Anda di halaman 1dari 15

UTS Filsafat Sejarah

Riska Ayu Nourmawati

K4417058

FKIP Pendidikan Sejarah 2017

1. Ajaran Karl Marx


Karl Marx merupakan salah satu filosof dengan gagasannya yang sering
mengejutkan orang-orang sekitarnya. Materialisme historis menjadi ciri khas pembahasan
Karl Marx. Materialisme historis dipahami sebagai sejarah yang dikaitkan dengan materi. Hal
ini dikarenakan keberadaan menentukan kesadaran, artinya kondisi-kondisi kehidupan
materiil menentukan kesadaran normatif seseorang. Pemikiran Marx sangat dipengaruhi oleh
Hegel, meskipun antara keduanya berbeda. Hegel menjadikan ide sebagai pusatnya,
sedangkan Marx materilah yang menjadi sumber segalanya.
Secara garis besar, dari materialisme historis Karl Marx dapat , bahwa
perkembangan sejarah kemanusiaan terwujud dalam lima tahapan yang saling terkait dan
menunjukkan progresivitas yang sangat berarti dalam menuju tahap yang ideal. Sedangkan
kelima tahap tersebut yaitu: tahap masyarakat komunal primitif, tahap masyarakat
perbudakan, tahap perkembangan masyarakat feodal, tahap masyarakat kapitalis dan tahap
masyarakat sosialis.
Pada dasarnya ada tiga komponen penting dari pemikiran Marx, yaitu filsafat
klasik Jerman, sosialisme Prancis, dan ekonomi Inggris. Marx adalah orang yang paling
reduksionis dalam melihat kehidupan sosial, yaitu bahwa kehidupan itu digerakkan oleh
motif ekonomi. Dalam filsafat, dia beraliran bahwa manusia itu makhluk ekonomi: homo
economicus. Menurut Marx hubungan antarmanusia, pada dasarnya adalah hubungan
ekonomi (tepatnya, hubungan produksi). Dalam hubungan produksi di antara manusia, Marx
selalu melihat ada yang tertindas. Ada dua posisi yang saling bertentangan (bipolar
opposition), yaitu majikan-budak, pemilik tanah-penggarap, dan seterusnya. Hal itu berlanjut
sampai di hari kehidupanya ketika demam kapitalisme industrial merambah Eropa, yaitu
kaum borjuis dan kaum proletar.
Filsafat materialisme berpegang teguh pada pendapat bahwa kenyataan itu betul-
betul ada secara obyektif, tidak saja berada dalam ide-ide kesadaran manusia (man’s
consciousness). Penjelasan konsepsi materialisme dialektik Marx ini akhirnya membawa

1
pengaruh pada bangunan sistem pengetahuan yang dibentuk pada prinsip tersebut. Segala
sesuatu yang dapat dijelaskan dalam kerangka benda sebagai satu-satunya yang nyata. Secara
radikal, bisa jadi Marx berusaha memberikan suatu pemahaman bahwa pengetahuan yang
benar adalah pengetahuan manusia terhadap dunia nyata atau kenyataan obyektif, karena
kebenaran pengetahuan ada di dunia nyata.
Mempelajari Marx benar-benar mangajari kita tentang dunia obyektif sebagai
sumber pengetahuan manusia. Nah, di sini posisi indra menjadi alat penting dalam usaha
manusia memperoleh pengetahuan. Mungkin ini sekelumit mengenai Karl Marx yang
memberikan inspirasi pada para filsuf modern.
Pada saat kini, sekitar seabad sesudah kematian Marx, jumlah manusia yang
sedikitnya terpengaruh oleh Marxisme sudah mendekati angka 1,3 milyar banyaknya. Jumlah
penganut ini lebih besar dari jumlah penganut ideologi mana pun sepanjang sejarah manusia.
Bukan sekedar jumlahnya yang mutlak, melainkan juga sebagai kelompok dari keseluruhan
penduduk dunia. Ini mengakibatkan kaum Komunis, dan juga sebagian yang bukan Komunis,
percaya bahwa di masa depan tidak bisa tidak Marxisme akan merebut kemenangan di
seluruh dunia. Namun, adalah sukar untuk memantapkan kebenarannya dengan keyakinan
yang tak bergoyah. Telah banyak contoh-contoh ideologi yang tampaknya sangat punya
pengaruh penting pada jamannya tapi pada akhirnya melayu dan sirna. (Agama yang
didirikan oleh Mani bisa dijadikan misal yang menarik). Jika kita surut ke tahun 1900, akan
tampak jelas bahwa demokrasi konstitusional merupakan arus yang akan jadi anutan masa
depan. Berpegang pada harapan, tampaknya memang begitu, tapi sekarang tak ada lagi orang
yang yakin segalanya sudah terjadi sebagaimana bayangan semula.
Sekarang menyangkut Komunisme. Taruhlah seseorang percaya sangat dan tahu
persis betapa hebatnya pengaruh Komunis di dunia saat ini dan di dunia masa depan, orang
toh masih mempertanyakan arti penting Karl Marx di dalam gerakan Komunis. Politik
pemerintah Uni Soviet sekarang kelihatannya tidak terawasi oleh karya-karya Marx yang
menulis dasar-dasar pikiran seperti dialektika gaya Hegel dan tentang teori "nilai lebih."
Teori-teori itu kelihatan kecil pengaruhnya dalam praktek perputaran roda politik pemerintah
Uni Soviet, baik politik dalam maupun luar negerinya
Komunisme masa kini menitikberatkan empat ide: (1) Sekelumit kecil orang kaya
hidup dalam kemewahan yang berlimpah, sedangkan kaum pekerja yang teramat banyak
jumlahnya hidup bergelimang papa sengsara. (2) Cara untuk merombak ketidakadilan ini
adalah dengan jalan melaksanakan sistem sosialis, yaitu sistem di mana alat produksi
dikuasai negara dan bukannya oleh pribadi swasta. (3) Pada umumnya, satu-satunya jalan

2
paling praktis untuk melaksanakan sistem sosialis ini adalah lewat revolusi kekerasan. (4)
Untuk menjaga kelanggengan sistem sosialis harus diatur oleh kediktatoran partai Komunis
dalam jangka waktu yang memadai.
Tiga dari ide pertama sudah dicetuskan dengan jelas sebelum Marx. Sedangkan
ide keempat berasal dari gagasan Marx mengenai "diktatur proletariat." Sementara itu,
lamanya masa berlaku kediktatoran Soviet sekarang lebih merupakan hasil dari langkah-
langkah Lenin dan Stalin daripada gagasan tulisan Marx. Hal ini tampaknya menimbulkan
anggapan bahwa pengaruh Marx dalam Komunisme lebih kecil dari kenyataan yang
sebenarnya, dan penghargaan orang terhadap tulisan-tulisannya lebih menyerupai sekedar
etalasi untuk membenarkan sifat "keilmiahan" daripada ide dan politik yang sudah terlaksana
dan diterima.
Sementara boleh jadi ada benarnya juga anggapan itu, namun tampaknya kelewat
berlebihan. Lenin misalnya, tidak sekedar menganggap dirinya mengikuti ajaran-ajaran Marx,
tapi dia betul-betul membacanya, menghayatinya, dan menerimanya. Dia yakin betul jalan
yang dilimpahkannya persis di atas rel yang dibentangkan Marx. Begitu juga terjadi pada diri
Mao Tse Tung dan pemuka-pemuka Komunis lain. Memang benar, ide-ide Marx mungkin
sudah disalah-artikan dan ditafsirkan lain, tapi hal semacam ini juga berlaku pada ajaran
Yesus atau Buddha atau Islam. Andaikata semua politik dasar pemerintah Tiongkok maupun
Uni Soviet bertolak langsung dari hasil karya tulisan Marx, dia akan peroleh tingkat urutan
lebih tinggi dalam daftar buku ini.
Mungkin bisa diperdebatkan bahwa Lenin, politikus praktis yang sesungguhnya
mendirikan negara Komunis, memegang saham besar dalam hal membangun Komunisme
sebagai suatu ideologi yang begitu besar pengaruhnya di dunia. Pendapat ini masuk akal.
Lenin benar-benar seorang tokoh penting. Tapi, menurut hemat saya, tulisan-tulisan Marx
yang begitu hebat pengaruhnya terhadap jalan pikiran bukan saja Lenin tapi juga pemuka-
pemuka Komunis lain, jelas punya kedudukan lebih penting.
Juga ada peluang untuk diperdebatkan apakah penghargaan atas terumusnya
Marxisme tidak harus dibagi antara Karl Marx dan Friederich Engels. Mereka berdua menulis
"Manifesto Komunis" dan Engels jelas punya pengaruh mendalam terhadap penyelesaian
final Das Kapital. Meskipun masing-masing menulis buku atas namanya sendiri-sendiri tapi
kerjasama intelektual mereka begitu intimnya sehingga hasil keseluruhan dapat dianggap
sebagai suatu karya bersama. Memang, Marx dan Engels diperlakukan sebagai satu kesatuan
dalam buku ini walaupun yang dicantumkan cuma nama Marx karena (saya pikir saya benar)
dia dianggap partner yang dominan dalam arti luas.

3
Akhirnya, sering dituding orang bahwa teori Marxis di bidang ekonomi sangatlah
buruk dan banyak keliru. Tentu saja, banyak dugaan-dugaan tertentu Marx terbukti meleset.
Misalnya, Marx meramalkan bahwa dalam negeri-negeri kapitalis kaum buruh akan semakin
melarat dalam perjalanan sang waktu. Jelas, ramalan ini tidak terbukti. Marx juga
memperhitungkan bahwa kaum menengah akan disapu dan sebagian besar orang-orangnya
akan masuk ke dalam golongan proletar dan hanya sedikit yang bisa bangkit dan masuk
dalam kelas kapitalis. Ini pun jelas tak pernah terbukti. Marx juga tampaknya percaya,
meningkatnya mekanisasi akan mengurangi keuntungan kaum kapitalis, kepercayaan yang
bukan saja salah tapi sekaligus juga tampak bodoh. Tapi, terlepas apakah teori ekonominya
benar atau salah, semua itu tidak ada sangkut-pautnya dengan pengaruh Marx. Arti penting
seorang filosof terletak bukan pada kebenaran pendapatnya tapi terletak pada masalah apakah
buah pikirannya telah menggerakkan orang untuk bertindak atau tidak. Diukur dari sudut ini,
tak perlu diragukan lagi Karl Marx punya arti penting yang luarbiasa hebatnya.
2. Hubungan Filsafat dan Agama
Filsafat Yunani muncul terpisah dari agama Yunani yang penuh dengan khurafat
dan mitos. Hal ini berbanding terbalik dengan bangsa Yahudi yang sangat mengagumi filsafat
Yunani dan menganggapnya sebagai medan berfikir untuk akal, sambil tetap berpegang pada
kitab suci mereka beserta ajaran-ajaran yang terdapat didalamnya. Karena itu, mereka
berusaha untuk membungkus keyakinan agama mereka dengan pola filsafat.
Pada abad-abad pertengahan, bangsa Eropa menjadikan filsafat sebagai sarana
untuk mengharmoniskan antara akal dengan apa yang dibawa oleh agama. Bahkan para ahli
teologi di Barat dan ahli kalam didunia Islam telah menjadikan filsafat sebagai “tameng”
pertahanan akidah dengan segala argumentasi rasionalnya.
Namun hubungan antara filsafat dengan agama tidak selalu mulus. Kekuasaan
agama selama beberapa lama pernah begitu bengis memusuhi filsafat, contohnya pada masa
Islam pada mereka yang fanatik menentang kebebasan berfikir. Saat itu, mereka ingin
membelenggu pemikiran manusia sambil menjadikan diri mereka sebagai “panglima” bagi
akal (pemikiran). Sesungguhnya mereka mengotori agama dan ajaran-ajaran luhurnya .
mereka juga mengkhianati filsafat dan ilmu pengetahuan. Jadi pertentangan yang ada
bukanlah antara filsafat dengan agama, tetapi antara filsafat dengan para pemuka agma yang
fanatik.
Ciri paling khusus dari filsafat Islam adalah bahwa secara keseluruhan ia
merupakan usaha yang diarahkan untuk mengompromikan antara filsafat dan agama. Para
filsuf muslim hidup dilingkungan masyarakat Islam dan terpengaruh oleh suasana yang

4
berkembang pada saat itu, jadi mereka berusaha sekuat tenaga untuk mengkompromikan
antara akidah mereka dengan kajian filsafatnya. Seperti Ibnu Sina dan al-Farabi, namun usaha
ini dikritik oleh al-Ghazali dengan alasan bahwa para filsuf muslim telah kompromisasi
antara akidah dengan filsafat dalam perspektif pemikiran filsuf-filsuf Yunani mengenai hal-
hal yang bersifat metafisika.
Kemudian, muncul Ibnu Rusyd yang membela pandangan para filsuf dari
serangan al-Ghazali. Menurutnya, argumentasi-argumentasi serangan al-Ghazali terhadap
pemikiran para filsuf tersebut sangat kacau.
Dalam hubungan Agama dan Filsafat mempunyai beberapa paradigma:
1) Paradigma Parsialistik
Paradigma pertama mengatakan bahwa baik agama maupun filsafat mempunyai
metode yang berbeda satu sama lain dalam menggapai kebenaran sehingga dinamakan
juga paradigma parsialistik. Dalam kasus agama, pertama-tama kebenaran berpijak
pada wahyu atau hadis, lalu diterima dalam hati melalui keyakinan. Kemudian baru
diperkuat dengan analisis rasional dan akhirnya diterima kembali oleh hati. Dalam
kasus ini, penjelasan filosofis tujuan intrinsiknya bukanlah mencari kebenaran, karena
kebenaran sudah dijamin secara mutlak oleh wahyu, melainkan untuk memperkaya
kebenaran yang telah disuarakan oleh wahyu.
Dengan alasan inilah, pendekatan spesifik terhadap agama tersebut dinamakan
juga pendekatan dogmatis. Artinya, dogma-dogma doktrin fundamental agama yang
paling menentukan apa yang disebut kebenaran. Tanpa dukungan akalpun kebenaran
yang tampilkan oleh wahyu atau hadis telah memadai, telah lengkap, dan sudah absolut.
Dalam pendekatan dogmatis, peran doktrin agama bersifat mutlak dan akal hanya
berperan sebagai pembantu yang patuh pada apa saja yang dititahkan oleh wahyu.
Pendekatan filsafat sangat berbeda secara diamental dengan pendekatan agama dalam
meraih kebenaran. Dalam paradigma filsafat, kebenaran harus dijelajahi melalui
kerangka akal, penalaran dan penyelidikan filosofis.
2) Paradigma Integralistik
Paradigma kedua justru berangkat dari kesepakatan terhadap paradigma pertama,
paradigma kedua disebut juga paradigma integratif. Dalam konteks islam, terdapat tiga
pendekatan dalam menggapai kebenaran, yakni pendekatan empirikal, pendekatan
rasional dan pendekatan spiritual.

5
Pertama, pendekatan empirikal. Metode observasi yakni melalui pengamatan indrawi,
kita dapat mengenal obyek-obyek yang ada disekeliing kita meliputi bentuk, bunyi,
bau, raba dan rasanya.
Kedua, pendekatan rasional  atau metode demonstratif. Pendekatan rasional
menggunakan akal pikiran yang secara spesifik menjadi kajian filosofis dengan seluas-
luasnya.
Ketiga, pendekatan spiritual atau metode intuitif. Metode ini lebih banyak
menggunakan pendekatan hati atau keimanan. Metode intuitif digunakan untuk
menyingkap fenomena-fenomena yeng bersifat abstrak. Supra-rasional, yang berada
diluar jangkauan nalar atau disebut juga fenomena gaib.
3) Paradigma Subordinatif
Paradigma ketiga justru ingin mengingatkan dengan tegas bahwa pendekatan agama
lebih holistik dalam mecandra realitas spiritual dan pengalaman pengabdian manusia
kepada sang maha pencipta ketimbang pendekatan filsafat. Sebab agama, dengan unsur
keyakinan bukan hanya memahami tetapi juga mengalami, sedangkan filsafat hanya
berupaya memahami bukan mengalami.
3. Resume Filsafat Barat dan Kontemporer
 Madzhab Filsafat Barat
A. Madzhab Rasionalisme
Para filsuf rasionalisme adalah mereka yang : pertama, mengatakan bahwa
kekuatan akal pada diri manusia yang dalam pandangan mereka merupakan suatu
kekuatan instinktif adalah sumber dari semua ilmu yang hakiki, atau merupakan sumber
dari dua sisi dari ciri ilmu hakiki secara khusus, yaitu urgenitas (dharurah) dan
kebenaran mutlak (Al-shidq al-muthlaq). Kedua, berkaitan dengan alam kosmik, para
penganut madzhab rasionalisme menerima adanya wujud spiritual rasio yang
merupakan asal usul dari segala entitas.
Tiga tokoh yang terkenal yang mengkaji madzhab rasionaisme adalah :
1) Plato
Merupakan Filsuf Yunani yang dilahirkan di Athena yang berguru pada
Sokrates. Buku-bukunya banyak berisi dialog-dialog mengenai berbagai persoalan
yang dianalisa dan didiskusikannya, di antaranya tentang kekekalan, cinta, agama,
demokrasi, diktatorisme, komunisme, etika, dan sebagainya.

6
Teori Plato mengenai wujud bergerak naik dari wilayah inderawi kepada
wilayah rasional sembari menundukkan wilayah inderawi di bawah wiayah rasional.
Wujud hakiki menurut Plato adalah idea.
Idea adalah suatu makna rasional yang tetap dan satu, serta bertentangan
dengan hal-hal inderawi atau ha-hal partikuar yang banyak berubah.
Plato mendiskripsikan Allah sebagai “Yang Berakal, Penggerak, Indah,
Baik, Adil, Sempurna tak beraneka, Tetap tak berubah, Jujur tak berdusta, Selalu
hadir” (Omnipresent). Plato melihat bahwa kita tidak wajib menjadikan Tuhan Yang
Maha Tinggi sebagai objek kajian, karena hal itu termasuk kesesatan dan dosa.
Plato berpendapat bahwa jiwa bersifat abadi, karena pengetahuan kita
terhadap berbagai hakikat dalam jiwa merupakan bukti dari eksistensi jiwa di masa
lalu dalam dunia ide serta bukti dari sifat tahu dan sifat upa akan berbagai hakikat,
ketika ia bersatu dengan badan. Manusia dapat saja secara tiba-tiba mengingat apa
yang pernah diketahuinya pada masa lalu
Plato berpendapat bahwa pengetahuan pada dasarnya bersifat natural.
Artinya bahwa manusia tidak memperolehnya lewat indera, karena jiwa sebelum
turun ke alam ini telah berada di dunia ide. Ketika ia turun ke alam, maka ia
terbelenggu dalam tubuh yang membuatnya terhalang dari pengetahuan masa
lalunnya.
Cara manusia dapat mencapai pengetahuan, menurut Plato hal ini bisa
dijelaskan dengan Metode Perdebatan Menanjak dan Menurun.
a) Debat Menanjak
Terjadi ketika akal dari entitas inderawi kepada entitas rasional. Urutannya
berjalan dari sensasi, dugaan, lalu imu deduktif dan terakhir ke ilmu murni.
b) Debat Menurun
Pikiran turun dari alam rasional ke berbagai ilmu untuk menghubungkan ilmu-
ilmu itu dengan prinsip-prinsipnya dan terus turun menuju persoalan-persoalan
inderawi untuk menafsirkannya.
2) Rene Descrates
Adalah seorang Filsuf dari Perancis yang dilahirkan tanggal 31 Maret 1596
M di wilayah Tourine, Perancis. Ia mempelajari bahasa-bahasa kuno, sastra,
geografi, sejarah, astronomi, filsafat dan teologi. Descrates memegang bendera
reformasi dan inovasi kajian fisafat abad XVII M. Ia melandaskan filsafatnya atas
asas spontanitas dan keyakinan positif dalam matematika.

7
Descrates menciptakan metode keraguan yang ia gunakan untuk menguji
pengetahuan-pengetahuannya yang lampau, dimana ia bisa memiih yang benar dan
menghindari yang salah. Dibaik metode keraguannya, ada tujuan untuk sampai pada
keyakinan. Ia menamakannya sebagai sebuah metode atau cara untuk membebaskan
akal dari segala kesalahannya.
Sesungguhnya, keraguan terhadap segala sesuatu dalam pengetahuan kita
dapat menyampaikan kita kepada sebuah kebenaran yang tidak diragukan. Begitulah
Descrates mengucapkan ungkapan terkenalnya cogito ergo sum (aku berpikir maka
aku ada). Disini kita bisa meihat bahwa Descrates menetapkan wujud jiwa dan
bukan badan, karena Descrates berbicara tentang zat yang berpikir, bukan badan
yang dapat diindera.
Pemikirannya terhadap Allah adalah, keraguan adalah bukti bahwa manusia
bersifat terbatas, Allah adalah wujud yang sempurna, jiwa kita adalah akibat dari
sebuah sebab lain. Bukti wujud Allah menurutnya adalah berbentuk tujuan yaitu
karena akidah (keyakinan). Menurutnya, wujud Allah menjamin kebenaran semua
hakikat, karena Allah adalah Dzat Yang Benar dan Tidak menipu hamba-hambaNya.
Sementara itu, pengetahuan menurut Descrates berjalan dari wilayah
rasional kepada wiayah inderawi. Dasar pengetahuan adalah ide-ide natural yang
dianggapnya sebagai insting dalam arti bahwa ia tidak berasal dari indera dan tidak
tersusun dengan perantaraan kehendak, namun berasal dari daya pikir yang ada pada
kita.
3) Leibniz
Gottfried Wilhem Leibniz adalah Filsuf Jerman yang diahirkan di kota
Leipzig, Jerman. Karya-karyanya belum sempat dipublikasikan saat ia masih hidup,
kecuali sebagian kecil saja. Sampai saat ini, karya-karya itu masih berbentuk
manuskrip-manuskrip (tulisan tangan). Di antara buku-bukunya adalah : Kajian
Tentang Pengetahuan, Hakikat dan Makna, Madzhab Baru Tentang Alam dan
Hubungan Substansi, Usaha-usha Baru dalam Pemahaman Manusia serta
Monadologi.
Leibniz mengasumsikan adanya substansi-substansi yang tak terbatas
jumlahnya yang dianggapnya sebagai unsur-unsur utama dalam susunan alam. Ia
menyebutnya dengan monad, artinya bagian-bagian tak terpisahkan. Perbedaan
pandangan Descrates dan Leibniz mengenai alam adalah jika Descrates membagi

8
alam kepada substansi-substansi materiil dan spirituil, maka daam pandangan
Leibniz alam seluruhnya dipenuhi oeh kehidupan.
Mengenai pengetahuan, Leibniz menyelaraskan pengetahuan alami yang
mengembalikan seluruh kebenaran pada ilmu Ilahi, dan pengetahuan bersumber dari
alam inderawi yang menurutnya dalam akal tak ada apa-apa. Ia menggagas konsep
fitrah (natural,alamiah) tapi ia menganggap ide-ide dan prinsip-prinsip umum
sebagai kesiapan-kesiapan tersembunyi dalam jiwa yang tidak kita rasakan. Ia
membutuhkan stimulus-stimulus melalui indera, agar dapat beralih pada tingkat
perasaan.
B. Madzhab Empiris
Para penganut madzhab ini menolak teori ide-ide natural yang dikemukakan
oleh para penganut madzhab rasionalisme. Penganut madzhab empirisme
mengembalikan pengetahuan dengan semua bentuknya kepada pengalaman inderawi.
Orientasi ini mendorong mereka untuk secara serius memperhatikan peristiwa-
peristiwa.
Tokoh yang mengkaji mengenai madzhab ini di antaranya :
1) Aristoteles
Ia adalah seorang filsuf Yunani yang dilahirkan di satu kota perbatasan
Macedonia. Ketika berumur 18 tahun, ia pergi ke Athena untuk belajar kepada Plato.
Dalam waktu yang tidak berapa lama, ia menampakkan kecerdasannya, sehingga
Plato pun mengaguminya dan menamakannya si akal dan si kutu buku karena
kecerdasannya dan kerajinannya membaca.
Plato meihat bahwa wujud-wujud alam hanyalah bayang-bayang,
sedangkan wujud yang hakiki adalah ide yang kita ketahui melalu akal. Akan tetapi,
Aristoteles berbeda pandangan dengan gurunya. Ia berpedapat bahwa bentuk-bentuk
alami merupakan sebuah hakikat nyata yang bersifat materiil dan inderawi, seperti
manusia misanya. Ia tidak akan didapati kecuali dari darah dan daging. Juga pohon
yang terdiri dari materi tertentu.
Madzhab Aristoteles tentang pengetahuan berhubungan dengan
madzhabnya tentang wujud (being). Selama hal-hal yang inderawi ada secara hakiki,
maka sensasi adalah pengetahuan tentang sesuatu yang hakiki, bukan pengetahuan
tentang bayang-bayang, seperti yang dikatakan Plato. Akan tetapi, sensasi bukanlah
sesepsivitas negatif jiwa yang melakukan proses pengetahuan, kemudian menarik ke
tahapan berikutnya dengan mengosongkan makna-makna universal, atau melepaskan

9
sifat-sifat dasar dari entitas yang diketahuinya dan kemudian ia merasionakan sifat-
sifat dan makna-makna universal ini.
2) Faris Bacon
Dia adalah seorang filsuf Inggris yang dilahirkan di London dan belajar di
Universitas Cambridge untuk mendalami ilmu pengetahuan, antara lain madzhab
Aristoteles dan filsafat abad pertengahan. Namun ia meninggalkan dunia akademis
dan menyibukkan diri di dunia poitik sampai pada tingkat yang cukup serius. Meski
begitu, ia tetap mencurahkan perhatiannya pada kajian metode ilmiah.
Bacon mengorientasikan pengetahuan pada realitas dengan maksud untuk
menguasai alam. Ia berpandangan bahwa tidak mungkin kita mengetahui berbagai
hakikat tanpa perantara indera. Metode ilmiah eksperimental Bacon mempunyai
empat tingkatan yaitu; (1) Tahapan pengumpulan kebenaran, (2) Tahapan sistemasi
dan klasifikasi, (3) Tahapan induksi hakiki, (4) Tahapan Keterwujudan dan
Penetapan.
Orang Barat menganggap Francis Bacon sebagai penemu metode
eksperimental yang sebenarnya. Bacon memberikan penjelasan dan menerangkan
tahapan-tahapan dan proses metode eksperimentalnya kepada kita, serta mengajak
untuk mempertimbangkan observasi, berhati-hati dalam eksperimen dan jangan
terburu-buru dalam menggeneralisir. Ia juga memasukkan konsep perbandingan dan
analogi, di sampng observasi dan eksperimen yang harus dikerjakan dengan cermat
dan teiti.
3) John Locke
Ia adalah seorang filsuf Inggri yang dilahirkan dekat kota Prestol, Inggris,
belajar di Oxford serta memperdalami teologi dan filsafat. Kemudian ia mempelajari
ilmu kedokteran dan mempraktekkannya selama beberapa waktu. Dalam perjalanan
hidupnya, ia juga mempelajari filsafat Descrates yang sangat berpengaruh pada saat
itu, baik di Perancis, Jerman ataupun Belanda. Locke juga tertarik pada ilmu alam
dan menjadi teman ilmuwan-imuwan terbesar masa itu, seperti Newton dan Powel.
Dalam pandangan Locke, pengetahuan manusia kembali pada pengalaman
inderawi. Sesungguhnya, akal mirip sebuah lembaran kertas bersih yang kosong dari
makna-makna awal atau konsep-konsep instinktif. Tak ada sesuatu apapun di dalam
akal selama entitas belum terindera.
Selain menganalisa pengalaman dan membaginya menjadi dua, yaitu
pengalaman fenomenal dan batiniah, ia segera menganalisa konsep-konsep (ide)

10
yang muncul dari pengalaman. Locke membagi konsep (ide) berdasarkan perannya
menjadi dua macam, yaitu konsep-konsep sederhana dan konsep-konsep kompleks.
Locke beralih menganalisa sifat-sifat entitas inderawi dan menjelaskannya
dalam dua ha, yaitu kualitas primer dan kualitas sekunder. Entitas inderawi sesuai
dengan kenyataan pada segi kualitas primer, namun tidak sesuai dengan kenyataan
pada segi kualitas sekunder. Namun ide-ide kita baik kualitas primer maupun
sekunder tidak mungkin hanya berupa angan-angan ataupun imajinasi, namun ia
berupa efek-efek alamiah dari pengaruh entitas yang ada pada realitas terhadap
sensasi-sensasi yang kita terima dan selanjutnya terhadap akal kita.
4) David Hume
Dilahirkan di kota Edinburg, Skotlandia. Sejak usia muda, ia sangat
menggandrungi filsafat yang karenanya ia mengorbankan pendalaman ilmu hukum
yang sesungguhnya dikehendaki oleh keluarganya, serta mengorbankan bisnisnya.
Hume berkeinginan kuat untuk membangun satu madzhab filsafat yang mampu
menyamai ilmu-ilmu alam secara tepat dan akurat dengan bantuan metode deduktif-
eksperimental.
Analisa pengetahuan menurut Hume di antaranya yaitu
a. Setiap ide atau konsep yang kita miliki tak lain merupakan suatu bentuk kesan-
kesan (impresi) kita
b. Kesan kesan ini menjadi ide-ide, setelah hilangnya faktor pengaruh sensasi
yang memunculkan kesan-kesan itu.
c. Ide-ide itu adakalanya sederhana dan adakalanya kompleks.

Ide-ide ini terangkai sebagai akibat dari adanya makna-makna yang saling
berkelindan. Suatu ide apapun bentuknya dapat dianggap berhubungan dengan ide
lain, jika antara keduanya terdapat kesamaan atau kedekatan dimensi waktu dan
ruang, atau berkaitan sebab-akibatnya.

Indera-indera kita memindahkan berbagai kesan inderawi dari dunia luar.


Kita semua cenderung untuk menerima apa yang disampaikan oleh indera kepada
kita. Apa yang kita ketahui tentang realitas, sesungguhnya hanyalah persepsi-
persepsi dalam otak. Ini bukanah bukti bahwa persepsi-persepsi ini muncul dari
realitas. Bisa saja ia muncul dari kekuatan yang ada dalam otak itu sendiri dan
menggambarkan kepada kita wujud dari berbagai reaitas ini.

11
Selain megingkari adanya substansi material di dunia luar (nyata), Hume
juga mengingkari adanya jiwa, karena ide kita tentang jiwa tidak bersumber dari satu
atau beberapa kesan inderawi. Kita sesungguhnya tidak merasakan jiwa secara
langsung dengan indera fisik ataupun nonfisik.

5) John Stuart Mills


Ia adalah anak James Mills, seorang filsuf Skotlandia yang turut serta
membangun dan mengarahkan pemikiran bangsanya. James adalah penganut
Utilitarisme dalam etika. Sejak kecil John Stuart Mills sudah dididik oleh ayahnya
sendiri. Sejak saat itu, John tak pernah putus pendidikan sepanjang hidupnya. Masa
itu ditandai dengan banyaknya aliran pemikiran, diman John berpartisipasi sekaligus
mempelajarinya, khususnya Madzhab Utilitarisme dalam etika yang sudah sejak
kecil ia geluti dari ayahnya, juga Positivisme dimana ia pernah melakukan
korespondensi dengan pemimpin madzhab ini, Auguste Comte.
Sebagaimana halnya para filsuf Empirisme, ia menolak ide-ide bawaan
yang diserukan oeh madzhab Rasionalisme. Hume membuat garis kajian dan analisa
tentang makna-makna murni. Ide apapun tidak ada di dalam otak, kecuai terwujud
secara nyata dalam materi dan selanjutnya manusia hanyalah menggambarkan
entitas dalam bentuk partikular-personal.
Mills membuat kaidah-kaidah yang sangat membantu dalam memberikan
batasan sebab melalui keniscayaan waktu. Hal tersebut dimaksudkan untuk menguji
kebenaran asumsi-asumsi yang dibuat oleh seorang peneliti sebagai sebuah
penafsiran temporal terhadap fenomena yang dikajinya.
C. Madzhab Kritisisme
Abad ke 18 M secara umum mempunyai keistimewaan dengan adanya
semangat kritisisme yang jelas. Akan tetapi, hal baru pada Kant adalah bahwa ia sangat
mendalami kritisisme dan menerapkannya secara luas. Ia membuat berbagai asumsi lalu
meninjau serta mengkritisinya. Cara ini ia gunakan secara penuh dalam persoalan
penetahuan. Sehingga ada baiknya kita mengkaji Kant, agar kita bisa mengenal aliran
kritisismenya dengan lebih baik.
Immanuel Kant
Sokrates adaah seorang imuwan yang sangat penting dalam fisafat Yunani.
Sehingga fisafat yang ada sesduhnya sangat terpengaruh oleh pandangan, orientasi serta
metodenya. Demikian pula dengan Descrates. Ia dipandang sebagai Bapak Filsafat

12
Eropa Modern sekaligus dinobatkan sebagai garis demarkasi antara filsafat klasik dan
filsafat modern. Akan tetapi, Immanuel Kant melakukan terobosan orientasi baru dalam
pemikiran yang kemudian mendominasi pemikiran pada abad ke-19 M.
Kant dilahirkan di kota Konisberg di Prusia dari keluarga miskin, tapi sangat
saleh dan mulia. Ia belajar di sekolah teologi dan sangat menyukai kajian-kajian alam
dan astrologi, termasuk kajian filsafat. Kant mampu menciptakan suatu pola (model)
filsafat yang dianggap paling mengaggumkan dalam filsafat modern.
Kant mengakui adanya wujud alam inderawi dan dianggapnya sebagai
fenomena bagi entitas hakiki di baliknya. Karena itu, ia membedakan dua jenis wujud,
yaitu segala sesuatu yang nampak terlihat, dan segala sesuatu pada zatnya atau hakikat
intinya.
Kant menguraikan pengetahuan-pengetahuan kita menjadi dua unsur, yakni
materi dan bentuk pengetahuan. Ia meminjam dua kata tersebut dari Aristoteles,
walaupun ia menggunakannya untuk makna yang berbeda. Materi Pengetahuan adalah
sensasi-sensasi yang dipindahkan oleh indera kepada kita dari alam fenomena dari
setiap entitas. Bentuk pengetahuan adalah ikatan-ikatan pemikiran yang memberikan
otoritas bagi pembentukan sensasi-sensasi sekaligus membuat penilaian (hukum),
karena posisi akal terhadap sensasi-sensasi tersebut bukan sebuah posisi negatif.
Sensibilitas formal (ruang dan waktu) adalah gambaran-gambaran rasioanl
yang membentuk dan memformat sensasi-sensasi kita. Sesungguhnya materi dari
persepsi-persepsi ini datang kepada kita dari luar sebagai fenomena-fenomena dari
setiap entitas yang bersifat aksidental, seperti warna, rasa bau, panas, dingin keras, dan
sebagainya. Akan tetapi, ia datang kepada kita secara terpisah dan kita mencapainya
(mengetahuinya) pada satu ruang tertentu.
Setelah akal mengklasifikasikan berbagai persepsi yang berbeda melalui dua
bentuk ruang dan waktu, kemudian ia mentransformasikan menjadi ide-ide universal
dan ukuran-ukuran general. Maka misalnya, akal tidak akan puas dengan mengetahui
sesorang manusia tertentu, tetapi ia mempunyai perhatian untuk sampai pada makna
kemanusiaaan.
Tinjauan terhadap Madzhab Kant di antaranya :
Pertama, batas-batas pengetahuan manusia menurut Kant adalah pengalaman
inderawi, seperti yang dilakukan oleh para penganut madzhab Empirisme, sehingga kita
tidak dapat mengetahui apa yang ada di balik pengalaman inderawi itu.

13
Kedua, ia berpendapat bahwa kita memasukkan dua bentuk ruang dan waktu
terhadap berbagai persepsi, sehingga mejadikan keduanya sebagai fenomena-fenomena
inderawi. Kita juga memasukkan prinsip-prinsip rasinal atau kategori-kategori
pengetahuan fenomena ini, dimana kemudia ia menjadi persoalan-persoalan ilmiah atau
standar-standar universal yang urgen.
Ketiga, disamping makna-makna universal yang telah diterangkan, ada juga
standar-standar rasional yang terpisah dari berbagai inderawi. Namun, standar-standar
ini secara empiris tidak memiliki objek yang bisa diterapkan.

 Filsafat Kontemporer
Kehidupan manusia abad 20 adalah kehidupan yang rumit dan penuh berbagai
persoalan. Para filsuf menemukan bahwa sumber dari kerumitan ini adalah pada cara
berpikirnya. Zaman kita juga mempunyai ciri kemajuan peradaban dan teknologi sebagai
akibat dari pemanfaatan ilmu pengetahuan dalam berbagai lapangan kehidupan yang
berbeda. Kemajuan teknologi ini telah memudahkan berbagai persoalan hidup umat
manusia, sehingga membuatnya mampu mengeksploitasi dan menguasai alam. Akan tetapi
pada sat yang sama, jiwa manusia telah berubah menjadi seperi mesin.
Kita melihat bahwa para filsuf kontemporer diam-diam berusaha membangun
sebuah madzhab filsafat yang saling menyempurnakan, sehingga kita dapat mengatakan
bahwa tak ada lagi bentuk aliran dalam filsafat kontemporer. Hal yang paling menjadi
perhatian filsafat saat ini adalah membangkitkan sebuah persoalan dan kemudian
melakukan kajian yang absah terhadapnya sebagai ganti dari ketergesa-gesaan dalam
mengajukan sebuah solusi palsu, atau ketergesa-gesaan dalam menyampaikan pendapat
yang salah.
Aliran-aliran Filsafat Kontemporer Terpenting
1. Idealisme
Para penganut aliran ini berpendapat bahwa segala entitas materiil, tidak mungkin dapat
diketahui kecuali dalam bentuk gamabaran rasional. Di antara tokoh aliran ini adalah
Bradley dari Inggris.
2. Pragmatisme
Aliran ini muncul di Amerika. Pendirinya adalah Chrles Sander Peirce, sementara
tokoh paling terkenal dari aliran ini adalah William James.
3. Materialisme

14
Aliran baru ini muncul sebagai akibat dari kebiasaan para ilmuwan membatasi kajian-
kajian mereka pada hal-hal inderawi saja. Hal ini kemudin menjadikan para partisan
aliran ini cenderung mengingkari hal-hal yang tak dapat diindera. Mereka mengklain
bahwa segala sesuatu di alam ini adalah materi dan gerak. Tokoh sekaligus pendiri
aliran materialisme-dialektis adalah Karl Marx.
4. Postivisme Logis
Tokoh dalam aliran ini di antaranya Rudolf Carnap dari Amerika dan Alfred Jules Ayer
dari Inggris.
5. Atomisme Logis
Urgensi aliran filsafat ini menurut para penganutnya adalah usaha untuk mengembalikn
berbagai ide (konsep) kepada unsur-unsur pertamanya serta mengembalikan semua
entitas kepada unsur-unsur sederhana yang tidak bisa dibagi-bagi lagi. Tokoh dalam
aliran ini adalah George Edward More, Bertrand Russell, Ludwig Wittgenstein
6. Fenomenologi
Aliran ini berusaha mengambil jalan tengah antara aliran Idealisme dan Realisme.
Tokoh yang paling terkenl adalah Edmund Husserl yang pada awalnya adalah seorang
ahli matematika. Karena matematika itulah, ia tertarik untuk mendalami filsafat. Dialah
yang meletakkan wujud realis dari setiap entitas untuk membatasi karakteristik (esensi)
dari entitas tersebut.
7. Eksistensialisme
Para penganut aliran berusaha untuk mengkaji wujud manusia dan segala persoalan
hidupnya. Tokoh yang paling terkenal yaitu Jean Paul Sartre.

15

Anda mungkin juga menyukai