DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biokimia
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Judul Skripsi : Penambatan hrlolekul Flavonaid pada Fropolis dengan En zim
Histon Asetitrtransferase sebagai Antikanksr
Itlama : Dhani Luthfi Rarnadhani
h{Tfu{ : GE4120078
Disetqiui oieh
Diketahui oleh
qilo:rffi:L$*ffi\ @
r;iffift#--q&l
t! (ti i t BF
E*&'Wffii=ffi/SS
iiP.l\.'*.S,r i ;s$,'_'f..$ Lr,
3tr;ffi eparteffien
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat berupa
berbagai macam nikmat sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan
penyusunan skripsi. Skripsi berjudul “Penambatan Molekul Flavonoid Propolis
dengan Enzim Histon Asetiltransferase sebagai Antikanker” ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Biokimia.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr Ir Akhmad Endang Zainal
Hasan, MSi selaku dosen pembimbing I dan Dr Ir I Made Artika, MAppSc selaku
pembimbing II atas bimbingan dan arahannya dalam penyusunan usulan
penelitian ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua
dan kakak penulis atas doa dan dorongan semangat untuk kelancaran penyusunan
usulan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Hijriana
Fikrika, SSi yang telah memberikan masukkan mengenai penggunaan metode
penambatan molekul.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
METODE 2
Alat dan Bahan 2
Prosedur 3
HASIL 4
Karakteristik Ligan Berdasarkan Aturan Lipinski 4
Energi Bebas Gibbs Ligan dengan HAT PCAF 4
Interaksi Ligan Flavonoid Propolis dengan HAT PCAF 5
PEMBAHASAN 10
Karakteristik Ligan Berdasarkan Aturan Lipinski 10
Energi Bebas Gibbs Hasil Penambatan Molekul 11
Interaksi Ligan Flavonoid Propolis dengan HAT PCAF 12
SIMPULAN DAN SARAN 15
Simpulan 15
Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 16
RIWAYAT HIDUP 27
DAFTAR TABEL
1 Karakteristik ligan berdasarkan aturan Lipinski 4
2 Interaksi ligan dengan HAT PCAF pada radius <5Å 5
DAFTAR GAMBAR
1 Struktur HAT PCAF 3
2 Energi bebas Gibbs ligan flavonoid propolis 5
3 Hasil penambatan galangin dengan HAT PCAF 7
4 Hasil penambatan apigenin dengan HAT PCAF 7
5 Hasil penambatan krisin dengan HAT PCAF 8
6 Hasil penambatan kuersetin dengan HAT PCAF 8
7 Hasil penambatan pinobanksin dengan HAT PCAF 9
8 Hasil penambatan pinokembrin dengan HAT PCAF 9
9 Hasil penambatan tektokrisin dengan HAT PCAF 10
DAFTAR LAMPIRAN
1 Alur penelitian 20
2 Afinitas dan RMSD penambatan apigenin dengan HAT PCAF 21
3 Afinitas dan RMSD penambatan galangin dengan HAT PCAF 21
4 Afinitas dan RMSD penambatan krisin dengan HAT PCAF 22
5 Afinitas dan RMSD penambatan kuersetin dengan HAT PCAF 22
6 Afinitas dan RMSD penambatan pinobanksin dengan HAT PCAF 23
7 Afinitas dan RMSD penambatan pinokembrin dengan HAT PCAF 23
8 Afinitas dan RMSD penambatan tektokrisin dengan HAT PCAF 24
9 Spesifikasi HAT PCAF 25
10 Struktur dan sifat ligan 26
1
PENDAHULUAN
Protein histon akan mengalami salah satu modifikasi pasca translasi berupa
asetilasi yang melibatkan enzim histon asetiltransferase (HAT) dalam prosesnya.
HAT berperan dalam proses fisiologis, siklus sel, pengecekan terhadap DNA, dan
stabilitas kromosom (Eliseeva et al. 2007). HAT bekerja dengan cara
mengkatalisis proses pemindahan gugus asetil dari asetil-KoA ke gugus ɛ-lisin
membentuk ɛ-N-lisin asetil yang merupakan bentuk pengenalan pada saat faktor
transkripsi menempel pada DNA. Proses asetilasi lisin akan menurunkan interaksi
elektrostatik histon inti dengan DNA sehingga struktur kromatin mengalami
relaksasi. Hal tersebut memungkinkan proses transkripsi, translasi, dan
pembentukkan protein berjalan dengan baik (Sterner dan Berger 2000).
Salah satu enzim histon asetiltransferase yang terdapat pada manusia adalah
histon asetiltransferase p300/CBP-associated factor (HAT PCAF). Histon
asetiltransferase PCAF memiliki peran dalam meregulasi jalur p53 dengan
asetilasi Lys320 pada p53 (Stimson et al. 2005; Brooks dan Gu 2011; Laptenko
dan Prives 2012). Protein p53 berfungsi dalam menekan tumor dan memicu
terjadinya apoptosis sel (Ott dan Verdin 2010). Protein p53 bertindak sebagai
faktor transkripsi dengan mengikat DNA spesifik-p53 sehingga meningkatkan
sintesis serta ekspresi gen apoptosis p21. Gen p21 berfungsi mengikat dan
menginaktifkan kompleks CDK4 sehingga fosforilasi Rb dan pelepasan faktor
transkripsi E2F terhambat (Kim et al. 2010). Hal tersebut membuat siklus sel
berhenti pada tahap G1-S dan memungkinkan DNA diperbaiki sebelum memasuki
tahap pembelahan selanjutnya, yaitu pada tahap G2-M (Sa dan Das 2008).
Kondisi stress in vitro mengakibatkan p53 mengalami asetilasi berlebih sehingga
ekspresi p53 menjadi tertekan (Fan-qi et al. 2013). Kondisi tersebut berdampak
pada proliferasi sel tanpa disertai fungsi penghambatan sehingga menjadi
manifestasi terjadinya kanker.
Kanker merupakan sel yang dapat membelah diri secara tidak terkontrol dan
mampu menyerang jaringan lain di sekitarnya (Owen et al. 2013). Kemampuan
menyerang jaringan lain di sekitarnya ini menjadikan kanker berbahaya. Kanker
merupakan salah satu penyebab kematian terbesar kedua di dunia. Menurut
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015), kanker menyebabkan sekitar
8.2 juta kematian pada tahun 2012 di Indonesia. Angka tersebut terus meningkat
tiap tahunnya bahkan prevalensi penyakit kanker pada penduduk semua umur di
Indonesia tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 1.4% atau sekitar 347.792
orang.
Kondisi tersebut mengakibatkan perlunya penghambatan HAT PCAF
sebagai pendekatan antikanker. Penelitian antikanker dengan pendekatan
penghambatan HAT PCAF telah banyak dilakukan dengan menggunakan
inhibitor alami maupun sintetik. Inhibitor alami yang dapat digunakan untuk
menghambat HAT PCAF diantaranya kurkumin, garsinol, asam anakardat, dan
isotiazalon, sedangkan inhibitor sintetik diantaranya C646, Lys-20, dan H3-CoA-
20, tetapi inhibitor tersebut masih memiliki kekurangan. Kekurangan yang
dimiliki inhibitor-inhibitor tersebut diantaranya permeabilitas sel dan spesifitas
yang rendah sehingga perlu dikembangkan inhibitor HAT PCAF lainnya (Dekker
dan Haisma 2009).
2
METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2016. Penelitian
dilakukan di Laboratorium Penelitian Biokimia, Fakutas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Prosedur
Penyiapan Ligan
Ligan yang digunakan adalah flavonoid pada propolis diantaranya apigenin,
galangin, krisin, kuersetin, pinobanksin, pinokembrin, dan tektokrisin. Berkas dua
dimensi ligan-ligan tersebut diunduh melalui situs PubChem Compound dengan
format .sdf. Struktur ligan yang telah diunduh dilakukan penyiapan berupa
penambahan hidrogen polar dengan perangkat lunak Discovery Studio Visualizer
2016. Hasil penyiapan didapatkan berkas tiga dimensi ligan dengan format .pdb.
A B
Gambar 1 Struktur HAT PCAF
Penambatan Molekul
Berkas ligan dan reseptor yang telah disiapkan sebelumnya dibuka
menggunakan perangkat lunak Auto Dock Tool 1.5.6. Berkas ligan dan reseptor
tersebut dikonversi dari semula berformat .pdb menjadi .pdbqt. Ligan dan reseptor
tersebut kemudian dicari koordinat penambatannya. Penelitian dilakukan secara
blind docking sehingga koordinat penambatan dipilih grid box yang mampu
menutupi seluruh bagian reseptor. Ligan dan reseptor kemudian ditambatkan
menggunakan perangkat lunak AutoDock Vina 1.1.2 dengan pengaturan koordinat
yang telah didapatkan sebelumnya dan digunakan parameter num_modes bernilai
20.
HASIL
Σ Akseptor
Berat Molekul Σ Donor Ikatan
Nama Struktur Rumus Struktur Log P Ikatan
(g/mol) Hidrogen
Hidrogen
Apigenin C15H10O6 270,2370 1,7 3 5
Galangin C15H10O5 270,2369 2,3 3 5
Krisin C15H10O4 254,2380 2,1 2 4
Kuersetin C15H10O7 302,2360 1,5 5 7
Pinobanksin C15H12O5 272,2527 2,2 3 5
Pinokembrin C15H12O4 256,2533 2,7 2 4
Tektokrisin C16H12O4 268,2640 2,4 1 4
Jarak
Rantai Gugus
Σ Ikatan ΔG Ikatan Residu yang Terlibat
Ligan HAT Residu Fungsi
Hidrogen (kkal/mol) Hidrogen pada <5 Å
PCAF Ligan
(Å)
Apigenin A 3 -7,8 2,95 Lys583 OH5 Gly586, Ala613, Cys574,
Phe617, Gln581, Tyr616,
2,82 Gly584 OH6
Val576, Val582
2,87 Tyr585 OH7
B 3 -8,3 2,75 Ile571 OH2 Phe617, Cys574,
Leu526, Asp610,
3 Thr607 OH2
Ala643, Arg528, Tyr608,
2,84 Glu641 OH5 Met529, Val572
6
...lanjutan Tabel 2
Galangin A 1 -7,2 2,71 Tyr612 OH5 Gln581, Lys583, Val576,
Tyr585, Gly584, Glu586,
Val582, Tyr616, Cys574,
Ala613
B 3 -8,1 3,13 Ile571 OH3 Arg528, Glu641,
Met529, Tyr640, Val572,
3,15 Thr607 OH3
Phe617, Leu526, Tyr608,
3,03 Cys574 OH5 Asp610, Ala643
Krisin A 0 -7,7 Tyr612, Ala613, Cys574,
Tyr616, Ala575, Val576,
Gly586, Tyr585, Glu581,
Lys583, Val582, Gly584
B 3 -8,2 3,18 Thr607 OH3 Tyr608, Asp610,
Met529, Leu526,
3,2 Thr607 OH2
Ala613, Tyr616, Cys574,
2,92 Ile571 OH2 Phe617, Val572
Kuersetin A 4 -7,5 2,76 Tyr612 OH5 Val582, Gln581, Ala613,
Cys574, Val576, Tyr616,
3,12 Tyr585 OH7
Gly586
2,77 Gly584 OH7
2,86 Lys583 OH7
B 3 -7,7 2,95 Tyr612 OH6 Val576, Gln581, Ala613,
Tyr616, Val582, Gly586,
2,92 Gly584 OH3
Thr587
3 Lys583 OH3
Pinobanksin A 4 -7,2 2,94 Gly586 OH2 Val582, Tyr616, Ala575,
Val576, Gln581
3 Lys583 OH3
2,8 Gly584 OH3
2,87 Gly584 OH4
B 5 -8,1 2,74 Tyr608 OH2 Leu526, Ala643, Phe617,
Asp610, Glu641,
3,13 Tyr607 OH3
Arg528, Met529,
3,11 Tyr607 OH4 Val572, Tyr640
3,11 Ile571 OH4
3,02 Cys574 OH5
Pinokembrin A 1 -7,7 3,04 Tyr612 OH4 Tyr616, Gly586, Val582,
Val576, Lys583, Gly584,
Tyr585, Gln581, Cys574,
Ala575, Ala613
B 4 -8,1 3,02 Cys574 OH5 Glu641, Ala643, Arg528,
Asp610, Phe617,
3,11 Ile571 OH4
Leu526, Tyr640,Val572,
3,1 Thr607 OH4 Met529
3,13 Thr607 OH3
Tektokrisin A 0 -7,5 Ala576, Cys574, Val576,
Gln581, Gly586, Val582,
Lys583, Tyr585, Gly584,
Tyr616, Ala613, Tyr612
B 3 -8,3 3,12 Thr607 OH4 Cys574, Phe617, Tyr616,
Ala613, Leu526, Arg528,
3,19 Thr607 OH3
Asp610, Met529,
3,01 Ile571 OH3 Val572, Tyr608
7
HAT PCAF A
HAT PCAF B
HAT PCAF B
HAT PCAF A
Gambar
Gambar 6 Hasil 4 Hasil penambatan
penambatan krisin
krisin dengan HAT dengan
PCAF.HAT PCAF
Warna hitam
menunjukkan atom karbon, merah menunjukkan atom oksigen,
sedangkan biru menunjukkan atom nitrogen.
HAT PCAF B
HAT PCAF A
Gambar 7 Gambar
Hasil penambatan pinobanksin
6 Hasil penambatan dengan HAT
pinobanskin PCAF.
dengan Warna
HAT PCAFhitam
menunjukkan atom karbon, merah menunjukkan atom oksigen, warna
kuning menunjukkan atom sulfur sedangkan biru menunjukkan atom
nitrogen.
Gambar 9 Gambar
Hasil penambatan tektokrisintektokrisin
8 Hasil penambatan dengan HAT PCAF.
dengan Warna
HAT hitam
PCAF
menunjukkan atom karbon, merah menunjukkan atom oksigen,
sedangkan biru menunjukkan atom nitrogen.
PEMBAHASAN
PCAF pada cincin A dengan nilai ΔG sebesar -7.2 kkal/mol. Hal ini menunjukkan
bahwa interaksi apigenin dan tektokrisin lebih spontan dan kuat dibandingkan
dengan ikatan antara ligan dengan flavonoid propolis lainnya.
Hasil percobaan juga menunjukkan bahwa ikatan masing-masing flavonoid
propolis dengan HAT PCAF rantai A cenderung lebih rendah dibandingkan
dengan ikatan dengan HAT PCAF pada rantai B. Hasil ini serupa dengan
penelitian in silico yang dilakukan oleh Adawiyah et al. (2015) terhadap kuersetin
dan Vinsentricia (2015) terhadap kurkumin. Hasil ini mengindikasikan bahwa
rantai B pada HAT PCAF memiliki kestabilan yang lebih baik dibandingkan HAT
PCAF rantai A dalam berinteraksi dengan ligan dan protein. Kestabilan rantai B
HAT PCAF tersebut mendasari penelitian Ghizzoni et al. (2010) dan Dekker et al.
(2009) hanya menggunakan rantai B, namun penelitian ini tetap menggunakan
rantai A sebagai tahap penampisan awal dalam pertimbangan lebih lanjut.
Struktur tiga dimensi HAT PCAF 1CM0 didapat dari kristalografi sinar-X.
Kristalografi sinar-X yang dilakukan oleh Clements et al. (1999) menghasilkan
dua rantai dengan perbedaan kontak kisi kristal pada kedua rantai. Perbedaan
kontak kisi kristal memungkinkan adanya perbedaan konformasi suatu protein
(Martz 2003). Konformasi suatu protein memiliki peranan penting dalam
mempengaruhi spesifisitas dan afinitas ikatan. Hal tersebut menjadikan adanya
perbedaan konformasi, energi bebas Gibbs, dan ikatan yang terjadi antara rantai A
dan B.
deprotonisasi histon seperti peran residu Asp610. Residu Glu570 dikelilingi oleh
beberapa residu hidrofobik seperti Phe563, Phe568, Ile571, Val572, Leu606,
Ile637, dan Tyr640. Proses katalisis tersebut perlu distabilkan oleh ikatan
hidrogen yang dilakukan oleh residu Cys574.
Apigenin secara kimia dikenal dengan 4',5,7,-trihidroksiflavon yang
terdapat pada buah, seperti anggur dan jeruk, serta sayuran, seperti peterseli,
bawang, teh, kamomil, dan kecambah gandum (Shukla dan Gupta 2010).
Penambatan yang dilakukan pada apigenin dengan rantai A HAT PCAF
menghasilkan ikatan hidrogen pada residu Lys583, Gly584, dan Tyr584 yang
terlibat dalam pengikatan asetil-KoA oleh histon asetiltransferase PCAF. Residu-
residu yang terlibat dalam ikatan hidrofobik merupakan residu yang memiliki
fungsi dalam pengikatan asetil-KoA diantaranya Gly586, Ala613, Cys574,
Phe617, Gln581, Tyr616, Val576, dan Val582. Penambatan apigenin dengan HAT
PCAF rantai B menunjukkan adanya ikatan hidrogen pada residu Ile571 yang
terlibat dalam pengikatan histon oleh HAT PCAF. Residu-residu lain yang
terlibat, yaitu Phe617, Cys574, dan Leu526, merupakan residu yang terlibat dalam
pengikatan asetil-KoA oleh HAT PCAF (Clements et al. 1999). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa apigenin memiliki kemampuan untuk menghambat ikatan
HAT PCAF dengan asetil-KoA baik pada rantai A maupun rantai B, akan tetapi
apigenin hanya mampu menghambat pengikatan histon pada rantai B saja. Ikatan
hidrogen yang terjadi pada pengikatan rantai B memiliki kecenderungan untuk
mengikat histon lebih kuat. Hal ini ditandai dengan panjang ikatan hidrogen
residu Ile571 lebih dekat, yaitu 2,75 Å, sehingga menunjukkan ikatan yang lebih
kuat. Pengikatan tersebut lebih kuat dibandingkan pengikatan asetil-koA oleh
apigenin pada rantai A HAT PCAF.
Galangin merupakan senyawa kimia golongan flavonol yang dapat
ditemukan pada lengkuas (Alpinia galanga) dan propolis (Zhang et al. 2016).
Penambatan molekul galangin pada rantai A HAT PCAF menunjukkan bahwa
galangin mengikat HAT PCAF pada residu Tyr612. Clements et al. (1999)
mengungkapkan bahwa residu tersebut tidak terlibat langsung dalam pengikatan
asetil-KoA, namun memiliki peran penting dalam pengikatan substrat atau pun
proses katalisis. Residu-residu pada ikatan hidrofobik, yaitu Lys583, Val576,
Tyr585, Gly584, Glu586, dan Val582, merupakan residu yang terlibat dalam
pengikatan asetil-KoA. Galangin juga mengikat HAT PCAF pada residu Cys574
yang merupakan residu penstabil ikatan histon oleh HAT PCAF. Penambatan
galangin pada rantai B HAT PCAF menunjukkan bahwa galangin mengikat HAT
PCAF pada residu Cys574 dengan ikatan hidrogen. Hal ini menunjukkan galangin
berperan sebagai penstabil ikatan histon dengan HAT PCAF. Residu-residu yang
terlibat dalam ikatan hidrofobik menunjukkan bahwa galangin turut berperan
dalam pengikatan histon (Asp610, Tyr640, dan Val572) dan pengikatan asetil-
KoA (Leu526 dan Phe617). Residu Asp610 merupakan residu yang turut berperan
dalam proses deprotonisasi histon layaknya sisi aktif Glu570. Hasil ini
menunjukkan bahwa galangin memiliki kemampuan dalam menghambat
pengikatan asetil-KoA maupun histon pada rantai A atau B, namun pengikatan
histon oleh galangin lebih kuat pada rantai B akibat adanya ikatan hidrogen dan
pengikatan pada sisi aktif.
Krisin merupakan flavon alami yang terdapat pada bunga kamomil, jamur
Pleurotus ostreatus, dan madu (Zangeneh et al. 2010; Anadhi et al. 2012). Hasil
14
penambatan krisin pada rantai A HAT PCAF menunjukkan bahwa krisin memiliki
kemampuan dalam menghambat pengikatan asetil-KoA. Hal ini disebabkan krisin
mengikat residu-residu Val582, Gly583, Tyr585, Gly586, Cys574, Ala575,
Val576, Ala613, dan Tyr616 yang berperan dalam pengikatan asetil-KoA.
Penambatan krisin pada rantai B HAT PCAF juga menunjukkan kemampuan
penghambatan ikatan asetil-KoA akibat pengikatan residu Leu526, Cys574,
Ala613, Tyr616, dan Phe617. Krisin juga mampu menghambat pengikatan histon
oleh rantai B HAT PCAF pada residu sisi aktif, Asp610, yang diperkuat dengan
ikatan hidrogen pada residu Ile571 dan Cys574, serta ikatan hidrofobik pada
residu Val572.
Kuersetin pada alam terdapat pada buah, seperti apel, dan sayuran, seperti
tomat, brokoli, bayam, bawang, dan daun teh hitam (Manach et al. 2004).
Penambatan yang dilakukan pada kuersetin dengan rantai A HAT PCAF
menunjukkan bahwa kuersetin memiliki kemampuan dalam menghambat
pengikatan asetil-KoA oleh HAT PCAF. Hal ini terlihat pada residu yang terlibat
baik pada ikatan hidrogen (Tyr585, Gly584, dan Lys583) maupun pada ikatan
hidrofobik (Val583, Gly586, Glu581, Ala613, Cys574, Val576, dan Tyr616).
Hasil penambatan pada rantai B HAT PCAF oleh kuersetin juga menunjukkan
kemampuan penghambatan asetil-KoA dengan ikatan hidrogen pada residu
Gly584 dan Tyr616, serta ikatan hidrofobik pada residu Tyr616, Val576, Gln581,
Val582, Gly586, dan Thr587. Hasil ini berbeda dengan penambatan yang
dilakukan oleh Adawiyah (2015) yang menunjukkan bahwa kuersetin memiliki
kemampuan yang dalam menghambat HAT PCAF pada situs pengikatan asetil-
KoA dan histon. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh penggunaan berkas
kuersetin dengan karakteristik aturan Lipinski yang berbeda. Penggunaan berkas
ligan yang berbeda juga memiliki perbedaan baik muatan Gasteiger maupun
torsion tree sehingga memungkinkan adanya perbedaan energi ikatan atau pun
jenis ikatan yang terjadi (Elokely dan Doerksen 2013).
Flavonoid pinobanksin terdapat pada tanaman ceri dan daun eukaliptus
(Rowe 2012; Ferreira et al. 2016). Penambatan yang dilakukan pada pinobanksin
dengan rantai A HAT PCAF menunjukkan bahwa pinobanksin memiliki peran
dalam menghambat ikatan HAT PCAF dengan asetil-KoA. Hal ini terlihat pada
residu yang terlibat dalam ikatan hidrogen, yaitu Lys583, Gly584, dan Gly586,
dan ikatan hidrofobik, yaitu Ala575, Val576, Gln581, dan Tyr616. Pinobanksin
juga mampu menghambat pengikatan asetil-KoA pada rantai B HAT PCAF yang
ditandai dengan residu yang terlibat pada ikatan hidrofobik (Leu526 dan Phe617).
Pinobanksin juga memiliki kemampuan dalam menghambat pengikatan protein
histon oleh rantai B HAT PCAF. Residu yang terlibat dalam pengikatan histon
adalah residu Cys574 yang merupakan residu yang terlibat dalam penstabilan
ikatan histon pada sisi aktif HAT PCAF. Pinobanksin juga terikat pada residu sisi
aktif rantai B HAT PCAF, yaitu residu Asp610, dan distabilkan oleh ikatan
hidrofobik yang terjadi pada residu Val572 dan Tyr640.
Pinokembrin dapat didapat dari mengisolasi Pinus heartwood, eukaliptus,
populus, euporbia, dan Sparattosperma leucanthum (Rasul et al. 2013).
Penambatan yang dilakukan pada pinokembrin dengan rantai A HAT PCAF
menghasilkan satu ikatan hidrogen pada residu Tyr612. Residu tersebut
merupakan residu yang berperan dalam pengikatan substrat atau pun proses
katalisis, namun tidak terlibat secara langsung dalam proses tersebut. Penambatan
15
juga menghasilkan ikatan hidrofobik pada residu yang berperan dalam pengikatan
asetil-KoA oleh HAT PCAF, diantaranya Cys574, Ala575, Val576, Gln581,
Val582, Lys583, Gly584, Tyr585, Gly586, Ala613, dan Tyr616. Penambatan
pinokembrin pada rantai B HAT PCAF menghasilkan ikatan hidrogen pada residu
Cys574, residu yang terlibat dalam kestabilan ikatan histon dengan HAT PCAF.
Penambatan pinokembrin pada rantai B HAT PCAF juga menghasilkan ikatan
hidrogen pada residu Ile571. Residu tersebut merupakan residu yang terlibat
dalam pengikatan protein histon. Ikatan hidrofobik pada pengikatan pinokembrin
oleh rantai B HAT PCAF terjadi pada residu Asp610 yang merupakan residu yang
berperan sebagai sisi aktif. Ikatan hidrofobik juga terjadi pada residu Val572 dan
Tyr640 yang terlibat dalam pengikatan histon oleh HAT PCAF.
Tektokrisin terdapat pada bunga Tetracera indica (Dogarai 2011).
Penambatan yang dilakukan pada tektokrisin dengan rantai A HAT PCAF
menunjukkan bahwa tektokrisin memiliki kemampuan dalam menghambat
pengikatan asetil-KoA oleh HAT PCAF. Hal ini terlihat pada residu yang terlibat
dalam ikatan hidrofobik (Cys574, Ala575, Val576, Gln581, Val582, Lys583,
Gly584, Tyr616, dan Ala614). Penambatan tektokrisin pada rantai B HAT PCAF
juga menunjukkan kemampuan tektokrisin dalam menghambat pengikatan asetil-
KoA oleh HAT PCAF. Hal ini ditunjukkan oleh adanya ikatan hidrogen yang
melibatkan residu Ile571, residu yang berperan dalam pengikatan histon oleh
HAT PCAF. Hasil penambatan juga menunjukkan adanya ikatan hidrofobik yang
melibatkan residu yang terlibat dalam pengikatan asetil-KoA (Leu526, Cys574,
Ala613, Tyr616, dan Phe617) dan pengikatan protein histon (Val572).
Penambatan tektokrisin dengan rantai B HAT PCAF juga menunjukkan
kemampuan tektokrisin dalam mengikat sisi aktif HAT PCAF.
Hasil penambatan yang dilakukan pada ketujuh ligan flavonoid propolis
menunjukkan bahwa flavonoid propolis mampu menghambat pengikatan asetil-
KoA dan histon. Hasil tersebut dapat digunakan untuk memprediksi mekanisme
penghambatan yang dilakukan oleh flavonoid propolis. Pengikatan residu yang
terlibat dalam pengikatan asetil-KoA menunjukkan kemampuan flavonoid dalam
menghambat HAT PCAF secara nonkompetitif. Hal ini disebabkan penghambatan
pengikatan asetil-KoA dengan HAT PCAF masih memungkinkan substrat (histon)
untuk berikatan dengan enzim sehingga menghasilkan komplek enzim-substrat-
inhibitor seperti sifat inhibitor nonkompetitif. Pengikatan residu yang terlibat
dalam pengikatan histon menunjukkan kemampuan flavonoid dalam menghambat
HAT PCAF secara kompetitif. Hal ini disebabkan flavonoid propolis diduga
menyerupai substrat (histon) sehingga substrat tidak memungkinkan untuk
berikatan dengan enzim membetuk produk.
Simpulan
asetil-KoA dan histon oleh HAT PCAF. Flavonoid propolis bertindak sebagai
inhibitor kompetitif atau nonkompetitif terhadap HAT PCAF. Ikatan dengan
energi ikatan terbesar adalah ikatan galangin dan tektokrisin dengan rantai B HAT
PCAF, sedangkan yang terkecil adalah galangin dan pinobanksin dengan rantai A
HAT PCAF.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
20
Penambatan
molekul
Visualisasi hasil
penambatan
21
Lampiran 2 Afinitas dan RMSD penambatan apigenin dengan HAT PCAF (a)
rantai A (b) rantai B
(a) mode | affinity | dist from best mode
| (kcal/mol) | rmsd l.b.| rmsd u.b.
-----+------------+----------+----------
1 -7.8 0.000 0.000
2 -7.8 1.054 2.652
3 -7.6 3.469 8.530
4 -7.5 1.994 2.700
5 -7.3 4.758 8.873
Lampiran 3 Afinitas dan RMSD penambatan galangin dengan HAT PCAF (a)
rantai A (b) rantai B
(a) mode | affinity | dist from best mode
| (kcal/mol) | rmsd l.b.| rmsd u.b.
-----+------------+----------+----------
1 -7.2 0.000 0.000
2 -7.1 3.397 6.508
3 -7.0 3.618 8.039
4 -6.9 2.581 6.539
5 -6.9 1.153 2.956
Lampiran 4 Afinitas dan RMSD penambatan krisin dengan HAT PCAF (a)
rantai A (b) rantai B
(a) mode | affinity | dist from best mode
| (kcal/mol) | rmsd l.b.| rmsd u.b.
-----+------------+----------+----------
1 -7.7 0.000 0.000
2 -7.3 1.846 2.474
3 -7.3 5.764 8.440
4 -7.2 3.484 8.114
5 -7.0 1.076 2.744
(b) mode | affinity | dist from best mode
| (kcal/mol) | rmsd l.b.| rmsd u.b.
-----+------------+----------+----------
1 -8.2 0.000 0.000
2 -8.1 2.143 6.386
3 -8.0 1.515 3.608
4 -7.8 7.946 12.175
5 -7.5 2.541 5.055
Lampiran 5 Afinitas dan RMSD penambatan kuersetin dengan HAT PCAF (a)
rantai A (b) rantai B
(a) mode | affinity | dist from best mode
| (kcal/mol) | rmsd l.b.| rmsd u.b.
-----+------------+----------+----------
1 -7.5 0.000 0.000
2 -7.5 1.210 2.817
3 -6.9 2.193 7.046
4 -6.6 16.817 18.516
5 -6.3 15.285 18.735
Lampiran 6 Afinitas dan RMSD penambatan pinobanksin dengan HAT PCAF (a)
rantai A (b) rantai B
(a) mode | affinity | dist from best mode
| (kcal/mol) | rmsd l.b.| rmsd u.b.
-----+------------+----------+----------
1 -7.2 0.000 0.000
2 -7.1 3.360 6.290
3 -6.8 2.096 2.679
4 -6.8 5.801 8.633
5 -6.6 3.088 6.644
Lampiran 7 Afinitas dan RMSD penambatan pinokembrin dengan HAT PCAF (a)
rantai A (b) rantai B
(a) mode | affinity | dist from best mode
| (kcal/mol) | rmsd l.b.| rmsd u.b.
-----+------------+----------+----------
1 -7.7 0.000 0.000
2 -7.1 3.104 5.478
3 -7.1 2.546 6.382
4 -6.8 2.743 5.067
5 -6.8 5.855 8.534
Lampiran 8 Afinitas dan RMSD penambatan tektokrisin dengan HAT PCAF (a)
rantai A (b) rantai B
(a) mode | affinity | dist from best mode
| (kcal/mol) | rmsd l.b.| rmsd u.b.
-----+------------+----------+----------
1 -7.5 0.000 0.000
2 -7.4 1.931 2.717
3 -7.4 3.177 7.836
4 -7.4 5.174 8.555
5 -7.2 1.965 2.605
Densitas : 1.386g/cm3
Pinokembrin Titik didih : 511.1 °C
Titik nyala : 199.3 °C
RIWAYAT HIDUP