisasi

Suatu pendekatan yang paling tepat dalam menjalin hubungan antar individu dalam suatu
perusahaan menurut (Covey, 1994) meliputi :

1. Menang/menang adalah kerangka pikiran dan hati yang terus-menerus mencari


keuntungan bersama didalam setiap interaksi manusia.
2. Menang/kalah adalah pendekatan otoriter yang berpendapat bahwa “saya mendapatkan
apa yang saya inginkan; anda tidak mendapatkan apa yang anda inginkan.
3. Kalah/menang adalah kerangka pikiran dan hati yang selalu menjadi pecundang, biasanya
cepat menyenangkan atau memenuhi tuntutan orang lain.
4. Kalah/kalah adalah pendekatan yang terjadi bila kedua pihak keras kepala, egois, dan
ingin membalas dendam, hasilnya adalah keduanya rugi.
5. Menang adalah suatu pendekatan yang menyatakan bahwa “saya tidak menginginkan
orang lain kalah, tetapi yang pasti saya ingin menang; sikap yang dipegang adalah saya
mengurus diri saya sendiri dan kamu urus dirimu sendiri”.
6. Menang/menang atau tidak ada transaksi adalah pendekatan yang tidak menghasilkan
solusi sinergistik.

E. KERJA SAMA TIM : KARAKTERISTIK DAN MANFAAT


Kerja sama tim merupakan salah satu unsur fundamental dalam TQM, Tim merupakan
sekelompok orang yang memiliki tujuan bersama. Faktor – faktor yang mendasari perlunya
dibentuk tim – tim tertentu dalam suatu perusahaan adalah :

 Pemikiran dari 2 orang atau lebih cenderung lebih baik daripada pemikiran satu orang
saja
 Konsep sinergi ( 1+1 > 2 ), yaitu bahwa hasil keseluruhan (tim) jauh lebih baik daripada
jumlah bagiannya (anggota individual)
 Anggota tim dapat saling mengenal dan saling percaya, sehingga mereka dapat saling
membantu.
 Kerja sama tim dapat menyebabkan komunikasi terbina dengan baik
Tidak semua kumpulan orang dapat dikatakan tim. Untuk dapat dianggap sebagai tim
maka sekumpulan orang tertentu harus memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Ada kesepakatan terhadap misi tim

12
Agar suatu kelompok dapat menjadi tim dan supaya tim tersebut dapat bekerja dengan
efektif, semua anggotanya harus memahami dan menyepakati misinya.

2. Semua anggota mentaati peraturan tim yang berlaku


Suatu tim harus mempunyai peraturan yang berlaku, sehingga dapat membentuk
kerangka usaha pencapaian misi. Suatu kelompok atau grup dapat menjadi tim manakala
ada kesepakatan terhadap misi dan ketaatan terhadap peraturan yang berlaku.

3. Ada pembagian tanggung jawab dan wewenang yang adil.


Keberadaan tim tidak meniadakan struktur dan wewenang. Tim dapat berjalan dengan
baik apabila tanggung jawab dan wewenang dibagi dan setiap anggota diperlakukan
secara adil.

4. Orang beradaptasi terhadap perubahan


Dalam TQM, perbuhan bukan saja tak terelakkan tetapi juga diperlukan sekali.
Sayangnya, orang umumnya menolak perubahan. Oleh karena itu setiap anggota tim
harus dapat saling membantu dalam beradaptasi terhadap perubahan secara positif.

Menurut Johnson, Kantner, dan Kikora (dalam Goetsch dan Davis, 1994, pp. 214-215),
umumnya tim dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu :
1. Tim penyempurnaan departemen
Jenis ini paling banyak dijumpai. Tim terdiri dari personil yang menyusun unit,
departemen, atau fungsi tertentu dalam organisasi dan seringkali disebut juga gugus
kualitas (quality circle)

2. Tim perbaikan proses


Tim ini memiliki misi untuk melakukan perbaikan terhadap keseluruhan proses. Oleh
karena itu tim ini terdiri dari personil dari setiap fase proses.

3. Gugus tugas (task force)


Gugus tugas seringkali disebut pula tim proyek, yaitu tim sementara yang dibentuk untuk
suatu misi tertentu. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah tim proyek khusus dan tim
pemecahan masalah. Gugus tugas terdiri dari orang-orang yang sanggup memenuhi misi
khususnya. Gugus tugas tersebut akan dibubarkan bila misinya telah tercapai.

Faktor – faktor Penghambat Kesuksesan Kerja Sama Tim

Seperti telah dijelaskan, sekumpulan orang belum tentu merupakan suatu tim. Orang –
orang dalam suatu kelompok tidak secara otomatis dapat bekerja sama. Seringkali tim tidak
dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Penyebab utamanya adalah fakto manusia.
Beberapa aspek di antaranya adalah :

 Identitas pribadi anggota tim

13
sudah merupakan hal yang alamiah bila seseorang ingin tahu apakah mereka cocok di
suatu organisasi, termasuk di dalam suatu tim. Orang mengkhawatirkan hal-hal seperti
kemungkinan menjadi outsider, pergaulan dengan anggota tim. Suatu tim tidak dapat
berjalan efektif bila anggotanya belum merasa cocok dengan tim tersebut.

 Hubungan antar anggota tim


Agar setiap anggota dapat bekerja sama, mereka harus saling mengenal dan berhubungan.
Untuk itu dibutuhkan waktu bagi anggota yang berasal dari berbagai latar belakang
tersebut agar dapat saling membantu dan bekerja sama.

 Identitas tim didal organisasi


Faktor ini terdiri dari dua aspek. Pertama, kesesuaian atau kecocokan tim di dalam
organisasi. Aspek ini menyangkut apakah misi tersebut merupakan prioritas dalam
perusahaan ? apakah tim memperoleh dukungan dari manajemen puncak ? Aspek Kedua,
adalah pengaruh keanggotaan dalam tim tertentu terhadap hubungan dengan anggota di
luar tim. Aspek ini terutama sangat penting dalam gugus tugas dan tim proyek dimana
anggota tim itu berusaha mempertahankan hubungan yang telah terbina dengan rekan
kerja yang bukan anggota tim. Bisa saja mereka merasa bahwa keanggotaannya dalam
tim berdampak negatif terhadap hubungannya dengan rekan kerja yang tidak termasuk
dalam tim.

Kunci Keberhasilan kerja sama tim


1. Saling ketergantungan

2. Perluasan Tugas

3. Penjajaran

4. Bahasa yang umum

5. Kepercayaan

6. Kepemimpinan

7. Keterampilan Pemecahan masalah

8. Keterampilan menanganni konflik

9. Penilaian/tindakan

10. Perayaan

F. PENGERTIAN DAN PROSES KOMUNIKASI


14
Komunikasi diartikan sebagai usaha untuk menyampaikan maksud tertentu kepada orang
lain sehingga orang tersebut dapat memahami maksud yang disampaikan dari pengirim kepada
penerima. Kualitas proses komunikasi ditentukan oleh seerapa jauh pemahaman penerima
terhadapa pesan yang diterimanya. Proses decoding dan encoding dipengaruhi oleh sikap,
pengetahuan(tingkat pendidikan), keterampilan, serta system sosio kultural.

Komunikasi dapat bersifat vertikal antara atasan dan bawahan, atau lateral antar sesama unit atau
kelompok yang berada pada level yang sama. Jaringan komunikasi ada 2 jenis: formal karena
adanya struktur organisasi formal perusahaan yang menggambarkan rantai komando, dan
informal berupa informasi yang tidak pasti seperti isu atau desas-desus.

Hambatan proses komunikasi:

 Filtering, pengirim memodifikasi pesan yang akan disampaikan


 Selective perception, penerima hanya mau mendengar informasi yang mau dia dengar
 Perbedaan Bahasa
 Keadaan emosi pengirim dan penerima

Sarana komunikasi mengenai kualitas dalam system TQM agar dapat efektif meliputi:

1. Pelatihan dan pengembangan para manajer dan karyawan


2. Partisipasi setiap orang pada setiap level dalam membentuk patok duga dan ukuran-
ukuran kualitas proses. Hal ini dilakukan untuk melibatkan karyawan dalam hirarki
organisasi baik secara vertical maupun horizontal
3. Pemberdayaan karyawan dengan mendelegasikan wewenang untuk mengambil keputusan
yang berkaitan dengan perbaikan kualitas dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya
4. Jaminan kualitas dalam seluruh proses organisasi
5. Sistem manajemen SDM yang memberi kemudahan bagi kontribusi semua orang dalam
setiap level struktur organisasi

G. Manajemen Konflik
Robbins mendefinisikan konflik sebagai segala bentuk oposisi atau interaksi yang bersifat
antagonis, yang dikarenakan kelangkaan kekuasaan (power), sumber daya atau posisi social, dan
system nilai yang berbeda. Dengan kata lain, konflik dapat pula dirumuskan sebagai

15
ketidaksetujuan antara dua atau lebih anggota organisasi atau kelompok-kelompok dalam
organisasi yang timbul karena mereka harus menggunakan sumber daya yang langka secara
bersama-sama , dan atau karena mereka memiliki status, tujuan, nilai-nilai dan persepsi yang
berbeda. Anggota-anggota organisasi yang mengalami ketidaksepakatan tersebut berusaha
menjelaskan duduk persoalan dari sudut pandang mereka masing-masing. Berdasarkan pihak-
pihak yang saling bertentangan, ada lima jenis konflik dalam kehidupan organisasi, yaitu:

1. Konflik dalam diri individu


Konflik jenis ini terjadi karena seseorang menghadapi ketidakpastian mengenai pekerjaan
yang ia harapkan untuk dilaksanakan, jika berbagai permintaan pekerjaan saling
bertentangan, atau jika individu diharapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya.
2. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama
Konflik jenis ini sering diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan kepribadian dan konflik
antar peranan (misalnya manajer dan karyawan).
3. Konflik antara individu dan kelompok
Komflik ini berhubungan dengan cara individu menanggapi tekanan untuk keseragaman
yang dipaksakan oleh kelompok kerjanya. Misalnya seseorang diasingkan oleh kelompok
kerjanya karena melanggar norma-norma kelompok.
4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama
Terjadi karena adanya pertentangan kepentingan antar kelompok dalam organisasi yang
sama.
5. Konflik antar organisasi
Karena adanya bentuk persaingan ekonomi dalam system perekonomian system negara.
Biasanya konflik ini mengarah pada timbulnya produk baru, jasa, teknologi baru, harga
yang lebih murah dan pemanfaatan sumber daya yang lebih efisien.

Pandangan terhadap konflik dalam organisasi telah mengalami perkembangan dari masa
ke masa. Ada tiga pandangan terhadap konflik yang timbul dalam organisasi, yaitu:

1. Pandangan Tradisional
Bahwa konflik merupakan sesuatu yang sangat buruk, tidak diinginkan dan berbahaya
bagi organisasi. Penganut pandangan ini berpendapat bahwa timbulnya konflik
menunjukan adanya sesuatu yang salah dalam organisasi. Tugas manajemen dalam
pandangan ini adalah menghilangkan konflik.

2. Pandangan Perilaku
Konflik merupakan peristiwa yang sering terjadi dalam kehidupan organisasi. Anggota-
anggota suatu organisasi sangat beraneka ragam dan masing-masing bersifat unik serta
memiliki kepentingan sendiri-sendiri yang kadang saling bertentangan. Para penganut

16
pandangan ini menyatakan bahwa konflik bisa bersifat fungsional maupun dysfunctional .
meskipun sebagian besar lebih bersifat merugikan.
3. Pandangan Interaksionis
Konflik dalam organisasi merupakan hal yang tidak terhindarkan dan bahkan diperlukan.
Pandangan ini berusaha meminimumkan aspek-aspek yang merugikan dan
memaksimumkan aspek yang menguntungkan.

Konflik Fungsional dan Dysfunctional


Ada konflik yang mendukung tercapainya tujuan dari kelompok dan memungkinkan
meningkatkan kinerja. Konflik seperti ini dapat memberikan segi-segi positif seperti (Coser,
1950; dalam Reksohadiprojo dan Handoko, 1991,p. 235):
1. Konflik dalam :
 Penggantian pimpinan yang lebih berwibawa, penuh ide baru dan semangat baru
 Perubahan tujuan organisasi yang lebih mencerminkan nilai-nilai yang
disesuaikan dengan perubahan situasi dan kondisi.
 Pelembagaan konflik, artinya konflik disalurkan agar tidak merusak struktur
organisasi dengan demikian konflik tidak dipadamkan tetapi dialirkan sesuai
dengan kehendak anggota sehingga tercipta tata susunan baru peraturan
permainan dalam organisasi.
2. Konflik dengan organisasi lain mungkin dapat:
 Lebih mempersatukan para anggota organisasi
 Mendatangkan kehidupan baru di dalam hal tujuan serta nilai organisasi
 Lebih menyadarkan para anggota terhadap strategi serta taktik lawan
 Menjadi suatu lembaga pengawasan masyarakat

Sementara itu ada pula konflik yang bersifat desktruktif, biasanya hal ini terjadi bila
konflik yang terjadi hanya memakan pikiran, waktu, tenaga, dan lain-lain, serta berlarut-larut
tanpa terselesaikan. Konflik ini menghambat koordinasi dan hubungan antar individu maupun
antar kelompok dalam organisasi.

H. Metode Manajemen Konflik

1. Metode Stimulasi Konflik

17
Dalam situasi konflik terlalu rendah sehingga menyebabkan para karyawan takut
berinisiatif dan menjadi pasif, manajer perlu merangsang timbulnya persaingan dan
konflik yang dapat mendorong peningkata prestasi. Metode simulasi konflik terdiri atas:
 Penempatan orang baru atau orang luar ke dalam kelompok
 Penyusunan kembali organisasi
 Penawaran bonus, insentif dan penghargaan untuk mendorong persaingan
 Pemilihan manajer-manajer yang tepat
 Perlakuan yang berbeda dengan kebiasaan
2. Metode Pengurangan Konflik
Bertujuan untuk menekan terjadinya antagonisme yang ditimbulkan dalam konflik. Ada
dua metode yang dapat digunakan untuk mengurangi konflik yaitu:
 Mengganti tujuan yang menimbulkan persaingan dengan tujuan yang lebih bisa
diterima kedua kelompok yang terlibat konflik
 Mempersatukan kedua kelompok yang bertentangan untuk menghadapi ancaman
atau musuh bersama

3. Metode Penyelesaian Konflik


 Competition
 Avoidance
 Accomodation
 Compromise
 Collaboration

18
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam


mengerjakan sesuatu atau tidak mangerjakan sesuatu. Seseorang dikatakan apabila dia
mempunyai pengikut atau bawahan.Bawahan pemimpin ini dapat disuruh untuk mengerjakan
sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan
terlebih dahulu. Semakin tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi maka semakin
dituntut daripadanya kemampuan berfikir secara konsopsional strategis dan makro. Semakin
tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia akan
semakin generalist, sedang semakin rendah kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia
menjadi spesialis.

B. SARAN
Kepemimpinan yang baik tidak harus terpaku pada apa yang sudah ditentukan, kunci
keberhasilan seorang pemimpin hanyalah menjaga kepercayaan para pengikut dan mengunakan
kekuasaan itu dengan sebenar-benarnya. Jadi hendaklah kita yang merupakan calon-calon

19
pemimpin ini menggunakan hati, pikiran dan segala usaha untuk memajukan apa yang kita
pimpin dan bukan untuk kepentingan pribadi semata.

20
DAFTAR PUSTAKA

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 2001. Total Quality Management. Yogyakarta:
ANDI

21

Anda mungkin juga menyukai