Anda di halaman 1dari 104

LAPORAN AKHIR

STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG A RS X

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Program Pendidikan Profesi Ners


Stase Manajemen Keperawatan

Dosen Pengampu : Wahyu Rochdiat M.,S.Kep.,Ns.,M.Kep.Sp.Kep.J

OLEH KELOMPOK J

1. Khairil Anwar(19160104)
2. Ni Luh Pebri Musiani (19160012)
3. Desi Anggraini (19160051)
4. Komang Eka Tresnawati (19160077)
5. Polycarpus Tangkoda (19160063)
6. Devy Yuanita Lestari (19160139)
7. Lili Kurniasih (19160023)
8. Friskander Simamora (19160141)

PROGRAM PENDIDIKANPROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu
memberikan hikmat, kekuatan, kemampuan, dan kelancaran pada kami sehingga kami dapat
menyusun laporan akhir pada stase manajemen di ruang A Rumah Sakit X . Pada kesempatan
ini kami menyampaikan terimakasih kepada :

1. Deden Iwan S, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku ketua Program Studi Pendidikan Profesi
NersUNRIYO
2. Listyana Natalia R., S.Kep., NS., MSN, selaku koordinator Stase Manajemen Program
Pendidikan Profesi NersUNRIYO
3. Wahyu Rochdiat M.,S.Kep.,Ns.,M.Kep.Sp.Kep.J selaku pembimbing akademik Stase
Manajemen Program Pendidikan Profesi NersUNRIYO
4. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moral maupun material yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, namun kami
sangat berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak yang terkait.

Yogyakarta, 1 Mei 2020

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI ……………............................................................................. iii
DAFTAR TABEL…………......................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Waktu dan Tempat................................................................................ 2
C. Tujuan…………................................................................................... 3
D. Cara Pengumpulan Data ….................................................................. 3
E. Kategori Umum Penilaian..................................................................... 3
F. Peserta Didik………………................................................................. 3
BAB II HASIL PENGKAJIAN
A. Unsur Input.......................................................................................... 4
1. Man……………............................................................................ 4
2. Money............................................................................................ 12
3. Methode......................................................................................... 13
4. Machine dan Material.................................................................... 28
B. Unsur Proses......................................................................................... 34
1. Standar Manajemen Keperawatan................................................. 34
2. Standar Asuhan Keperawatan....................................................... 58
a. Instrumen A............................................................................ 58
b. Instrumen B............................................................................ 64
c. Instrumen C............................................................................ 67
d. Universal Precautions Dan Pasien Safety............................... 71
C. Unsur Output....................................................................................... 90
BAB III MASALAH
A. Identifikasi Masalah.............................................................................. 93
B. Prioritas Masalah................................................................................... 100
C. Plan of Action........................................................................................ 101
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.......................................................................................... 127
B. Saran.................................................................................................... 127
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Distribusi Jumlah Pasien Rawat Inap Ruang A RS X Periode Januari 2019-
Desember 2019
Tabel 2.2 Distribusi 10 Kasus Terbesar di Ruang A RS X Periode Bulan Januari 2019-
Desember 2019
Tabel 2.3 Rekapitulasi Data Mahasiswa Praktik di Ruang A RS.X Periode Januari
2019-Desember 2019
Tabel 2.4 Jumlah Jam Efektif Perhari di Ruang A RS X
Tabel 2.5 Jumlah Tenaga Perawat yang DIbutuhkan Berdasarkan Ketergantungan
(Formula Douglas)
Tabel 2.6 Jumlah Ketergantungan Asuhan Keperawatan Ruangan Persift tanggal 29
April- 4 Mei 2019
Tabel 2.7 Jumlah Ketergantungan Asuhan Keperawatan Ruangan Perhari Tanggal 29
April- 4 Mei 2019
Tabel 2.8 Distribusi Perawat Bedasarkan Pendidikan dan Pelatihan
Tabel 2.9 Cara Pembayaran Pasien di Ruang A RS X
Tabel 2.10 Standar Asuhan Keperawatan (SAK) di Ruang A RS X
Tabel 2.11 Standar Operasional Prosedur Hak Pasien dan Keluarga Ruang RS X
Tabel 2.12 Standar Prosedur Operasional PPI RS X
Tabel 2.13 Standar Prosedur SKK I RS X
Tabel 2.14 Standar Prosedur Operasional SKP 2 RS X
Tabel 2.15 Standar Prosedur Operasional SKP 3 RS X
Tabel 2.16 Standar Prosedur Operasional SKP 4 RS X
Tabel 2.16 Standar Prosedur Operasional SKP 5 RS X
Tabel 2.16 Standar Prosedur Operasional SKP 6 RS X
Tabel 2.17 Standar Operasional Asesmen Pasien Rawat Inap RS X
Tabel 2.18 Standar Prosedur Operasional Pelayanan Pasien RS X
Tabel 2.19 Standar Prosedur Operasional Akses Ke Playanan Dan Kontinuitas Pelayanan RS
Tabel 2.20 Standar Prosedur Operasional Manajemen & Penggunaan Obat (MPO):Pelayanan
Obat RS X
Tabel 2.21 Standar Prosedur Operasional Manajemen & Penggunaan Obat (MPO):Pelayanan
Obat RS X
Tabel 2.22 Standar Prosedur Operasional Daftar SPO DAN MPO RS X
Tabel 2.23 Standar Prosedur Operasional Manajemen Dan Penggunaan Obat (MPO):
Emergency Kit RS X
Tabel 2.24 Daftar Standar Prosedur Operasional PPK RS X
Tabel 2.25 Standar Prosedur Operasional Keperawatan Dan Kebidana RS X
Tabel 2.26 Intervensi Alat Medik Ruang A RS X Tahun 2019
Tabel 2.27 Intervensi Fasilitas Mesin di Ruang A RS X Tahun 2019
Tabel 2.28 Intervensi Alat Linen Di Ruang A RS X
Tabel 2.29 Intervensi Blangko Di Ruang RS X Thaun 2019
Tabel 2.30 Intervensi Buku Bantu Ruang A RS X Tahun 2019
Tabel 2.31 Intervensi Alat Rumah Tangga Di Ruang A RS X Tahun 201
Tabel 2.32 Observasi Tugas Kepala Ruang Keperawatan Di Ruang A RS X(3hari
observasi,tgl30 Feb,dan 3 Mei 2019)
Tabel 2.33 Observasi Pelaksanaan Tugas PN Di Dalam Sistem Asuhan Keperawatan dengan
Model Primer Modifikasi Di Ruang A RS X

iv
Tabel 3.34 Observasi Pelaksanaan Tugas PN Di Dalam Sistem Asuhan Keperawatan dengan
Model Primer Modifikasi Di Ruang A RS X
Tabel 2.35. Observasi Pelaksanaan Tugas AN Dalam Sistem Asuhan Keperawatan dengan
Metode Primer Modifikasi Di Ruang A RS X
Tabel 2.36 Observasi Hubungan Profesional Antara Staf Keperawatan dengan Pasien Dalam
Sistem Asuhan Keperawatan Di Ruang A RS X (3 hari Observasi,tgl 30 Feb.2,dan
3 Mei 2019) (Skala Guttman: Ya=1,Tidak -0)
Tabel 2.37 Observasi Dan Wawancara Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan yang
dapat menjamin Asuhan Keperawatan Di Ruang A RS X
Tabel 2.38 Observasi Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan Dengan Dokter/ TIM
Kesehatan lain Di Ruang A RS X
Tabel 2.39 Observasi Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga ( Operan ) Di Ruang A RS X
Tabel 2.40 Observasi Pelaksanaan MeetingMorning Di Ruang A RS X
Tabel 2.41 Observasi Pelaksanaan Pre Confrence Di Ruang A RS X
Tabel 2.42 Observasi Pelaksanaan Post Conference Di Ruang A RS X
Tabel 2.43 Pelaksanaan Pemberian Informasi Pasien Baru (IPB) Di Ruang RS X
Tabel 2.44 Kajian Pengawasan 3 hari (tgl 30 Feb.2,dan 3 Mei 2019) Di Ruang RS X
Tabel 2.45 Hasil Observasi Total Penerapan MPKP di Ruang A RS X
Tabel 2.46 Hasil Observasi Dokumentasi Keperawatan dengan Instrumen A Di Ruang A RS
Tabel 2.47 Nilai Rata-rata Instrumen A Di RS X (n:6)
Tabel 2.48 Observasi Kepuasan Kerja Perawat Aplikasi Kebutuhan A Maslow Nursalam Di
Ruang A RS X
Tabel 2.49 Hasil Observasi Mutu Asuhan Keperawatan : Bedasarkan Persepsi Pasien
Terhadap Mutu Pelayanan Di Ruang A RS X
Tabel 2.50 Pelaksanaan pengukuran suhu tubuh axila
Tabel 2.51 Observasi pelaksanaan Injeksi
Tabel 2.52 Observasi tindakan keperawatan mengganti alat tenun kotor (
Tabel 2.53 Hasil observasi pelaksanaan mencuci tangan bagi perawat Di Ruang A RS X
Tabel 2.54 Hasil observasi pelaksanaaan memakai masker Di Ruang A RS X
Tabel 2.55 Pelaksanaan melepas masker Di Ruang A RS X
Tabel 2.56 Observasi Pengelolaan Sampah Di Ruang A RS X
Tabel 2.57 Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Benda Tajam
Tabel 2.58 Pelaksanaan 6 Patient Safety di Ruang A RS X Tanggal 29 April – 1Mei 2019 “
Ketetapan Identifikasi Pasien” (n=6)
Tabel 2.59 Pelaksanaan 6 Patient Safety di Ruang A RS X Tanggal 29 April – 1Mei 2019
“Meningkatkan Komunitas Efektif” (n=6)
Tabel 2.60 Pelaksanaan 6 Patient Safety di Ruang A RS X Tanggal 29 April – 1Mei 2019
“Mengurangi Kesehatan Pemberian Obat” (n=6)
Tabel 2.61 Pelaksanaan 6 Patient Safety di Ruang A RS X Tanggal 29 April – 1Mei 2019
“Pengurangan Resiko Infeksi” (n=6)
Tabel 2.62 Pelaksanaan 6 Patient Safety di Ruang A RS X Tanggal 29 April – 7Mei 2019
“Mengurangi Resiko Pasien Jatuh” (n=6)
Tabel 2.63 Pelaksaan 6 Patient Safety Di Ruang A RS X
Tabel 2.64 Indikator Efesiensi Ruangan Standar Depkes
Tabel 2.65 Indikator Efisiensi Ruang A RS Tahun 2019
Tabel 3.1 Identifikasi Masalah Input
Tabel 3.2 Identifikasi Masalah Proses
Tabel 3.3 Identifikasi Masalah Output
Tabel 3.4 Langkah –Langkah Mennentukan Skoring Masalah

v
DAFTAR GAMBAR

1. Gambar Bagan Struktur Organisasi………………………………………. 16

vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2018) rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan gawat darurat.
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tanggal 28
Oktober 2009 tentang rumah sakit, menyebutkan bahwa rumah sakit umum adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawwat darurat serta memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan
jenis penyakit.
Rumah sakit dibentuk karena tuntutan kebutuhan masyarakat yang semakin
kompleks, karena masyarakat mulai menyadari arti pentingnya kesehatan. Semakin
kritisnya masyarakat sekarang, menuntut sebuah rumah sakit harus dapat
memberikan pelayanan yang baik sehingga sangat diperlukannya manajemen yang
baik agar pelayanan yang diberikan bisa semaksimal mungkin.
Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan, yang dilaksanakan
di sarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen pelayanan perawatan.
Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu proses perubahan atau
transformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapaitujuan.
Dalam topik management pelayanan rumah sakit, ilmu menejemen pada
dasarnyya dibutuhkan pada semua tipe kegiatan organisasi dimana semua orang
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama di dalam organisasi tersebut.
Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah.
Manajemen juga merupakan proses pengumpulan dan mengorganisasi sumber-
sumber dalam mencapai (melalui kerja orang lain) yang mencerminkan dinamika
suatu organisasi. (Kuntoro,2010).
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan kegiatan melalui orang lain.
Kegiatan manajemen keperawatan mengacu pada konsep manajemen secara umum,
dengan menggunakan pendekatan fungsi-fungsi manajemen meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan (pengawasan dan Evaluasi).
Manajemen pelayanan keperawatan berfokus pada komponen 5 M (Man, Money,
Material, Method, Machine) (Kuntoro, 2010).
Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk
memberikan pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manager
keperawatan adalah merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi
1
keuangan yang ada, peralatan dan sumber daya manusia untuk memberikan
pengobatan yang efektif dan ekonomis kepada pasien (Gillies, 2000 dalam
Nursalam, 2017). Keempat fungsi tersebut saling terkait serta saling berhubungan
dan memerlukan ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan antar manusia dan
konseptual yang mendukung tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu,
berdaya guna dan bermanfaat kepada klien. Dengan alasan tersebut, manajemen
keperawatan perlu mendapat perhatian dan prioritas utama dalam pengembangan
keperawatan di masa depan. Hal tersebut berkaitan dengan tuntutan profesi dan
tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan
secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi (Nursalam,
2017).
Sistem pemberian asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien di ruang
A RS X menggunakan Metode Modifikasi Tim Primer, pada metode ini pemberian
asuhan keperawatan yang dipimpin oleh seorang perawat profesional dan
beranggotakan sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Sekelompok
pasien nantinya dikelola oleh sekelompok perawat selama dirawat di RS.
Berdasarkan uraian diatas maka dibutuhkan sebuah analisa kajian studi
tentang proses manajemen keperawatan yang berlangsung di Ruang A RS X,
sehingga dapat menerapkan keterampilan menejerial yang didapatkan di akademisi
serta mengaplikasikannya di klinis, salah satunya dengan mengikuti stase
manajemen keperawatan.
Mata ajar manajemen keperawatan termasuk mata kuliah khusus dan
merupakan bagian yang terintegrasi dari kelompok Ilmu Keperawatan Dasar.
Penerapan mata ajar ini pada keperawatan berfokus pada penerapan konsep dan
prinsip kepemimpinan dan manajemen keperawatan di dalam tatanan pelayanan
kesehatan khususnya di ruang rawat, rumah sakit secara nyata. Mata ajar manajemen
tahap profesi ini tidak hanya menekan proses pembelajaran mahasiswa agar
menguasai ranah, domain kognitif, tetapi juga memberikan penekanan yang sama
pada ranah psikomotor dan afektif. Oleh karena itu, proses pengalaman belajar
meliputi: diskusi dan pengalaman praktek klinik.
Mahasiswa program pendidikan profesi ners stase manajemen keperawatan
fakultas ilmu kesehatan Universitas Respati Yogyakarta (UNRIYO) di tuntut untuk
dapat mengaplikasikan dan menganalisis dengan proses manajemen.
B. Waktu dan Tempat
Tempat praktek mahasiswa Program Profesi Ners stase Manajemen Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan UNRIYO dilaksanakan di ruang A RS X berlangsung mulai
tanggal 30 Maret – 1 Mei 2020

2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan kegiatan praktik manajemen keperawatan mahasiswa mampu
menerapkan konsep dan prinsip manajemen keperawatan pada unit pelayanan
kesehatan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di Ruang A RS X
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan di ruang A RS X mahasiswa
mampu:
a. Mengidentifikasi masalah di data hasil pengkajian yang berhubungan dengan
pelayanan keperawatan di ruang A RS X yang berhubungan dengan fungsi Asuhan,
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, danpengendalian.
b. Menentukan penyebab masalah berdasarkan masalah yangmuncul
c. Menentukan prioritas masalah berdasarkan hasil identifikasimasalah
D. Cara Pengumpulan Data
Data sudah diberikan dalam bentuk kasus, tinggal menganalisis dari data yang ada di
kasus untuk mecari masalah dalam manajemen keperawatan di ruang A RS X
E. Kategori Umum Penilaian
Setelah masing – masing data didapatkan kemudian akan diberi penilaian dengan
menggunakan presentase lalu ditafsirkan dengan kalimat-kalimat kualitatif yaitu kriteria
baik (76-100%), kriteria cukup (56-75%), kriteria kurang (<55%) (Arikunto, 2006 dalam
Nursalam 2017).
F. Peserta Didik
Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Respati Yogyakarta angkatan XII Kelompok J dengan anggota:
1. Khairil Anwar (19160104)
2. Ni Luh Pebri Musiani (19160012)
3. Desi Anggraini (19160051)
4. Komang Eka Tresnawati (19160077)
5. Polycarpus Tangkoda (19160063)
6. Devy Yuanita Lestari (19160139)
7. Lili Kurniasih (19160023)
8. Friskander Simamora (19160141)

3
BAB II
HASIL PENGKAJIAN

A. Unsur Input
1. Man
a. Pasien
1) Kajian teori
Tujuan dari program pengalokasian personil adalah untuk mengetahui
jumlahh perawat yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan tepat
sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang efektif ke klien (Gillies,
1998 dalam Nursalam, 2017)
2) Kajian data
Tabel2.1 Distribusi Jumlah Pasien Rawat Inap Ruang A RS X
Periode Januari 2019 - Desember 2019
Bulan Jumlah %
Januari 2019 93 8,72
Februari 2019 93 8,72
Maret 2019 92 8,62
April 2019 91 8,53
Mei 2019 74 6,94
Juni 2019 79 7,40
Juli 2019 80 7,50
Agustus 2019 94 8,81
September 2019 100 9,37
Oktober 2019 102 9,56
November 2019 90 8,43
Desember 2019 79 7,40
1067 100,00
Sumber : Data Primer
Analisa Data
Berdasarkan tabel di atas jumlah pasien di ruang A RS X dari Bulan Januari
2019-Desember 2019 menunjukkan jumlah kunjungan terbanyak pada bulan
Oktober 2019 yaitu 102 orang (9,56%) dan jumlah kunjungan terendah pada
bulan Mei 2019 yaitu sebanyak 74 orang (6,94%)
3) Distribusi pasien berdasarkan jumlah penyakit
Sepuluh kasus teratas atau kasus yang paling sering terjadi di ruang A RS X
selama tahun 2019 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Distribusi 10 Kasus Terbesar di Ruang A RS.X
Periode Bulan Januari – Desember 2019
Jenis Penyakit Jumlah Persentase
Single spontaneous delivery, unspecified 68 25,56%
Obstructed labour due to fetopelvic disproportion, 43 16,16%
Cerebral infarction, unspecified 27 10,15%
Gastroenteritis and colitis of unspecified origin 24 9,02%
Congestive Heart Failure (CHF) 22 8,3%
Pneumonia, unspecified 21 7,89%

4
Jenis Penyakit Jumlah Persentase
Premature rupture of membranes, unspecified 17 6,39%
Partus dg Presentasi Bokong 16 6,01%
Delivery by RE elective caesarean section 14 5,26%
Urinary tract infection, site not specified 14 5,26%
TOTAL 266 100
Sumber : Data Sekunder
Analisa Data
Berdasarkan hasil distribusi sepuluh penyakit terbanyak di Ruang rawat A
RS X pada tahun 2019 yaitu Single spontaneous delivery, unspecified dengan 68
kejadian (25,56%), Obstructed labour due to fetopelvic disproportion dengan 43
kejadian (16,16%), Cerebral infarction, unspecified dengan 27 kejadian
(10,15%), Gastroenteritis and colitis of unspecified origin dengan 24 kejadian
(9,02%) dan Congestive Heart Failure (CHF) dengan 22 kejadian (8,3%).
Berdasarkan data diatas, sepuluh penyakit terbanyak ruang rawat inap sudah
sesuai dengan kriteria ruangan yang merawat pasien dengan kasus penyakit
dalam. Dari 10 besar kasus penyakit diruangan dapat digunakan sebagai dasar
dalam membuat asuhan keperawatan..
b. Mahasiswa Praktikan
1) Kajian Teori
Sebagai profesi keperawatan dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual,
interpersonal, kemampuan teknis dan moral. Hal ini bisa ditempuh dengan
meningkatkan kualitas perawat melalui pendidikan lanjut pada program
pendidikan Ners (Nursalam, 2007).
Program profesi merupakan suatu proses sosialisasi peserta didik dalam
mendapatkan pengalaman nyata untuk mencapai kemampuan keterampilan
profesional yaitu intelektual, sikap dan teknik dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien. Berdasarkan kurikulum pendidikan tinggi keperawatan,
maka program profesi memiliki tujuan mempersiapkan mahasiswa melalui
penyesuaian profesional dalam bentuk pengalaman belajar klinik dan lapangan
secara komprehensif dengan menggunakan tatanan pelayanan nyata di rumah
sakit, puskesmas, panti dan komunitas (Nursalam, 2007).
Program profesi merupakan proses transformasi dari mahasiswa menjadi
seorang perawat profesional. Dengan kata lain, peserta didik akan memiliki
perilaku sebagai perawat profesional setelah program profesi. Dalam fase ini,
mahasiswa mendapat kesempatan pada perannya sebagai perawat profesional
dalam masyarakat keperawatan lingkungan pelayanan/asuhan keperawatan
(Nursalam, 2012). Dalam praktik keperawatan tidak hanya untuk S1-

5
Keperawatan atau Profesi Ners saja, namun ada pendidikan D-III Keperawatan
juga.
2) Kajian Data
Tabel 2.3Rekapitulasi Data Mahasiswa Praktik Di Ruang A RS X Periode
Januari-Desember 2019
Program Presentase
No Nama Institusi Jumlah
Studi Praktik
1 Ahmad Yani Profesi Ners 8 57,15%
2 Universitas Respati Yogyakarta Profesi Ners 6 42,85%
Total 14 100%
Analisa Data
Berdasarkan tabel di atas, presensi mahasiswa yang praktek di ruang A RS X
tahun 2019 berjumlah 14 mahasiswa. Jumlah terbanyak mahasiswa praktik di
ruang rawat inap semar pada tahun 2019 yaitu yang berasal dari institusi Ahmad
Yani yaitu sebesar mahasiswa (57,15%). Dari data tersebut menunjukan bahwa
ruang A RS X merupakan salah satu ruangan yang digunakan untuk praktik
mahasiswa.
Berdasarkan data dari lembaga Akreditasi Profesi LAM PTKes tahun 2012
mengatakan bahwa standar perbandingan antara CI (Pembimbing Klinik) dengan
mahasisiwa praktik adalah 1 : 5-8. Yang dimaksud dengan 1: 5-8 adalah 1 CI
(Pembimbing Klinik) membimbing 5-8 mahasiswa praktik.
c. Perawat
1) Kuantitas Tenaga Perawat
a) Perhitungan Ketenagaan Perawat
(1) Berdasarkan Formula Gilles
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitaif berdasarkan formula Gilles
dapat dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut:
A X B x 365
Tenaga Perawat =
kerja
( 365−C ) x jam
hari
Keterangan:
A : Jam efektif/24 jam
B : Sensus harian (jumlah pasien)  BOR x TT
C : Jumlah hari libur
365 : Jumlah hari selama setahun

Tabel 2.4 Jumlah Jam Efektif Perhari di Ruang A RS X


1. 29 April 2019
Self Care 3,25 jam / 24 jam 0 0 x 3.25 0
Intermediate 4,25 jam / hari 6 6 x 4,25 25,2
Total Care 5,25 jam / hari 1 1 x 5,25 5,25
30,45/7 pasien

6
Hari 1 4,35 jam/hari
2. 30 April 2019
Self Care 3,25 jam / 24 jam 0 0 x 3,25 0
Intermediate 4,25 jam / hari 8 8 x 4,25 34
Total Care 5,25 jam / hari 1 1 x 5,25 5,25
39,25/9 pasien
Hari 2 4,36 jam/hari
3. 01 Mei 2019
Self Care 3,25 jam / 24 jam 1 1 x 3,25 3,25
Intermediate 4,25 jam / hari 6 6 x 4,25 25,2
Total Care 5,25 jam / hari 1 1 x 5,25 5,25
33,7/8 pasien
Hari 3 4,21 jam/hari
4. 02 April 2019
Self Care 3,25 jam / 24 jam 3 3 x 3,25 9,75
Intermediate 4,25 jam / hari 6 6 x 4,25 25,5
Total Care 5,25 jam / hari 2 2 x 5,25 10,5
45,75/11 pasien
Hari 4 4,15 jam/hari
5. 03 April 2019
Self Care 3,25 jam / 24 jam 2 2 x 3,25 6,5
Intermediate 4,25 jam / hari 9 9 x 4,25 38,25
Total Care 5,25 jam / hari 2 2 x 5,25 10,5
55,25/13 pasien
Hari 5 4,25 jam/hari
6. 04 April 2019
Self Care 3,25 jam / 24 jam 1 1 x 3,25 3,25
Intermediate 4,25 jam / hari 5 5 x 4,25 21,25
Total Care 5,25 jam / hari 2 2 x 5,25 10,5
35/8 pasien
Hari 6 4,37 jam/hari
Jamefektif perhari diruang A RS X (A)
Hari 1 sd 6 4,35+ 4,36+4,21+ 4,15+4,25+ 4,37 25,69
¿ ¿ ¿ ¿ 4,28
6 6 6
jam/hari
BOR ruang A RS X = 60,2%
Jumlah tempat tidur = 15 tempat tidur
Sensus harian (B) = 60,2% x 15 = 9,03 pasien 10
pasien
Jumlah hari libur pertahun (C) = 52 minggu + 4 cuti + 16 libur
= 72 hari libur
Kebutuhan ketenagaan perawat berdasarkan Gillies:
A X B x 365
Tenaga Perawat ¿
( 365−C ) x jam kerja/hari
4,28 X 10 x 365
¿
( 365−72 ) x 7

7
15.622
¿
2.051
= 7,61 8 perawat
Analisa Data
Kebutuhan tenaga perawat ruang A RS X menurut formula Gillies
yaitu 8 perawat sedangkan jumlah total perawat di ruang A RS X yaitu 15
orang perawat. Dapat disimpulkan bahwa terjadi kelebihan tenaga
perawat di ruang A RS X berdasarkan perhitungan formula Gillies.
(2) Berdasarkan Formula Douglas
Douglas (1984) menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam
suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masing masing
kategori mempunyai nilai standar per shift nya, jika diimplikasikan di
ruang A RS X dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 2.5 Jumlah Tenaga Perawat yang Dibutuhkan Berdasarkan Ketergantungan
(Formula Douglas)

Jumlah Jumlah Jumlah


Klasifikasi Jumlah Jumlah Jumlah
Pasien Pasien Pasien Rata-
Shift Pasien Pasien Pasien
Rata Total
29/04/ 30/04/ 01/04/ 02/04/ 03/04/ 04/04/
Hari Jumlah
2019 2019 2019 2019 2019 2019
Minimal 0 x 0,17 0 x 0,17 1 x 0,17 3 x 0,17 2 x 0,17 1 x 0,17 1,15/6 2,53
=0 =0 = 0,17 = 0,3 = 0,51 = 0,17 = 0,19
Intermediate 6 x 0,27 8 x 0,27 6 x 0,27 6 x 0,27 9 x 0,27 5 x 0,27 10,8 /6
Pagi
= 1,62 = 2,16 = 1,62 = 1,62 = 2,43 = 1,35 = 1,8
Maksimal 1 x 0,36 1 x 0,36 1 x 0,36 2 x 0,36 2 x 0,36 2 x 0,36 3,24/6
= 0,36 = 0,36 = 0,36 = 0,72 = 0,72 = 0,72 = 0,54
Minimal 0 x 0,14 0 x 0,14 1 x 0,14 3 x 0,14 2 x 0,14 1 x 0,14 0,98/6 1,62
=0 =0 = 0,14 = 0,42 = 0,28 = 0,14 = 0,16
Intermediate 6 x 0,15 8 x 0,15 6 x 0,15 6 x 0,15 9 x 0,15 5 x 0,15 6/6 = 1
Sore
= 0,9 = 1,2 = 0,9 = 0,9 = 1,35 = 0,75
Maksimal 1 x 0,30 1 x 0,30 1 x 0,30 2 x 0,30 2 x 0,30 2 x 0,30 2,7/6 =
= 0,3 = 0,3 = 0,3 = 0,6 = 0,6 = 0,6 0,46
Minimal 0 x 0,07 0 x 0,07 1 x 0,07 3 x 0,07 2 x 0,07 1 x 0,07 0,49/6 1.04
=0 =0 = 0,07 = 0,21 = 0,14 = 0,07 = 0,08
Intermediate 6 x 0,10 8 x 0,10 6 x 0,10 6 x 0,10 9 x 0,10 5 x 0,10 4/60 =
Malam
= 0,6 = 0,8 = 0,6 = 0,6 = 0,9 = 0,5 0,66
Maksimal 1 x 0,20 1 x 0,20 1 x 0,20 2 x 0,20 2 x 0,20 2 x 0,20 1,8/6 =
= 0,2 = 0,2 = 0,2 = 0,4 = 0,4 = 0,4 0,3

Rata-rata perawat jaga:


Pagi =2,53  3 perawat
Sore = 1,62  2 perawat
Malam = 1,04  2 perawat
Jumlah perawat jaga/24 jam (A) =3+2+2
= 7 perawat
Perawat libur dan cuti (B) = 1/3 jumlah perawat jaga
= 2,33  3 perawat

8
Total kebutuhan perawat = A + B + karu
=7+3+1
= 11 perawat
Analisa Data
Kebutuhan tenaga perawat ruang A RS X menurut formula
Douglas yaitu 11 perawat sedangkan jumlah total perawat di ruang A RS
X yaitu 15 orang perawat. Dapat disimpulkan bahwa terjadi kelebihan
tenaga perawat di ruang A RS X berdasarkan perhitungan formula
Douglas.
(3) Berdasarkan Formula Depkes
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitaif berdasarkan formula
Depkes dapat dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut:
Jumlah jam perawatan ruangan/hari
Tenaga Perawat =
Jamefektif perawat
Keterangan:
Jumlah jam perawatan di ruangan/hari adalah jam perawatan untuk
seluruh pasien dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan pasien
sebagai berikut:
Askep minimal : 2 jam/hari
Askep sedang : 3,08 jam/hari
Askep agak berat : 4,15 jam/hari
Askep maksimal : 6,16 jam/hari
Tabel2.6 Jumlah KetergantunganAsuhan Keperawatan Ruangan Persift
tanggal 29 April – 4 Mei 2019

Jumlah Jumlah Jumlah


Klasifikasi Jumlah Jumlah Jumlah
Pasien Pasien Pasien
Shift Pasien Pasien Pasien
29/04/201 30/04/201 01/04/201 03/04/201
Hari 02/04/2019 04/04/ 2019
9 9 9 9
Minimal 0 0 1 3 1 2
Sedang 6 8 5 6 9 5
Pagi
Agak Berat 0 0 1 1 1 0
Maksimal 1 1 1 1 2 1
Minimal 0 0 1 3 1 2
Sedang 6 8 5 6 9 5
Sore
Agak Berat 0 0 1 1 1 0
Maksimal 1 1 1 1 2 1
Minimal 0 0 1 3 1 2
Sedang 6 8 5 6 9 5
Malam
Agak Berat 0 0 1 1 1 0
Maksimal 1 1 1 1 2 1

Tabel2.7 Jumlah Ketergantungan Asuhan Keperawatan Ruangan Perhari


Tanggal 29 April – 4 Mei 2019

9
Hari Klasifikasi
Minimal Sedang Agak Berat Maksimal
29 Mei 2019 0 6 0 1
30 April 2019 0 8 0 1
01 Mei 2019 1 5 1 1
02 Mei 2019 3 6 1 1
03 Mei 2019 1 9 1 2
04 Mei 2019 2 5 0 1
 7 39 3 7
Rata-Rata 1,16 6,5 0,5 1,16
1,16 x 2 = 6,5 x 3,08 = 0,5 x 4,15 = 1,16 x 6,16
 Jam Perawatan
2,32 20,2 2.07 = 7,14

Jumlah jam perawatan ruangan/hari = 2,32 + 20,2 + 2,07 + 7,14


= 31,73 jam
Kebutuhan tenaga (A) =

Jumlah jam perawatan ruangan/hari


Jam efektif perawat
31,73
=
7
= 4,5
Untuk perhitungan jumlah tenaga perlu ditambah faktro koreksi:
- Menambah perawat libur (loss day)
- Tugas non keperawatan
Loss day (B)
Jumlah hari minggu+cuti+libur nasional
= x Jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerjaefektif
72
= x 4,5
293
= 1,1
Tugas non Keperawatan (C) = (A + B) x 25%
= (4,5 + 1,1) x 25%
= 1,4
Jadi jumlah kebutuhan tenaga seluruhnya =A+B+C
= 4,5 + 1,1 + 1,4
= 7 orang
Analisa Data
Kebutuhan tenaga perawat ruang A RS X menurut formula Depkes
yaitu 7 perawat sedangkan jumlah total perawat di ruang A RS X yaitu 15
orang perawat. Dapat disimpulkan bahwa terjadi kelebihan tenaga
perawat di ruang A RS X berdasarkan perhitungan formula Depkes.

10
2) Kualitas Tenaga Perawat
Tabel 2.8 Distribusi Perawat Berdasarkan Pendidikan dan Pelatihan
No. Nama /NIP Pendidikan Jabatan Pelatihan/ Aktifitas Pendukung Tahun
1 Karu S.Kep.,Ns Kepala 1. Patient Safety 2015
Ruang 2. Pelatihan Asesor 2015
3. Kolaborasi TB-HIV di Fasyankes 2014
4. Seminar Peran PPNI dalam Advokasi 2019
Hukum dan Kebijhakan Registrasi Perawat
dengan Sistem Baru
5. Pelatihan Penyegar Konselor HIV 2016
6. Tim Respon PPNI Perwakilan DPW PPNI 2018
Provinsi DI Yogyakarta pada Bencana
Alam Gempa Bumi di Lombok, NTB.
7. Sosialisasi Kode Etik Keperawatan 2017
8. Peran Tenaga Kesehatan Dalam 2015
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik
Bidang Kesehatan di era Jaminan
Kesehatan (JKN)
9. Bakti Sosial 2016
10. Musyawarah Wilayah Ke-IX Dewan 2016
Pengurus Wilayah Persatuan Perawat
Nasional Indonesia Daerah Istimewa
Yogyakarta
11. PPGD 2016
12. PPNI Bergerak Menuju Perubahan dalam 2016
Sistem Kesehatan yang handal
13. Bakti Sosial keperawtan 2016
14. Pelatihan Perawatan Luka Dasar/Certified 2013
wound Care Clinician Associate Program
(CWCCAP)
15. Edukator dan Komunikasi Efektif 2015 2015
BHD (bantuan hidup dasar)
16. Managemen Kegawatdaruratan Psikiatri 2013
17. Penatalaksanaan Hipertensi & Dislipidemia 2013
Terkini
18. Strategi Verifikasi Re-Registrasi STR 2016
Menuju Perawat Yang Profisien
19. Jabatan Fungsional PKM 2001
20. Pelatihan Manajemen Keperawatan Bagi 2008
Kepala Ruang Keperawatan
2 PN1 DIII Kep. PN 1 1. BTCLS 2014
3 AN1 DIII Kep. AN 1. PPGD 2009
2. BHD 2015
3. Management Of Acute Coronary Syndrom 2007
4. Etika Profesi serta Implementasi Patient
Safety dalam Akselerasi MDG’S bidang 2011
Kesehatan
5. Indonesia Nurse Go International (Peluang
Kerja Perawat Indonesia di Luar Negri 2011
6. Management Of Leukimia for Children 2008
Update
4 AN 2 DIII Kep. AN 1. PPGD
2. CWCCA
5 AN 3 DIIIKep. AN 1. PPGD 2019
2. Early Warning System (EWS) bagi Tenaga
Kesehatan
6 AN 4 DIIIKep. AN 1. PPGD 2013

11
No. Nama /NIP Pendidikan Jabatan Pelatihan/ Aktifitas Pendukung Tahun
2. BHD 2015
3. Pelatihan Deteksi Dini Kanker Payudara dan 2015
Kanker Servik
4. Pelatihan Pengalaman Kerja
7 AN 5 DIII Kep. AN 1. PPGD 2013
8 AN 6 DIII Kep. AN 1. PPGD
9 PN 2 DIV Kep. PN 2 1. PPGD 2015
2. Update penanggulangankegawatdaruratan 2015
psikiatri

10 AN 7 S.Kep., Ns. AN 1. PPGD 2017


2. BHD 2015
3. Management Nyeri Non Farmakologis 2013
dengan hipnoterapi
4. Home Care Perawatan Luka Modern 2008
5. Diabetes Melitus dan Permasalahannya 2006
6. Peran Perawat dalam penanggulangan
pasca bencana (Gempa bumi di lapangan
RS)
11 AN 8 DIII Kep. AN 1. Pelatihan RJP bayi (NICU) 2010
12 AN 9 DIII Kep. AN 1. PPGD 2011
13 AN 10 DIII Kep. AN 1. PPGD 3 th
2. APAR
14 AN 11 DIII Kep. AN 1. PPGD 1 Th
15 AN 12 DIIIKep. AN 1. BTCLS 2012
2. Manajemen Nyeri Non Farmakologis 2015
dengan Hipnoterapi
Analisa Data
Berdasarkan tabel di atas tingkat pendidikan di ruang A RS X terdapat 3
tingkatan yaitu S1 Keperawatan Ners berjumlah 2 orang, DIV Keperawatan
berjumlah 1 orang, dan DIII Keperawatan berjumlah 12 orang. Mayoritas tenaga
keperawatan masih memiliki tingkat pendidikan DIII Keperawatan, seluruh
tingkatan pendidikan tersebut sudah memenuhi standar pendidikan keperawatan.
Sedangkan pada pendidikan non formal juga ditempuh melalui beberapa
pelatihan atau seminar agar dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan,
semua tenaga keperawatan sudah dibekali dengan pelatihan PPGD, hal ini
menjadi dasar keterampilan jika terjadi kegawatdaruratan di ruang A RS X.
Berdasarkan data 10 kasus penyakit terbanyak di ruang A RS X
menunjukkan bahwa kasus yang dikelola di ruangan yaitu kasus penyakit dalam
khususnya obsgyn. Namun, tenaga perawat di ruangan belum sepenuhnya
memiliki sertifikasi pelatihan di bidang obsgyn, sedangkan tenaga kebidanan juga
tidak ditemukan di ruangan.
2. Money
Tabel 2.9 Cara Pembayaran Pasien di Ruang A RS X
Cara Jumlah/
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 %
Bayar/Bulan ke Tahun
Umum 6 12 16 13 8 10 9 16 20 19 13 10 182 17,05
BPJS 75 78 66 52 50 54 59 68 67 67 52 53 778 72,91
KIS 2 0 7 5 6 3 11 8 12 10 20 12 96 9,0
JAMKESDA 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0,2

12
Jasa Raharja 0 0 0 0 2 0 0 2 0 4 0 1 9 0,84
Total 1067 100
Analisa Data
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa mayoritas peembayaran yang dilakukan pasien
di ruang A RS X yaitu menggunakan BPJS dengan angka 72,91% selama tahun 2019.
Sedangkan pasien dengan menggunakan JAMKESDA merupakan kelompok pasien yang
paling sedikit dengan angka 0,2%. Tidak ada permasalahan yang ditemukan pada cara
pembayaran pasien di ruang A RS X.
3. Methode
a. Kajian Teori
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah strategi intervensi yang
menyediakan suatu kerangka pekerjaan bertujuan untuk mendukung perawat
professional dalam mengontrols bagaimana semua tindakan keperawatan berajalan
(Zimmerman, 2014).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan. (Ratna Sitorus & Yulia, 2006). MPKP memiliki lima tujuan yaitu :
1) Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
2) Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
3) Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4) Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5) Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap tim keperawatan.
Standar praktek keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu
pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat dan benar yang dirumuskan
sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta merupakan alat ukur
dalampenilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam, 2017). Menurut Gillies
(1989) standar asuhan keperawatan memiliki 3 tujuan yaitu:
1) Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memuasatkan upaya
meningkatkan motovasi perawat terhadap pencapaian tujuan.
2) Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan mengurangi kegiatan asuhan
keperawatan yang tidak perlu sehingga terhindarkan dan dapat terfokuskan untuk
mengetahui masalah sehingga dapat teratasi.
3) Memberi landasan unuk menentukan kelalaian dan tanggung gugat perawat
dengan mengantisipasi suatu hasil yang tidak memenuhi standar asuhan
keperawatan serta menentukan bahwa kegagalan dari perawat untuk memenuhi
standar yang dapat membahayakan pasien. Pasal 53 Ayat 2 dan 4 UU Kesehatan

13
No. 23 Tahun 1992 menyatakan “ tenaga kesehatan (perawat dan bidan) dalam
melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standart profesi dan
menghormati hak pasien”.
Menurut undang-undang RI. No 23 Tahun 1992 tentang kesehatan dalam penjelasan
pasal 53 ayat 2 mendefinisikan standart profesi sebagai “pedoman yang harus
dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik” atau secara
singkat dapat dikatakan standar adalah pedoman agar pekerjaan dapat berhasil dan
bermutu.
Di Indonesia, standar keperawatan dipakai sebagai dasar pedoman dan
instrumentasi penerapan standar Asuhan Keperawatan yang disusun oleh Depkes
(2012). Standar keperawatan menurut Depkes RI meliputi :
1) Standar pelayanan keperawatan (SPK)
2) Standar asuhan keperawatan (SAK)
Standar ashan keperawatan disusun dengan tujuan :
1) Mengadakan pengukuran yang minimal sama bagi asuhan keperawatan
dimanapun dilakukan,
2) Memberikan pedoman bagi perawat, dengan mnerapkan kriteria-kriteria bagi
setiap tindakan,
3) Memberi pedoman bagi pengelola keperawatan dalam mengevaluasi proses dan
tindakan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan ukuran yang baku,
bagi setiap peserta didik dan setiap pendidikan keperawatan (Standar Praktek
PPNI, 2001). Saat ini dikembangkan persamaan penggunaan bahasa standar
dalam penentuan diagnosa keperawatan berdasarkan NANDA (North American
Nursing Diagnosis Assoiation), penetapan tujuan dengan NOC (Nursing
Outcome Clasification) dan rencana itervensi dengan NIC (Nursing Intervention
Clasification). NANDA, NIC, NOC merupakan standar bahasa keperawatan yang
dapat digunakan dalam asuhan keperawatan.
NOC mempunyai 7 domain (fungsi kesehatan, fisiologi, psikososial,
pengetahuan, perilaku, persepsi, keluarga dan masyarakat). NOC menyediakan suatu
standar tentang hasil yang dapat diukur, dan digunakan untuk mengevaluasi
intervensi terhadap pasien.
Penggunaan standar bahasa dapat diterima untuk mempermudah administrasi dan
pengambilan keputusan (ANA, 2010). Sistem NANDA, NIC, dan NOC dapat
diterima dan mendukung semua bagian proses keperawatan, kecuali pengkajian.
Komponen pernyataan diagnosa keperawatan adalah :
1) Problem (masalah atau kebutuhan) adalah nama atau label diagnosa yang
diidentifikasi dari daftar NANDA.

14
2) Faktor Resiko / faktor yang berhubungan adalah penyebab atau alasan yang di
Wijaya Kusumarigai dari respon yang telah diidentifikasi dalam pengkajian.
3) Definisi karakteristik (tanda dan gejala) : manifestasi yang diidentifikasi dalam
pengkajian yang menyokong diagnosa keperawatan.
Pemberi sifat untuk label diagnosa :
1) Akut : Berat tapi durasi singkat
2) Perubahan : suatu perubahan dari dasar
3) Kronik : bertahan dalam waktu lama, berulang, konstan
4) Menurun : sedikit, kurang dalam ukuran jumlah,derajat
5) Defisien : tidak adekuat, jumlah, kurang sedikit, kurang dalam ukuran jumlah,
kurang derajat, tidak lengkap tidak cukup.
6) Deplesi : hilang sebagian ada keseluruhan atau habis
7) Disfungsional : abnormal, fungsi tidak sempurna
8) Gangguan : terganggu, terhenti, dipengaruhi oleh.
9) Kelebihan : ditandai dengan jumlah yang lebih besar dari yang diperlukan yang
diinginkan atau bermanfaat.
10) Meningkat: lebih besar dalam jumlah ukuran dan derajat
11) Kerusakan : membuat buruk, melemah, rusak, menurun, memburuk.
12) Tidak efektif : tidak menghasilkan efek yang diharapkan
13) Intermiten : berhenti dan mulai lagi pada interval tertentu, periodik siklik.
14) Potensial terhadap peningkatan (untuk penggunaan diagnosa kesejahteraan) :
peningkatan didefinisikan sebagai membuat lebih besar meningkatkan kualitas
atau lebih dari yang diinginkan. Dalam rumah sakit, idealnya memiliki standart
operating prosedure (SPO)tetap tindakan yang berlaku secara resmi dipahami dan
diterapkan oleh seluruh staff di ruangan, ruang perawatan mempunyai prosedur
tetap semua tindakan perawatan dan PAK (Panduan asuhan keperawatan)
minimal 10 kasus terbanyak pada ruang perawatan tersebut.

15
b. Kajian Data
Bagan Struktur Organisasi Ruang A RS X

Direktur

Wakil Direktur
Pelayanan

Ka Bidang Kepala Instalasi


Keperawatan dan Rawat Inap
Kebidanan

Kepala Ruang
Rawat Inap

Staff Administrasi

Primary Nurse 1 Primary Nurse 2

Associate Nures 1 Associate Nurse 2


AN 1 AN 7
AN 2 AN 8
AN 3 AN 9
AN 4 AN 10
AN 5 AN 11
AN 6 AN 12

CS
Analisa Data
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan di ruang A RS X menggunakan sistem
model MPKP (Model Praktik Keperawatan Profesional) dengan tujuan untuk
meningatkan mutu asuhan keperawatan. Hasil analisa yang dilakukan di ruang rawat
A RS.X tergolong dalam MPKP jenis metode modifikasi tim primer, berdasarkan
hasil analisa yang dilakukan di ruang rawat A RS.X terdapat 2 tim perawat. Dalam 1
tim terdapat 6 orang perawat associate yang dimpin oleh 1 orang perawat primer.
Mayoritas perawat di ruang rawat A masih memiliki jenjang pendidikan D III
keperawatan, termasuk salah satu perawat primer. Hal ini yang menyebabkan
penerapan MPKP di ruangan menggunakan metode modifikasi tim primer.

16
Tabel 2.10 Standar Asuhan Keperawatan (SAK) di Ruang A RS X
Tahun
No Standar Asuhan Keperawatan Keterangan
Terbit
1 Standar Asuhan Keperawatan Anak
a. SAK Diare Cair akut 2015 Ada
b. SAK Pneumonia 2015 Ada
c. SAK Kejang Demam 2015 Ada
d. SAK Demam Berdarah Dangue 2015 Ada
e. SAK Faringitis akut 2015 Ada
f. SAK Demam Typoid 2015 Ada
g. SAK Meningitis 2015 Ada
h. SAK Asma Bronkial 2015 Ada
i. SAK Anemia 2015 Ada
j. SAK Sindrom Nefrotik 2015 Ada
k. SAK Diabetes Melitus 2015 Ada
l. SAK Kolestasis 2015 Ada
m.SAK Serebral Palsy 2015 Ada
2 Standar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah (Penyakit Bedah)
a. SAK Fraktur 2015 Ada
b. SAK Appendisitis 2015 Ada
c. SAK Ca Mamae 2015 Ada
d. SAK BPH 2015 Ada
e. SAK Hemoroid 2015 Ada
f. SAK Tonsilitis 2015 Ada
g. SAK Katarak 2015 Ada
h. SAK Hernia Inguinalis 2015 Ada
i. SAK Struma 2015 Ada
3 Standar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah (Penyakit Dalam)
a. SAK Infeksi Saluran Kemih (ISK) 2015 Ada
b. SAK Tetanus 2015 Ada
c. SAK Asma Bronkial 2015 Ada
n. SAK Diabetes Melitus 2015 Ada
o. SAK Leukimia 2015 Ada
p. SAK CHF 2015 Ada
d. SAK Efusi Pleura 2015 Ada
e. SAK PPOK 2015 Ada
f. SAK CKD 2015 Ada
g. SAK Hipertensi 2015 Ada
h. SAK SLE 2015 Ada
4 Standar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah (Kebidanan)
a. SAK Abortus Iminen 2015 Ada
b. SAK abortus Incompletus 2015 Ada
c. SAK Abnormal Uterine Bleeding 2015 Ada
d. SAK Chepalopelvic Disproportion 2015 Ada
e. SAK Ketuban Pecah Dini 2015 Ada
f. SAK Nifas Fisiologi 2015 Ada
g. SAK Pre Eklamsi ringan dan Pre Eklamsi Berat 2015 Ada
h. SAK Persalinan normal 2015 Ada
i. SAK Partus Prematurus Imminen 2015 Ada
j. SAK Post Sectio Caesaria 2015 Ada
5 Standar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah (Penyakit Saraf)
a. SAK Stroke 2015 Ada
b. SAK Cidera Kepala 2015 Ada
c. SAK Vertigo 2015 Ada
d. SAK Low Back Pain 2015 Ada
e. SAK Trauma Medula Spinalis 2015 Ada
f. SAK Epilepsi 2015 Ada
g. SAK Cephalgia 2015 Ada
h. SAK Tumor Otak 2015 Ada

17
Tahun
No Standar Asuhan Keperawatan Keterangan
Terbit
i. SAK Meningitis 2015 Ada
j. SAK Bells Palsy 2015 Ada
Rencana Keperawatan/intervensi (NOC/NIC) berdasarkan
diagnosis yang muncul :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif Ada
2. Pola nafas tidak efektif Ada
3. Perfusi jaringan periferal/cerebral/kardiopulmonal tidak efektif Ada
4. Penurunan Curah Jantung Ada
5. Intoleransi aktifitas Ada
6. Gangguan mobilitas fisik Ada
7. Kelebihan volume cairan Ada
8. Defisit volume cairan Ada
9. Retensi urine Ada
10. Diare Ada
11. Konstipasi Ada
12. Nausea Ada
13. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Ada
14. Kerusakan integritas jaringan Ada
15. Nyeri akut Ada
16. Hipertermia Ada
17. Hipotermia Ada
18. Cemas Ada
19. Kurang pengetahuan Ada
20. Menyusui tidak efektif Ada
21. Defisit self care Ada
22. Kelelahan Ada
23. Resiko infeksi Ada
24. Resiko jatuh Ada
25. Resiko aspirasi Ada
26. PK anemia Ada
27. PK perdarahan Ada
28. PK syok Ada
29. PK hipoglikemia Ada
30. Resiko ketidakstabilan kadar gula darah Ada
Analisa Data
Berdsarkan tabel di atas didapatkan bahwa A RS X memiliki standar asuhan keperawatan
(SAK) yaitu SAK anak dan SAK medikal bedah (bedah, dalam, syaraf, dan kebidanan). Di
samping itu, ruangan juga memiliki rencana keperawatan untuk 30 diagnosa keperawatan
seperti pada tabel tersebut.

Tabel 2.11Standar Operasional Prosedur Hak Pasien


Dan Keluarga Ruang A RS X

Nama SOP Tanggal Terbit Nomor Dokumen Keterangan


1. Perlindungankerahasiaaninformasi
18 April 2015 HPK/449.1/02/2015 Ada
pasien
2. Pemberianinformasi hak dankewajiban
18 April 2015 HPK/449.1/05/2015 Ada
pasien serta biaya perawatan
3. Menghormatiprivasi pasien 20 Januari 2019 HPK/449.1/53/2019 Ada
4. Pelayanankerohanian 15 Juli 2015 HPK/499.1/06/2015 Ada
5. Permohonanbimbingan rohaniterhadap
22 Januari 2019 HPK/449.1/56/2019 Ada
pasien
6. Bimbingan rohaniterhadap pasienakhir
15 Juli 2015 HPK/449.1/09/2015 Ada
hayat
7. Bimbingan rohaniterhadap
15 Juli 2015 HPK/449.1/10/2015 Ada
pasieninfeksius

18
Nama SOP Tanggal Terbit Nomor Dokumen Keterangan
8. Pengamanan barangmilik pasien 03 Agustus 2015 HPK/449.1/11/2015 Ada
9. Perlindungan anak,individu yang cacat,
HPK/449.1/12/2015
usia lanjut,gangguan jiwa danlainya 05 Agustus 2015 Ada
yang beresiko
10. Penanganan bayitertukar dan atau
05 Agustus 2015 HPK/449.1/13/2015 Ada
penculikan
11. Perlindungan pasiendari kekerasan 05 Agustus 2015 HPK/449.1/14/2015 Ada
12. Pemberianinformasi danedukasi
05 Agustus 2015 HPK/449.1/15/2015 Ada
diruangpedaftaran
13. Persetujuan umum(general concent) 05 Agustus 2015 HPK/449.1/17/2015 Ada
14. Penolakan resusitasiatau Do
05 Agustus 2015 HPK/449.1/18/2015 Ada
NotReusitation (DNR)
15. Identifikasi nilainilai dankepercayaan 15 Juli 2015 HPK/449.1/05/2015 Ada
16. Edukasi pasiendenan metoe speakup 05 Agustus 2015 HPK/449.1/20/2015 Ada
17. Pengamanan lokasiterpencil
05 Agustus 2015 HPK/449.1/21/2015 Ada
atauterisolasi di RSUD
18. Tindakan petugassetelah
05 Agustus 2015 HPK/449.1/22/2015 Ada
menerimalaporan darurat
19. Pengamanan danpenertiban 05 Agustus 2015 HPK/449.1/23/2015 Ada
20. Pengamanan danpenertiban di IGD 05 Agustus 2015 HPK/449.1/24/2015 Ada
21. Pengaturan lalulintas di RS 05 Agustus 2015 HPK/449.1/25/2015 Ada
22. Keselamatan dankeamananlingkungan
05 Agustus 2015 HPK/449.1/26/2015 Ada
fisik
23. Penangananancaman bom 05 Agustus 2015 HPK/449.1/27/2015 Ada
24. Penanganan bahayakebakaran 05 Agustus 2015 HPK/449.1/28/2015 Ada
25. Penangananbencana alam,infeksi, dan
05 Agustus 2015 HPK/449.1/29/2015 Ada
radiasi.
26. Penanganan daruratmedic 05 Agustus 2015 HPK/449.1/30/2015 Ada
27. Penanganankerusakan sarana 05 Agustus 2015 HPK/449.1/31/2015 Ada
28. Penanganan laporankehilangan 05 Agustus 2015 HPK/449.1/32/2015 Ada
29. Penanganan pelakucriminal 05 Agustus 2015 HPK/449.1/33/2015 Ada
30. Pencegahan bayidari resiko
05 Agustus 2015 HPK/449.1/34/2015 Ada
tertukardan atau penculikan
31. Pemeriksaan orangtanpa identitas
05 Agustus 2015 HPK/449.1/35/2015 Ada
yangjelas
32. Penertiban pedagang dan penyedia
jasa yangtidak berizin dilingkungan 05 Agustus 2015 HPK/449.1/36/2015 Ada
RS
33. Pengamanan anakkunci di rumah sakit 05 Agustus 2015 HPK/449.1/37/2015 Ada
34. Identifikasipenghuni rumahsakit 05 Agustus 2015 HPK/449.1/38/2015 Ada
35. Pengelolaan kartupengunjung 05 Agustus 2015 HPK/449.1/39/2015 Ada
36. Pengelolaan kartutunggu 05 Agustus 2015 HPK/449.1/40/2015 Ada
37. Pengelolaan
05 Agustus 2015 HPK/449.1/42/2015 Ada
kartutamu/pengunjungkhusus
38. Penertibanpenunggu pasien 05 Agustus 2015 HPK/449.1/43/2015 Ada
39. Pengganti kartupengunjung ataukartu
05 Agustus 2015 HPK/449.1/44/2015 Ada
tunggu yanghilang
40. Identifikasipengunjung rumahsakit 05 Agustus 2015 HPK/449.1/45/2015 Ada
41. Pemantauan monitorCCTV 05 Agustus 2015 HPK/449.1/46/2015 Ada
42. Penolakan rawatinap 04 Desember 2015 HPK/449.1/47/2015 Ada
43. Pemulangan selamamasih
04 Desember 2015 HPK/449.1/48/2015 Ada
dalamasuhan
44. Permintaanpendapat dokter
11 Desember 2015 HPK/449.1/49/2015 Ada
lain(second opinion)
45. Permintaanpersetujun ataupenolakan
11 Desember 2015 HPK/449.1/50/2015 Ada
tindakankedokteran(informed consent)
46. Perlindungan hartamilik pasien 11 Desember 2015 HPK/449.1/51/2015 Ada
47. Permintaan Privasi 20 Januari 2019 HPK/449.1/54/2019 Ada
48. Pemberian informasi hak
20 Januari 2019 HPK/449.1/55/2019 Ada
dankewajiban pasien
49. Pemberian penjelasan
informasimenggunakan bahasa daerah 5 Agustus 2015 HPK/449.1/16/2015 Ada
danpasien difabel
50. Persetujuan umum (general concent) 22 Januari 2019 HPK/449.1/57/2019 Ada

19
Tabel 2.12 Standar Prosedur Operasional PPI RS X

Nama SPO PPI Tanggal Terbit Nomer Dokumen Keterangan


1. Pencucian korden 01 Juli 2015 PPI/449.1/60/2015 Ada
2. Penyimpananlimbah
01 Juli 2015 MPE/449.1/46/2015 Ada
bahanberbahaya danberacun (B3)
3. Pelaksanaan audithand hygiene 01 Juli 2015 PPI/449.1/2/2015 Ada
4. Pelaksanaan 5momen cuci tangan 01 Juli 2015 PPI/449.1/3/2015 Ada
5. Pelaksanaan cucitangan bedah 01 Juli 2015 PPI/449.1/4/2015 Ada
6. Pelaksanaanhandrub 01 Juli 2015 PPI/449.1/5/2015 Ada
7. Pelaksanaanhandwash 01 Juli 2015 PPI/449.1/6/2015 Ada
8. Penggunaan sarungtangan 01 Juni 2015 PPI/449.1/7/2015 Ada
9. Penggunaanpelindung kaki 01 Juli 2015 PPI/449.1/8/2015 Ada
10. Pengunaan maskeralat pelindung
01 Juli 2015 PPI/449.1/9/2015 Ada
diri
11. Penetapan areapengguanaan alat
01 Juli 2015 PPI/449.1/10/2015 Ada
pelindung diri
12. Pengguanaan apronalatpelindung
01 Juli 2015 PPI/449.1/11/2015 Ada
diri
13. Pelaksanaanmemakai gaun 01 Juli 2015 PPI/449.1/12/2015 Ada
14. Penggunaankacamata ataugoogle
01 Juli 2015 PPI/449.1/13/2015 Ada
alatpelindung diri
15. Pelaksanaan audit PPI 01 Juli 2015 PPI/449.1/14/2015 Ada
16. Penatalaksanaansurveylanshospita
01 Juli 2015 PPI/449.1/16/2015 Ada
lacqouired infection(hais)
17. Pengambilanspesimen
padadugaan infeksiakibat 01 Juli 2015 PPI/449.1/17/2015 Ada
pemasanganinfus pada IVL
18. Pengambilansampel
01 Juli 2015 PPI/449.1/18/2015 Ada
(sampling)minuman (airminum)
19. Sterilisasi linen daninstrumen 01 Juli 2015 PPI/449.1/19/2015 Ada
20. Penyususan linenatau
instrumenalatalat yang 01 Juli 2015 PPI/449.1/20/2015 Ada
akandisterilkan
21. Alur penangananjenazah orang
01 Juli 2015 PPI/449.1/21/2015 Ada
yangtak dikenal dari luarRS
22. Pelayanan jenazahdiluar rumah
01 Juli 2015 PPI/449.1/22/2015 Ada
sakit
23. Pelayanan
jenazahyangmeninggaldirumah 01 Juli 2015 PPI/449.1/23/2015 Ada
sakit
24. Memandikanjenazah infeksius 01 Juli 2015 PPI/449.1/24/2015 Ada
25. Penyimpanan barang steril di IBS 01 Juli 2015 PPI/449.1/25/2015 Ada
26. Penatalaksanaantertusuk benda
01 Juli 2015 PPI/449.1/62/2015 Ada
tajam
27. Penatalaksanaanpenyuntikan
01 Juli 2015 PPI/449.1/52/2015 Ada
amansecara aseptic
28. Mencuci
dandekontaminasiinstrumen di 01 Juli 2015 PPI/449.1/26/2015 Ada
CSSD
29. Pemberian tandaatau labeling
01 Juli 2015 PPI/449.1/28/2015 Ada
padaalat atau instrumen
30. Packing instrumendan linen yang
01 Juli 2015 PPI/449.1/27/2015 Ada
akandi steril di CSSD
31. Pemilahaninstrumen atau linen
01 Juli 2015 PPI/449.1/29/2015 Ada
bersih di CSSD
32. Pendistribusianbarang steril 01 Juli 2015 PPI/449.1/30/2015 Ada
33. Penerimaaninstrumen yangakan
01 Juli 2015 PPI/449.1/31/2015 Ada
disterilkan diCSSD
34. Identifikasi linenmasuk 01 Juli 2015 PPI/449.1/32/2015 Ada
35. Penyimpanan linen 01 Juli 2015 PPI/449.1/33/2015 Ada
36. Pengambilan linenbersih 01 Juli 2015 PPI/449.1/34/2015 Ada
37. pos linen 01 Juli 2015 PPI/449.1/35/2015 Ada
38. Proses sterilisasibarang single use 01 Juli 2015 PPI/449.1/36/2015 Ada
39. Pengoperasianmesin ATTEST
01 Juli 2015 PPI/449.1/37/2015 Ada
incubator

20
Nama SPO PPI Tanggal Terbit Nomer Dokumen Keterangan
40. Pengoprasian mesinwahser
01 Juli 2015 PPI/449.1/39/2015 Ada
desinfektor
41. Pengoprasian steamsterilisasi 01 juli 2015 PPI/449.1/40/2015 Ada
42. Penyerahan jenazahkepada
01 juli 2015 PPI/449.1/41/2015 Ada
petugasambulan
43. Penggunaan alatmedis single use
01 juli 2015 PPI/449.1/42/2015 Ada
yang di reuse
44. Pengeringan linen 01 juli 2015 PPI/449.1/43/2015 Ada
45. Penyetrikaan linen 01 juli 2015 PPI/449.1/44/2015 Ada
46. Pemakaian mesinprimus RS 22 01 juli 2015 PPI/449.1/45/2015 Ada
47. Pemakaian mesincuci fagor 01 juli 2015 PPI/449.1/46/2015 Ada
48. Pemakaian mesincuci maytag 01 juli 2015 PPI/449.1/47/2015 Ada
49. Pemakaian mesin
01 juli 2015 PPI/449.1/49/2015 Ada
pengeringmaytag
50. Desinfeksi trollylinen 01 juli 2015 PPI/449.1/50/2015 Ada
51. Penerapankewaspadaanisolasi
01 juli 2015 PPI/449.1/51/2015 Ada
(isolationprecaution)

Tabel 2.13 Standar Prosedur Operasional SKP I RS X

Nama Sop Tanggal Terbit Nomor Dokumen Keterangan


1. Komunikasi Efektif Cabak 09 Januari 2019 Skp/449.1/56/2019 Ada
2. Serah terima pasien antar unit
09 Januari 2019 Skp/449.1/57/2019 Ada
keperawatan
3. Serah terima pasien antar shift 09 Januari 2019 Skp/449.1/58/2019 Ada
4. Serah terima pasien antar unit
keperawatan dengan unit
09 Januari 2019 Skp/449.1/59/2019 Ada
pemeriksaan diagnostik/instalasi
bedah sentral
5. Serah terima pasien antar fasilitas
09 Januari 2019 Skp/449.1/60/2019 Ada
kesehatan
6. Pelaporan nilai kritis 09 Januari 2019 Skp/449.1/61/2019 Ada
7. Komunikasi Efektif Sbar Via
Telepon Antara Perawat/ Bidan 09 Januari 2019 Skp/449.1/62/2019 Ada
Dan Dokter Jaga dengan Dpjp
8. Penyimpanan dan pelabelan High
13 Februari 2019 Skp/449.1/63/2019 Ada
Alert Medication
9. Peresepan high alert medication 13 Februari 2019 Skp/449.1/64/2019 Ada
10. Pengenceran high alert
medication golongan elektrolit 13 Februari 2019 Skp/449.1/65/2019 Ada
pekat
11. Penyimpanan dan pelabelan obat
13 Februari 2019 Skp/449.1/66/2019 Ada
LASA
12. Pelayanan dan distribusi high
13 Februari 2019 Skp/449.1/67/2019 Ada
alert medication di unit pelayan
13. Pengelolaan high alert medication
13 Februari 2019 Skp/449.1/68/2019 Ada
di unit pelayan
14. Pemasangan gelang identitas
09 Januari 2019 Skp/449.1/43/2019 Ada
pasien
15. Identifikasi pasien sebelum
dilakukan tindakan, prosedur 09 Januari 2019 Skp/449.1/44/2019 Ada
diagnostik dan terapeutik
16. Identifikasi pasien sebelum
pemberian obat atau pemberian 09 Januari 2019 Skp/449.1/45/2019 Ada
diit
17. Identifikasi pasien sebelum
mengambil mengambil 09 Januari 2019 Skp/449.1/46/2019 Ada
darah/spesimen lain
18. Identifikasi pasien sebelum
09 Januari 2019 Skp/449.1/47/2019 Ada
pemberian produk darah
19. Pemasangan gelang pada ibu
09 Januari 2019 Skp/449.1/48/2019 Ada
melahirkan
20. Pemasangan gelang identitas pada
09 Januari 2019 Skp/449.1/49/2019 Ada
bayi baru lahir
21. Pemasangan gelang identitas pada 09 Januari 2019 Skp/449.1/50/2019 Ada

21
Nama Sop Tanggal Terbit Nomor Dokumen Keterangan
pasien anak
22. Pemasangan stiker risiko jatuh
09 Januari 2019 Skp/449.1/51/2019 Ada
pada gelang identitas pasien
23. Pemasangan stiker DNR pada
09 Januari 2019 Skp/449.1/52/2019 Ada
gelang identitas pasien
24. Pemasangan stiker riwayat alergi
09 Januari 2019 Skp/449.1/53/2019 Ada
pada gelang identitas pasien
25. Pemusnahan sisa label identitas
09 Januari 2019 Skp/449.1/54/2019 Ada
pasien
26. Pelepasan gelang identitas pasien 09 Januari 2019 Skp/449.1/82/2019 Ada
27. Sign in 14 Januari 2019 Skp/449.1/69/2019 Ada
28. Sign out 14 Januari 2019 Skp/449.1/70/2019 Ada
29. Time out 14 Januari 2019 Skp/449.1/71/2019 Ada
30. Penandaan lokasi operasi (sitem
14 Januari 2019 Skp/449.1/72/2019 Ada
marking)
31. Pemasangan dan pelepasan stiker 09 Januari 2019 Skp/449.1/78/2019 Ada
risiko jatuh pada gelang identitas
pasien
32. Asesmen ulang dan asesmen
09 Januari 2019 Skp/449.1/73/2019 Ada
lanjutan risiko jatuh
33. Penilaian risiko jatuh pada rawat
09 Januari 2019 Skp/449.1/74/2019 Ada
jalan dan instalasi gawat darurat
34. Intervensi pasien risiko jatuh
09 Januari 2019 Skp/449.1/75/2019 Ada
rendah
35. Intervensi pasien risiko jatuh
09 Januari 2019 Skp/449.1/76/2019 Ada
sedang
36. Intervensi pasien risiko jatuh
09 Januari 2019 Skp/449.1/77/2019 Ada
tinggi
37. Penanganan pasien jatuh 09 Januari 2019 Skp/449.1/79/2019 Ada
38. Pencegahan risiko jatuh pasien
09 Januari 2019 Skp/449.1/80/2019 Ada
rawat inap
39. Pemasangan dan pelepasan tanda 09 Januari 2019 Skp/449.1/81/2019 Ada
risiko jatuh di rawat jalan, IGD
dan hemodialisa
40. Prosedur pemasangan gelang
01 Agustus 2015 Skp/449.1/01/2015 Ada
identitas pasien
41. Pemasangan gelang identitas pada
16 Agustus 2015 Skp/449.1/25/2015 Ada
bayi baru lahir
42. Pemasangan gelang identitas pada
16 Agustus 2015 Skp/ 449.1/22/2015 Ada
ibu melahirkan
43. Pemasangan gelang identifikasi
1 Agustus 2015 Skp/ 449.1/05/2015 Ada
pada anak
44. Pemasangan stiker riwayat alergi
16 Agustus 2015 Skp/ 449.1/19/2015 Ada
pada gelang identitas pasien
45. Pemasangan dan pelepasan pita 16 Agustus 2015 Skp/ 449.1/31/2015 Ada
kuning dirawat jalan, stiker fall
risk di haemodialisa,dan igd
46. Pemasangan stiker DNR pada
16 Agustus 2015 Skp/ 449.1/21/2015 Ada
gelang identitas pasien
47. Identitas pasien sebelum
1 Agustus 2015 Skp/ 449.1/02/2015 Ada
pemberian obat
48. Identitas pasien sebelum
1 Agustus 2015 Skp/ 449.1/03/2015 Ada
pemberian obat
49. Identifikasi pasien sebelum 16 Agustus 2015 Skp/ 449.1/20/2015 Ada
tindakanpemberian produk darah/
spesimen lain
50. Pelepasan gelang identitas pasien 16 Agustus 2015 Skp/ 449.1/23/2015 Ada
51. Pemusnahan sisa label identitas
16 Agustus 2015 Skp/ 449.1/24/2015 Ada
pasien

22
Tabel 2.14Standar Prosedur Operasional SKP 2 RS X

Nama Sop Tanggal Terbit Nomor Dokumen Keterangan


1. Komunikasi efektif cabak 16 Agustus 2015 Skp/449.1/32/2015 Ada
2. Komunikasi efektif SBAR via
teleponantara Perawat/Bidan dan 16 Agustus 2015 Skp/449.1/33/2015 Ada
Dokter (Dr. Jagadan Dr. Dpjp)
3. Pelaporan nilai kritis hasil
pemeriksaan laboratorium, 16 Agustus 2015 Skp/449.1/39/2015 Ada
radiologi, EKG
4. Penetapan hasil kritis 1 Juli 2015 Ap/449.1/46/2015 Ada
5. Pelaporan dan pencacatan hasil
1 Mei 2015 03/449.1/004 Ada
kritis radiologi

Tabel 2.15 Standar Prosedur Operasional SKP 3 RS X


Nama Sop Tanggal Terbit Nomor Dokumen Keterangan
1. Penyimpanan danpelabelan high alert
medicine (obat yangmemerlukan 15 Agustus 2015 Skp/449.1/13/2015 Ada
kewaspadaan tinggi)
2. Peresepan high alertmedicine (obat yang
15 Agustus 2015 Skp/449.1/17/2015 Ada
memerlukan kewaspadaan tinggi)
3. Pelayanan dandistribusi high alert
medicine (obat yangmemerlukan 15 Agustus 2015 Skp/449.1/14/2015 Ada
kewaspadaan tinggi)
4. Pengenceran elektrolit pekat 15 Agustus 2016 Skp/449.1/15/2015 Ada
5. Penyimpangan danpelabelan lasa (obat
15 Agustus 2016 Skp/449.1/16/2015 Ada
look a like sound a like)
6. Penyimpanan stokemergency kit diruang
1 September 2015 Mpo/449.1/50/2015 Ada
perawatan/unit pelayanan
7. Penggunaan dan pergantian emergency kit 1 September 2015 Mpo/449.1/51/2015 Ada
8. Monitoring emergency stok 1 September 2015 Mpo/449.1/52/2015 Ada

Tabel 2.16 Standar Prosedur Operasional SKP 4 RS X

Nama Sop Tanggal Terbit Nomor Dokumen Keterangan


1. Keselematan pasiendi kamar operasi 16 Agustus 2015 Skp/449.1/34/2015 Ada
2. Penandaan lokasioperasi (site marketing) 16 Agustus 2015 Skp/449.1/38/2015 Ada
3. Verifikasi pasiensebelum induksianastesi
16 Agustus 2015 Skp/449.1/35/2015 Ada
(sign in)
4. Verivikasi pasiensebelum dilakukaninsisi
16 Agustus 2015 Skp/449.1/37/2015 Ada
atau tindakan bedah (time out)
5. Verifikasi pasiensebelum meninggalakan
16 Agustus 2015 Skp/449.1/36/2015 Ada
ruang operasi (sign out)

Tabel 2.16 Standar Prosedur Operasional SKP 5 RS X

Nama SOP Tanggal Terbit Nomor Dokumen Keterangan


1. Pelaksanaan 5 momen cuci tangan 1 Juli 2015 Ppi/449.1/3/2015 Ada
2. Pelaksanaan handwash 1 Juli 2015 Ppi/449.1/6/2015 Ada
3. Pelaksanaan handscrub 1 Juli 2015 Ppi/449.1/5/2015 Ada
4. Pelaksanaan cucitangan bedah 1 Juli 2015 Ppi/449.1/4/2015 Ada
5. Pelaksanaan audithand hygiene 1 Juli 2015 Ppi/449.1/2/2015 Ada

Tabel.2.16 Standar Prosedur Operasional SKP 6 RS X

Nama Sop Tanggal Terbit Nomor Dokumen Keterangan


1. Pencegahan PasienResiko Jatuh 1 Agustus 2015 Skp/449.1/11/2015 Ada
2. Penilaian ResikoJatuh Pada RawatJalan
1 Agustus 2015 Skp/449.1/07/2015 Ada
dan InstalasiGawat Darurat
3. Prosedur Intervensi pasien Resiko
16 Agustus 2015 Skp/449.1/18/2015 Ada
JatuhRendah
4. Prosedur Intervensi pasien Resiko Jatuh
1 Agustus 2015 Skp/449.1/10/2015 Ada
Sedang
5. Prosedur Intervensi pasien Resiko Jatuh 1 Agustus 2015 Skp/449.1/12/2015 Ada

23
Nama Sop Tanggal Terbit Nomor Dokumen Keterangan
Tinggi
6. Assemen UlangResiko Jatuh 1 Agustus 2015 Skp/449.1/06/2015 Ada
7. Pemasangan Dan Pelepasan Pita
Kuning Di RawatJalan,Stiker Fall Risk di 16 Agustus 2015 Skp/449.1/31/2015 Ada
Haemodialisa dan IGD
8. Pemasangan DanPelepasan Stiker Resiko
1 Agustus 2015 Skp/449.1/08/2015 Ada
Jatuh Pada Gelang Pasien
9. Prosedur Penanganan Pasien Resiko Jatuh 1 Agustus 2015 Skp/449.1/09/2015 Ada

Tabel 2.17 Standar Prosedur Operasional Asesmen Pasien Ruang Rawat Inap RS X

Nama Sop Tanggal Terbit Nomor Dokumen Keterangan


1. Transfer pasien internal dan
19 Oktober 2017 Apk/449.1/55/2017 Ada
eksternal Rumah Sakit
2. Asesmen informasipasien rawat
1 September 2015 Ap/449.1/2/2015 Ada
inap
3. Asesmen awal medis pasien
1 September 2015 Ap/449.1/1/2015 Ada
rawat inap
4. Catatan perkembangan
1 September 2015 Ap/449.1/4/2015 Ada
pasien terintergrasi
5. Pelaksanaan asesmen pasien 1 September 2015 Ap/449.1/5/2015 Ada
6. Asesmen awal keperawatan atau
1 September 2015 Ap/449.1/6/2015 Ada
kebidanan pasienrawat inap
7. Asesmen ulang pasien rawat inap 1 Oktober 2015 Ap/449.1/71/2015 Ada

Tabel 2.18 Standar Prosedur Operasional Pelayanan Pasien RS X


Nama Sop Tanggal Terbit Nomor Dokumen Keterangan
1. Asuhan pasienyang seragam 1 Juli 2015 Pp/449.1/66/2015 Ada
2. Code blue 1 Juli 2015 Pp/449.1/59/2015 Ada
3. Resusitasi jantungparu dewasa 1 Juli 2015 Pp/449.1/63/2015 Ada
4. Resusitasi jantungparu pada anak 1 Juli 2015 Pp/449.1/65/2015 Ada
5. Pelayanan tranfusidarah 1 Juli 2015 Pp/449.1/60/2015 Ada
6. Pelayanan restrain 1 Juli 2015 Pp/449.1/62/2015 Ada
7. Menejement nyeri Ada
8. Assesment pasientahap terminal 1 Juli 2015 Pp/449.1/65/2015 Ada

Tabel 2.19Standar Prosedur Operasional Akses Ke Pelayanan


Dan Kontinuitas Pelayanan RS X
Nama Sop Tanggal Terbit Nomor Dokumen Keterangan
1. Pembuatan alatkomunikasi tentang
19 Januari 2016 Apk/449.1/15/2016 Ada
pelayanan
2. Skrining 20 Januari 2016 Apk/449.1/16/2016 Ada
3. Pencarian kamar rawat inap yang tidak
20 Januari 2016 Apk/449.1/20/2016 Ada
sesuai dengan kebutuhan pasien
4. Skrining penjaminan 20 Januari 2016 Apk/449.1/17/2016 Ada
5. Pemberian informasi admisi pasien 20 Januari 2016 Apk/449.1/18/2016 Ada
6. Pengelolaan pindahrawat atas
20 Januari 2016 Apk/449.1/19/2016 Ada
permintaan pasien
7. Pembuatan resume paasien rawat inap 19 Januari 2016 Apk/449.1/19/2016 Ada
8. Pendaftaran pasien rawat inap 19 Januari 2016 Apk/449.1/13/2016 Ada
9. Pelayanan rawat jalan 19 Januari 2016 Apk/449.1/14/2016 Ada
10. Pengaturan ijin cutidokter
12 Januari 2016 Apk/449.1/11/2016 Ada
penanggungjawabpelayanan
11. Kriteria masuk dan keluar icu 9 Januari 2016 Apk/449.1/10/2016 Ada
12. Transfer pasien internal daneksternal
20 Januari 2016 Apk/449.1/21/2016 Ada
rumah sakit
13. Pemulangan pasienrawat inap 7 Desember 2015 Apk/449.1/01/2015 Ada
14. Transfer pasien ke rumah sakit lain 14 Desember 2015 Apk/449.1/03/2015 Ada
15. Transfer pasien dari ruangan intensive 14 Desember 2015 Apk/449.1/02/2015 Ada

24
care
16. Identifikasi hambatan dalam
17 Desember 2015 Apk/449.1/04/2015 Ada
populasi pasien
17. Pelayanan rujukan keluar dari rumah
3 Januari 2016 Apk/449.1/05/2016 Ada
sakit
18. Rujukan sementara 3 Januari 2016 Apk/449.1/06/2016 Ada
19. Pengisian resume rawat jalan 8 Januari 2016 Apk/449.1/09/2016 Ada
20. Penolakan perawatan atau tindakan 5 Januari 2016 Apk/449.1/08/2016 Ada
21. Pemeliharaan transfortasi atau
4 Januari 2016 Apk/449.1/07/2016 Ada
ambulan

Tabel 2.20 Standar Prosedur Operasional Manajemen & Penggunaan


Obat (MPO): Pengelolaan Obat RS X

Nama Sop Tanggal Terbit Nomor Dokumen Keterangan


1. Monitoring suhudan kelembabanruangan 1 September 2015 Mpo/449.1/11/2015 Ada
2. Monitor suhupenyimpanan obatsuhu 2-
1 September 2015 Mpo/449.1/12/2015 Ada
80C
3. Pengelolaan obatrusak ataukadaluarsa
1 September 2015 Mpo/449.1/12/2015 Ada
(ed)
4. Penarikanperbekalan farmasidengan
1 September 2015 Mpo/449.1/14/2015 Ada
alasantertentu
5. Pelayanan bonbahan medis habispakai
1 September 2015 Mpo/449.1/18/2015
(bmhp) Ada

Tabel 2.21 Standar Prosedur Operasional Manajemen &


Penggunaan Obat (MPO): Pelayanaan Obat RS X

Nama Sop Tanggal Terbit Nomor Dokumen Keterangan


1. Peresepan 1 September 2015 Mpo/449.1/21/2015 Ada
2. Penyiapan obatpasien rawat
inapdengan sistemoddd (one dailydose 1 September 2015 Mpo/449.1/34/2015 Ada
dispensing)
3. Pemberian perbekalan farmasidari unit
1 September 2015 Mpo/449.1/36/2015 Ada
farmasirawat inap
4. Retur perbekalanfarmasi dari ruang
1 September 2015 Mpo/449.1/37/2015 Ada
perawatan
5. Pengelolaan obatyang dibawa
1 September 2015 Mpo/449.1/38/2015
olehpasien kerumahsakit Ada
6. Pencatatan obatdalam
1 September 2015 Mpo/449.1/21/2015 Ada
catatatanpemberian obat
7. Pencatatan obatsaat pasien
1 September 2015 Mpo/449.1/40/2015 Ada
dipindahkan/ dipulangkan
8. Pemberian labeluntuk obat
1 September 2015 Mpo/449.1/48/2015 Ada
yangdikeluarkan dariwadah aslinya
9. Pengelolaan kejadian kesalahan
1 September 2015 Mpo/449.1/49/2015 Ada
pemberian obat
10. Penyiapan kesediaan steril dengan
1 September 2015 Mpo/449.1/60/2015
teknikaseptis Ada

Tabel 2.22 Standar Prosedur Operasional Daftar SPO DAN MPO RS X


Nama Sop Tanggal Terbit Nomor Dokumen Keterangan
1. Pengelolaan obat yang dibawa pasien
1 September 2015 Mpo/449.1/28/2015 Ada
ke Rumah Sakit
2. Pencatatan obat dalam catatan
1 September 2015 Mpo/449.1/39/2015 Ada
pemberian obat
3. Pela[pran reaksi obat yang tidak
diharapkan (ROTD) oleh Dokter, 5 Maret 2016 Mpo/449.1/02/2016 Ada
Apoteker, Perawat, Bidan
4. Manajemen efek samping 1 September 2015 Mpo/449.1/58/2015 Ada
5. Rekonsiliasi obat 1 September 2015 Mpo/449.1/53/2015 Ada
6. Pengisian formulir rekonsiliasi obat 1 September 2015 Mpo/449.1/54/2015 Ada
7. Visite Dokter 1 September 2015 Mpo/449.1/57/2015 Ada
8. Penggunaan dan penggantian 1 September 2015 Mpo/449.1/51/2015 Ada

25
Nama Sop Tanggal Terbit Nomor Dokumen Keterangan
Emergency KIT

Tabel 2.23 Standar Prosedur Operasional Manajemen Dan


Penggunaan Obat (MPO): Emergency Kit RS X

Nama Sop Tanggal Terbit Nomor Dokumen Keterangan


1. Penyiapan stok Emergency
KIT diruang perawatan /unit 1 September 2015 Mpo/449.1/50/2015
pelayanan Ada
2. Penggunaan dan penggantian
1 September 2015 Mpo/449.1/51/2015
Emergency KIT Ada
3. Monitoring Emergency KIT 1 September 2015 Mpo/449.1/52/2015 Ada

Tabel 2.24 Daftar Standar Prosedur Operasional PPK RS X

Nama Sop Tanggal Terbit Nomor Dokumen Keterangan


1. Pemberian informasi, edukasi dan Ada
03 Juli 2015 PPK/449.1/25/2015
verifikasi pasien dan keluarga
2. Edukasi kolaboratif 21 April 2015 PPK/449.1/04/2015 Ada
3. Assesmen awal kebutuhan dan Ada
03 Juli 2015 PPK/449.1/16/2015
perencanaan edukasi
4. Edukasi penggunaan obat 16 September 2015 PPK/449.1/19/2015 Ada
5. Edukasi penggunaan obat beresiko Ada
16 September 2015 PPK/449.1/09/2015
(HighAlert)
6. Edukasi kelompok didalam dan diluar Ada
18 Mei 2015 PPK/449.1/21/2015
rumah sakit
7. Edukasi penggunaan peralatan medis 13 Mei 2015 Ada
8. Edukasi Diet 02 Juli 2015 PPK/449.1/23/2015 Ada
9. Edukasi rehabilitasi medis 18 Mei 2015 PPK/449.1/14/2015 Ada
10. Pendidikan kesehatan keamanan Ada
01 Juli 2015 PPK/449.1/17/2015
penggunaan alat bantu kesehatan
11. Alat bantu (media) penyuluhan Ada
22 Juni 2015 PPK/449.1/08/2015
kesehatan di RS

Tabel 2.25 Standar Prosedur Operasional Keperawatan Dan Kebidanan RS X

Nama Sop Tanggal Terbit Nomor Dokumen Ket.


1. Indikasi Pasien Masuk Ruang 13 Januari 2016 PP/449.1/146/2016 Ada
Instalasi Rawat Intensif / Intensif
Care Unit (ICU)
2. Produser Thoracositesis 13 Januari 2016 PP/449.1/151/2016 Ada
3. Pemasangan Endotracheal Tube 13 Januari 2016 PP/449.1/154/2016 Ada
(ETT)
4. Tindakan Ekstubasi 13 Januari 2016 PP/449.1/156/2016 Ada
5. Pengambilan Analisa Gas Darah 13 Januari 2016 PP/449.1/160/2016 Ada
(AGD)
6. Ekstubasi dan Dekanulasi 13 Januari 2016 PP/449.1/161/2016 Ada
Tracheostomi
7. Perawatan Tracheostomi Tube 13 Januari 2016 PP/449.1/162/2016 Ada
8. Prosedur Parasintesis 13 Januari 2016 PP/449.1/163/2016 Ada
9. Menerima pasien baru di ICU 8 Agustus 2016 PP/449.1/164/2016 Ada
10. Penilaian tingkat kesadaran 8 Agustus 2016 PP/449.1/165/2016 Ada
(Metode GCS)
11. Penangana pasien Cedera Kepala 8 Agustus 2016 PP/449.1/168/2016 Ada
12. Memasang Neck Coller 8 Agustus 2016 PP/449.1/169/2016 Ada
13. Memasang Gips Sirkuler 8 Agustus 2016 PP/449.1/170/2016 Ada
14. Pemberian Gliserin dengan spuit 8 Agustus 2016 PP/449.1/171/2016 Ada
15. Komunikasi Terapeutik 8 Agustus 2016 PP/449.1/173/2016 Ada
16. Serah Terima Jabat Perawat/Bidan 8 Agustus 2016 PP/449.1/174/2016 Ada
17. Injeksi Intra Muskular 8 Agustus 2016 PP/449.1/176/2016 Ada
18. Injeksi Intra Cutan 8 Agustus 2016 PP/449.1/177/2016 Ada
19. Bleder Trenning 8 Agustus 2016 PP/449.1/178/2016 Ada

26
Nama Sop Tanggal Terbit Nomor Dokumen Ket.
20. Irigasi Kandung Kemih 8 Agustus 2016 PP/449.1/179/2016 Ada
21. Huknah Rendah 8 Agustus 2016 PP/449.1/180/2016 Ada
22. Pemberian Oksigen 5 September 2017 PP/449.1/182/2017 Ada
23. Manual Ventilasi dengan Back 5 September 2017 PP/449.1/183/2017 Ada
Valve Mask (BVM)
24. Prosedur EKG 5 September 2017 PP/449.1/186/2017 Ada
25. Kompres Hangat Basah 5 September 2017 PP/449.1/189/2017 Ada
26. Kompres Hangat Kering 5 September 2017 PP/449.1/190/2017 Ada
27. Mencuci Rambut 5 September 2017 PP/449.1/192/2017 Ada
28. Pemasangan Selang Naso Gastrik 5 September 2017 PP/449.1/194/2017 Ada
(NGT)
29. Pemasangan Nutrisi Enteral 5 September 2017 PP/449.1/195/2017 Ada
30. Pemberian Obat Tropikal pada 5 September 2017 PP/449.1/196/2017 Ada
Kulit
31. Resusitasi Jantung Paru 5 September 2017 PP/449.1/197/2017 Ada
32. Mengatur posisi SIM 5 September 2017 PP/449.1/198/2017 Ada
33. Memberi obat tetes mata atau salep 5 September 2017 PP/449.1/199/2017 Ada
mata
34. Nebulizer 5 September 2017 PP/449.1/200/2017 Ada
35. Memindahkan pasien dari tempat 5 September 2017 PP/449.1/201/2017 Ada
tidur ke brangkar
36. Pemberian obat tetes telinga 5 September 2017 PP/449.1/202/2017 Ada
37. Pemberian obat supositoria 5 September 2017 PP/449.1/203/2017 Ada
38. Irigasi luka 5 September 2017 PP/449.1/204/2017 Ada
39. Menyisir rambut 5 September 2017 PP/449.1/206/2017 Ada
40. Pengelolaan sampah medik dan non 5 September 2017 PP/449.1/207/2017 Ada
medik
41. Pengelolaan sampah benda tajam 5 September 2017 PP/449.1/208/2017 Ada
42. Serah terima pasien pre operasi 5 September 2017 PP/449.1/209/2017 Ada
diruang penerimaan diruang
penerimaan instalasi bedah sentral
43. Serah terima pasien dari kamar 5 September 2017 PP/449.1/210/2017 Ada
operasi ke rawat inap
44. Persiapan oprasi elektif 5 September 2017 PP/449.1/211/2017 Ada
45. Persiapan kulit unutuk pembedahan 5 September 2017 PP/449.1/212/2017 Ada
(mencukur)
46. Cuci tangan prosedural 5 September 2017 PP/449.1/213/2017 Ada
47. Teknik memakasi masker 5 September 2017 PP/449.1/219/2017 Ada
48. Teknik melepas masker 5 September 2017 PP/449.1/220/2017 Ada
49. Penyerahan sampel jaringan dari 5 September 2017 PP/449.1/221/2017 Ada
petugas kamar bedah kepada
petugas bangsal, poli klinik dan
IGD
50. Pelayanan kebutuhan darah 5 September 2017 PP/449.1/231/2017 Ada
51. Pemberian tranfusi darah 7 Mei 2018 PP/449.1/233/2017 Ada
52. Memberikan injeksi sub cutan 7 Mei 2018 PP/449.1/234/2017 Ada
53. Memebrikan injeksi intravena 7 Mei 2018 PP/449.1/235/2017 Ada
54. Memberikan obat tetes hidung 7 Mei 2018 PP/449.1/236/2017 Ada
55. Menghitung nadi 7 Mei 2018 PP/449.1/237/2017 Ada
56. Pemasangan oroparingeal airway 7 Mei 2018 PP/449.1/238/2017 Ada
(OPA)
57. Menolong psien muntah 7 Mei 2018 PP/449.1/289/2017 Ada
58. Mengatur posisi lateral 7 Mei 2018 PP/449.1/240/2017 Ada
59. Tindakan suctioning 7 Mei 2018 PP/449.1/241/2017 Ada
60. Menjahit luka (hecting) 7 Mei 2018 PP/449.1/242/2017 Ada
61. Mengangkat jahitan 7 Mei 2018 PP/449.1/243/2017 Ada
62. Pemasangan kateter pria 5 Desember 2018 PP/449.1/251/2017 Ada
63. Pemasangan kateter wanita 5 Desember 2018 PP/449.1/253/2017 Ada
64. SPO Memberikan injeksi intravena 5 Desember 2018 PP/449.1/254/2017 Ada
65. Memasang infus 5 Desember 2018 PP/449.1/255/2017 Ada
66. Mengukur suhu 5 Desember 2018 PP/449.1/256/2017 Ada
67. Mengukur tekanan darah 5 Desember 2018 PP/449.1/257/2017 Ada
68. Menghitung frekuensi pernafasan 5 Desember 2018 PP/449.1/250/2017 Ada
69. Pemeriksaan Cito 1 Oktober 2015 MDGS AP/449.1/38/2015 Ada
70. Penatalaksanaan Hiperemesis 23 Februari 2016 MDGS.Ponek/444.1/113/2016 Ada

27
Nama Sop Tanggal Terbit Nomor Dokumen Ket.
Gravidarum
71. Imunisasi Hepatitis B 23 Februari 2016 MDGS.Ponek/449.1/97/2016 Ada
72. Pelayanan Post Natal 6 Januari 2016 MDGS.Ponek/449.1/30/2015 Ada
73. Penatalaksaan Infeksi Nifas 23 Februari 2016 MDGS.Ponek/449.1/104/2016 Ada
74. Penatalaksanaan Perdarahan Uterus 23 Februari 2016 MDGS.Ponek/449.1/112/2016 Ada
Disfunfsional
75. Perawatan Tali Pusat 6 Januari 2016 MDGS.Ponek/449.1/38/2015 Ada
76. Perawatan Luka Operasi (Ganti 6 Januari 2016 MDGS.Ponek/449.1/01/2016 Ada
balutr dan angkat jahit)
77. Penatalaksanaan Bartholinitis 23 Februari 2016 MDGS.Ponek/449.1/117/2016 Ada
Analisa Data
Berdasarkan data primer di ruang A RS X didapatkan bahwa ruangan memiliki 339
standar operasional prosedur (SOP) dalam mendukung pelayanan asuhan keperawatan
pada pasien.
4. Machine dan Material
a. Kajian Teori
Manajemen keperawatan mengatur atau mengelola semua aspek yang terkait
dengan ruangan dan pelayanan. Salah satu hal yang dapat menunjang suatu
pelayanan yaitu adanya fasilitas yang memadai. Rumah sakit memiliki kondisi yang
berbeda-beda dan komplek, kondisi ini mempengaruhi manajemen pelayanan
keperawatan termasuk penggunaan fasilitas dan peralatan yang digunakan untuk
menunjang pemberian asuhan keperawatan dan kelancaran pelaksanaan sehingga
diperoleh tujuan pelayanan keperawatan efisien dan efektif.
Jumlah fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun keperawatan dapat dipenuhi
dengan standar yang telah ditetapkan oleh masing-masing institusi dengan
memperhatikan jenis alat, bahan, warna, ukuran, jenis kegiatan, jumlah yang
dibutuhkan. Juga didasarkan atas pergroup bahan-bahan yang dipakai, di simpan
maupu maupun dicuci.
Bila sarana (kualitas dan kuantitas) yang tersedia tidak cukup (tidak sesuai)
dengan kebutuhan, maka sulitlah diharapkan baiknya mutu dari pelaksanaan
pelayanan keperawatan. Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan
bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia
yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi
sebagai salah satu sarana, sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa
materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki (Nursalam, 2010).
b. Kajian Data
1) Alat Kesehatan Medis
Alat medis adalah bagian dari peralatan kesehatan pada pedoman ini
adalah memerlukan kalibrasi, pemiliharaan, perbaikan, pelatihan pengguna, dan
dekomisioning (WHO,2011 dalam Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik
dan Sarana Kesehatan, 2015 ).

28
Peralatan medis adalah peralatan yang digunakan untuk keperluan terapi,
rehabilitasi dan penelitian medik, baik secara langsung maupun tidak langsung
(UURI No 44 Tahun 2009 tentang RS).
Tabel 2.26 Inventaris Alat Medik Ruang A RS X Tahun 2019
Kondisi Kondisi
No Fasilitas Jumlah Standar Keterangan
Baik Tidak Baik
1. Bag Valve Mask 4 3 1 2-3/ruangan Cukup
2. Bengkok 7 7 0 Sesuai Kebutuhan Cukup
3. Box baby 1 3 0 Sesuai Kebutuhan Cukup
4. Gelas ukur 1 1 0 Sesuai Kebutuhan Bed Cukup
5. EKG 1 1 0 Sesuai Kebutuhan Cukup
6. Syringe Pump 2 2 0 Sesuai Kebutuhan Cukup
7. Infus Pump 1 1 0 Sesuai Kebutuhan Cukup
8. Timbangan Dewasa 1 1 0 Sesuai Kebutuhan Cukup
9. Timbangan Bayi 2 1 1 Sesuai Kebutuhan Cukup
10. Kursi Roda 1 1 0 2-3/ruangan Cukup
11. Korentang 3 3 0 Sesuai Kebutuhan Cukup
12. Handwash 3 3 0 Sesuai Kebutuhan Cukup
13. Handscrub 15 15 0 Sesuai Kebutuhan Cukup
14. Set Perawatan 1 1 0 Sesuai Kebutuhan Cukup
Perineum
15. Pinset anatomi 3 3 0 Sesuai Jumlah Bed Cukup
atau 2x jumlah bed
16. Stek pan/ Pispot 11 11 0 Sesuai jumlah bed Cukup
17. Termometer 6 3 3 Sesuai Cukup
18. Reflek Hamer 2 2 0 Sesuai Kebutuhan Cukup
19. Stethotscope 5 1 4 Sesuai Kebutuhan Kurang
20. Suction Pump 1 1 0 Sesuai jumlah bed Cukup
21. Torniquet 1 1 0 Sesuai kebutuhan Cukup
22. Troly Instrumen 2 2 0 1-2/ruangan Cukup
23. Troly EKG 1 1 0 Sesuai Kebutuhan Cukup
24. Troly Emergancy 1 1 0 Sesuai Kebutuhan Cukup
25. Tiang Infus 12 11 1 Sesuai jumlah bed Kurang
26. Bak instrumen 3 3 0 2-3/ruangan Cukup
(besar, kecil,
sedang)
27. Baskom 16 16 0 Sesuai jumlah bed Cukup
28. Kasur dekubitus 1 1 0 Sesuai Kebutuhan Cukup
29. Animex 1 1 0 Sesuai Kebutuhan Cukup
30. Spygnomanometer 4 3 1 Sesuai Kebutuhan Cukup
31. Gunting verban 2 2 0 2-3/ruangan Cukup
32. Korentang dan 2 2 0 2-3/ruangan Cukup
tempatnya
33. Set medikasi 1 1 0 Sesuai Kebutuhan Cukup
34. Nebulizer 2 1 1 Sesuai Kebutuhan Cukup
35. Etalase obat 1 1 0 Sesuai Kebutuhan Cukup
36. Safety box 4 4 0 Sesuai Kebutuhan Cukup
modifikasi
37. Cold bag 1 1 0 Sesuai Kebutuhan Cukup
38. Emergency kit 1 1 0 Sesuai Kebutuhan Cukup
39. Drasing kit 1 1 0 Sesuai Kebutuhan Cukup
40. Rak troli kliling 1 1 0 Sesuai Kebutuhan Cukup
41. Termos kassa streril 2 2 0 Sesuai Kebutuhan Cukup
42. Box pengiriman 1 1 0 Sesuai Kebutuhan Cukup
sampel darah
Analisa Data
Dari tabel diatas didapatkan hasil sebagian besar jumlah alat medis yang
berfungsi dengan baik di ruang A RS X sudah sesuai dengan standar kebutuhan
alat medis di ruangan. Namun untuk jumlah tiang infus yang terdapat pada ruang

29
A RS X kurang memenuhi standar karena belum sesuai dengan jumlah bed.
Jumlah tiang infus di ruang A RS X berjumlah 12 dengan kondisi yang baik
berjumlah 11 dan kondisi tidak baik berjumlah 1. Begitu pula dengan alat
stethotscope, walaupun untuk standar alat ini yaitu disesuiakan dengan kebutuhan
tetapi stethotscope yang terdapat pada ruangan tersebut berjumlah 5 dengan
kondisi baik hanya 1 sedangkan dengan kondisi yang tidak baik berjumlah 4
stethotscope.
Jika dilihat dari 10 kasus yang tedapat di ruang A RS X maka ada
beberapa alat yang kurang memenuhi standar yaitu nebulizer. Ruang A RS X
memiliki 2 unit nebulizer dengan kondisi salah satunya tidak baik. Hal ini dapat
mempengaruhi kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Sepuluh kasus penyakit terbanyak menunjukan bahwa di ruang A RS X
mengelola penyakit dalam bidang obsygn. Namun, ruang A RS X hanya
mempunyai 2 unit timbangan bayi dan salah satu timbangan bayi tersebut dalam
kondisi tidak baik. Hal ini dapat mempengaruhi kinerja perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan.

Tabel 2.27 Inventaris Fasilitas Mesin Medik di Ruang A RS X Tahun 2019


No. Nama Alat Jumlah Standar Keterangan
1 Animex 1 Sesuai kebutuhan Kurang
2 Syringe pump 2 Sesuai kebutuhan Kurang
3 Nebulizer 2 Sesuai kebutuhan Cukup
4 EKG 1 1 Cukup
5 Suction pump 1 1 Cukup
6 Infus Pump 1 Sesuai kebutuhan Kurang
7 Sterilisator Kering 1 1 Cukup
Sumber : Data Observasi 2019 dan Studi Dokumentasi 2018.

Analisa Data
Berdasarkan tabel fasilitas mesin di rungan RS X ada beberapa alat yang
kurang seperti, animex hanya mempunyai 1, syiringe pump hanya mempunyai 2
dan infus pump hanya mempunyai 1. Ketiga alat tersebut kurang karena tidak
sesui dengan kebutuhan di ruangan A RS X. Syringe pump dan infus pump juga
belum memiliki SOP terkait pengoperasian alat. Hal ini dapat mempengaruhi
kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Berdasarkan sepuluh kasus terbanyak di ruang A RS X salah satunya
terdapat kasus CHF sebanyak 8,3% (22 pasien) selama tahun 2019. Sedangkan di
ruaangan hanya memiliki 1 unit infus pump. Hal ini dapat mempengaruhi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan.

2) Alat Kesehatan non Medis

30
a) Linen
` Linen rumah sakit adalah bahan atau kain yang digunakan di rumah sakit
untuk kebutuhan pembungkus kasur, bantar,guling, dan alat instrument steril
kainnya (Legowati & Subagiyo, 2016).
Tabel 2.28 Inventaris Alat Linen Di Ruang A RS X tahun 2019
No Nama Barang Data Standar Ket. Validasi Kondisi
1 Sprei 51 3/tempat tidur Cukup Baik
2 Stik Laken 52 3/tempat tidur Cukup Baik
3 Sarung Bantal 56 3/tempat tidur Cukup Baik
4 Selimut Pasien 24 3/tempat tidur Cukup Baik
5 Taplak Meja 30 2/kamar Cukup Baik
6 Bantal 14 1/tempat tidur Cukup Baik
7 Perlak Pasien 13 1/tempat tidur Cukup Baik
8 Handuk Pasien 7 1/pasien Cukup Baik
Baju Tindakan 19 1/petugas Cukup Baik
9
Pink
12 Sarung Guling 50 3/tempat tidur Cukup Baik
Analisa Data
Berdasarkan tabel diatas yang merupakan hasil observasi tentang fasilitas
linen diruang A RS X diperoleh hasil bahwa fasilitas linen semua dalam
keadaan baik. Namun untuk handuk pasien kurang memenuhi standar dimana
untuk standar handuk pasien yaitu setiap pasien 1 handuk agar dapat
meminimalkan infeksi nosocomial. Perlak pasien dalam RS X hanya
mempunyai 13 sedangkan kasus yang terdapat dalam RS X adalah pasien
dengan partus sebanyak 6,01% dengan jumlah 16 pasien dan premature
rupture membrane sebanyak 6,39% dengan jumlah 17 pasien, dari jumlah
yang tersedia dengan kasus yang terdapat pada RS X maka belum sesui
dengan standar alat untuk kebutuhan.
b) Alat Perkantoran dan Alat Rumah Tangga
Alat perkantoran adalah alat-alat atau perlengkapan-perlengkapan yang
dipakai dalam kantor guna kelancaran perusahaan dalam melakukan atau
melaksanakan kegiatan-kegiatan administrasinya (Subekti, 2013).
Rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau
seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal serta makan dari satu dapur.
Makan dari satu dapat berarti pembiayaan keperluarn apabila pengurusan
kebutuhan sehari-hari dikelola bersama-sama (BPS, 2013).

Tabel 2.29Inventaris BlangkoDi Ruang A RS X tahun 2019

NO Nama Alat Keterangan Validasi


1. Blangko Indikasi Pasien Masuk Cukup Ada
2. Blangko Hasil Lab Cukup Ada
3. Blangko Instalasi Radiologi Cukup Ada
4. Blangko Lembar Tranfer Pasien Cukup Ada
5. Blangko permintaan diit Cukup Ada
6. Blangko Persetujuan tindakan kedokteran Cukup Ada
7. Blangko lembar resiko jatuh anak Cukup Ada
8. Blangko Lembar resiko jatuh dewasa Cukup Ada

31
NO Nama Alat Keterangan Validasi
9. Blangko Score EWS anak Cukup Ada
10. Blangko Score EWS dewasa Cukup Ada
11. Blangko Lembar permintan ambulance Cukup Ada
12. Blangko Grafik dan motorik dan evaluasi px Cukup Ada
13. Blangko Pengelola pasien Cukup Ada
14. Blangko Tranfer darah Cukup Ada
15. Blangko Permintaan pem-lab Cukup Ada
16. Blangko Pernyataan penolakan tindakan kedokteran Cukup Ada
17. Blangko Surat persyaratan pulang Cukup Ada
18. Blangko Surat konsul Cukup Ada
19. Blangko Score EWS Obstketrik Cukup Ada
20. Blangko Assesment pra anestesi Cukup Ada
21. Blangko Assment ulang nyeri Cukup Ada
22. Blangko Assement pra operasi Cukup Ada
23. Blangko aslap Cukup Ada
24. Blangko assasment ulang/lanjut Cukup Ada
25. Blangko Balance cairan Cukup Ada
26. Blangko CPPT Cukup Ada
27. Blangko Larutan sedasi dan anastei Cukup Ada
28. Blangko Catatan pemberian obat Cukup Ada
29. Blangko Catatan perkembangan pasien Cukup Ada
30. Blangko Clinikal pathway SC elektif Cukup Ada
31. Blangko Fall scale Cukup Ada
32. Blangko Formulir pendaftaran oprasi Cukup Ada
33. Blangko Data maternal perinatal Cukup Ada
Sumber : Data Observasi.

Analisa Data
Berdasarkan tabel di atas keseluruhan blangko kebutuhan pelayanan di
ruang A RS X terpenuhi dengan cukup dan sudah mendapatkan validasi.
Tidak ada masalah dari inventaris blanko di ruangan.
Tabel 2.30 Inventaris Buku Bantu Ruang A RS X Tahun 2019
N
Nama Buku Data Keterangan Validasi Kondisi
o
1 Pindah Bangsal 1 Ada Baik
2 Bon Obat Bangsal 1 Ada Baik
3 Pulang Bangsal 1 Ada Baik
4 Diit 1 Ada Baik
5 Pengembalian RM 1 Ada Baik
6 Supervisi/Supervisor 1 Ada Baik
7 Terapi Obat Klien 1 Ada Baik
8 Bantu Penerimaan Barang 1 Ada Baik
9 Kartu Tunggu 1 Ada Baik
10 Kerusakan Barang 1 Ada Baik
11 Permintaan Barang (Sarana
dan alat) 1 Ada Baik
12 Rujukan 1 Ada Baik
13 Laporan Rapat 1 Ada Baik
14 Inventaris Obat 1 Ada Baik
15 Inventaris Barang 1 Ada Baik
16 Rekening (Keuangan) 1 Ada Baik
17 Data (rekapitulasi) 1 Ada Baik
18 Buku PPK CP 1 Ada Baik
19 Buku di Rawat 1 Ada Baik
20 Buku Pasien Imut 1 Ada Baik

Analisa Data

32
Berdasarkan tabel di atas keseluruhan buku bantu dalam kebutuhan
pelayanan di ruang A RS X terpenuhi dengan cukup dan sudah
mendapatkan validasi kondisi yang baik. Tidak ada masalah dari
inventaris buku bantu di ruangan.
Tabel 2.31 Inventaris Alat Rumah Tangga Di Ruang
A RS X tahun 201
Keterangan
NO Nama Alat Inventaris Standart
Cukup Tidak
1 Tempat Linen Kotor 1 1 
2 Serok Sampah 1 1 
3 Sapu lantai 2 2 
4 Stik Pel 2 2 
5 Keset 28 30 
6 Ember 4 4 
7 Ember Mandi Tertutup 13 13 
8 Gayung 15 15 
9 Gelas Ukur Urine 1 2 
10 Baskom Mandi Stenlise 15 12 
11 Urinal 11 11 
12 Pispot 11 11 
13 Alat Dapur Rumah Tangga 1 set 1 set 
14 Kompor 1 1 
15 Tabung Gas 1 2 
16 Lemari Es 2 2 
17 Dispenser 2 2 
18 Keranjang Obat 22 22 
19 Rak Sepatu 1 1 
20 Meja 6 6 
21 Meja Nursing Stasioner
2 2 
Center
22 Kursi 4 4 
23 Bangku 6 6 
24 Sterofom Pengumuman 1 1 
25 Daftar nama perawat 1 1 
26 Papan Jadwal tim code blue 1 1 
27 Papan Jadwal tim code red 1 1 
28 Helm Apar 4 4 
29 Apar 1 2 
30 Almari Besar 4 4 
31 Kipas Angin 5 3 
32 Televisi 14 12 
33 Tempat Limbah Tajam 1 2 
34 Tempat Sampah Medis 10 10 
35 AC 12 12 
36 Tabung O2 Transport 1 2 

37 Jam Dinding 14 14 
38 Telepon 1 1 
39 Kalkulator 1 1 
40 Komputer 1 unit 1 unit 
41 Emergency Kit + Buku 1 set 1 set 
Kontrol
42 Kasur Perawat 1 1 
43 Lemari B3 1 1 
44 Lemari BAHP 2 2 
45 Pengatur Suhu Kulkas 1 1 
46 Tempat Jemuran Handuk 13 13 
47 Trolley Linen 1 1 
48 Rak piring 1 1 
49` Meja Makan Pasien 12 12 
50 Washtafel 2 2 
51 Alarm bad pasien 1 1 

33
Keterangan
NO Nama Alat Inventaris Standart
Cukup Tidak
52 Termos air panas 2 12 
53 Kulkas 2 2 
54 Kamar Mandi 14 14 
55 Rak dokumen 4 4 
56 Rak lemari plastik 3 3 
57 Rak lemari pasien 11 11 
58 Kasur lipat 11 11 
59 Jemuran baju pasien 11 11 
60 Tangga kayu pasien 11 11 
61 Etalase buku 1 1 
62 Kursi panjang ruangan pasien 11 11 
63 Sofa 2 set 2 set 
64 Spidol 6 6 
65 Tip-x 2 2 
66 Penggaris 2 2 
67 Blu Red 2 2 
68 Streples 2 2 
69 Pembolong Kertas 1 1 
70 Gunting 1 1 
71 Midline 1 1 
72 Isi Streples 2 kotak 2 kotak 
73 Humidifier 9 12 
Sumber : Data Observasi 2019 dan Studi Dokumentasi 2018

Analisa Data
Berdasarkan tabel (material) inventaris alat non medis di ruang RS
X terdapat beberapa alat rumah tangga yang belum memenuhi standar atau
tidak cukup ketersediannya yaitu, gelas ukur urine berjumlah 1 buah dari
standart 2 buah dimana hal ini akan sangat mempengaruhi kinerja perawat
dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dan pada RS X terdapat
penyakit ifeksi saluran kemih dngan jumlah 5,26%.Alat tabung gas
berjumlah 1 buah dari standart 2 buah tabung gas sedangkan dalam RS X
terdapat pasien dengan penyakit Pneumonia sebanyak 7,89 %, dalam RS X
hanya mempunyai tabung O2 transport dan juga ada 5,26% kasus
pengiriman melalui oprasi cecar afektif di RS X dari kasus yang terdapat di
RS X dengan faislitas alat tabung O2 maka belum memenuhi standar.

B. Unsur Proses
1. Standar Manajemen Keperawatan
a. Pilar I Pendekatan Manajemen (Manajemen APN Roach)
Model praktek keperawatan menempatkan pendekatan manajemen
(Manajemen APN roach) sebagai pilar praktek profesional yang pertama. Oleh sebab
itu, proses manajemen harus dilaksanakan dengan disiplin demi menjamin pelayanan
yang diberikan kepada pasien dan ataukeluarga.
Di ruang MPKP pendekatan manajemen diterapkan dalam bentuk fungsi
manajemen yang terdiri dari Perencanaan (Planning), Pengorganisasian
(Organizing), Pengarahan (Directing), Penegndalian (Controling)

34
b. Planning
Merupakan pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan penentuan strategi
kebijaksanaan proyek program prosedur metode sistem anggaran dan standar yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan (Handoko, 2000). Perencanaan merupakan
pemikiran atau konsep-konsep tindakan yang umumnya tertulis dan merupakan
fungsi penting didalam mengurangi resiko dalam pengambilan keputusan,
pemecahan masalah, efek-efek dan perubahan. Selama proses perencanaan, yang
dapat dilakukan oleh pimpinan keperawatan adalah menganalisis dan mengkaji
sistem, mengatur strategi organisasi dan menentukan tujuan jangka panjang dan
pendek, mengkaji sumber daya organisasi, mengidentifikasi kemampuan yang ada,
dan aktifitas spesifik serta prioritas. Perencanaan dalam manajemen mendorong
seorang pemimpin keperawatan untuk menganalisis aktivitas dan struktur yang
dibutuhkan dalam organisasinya sehingga dalam mengoptimalkan efektifitas staf
serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan
misi.
Kerangka perencanaan terdiri dari:
1) Visi, berisi tujuan jangka panjang
2) Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah mencapai visi
3) Filosofi, suatu yang bisa menguatkan motivasi
4) Tujuan, berisikan tujuan yang ingin dicapai
5) Objektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai tujuan
6) Prosedur, berisi pelaksanaan perencanaan
7) Aturan, berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang menyimpang
Model Perencanaan meliputi:
1) Reactive planing, yaitu tak ada perencanaan, manejer langsung melakukan
tindakan begitu menemukan masalah. Perubahan yang terjadi tidak pasti karena
dipengaruhi oleh masalah dan kondisi yang ada.

35
2) Inactive planning, yaitu perencanaan sudah dibuat sejalan dengan masalah yang
muncul telah ada bayangan atau perencanaan tetapi dalam pelaksanaannya
dilakukan sejalan dengan perkembangan masalah.
3) Preactive planning, yaitu penyusunan perencanaan dengan mengetahui rencana
ke depan pencapaian target yang sudah pasti ( sudah jelas dan tidak berubah).
Ciri dari perencanaan ini adalah tujuan yang akan dicapai jelas, terdapat
pembatasan waktu perencanaan berlangsung, terdapat indikator pencapaian
target, risiko dan ketidakpastian jelas.
4) Proactive plannning, yaitu pembuatan perencanaan dengan memperhatikan
masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Masa lalu digunakan sebagai
pengalaman untuk menyusun perencanaan sekarang dan masa depan, masa
sekarang sebagai pelaksanaan perencanaan, dan masa depan merupakan
perencanaan yang disusun berdasarkan evaluasi pelaksanaan perencanaan masa
lalu dan sekarang.
Perencanaan berdasarkan periode meliputi:
1) Perencanaan jangka panjang yaitu perencanaan yang direncanakan untuk tahun
depan.
2) Perencanaan jangka pendek terdiri dari:
a) Rencana harian
Rencana harian adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat (kepala
ruangan, kepala tim, dan perawata pelaksana) sesuai dengan perannya
masing-masing yang dibuat untuk setiap shift. Isi kegiatan disesuaikan
dengan peran dan fungsi perawat. Rencana harian dibuat sebelum operan
dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dilakukan dan dilengkapi pada
saat operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan pre conference.
Rencana harian kepala ruangan meliputi :
(1) Asuhan keperawatan
(2) Supervisi katim dan perawat pelaksana
(3) Supervisi tenaga selain perawat dan kerjasama dengan unit terkait.
Rencana harian ketua tim meliputi :
(1) Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien oleh tim yang menjadi
tanggung jawabnya.
(2) Melakukan supervisi perawat pelaksana
(3) Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain
(4) Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas
Rencana harian perawat pelaksana :
Berisi tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat untuk
shif dinasnya. Rencana harian perawat pelaksanaan shift sore dan malam

36
sedikit berbeda, yaitu jika hanya satu orang dalam satu tim perawat
tersebut berperan sebagai ketua tim dan perawat pelaksana sehingga tidak
ada kegiatan pre dan post conference.
b) Rencana bulanan
Rencana bulanan merupakan rencana tindak lanjut yang dibuat oleh kepala
ruangan dan kepala tim.
Rencana bulanan kepala ruang:
Setiap akhir bulan kepala ruang melakukan evaluasi hasil keempat pilar
atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut. Karu akan
membuat rencana tindak lanjut untuk meningkatkan kualitas hasil.
Kegiatan yang mencakup rencana bulanan karu sebagai berikut:
(1) Membuat jadwal dan memimpin case coference
(2) Membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok
keluarga
(3) Membuat jadwal dinas
(4) Membuat jadwal petugas TAK
(5) Membuat jadwal dan memimpin rapat bulanan perawat
(6) Melakukan jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan
(7) Membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat
pelaksana
(8) Melakukan audit dokumentasi
(9) Membuat laporan bulanan
Rencana bulanan ketua tim
Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi terhadapkeberhasilan
kegiatan yang dilakukan oleh timnya. Kegiatan yang mencakup rencana
bulanan katim adalah sebagai berikut:
(1) Mempresentasikan kasus dalam case conference
(2) Memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
(3) Melakukan supervise perawat pelaksana.
c) Rencana tahunan
Setiap akhir tahun kepala ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan
dalam 1 tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut dan
penyusunan rencana tahunana berikutnya. Rencana kegiatan tahunan
mencakup hal-hal berikut:
(1) Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik
proses kegiatan (kegiatan 4 pilar praktek profesional yang sudah
dilakukan) maupunevaluasi mutu pelayanan.
(2) Melakukan rotasi tim untuk penyegaran anggota masingmasing tim.

37
(3) Penyegaran terkait dengan materi MPKP khusus kegiatan yang
memiliki pencapaian rendah.
(4) Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang
karir perawat (Pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu)
rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal, membuat jadwal
untuk mengikuti pelatihan.
c. Organizing(Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah pembentukan struktur untuk melaksanakan perencanaan,
menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan kepada pasien yang paling tepat,
mengelompokkan kegiatan untuk mencapai tujuan unit serta melakukan peran dan
fungsi dalam organisasi dan menggunakan power serta wewenang dengan tepat.
(marquis dan Houston,2000).
Organisasi itu sendiri diartikan sebagai kumpulan orang dengan sistem kerja sama
untuk mencapai tujuan bersama. Dalam sistem kerjasama secara jelas diatur siapa
menjalankan apa, siapa bertanggung jawab atas siapa, arus komunikasi dan
memfokuskan sumber daya pada tujuan. Karakteristik sistem kerja sama dapat
dilihat, antara lain.
1) Ada komunikasi antara orang yang bekerja sama,
2) Individu dalam organisasi tersebut mempunyai kemampuan untuk bekerja sama
3) Kerjasama itu ditujukan untuk mencapai tujuan. Pengorganisasian menentukan
mengenai tenaga yang akan melaksanakan perencanaan, pembagian tugas,
wewenang, tanggung jawab dan mekanisme pertanggung jawaban masirng-
masing kegiatan.
Berdasarkan hal tersebut maka fungsi pengorganisasian dari kepala ruang adalah
(Nursalam,2016)
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2) Merumuskan tujuan metode penugasan
3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas
4) Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua tim dan ketua tim
membawahi 2 ketua tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat
5) Mengatur dan mengendalikan logistik unit
6) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
7) Mendelegasi tugas saat kepala unit tidak berada ditempat kepada ketua tim.
8) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi klien
9) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya
10) Identifikasi masalah dan cara penanganan
Nursalam (2016) mendefinisikan MPKP sebagai suatu sistem (struktur, proses, nilai-
nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian

38
asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk mendukung pemberian asuhan
keperawatan. Sub sistem MPKP terdiri dari 5 elemen yaitu :
1) Pendekatan manajemen
2) Hubungan profesional
3) Nilai-nilai profesional (inti MPKP)
4) Metode pemberian asuhan keperawatan
5) Sistem kompensasi dan penghargaan
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada beberapa teori mengenai metode
asuhan keperawatan. Ada beberapa metode pemberian asuhan keperawatan
profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan.
1) Metode Fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar pasien, pelayanan keperawatan dibagi
menurut tugas yang berbeda dan dilaksanakan oleh perawat yang berbeda-beda
tergantung pada kompleksitas dari setiap tugas, contoh: fungsi menyuntik,
membagi obat, membalut luka
2) Metode Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi dalam memberkan asuhan
keperawatan khusus seperti kasus isolasi dan intensivecare
Kelebihannya :
a) Perawat lebih memahami kasus perkasus
b) Sistem Observasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangannya:
c) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggungjawab
d) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama
3) Metode Tim
Metode ini dikembangkan berdasarkan falsafah, mengupayakan pencapaian
tujuan dengan menggunakan kecakapan dan kemampuan anggota kelompok,
ketua tim (perawat profesional) mengkoordinasikan sekelompok anggota
(perawat profesional, non profesional, pembantu perawat). Metode ini
menggunakan tim yany terdiri dari anggota-anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Kepala tim
bertanggung jawab membuat perencanaan dan Observasi asuhan keperawatan
untuk semua pasien yang ada dibawah tanggung jawab timnya. Tujuan perawat

39
tim adalh memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan
staf yang tersedia.
Konsep metode Tim :
a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknikkepemimpinan.
b) Pentinggnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatanterjamin.
c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketuatimPeran kepala ruangan
penting dalam model tim, model tim akanberhasil bila didukung oleh
kepalaruang.
4) Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai
keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan
antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana.Metode primer ini ditandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan
selama pasien dirawat.
Konsep dasar metode primer :
a) Ada tanggung jawab dan tanggunggugat
b) Adaotonomi
c) Ketertiban pasien dankeluarga
5) Metode Primer Modifikasi
Metode keperawatan primer tidak dapat digunakan secara murni karena pada
umumnya di Indonesia masih terkendala oleh keterbatasan kualitas tenaga
keperawatan, maka dalam rangka menjamin terselenggaranya asuhan
keperawatan yang bermutu dan professional dikembangkan metode primer yang
dimodifikasi dengan harapan kualitas asuhan keperawatan dapat terjamin secara
terus-menerus selama pasien dirawat dan terselenggara dengan terfokus pada
kepuasan pasien atau keluarga (Sumarsi, 2008).

b) Kajian Data
Tabel 2.32 Observasil Tugas Kepala Ruang Keperawatan Di Ruang A RS X (3
hari observasi, tgl 30 Feb, 2, dan 3 Mei 2019) (Skala Guttman :Ya = 1, Tidak = 0)
No Uraian Tugas Ya Tidak
1 Membagi staff ke dalam grup MPM sesuai dengan kemampuan dan beban 3 0
kerja
2 Membuat jadwal dinas koordinasi dengan PN 3 2
3 Menyiapkan materi tentang permasalahan pasien dan ruangan yang ada 1 1
pada hari tersebut termasuk laporan permasalahan dinas malam

40
4 Kepala ruang melakukan meeting morning untuk menindak lanjuti masalah 2 0
yang ada yang diawali dan diakhiri dengan doa
5 Membagi pasien ke dalam grup MPM sesuai dengan 3 0
kemampuan dan beban kerja
6 Menfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas PN dan AN 3 0

7 Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh 1 2


staf keperawatan untuk mencapai kinerja yang optimal
Memberikan reinforcement positif kepada semua staf
8 termasuk pada saat mengakhiri meeting morning 0 3
kepada dinas malam dan dinas pagi
Melakukan upaya peningkatan mutu asuhan
9 keperawatan dengan melakukan Observasi melalui 0 3
angket setiap pasien akan pulang
10 Mendelegasikan tugas kepada PJTJ pada jaga sore, malam, libur 3 0

11 Berperan serta sebagai konsultan dari PN 3 0


12 Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staff melalui 3 0
daftar hadir yang ada diruang
13 Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan 0 3
Keluarga
14 Mengadakan CNE ( continuing nursing education) tiap bulan 0 3
sekali
Junlah 25 17
Presentase 59,52% 40,48%
Sumber : Observasi hasil

Keterangan :
1 : Kurang (K) ≤ 56%,2 : Cukup (C) 56%- 75%, 3 : Baik (B)76%-100%.
Analisa

Hasil observasi dan wawancara tugas kepala ruang A menunjukkan hasil presentase
59,52% (cukup). Dari hal tersebut masih ada tugas kepalang ruang yang belum
dilakukan secara optimal seperti memberikan reinforcement positif kepada semua
staftermasuk pada saat mengakhiri meeting morningkepada dinas malam dan dinas
pagi, melakukan upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan dengan melakukan
Observasi melalui angket setiap pasien akan pulang, memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien dan keluarga, mengadakan CNE (continuing nursing
education) tiap bulan sekali. Sehingga kepala ruang perlu meningkatkan kestabilan
tanggung jawab untuk peningkatan mutu asuhan keperawatan.

Tabel 2.33 Observasi Pelaksanaan Tugas PN


Di dalam Sistem Asuhan Keperawatan dengan ModelPrimer Modifikasi
Di Ruang A RS X (3 hari observasi, tgl 30 Feb, 2, dan 3 Mei 2019)
(Skala Guttman : Ya = 1 , Tidak = 0 )
PN 1 PN 2
No Uraian tugas
Ya Tidak Ya Tidak
1 Bertugas pada pagi hari 3 0 3 0
2 Bersama AN menerima operan tugas jaga dari AN
3 0 3 0
yang tugas malam
3 Bersama AN melakukan konfirmasi/supervisi
tentang kondisi pasien segera setelah selesai operan 3 0 3 0
tugas jaga malam
41
PN 1 PN 2
No Uraian tugas
Ya Tidak Ya Tidak
4 Bersama AN melakukan do’a bersama sebagai awal
dan akhir tugas setelah selesai operan tugas jaga 3 0 3 0
malam
5 Melakukan pre conference dengan semua AN yang
3 0 3 0
ada dalam grupnya setiap awal dinas pagi
6 Membagi tugas atau pasien kepada AN sesuai
3 0 3 0
kemampuan dan beban kerja
7 Melakukan pengkajian, menetapkan masalah atau
diagnosa dan perencanaan keperawatan kepada
3 0 3 0
semua pasien yang menjadi tanggung jawab ada
bukti direkam keperawatan
8 Memonitor dan membimbing tugas AN 3 0 0 3
9 Membantu tugas AN untuk kelancaran pelaksanaan
3 0 3 0
asuhan pasien
10 Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi catatan
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh AN yang 3 0 3 0
ada dibawah tanggung jawabnya
11 Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien
sesuai tujuan yang ada dalam perencanan asuhan
1 2 2 1
keperawatan dan ada bukti dalam rekam
keperawatan
12 Melaksanakan post conference pada setiap akhir
dinas dan menerima laporan akhir tugas jaga dari 0 3 0 3
AN untuk persiapan operan tugas jaga berikutnya
13 Mendampingi AN dalam operan tugas jaga kepada
3 0 3 0
AN yang bertugas jaga berikutnya
14 Memperkenalkan AN yang ada dalam satu grup atau
yang akan merawat selama pasien dirawat atau 0 3 0 3
kepada pasien/keluarga baru
15 Mendelegasikan tugas kepada AN pada sore malam
3 0 3 0
libur
16 Melaksanakan pendelegasian tugas PJ ruang bila
1 2 1 2
pagi hari tidak bertugas
17 Menyelenggarakan diskusi kasus dengan dokter dan
0 3 0 3
tim kes lain setiap minggu
18 Menyelenggarakan diskusi kasus dalam pertemuan
0 3 0 3
rutin keperawatan diruangan minimal sebulan sekali
19 Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas 3 0 3 0
20 Melakuakan bimbingan klinik keperawatan kepada
AN minimal seminggu sekali (ronde 0 3 0 3
keperawatan/bed side teaching)
Jumlah 41 39
Sumber: Hasil data primer
Persentasi Nilai Rata-Rata PN1 dan PN2= 41+39= 80/120=0.666x100= 67%
Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi PN ruangan A yang dilakukan selama 3 hari
menunjukkan hasil 67% yang artinya masuk dalam kategori cukup. Di ruang
terdapat 2 orang PN yang membawahi 11 AN. Dalam aplikasi tugas PN, ada
beberapa yang tidak sesuai dengan SOP antara lain: memonitor dan membimbing
tugas AN, Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien sesuai tujuan yang ada

42
dalam perencanan asuhan keperawatan dan ada bukti dalam rekam keperawatan,
melaksanakan post conference pada setiap akhir dinas menerima laporan akhir tugas
jaga dari AN untuk persiapan operan tugas jaga berikutnya, memperkenalkan AN
yang ada dalam satu grup atau yang akan merawat selama pasien dirawat atau
kepada pasien/keluarga baru, menyelenggarakan diskusi kasus dengan dokter dan
tim kesehatan lain tiap minggu, melakuakan bimbingan klinik keperawatan kepada
AN minimal seminggu sekali (ronde keperawatan/bed side teaching). Sehingga PN
perlu meningkatkan tugasnya agar pemberian asuhan keperawatan tercapai dengan
optimal.

Tabel 2.34 Observasi Pelaksanaan Tugas PN


Di dalam Sistem Asuhan Keperawatan dengan ModelPrimer Modifikasi
Di Ruang A RS X (3 hari observasi, tgl 30 Feb, 2, dan 3 Mei 2019)
(Skala Guttman : Ya = 1 , Tidak = 0 )
PN 1 PN 2
No Uraian tugas
Ya Tidak Ya Tidak
1 Bertugas pada pagi hari 3 0 3 0
2 Bersama AN menerima operan tugas jaga dari AN
3 0 3 0
yang tugas malam
3 Bersama AN melakukan konfirmasi/supervisi
tentang kondisi pasien segera setelah selesai operan 3 0 3 0
tugas jaga malam
4 Bersama AN melakukan do’a bersama sebagai awal
dan akhir tugas setelah selesai operan tugas jaga 3 0 3 0
malam
5 Melakukan pre conference dengan semua AN yang
3 0 3 0
ada dalam grupnya setiap awal dinas pagi
6 Membagi tugas atau pasien kepada AN sesuai
3 0 3 0
kemampuan dan beban kerja
7 Melakukan pengkajian, menetapkan masalah atau
diagnosa dan perencanaan keperawatan kepada
3 0 3 0
semua pasien yang menjadi tanggung jawab ada
bukti direkam keperawatan
8 Memonitor dan membimbing tugas AN 3 0 0 3
9 Membantu tugas AN untuk kelancaran pelaksanaan
3 0 3 0
asuhan pasien
10 Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi catatan
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh AN yang 3 0 3 0
ada dibawah tanggung jawabnya
11 Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien
sesuai tujuan yang ada dalam perencanan asuhan
1 2 2 1
keperawatan dan ada bukti dalam rekam
keperawatan
12 Melaksanakan post conference pada setiap akhir
dinas dan menerima laporan akhir tugas jaga dari 0 3 0 3
AN untuk persiapan operan tugas jaga berikutnya
13 Mendampingi AN dalam operan tugas jaga kepada
3 0 3 0
AN yang bertugas jaga berikutnya
14 Memperkenalkan AN yang ada dalam satu grup atau
yang akan merawat selama pasien dirawat atau 0 3 0 3
kepada pasien/keluarga baru

43
PN 1 PN 2
No Uraian tugas
Ya Tidak Ya Tidak
15 Mendelegasikan tugas kepada AN pada sore malam
3 0 3 0
libur
16 Melaksanakan pendelegasian tugas PJ ruang bila
1 2 1 2
pagi hari tidak bertugas
17 Menyelenggarakan diskusi kasus dengan dokter dan
0 3 0 3
tim kes lain setiap minggu
18 Menyelenggarakan diskusi kasus dalam pertemuan
0 3 0 3
rutin keperawatan diruangan minimal sebulan sekali
19 Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas 3 0 3 0
20 Melakuakan bimbingan klinik keperawatan kepada
AN minimal seminggu sekali (ronde 0 3 0 3
keperawatan/bed side teaching)
Jumlah 41 39
Sumber: Hasil data primer

44
Tabel 2.35 Observasi Pelaksanaan Tugas AN
Dalam Sistem Asuhan Keperawatan dengan Metode Primer Modifikasi
di Ruang A RS X (3 hari observasi, tgl 30 Feb, 2, dan 3 Mei 2019)
(Skala Guttman : Ya = 1, Tidak = 0)
Tugas AN yang mendukung pelaksanaan sistem AN 1 AN 2 AN 3 AN4 AN5 AN6
pemberian asuhan keperawatan dengan metode Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
No
primer modifikasi (P1)
Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0
1
jaga dari dan kepada AN yang ada dalam satu grup
2 Melakukan konfirmasi atau supervisi tentang 2 1 0 3 1 2 2 1 3 0 3 0
kondisi pasien segera setelah selesai operan ke
setiap pasien
3 Melakukan do’a bersama setiap awal dan akhir 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0
tugas yang dilakukan setelah selesai serah terima
operan tugas jaga
Mengikuti pre conference yang dilakukan PN 0 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0 3
4
setiap awal tugas
5 Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0
yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di
rekam keperawatan
Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti 0 3 3 0 3 0 0 3 3 0 0 3
6
di rekam keperawatan
Melakukan konsultasi tentang masalah 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0
7
pasien/keluarga kepada PN
8 Membimbing dan melakukan pendidikan 1 2 2 1 2 1 3 0 1 2 2 1
kesehatan kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan
Menerima keluhan pasien/keluarga dan berusaha 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1
9
untuk mengatasinya
Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada 3 1 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0
10
semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya
Melakukan Observasi asuhan keperawatan pada 1 2 3 0 2 1 2 1 3 0 3 0
11
semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya

45
Tugas AN yang mendukung pelaksanaan sistem AN 1 AN 2 AN 3 AN4 AN5 AN6
No pemberian asuhan keperawatan dengan metode Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Mengikuti post conference yang diadakan oleh PN 0 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0 3
pada setiap akhir tugas dan melaporkan kondisi
12
dan perkembangan semua pasien yang menjadi
tanggung jawabnya kepada PN
Bila tak ada PN wajib mengenalkan AN yang ada 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1
dalam grup yang akan memberikan asuhan
13
keperawatan pada jaga berikutnya kepada
pasien/keluarga baru
Melaksanakan pendelegasian tugas PN pada sore, 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0
14
malam libur
Berkoordinasi dengan PPJR/dokter/tim kesehatan 2 1 2 1 2 1 3 0 3 0 2 1
15
lain bila ada masalah pasien pada sore malam libur
Mengikuti diskusi kasus dengan dokter/tim 0 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0 3
16
kesehatan lain setiap seminggu sekali
Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin 0 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0 3
17
keperawatan di ruangan
18 Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN 2 1 2 1 2 1 3 0 2 1 3 0
Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas 0 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0 3
19 membantu melakukan bimbingan PKK kepada
peserta dikeperawatan
Jumlah 29 33 32 34 37 35
Sumber: Hasil data primer

46
Tugas AN yang mendukung pelaksanaan sistem pemberian AN 7 AN 8 AN 9 AN 10 AN 11
No asuhan keperawatan dengan metode primer modifikasi (P1) Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari dan 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0
1
kepada AN yang ada dalam satu grup
Melakukan konfirmasi atau supervisi tentang kondisi pasien segera 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0
2
setelah selesai operan ke setiap pasien
Melakukan do’a bersama setiap awal dan akhir tugas yang dilakukan 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0
3
setelah selesai serah terima operan tugas jaga
4 Mengikuti pre conference yang dilakukan PN setiap awal tugas 0 3 0 3 0 3 0 3 0 3
Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0
5
tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan
Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di rekam 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0
6
keperawatan
7 Melakukan konsultasi tentang masalah pasien/keluarga kepada PN 2 1 2 1 2 1 3 0 2 1
Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien 3 0 2 1 2 1 2 1 2 1
8 yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan
Menerima keluhan pasien/keluarga dan berusaha untuk 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0
9
mengatasinya
Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien yang 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0
10
menjadi tanggung jawabnya
Melakukan Observasi asuhan keperawatan pada semua pasien yang 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0
11
menjadi tanggung jawabnya
Mengikuti post conference yang diadakan oleh PN pada setiap akhir 0 3 0 3 0 3 0 3 0 3
12 tugas dan melaporkan kondisi dan perkembangan semua pasien yang
menjadi tanggung jawabnya kepada PN
Bila tak ada PN wajib mengenalkan AN yang ada dalam grup yang 0 3 0 3 0 3 0 3 0 3
13 akan memberikan asuhan keperawatan pada jaga berikutnya kepada
pasien/keluarga baru
14 Melaksanakan pendelegasian tugas PN pada sore, malam libur 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0
Berkoordinasi dengan PPJR/dokter/tim kesehatan lain bila ada 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0
15
masalah pasien pada sore malam libur

47
Tugas AN yang mendukung pelaksanaan sistem pemberian AN 7 AN 8 AN 9 AN 10 AN 11
No asuhan keperawatan dengan metode primer modifikasi (P1) Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Mengikuti diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan lain setiap 0 3 0 3 0 3 0 3 0 3
16
seminggu sekali
Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan di 0 3 0 3 0 3 0 3 0 3
17
ruangan
18 Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN 2 1 2 1 3 0 3 0 3 0
Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas membantu melakukan 0 3 0 3 0 3 0 3 0 3
19
bimbingan PKK kepada peserta dikeperawatan
Jumlah 37 36 37 38 37
Jumlah Persentase Rata-Rata Perawat AN: 385/627=0,614 x 100 =61%
Analisa
Dari hasil observasi selama 3 hari tentang pelaksanaan tugas AN didapatkan hasil 61% dimana masuk dalam kategori cukup. Ada beberapa hal yang
belum dilakukan oleh AN diantanya adalah mengikuti pre conference yang dilakukan PN setiap awal tugas, melakukan monitoring respon pasien dan
ada bukti direkam keperawatan, melakukan observasi asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya, mengikuti diskusi
kasus dengan dokter/tim kesehatan lain setiap seminggu sekali, mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan di ruangan, melaksanakan
tugas lain sesuai uraian tugas membantu melakukan bimbingan PKK kepada peserta di keperawatan. Sehingga perlu di tingkatkan lagi untuk tugas AN
agar bisa melaksanakan asuhan keperawatan secara optimal

48
Tabel 2.36 Observasi Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan dengan Pasien
Dalam Sistem Asuhan Keperawatan Di Ruang A RS X
(3 hari observasi, tgl 30 Feb, 2, dan 3 Mei 2019)
(Skala Guttman : Ya = 1, Tidak = 0)
No Uraian tugas Ya Tidak
Kepala ruang melakukan supervisi seluruh pasien yang ada 2 1
1
di ruangan setiap awal tugas
PN dan AN mensupervisi seluruh pasien yang menjadi 3 0
2 tanggungjawabnya segera setelah menerima operan tugas
setiap pasien.
PN menginformasikan peraturan dan tata tertib RS yang 2 1
3
berlaku kepada setiap pasien atau keluarga baru
PN memperkenalkan perawat dalam satu grup yang akan 2 1
4
merawat selama pasien dirawat di RS
PN atau AN melakukan visit atau monitoring pasien untuk 2 1
5
mengetahui perkembangan atau kondisi pasien
PN memberikan penjelasan setiap rencana tindakan atau 2 1
6 program pengobatan sesuai wewenang dan tanggung
jawabnya
Setiap akan melakukan tindakan keperawatan PN atau AN 0 3
7 memberikan penjelasan atas tindakan yang akan dilakukan
kepada pasien atau keluarga
Kesediaan PN atau AN untuk menerima konsultasi/keluhan 2 1
8 pasien/keluarga dan berupaya mengatasinya
Pasien atau keluarga mengetahui siapa PN atau perawat yang 0 3
9 bertanggung jawab selama ia dirawat dan ditulis pada papan
nama pasien.
PN atau AN memberitahu dan mempersiapkan pasien yang 3 0
10
akan pulang
Jumlah 18
Sumber: Observasi Hasil data primer.

Persentase : 18/30 = 0,6 x 100 = 60%


Analisa
Berdasarkan data hasil pengkajian disimpulkan bahwa hubungan profesional antar
staf di ruang A dengan pasien cukup baik, hal ini ditunjukkan dengan hasil 60%
(cukup baik) dan perlu ditingkatkan dari segi setiap akan melakukan tindakan
keperawatan PN atau AN memberikan penjelasan atas tindakan yang akan dilakukan
kepada pasien atau keluarga, pasien atau keluarga mengetahui siapa PN atau perawat
yang bertanggung jawab selama ia dirawat dan ditulis pada papan nama pasien.

Tabel 2.37 Observasi dan Wawancara Hubungan Profesional


Antar Staf Keperawatan yang dapat menjamin Asuhan Keperawatan Di Ruang A RS X (3
hari observasi, tgl 30 Feb, 2, dan 3 Mei 2019) (Skala Guttman : Ya = 1, Tidak = 0)
No Uraian tugas Ya Tidak
1 Penanggung jawab pelayanan mengadakan pertemuan rutin 0 3
Karu minimal 1x/minggu
2 Kepala ruang mengadakan petemuan rutin dengan seluruh 0 3
staf kep minimal sebulan sekali
3 Karu mengadakan pertemuan rutin dengan PN minimal 0 3
1x/minggu
4 PN mengadakan pre dan post konference pada setiap awal 0 3
dan akhir jaga pagi

49
5 PN menerima serah terima dari AN yang tugas jaga 3 0
Sebelumnya
6 PN mendampingi serah terima tugas jaga antara AN pada 3 0
tugas jaga berikutnya.
7 AN melaksanakan serah terima tugas jaga dari jaga sebelum 3 0
dan kepada tugas jaga berikutnya.
8 PN melakukan dokumentasi askep terutama dalam 3 0
pengkajian, menetapkan diagnosa dan penyusunan rencana
keperawatan.
9 AN melakukan dokumentasi askep terutama dalamhal 3 0
pelaksanaan dan Observasi keperawatan.
10 PN membuat laporan tugas pada PJ Ru Kep setiap akhirtugas 3 0
terutama keadaan umum pasien dan permasalahan yang ada.
11 PN melakukan motivasi /bimbingan/reinforcementdengan 2 1
AN setiap hari
12 AN menggantikan tugas PN bila PN tidak ada 3 1
13 PJTJ menggantikan tugas PJRu pada tugas S/M/HL 3 0
Jumlah 26
Persentase 26/39=0,666 x 100= 67%
Sumber : data primer
1 : Kurang(K) ≤ 56%, 2 : Cukup (C) 56%- 75%, 3 : Baik(B) 76%-100%

Analisa
Berdasarkan hasil data pengkajian disimpulkan bahwa hubungan profesional/kemitraan
antar staf keperawatan terjalin baik, hal ini ditunjukkan dengan hasil 67% (cukup baik),
sehingga perlu ditingkatkan lagi, dari segi penanggung jawab pelayanan mengadakan
pertemuan rutin karu minimal 1x/minggu, kepala ruang mengadakan petemuan rutin
dengan seluruh staf kep minimal sebulan sekali, karu mengadakan pertemuan rutin dengan
pn minimal 1x/minggu, pn mengadakan pre dan post konference pada setiap awal dan
akhir jaga pagi.

Tabel 2.38 Observasi Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan


dengan Dokter/Tim Kesehatan lain
Di Ruang A RS X (3 hari observasi, tgl 30 Feb, 2, dan 3 Mei 2019)
(Skala Guttman : Ya = 1, Tidak = 0)
Hubungan Profesional/Kemitraan Antar Staf Observasi
No Keperawatan dengan Dokter/Tim Kesehatan Lain
Ya Tidak
Terjalin dengan Baik
PN atau AN melakukan visite bersama dengan dokter/tim 2 1
1
kesehatan lain yang merawat
PN melakukan diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan 0 3
2
minimal 1x/minggu
Hubungan profesional/kemitraan dengan tim dokter/tim 3 0
3
kesehatan lain tercermin dalam dokumen rekam medis
PN atau AN dapat segera memberikan data pasien yang 3 0
4 akurat dengan cepat dan tepat kepada dokter/tim kesehatan
lain bila dibutuhkan
PN/AN menggunakan rekam medik sebagai sarana 2 1
5 hubungan profesional dalam rangka pelaksanaan program
kolaborasi
Dokter/tim kesehatan lain menggunakan rekam keperawatan 3 1
6 sebagai sarana hubungan profesional dalam rangka program
kolaborasi

50
Dokter/tim kesehatan yang lain mengetahui setiap pasien 0 3
7
siapa Pnnya
PN memfasilitasi pelaksanaan konsultasi pasien/keluarga 3 0
8
dengan dokter/tim kesehatan lain
Jumlah 16
Total (%) = /x100 = % 88%
Sumber: Hasil data primer

1 : Kurang(K) ≤ 56%, 2 : Cukup (C) 56%- 75%, 3 : Baik(B) 76%-100%

Analisa
Berdasarkan hasil pengkajian disimpulkan bahwa hubungan
profesional/kemitraan antar staf keperawatan dengan dokter/tim kesehatan lain
terjalin baik, hal ini ditunjukkan dengan hasil 88% (baik), sehingga perlu
ditingkatkan lagi agar tetap baik dari segi PN melakukan diskusi kasus dengan
dokter/tim kesehatan minimal 1x/minggu dan Dokter/tim kesehatan yang lain
mengetahui setiap pasien siapa Pnnya
Tabel 2.39 Observasi pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga (Operan)
Di Ruang A RS X (3 hari observasi, tgl 30 Feb, 2, dan 3 Mei 2019)
(Skala Guttman : Ya = 1, Tidak = 0)
No Uraian tugas Ya Tidak
1 Menyiapkan tempat untuk melakukan tugas jaga 3 0
2 Serah terima tugas jaga diikuti oleh Karu PN dan AN 3 0
3 Didahului dengan doa bersama 3 0
4 Komunikasi antar pemberi tanggung jawab dan 2 1
penerima tanggung jawab dilakukan di depan pintu
dengan suara perlahan/tidak ribut
5 Menyebutkan identitas pasien, dx medis, dx 3 0
keperawatan, tindakan keperawatan yang telah
dilakukan beserta waktu pelaksanaannya
6 Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan 3 0
keperawatan yang belum dilakukan
7 Menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama 3 0
shift
8 Menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah 3 0
dilakukan (bila ada)
9 Mengobservasi hasil tindakan keperawatan 2 1
10 Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta 3 0
waktunya yang dilakukan selama shift
11 Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan 3 0
selama shift
12 Menginformasikan kepada pasien/keluarga nama 2 1
perawat shift berikutnya pada akhir tugas
13 Memberikan salam kepada pasien, keluarga serta 2 1
mengobservasi dan menginspeksi keadaan pasien,
menanyakan keluhan-keluhan pasien (dalam rangka
klarifikasi)
Jumlah 35 (89,74%)
Sumber: Hasil data primer

51
Analisa
Berdasarkan hasil data pengkajian didapatkan hasil pelaksanaan operan di ruang A
masuk dalam kategori baik yaitu 89,74%. Hal ini menunjukan bahwa pelaksanaan
operan di ruang A sudah berjalang baik sehingga tetap dipertahankan agar tidak
menurun.

Tabel 2.40 Observasi Pelaksanaan Meeting Morning


Di Ruang A RS X (3 hari observasi, tgl 30 Feb, 2, dan 3 Mei 2019)
(Skala Guttman : Ya = 1, Tidak = 0)
No Uraian tugas Ya Tidak
1 Karu menyiapkan tempat untuk melakukan meeting 1 2
Morning
2 Karu memberikan arahan kepada staf dengan materi 1 2
yang telah disiapkan sebelumnya
3 Karu melakukan klarifikasi apa yang telah disampaikan 1 2
kepada staff
4 Memberikan kesempatan staf untuk mengungkapkan 1 2
permasalahan yang muncul di ruangan
5 Bersama-sama staf mendiskusikan pemecahan masalah 1 2
yang dapat ditempuh
6 Karu memberi motivasi dan reinforcement kepada staff 1 2
7 Meeting morning diikuti oleh seluruh staf 0 3
Jumlah 6 15
Persentase 29 71%
%
Sumber: Hasil data primer
1 : Kurang(K) ≤ 56%, 2 : Cukup (C) 56%- 75%, 3 : Baik(B) 76%-100%

Analisa
Berdasarkan hasil data pengkajian didapatkan bahwa pelaksanaan meeting morning
di ruang A dalam kategori kurang 29% sehingga pelaksanaan meeting morning di
ruang A perlu ditingkatkan agar pelaksanaannya optimal.

Tabel 2.41 Observasi Pelaksanaan Pre Conference


Di Ruang A RS X (3 hari observasi, tgl 30 Feb, 2, dan 3 Mei 2019)
(Skala Guttman)
No Uraian tugas Ya Tidak
1 Menyiapkan ruang /tempat 0 3
Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi 0 3
2
tanggungjawabnya.
3 Menjelaskan tujuan dilakukannya pre conferance 0 3
4 Memandu pelaksanaan pre conference 0 3
Menjelaskan masalah keperawatan pasien, 0 3
5 keperawatan dan rencana keperawatan yang menjadi
tanggung jawabnya.
PN memberikan penjelasan setiap rencana tindakan 0 3
6 atau program pengobatan sesuai wewenang dan
tanggung jawabnya

52
No Uraian tugas Ya Tidak
Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan 0 3
7
pasien/ tindakan.
Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan 0 3
8
penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan.
Mengklarifikasi kesiapan AN untuk melaksanakan 0 3
9 asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi
tanggung jawabnya.
10 Memberikan reinforcement positif pada AN 0 3
11 Menyimpulkan hasil pre conference 0 3
Jumlah 0 33
Presentase 0 100%
Sumber: Hasil data primer

Analisa
Berdasarkan hasil data pengkajian di ruang A selama 3 hari tidak melakukan
pelaksanaan Pre Conference. Sehingga perlu dianalisis kenapa di ruang A tidak
pernah melakukan Pre Conference

Tabel 2.42 Observasi Pelaksanaan Post Conference


Di Ruang A RS X (3 hari observasi, tgl 30 Feb, 2, dan 3 Mei 2019)
(Skala Guttman : Ya = 1, Tidak = 0)
No Uraian tugas Ya Tidak
1 Menyiapkan ruang /tempat 0 3
2 Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi 0 3
tanggung jawabnya.
3 Menjelaskan tujuan dilakukannya post conferance 0 3
4 Menerima penjelasan dari PA tentang hasil 0 3
tindakan/ hasil asuhan keperawatan yang telah
dilakukan PA.
5 Mendiskusikan masalah yang ditemukan dalam 0 3
memberikan ASKEP pasien dan mencari upaya
penyelesaian masalahnya.
6 Memberi reinforcement pada PA. 0 3
7 Menyimpulkan hasil post conference 0 3
8 Mengklarifikasi pasien sebelum melakukan operan 0 3
tugas jaga shift jaga berikutnya (melakukan ronde
keperawatan)
Jumlah 0 24
Total (%) = 0/0x100 = % 0% 100%
Sumber: Hasil data primer

Analisa
Berdasarkan hasil data pengkajian di ruang A selama 3 hari tidak melakukan
pelaksanaan Post Conference. Sehingga perlu dianalisis kenapa di ruang A tidak
pernah melakukan Post Conference.

53
Tabel 2.43 Pelakasanaan Pemberian Informasi Pasien Baru (IPB)Di Ruang A RS X
Ya Tidak
No Kegiatan
1 Persiapan
a. Menyiapkan ruangan khusus yang rapidan tenang 1 0
untuk memberika informasi bagi pasien baru/ keluarga 1 0
b. Menyiapkan pedoman informasi pasien baru 2 buah
c. Mengajak pasien/keluarga ke ruangan yang telah 1 0
dipersiapkan untuk mendapatkan informasi
d. Mempersilakan pasien duduk berhadapan dengan 0 0
perawat
2 Pelaksanaan
a. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan 1 0
pemberian informasi pasien baru
b. menyerahan satu berkas permohonan informasi pasien 0 0
baru kepada pasien/keluarga untuk dibaca bersamaa
c. menjelakan informasi secara urut sesuaii pedoman 0 0
d. mempersilakan keluarga membaca informasi 0 0
mengenai hak dan kewajiban pasien
e. meminta pasien/keluarga bertanya jika ada hal yang 1 0
belum jelas
f. kepala ruang atau PN yang memberikan informasi 1 0
menandatangi pernyataan yang sudah dibuat pasien
atau keluarga
g. menyimpan bukti pemberian informasi pada tempat 1 0
yang sudah ditentukan

3 Pendokumentasian 1 0
a. Meminta pasien/keluarga untuk mengisi formulir
menandatanginya 1 0
b. Ka.Ru/PP yang memberikan informasi mendatangani
peernyataan yang sudah dibuat pasien/keluarga 1 0
c. menyimpan bukti pemberian informasi pada tempat
yang sudah ditentukan

4 Pemberian informasi berkelanjutan


a. Memberi penjelasan kepada pasien atau keluarga 0 0
mengenai perkembangan pasien setiap hari
b. Mencatat informasi yang diberikan direkam perawat 1 0
pasien
Jumlah 11 (68,75%)
Sumber: Data Primer
Analisa
Dari hasil data pengkajian didapatkan hasi pelaksanaan pemberian informasi pasien
baru masuk kedalam kategori cukup yaitu 68,75%. Hal ini menunjukan bahwa harus
lebih ditingkatkan lagi agar pemberian informasi pasien baru lebih optimal.
.

54
Tabel 2.44 Kajian Pengawasan Selama 3 Hari (tgl 30 Feb, 2, dan 3 Mei 2019)
Di Ruang A RS X
Hari I Hari 2 Hari 2
No Standart Data Ket
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Pengawasan langsung
1. 1 0 1 0 1 0 Observasi
melalui inspeksi
Pengawasan langsung
2. melalui laporan langsung 1 0 1 0 1 0 Observasi
secara lisan
Pengawasan langsung
3. 1 0 1 0 1 0 Wawancara
melalui laporan tertulis
Pengawasan pada Observasi
4. 1 0 1 0 1 0
kelemahan yang ada wawancara
Pengawasan tidak
langsung dengan Observasi
5. 1 0 1 0 1 0
mengecek daftar hadir wawancara
perawat yang ada.
Pengawasan tidak
langsung dengan
6. 1 0 1 0 1 0 Observasi
membaca dan memeriksa
rencana keperawatan
Pengawasan dengan
mendengar laporan dari
7. 1 0 1 0 1 0 Observasi
PN mengenai
pelaksanaan tugas
Observasi upaya Observasi
8. 1 0 1 0 1 0
pelaksanaan
Membandingkan dengan
rencana keperawatan
9. 0 0 1 0 1 0 Observasi
yang telah disusun
bersama
10. Sosialisasi kebijakan 0 0 0 0 0 0 Wawancara
Mengecek kelengkapan
11. 10 10 1 0 Wawancara
inventaris perawatan
Mengecek obat-obatan
12. 0 1 01 0 0 Wawancara
yang tersedia
13. Melakukan supervisi 1 0 1 0 1 0 Wawancara
Menilai pelaksanaan
14. asuhan keperawatan 1 0 1 0 1 0 Observasi
yang telah ditentukan
Melakukan penilaian
15. kinerja tenaga 1 0 1 0 1 0 Wawancara
keperawatan
Menilai mutu askep
sesuai standar yang
berlaku secara mandiri /
16. 1 0 1 0 1 0 Observasi
koordinasi dengan
pengendalian mutu
asuhan keperawatan.
Jumlah 13 14 14
Sumber: Data primer

55
Analisa
Berdasarkan analisa kajian pengawasan selama 3 Hari Di Ruang A RS X, dengan
hasil 41/48 = 0.8541 x 100 = 85,41% persentase yaitu sebesar 85,41% , dengan
kategori baik.

Tabel 2.45 Hasil Observasi Total Penerapan MPKP di


Ruang A RS X (3 hari observasi)
N Jenis Rata- Kategor Keterangan
o Penilaian Rata i
Tugas 59,52% Cukup Hasil observasi dan wawancara tugas kepala
1.
Kepala ruangan A menunjukkan hasil 59,29% (Cukup). Hal
Ruang ini menunjukkan bahwa kinerja kepala ruangan
Keperawata sudah cukup. Kepala ruang perlu ditingkatkan
n dalammelakukan evaluasi melalui angket dan atau
melaui buku pesan kesan untuk diinformasikan
kepada staf dan manajemenlainnya.
Pelaksanaan 67% Cukup Hasil observasi dan wawancara tugas
2.
Tugas PN perawatprimediruangan A menunjukkan hasil67%
(Cukup).Halinimenunjukkanbahwa kinerja perawat
primer sudah cukup baik, perawat hanya kurang
melakukan post conference pada setiap akhirdinas,
dan menyelenggarakan diskusi kasus dengan dokter
dan tim kesehatan lain secara rutin sesuai dengan
yang dijadwalkan
Pelaksanaan 61% Cukup Dari hasil obersvasi yang dilakukan di ruangan A
3.
Tugas AN pada 11 AN didapatkan hasil sama yaitu 61% yang
menunjukkan kinerja perawat dalam
melakukantugasnyadiruanganmasukkedalamkatego
ri cukup. Dan perlu ditingkatkan agar bisa lebih
baik
Hubungan 60% Cukup
4. Hasil observasi dan wawancara tugas perawat
Profesional
diruangan A menunjukkan hasil 60% (Cukup). Hal ini
Antar Staf
menunjukkan bahwa kinerja perawat sudah cukup
Keperawata
baik dan perlu ditingkatkan
n dengan
Pasien
Hubungan 67% Cukup
5. Hasil observasi dan wawancara tugas perawat
Profesional
diruangan A menunjukkan hasil 67% (Cukup). Perlu
Antar Staf
ditingkatkan dari segi pertemuan rutin yang diadakan
Keperawata
Karu dengan PN minimal 1x/minggu. PN

56
n
mendampingi serah terima tugas jaga antara AN pada
tugas jaga berikutnyadan PN melakukan motivasi atau
bimbingan serta reinforcement dengan AN setiap hari.
Hubungan 88% Baik
6. Berdasarkan hasil pengkajian disimpulkan bahwa
Profesional
hubungan profesional /kemitraan antar staf
Antar Staf
keperawatan dengan dokter/tim kesehatan lain terjalin
Keperawata
cukup baik, hal ini ditunjukkan dengan hasil 88%
n dengan
(Baik), hasil ini menunjukan hubungan
Dokter/ Tim
profesional/kemitraan antar staf keperawatan dengan
Kesehatan
dokter /tim kesehatan lain masih terjalin baik. Dan
lain
perlu lebih ditingkatkan lagi agar hubungan
profesional antara staf keperawatan menjadi lebih
baik pada indikator PN melakukan diskusi kasus
dengan dokter/tim kesehatan minimal1x/minggu.
Observasi 89,74% Baik Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa
7.
.
pelaksanaan pelaksanaan serah terima tugas jaga (operan) di
Serah ruang Adalam kategori baik dengan persentase
Terima 89,74 %, presentase yangdalamkategori baik
Tugas Jaga perawat harusmempertahankandan lebih baik dapat
(Operan) meningkatkan pelaksanaan serah terima tugas jaga
agar menjadi lebih baik khususnya dalam
Menyebutkan identitas pasien, dx medis, dx
keperawatan, tindakan keperawatan yang telah
dilakukanbesertaWaktupelaksanaannya
Observasi 29% Kurang
8. Pelaksanaan meeting morning di ruang A dalam
Pelaksanaan
kategori kurang (29%). Sehingga perlu ditingkatkan
Meeting
dalam melakukan meeting morning.
Morning
Pelaksanaan 0% Kurang
9. Pelaksanaan Pre Conference di ruang A dalam
Pre
kategori kurang bahkan tidak dilakukan sama
Conference
sekali.Sehingga perlu dijakankan serta ditingkatkan
dalam melakukan Pre Conference
Pelaksanaan 0% Kurang
10 Pelaksanaan Post Conference di ruang A dalam
, Post
kategori kurang bahkan tidak dilakukan sama
Conference
sekali.Sehingga perlu dijakankan serta ditingkatkan
dalam melakukan Post Conference
68,75% Cukup
11 Pelakasanaa Pelakasanaan Pemberian Informasi Pasien Baru (IPB)
.
.
n Pemberian di ruang A dalam kategori cukup (68,75%), sehingga

57
Informasi perlu ditingkatkan lagi agar lebih optimal dalam

Pasien Baru menerima pasien baru di ruangan

(IPB)
Kajian 85,41% Baik
12 Hasil kajian yang dlakukann selama 3 hari didapatkan
. Pengawasan
hasi dalam kategori baik 85,41%% sehingga perlu
Selama 3
dipertahankan dan di tingkatkan agar pelaksanaannya
Hari
lebih optimal.

d. Actuating
Pengarahan adalah tindakan manajemen keperawatan yang bertujuan menyelesaikan
sassaran keperawatan atau proses penerapan rencana manajemen untuk menyelesaikan
sasaran keperawatan. Pengarahan meliputi, proses pendelegasian, pengawasan,
koordinasi dan pengendalian, implementasi, rencana organisasi (Swanburg, 2000).
Actuating tidak lepas dari kemampuan manajer/pimpinan untuk bisa mengarahkan
stafnya atau bawahannya untuk menjalankan fungsi masing-masing dengan baik. Tiga
elemen utama dalam pengarahan adalah mewujudkan pengawasan dalam personel
perawatan: motivasi, kepemimpinan dan komunikasi (Swanburg, 2000).

e. Controlling

Pengawasan melalui komunikasi, mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua


tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien,
melalui superveser (Nursalam, 2017) untuk keperluan mengobservasi hasil kinerja
diperlukan terlebih dahulupersiapan:
1) Standar oprasionalprosedur
2) Standar atau pedoman diagnoseterapi
3) Indikator penilaianpenampilan
2. Standar Asuhan Keperawatan
a. Instrumen A
1) Proses Asuhan Keperawatan
Proses asuhan keperawatan adalah cara ilmiah yang dilakukan oleh perawat
bersama dengan klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan
melakukan pengkajian, menentukan diagnosis, intervensi, implementasi, dan
mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang melibatkan hubungan kerjasama
antara perawat dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. Asuhan keperawatan memerlukan data yang lengkap
dan dikumpulkan secara terus menerus tentang keadaan pasien untuk
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan (Hidayat, 2011).
Proses asuhan keperawatan terdiri dari:

58
a) Pengkajian
Proses keperawatan dengan mengumpulkan data yang akurat dari klien
sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada (Hidayat, 2011).
Langkah dalam pengkajian adalah pengumpulan data, pengelompokan data,
dan perumusan masalah.
b) Diagnosa
Diagnosa menggambarkan masalah pasien baik aktual, risiko maupun
potensial berdasarkan hasil pengkajian data. Diagnosa dirumuskan
berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisa, dibandingkan dengan
fungsi normal kehidupan pasien. Diagnosis keperawatan yang tepat
berdasarkan NANDA yang berhubungan dengan faktor berhubungan
(etiologi) dan sesuai batasan karateristik (tanda dan gejala) sehingga dapat
menentukkan diagnosa yang relevan dan ditulis dengan bahasa yang jelas
(Florin, dkk 2005; Gordon 1994 ; Lunney 2007;Herdman,2011)
c) Perencanaan Keperawatan
Perencanaan sebagai pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, atau mengoreksi masalah yang telah diidentifikasi pada
diagnosis keperawatan (Iyer, dkk, 1996 Nursalam 2011). Perawat membuat
rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan
kesehatan klien.
d) Implementasi Keperawatan
Perawat mengimplementasikan tindakan yang diidentifikasi dalam rencana
asuhan keperawatan. Pelaksanaan tindakan keperawatan harus sesuai dengan
rencana yang ada menyangkut bio-psiko-sosio-spiritual pasien, menjelaskan
setiap tindakan keperawatan yang dilaksanakan kepada klien, sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan (Nursalam, 2011).
e) Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak tercapai. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya
memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respons terhadap
intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang
tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam tindakan keperawatan pada
kriteria hasil (Nursalam, 2012).
f) Pencatatan Asuhan Keperawatan (Dokumentasi)
Catatan asuhan keperawatan merupakan data tertulis tentang kesehatan
pasien dan pengembangan pasien selama dalam pemberian asuhan
keperawatan. Pencatatan dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat

59
jalan. Catatan dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi, dan
laporan yang dilakukan setelah selesai melakukan tindakan asuhan
keperawatan. Penulisan harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah
yang baku sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan. Setiap pencatatan
harus mencantumkan paraf dan nama terang atau nama jelas perawat yang
melaksanakan tindakan keperawatan dan waktu pelaksanaan serta
menggunakan formulir yang telah ada dan disimpan sesuai dengn peraturan
yang berlaku.
2) Pencatatan Asuhan Keperawatan
Catatan asuhan keperawatan merupakan data tertulis tentang kesehatan
dan perkembangan pasien selama dalam pemberian asuhan keperawatan.
Pencatatan dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan. Catatan dapat
digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan yang dilakukan
setelah selesai melakukan tindakan asuhan keperawatan. Penulisan harus jelas
dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku sesuai dengan pelaksanaan
proses keperawatan. Setiap pencatatan harus mencantumkan paraf dan nama
perawat yang melaksanakan tindakan dan waktu pelaksanaan serta menggunakan
formulir yang telah ada dan disimpan sesuai dengan peraturan yan berlaku.
Pelaksanaan dokumentasi keperawatan dengan menggunakan metode
pencatatan FOKUS (Process orientasi and Client Focus System). Digunakan
untuk mengorganisir dokumentasi asuhan keperawatan. Penulisan catatan
perkembangan dengan menggunakan format DAR (Data-Action-Response),
dengan data berisi mengenai data subyektif dan obyektif yang mendukung
dokumentasi fokus, action berupa dokumentasi tindakan keperawatan yang
segera atau yang akan dilakukan berdasarkan pengkajian atau observasi keadaan
klien dan respon terhadap tindakan yang telah dilakukan.
Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien digunakan
standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Standar keperawatan telah dijabarkan oleh
PPNI (2000), yang mengacu dalam tahap proses keperawatan yang meliputi
pengkajian , diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

60
Tabel 2.46 Hasil Observasi Dokumentasi Keperawatan dengan Instrumen A Di Ruang A RS X(n=6)

A. PENGKAJIAN
KODE BERKAS REKAM MEDIK PASIEN
NO ASPEK YANG DINILAI
1 2 3 4 5 6
1 Pengkajian meliputi pemeriksaan fisik 1 1 0 1 0 0
2 Pengkajian meliputi status psikososial-spiritual klien 0 0 1 1 0 1
3 Pengkajian meliputi pola hidup klien 1 1 1 1 1 1
4 Pengkajian lengkap dilakukan dalam waktu 24 jam setelah klien masuk 0 0 0 0 0 0
Pengkajian lengkap dilakukan oleh perawat yang bertanggung jawab terhadap klien
5 1 0 1 1 1 1
tersebut
Subtotal 3 2 3 4 2 3
Total 15
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas masalah klien saat itu 1 1 1 1 1 1
2 Diagnosis keperawatan mencakup tentang masalah psikososial 0 0 0 0 0 0
3 Diagnosis keperawatan mencakup tentang masalah kurangnya pengetahuan klien 0 0 0 0 0 0
4 Diagnosis keperawatan dirumuskan dengan benar (PE/PES) 1 1 1 1 1 1
Subtotal 2 2 2 2 2 2
Total 12
C. RENCANA KEPERAWATAN
Rencana asuhan keperawatan dikembangkan oleh perawat yang bertanggung jawab
1 1 1 1 1 1 1
terhadap klien tersebut
2 Terdapat rumusan tujuan keperawatan disertai kriteria Observasi 1 1 1 1 1 1
3 Rencana asuhan keperawatan mencakup tindakan observasi keperawatan 1 1 1 1 1 1
4 Rencana asuhan keperawatan mencakup terapi keperawatan 1 1 1 1 1 1
5 Rencana keperawatan mencakup pendidikan kesehatan 1 1 1 1 1 1
6 Rencana asuhan keperawatan berisi tindakan kolaborasi 1 1 1 1 1 1
Rencana asuhan keperawatan mencakup tindakan yang menggambarkan keterlibatan
7 1 1 1 1 1 1
klien/keluarga
Subtotal 7 7 7 7 7 7

61
Total 42
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1 Tindakan observasi keperawatan yang dilakukan didokumentasikan 1 1 1 1 1 1
2 Tindakan terapi keperawatan yang dilakukan didokumentasikan 1 1 1 1 1 1
3 Tindakan pendidikan kesehatan yang dilakukan didokumentasikan 0 0 0 0 0 0
4 Tindakan kolaborasi yang dilakukan didokumentasikan 1 1 1 1 1 1
5 Respons klien terhadap tindakan keperawatan 0 0 0 0 0 0
Subtotal 3 3 3 3 3 3
Total 18

62
Tabel 2.47 Nilai Rata-Rata Instrumen A Di Ruang A RS X (n:6)
Aspek
No. Hasil (%) Keterangan
yang Dinilai
1. Pengkajian 50% Aspek pengkajian yang dilakukan sudah masuk
pada kriteria cukup (57%) . Masih terdapat 43%
pencatatan data yang belum dilakukan oleh perawat
ruangan yaitu diantaranya terkait pengkajian fisik,
pengkajian status psikososial-spiritual klien,
pengkajian lengkap dilakukan dalam waktu 24 jam
setelah klien masuk.
2. Diagnosa 50 % Diagnosa keperawatan yang ditegakan
dikategorikan kurang (50%), sebanyak50% dalam
menegakkan diagnosa belum mencakup tentang
masalah psikososial, belum mencakup tentang
masalah kurangnyapengetahuan klien
3. Perencanaan 100 % Rencana asuhan keperawatan yang dibuat termasuk
dalam kategori baik (100%),dan sebanyak 0%
perencanaan asuhan keperawatan sudah
dikembangkan oleh perawat, dan sudah
mencangkup semua item.
4. Implementasi 60 % Implementasi yang telah dilakukan termasuk dalam
kategori cukup (60%) dan sebanyak 40%
implementasi keperawatan yang ditulis oleh
perawat tidak mengacu pada rencana tindakan dan
tidak mencantumkan respon pasien saat dilakukan
implementasi serta Implementasi pendidikan
kesehatan yang dilakukan didokumentasikan tidak
dilakukan.
5. Observasi 83 % Observasi keperawatan termasuk dalam kategori
baik (83%), sebanyak 17% evaluasi belum
berdasarkan dengan yang sudah teratasi terlihat
dalam dokumentasi.
6. Catatan asuhan 60% Catatan asuhan keperawatan termasuk dalam
keperawatan katagori (60%) dan sebanyak (40)% berkas catatan
keperawatan belum dilakukan sesuai dengan
tindakan yang dilaksanakan, belum ditulis dengan
jelas, ringkas, istilah yang baku dan benar.
Rata-rata 67 % 67 %
Keterangan :
1. Kurang (K)≤ 56%
2. Cukup (C) 56%-75%
3. Baik (B) 76%-100%
Analisa
Berdasarkan tabel tentang Observasi asuhan keperawatan dengan instrumen A diketahui
bahwa pelaksanaan asuhan keperawatan di ruang rawat A RS X sudah pada format
yang sesuai dan benar (yaitu meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan,
Evaluasi, dan catatan asuhan keperawatan). Nilai rata-rata yang didapatkan pada

63
penilaian instrumen Adi ruang A adalah 67%. Hasil yang didapatkan tegolong dalam
kategori cukup yaitu 67% ( Cukup 56%-75%) yang mana diharapkan ruangan dapat
meningkatkan lagi dalam hal kelengkapan data pasien dan perencanaan baik tindakan
yang akan dilakukan dan tindakan yang telah dilakukan beserta dengan
tindakanobservasi agar hasil yang diharapkan bisa mencapai kreteria yang baik dan
opimal.
b. Instrumen B
Instrumen B mengobservasi tentang persepsi pasien terhadap mutu asuhan keperawatan
di Ruang A RS X
Tabel 2.48 Observasi Kepuasan Kerja Perawat
Aplikasi Kebutuhan A Maslow Nursalam Di Ruang A RS X(n=13)
No Pernyataan Puas Tidak
Puas
1. Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pekerja yang 0 13
anda lakukan
2. System penggajian tempat anda bekerja 1 12
3. Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pendidikan anda 0 13
4. Pemberian intensif tambahan atas waktu prestasi atau 0 13
kerja keras
5. Tersediaan peralatan dan perlengkapan yang mendukung 13 0
pekerja
6. Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar mandi, 13 0
tempat parkir, dan kantin
7. Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan dengan ventilasi 13 0
udara, kebersihan, dan kebisingan
8. Adanya jaminan atas kesehatan atau keselamatan kerja 13 0
9. Perhatian institusi terhadap anda 13 0
10. Hubungan antara karyawan dan kelompok kerja 13 0
11. Kemampuan dalam bekerjasama antara karyawan 13 0
12. Sikap teman-teman kerja terhadap anda 13 0
13. Kesesuaian antara pekerjaan dan latar belakang 13 0
pendidikan anda
14. Kemampuan dalam menggunakan waktu bekerja dengan 13 0
penugasan yang diberikan
15. Kemampuan supervisi atau pengawasan dalam membuat 13 0
keputusan
16. Pelakuan atasan selama anda bekerja di sini 12 1
17. Kebebasan dalam melakukan metode sendiri dalam 12 1
melakukan pekerjaan
18. Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja 2 11
melalui pelatihan atau pendidikan tambahan
19. Kesempatan untuk mendapatkan posisi yang lebih tinggi 10 3
20. Kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan 10 3

64
No Pernyataan Puas Tidak
Puas
mendapatkan kenaikan pangkat
TOTAL 190 70
Presentase 73% 27%

Analisa
Berdasarkan dari tabel diatas diketahui bawa nilai dari angket kepuasan kerja
perawat di ruang A RS.X didapatkan nilai Puas 73% nilai Tidak Puas 27%. Dari
hasil penilaian di atas didapatkan bahwa dari 20 pertanyaan yang diajukan pada 13
perawat diruang A didapatkan bahwa sebagian perawat puas 15 perawat dan yang
tidak puas didapatkan 5 perawat dengan kinerja kerja mereka ditandai dengan
persentase terbesar yang didapatkan 73%.( Baik)

Tabel 2.49 Hasil Observasi Mutu Asuhan Keperawatan : Berdasarkan


Persepsi Pasien Terhadap Mutu Pelayanan Di Ruang A RS X
(n)=6
No Krieria Ya Tidak
(1) (0)
1. Apakah perawat selalu memperkenalkan diri 4 2
Apakah perawat melarang anda / pengunjung 5 1
2.
merokok di ruangan
Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana 4 2
3
pantagan dalam hal makanan anda /keluarga anda
Apakah perawat pernah menanyakan pantangan 6 0
4
dalam hal makanan anda/keluarga anda
Apakah perawat menanyakan memperhatikan berapa 3 3
5. jumlah makanan dan minuman yang biasa anda
/keluarga anda habiskan
Apabila anda / keluarga anda tidak mampu makan 0 6
6.
sendiri apakah perawat membantu menyuapinya
Pada saat anda/keluarga anda dipasang infus, apakah 0 6
7. perawat selalu memeriksa cairan/tetesanya dan area
sekitar pemasangan jarum infuse
Apabila anda /keluarga anda mengalami kesulitan 4 2
buang air besar apakah perawat menganjurkan makan
8.
buah-buahan, sayuran, minum yang cukup, banyak
bergerak.
Pada saat perawat membantu anda/keluarga anda 6 0
waktu buang air besar-buang air kecil, apakah
9. perawat memasang sampiran/selimut. Menutup
jendela/pintu, mempersilahkan pengunjung keluar
ruangan.
Apakah ruangan tidur anda/keluarga anda selalu 6 0
10. dijaga kebersihannya dengan disapu dan diapel setiap
hari
65
(n)=6
No Krieria Ya Tidak
(1) (0)
Apakah lantai kamar mandi/ WC selalu bersih, tidak 6 0
11.
licin, tidak berbau dan cukup terang.
Selama anak anda belum mandi (dalam keadaan 0 6
12.
istirahat total )apakah dimandikan oleh perawat.
Apakah anak anda dibantu jika tidak mampu: 3 3
13. menggosok gigi, membersihkan mulut atau
mengganti pakaian atau menyisir rambut.
Apakah alat-alat tenun seperti sprei,selimut dll 6 0
14.
diganti setiap kotor.
Apakah perawat pernah memberikan penjelasan 3 3
15.
akibat dari : kurang bergerak, berbring terlalu lama.
Pada saat anda /keluarga anda masuk rumah sakit 4 2
apakah perawat memberikan penjelasan tentang
16.
fasilitas yang tersedia dan cara penggunaannya.
Peraturan, tata tertib yang berlaku di rumah sakit.
Selama anda/keluarga anda dalam perawatan apakah 6 0
17.
perawat : memanggil nama dengan benar.
Selama anda /keluarga anda dalam perawatan apakah 3 3
18. perawat mengawasi keadaan anda secara teratur pada
pagi, sore maupun malam hari.
selama anda kelurga anda dalam perawatan apaka 6 0
19.
perawat segera memberi bantuan bila diperlukan
20. Apakah perawat bersikap sopan, ramah 6 0
Apakah anda /keluarga anda mengetahui perawat 3 3
21.
yang bertanggung jawab setiap kali pergantian dinas
Apakah perawat selalu memberi penjelasan sebelum 6 0
22.
memberikan tindakan perawatan atau pengobatan.
Apakah perawat selalu bersedia mendengarkan dan 6 0
23
memperhatikan setiap keluhan anda /keluarga anda
Dalam hal memberikan obat apakah perawat 6 0
24.
membantu menyiapkan/meminum obat
Selama anda /keluarga anda dirawat apakah diberikan 6 0
25. penjelasan tentang perawatan / pemeriksaan lanjutan
setelah anda /keluarga anda diperbolehkan pulang.
TOTAL 108 42
Presentase 72% 28%

Analisa
Berdasarkan dari tabel diatas diketahui bawa nilai dari angket presepsi pasien
terhadap Mutu Pelayanan di ruang A RS.X didapatkan nilai Ya 72% nilai Tidak
28%. Dari hasil penilaian di atas didapatkan bahwa dari 25 pertanyaan yang

66
diajukan pada 6 pasien diruang A didapatkan bahwa sebagian pasien yang
menjawab Ya sebanyak 21 pasien dan yang Menjawab Tidak 4 pasien. Pasien puas
dengan mutu pelayanan ditandai dengan persentase terbesar yang didapatkan 72%.
(Baik)
c. Instrumen C
1) Kajian Teori
Standar praktek keperawatan adalah ekspektasi minimal dalam memberikan
asuhan keperawatan yang aman, efektif, dan etis (PPNI, 1999). Standar praktek
keperawatan merupakan komitmen profesi keperawatan dalam melindungi
masyarakat terhadap praktik yang dilakukan oleh anggota profesi. Standar praktik
keperawatan harus dinamik sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tujuan standar praktik keperawatan menurut Gillies (1989) adalah
untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan
keperawatan, dan melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas
dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik.
Ruang lingkup standar praktik keperawatan menurut PPNI (2009) :
Standar I : Ilmu pengetahuan
Standar II : Akuntabilitas professional
Standar III : Pengkajian
Standar II : Perencanaan
Standar II : Pelaksanaan
Standar II : Evaluasi
Standar intervensi keperawatan di rumah sakit mengacu pada teori kebutuhan
dasar manusia yang dikemukakan oleh Henderson, yaitu terdiri dari 14 kebutuhan
dasar manusia (Nursalam, 2012).
2) Kajian Data
Hasil observasi instrument prosedur di ruang A RS X dengan skala Guttmen (1 :
Ya, 0: Tidak)
Tabel 2.50 Pelaksanaan pengukuran suhu tubuh axila (n=13)
NO Aspek yang dinilai Observasi
Ya Tidak
A Kriteria Persiapan
1 Termometer bersih dalam tempatnya 13 0
2 Bengkok 0 13
3 Potongan kertas atau tisu 8 5

67
4 Catat suhu dan nadi 13 0
5 Penjelasan kepada pasien 13 0
6 3 buah botol masing-masing berisi larutan sabun 0 13
disinfektan dan air bersih
B Kriteria Pelaksanaan
1 Bila perlu baju pasien dibuka ketiak dikeringkan 13 0
2 Termometer dihidupkan (on) 13 0
3 Setelah 1-2 menit diangkat dan dibaca, catat dalam 13 0
buku
4 Thermometer dicelupkan dalam larutan sabun, dilap 0 13
dengan tisu kemudian dimasukkan ke dalam larutan
disinfektan, dibersihkan dengan air bersih lalu
dikeringkan
5 Thermometer dimatikan (off) 13 0
6 Perawat cuci tangan 13 0
7 Catat hasil observasi dan catat respon pasien 13 0
8 Rapikan pasien 13 0
Jumlah 138 44
Persentase 75,82% 24,18%
Total 182 (100%)

Analisa
Berdasarkan hasil analisis pelaksanaan pengukuran suhu tubuh axila pasien di ruang A
RS X dikategorikan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang di dapat oleh
perawat dalam melakukan tindakan sesuai prosedur yaitu sebanyak 75,82% dan
sebanyak 24,18% yang belum melakukan tindakan sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Hasil analisis menunjukkan prosedur yang paling banyak tidak dilakukan oleh
perawat saat melakukan pengukuran suhu tubuh axila yaitu tidak menyiapkan bengkok,
tidak menyiapkan cairan untuk disinfektan dan tidak melakukan disinfeksi alat setelah
melakukan tindakan..

Tabel 2.51 Observasi pelaksanaan injeksi (n=13)


Observasi
NO Aspek yang dinilai
Ya Tidak
A Kriteria Persiapan
1 Bak Instrumen bersih 13 0
2 Spuit 13 0
3 Sediaan obat yang akan disuntikkan 13 0
4 Alkohol swab 70% 13 0
5 Hand scoon bersih 13 0
6 Bengkok 4 9

68
7 Pengalas 0 13
B Kriteria Pelaksanaan
1 Dokter/Perawat/Bidan melakukan kebersihan tangan 13 0
2 Gunakan APD sesuai indikasi (sarung tangan bersih sekali 1 12
pakai dan APD lain sesuai dengan kebutuhan)
3 Siapkan obat dengan prinsip 6 benar 13 0
4 Atur posisi pasien untuk penyuntik 8 5
5 Pasang perlak dan bengkok 13 0
6 Pastikan tidak ada udara di spuit obat 13 0
7 Matikan/klame infuse 11 2
8 Lakukan disinfektan menggunakan alcohol 70% 13 0
9 Tusuk jarum ke bagian karet selang infuse dengan kemiringan 13 0
15-45 derajat
10 Masukkan obat secara perlahan-lahan 11 2
11 Buka klem cairan infuse 11 2
12 Hitung tetesan infuse sesuai advise 11 2
13 Bereskan alat dan bahan 13 0
14 Lepas sarung tangan dan cuci tangan 13 0
15 Dokumentasikan ke rekam medis 13 0
Jumlah 239 47
Persentase 83,57 16,43
% %
Total 286 (100%)

Analisa
Berdasarkan hasil analisis pelaksanaan injeksi pasien di ruang A RS X dikategorikan
baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang di dapat oleh perawat dalam melakukan
tindakan sesuai prosedur yaitu sebanyak 83,57% dan sebanyak 16,43% yang belum
melakukan tindakan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Hasil analisis menunjukkan
prosedur yang paling banyak tidak dilakukan oleh perawat saat melakukan injeksi yaitu
tidak menyediakan pengalas dan tidak menggunakan APD sesuai dengan indikasi.
Tabel 2.52 Observasi tindakan keperawatan mengganti
alat tenun kotor (n=13)
NO Aspek yang dinilai Observasi
Ya Tidak
A Kriteria Persiapan
1 Alat tenun bersih yang diperlukan disusun menurut urutan 13 0
penggunaannya
2 Tempat tutup untuk kain kotor 13 0
3 Ember bersih larutan disinfektan 13 0
4 Lap kerja, sehelai kering sehelai basah 8 5
5 Pasien diberi penjelasan 13 0
B Kriteria Pelaksanaan
1 Selimut dan bantal yang tidak perlu diletakkan diatas kursi atau 7 6
bangku

69
2 Pasien dimiringkan kesisi tempat tidur 13 0
3 Lepaskan alat tenun yang kotor lalu gulung satu persatu sampai 13 0
dibawah punggung
4 Seprai kecil dan perlak digulung ke tengah sejauh mungkin 13 0
5 Perlak dibersihkan dengan pelarut disinfektan lalu dikeringkan 1 12
dan digulung ketengah
6 Alas tempat tidur dan kasur dibersihkan dengan lap larutan 13 0
disinfektan lalu keringkan dengan lap kecil
7 Seprai besar yang bersih digulung setengah bagian, kemudian 13 0
gulungannya diletakkan dibawah punggung pasien dan setengah
bagian lalu diratakan serta dipasang pada kasur
8 Perlak yang digulung tadi diratakan kembali 13 0
9 Seprai kecil dan perlak digulung sebagian dan diletakkan di 13 0
bawah punggung pasien, seprai yang sebagian tadi diratakan di
atas perlak lalu dimasukkan bersama-sama kedalam kasur
10 Pasien dimiringkan dibagian yang bersih 13 0
11 Lepaskan alat tenun yang kotor seperti pada butir 4 13 0
12 Alat tenun yang kotor dimasukkan ke dalam tempat tertutup 13 0
13 Sarung bantal yang kotor dilepaskan bantal diratakan isinya, 13 0
kemudian sarung bantal yang bersih dipasang
14 Bantal disusun, pasien dimiringkan pada posisi yang nyaman 13 0
15 Selimut kotor diganti dengan yang bersih 13 0
16 Perlak dibersihkan, dibereskan, dan dikembalikan ke tempat
semula
17 Perlak dibersihkan, dibereskan, dan dikembalikan ke tempat
semula
Jumlah 263 23
Persentase 91,96 8,04%
%
Total 286 (100%)

Analisa
Berdasarkan hasil analisis pelaksanaan tindakan keperawatan mengganti alat tenun
kotor pasien di ruang A RS X dikategorikan sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai
yang di dapat oleh perawat yang dalam melakukan tindakan sesuai prosedur lebih
banyak yaitu sebanyak 91,96% dan hanya 8,04% yang belum melakukan tindakan
sesuai dengan prosedur yang berlaku. Hasil analisis menunjukkan prosedur yang paling
banyak tidak dilakukan oleh perawat saat mengganti alat tenun kotor yaitu tidak
melakukan disinfeksi pada perlak saat melakukan penggantian alat tenun.
d. Universal Precautions Dan Pasien Safety
1) Universal Precautions
a. Kajian teori

70
Dalam instrumen pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah dalam
pelaksanaan Universal Precaution.(Sumarsi, 2008). Universal Precaution
adalah langkah sederhana pencegahan infeksi yang resiko penularan dari
pathogen yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh di antara pasien dan
pekerja kesehatan.
Pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya infeksi selama pasien di rumah sakit. Pelaksanaan
upaya pencegahan infeksi nosokomial terdiri dari kewaspadaan universal,
tindakan invasif, tindakan non invasif, tindakan terhadap anak dan neonatus,
sterilisasi dan disinfeksi.Universal Precaution adalah suatu pedoman yang
ditetapkan oleh Counters for Disease Control (CDC) (1985) untuk mencegah
penyebaran dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di
lingkungan rumah sakit maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya.
Universal precaution merujuk pada praktik, dalam kedokteran,
menghindari kontak dengan cairan tubuh pasien, dengan cara pemakaian
barang seperti sarung tangan medis, kacamata, dan perisai wajah. Praktik ini
diperkenalkan pada tahun 1985-1988. Pada tahun 1987, praktik universal
precaution telah disesuaikan dengan seperangkat aturan yang dikenal sebagai
isolasi zat tubuh. Pda tahun 1996, kedua praktik tersebut diganti dengan
pendekatan terbaru yang dikenal dengan kewaspadaan standar (perawatan
kesehatan).
Universal precaution dirancang untuk dokter, perawat, pasien, dan
pekerja perawatan kesehatan dukungan yang diperlukan untuk datang ke
dalam kontak dengan pasien atau cairan tubuh. Ini termasuk staff dan orang
lain yang mungkin tidak datang ke dalam kontak langsung dengan pasien. Di
dalam universal precaution, semua pasien dianggap pembawa kemungkinan
pathogen melalui darah. Pedoman yang direkomendasikan memakai sarung
tangan ketika mengambil atau penanganan darah dan cairan tubuh yang
terkontaminasi dengan darah, memakai perisai ketika ada bahaya percikan
darah pada selaput lendir dan membuang semua jarum dan benda tajam dalam
wadah tahan tusukan
b. Kajian data
Tabel 2.53 Hasil observasi pelaksanaan mencuci tangan bagi perawat
71
Di ruang A RS X (n=13)
No. Uraian Tugas Pelaksanaan
Ya Tidak
1. Lepaskan semua perhiasan yang ada tangan 5 8
seperti cincin, jam dan gelang
2. Basahi kedua tangan dengan air mengalir 13 0
3. Tuangkan cairan antiseptik cuci tangan 3-5 cc 13 0
(dua kali pompa) untuk menyabunni seluruh
permukaan tangan yang telah dibasahi
4. Ratakan cairan antiseptik pada kedua tangan 13 0
5. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri 13 0
dengan tangan kanan dan sebaliknya
6. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari 13 0
7. Gosok jari-jari kedua tangan dengan posisi 13 0
saling mengait/mengunci
8. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman 10 3
tangan kanan dan lakukan sebaliknya
9. Gosok ujung jari tangan dengan gerakan 13 0
memutar dan sebaliknya
10. Bilas kedua tangan dengan air mengalir 13 0
11. Keringkan tangan menggunakan tissue 13 0
12. Gunakan tissue untuk menutup kran 8 5
Jumlah 140 16
(89,74%) (10,26%)
Total 156
Presentase 140/156x100%=89%
Sumber : hasil observasi
Analisa
Berdasarkan hasil analisis pelaksanaan tindakan mencuci tangan perawat di ruang
A RS X dikategorikan baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang di dapat oleh
perawat yang dalam melakukan tindakan sesuai prosedur yaitu sebanyak 89,74%
dan sebanyak 10,26% yang belum melakukan tindakan sesuai dengan prosedur
yang berlaku. Hasil analisis menunjukkan prosedur yang paling banyak tidak
dilakukan oleh perawat saat mencuci tangan yaitu tidak melepaskan perhiasan saat
akan mencuci tangan.

Tabel 2.54 Hasil observasi pelaksanaan memakai masker


Di ruang A RS X (n=13)
No. Uraian Tugas Pelaksanaan

72
Ya Tidak
1. Mencuci tangan sesuai procedure 10 3
2. Ambil masker, temukan tepi atas masker 13 0
3. bagian logam yang akan mengenai hidung 13 0
sesuai dengan hidung pemakai
4. Pegang masker pada kedua tali atau pita 13 0
bagian atas
5. Pasang masker hingga menutup mulut dan 13 0
hidung
6. Ikat kedua tali atas pada puncak belakang 13 0
kepala, dengan melewati atas telinga
7. Ikatkan kedua tali bawah dengan kuat sekitar 13 0
leher, dengan masker tepat dibawah dagu
Jumlah 88 3
(96,70%) (3,30%)
Total 91
Presentase 88/91x100%= 96%
Sumber : hasil observasi
Analisa
Berdasarkan hasil analisis pelaksanaan perawat memakai masker di ruang A RS X
dikategorikan baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang di dapat oleh perawat yang
dalam melakukan tindakan sesuai prosedur yaitu sebanyak 96,70% dan sebanyak
3,30% yang belum melakukan tindakan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Hasil analisis menunjukkan prosedur yang paling banyak tidak dilakukan oleh
perawat saat memakai masker yaitu mencuci tangan sebelum memakai masker
yang dilakukan oleh 3 orang perawat.
Tabel 2.55 Pelaksanaan melepas masker
Di ruang A RS X (n=13)
No. Uraian Tugas Pelaksanaan
Ya Tidak
1. Lepas sarung tangan terlebih dahulu (jika 13 0
memakai)
2. Cuci tangan 3 10
3. Lepas tali bawah dahulu kemudia atas 11 2
4. Lepas masker, gulung masker dari arah dalam 11 2
ke luar, lipat dan ikat tali
5. Cuci tangan 13 0
Jumlah 51 14
(78,46%) (21,54%)

73
Total 65
Presentase 51/65x100%= 78%
Sumber : hasil observasi
Analisa
Berdasarkan hasil analisis pelaksanaan melepas masker di ruang A RS X
dikategorikan baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang di dapat oleh perawat yang
dalam melakukan tindakan sesuai prosedur yaitu sebanyak 78,46% dan sebanyak
21,54% yang belum melakukan tindakan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Hasil analisis menunjukkan prosedur yang paling banyak tidak dilakukan oleh
perawat saat melepas masker yaitu tidak mencuci tangan sebelum melepas masker

Tabel 2.56 Data Observasi Pengelolaan Sampah di Ruang A RS X


No. Uraian Tugas aplikasi
Ya Tidak
1. Standar alat 2 0
a. Kotak sampah tertutup ukuran sedang 2 0
volume 20 liter
b. Kotak sampah berwarna kuning 0 2
c. Kotak sampah warna kuning dengan 0 2
garis hitam
d. Kotak sampah warna coklat 0 2
e. Kotak sampah warna putih 0 2
f. Safety box 2 0
2. Masing-masing kotak sampah dilapisi plastic 0 2
dengan larutan dekontaminasi hipoklorit 1%
3. Troli kotak sampah 2 0
Prosedur
1. Pasang kantong alat dengan cara melipat 2 0
keluar dibagian pingggir ember
2. Pastikan bahwa kotak sampah dan plastik 2 0
tidak bocor
3. Masukan dengan hati-hati sesuai dengan 2 0
abelling supaya tidak bocor
4. Segera angkat sampah setelah berisi tiga 2 0
seperempat ember dengan menggunakan APD
(Alat Pelindung Diri)
5. Ikat plastik dengan kencang dan jangan 2 0
sekali-kali dibuka kembali
6. Kirim sampah kepenampungan sementara 2 0

74
untuk selanjutnya dilakukan pengelolaan oleh
IPAL
Jumlah 20 8
(71,42%) (28,57%)
Total 28
Presentase 20/28x100%= 71,42%
Sumber : data primer
Analisa
Berdasarkan hasil analisa data observasi pengelolaan sampah di ruang a rs x
dikategorikan cukup. hal ini dapat dilihat dari nilai yang di dapat sebanyak
71,42% dan sebanyak 28,57%. hasil analisis menunjukkan paling banyak yang
tidak dilakukan yaitu kotak sampah berwarna kuning, kotak sampah warna
kuning dengan garis hitam, kotak sampah warna coklat, kotak sampah warna
putih, masing-masing kotak sampah dilapisi plastic dengan larutan
dekontaminasi hipoklorit 1%.

Tabel 2.57 Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Benda Tajam


Di Ruang A RS X 2019
No. Uraian Tugas Ya Tidak

1. Kotak cukup tebal sehingga tidak mudah 2 0


tembus
2. Mulut kotak/ container besar kurang lebih 3cm 2 0
3. Berlabel tempat sampah tajam 0 2
4. Waktu digunakan kotak tidak pernuh 2 0
5. Memasukan sampah tajam dengan cara 2 0
memasukan melalui mulut kotak/ kontak
6. Memasukan jarum suntik dengan penutupnya 2 0
7. Memastikan sampah benda tajam masuk 2 0
dalam container / kota
8. Menutup mulut ontainer setelah dipakai 2 0
9. Menghindari pemberian cairan/ larutan 0 2
desinfektan kedalam ontainer/kotak
10. Menghindari goyangan/kocakan pada 2 0
container
Jumlah 16 4
(80%) (20%)
Total 20
Presentase 16/20x100%= 80%

75
Sumber : data primer
Analisa
Berdasarkan hasil analisa Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Benda Tajam di
ruang A RS X dikategorikan baik. Hal ini dilihat dari nilai pelaksanaan sebanyak
80% dan sebanyak 20%. Hasil analisi menunjukkan pelaksanaan pengelolaan
sampah benda tajam yang paling banyak tidak dilakukan yaitu Berlabel tempat
sampah tajam, Menghindari pemberian cairan/ larutan desinfektan kedalam
kontainer/kotak.
2) Patient Safety
a) Kajian teori
Solusi keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, yang meliputi : assesement
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien, pelaporan dan analisa insiden, kemampuan belajar dari insiden, dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan (Depkes, 2006).
Menurut UU No. 44 tahun 2009 pasal 43 tentang keselamatan pasien
menjelaskan :
(1) Ayat 1 Rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.
(2) Ayat 2 Standar keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui pelaporan insiden.menganalisa dan menetapkan
pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak
diharapkan.
(3) Ayat 3 Rumah sakit melaporkan sebagaimana maksud pada ayat (2)
kepada komite yang membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan
oleh Mentri.
(4) Ayat 4 Pelaporan insiden keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dibuat secara anonym dan ditujukan untuk mengoreksi system
dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.
(5) Ayat 5 Ketentuan lebih lanjut mengenai standar keselamatan pasien
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan
Menteri.
76
Dalam rangka asuhan pasien lebih lama, perlu menetapkan program
keselamatan pasien yang telah ditetapkan pada Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1961/Menkes/Per/VIII/2011 tentang keselamatan
pasien rumah sakit. Sasaran keselamatan pasien merupakan syarat untuk
diterapkan disemua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi
Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life Saving
Patient Safety Solution dari WHO Patient safety (2007) yang digunakan oleh
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari
Joint Commision International (JCI).
Sasaran keselamatan pasien dimaksud untuk mendorong perbaikan
spesifik dalam keselamatan pasien.Sasaran menyoroti bagian-bagian yang
bermasalah dalam pelayanan kesehatann menjelaskan bukti serta solusi dari
konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa
desain sistem yang baik secara instrinsik adalah untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara
umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh. Enam sasaran
keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai berikut :
Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien
(1) Standar SKP I
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki atau
meningkatkan ketelitian identifikasi pasien.
(2) Maksud dan Tujuan Sasaran I
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi
dihampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan
identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius
atau tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur
atau kamar atau lokasi dirumah sakit, adanya kelainan sensori atau akibat
situasi lain.
Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan
yaitu : pertama, untuk mengidentifikasi pasien sebagai individu yang akan
menerima pelayanan atau pengobatan, dan kedua untuk kesesuaian
pelayanan atau pengobatan, dan kedua untuk kesesuaian pelayanan atau
pengobatan terhadap individu tersebut. kebijakan dan prosedur yang
secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi
77
khususnya pada proses untuk mengidentifikasi pasien ketika memberikan
obat, darah, atau produk darah : pengambilan darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis, atau pemberian pengobatan atau tindakan lain.
Kebijakan dan prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk
mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor rekam
medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan barcode dan lain-lain.
Nomor kamar pasien atau lokasi bisa digunakan untuk identifikasi.
Kebijakan atau prosedur juga menjelaskan penggunaan identitas berbeda
di lokasi berbeda di rumah sakit, seperti pelayanan rawat jalan, unit gawat
darurat, dan ruang operasi, termasuk identifikasi pada pasien koma tanpa
identitas. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan
kebijakan dan atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan
situasi untuk dapat diidentifikasi.
Suatu sistem dimana petugas kesehatan/ perawat/ bidan melaksanakan
asuhan pasien lebih aman dengan memasang gelang identitas. Kegiatan ini
meliputi :
(a) Pemasangan gelang identitas pasien untuk rawat inap dipasang di
IGD
(b) Memberikan gelang (warna biru untuk laki-laki dan merah muda
untuk pasien perempuan)
(c) Gelang diberi label nama lengkap
(d) Gelang diberi label nomor rekam medik
(e) Gelang diberi label usia pasien
(f) Gelang diberi label alamat pasien
(g) Pemasangan gelang identitas pasien yang belum terpasang di IGD
dipasang di ruangan dimana pasien dirawat.
(h) Gelang identitas pasien tertulis di resep pasien
Sasaran II : Peningkatan Komunikasi Yang Terapeutik
(1) Standar SKP
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan
efektifitas komunikasi antara pemberi layanan
(2) Maksud dan Tujuan Sasaran II
Komunikasi efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan
dipahami oleh pasien akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan
78
peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik,
lisan, dan tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan adalah pada
saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon. Komunikasi lain
yang mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan
kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium cito melalui telepon keunit
pelayanan.
Rumah sakit cara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan atau
prosedur untuk perintah lisan dan telepon masuk : mencatat atau
memasukan ke computer perintah yang lengkap atau hasil pemeriksaan
oleh penerima pesan, kemudian penerima perintah membacakan kembali
(read back) perintah atau hasil pemeriksaan, dan mengkonfirmasi bahwa
apa yang sudah tuliskan dan dibaca ulang adalah akurat.
Sasaran III : Peningkatan Keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-
alert)
(1) Standar SKP III
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki
keamaan obat-obatan yang perlu di waspadai (high-alert)
(2) Maksud dan Tujuan Sasaran III
Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien,
manajemen harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan
pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medication) adalah
obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan serius (sentinel event),
obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan
(adverse outcome) seperti obat-obatan yang terlihat mirip dan
kedengarannya mirip (nama obat serupa dan ucapan mirip/ NORUM,
Look Alike Sound Alike/ LASA).
Obat – obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan pasien
adalah elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya : kalium
klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida
lebih pekat dari 0,9% dan magnesiumsulfat 50% atau lebih pekat)
kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan
baik di unit pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak tidak
diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada keadaan
gawat darurat.
79
Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeleminasi kejadian
tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obatan
yang perlu diwaspadai, termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari
unit pelayanan pasien ke farmasi.
Enam solusi pasien safety merupakan kebijakan keselamatan pasien yang
digunakan RSUD Muntilan berdasarkan keputusan pemenkes No.1961/
Menkes/ PER/ VIII/ 2011 tentang keselamatan pasien.
Mengurangi kesalahan dalam pemberian obat
Sistem petugas kesehatan melaksanakan asuhan pasien lebih aman dalam
memberikan obat untuk menghindari kesalahan, kegiatan meliputi :
(a) Petugas kesehatan melakukan cross cek dan double cek untuk
pemberian obat dengan program inovasi lima jari dan berisikan lima
program tepat sesama perawat
(b) Petugas kesehatan melakukan cross cek dan double cek tepat nama
pemberian obat
(c) Petugas kesehatan melakukan cross cek dan double cek untuk tepat
waktu dalam pemberian obat.
(d) Petugas kesehatan melakukan cross cek dan double cek untuk tepat
obat dalam pemberian obat.
(e) Petugas kesehatan melakukan cross cek dan double cek untuk tepat
cara dalam pemberian obat.
(f) Petugas kesehatan melakukan cross cek dan double cek untuk tepat
dosis obat dalam pemberian obat.
(g) Obat ditempatkan di tempat obat atau troli dengan identitas pasien
dibaca jelas
(h) Petugas kesehatan memberikan edukasi atau penjelasan kepada pasien
atau keluarga sebelum obat diberikan.
(i) Pemberian obat terdokumentasi dengan jelas di rekam medik
Sasaran IV : Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien
Operasi
(1) Standar SKP IV
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat
lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien.
(2) Maksud dan tujuan SKP IV
80
Salah lokasi, salah prosedur, pasien, salah pada operasi adalah suatu yang
menghawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah
akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara
anggota tim bedah, kurang atau tidak melibatkan pasien didalam penandaan
lokasi (site marking) dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi.
Disamping itu asesment yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis
tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung, komunikasi yang terbuka antar
anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan
yang tidak terbaca (illegible handwritting) dan pemakaian singkatan adalah
faktor-faktor konstribusi yang sering terjadi.
Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan
dan atau prosedur yang efektif dalam mengeliminasi masalah yang
menghawatirkan digunakan juga praktik berbasis bukti, seperti yang
digambarkan di surgikal safety chek list dari WHO patient safety (2009), juga
di The Join commision’suniversal protocol for preventing wrong site, wrong
prosedur, wrong penson surgery.
Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas satu
pada tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten
di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator atau orang yang melakukan
tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan dan
harus terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi operasi dilakukan
semua kasus termasuk (laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki.
lesi) atau multipel level (tulang belakang).
Maksud proses verifikasi pra operatif adalah untuk:
(a) Memferivikasi lokasi, prosedur dan pasien yang besar
(b) Memastikan bahwa semua dokumen, foto, (imaging), hasil pemeriksaan
yang relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan dipampang.
(c) Melakukan verifikasi ketrsediaan peralatan khusus dan atau implant-
implant yang dibutuhkan.
Sasaran V: Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
(1) Standar SKP V
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi resiko
infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
(2) Maksud dan tujuan saran V
81
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam
tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi
yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keperihatinan
besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi
biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi
saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infection) dan
pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis).
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan
(hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca kepustakaan
WHO, dan berbagai organisasi nasional dan internasional. Rumah sakit
mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan atau
prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang
diterima secara umum dan untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit.
Sasaran VI : Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
(1) Standar SKP VI
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi resiko dari
cidera karena jatuh.
(2) Maksud dan tujuan saran VI
Jumlah kasus jatuh bermakna sebagai penyebab cidera bagi pasien rawat inap.
Dalam konteks populasi atau masyarakat yang dijalani, pelayanan yang
disediakan, dan fasilitasnya di rumah sakit perlu mengobservasi resiko pasien
jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurani resiko cidera bila sampai
jatuh. Observasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telah terdapat
konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan
yang digunakan oleh pasien. Program tersebut harus diterapkan Rumah Sakit.
Suatu sistem petugas kesehatan/ perawat/ bidan melaksanakan asuhan pasien
lebih aman dengan menerapkan standar keamanan untuk menghindari pasien
jatuh. Kegiatan meliputi :
(a) Di ruang rawat inap terpasang sisi kanan dan sisi kiri tempat tidur
(b) Perawat/ bidan memasang tanda segitiga merah jika pasien rawan jatuh
(c) Perawat/ bidan memasang tanda segitiga kuning jika pasien potensial
jatuh
(d) Perawat/ bidan memasang tanda segitiga hijau jika pasien kooperatif dan
bisa menjaga dirinya terhindar jatuh.
82
Tabel 2.58 Pelaksanaan 6 Patient Safety
di Ruang A RS X Tanggal 29 April- 1 Mei 2019
“Ketepatan Identitas Pasien” (n=6)

No. Prosedur Ya Tidak

1. Pemasangan gelang identitas pasien untuk 6 0


rawat inap dipasang di IGD
2. Memberikan gelang (berwarna biru untuk 6 0
pasien laki-laki dan merah muda untuk pasien
perempuan
3. Gelang diberi lebel nama lengkap 6 0
4. Gelang diberi lebel Rekam Medis 6 0
5. Gelang diberi lebel umur pasien 6 0
6. Gelang diberi lebel alamat pasien 6 0
7. Pemasangan gelang identitas pasien yang 6 0
belum terpasang di IGD dipasang diruangan
dimana pasien dirawat (bayi rawat gabung,
perinatologi/NICU dan atau pasien yang
langsung masuk ruang rawat inap
8. Gelang identitas pasien tertulis di resep pasien
Jumlah 48(100%) 0(0%)
Total 48
Presentase 100%

Analisa
Berdasarkan hasil analisa pelaksanaan ketepatan identitas pasien di ruang A RS X
dikategorikan baik. Hal ini dilihat dari nilai yang di dapat dari pelaksanaan pasien
safety terkait ketepatan identitas pasien sebanyak 100% dan 0%. Hasil analisis
menunjukkan prosedur ketepatan identitas pasien yang dilakukan perawat untuk
semua point pelaksanaan dilakukan sebanyak 100%.

Tabel 2.59 Pelaksanaan 6 Patient Safety


Di Ruang A RS X tanggal 29 April-1 Mei 2019
“Meningkatkan Komunikasi Efektif”(n=6)
No. Prosedur Ya Tidak

1. Perawat/bidan mengecek ulang instruksi 6 0

83
dokter dengan cara melihat instruksi yang
ditulis dokter
2. Perawat/bidan meminta kepada dokter untuk 6 0
membacakan instruksi obat dengan jelas jika
perawat dan bidan tidak jelas
3. Perawat/bidan mengisi cheklist untuk serah 6 0
terima pasien dari perawat ke perawat
4. Perawat/bidan mengisi formulir operan sesuai 6 0
dengan situasi dan latar belakang pasien,
assessment dan rekomendasi dengan jelas
5. Petugas kesehatan melaksanakan komunikasi 6 0
efektif untuk menghindari kesalahan prosedur
dan mengurangi complain
Jumlah 30(100%) 0(0%)
Total 30
Presentase 100%

Analisa
Berdasarkan hasil analisa pelaksanaan meningkatkan komunikasi efektif di ruang
A RS X dikategorikan baik. Hal ini dilihat dari nilai yang di dapat oleh perawat
dalam pelaksanaan sebanyak 100% dan sebanyak 0%. Hasil analisis menunjukkan
semua point dari pelaksanaan meningkatkan komunikasi efektif dilakukan
dilakukan.

Tabel 2.60 Pelaksanaan 6 Patient Safety


Di Ruang A RS X Tanggal 29 April-1 Mei 2019
“Mengurangi Kesalahan Pemberian Obat” (n=6)
No. Prosedur Ya Tidak

1. Petugas kesehatan/perawat/bidan melakukan cross check 6 0


dan double check untuk pemberian obat dengan program
inovasi 5 jari dan berisikan 5 program tepat sesama
perawat
2. Petugas kesehatan/perawat/bidan melakukan cross check 6 0
dan double check untuk Tepat Nama pemberian obat
3. Petugas kesehatan/perawat/bidan melakukan cross check 6 0
dan double check untuk Tepat Waktu pemberian obat

84
4. Petugas kesehatan/perawat/bidan melakukan cross check 6 0
dan double check untuk Tepat Obat
5. Petugas kesehatan/perawat/bidan melakukan cross check 6 0
dan double check untuk Tepat Cara pemberian obat
6. Petugas kesehatan/perawat/bidan melakukan cross check 6 0
dan double check untuk Tepat Dosis Obat
7. Obat ditempatkan ditempat obat/trolly dengan identitas 6 0
pasien yang jelas terbaca
8. Petugas kesehatan/perawat/bidan memberikan 6 0
edukasi/penjelasan kepada pasien/keluarga sebelum obat
diberikan
9. Pemberian obat terdokumentasi dengan jelas di Rekam 6 0
Medik
Jumlah 54 0
Total 54
Presentase 100%

Analisa
Berdasarkan hasil analisis pelaksanaan mengurangi kesalahan pemberian obat di
ruang A RS X dikategorikan baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang di dapat
oleh perawat dalam melakukan pelaksanaan sebanyak 100% dan sebanyak 0%.
Hasil analisis menunjukkan pelaksanaan menurangi kesalahan pemberian obat
dilakukan semuanya.

Tabel 2.61 Pelaksanaan 6 Patient Safety


Di Ruang A RS X Tanggal 29 April-1 Mei 2019
“Pengurangan Resiko Infeksi” (n= 6)
No. Prosedur Ya Tidak

1. Di instalasi dan di ruang rawat inap tersedia 6 0


tempat cuci tangan, cairan anti septik dan/atau
Handscrub
2. Petugas kesehatan, perawat/bidan melakukan 0 6
edukasi kepada pasien/keluarga tentng pentingnya
cuci tangan
3. Petugas kesehatan, perawat/bidan melakukan cuci 3 3

85
tangan sebelum menyentuh pasien
4. Petugas kesehatan, perawat/bidan melakukan cuci 6 0
tangan sesudah menyentuh pasien
5. Petugas Rumah Sakit, Petugas kesehatan, 4 2
perawat/bidan patuh terhadap prosedur cuci
tangan
Jumlah 19(63%) 11(37%)
Total 30

Analisa
Berdasarkan hasil analisa pelaksanaan pengurangan resiko infeksi di ruang A RS
X dikategorikan cukup. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang di dapat oleh perawat
sebanyak 63% dan sebanyak 37%. Hasil analisa menunjukkan pelaksanaan
pengurangan resiko infeksi paling banyak tidak dilakukan oleh perawat yaitu
Petugas kesehatan, perawat/bidan melakukan edukasi kepada pasien/keluarga
tentang pentingnya cuci tangan, setengah dilakukan Petugas kesehatan,
perawat/bidan melakukan cuci tangan sebelum menyentuh pasien, 1/3 perawat
tidak melakukan Petugas Rumah Sakit, Petugas kesehatan, perawat/bidan patuh
terhadap prosedur cuci tangan.

Tabel 2.62 Pelaksanaan 6 Patient Safety


Di Ruang A RS XTanggal 29 April– 7 Mei 2019
“Mengurangi Resiko Pasien Jatuh” (n=6)
No Prosedur Ya Tidak
1. Di ruang rawat inap terpasang penghalang sisi kanan dan sisi kiri 6 0
tempat tidur
2. Perawat/bidan memasang tanda segitiga kuning jika pasien 3 3
potensial jatuh
3. Perawat/bidan memasang stiker warna kuning di tempel digelang 0 6
identitas pasien
Jumlah 9 9
Total 18

Analisa
Berdasarkan hasil analisa pelaksanaan mengurangi resiko pasien jatuh di ruang A
RS X dikategorikan kurang. Hal ini dilihat dari nilai yang di dapat oleh perawat
dalam pelaksanaan tindakan sebanyak 50% dan sebanyak 50%. Hasil analisis
menunjukkan prosedur yang paing banyak tidak dilakukan yaitu ½ Petugas

86
kesehatan, perawat/bidan melakukan edukasi kepada pasien/keluarga tentng
pentingnya cuci tangan, tidak dilakukan sama sekali Petugas kesehatan,
perawat/bidan melakukan cuci tangan sebelum menyentuh pasien.

Tabel 2.63 Pelaksanaan 6 Patient Safety Di Ruang ARS X


No Pelaksanaan Persentase Keterangan
Kegiatan
1. Ketepatan 100% Berdasarkan hasil analisa pelaksanaan
Identitas ketepatan identitas pasien di ruang A RS X
Pasien dikategorikan baik. Hal ini dilihat dari nilai
yang di dapat dari pelaksanaan pasien safety
terkait ketepatan identitas pasien sebanyak
100% dan 0%. Hasil analisis menunjukkan
prosedur ketepatan identitas pasien yang
dilakukan perawat untuk semua point
pelaksanaan dilakukan sebanyak 100%.

2. Meningkatkan 100% Berdasarkan hasil analisa pelaksanaan


Komunikasi meningkatkan komunikasi efektif di ruang A
Efektif RS X dikategorikan baik. Hal ini dilihat dari
nilai yang di dapat oleh perawat dalam
pelaksanaan sebanyak 100% dan sebanyak
0%. Hasil analisis menunjukkan semua point
dari pelaksanaan meningkatkan komunikasi
efektif dilakukan dilakukan.

3. Mengurangi 100% Berdasarkan hasil analisis pelaksanaan


Kesalahan mengurangi kesalahan pemberian obat di
Pemberian ruang A RS X dikategorikan baik. Hal ini
Obat dapat dilihat dari nilai yang di dapat oleh
perawat dalam melakukan pelaksanaan
sebanyak 100% dan sebanyak 0%. Hasil
analisis menunjukkan pelaksanaan menurangi
kesalahan pemberian obat dilakukan

87
semuanya.

4. Pengurangan 63% Berdasarkan hasil analisa pelaksanaan


Resiko pengurangan resiko infeksi di ruang A RS X
Infeksi dikategorikan cukup. Hal ini dapat dilihat
dari nilai yang di dapat oleh perawat
sebanyak 63% dan sebanyak 37%. Hasil
analisa menunjukkan pelaksanaan
pengurangan resiko infeksi paling banyak
tidak dilakukan oleh perawat yaitu Petugas
kesehatan, perawat/bidan melakukan edukasi
kepada pasien/keluarga tentang pentingnya
cuci tangan, setengah dilakukan Petugas
kesehatan, perawat/bidan melakukan cuci
tangan sebelum menyentuh pasien, 1/3
perawat tidak melakukan Petugas Rumah
Sakit, Petugas kesehatan, perawat/bidan
patuh terhadap prosedur cuci tangan.

5. Mengurangi 50% Berdasarkan hasil analisa pelaksanaan


Resiko Pasien mengurangi resiko pasien jatuh di ruang A
Jatuh RS X dikategorikan kurang. Hal ini dilihat
dari nilai yang di dapat oleh perawat dalam
pelaksanaan tindakan sebanyak 50% dan
sebanyak 50%. Hasil analisis menunjukkan
prosedur yang paing banyak tidak dilakukan
yaitu ½ Petugas kesehatan, perawat/bidan
melakukan edukasi kepada pasien/keluarga
tentng pentingnya cuci tangan, tidak
dilakukan sama sekali Petugas kesehatan,
perawat/bidan melakukan cuci tangan
sebelum menyentuh pasien.

88
C. Unsur Ouput
1. Kajian Teori
Efisiensi pelayanan meliputi 4 indikator mutu pelayanan kesehatan yang meliputi
(BOR, LOS, TOI, BTO)
a. BOR (Bed Occupancy Rate), merupakan indikator untuk menilai seberapa
efektifitas pemakaian tempat tidur yang ada di suatu ruangan atau rumah Sakit
dalam jangka waktu tertentu. Standart nasional untuk RSU dalam satu tahun
adalah sekitar (60-85%.)
Jumlah hari perawatan
Bor= x 100 %
Jumlah TT x hari perawatan
b. LOS (Length Of Stay), adalah efisiensi yang menunjukkan lama waktu pasien
tinggal. Semakin pendek Length of Stay pasien semakin baik, menurut standart
yang baik adalah sekitar 7-10 hari.
Lama hari perawatan
LOS= x 100 %
Jumlah pasien keluar hidup atau mati
c. TOI (Turn Over Internal), merupakan indikator mutu pelayanan keperawatan
yang menunjukkan rata-rata tempat tidur kosong atau waktu antara tempat tidur
ditinggalkan pasien sampai diisi kembali. Standart nasional adalah 1–3 hari
Jumlah hari perawatan
TOI= x 100 %
Jumlah TT
d. BTO (Bed Turn Over), merupakan indikator yang menunjukkan pemakaian
tempat tidur di suatu rumah sakit dalam satu satuan waktu. Standar nasional BTO
adalah 5–45 kali.
Jumlah pasien keluar
BTO=
Jumlah TT

Tabel 2.64 Indikator Efisiensi Ruangan Standar Depkes


No. Indikator Standar
1. BOR 60-85 %
2. LOS 7-10 Hari
3. TOI 1-3 Hari
4. BTO 5 – 45 kali

2. Kajian Data
Tabel 2.65 Indikator Efisiensi Ruang A RS X Tahun 2019

89
No Bulan BOR LOS TOI BTO
1 Januari 65,1 1,9 1,1 10,5
2 Februari 64,7 1 0,9 10,5
3 Maret 67,9 2 0,9 10,5
4 April 60,4 1,7 1,1 10,6
5 Mei 49,8 1,9 1,9 8,1
6 Juni 53,1 1,9 1,7 8,2
7 Juli 49,0 1,7 1,7 8,8
8 Agustus 58,4 1,6 1,1 10,9
9 September 64,2 1,7 0,9 10,9
10 Oktober 67,3 1,8 0,9 11,0
11 November 63,3 1,7 1 10,9
12 Desember 60,2 1,9 1,3 9,4
Rata-rata 62,8 1,8 1,2 10
Analisis Data
a. BOR di ruang A RS X selama tahun 2019 adalah 62,8%, jika dibandingkan
dengan standar Depkes yaitu 60-85%, disimpulkan bahwa efektifitas tempat
tidur pasien ruang A RS X masuk kategori optimal karena hasil BOR sudah
memenuhi standar.
b. LOS di ruang A RS X selama tahun 2019 adalah 1,8 hari jika dibandingkan
dengan standar Depkes yaitu 7-10 hari disimpulkan bahwa LOS ruang A RS X
dalam kategori kurang dari standar.
c. TOI di ruang A RS X selama tahun 2019 adalah 1,2 hari jika dibandingkan
dengan standar Depkes yaitu 1-3 hari, disimpulkan bahwa mutu pelayanan
ruang A RS X menunjukkan rata-rata tempat tidur kosong atau waktu antara
tempat tidur ditinggalkan pasien sampai diisi kembali masuk dalam kategori
standar.
d. BTO di ruang A RS X selama tahun 2019 adalah 10 kali jika dibandingkan
dengan standar Depkes yaitu 5-45 kali, disimpulkan bahwa pemakaian tempat
tidur ruang A RS X masuk dalam kategori standar.

90
BAB III
MASALAH

A. Identifikasi Masalah
1. Unsur Input
Tabel 3.1 Identifikasi Masalah Input
No Analisa Data Hasil Keterangan
1 Kebutuhan ketenagaan Kelebihan ketenagaan Kelebihan ketenagaan
perawat di ruang A RS X perawat dalam perawat dapat
berdasarkan formula melaksanakan MPKP mengakibatkan tidak
Gillies yaitu berjumlah 8 optimalnya kinerja tim
orang perawat, formula dalam menjalankan
Douglas berjumlah 11 pola komunikasi dan
orang perawat, dan formula asuhan keperawatan
Depkes berjumlah 7 orang terhadap klien.
perawat. Jika melihat data
di ruangan, terdapat
terdapat 15 orang perawat
2 Seluruh perawat belum Kualitas tenaga perawat Berdasarkan 10 kasus
memiliki sertifikasi pelatihan belum optimal dalam penyakit tarbanyak
di bidang obsgyn melaksanakan asuhan didapatkan bahwa ruang
keperawatan obsgyn A RS X mengelola pasien
dengan penyakit di
bidang obsgyn
3 Data hasil pengkajian SOP pengoperasian SOP di ruangan perlu
menunjukan bahwa alat tidak tersedia diadakan sebagai
terdapat inventaris mesin strandarisasi perawat
medik diantaranya 2 unit dalam melaksanakan
syringpump dan 1 unit tindakan untuk
infuspump. Namun, kedua mengurangi kesalahan
alat tersebut belum dan membantu
memiliki SOP terkait mengevaluasi tindakan
pengoperasiannya. yang telah dilakukan.

4 Berdasarkan data terdpat Kurangnya Mendiskusikan kepada

91
No Analisa Data Hasil Keterangan
alat yang tidak memenuhi ketersediaan alat kepala ruang untuk
standar kuantitasnya, yaitu penambahan alat-alat
tiang infus, stethoscope, yang kurang di ruangan
nebulizer, timbangan bayi,
animex, infus pump,
syringe pump, dan handuk

92
2. Unsur Proses
Berdasarkan hasil data pengkajian didapatkan beberapa masalah, seperti di bawah ini :
Tabel 3.2 Identifikasi Masalah Proses
N Analisa Data Hasil Keterangan
o
1. a) Tugas kepala ruang Belum a) Masih ada tugas kepala ruang yang belum dilakukan secara optimal seperti
keperawatan cukup optimalnya memberikan reinforcement positif kepada semua staftermasuk pada saat
(59,52%) penerapan mengakhiri meeting morningkepada dinas malam dan dinas pagi,
b) Pelaksanaan PN MPKP di ruang melakukan upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan dengan melakukan
cukup (67%) A RS X Observasi melalui angket setiap pasien akan pulang, memberikan
c) Pelaksanaan tugas pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga, mengadakan CNE
AN cukup (61%) ( continuing nursing education) tiap bulan sekali. Sehingga kepala ruang
d) Hubungan perlu meningkatkan kestabilan tanggung jawab untuk peningkatan mutu
profesional asuhan keperawatan.
tenagakeperawatan b) Masih ada peran PN yang belum dilaksanakan seperti memonitor dan
dengan pasien cukup membimbing tugas AN, Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien
(60%) sesuai tujuan yang ada dalam perencanan asuhan keperawatan dan ada bukti
e) Hubungan profesinal dalam rekam keperawatan, melaksanakan post conference pada setiap akhir
antara staf dinas menerima laporan akhir tugas jaga dari AN untukpersiapan operan
keperawatan cukup tugas jaga berikutnya, memperkenalkan AN yang ada dalam satu grup atau
(67%) yang akan merawat selama pasien dirawat atau kepada pasien/keluarga baru,

93
f) Pelaksanaan Meeting menyelenggarakan diskusi kasus dengan dokter dan tim kesehatan lain tiap
Morning kurang minggu, melakuakan bimbingan klinik keperawatan kepada AN minimal
(29%) seminggu sekali (ronde keperawatan/bed side teaching)
g) Pelaksanaan Pre c) Masih ada peran AN yang belum dilaksanakan seperti mengikuti pre
Conference kurang conference yang dilakukan PN setiap awal tugas, melakukan monitoring
(0%) respon pasien dan ada bukti direkam keperawatan, melakukan observasi
h) Pelaksanaan Post asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya,
Conference kurang mengikuti diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan lain setiap seminggu
(0%) sekali, mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan di
i) Pelaksanaan ruangan, melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas membantu melakukan
penerimaan pasien bimbingan PKK kepada peserta di keperawatan
baru cukup (68,75%) d) Masih ada tugas yang belum dilaksanakan seperti setiap akan melakukan
tindakan keperawatan PN atau AN memberikan penjelasan atas tindakan
yang akan dilakukan kepada pasien atau keluarga, pasien atau keluarga
mengetahui siapa PN atau perawat yang bertanggung jawab selama ia
dirawat dan ditulis pada papan nama pasien
e) Masih ada tugas yang belum dilaksanakan seperti penanggung jawab
pelayanan mengadakan pertemuan rutin karu minimal 1x/minggu, kepala
ruang mengadakan petemuan rutin dengan seluruh staf kep minimal sebulan
sekali, karu mengadakan pertemuan rutin dengan pn minimal 1x/minggu, pn
mengadakan pre dan post konference pada setiap awal dan akhir jaga pagi.
f) Pelaksanaan meeting morning yang belum optimal di ruang A seperti

94
meeting morning tidak diikuti oleh seluruh staf
g) Belum dilaksanakannya pre-conference di ruang A
h) Belum dilaksanakannya post-conference di ruang A
i) Belum dilaksanakan tugas seperti memberi penjelasan kepada pasien
atau keluargamengenaiperkembangan pasien setiap hari, menjelakan
informasi secara urut sesuaii pedoman
2. Rata-rata dari hasil Standar Asuhan Dalam hal ini ada beberapa bagian yang kurang seperti pengkajian, diagnosa,
perhitungan standar Keperawatan implementasi serta catatan asuhan keperawatan/pendokumentasian asuhan
asuhan keperawatan keperawatan yang perlu ditingkatkan agar asauhan keperawatan yang diberikan
didapatkan hasil rata- kepada pasien lebih optimal dn maksimal
ratanya adalah 67%
3. a) Pengolahan sampah Universal a) Masih ada tempat sampah yang belun ada di ruangan A seperti kotak
di ruang A 71% Precaution dan sampah berwarna kuning, kotak sampah warna kuning dengan garis hitam,
(cukup) Patient Safety kotak sampah warna coklat, kotak sampah warna putih, masing-masing
b) Pengurangan Resiko kotak sampah dilapisi plastic dengan larutan dekontaminasi hipoklorit 1%
Infeksi 63% Cukup) b) Masih ada hal yang belum dilakukan seperti petugas kesehatan,
c) Pengurangan Resiko perawat/bidan melakukan edukasi kepada pasien/keluarga tentng pentingnya
Pasien Jatuh 50% cuci tangan
(cukup) c) Masih ada hal yang belum dilaksanakan seperti perawat/bidan memasang
stiker warna kuning di tempel digelang identitas pasien

95
3. Unsur Output
Tabel 3.3Identifikasi Masalah Output
No Analisa Data Hasil Keterangan
1. Length of Stay (LOS) LOS pasien di bawah Standar Depkes yaitu
atau efisiensi yang standar 7-10 hari disimpulkan
menunjukan lama bahwa LOS ruang A
waktu pasien dirawat RS X dalam kategori
di ruang A RS X kurang daristandar.
yaitu 1,8 hari.

Tabel 3.4 Langkah-Langkah Menentukan Skoring Masalah (Kepner Tregoe)


Tota
Aspek Yang Kriteria Ranking
No l
Dinilai
Urgency (U) Seriousness (S) Growth (G)
1 Kelebihan 2 2 2 6 XVII
ketenagaan perawat
dalam
melaksanakan
MPKP
2 Kualitas tenaga 4 3 3 10 IV
perawat belum
optimal dalam
melaksanakan
asuhan
keperawatan
obsgyn
3 SOP pengoperasian 3 3 2 8 XI
alat tidak tersedia
4 Kurangnya 4 2 2 8 XII
ketersediaan alat
5 Peran kepala 2 3 3 8 XIII
ruangan yang
belum optimal 60%
6 Peran PN yang 2 3 3 8 XIV
belum optimal
67%
7 Peran AN yang 2 3 3 8 XV
belum optimal 61%
8 Hubungan 4 3 3 10 V
profesional tenaga
keperawatan
dengan pasien 60%
9. Hubungan 4 3 3 10 VI
profesinal antara
staf keperawatan
67%
10 Pelaksanaan 5 4 3 12 I
Meeting Morning
29%
11 Pelaksanaan Pre 5 4 3 12 II
Conference 0%
12 Pelaksanaan Post 5 4 3 12 III

96
Tota
Aspek Yang Kriteria Ranking
No l
Dinilai
Urgency (U) Seriousness (S) Growth (G)
Conference 0%
13 Pelaksanaan 2 1 3 6 XVIII
penerimaan pasien
baru 69%
14 Standar Asuhan 3 3 3 9 VIII
Keperawatan yang
belum optimal
67% (pengkajian,
diagnosa,
implementasi serta
pendokumentasian/
catatan asuhan
keperawatan)
15 Pengolahan 4 3 3 10 VII
sampah di ruang A
71%

16 Pengurangan 4 3 2 9 IX
Resiko Infeksi 63%

17 Pengurangan 4 3 2 9 X
Resiko Pasien
Jatuh 50%
18 LOS pasien di 2 2 3 7 XVI
bawah standar

Keterangan (Skala Likert):


1 = Sangat kecil/rendah pengaruhnya
2 = Kecil pengaruhnya
3 = Sedang/cukup pengaruhnya
4 = Besar/tinggi pengaruhnya
5 = Sangat besar/tinggi pengaruhnya

B. Prioritas Masalah
1. Pelaksanaan meeting morning
2. Pelaksanaan pre conference
3. Pelaksanaan post conference
4. Kualitas tenaga perawat belum optimal dalam melaksanakan asuhan keperawatan obsgyn
5. Hubungan profesional tenaga keperawatan dengan pasien 60%
6. Hubungan profesinal antara staf keperawatan 67%
7. Pengolahan sampah di ruang A 71%
8. Standar Asuhan Keperawatan yang belum optimal 67% (pengkajian, diagnosa,
implementasi serta pendokumentasian/ catatan asuhan keperawatan
9. Pengurangan Resiko Infeksi 63%
10. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh 50%
11. SOP pengoperasian alat tidak tersedia

97
12. Kurangnya ketersediaan alat
13. Peran kepala ruangan yang belum optimal 60%
14. Peran PN yang belum optimal 67%
15. Peran AN yang belum optimal 61%
16. LOS pasien di bawah standar
17. Kelebihan ketenagaan perawat dalam melaksanakan MPKP
18. Pelaksanaan penerimaan pasien baru 69%

98

Anda mungkin juga menyukai