Bab 2 Hipertiroid
Bab 2 Hipertiroid
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
4
5
a. Anatomi
Tiroid berarti organ berbentuk perisai segi empat. Kelenjar tiroid merupakan
organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak pada leher bagian bawah
di sebelah anterior trakea. Kelenjar ini merupakan kelenjar endokrin yang
paling banyak vaskularisasinya, dibungkus oleh kapsula yang berasal dari
lamina pretracheal fascia profunda. Kapsula ini melekatkan tiroid ke laring dan
trakea. Kelenjar ini terdiri atas dua buah lobus lateral yang dihubungkan oleh
Suatu jembatan jaringan isthmus tiroid yang tipis dibawah kartilago krikoidea di
leher, dan kadangkadang terdapat lobus piramidalis yang muncul dari isthmus di
depan laring kelenjar tiroid terletak di leher depan serentang vertebra cervicalis
5 sampai thoracalis 1, terdiri dari lobus kiri dan kanan yang dihubungkan oleh
isthmus.
Setiap lobus berbentuk seperti buah pear, dengan apeks di atas sejauh linea
Oblique lamina cartilage thyroidea, dengan basis di bawah cincin trakea 5 atau
6. Kelenjar tiroid mempunyai panjang ±5 cm, lebar 3 cm, dan dalam keadaan
normal kelenjar tiroid pada orang dewasa beratnya antara 10 sampai 20 gram.
Aliran darah kedalam tiroid per gram jaringan kelenjar sangat tinggi (±5
ml/menit/gram tiroid).
Tiroid terdiri dari nodula-nodula yang tersusun dari folikel-folikel kecil yang
dipisahkan satu dengan lainnya oleh suatu jaringan ikat. Setiap folikel dibatasi
oleh epitel kubus dan diisi oleh bahan proteinaseosa berwarna merah muda yang
disebut koloid.
Sel-sel epitel folikel merupakan tempat sintesis hormon tiroid dan mengaktifkan
pelepasannya dalam sirkulasi. Zat koloid, triglobulin, merupakan tempat hormon
tiroid disintesis dan pada akhirnya disimpan. Dua hormon tiroid utama yang
dihasilkan oleh folikel-folikel adalah tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Sel
pensekresi hormon lain dalam kelenjar tiroid yaitu sel parafolikular yang
terdapat pada dasar folikel dan berhubungan dengan membran folikel, sel ini
menseksresi hormon kalsitonin, suatu hormon yang dapat merendahkan kadar
kalsium serum dan dengan demikian ikut berperan dalam pengaturan
homeostasis kalsium.
6
b. Fisiologi
Rangsangan untuk pelepasan hormon tiroid adalah TSH (dari hipofisis anterior)
dan rangsangan untuk melepaskan TSH adalah TRH (dari hipotalamus).
Rangsangan yang bertanggung jawab terhadap peningkatan TRH adalah paparan
terhadap dingin, stres fisik, stres psikologis, dan kadar hormon tiroid yang
rendah. Kelenjar tiroid menghasilkan dua hormon yaitu sebagai berikut:
1) Tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Hormon ini memiliki afek atau fungsi
seperti berikut:
a) Pada metabolisme karbohidrat
Hormon tiroid merangsang hampir semua aspek metabolisme
karbohidrat, meliputi penggunaan glukosa yang cepat oleh sel,
meningkatkan glikolisis, glukoneogenesis, meningkatkan kecepatan
absorbsi saluran cerna, dan seksresi insulin.
b) Pada metabolisme lemak
Tiroksi dan triiodotironin mempercepat proses oksidasi asam lemak
bebas oleh sel serta memecah lemak sehingga meningkatkan konsentrasi
asam lemak bebas didalam plasma.
c) Pada plasma dan lemak hati
Meningkatnya hormon tiroid akan menurunkan jumlah kolesterol,
fosfolipid, dan trigliserida dalam darah walaupun sebenarnya hormon ini
juga meningkatkan asam lemak bebas. Sebaliknya, menurunnya sekresi
tiroid sangat meningkatkan konsentrasi kolesterol, fosfolipid, dan
trigliserida plasma serta menyebabkan pengendapan lemak di hati dan
arteriosklerosis.
d) Pada metabolisme vitamin
Sekresi homon tiroid yang berlebih dapat menyebabkan defisiensi
vitamin.
7
3. Insiden
60% kasus hipertiroidisme disebabkan oleh penyakit Graves. 40% sisanya terjadi
karena sebab-sebab lain yang meliputi tiroiditis, adenoma toksik, tumor hipofise
yang menseksresikan TSH, struma ovarii dan tumor-tumor yang mensekresikan
hCG.
Sampai saat ini belum ada didapatkan angka yang pasti insidensi dan prevalensi
penyakit Graves’ di Indonesia. Sementara di Amerika Serikat Sebuah studi yang
dilakukan di Olmstead Country Minnesota diperkirakan kejadian kira- kira 30 kasus
per 100.000 orang per tahun. Prevalensi tirotoksikosis pada ibu adalah sekitar 1
kasus per 500 orang. Di antara penyebab tirotoksikosis spontan, penyakit Graves’
adalah yang paling umum. Penyakit Graves’ merupakan 60-90% dari semua
penyebab tirotoksikosis di berbagai daerah di dunia. Dalam Studi Wickham di
Britania Raya, dilaporkan 100-200 kasus per 100.000 penduduk per tahun.
Insidensi pada wanita di Inggris telah dilaporkan 80 kasus per 100.000 orang per
tahun. Pada populasi umum prevalensi gangguan fungsi hormon tiroid diperkirakan
6%.
10
4. Klasifikasi
a. Penyakit Graves
Penyakit Graves paling sering terjadi pada usia sekitar dekade ketiga atau
keempat walaupun bisa terdapat pada semua umur dengan angka kejadian lebih
sering pada perempuan dari pada laki-laki. Pada pasien dengan hipertiroidisme
60–80% mengalami penyakit graves. Manifestasi yang paling sering tampak
adalah trias Graves seperti: Hipertiroidisme dan goiter, Optalmopati, Dermopati.
Dermatopati tiroid terjadi pada 2–3% pasien dengan penyakit Graves dan
menyebabkan penebalan kulit di sekitar kulit tibia bawah tanpa piting.
b. Goiter nodular toksik
Goiter nodular toksik merupakan kelainan hipertiroidisme yang paling sering
terjadi pada usia lanjut sebagai komplikasi goiter nodular kronik. Kejadian
hipertiroidisme timbul perlahan dan memberikan kelainan klinis yang lebih
ringan dari penyakit graves.
5. Etiologi
Penyebab hipertiroid yang paling sering adalah penyakit autoimun pada tiroid
(biasanya penyakit Graves), struma toksik nodular, dan adenoma toksik.
Beberapa penyebab dan penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu:
a. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang overaktif dan merupakan
penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan.
Wanita 5 kali lebih sering dari pada pria. Diduga penyebabnya adalah penyakit
autoimun, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid
stimulating immunogirobulin (TSI antibodies), tyroid peroksidase antibodies
(TPO) dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres,
merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap
sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double
vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi
rendahnya hormon tiroid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah,
kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.
11
6. Manifestasi Klinis
a. Tremor, penurunan berat badan kendati selera makan tetap baik/peningkatan
rasa lapar, iritabilitas, kegelisahan, insomnia, intoleransi terhadap hawa panas,
peningkatan frekuensi defekasi atau diare, dan palpitasi.
b. Tanda-tanda oftalmologi meliputi tatapan mata yang membelalak/melotot
(Exophtalmus/Oftalmopati) hal ini terjadi
sebagai akibat dari penimbunan zat di
dalam orbit mata dan kelumpuhan kelopak
mata atas untuk menutup mata (lid lag).
12
c. Kulit yang hangat dan basah akibat vasodilatasi perifer dan respirasi yang
berlebihan. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan
panas, intoleran terhadap panas, keringat berlebihan.
d. Peningkatan risiko fibrilasi atrium dan hipertensi sistolik tersendiri (ISH;
isolated systolic hypertension).
e. Pembesaran kelenjar tiroid.
7. Faktor Risiko
a. Riwayat penyakit tiroid
b. Riwayat keluarga dengan penyakit tiroid
c. Diagnosa penyakit autoimmune
d. Riwayat radiasi leher
e. Terapi obat seperti lithium dan amiodaron
f. Perempuan di atas usia 50 tahun
g. Pasien lanjut usia
h. Perempuan post partum 6 minggu sampai 6 bulan
8. Patofisiologi
Struma terjadi akibat kekurangan yodium yang dapat menghambat pembentukan
hormon tiroid oleh kelenjar tiroid sehingga terjadi pula penghambatan dalam
pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid sehingga terjadi pula
penghambatan dalam pembentukan TSH oleh hipofisis anterior. Hal tersebut
memungkinkan hipofisis mensekresikan TSH dalam jumlah yang berlebihan. TSH
kemudian menyebabkan sel-sel tiroid mensekresikan tiroglobulin dalam umlah
yang besar (kolid) ke dalam folikel, dan kelenjar tumbuh makin lama makin
bertambah besar. Akibat kekurangan yodium maka tidak terjadi peningkatan
pembentukan T4 dan T3, ukuran folikel menjadi lebih besar dan kelenjar tiroid
dapat bertambah berat sekitar 300-500 gram. Selain itu struma dapat disebabkan
kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tiroid,
penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (goitrogenic agent), proses
peradangan atau gangguan seperti penyakit Graves. Pembesaran yang didasari oleh
suatu tumor atau neoplasma dan penghambatan sintesa hormon tiroid oleh obat-
13
9. Komplikasi
1) Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis
tiroid/tirotoksikosis (thyroid storm). Hal ini dapat berkembang secara spontan
pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar
tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya
adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan
takikardia, agitasi, tremor, hipertermia, dan apabila tidak diobati akan
menyebabkan kematian, Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves,
dermopati Graves, infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat
antitiroid. Krisis tiroid: mortalitas.
2) Gagal Jantung
3) Edema Paru
4) Syok
TSH T3 T4 Interpretasi
N N N Normal
↓ N N Hipertiroid subklinis
↓ ↑ ↑ Hipertiroid
↑ N N Hipotiroid subklinis
↑ ↓ ↓ Hipotiroid
a. Konservatif
1) Obat Anti-Tiroid; Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis
berlebih, pasien mengalami gejala hipotiroidisme. Contoh obat adalah sebagai
berikut: :
a) Methimazole (Tapazole), Propylthiouracil (PTU)
Indikasi: menghambat sintesis hormon tiroid.
Efek Samping: Parestesia, nausea, agranulositosis, perdarahan, diare,
muntah, ruam.
Pertimbangan keperawatan (Nursing Considerations): perhatian
penggunaan pada klien saat hamil. Monitor hasil test darah pada bone
marrow depression. Menjalankan penggunaan dosis 3x sehari setiap 8
jam. Perhatian untuk klien untuk lapor dengan dokter bila terjadi demam,
sakit tenggorokan, perdarahan hebat atau memar, atau malaise. Dosis
awal Methimazole; 20-30 mg/hari, dosis awal PTU; 300-600 mg/hari,
dosis maksimal 2000 mg/hari.
b) Karbimazol; menurunkan sintesis hormon tiroid.
Dosis awal 40-60 mg/hari, kemudian dikurangi sampai tercapai dosis
pemeliharaan, dosisnya dititrasikan sesuai dengan fungsi tiroid dan
dilanjutkan selama 18 bulan. Karbimazol menyebabkan agranulositosis,
harus segera dihentikan apabila muncul sakit tenggorokan atau demam.
2) Beta-Blocker seperti propranolol: kontrol gejala adrenergik (perspirasi,
takikardia, tremor).
PROPRANOLOL
Indikasi: Terapi hipertensi, angina pektoris, ansietas, takikardia, disritmia
jantung, kardiomiopati obstruktif hipertrofi & tremor esensial. Terapi
tambahan dari tirotoksikosis & feokromositoma. Profilaksis setelah infark
miokard akut, migren & angina pektoris.
Dosis: Dewasa & anak > 12 tahun angina pektoris 20 mg 3-4x/hari,
ditingkatkan bertahap sampai dengan 40 mg 3-4x/hari. Maksimal 200-280
mg/hari jika perlu. Aritmia jantung 10-30 mg 3-4x/hari. Hipertensi 20 mg
3x/hari. Ditingkatkan setelah 3 hari menjadi 40 mg 3-4x/hari. Kardiomiopati
obstruktif hipertrofi 10-20 mg 3-4x/hari. Anak <12 tahun ½ dosis dewasa.
Perhatian: Gangguan penerimaan jantung, gagal jantung, DM, hipertiroid,
anestesi.
16
b. Sistem kardiovaskuler
Pada hipertiroidisme akan didapati gejala palpitasi, nadi cepat dan kuat,
peningkatan nadi disertai dekompensasi kordis, tekanan nadi lebar, nadi tidak
teratur/disritmia, nyeri dada, murmur jantung sistolik, edema, irama gallop.
c. Sistem pernapasan
Pada hipertiroidisme gejalanya berupa dispnea, peningkatan kedalaman, dan
kecepatan pernapasan.
d. Sistem muskuloskeletal
Edema non-pitting terutama daerah pretibial, atrofi otot, osteoporosis dan
fraktur, serta kelemahan otot.
e. Sistem gastrointestinal
Gejalanya berupa peningkatan nafsu makan tetapi BB turun, diare, bising usus
hiperaktif, urine dalam jumlah banyak, kehausan, mual, dan muntah.
f. Sistem metabolik
Berkeringat berlebihan, sensitivitas terhadap panas/tidak tahan panas, suhu
meningkat di atas 37-400C, peningkatan toleransi terhadap dingin, pembesaran
kelenjar tiroid, dan bruit di leher.
g. Sistem integumen
Pada kulit akan didapati gejala berupa kulit yang teraba halus, hangat, lembab,
bercahaya, kemerahan, hiperpigmentasi telapak tangan, dan pruritus. Pada
rambut akan terjadi rambut menipis, halus, lurus, dan kulit kepala berminyak.
Pemisahan kuku dari bantalan kuku.
h. Sistem reproduksi/seksual
Oligomenore, amenore, libido berkurang, fertilitas menurun, ginekomastia pada
pria, impotensi merupakan gejala-gejala yang sering muncul pada sistem
reproduksi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol,
hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
b. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme; proses penyakit
18
4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan adalah:
a. Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan
kebutuhan tubuh.
b. Klien dapat berupaya untuk dapat mengatasi peningkatan suhu tubuh sehingga
mempertahankan suhu tubuh normal.
c. Klien akan menunjukkan berat badan stabil.
d. Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energy.
e. Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari
ulkus.
19
Daftar Pustaka
Aini, Nur. Aridiana, Ledy Martha. (2016). Asuhan Keperawatan pada Sistem Endokrin
dengan Pendekatan NANDA NIC NOC. Jakarta: Salemba Medika.
Brunner&Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Chang, Esther. (2009). Patofisiologi: aplikasi pada praktik keperawatan. Jakarta: EGC.
Rumahorbo, Hotma. (1999). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem endokrin.
Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta: EGC.
http://www.depkes.go.id/download.phpfiledownload/pusdatin/infodatin/infodatin-tiroid.html,
Diakses pada tanggal 18 Januari 2017
http://eprints.ums.ac.id.BAB_I.pdf, Diakses pada tanggal 20 Januari 2017