Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK 2

PROMOSI KESEHATAN
DENGAN MASALAH CAMPAK

DI SUSUN

OLEH:

MIYAH (195401426070)
FADILAH AMRULLAH (195401426078)
KADEK MILANITA (195401426079)
ENI SUHAENI (195401426082)
IPAH LATIFAH (195401426099)

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan segala restu serta
nikmat dan ilmu pengetahuan atas bimbingan - Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan atau tugas makalah tentang promosi kesehatan dengan tema campak dengan judul
“masalah campak” pada mata kuliah promosi kesehatan.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan besar kita Nabi
Muhammad S.A.W yang telah menuntun kita dan memberikan serta menyampaikan kepada
kita semua ajaran Rukun Iman dan Rukun Islam yang telah terbukti kebenarannya, serta
makin terus terbukti kebenarannya.
Dalam rangka untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah promosi kesehatan, penulis
membuat sebuah laporan atau makalah dengan judul campak. Penulis menyadari bahwa
dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun diharapkan dapat menyempurnakannya sehingga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca, khususnya mahasiswi kesehatan di universitas nasional, Aamin.

Jakarta, September 2019.


Penulis,
DAFTAR ISI

A. KOVER...................................................................................... 1
B. KATA PENGANTAR................................................................ 2
C. DAFTAR ISI.............................................................................. 3
D. BAB I PENDAHULUAN.......................................................... 4
a) Latar belakang................................................................ 4
b) Rumusan masalah .......................................................... 5
c) Tujuan............................................................................. 5
E. BAB II
TINJAUN PUSTAKA................................................................ 6
F. BAB III .................................................................................... 10
G. BAB IV
PEMBAHASAN....................................................................... 12
H. BAB V PENUTUP
a) kesimpulan ......................................................................... 14
b) saran.................................................................................... 14
I. DAFTAR PUSTAKA............................................................... 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit campak merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi
masalah kesehatan bayi dan anak. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus golongan
Paramyxovirus. Pada tahun 2013, di dunia terdapat145.700 orang meninggal akibat
campak,sedangkan sekitar 400 kematian setiap hari sebagian besar terjadi pada
balita(WHO, 2015).
Menurut Kemenkes RI (2015),campak merupakan penyakit endemik di negara
berkembangtermasukIndonesia. Di Indonesia, campak masih menempati urutan ke-5
penyakit yang menyerang terutama pada bayi dan balita. Pada tahun 2014 di
Indonesia ada 12.943 kasus campak. Angka inilebih tinggi dibandingkan pada tahun
2013 sebanyak 11. 521 kasus. Jumlah kasus meninggal sebanyak 8 kasus yang terjadi
di 5 provinsi yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau dan Kalimantan
Timur. Incidence rate(IR) campak pada tahun 2014 sebesar 5,13 per 100.000
penduduk.Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 4,64 per
100.000 penduduk. Kasus campak terbesar pada kelompok umur 5-9 tahun dan
kelompok umur 1-4 tahun sebesar 30% dan 27,6%.
Penyakit Campak sering menyerang anak anak balita. Penyakit ini mudah
menular kepada anak anak sekitarnya, oleh karena itu, anak yang menderita Campak
harus diisolasi untuk mencegah penularan. Campak disebabkan oleh kuman yang
disebut Virus Morbili. Anak yang terserang campak kelihatan sangat menderita, suhu
badan panas, bercak bercak seluruh tubuh terkadang sampai borok bernanah.
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan
seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan
mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan
setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita
morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka
50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester
I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan
atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal
sebelum usia 1 tahun.
Menurut Widagdo (2012), campak sangat mudah menular.
Sebesar90%penderita memiliki riwayat kontak dengan penderita lain. Penyebaran
virusterjadi melalui droplet besar dari saluran nafas, namun ada juga yang menular
melalui droplet kecil lewat udara yang dihirup. Orang yang pernah kontak dengan
penderita lain biasanya tertular setelah 14-15hari dari virus tersebut masuk (Setiawan,
2008).Masuknya virus campak pada pengungsi dengan orang-orang yang rentan
masih cukup tinggi sehingga dapat mengakibatkanKLB yang berat dengan angka
kematian yang tinggi. Sehingga riwayat kontak sangat berbahaya dan dapat
menyebabkan KLB (Chin,2006). Menurut penelitian Mujiati(2015), anak yang pernah
kontak dengan penderita campak meningkatkan 3,7 kali untuk menderita campak
dibandingkan yang tidak kontak.
Oleh karena itu penulis mengambil tema campak untuk melihat berapa banyak
kejadian campak yang terjadi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian  campak ?
2. Bagaimana etiologi,dan patofisiologi penyakit campak ?
3. Bagaimana pencegahan penyakit campak ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian  campak.
2. Untuk mengetahui etiologi, dan patofisiologi penyakit campak.
3. Agar kita mengetahui cara penularan dan pencegahan penyakit campak.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Campak
1. Definisi
Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan
oleh virus. Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini
ditularkan melalui droplet ataupun kontak dengan penderita. Penyakit ini
memiliki masa inkubasi 8-13 hari. Campak ditandai dengan gejala awal demam,
batuk, pilek, dan konjungtivitis yang kemudian diikuti dengan bercak kemerahan
pada kulit (rash). 1,7,8 Dampak penyakit campak di kemudian hari adalah
kurang gizi sebagai akibat diare berulang dan berkepanjangan pasca campak,
sindrom radang otak pada anak diatas 10 tahun, dan tuberkulosis paru menjadi
lebih parah setelah sakit campak berat.

2. ETIOLOGI
a. Menurut Wilson,Walter R, 2001
Campak disebabkan oleh pleomorphic 100-250 nm virus RNA dari family
Paramyxoviridae dan termasuk dalam genus Morbillivirus.
b. Menurut Kapita selekta Kedokteran Jilid 2
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Rubella,
oleh karena itu campak juga sering disebut Demam Rubella. Virus penyebab
campak ini biasanya hidup pada daerah tenggorokan dan saluran pernapasan.
Virus campak dapat hidup dan berkembang biak pada selaput lendir
tenggorokan, hidung dan saluran pernapasan. Anak yang terinfeksi oleh virus
campak dapat menularkan virus ini kepada lingkungannya, terutama orang-
orang yang tinggal serumah dengan penderita. Pada saat anak yang terinfeksi
bersin atau batuk, virus juga dibatukkan dan terbawa oleh udara. Anak dan
orang lain yang belum mendapatkan imunisasi campak, akan mudah sekali
terinfeksi jika menghirup udara pernapasan yang mengandung virus.
Penularan virus juga dapat terjadi jika anak memegang atau
memasukkan tangannya yang terkontaminasi dengan virus ke dalam hidung
atau mulut. Biasanya virus dapat ditularkan 4 hari sebelum ruam timbul
sampai 4 hari setelah ruam pertama kali timbul.
c. Menurut Soedarto 1990
Virus penyebab campak yaitu virus rubeola, mempunyai ukuran
diameter 140 milimikron. Virus ini tidak tahan panas (thermolabil), usia
paruhnya sekitar 2 jam pada suhu 37 derajat celcius, dan menjadi tidak aktif
pada pH dibawah 4,5. kelainan kulit berupa eksantema hanya dapat terjadi
pada manusia dan kera. Virus dapat dibiakkan pada berbagai biakan jaringan
baik, jaringan primata, nonprimata, maupun embrio ayam. In vitro, virus ini
dapat mengaglutinasi eritrosit kera rhesus dan baboon sehingga dapat dihitung
titernya. Imunitas yang terdapat sesudah menderita infeksi dengan virus
campak akan berlangsung dalam waktu yang yang lama, dan titer yang tinggi
dari anti bodi juga didapatkan pada orang dewasa.imunitas sementara akan
diperoleh dengan memberikan serum konvalesen atau gamma globulin.
Rendahnya angka kesakitan pada bayi dibawah umur 6 bulan disebabkan oleh
karena bayi mendapatkan anti bodi dari ibunya melali plasenta.
Pada campak juga menimbulkan kematian, kelainan patologik yang
terjadi disebabkan baik oleh virusnya maupun oleh infeksi sekunder oleh
bakteri, misalnya oleh pneumonia yang umumnya interstitial, tetapi juga dapat
membentuk eksudat yang purulen didalam alveoli. Virus campak sendiri
menimbulkan kelainan-kelainan pada jaringan-jaringan tonsil, faring, dan
apendiks, berupa infiltrasi sel subepitel dan sel raksasa berinti banyak (multi
nucleated giant cell). Bintik koplik yang khas didapatkan pada bagian dalam
dari pipi penderita dan mukosa lainnya didalam romgga mulut, sebenarnya
adalah akibat terjadinya infiltrasi sel-sel radang, sel mononuklear pada
kelenjar submukosa mulut dan nekrosis pada lesi vestkuler mukosa. Ruang
kulit yang terjadi pada campak merupakan hasil proliferasi sel endotel kapiler
didalam korium bersama-sama dengan terjadinya eksudasi serum dan kadang-
kadang eritrosit kedalam epidermis. Hemokonsentrasi dan albuminuria dapat
juga terjadi.

3. Patofisiologi
Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili,
familiparamyxoviridae. Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena panas, sinar, pH
asam, ether, dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari 2 jam di udara terbuka.
Virus campak ditularkan lewat droplet, menempel dan berkembang biak pada
epitel nasofaring. Virus ini masuk melalui saluran pernafasan terutama bagian
atas, juga kemungkinan melalui kelenjar air mata.
Dua sampai tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada
kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada
semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari
infeksi awal. Adanya giant cells dan proses peradangan merupakan dasar
patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan
dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel
dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and
conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk,
pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari
penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler
warna kemerahan. Virus dapat berkembang biak juga pada susunan saraf pusat
dan menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun
dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap,
berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena
pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.

4. Epidemiologi
Campak merupakan penyakit endemik di banyak negara terutama di negara
berkembang. Angka kesakitan di seluruh dunia mencapai 5-10 kasus per 10.000
dengan jumlah kematian 1-3 kasus per 1000 orang. Campak masih ditemukan di
negara maju. Sebelum ditemukan vaksin pada tahun 1963 di Amerika serikat,
terdapat lebih dari 1,5 juta kasus campak setiap tahun. Mulai tahun 1963 kasus
campak menurun drastis dan hanya ditemukan kurang dari 100 kasus pada 1998.
Di Indonesia, campak masih menempati urutan ke-5 dari 10 penyakit utama
pada bayi dan anak balita (1-4 tahun) berdasarkan laporn SKRT tahun 1985/1986.
KLB masih terus dilaporkan. Dilaporkan terjadi KLB di pulau Bangka pada tahun
1971 dengan angka kematian sekitar 12%, KLB di Provinsi Jawa Barat pada
tahun 1981 (CFR=15%), dan KLB di Palembang, Lampung, dan Bengkulu pada
tahun 1998. Pada tahun 2003, di Semarang masih tercatat terdapat 104 kasus
campak dengan CFR 0%.
5. Pencegahan
a. Pencegahan Penularan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melalui tindakan Health Promotion, baik
pada hospes maupun lingkungan dan perlindungan khusus terhadap penularan.
1) Health Promotion terhadap host.
2) Pencegahan virus campak menular melalui percikan air ludah penderita
campak
3) Mengisolasi setelah muncul rash pada 4 hari kontak agar mencegah
penularan.
b. Pencegahan Penyakit
Pencegahan penyakit campak dibagi dalam beberapa tahap sebagai berikut:
1) Bila terjadi kontak dengan penderita campak dibawah 3 hari Langsung
memberikan imunisasi campak dapat memberikan kekebalan apabila belum
timbul gejala penyakit.
2) Bila terjadi kontak dengan penderita campak setelah 3-6 hari Memberikan
imuno globulin 0,25ml/kgBB.Pada individu immuno compromized yang
diberikan adalah imuno globulin 0,5ml/kgBB dengan dosis maksimal 15
ml atau IGIV 400mg/kgBB.8
BAB III
KASUS

Pengumpulan data dilakukan melalui pemeriksaan klinis penderita campak, dan


pengambilan serum darah untuk pemeriksaan IgM campak serta pemeriksaan protein albumin
dalam serum darah. Selama 6 bulan dilakukan pengamatan terhadap 21 anak yang menderita
campak dan 21 anak yang tidak menderita campak sebagai kontrol. Berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium dari 21 serum darah responden dengan gejala klinis campak
didapatkan hasil IgM campak negatif pada semua responden. Karena gejala klinis  penyakit
campak ini menyerupai gejala klinis Rubela, maka peneliti mengadakan pemeriksaan 
laboratorium yang dilanjutkan pada pemeriksaan IgM Rubela. Pada 21 serum darah 
responden, didapatkan IgM Rubela positif sebanyak 9 responden.

Tabel 2. Diskripsi Jenis Kelamin, Umur, Kadar Albumin dan Frekuensi Kejadian Infeksi
campak Tidak campak
Status responden total
N % n %
13 6 5
12 25
Jenis kelamin : laki – laki 8 3 4
9 17
                        perempuan
Umur              : 1-5 tahun 5 2 0 0 5
                         6-10 tahun 9 4 8 3 17
                         11-14 tahun 7 3 13 6 20
Status gizi      : baik 5 2 4 1 10
                        Lebih 15 7 17 8 32
1
Frekuensi infeksi : <3 x / 3 0 0 5 2 22
bulan 21 100 16 7 20
                              ≥ 3 x / 3
bulan

Hasil analisis deskriptif untuk jenis kelamin, umur, kadar albumin dan frekuensi
kejadian infeksi dalam 3 bulan terakhir (januari-juni 2008) dikota Kediri dapat dilihat pada
tabel 2. Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar penderita campak adalah laki-laki
(62 %). Sebagian besar penderita campak (81%) mempunyai kadar albumin lebih. Gambar 1
menampilkan kadar albumin lebih dan normal menurut jenis kelamin.     
Hasil uji chi square ( table 4) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status
gizi dengan gejala klinis campak (p =1,00). Hasil uji square (table 5) menunjukkan bahwa
ada hubungan antara frekuensi kejadian infeksi dengan gejala klinis campak (p=0,048).
Besarnya resiko gejala klinis campak pada anak yang sering mengalami infeksi adalah dua
kali lipat jika dibandingkan dengan anak yang tidak sering mendapatkan infeksi.
      Tabel 4. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Gejala Klinis Campak

Status Gizi Campak Tidak Campak Total


Baik 5,(23,8%) 4(19,2%) 9,(21,4%)
Lebih 16(76,2%) 17(81,0%) 33,(78,6%)
Total 21(100%) 21(100%) 42(100%)
      P = 1,00                 OR = 0,753         95% CI =0,171-3,312

      Tabel 5. Hubungan Antara Frekuensi Kejadian Infeksi Dengan Kejadian Klinis Campak.

Status Gizi Campak Tidak Campak Total


Sering 21 (100%) 16 (6,2%) 37 (88,1%)
Tidak sering 0 (0%) 5 (23,8%) 5 (11,9%)
Total 21 (100% 21 (100%) 42 (100%)
      P = 0,048               OR = 2,213          95% CI = 1,599-3,345

BAB IV

PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui serum darah pada 21 responden
sebagai kasus dan 21 responden  sebagai responden control. Didapatkan hasil kadar protein
serum dengan nilai normal dan protein serum lebih. Hal ini menunjukkan bahwa status gizi
pada 42 responden  tersebut  baik. Keadaan ini dapat terjadi karena 80% responden berusia 6-
14 tahun, yaitu masa sekolah. Anak usia sekolah memiliki pola makan yang selalu ingin
mencoba jenis makanan baru, pemberian makanan dalam bentuk junk food baik di rumah
maupun di sekolah. Makanan tersebut banyak mengandung gula, garam, lemak dan
kolesterol, dan kebutuhan tinggi kalori pada anak memicu tingginya kadar albumin serum
( Muscari, M,2001 ).
Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  tidak ada hubungan antara  status gizi dengan
gejala  klinis campak. Hal  ini  menunjukkan  bahwa  status gizi  anak  tidak cukup mampu
untuk melawan  infeksi  virus.  Pertahanan  tubuh  terhadap  infeksi virus memerlukan
pertahanan  yang  bersifat  spesifik, sedangkan  protein  serum merupakan pertahan  tubuh
yang  bersifat  non  spesifik. Kekebalan  terhadap  infeksi virus  didasarkan pada 
pembentukan  respon   imun  terhadap  antigen  khusus  yang  terletak  pada permukaan
partikel  virus  atau sel  yang  terinfeksi oleh virus. Virus akan menimbulkan respon jaringan
yang  berbeda  dari  respon  terhadap  bakteri pathogen. Pada infeksi virus akan  terjadi
infiltrasi  sel  berinti  satu dan limfosit. Protein  yang  disandikan oleh virus, biasanya  protein
kapsid, merupakan  sasaran dari respon  imun. Sel  yang  terinveksi  oleh  virus dapat
menjadi  lisis  oleh  limfosit T sitotoksik  yang  mengenali  polipeptida-poipeptida virus  pada
permukaan  sel.  Imunitas  humoral  akan  melindungi  inang  terhadap  infeksi ulang oleh
virus yang sama (Jawetz, Melnick, Aldelberg’s, 2001).
Epidemiologi  penyakit  Campak  mempelajari  tentang  frekuensi,  penyebaran dan faktor-
faktor yang  mempengaruhinya.

2.      Frekuensi Penyakit Campak

Campak merupakan penyakit endemis, terutama di Negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia. Karena hampir semua anak Indonesia yang mencapai usia 5 tahun pernah
terserang penyakit campak, walaupun yang dilaporkan hanya sekitar 30.000 kasus pertahun.

Mortalitas/kematian kasus campak yang dirawat inap di  Rumah Sakit pada tahun 1982
adalah sebesar 73 kasus kematian dengan angka fatalitas kasus atau case fatality rate (CFR)
sebesar 4,8%. Kemudian  pada tahun 1984-1988 berdasarkan studi kasus di rawat inap di
rumah sakit terjadi peningkatan kasus pada bulan maret,dan mencapai puncak pada bulan
mei,agustus,September dan oktober. Dengan menunjukkan proporsi yang terbesar dalam
golongan umur balita dengan perincian 17,6% berumur<1 tahun, 15,2% berumur 1 tahun,
20,3% berumur 2 tahun, 12,3% berumur 3 tahun dan 8,2% berumur 4 tahun. Wabah terjadi
pada kelompok anak yang rentan terhadap campak,yaitu daerah dengan populasi balita
banyak mengidap gizi buruk dan daya tahan tubuh yang lemah serta daerah dengan cakupan
imunisasi yang rendah.
Distribusi kelompok umur pada KLB umumnya terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun dan 5-
9 tahun, dan pada beherapa daerah dengan cakupan imunisasi tinggi dan merata cenderung
bergeser pada kelompok umur yang lebih tua (10-I4 tahun). Selanjutnya kasus campak
mengalami penurunan sebesar 80% pada tahun 1996 (16 kematian,CFR 0,6%).
Faktor-faktor yang  menyebabkan  tingginya kasus Campak pada balita di suatu
daerah adalah : Status Imunisasi, Status Gizi, Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan dan
tingkat pengetahuan orangtua tentang penyakit campak
 

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Campak  ialah penyakit infeksi virus akut, menular, secara epidemiologi
merupakan penyebab utama kematian terbesar pada anak. Menurut etiologinya campak
disebabkan oleh virus RNA dari family paramixoviridae, genus Morbilivirus , yang
ditularkan secara droplet. Gejala klinis campak terdiri dari 3 stadium, yaitu stadium
kataral, stadium erupsi dan stadium konvalesensi. Campak dapat dicegah dengan
melakukan imunisasi secara aktif, pasif dan isolasi penderita. Serta pada Technical
Consultative Groups (TGC) Meeting di Dakka Bangladesh tahun 1999, menetapkan
bahwa reduksi campak di Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan
Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada tahap ini terjadi penurunan kasus dan kematian yang
tajam, dan interval terjadinya KLB relative lebih panjang

B. SARAN
Kita harus menerapkan pola hidup sehat, utamanya untuk anak dan balita perlu
mendapatkan asupan gizi yang cukup sehingga status gizi anak pun menjadi lebih baik.
Selalu menjaga kebersihan dengan selalu mencuci tangan anak sebelum makan.
Jika  anak  belum  waktunya  menerima  imunisasi  campak, atau karena hal tertentu
dokter menunda pemberian imunisasi campak (MMR), sebaiknya anak tidak berdekatan
dengan anak lain atau orang lain yang sedang demam dan jika sudah terkena penyakit ini
sebaiknya secepatnya berobat dan jika dalam kondisi yang lebih akut sebaiknya perlu
dirujuk ke rumah sakit.
Untuk para orangtua jangan mengabaikan vaksinasi untuk anak  karena anak atau
balita yang tidak mendapat imunisasi campak memiliki resiko 5 kali lebih besar untuk
terkena penyakit campak dibanding dengan anak atau balita yang mendapat imunisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001. Keperawatan medikal Bedah. EGC : Jakarta

Donna L. Wong. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC : Jakarta

Kapita selekta Kedokteran Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius.


Nelson. 1999. Ilmu Keperawatan Anak

Nelson, 2000. Ilmu Kesehatan Anak Vol 2. Jakarta. EGC

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Rampengan, T. H. 1993. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: EGC.

Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu KEsehatan Anak  FKUI.
Jakarta

Hasan, R. (1998). Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta : Percetakan Informedika.

Hasan, R. (1997). Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta : Percetakan Informedika.

Hidayat, alimul azis. (2006). Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta: Salemba
Medika

Ngastiyah. (2005). Perawatan anak sakit. (ed 2). Jakarta : EGC.

Saripudin. Yuliani, R. (2010). Asuhan keperawatan pada anak (Ed. 2nd). Jakarta :
CV. Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai