BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai
obat tradisional. Keunggulan obat tradisional jika dibandingkan dengan obat
modern lebih aman dan ekonomis (1). Salah satu tanaman yang memiliki banyak
manfaat untuk kesehatan adalah takokak (Solanum torvum Swartz). Masyarakat
secara tradisional menggunakan rebusan takokak sebagai obat untuk melancarkan
sirkulasi darah, menghilangkan rasa sakit (analgetik) dan menghilangkan batuk
(antitusif). Analisis fitokimia dari buah takokak menunjukkan adanya golongan
senyawa polifenol seperti flavonoid dan tannin. Golongan senyawa ini dilaporkan
sebagai komponen antimikrobial yang penting (2).
Antibakteri adalah obat atau senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh
atau menghambat bakteri, khususnya bakteri yang bersifat merugikan manusia
(3). Zat antibakteri dapat melakukan aktivitasnya melalui beberapa mekanisme
yaitu mengganggu sintesis dinding sel, mengganggu sintesis membran sel,
menganggu sintesis protein sel, dan menganggu sintesis asam nukleat. Sebagian
besar manusia pernah mengalami penyakit tertentu yang disebabkan oleh
terganggunya keseimbangan mikroflora dalam rongga mulut. Salah satunya
adalah karies yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus mutans (4).
cara yang efektif untuk mengurangi dan mengontrol akumulasi plak (7).
Ada banyak cara menurunkan jumlah koloni bakteri dalam rongga mulut.
Salah satunya yaitu dengan penggunaan obat kumur. Salah satu contoh obat
kumur yang sangat mudah kita peroleh di pasaran yaitu klorheksidin.
Klorheksidin merupakan agen antimikroba berspektrum luas. Sebagai antiseptik,
Konsentrasi minimum yang efektif untuk klorheksidin adalah 0,2%. Konsentrasi
yang lebih rendah tidak efektif untuk mengurangi mikroba dalam rongga mulut.
Klorheksidin merupakan obat kumur yang paling efektif mengurangi jumlah S.
mutans. Namun, obat kumur ini telah dilaporkan memiliki sejumlah efek
samping lokal. Pada penggunaan jangka panjang didapat efek samping seperti
warna coklat gigi, rasa yang kurang enak, ulserasi mukosa mulut dan paresthesia,
pembengkakan parotis yang unilateral atau bilateral, dan peningkatan
pembentukan kalkulus supra gingival (8). Oleh karena itu pada penelitian ingin
mencari alternatif pengobatan untuk menghambat pertumbuhan plak yaitu
dengan tumbuhan berkhasiat obat salah satu tumbuhan yang memiliki aktivitas
antibakteri yaitu buah takokak.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan Umum
Mengetahui apakah aktivitas antibakteri dan bioautografi fraksi etanol,
klorofom, dan n-heksan buah takokak dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans.
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa aktif dalam fraksi
etanol, klorofom, dan n-heksan buah takokak yang paling efektif dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi ilmiah kepada
masyarakat dan kalangan medis tentang manfaat fraksi etanol, klorofom, dan n-
heksan buah takokak (Solanum torvum Swartz) sebagai agen antibakteri yang
dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans.
E. Hipotesis
Aktivitas antibakteri dan bioautografi fraksi etanol, klorofom, dan n-heksan
buah takokak dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Morfologi tanaman
Tanaman takokak merupakan tanaman perdu yang tumbuh tegak dan
tinggi tanaman sekitar 3 m. Bentuk batang bulat, berkayu, bercabang, berduri
jarang dan percabangannya simpodial dengan warna putih kotor. Daun
takokak tunggal, berwarna hijau, tersebar, berbentuk bulat telur, bercangap,
tepi rata, ujung meruncing dan panjangnya sekitar 27-30 cm dan lebar 20-24
cm, dengan bentuk pertulangan daunnya menyirip dan ibu tulang berduri.
Ciri-ciri bunga takokak, antara lain majemuk, bentuk bintang, kelopak
berbulu, bertajuk lima, runcing, panjang bunga kira-kira 5 mm, benang sari
lima, tangkai panjang kira-kira 1 mm dan kepala sari panjangnya kira-kira 6
mm berbentuk jarum, berwarna kuning, tangkai putik kira-kira 1 cm yang
berwana putih, dan kepala putik kehijauan (10).
3. Nama lain
Nama ilmiah : Solanum torvum Sw.
Nama asing : Brugmansia x insignis (Amerika Serikat)
Nama daerah : Terong pipit (Sumatera), terong rimbang (Melayu),
takokak (Jawa Barat) dan terong cepoka, atau poka, cong belut atau
cokowana (Jawa Tengah) (10).
4. Kandungan kimia
Analisis fitokimia dari buah takokak menunjukkan adanya golongan
senyawa polifenol seperti flavonoid dan tanin (1). Takokak mengandung
berbagai bahan kimia. Kandungan kimia yang terdapat pada buah dan daun
mengandung alkaloid steroid yaitu jenis solasodine 0.84%, sedangkan
kandungan buah kuning mengandung solasonine 0.1%. Kemudian, buah
mentahnya pun mengandung chlorogenin, sisologenenone, torvogenin,
vitamin A, neo-chlorogenine, dan panicolugenine, serta akarnya mengandung
jurubine. Buah takokak ini pun diketahui mengandung glukoalkaloid,
solasonine, sterolin (sitosterol-D glucoside), protein, lemak, dan mineral (10).
6
5. Khasiat tanaman
Takokak pun mampu melancarkan sirkulasi darah, menghilangkan rasa
sakit (analgetik) dan menghilangkan batuk (antitusif). Takokak memiliki
aktivitas pembersih superoksida yang tinggi yakni di atas 70%. Kandungan
kimia yang terdapat pada takokak mampu bertindak sebagai antioksidan dan
dapat melindungi jaringan tubuh dari efek negatif radikal bebas. Kemudian,
takokak berfungsi sebagai anti radang karena memiliki senyawa sterol
carpesterol dan 4 juga sebagai alat kontrasepsi karena buah dan daunnya
mengandung solasodine 0.84%, yang merupakan bahan baku hormon seks
untuk kontrasepsi (10).
Kingdom : Monera
Divisi : Firmicutes
Class : Bacilli
Ordo : Lactobacillalles
Family : Streptococcacea
Genus : Streptococcus
Spesies : Streptococcus mutans (11)
2. Morfologi
S. mutans adalah salah satu jenis bakteri yang mempunyai kemampuan
dalam proses pembentukan plak dan karies gigi. Bakteri ini pertama kali
diisolasi oleh Clark pada tahun 1924 yang memiliki kecendrungan
membentuk kokus dengan rantai panjang apabila ditanaman pada medium
(10). S. mutans menjadi yang paling banyak menyebabkan gigi berlubang
disekitar luka tetapi sampai pada tahun 1960-an mikroba tersebut tidak
ditemukan. Kemudian gula dan sumber energi lain dimetabolisme, sehingga
mikroba menghasilkan asam yang menyebabkan rongga pada gigi (11).
C. Gigi
Gigi adalah tulang keras dan kecil-kecil berwarna putih yang tumbuh
tersusun, berakar didalam gusi dan berfungsi untuk mengunyah dan menggigit.
Gigi adalah jaringan tubuh yang paling keras dibanding yang lainnya. Strukturnya
berlapis-lapis mulai dari email yang amat keras, dentin (tulang gigi) didalamnya,
pulpa yang berisi pembuluh darah, pembuluh saraf, dan bagian lain yang
memperkokoh gigi. Namun demikian, gigi merupakan jaringan tubuh yang
mudah sekali mengalami kerusakan. Ini terjadi ketika gigi tidak memperoleh
perawatan semestinya. Proses kerusakan gigi geligi diawali dengan adanya
lubang gigi atau disebut juga karies (12).
1. Proses Pembentukan Gigi
Pembentukan gigi telah dimulai sejak kanin berumur satu setengah bulan
dalam kandungan ibu, vitamin dan mineral pada khususnya kalsium dan fosfor
yang dibutyhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan gigi bayi yang diambil
secara otomatis dari aliran darah ibu, oleh karena penting bagi kesehatan ibu
dan bayi.
Bahan makanan yang banyak mengandung kalsium dan fosfor antara lain
susu, keju, daging, ikan, telur. Akan tetapi apabila konsumsi dalam makanan
sehari-hari dirasa kurang, dapat ditambahkan dengan mengkonsumsi obat yang
mengandung yang dierikan dengan pengawasan dokter (13).
8
2. Bagian-bagian gigi
Bentuk gigi berbeda sesuai dengan fungsinya, gigi seri untuk memotong gigi
taring yang runcing untuk menahan dan merobek, geraham untuk meng
haluskan makanan. Walaupun bentuknya berbeda-beda semua mempunyai
susunan yang sama, gigi terdiri atas :
a. Mahkota gigi (mahkota klinis)
Bagian yang menonjol diatas gusi, sedangkan mahkota anatomis adalah
bagian gigi yang dilapisi email.
b. Akar gigi
Bagian yang terpendam dalam alveolus dalam tulang maksilla atau
mandibula.
c. Leher gigi
Tempat terbentuknya mahkota anatomis dan akar gigi (14).
3. Komponen gigi
a. Email
Merupakan bahan pada tubuh, email tersusun dari 99% bahananorganik
terutama kalsium fosfat dalam bentuk kristal apatin dan hanya 1% bahan
organik. Bahan organiknya terdiri dari anamelin, suatu protein yang kaya
akan protein.
b. Dentin
Dentin terdiri dari 70% zat anorganik, 15% dan 12% air, dentin terletak
dibawah email dan merupakan bagian terbesar dari seluruh gigi dentin lebih
lunak dari pada email dan melindungi pulpa.
c. Pulpa
Pulpa terdiri dari 25% zat organik dan 75% air. Jaringan pulpa
merupakan jaringan lunak yang terdapat diruang pulpa dan seluruh akar
jaringan ini terdiri dari:
1) Pembuluh limfe.
2) Pembuluh darah (arteri dan vena).
3) Urat saraf
9
Pada umumnya, gigi sulung pertama kali akan muncul pada usia 6 bulam
sesudah lahir dan seluruh gigi sulung selesai muncul pada usia 2,5 tahun yang
ditandai dengan gigi geraham sulung kedua telah mencapai kontak dengan gigi.
Urutan pertama gigi sulung yang tumbuh adalah gigi seri bagian
bawah(biasanya pada usia 6-9 bulan), kemudian disusul dengan gigi seri
bagian atas. Gigi seri kedua, yaitu gigi yang tumbuh disamping gigi seri
pertama akan tumbuh saat usia 7-10 tahun bulan. Terkadang gigi seri kedua
dirahang bawah tumbuh lebih dulu sebelum gigi seri kedua dirahang atas.
Kemudian, satu gigi gerahamdepan tumbuh pada usia 16-2 bulan.Gigi taring
juga mulai muncul pada usia 20-30 bulan. Pada akhirnya, akar gigi sulung
terbentuk sempurna padausia 3 tahun. Kemudian, satu persatu gigi sulung
akan tanggan dan akan digantikan dengan gigi permanen yang jumlahnya 32
buah, yang dimulai saat anak berusia 5-6 tahun sampai gigi geraham bungsu
muncul pada usia 19-22 tahun (12).
Pada media yang ditanami mikroba dibuat parit yang kemudian diisi
dengan larutan yang mengandung zat antimikroba. Metode ini dapat
digunakan untuk menguji beberapa antimikroba pada saat bersamaan
terhadap satu jenis mikroba (16).
1. Metode Dilusi
Metode ini dilakukan dengan cara mencampurkan zat antimikroba dengan
media yang kemudian diinokulasikan dengan mikroba. Metode ini biasanya
digunakan dalam penentuan KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) Ada 2
cara dalam metode ini :
a. Pengenceran serial dalam tabung
Zat yang diuji aktifitasnya diencerkan serial dalam media cair, lalu
diinokulasikan mikroorganisme dalam jumlah tertentu. Inkubasi pada
temperatur 37 °C selama 24 jam. Aktifitas antimikroba diukur sebagai
konsentrasi terkecil yang dapat membunuh mikroorganisme atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Pengamatan dilakukan adalah
cara ekstraksi yang paling sederhana dengan melihat kekeruhan media
(16).
b. Penipisan lempeng agar
Zat yang akan ditentukan aktifitasnya diencerkan dalam media agar
pada temperatur ± 40 °C, lalu dituang ke dalam cawan petri. Setelah
lempeng agar membeku, ditanamkan mikroorganisme dan diinkubasi pada
temperatur 37 °C. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah
mikroba yang tumbuh atau melihat apakah ada koloni mikroba yang
tumbuh (16).
E. Klorheksidin
Salah satu cara untuk mengobati halitosis adalah menggunakan obat kumur
yang bertujuan untuk mengurangi dental plak dan bakteri yang hidup dalam
rongga mulut. Obat kumur yang biasa digunakan adalah klorheksidin glukonat
0,2%, klorheksidin diproduksi dengan pH antara 5-7 berupa suatu garam
klorheksidin dan gluconic acid.
Obat kumur klorheksidin mempunyai aktivitas antibakteri selama
penggunaanya sebagai oral rinsing. Kemampuannya untuk mengurangi bakteri
12
baik aerob maupun anaerob mencapai 54-97%. Obat kumur ini efektif terhadap
bakteri gram positif dan gram negatif meskipun terhadap beberapa bakteri gram
negatif kurang efektif. Mekanisme kerja klorheksidin dahulu diduga bersifat
bakteriosid dengan cara menginaktifkan ATPase bakteri namun ada pendapat lain
yang mengatakan bahwa klorheksidin bersifat bakteriosid kemudian menjadi
bakteriostatik dengan cara merusak dinding sel bakteri, menghambat sistem
enzimatik bakteri, mengeluarkan lipopolisakarida bakteri sehingga menyebabkan
kematian sel bakteri (17,18).
F. Simplisia
Simplisia ialah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami perubahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan
yang telah dikeringkan (14). Persyaratan simplisia nabati dan simplisia hewani di
berlakukan pada simplisia yang di perdagangkan, tetapi pada simplisia yang di
gunakan untuk suatu pembuatan, atau isolasi minyak atsiri, alkoloida, glikosida,
atau zat aktif lain, tidak harus, memenuhi syarat tersebut. Persyaratan yang
membedakan struktur mikroskopik serbuk yang berasal dari simplisia nabati atau
hewani dapat tercakup dalam masing-masing monografi, sebagai petunjuk
identitas, mutu dan kemurnianya (19).
G. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengektraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian, sehingga memenuhi baku yang ditetapkan (21).
1. Pembagian Ekstrak
Pembagian ekstrak dibagi menjadi 3 macam menurut sifat-sifatnya yaitu :
13
1) Pola kromatogram
Pola kromatogram dilakukan sebagai anlisis kromatografi sehingga
memberikan pola kromatogram yang khas. Bertujuan untuk
memberikan gambaran awal komposisi kandungan kimia berdasarkan
pola kromatogram (KLT,KCKT) (22).
b. Kadar air
Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada
dalam bahan, yang bertujuan untuk memberikan batasan minimal atau
rentang besarnya kandungan air dalam bahan.
c. Kadar abu
15
d. Sisa pelarut
Parameter sisa pelarut adalah penentuan kandungan sisa pelarut
tertentu yang mungkin terdapat dalam ekstrak. Tujuannya adalah
memberikan jaminan bahwa selama proses tidak meninggal sisa
pelarut yang memang seharusnya tidak ada.
e. Cemaran mikroba
Parameter cemaran mikroba adalah penentuan adanya mikroba
yang patogen secara analisi mikrobiologis. Tujuannya adalah
memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak boleh mengandung mikroba
patogen dan mikroba non patogen melebihi batas yang ditetapkan
karena berpengruh pada stabilitas dan berbahaya (toksik) bagi
kesehatan.
f. Cemaran aflatoksin
Aflatoksin merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh
jamur. Aflatoksin sangat berbahaya karena dapat menyebabkan
toksigenik (keracunan), mutagenik (mutasi gen), tertogenik
(penghambatan pada pertumbuhan janin) dan karsinogenik
(menyebabkan kanker).
I. Metode Ekstraksi
Ada beberapa cara ekstraksi yang umum digunakan yaitu:
1. Cara Dingin
a. Maserasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari (21).
b. Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi (21).
2. Cara Panas
a. Refluks adalah cara penyarian dengan menggunakan pelarut tertentu
pada suhu didihnya dalam jangka waktu tertentu dengan alat khusus
yang dilengkapi dengan pendingin balik (21).
b. Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
yang umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya
pendingin balik (21).
c. Digesti adalah cara penyarian dengan air menggunakan pemanasan
lemah, yaitu 40 °C – 50 °C (23).
d. Infudasi dan dekok adalah cara penyarian yang dilakukan dengan air
menggunakan pemanasan tidak langsung pada suhu 90 °C selama 15
menit (infusa). Sedangkan dekok pada waktu yang lebih lama (+30
menit)
J. Fraksinasi
Fraksinasi adalah cara kerja yang memisahkan suatu campuran menjadi
sekurang-kurangnya dua fraksi yang berbeda susunannya. Fraksinasi ditujukan
untuk mendapatkan suatu senyawa yang lebih murni dari ekstrak dengan
menghilangkan senyawa–senyawa lain. Metode fraksinasi yang digunakan
bergantung pada bahan yang akan difraksinasi dan tujuan fraksinasi. Metode yang
dapat digunakan untuk fraksinasi antara lain ekstraksi cair – cair dan kromatografi
17
(22). Pada prakteknya dalam melakukan fraksinasi digunakan dua metode yaitu
dengan menggunakan corong pisah dan kromatografi kolom. Corong pemisah
atau corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi
cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran antara
dua fase pelarut yang tak campur. Untuk memakai corong ini, campuran dan dua
fase pelarut dimasukkan ke dalam corong dari atas dengan corong keran ditutup.
Corong ini kemudian ditutup dan digoyang dengan kuat untuk membuat dua fase
larutan tercampur. Corong ini kemudian dibalik dan keran dibuka untuk
melepaskan tekanan uap yang berlebihan. Corong ini kemudian didiamkan agar
pemisahan antara dua fase berlangsung. Penyumbat dan keran corong kemudian
dibuka dan dua fase larutan ini dipisahkan dengan mengontrol keran corong.
K. Rendemen Ekstrak
Rendemen adalah perbandingan jumlah (kuantitas) ekstrak yang dihasilkan
dari ekstraksi tanaman. Rendemen menggunakan satuan persen. Nilai rendemen
ekstrak menentukan jumlah ekstrak yang dihasilkan, semakin tinggi nilai
rendemen maka semakin banyak ekstrak yang dihasilkan. Kualitas ekstrak yang
dihasilkan berbanding terbalik dengan jumlah rendemen ekstrak yang dihasilkan,
semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan maka semakin rendah mutu
ekstrak yang dihasilkan. Rumus menghitung rendemen ekstrak (22).
bobot ekstrak
Rendemen ekstrak = x 100%
bobot simplisia
gerak dituang kedalam bejana sehingga kertas saring basah dan dalam bejana
terdapat fase gerak setinggi 5-10 mm, bejana ditutup selama 30 menit pada suhu
kamar, selanjutnya lempeng yang telah siap untuk digunakan ditempatkan dalam
bejana yang sudah jenuh dan segera ditutup kembali. Bila pelarut pengembang
telah merambat naik dari titik awal penotolan, lempeng dikeluarkan dan kemudian
bejana dikeringkan di udara dalam lemari asam.
M. Bioautografi
Metode bioautografi merupakan metode sederhana yang digunakan untuk
menunjukkan adanya aktivitas antibakteri atau kapang. Metode ini
menggabungkan penggunaan teknik Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan
respon dari mikroorganisme yang diuji berdasarkan aktivitas biologi dari suatu
analit yang dapat berupa antibakteri, antikapang, dan antiprotozoa (25).
Bioautografi dapat digunakan untuk mencari antibakteri atau antikapang baru,
kontrol kualitas antimikroba, dan mendeteksi golongan senyawa. Ciri khas dari
prosedur bioautografi adalah didasarkan atas teknik difusi agar, dimana senyawa
antimikroba (antibakteri) dipindahkan dari lapisan plat KLT ke medium agar yang
telah diinokulasikan dengan merata bakteri uji di dalamnya. Dari hasil inkubasi
pada suhu dan waktu tertentu akan terlihat zona hambatan di sekeliling spot noda
dari plat KLT yang telah ditempelkan pada media agar. Zona hambatan
ditampakkan oleh aktivitas senyawa aktif yang terdapat di dalam bahan (isolat)
terhadap pertumbuhan bakteri uji (26).
19
a. Bioautografi Kontak
Bioatografi kontak dilakukan dengan meletakkan lempeng kromatogram
hasil evaluasi senyawa yang akan diuji di atas media padat yang sudah
diinokulasi dengan mikroba uji. Adanya senyawa antimikroba ditandai
dengan adanya daerah jernih yang tidak ditumbuhi mikroba.
b. Bioautografi Overlay
Pada bioautografi overlay, lempeng kromatogram dilapisi dengan agar
yang masih cair yang sudah diinokulasi dengan mikroba uji. Setelah agar
mengeras, lempeng kromatogram diinkubasi dan diwarnai dengan
tetrazolium dye. Penghambatan dapat dideteksi dengan terbentuknya pita
(band).
c. Bioautografi Langsung
Bioautografi langsung dapat dilakukan dengan menyemprot lempeng
kromatogram dengan mikroba uji dan diinkubasi. Zona hambat yang
terbentuk divisualisasikan dengan menyemprot lempeng kromatogram
dengan tetrazolium dye.
N. Rencana Penelitian
1. Prinsip Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni.
2. Definisi Operasional
a. Daya antibakteri adalah kemampuan suatu bahan yang digunakan untuk
membasmi bakteri.
b. Buah takokak diperoleh dari Biha Pesisir Barat yang diekstrak dengan
metode Maserasi.
c. Zona hambat adalah daerah bening yang terdapat disekitar lubang
sumuran yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan
pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat
antibakteri. Semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk
bakteri tersebut semakin sensitif.
d. Biakkan bakteri S. mutans diperoleh dari Laboratorium Kesehatan
Daerah Bandar Lampung ditanam pada media NA.
e. Kontrol positif adalah media padat Nutrient Agar (NA) yang ditambah
dengan bakteri uji dan klorhesidin.
f. Kontrol negatif adalah media padat Nutrient Agar (NA) yang ditambah
dengan bakteri uji dan aquades.
3. Sampel Penelitian
Sampel dari penelitian ini yaitu buah takokak yang diperoleh dari daerah
Krui Desa Biha. Sampel diambil menggunakan teknik selective random
sampling dengan kriteria buah takokak yang dijadikan sampel adalah sebagai
berikut:
a. Buah takokak yang berwarna hijau kekuningan
b. Buah takokak yang bersih dari fungi
4. Rancangan Percobaan
Rancangan pada penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL) dengan 6 (enam) kali pengulangan. Perlakuan dalam penelitian ini
21
fraksi etanol buah takokak, fraksi klorofom buah takokak, fraksi n-heksan
buah takokak, kontrol positif, dan kontrol negatif yang terdiri dari 4 (empat)
perlakuan. Taraf konsentrasi fraksi etanol, fraksi klorofom, dan fraksi n-
heksan buah takokak, yaitu (50% dan 100% v/v) serta aquadest sebagai
kontrol negatif dan klorhesidin 0,2% sebagai kontrol positif. Tabel rancangan
percobaan disajikan pada tabel 2.1. pengulangan perlakuan dapat dihitung
menggunakan rumus Federer :
(t-1) (n-1) ≥ 15
Keterangan :
t = Banyaknya perlakuan
n = Banyaknya ulangan
Dengan rumus tersebut diperoleh besar sampel:
(t-1) (n-1) ≥ 15
(4-1) (n-1) ≥ 15
3(n-1) ≥ 15
3n ≥ 18
n≥6
Tabel 2.1 Rancangan Percobaan
Ulangan
Perlakua 1 2 3 4 5 6
n
P1 P1.1 P1.2 P1.3 P1.4 P1.5 P1.6
P2 P2.1 P2.2 P2.3 P2.4 P2.5 P2.6
P3 P3.1 P3.2 P3.3 P3.4 P3.5 P3.6
P4 P4.1 P4.2 P4.3 P4.4 P4.5 P4.6
Keterangan :
P1 : Kontrol Positif (Klorhesidin)
P2 : Kontrol Negatif (Aquades)
P3 : Konsentrasi Fraksi 50%
P4 : Konsentrasi Fraksi 100%
22
5. Pengumpulan Data
Data zona hambat yang terbentuk diukur sebanyak dua kali yaitu
pengukuran berdasarkan garis tengah dan hasilnya dirata-ratakan. Alat
pengukuran zona hambat menggunakan pipa kapiler.
6. Analisis Data
Data hasil dari pengukuran zona hambat dianalisis dengan Analisis Of
Varian (ANOVA) dengan nilai P(α 0,5) apabila ada perbedaan nyata maka di
lanjutkan dengan uji lanjut. Analisis data menggunakan sofware SPSS 24.
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Prosedur Penelitian
1. Pengambilan Bahan Uji
24
Bahan uji yang digunakan adalah buah takokak yang dikeringkan. Bahan
uji diperoleh dari Desa biha Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir
Barat.
2. Uji Determinasi
Buah takokak terlebih dahulu di determinasi. Determinasi dilakukan di
Fakultas Biologi Universitas Lampung. Uji ini bertujuan untuk membuktikan
bahwa jenis tanaman yang digunakan dalam penelitian telah sesuai dengan
yang dimaksudkan, sehingga tidak terjadi kesalahan penggunaan tanaman.
Biakan murni bakteri yang telah diperbanyak dalam media agar miring NA
yang telah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C, biakan diambil 1 mata
ose kemudian disuspensikan kedalammedia NB dan diinkubasi selama 24 jam
pada 37 ºC.
dan masukkan ke dalam chamber yang telah jenuh dengan fase gerak yang
digunakan. Plat KLT dikeluarkan noda yang tampak pada kromatogram
kemudian diamati pada UV dengan panjang gelombang 254 nm dan 366
nm. Bercak dideteksi dengan pereaksi semprot Bouchardat untuk alkaloid
dan akan menunjukkan warna coklat, amonia untuk flavonoid menunjukkan
warna kuning, hijau, coklat atau merah muda, FeCl 3 untuk taninakan
menghasilkan warna hijau, merah, ungu, biru atau hitam kuat, dan
Liebermann-Burcharduntuk saponin (29).
Penelitian ini akan dilakukan secara bertahap dimulai dari studi pustaka
sampai ujian sidang skripsi.
Tabel 3.1 Tabel Jadwal Kegiatan
Kegiatan Bulan ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Studi
Pustaka
Penyusunan
Makalah
Proposal
Seminar
Proposal
Persiapan
Penelitian
Pelaksanaan
Penelitian
Pengolahan
dan analisis
data
Penyusunan
skripsi
Seminar
hasil
Perbaikan
skripsi
Ujian
30
sidang
skripsi
DAFTAR PUSTAKA
3. Agustrina G. Potensi Propolis Lebah Madu Apis Mellifera Spp sebagai Bahan
Antibakteri (Jurnal Mikrobiologi Farmasi) Departemen Biokimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. 2011.
9. Sirait N. Terong cepoka (Solanum torvum) herba yang berkhasiat sebagai obat.
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. 2009. Jurnal
Mikrobiologi Farmasi 15 (1):10-12 p.
31
13. Voight R.1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Editor Samoehadi. Edisi
3. Jogjakarta:Gajah Mada University press.113-117p
14. Ramadhan GA. Serba serbi kesehatan gigi dan mulut. Bndung:ITB 2010
18. Parwani SR, Parwani RN, Chitnis PJ, Dadlani HP, Prasad SVS. Comparative
evaluation of anti-plaque efficacy of herbal and 0.2% chlorhexidine gluconate
mouthwash in a 4-day plaque re-growth study. J Indian Soc Periodontol.
2013;17(1):72–7.
23. Dr. Achmad Sujudi. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Jakarta: Defertemen Kesehatan RI; 2000. 1-77 P.
25. Kovar A dan. Identifikasi Obat. Edisi ke 5. Bandung: Penerbit ITB; 2002.
28. Akhyar. Uji Daya Hambat dan Analisis KLT Bioautografi Ekstrak Akar dan
Buah Bakau (Rhizophora Stylosa Griff) Terhadap Vibrio Harveyi.
Universitas Hasanuddin Makassar. 2010.
30. Ersita K. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Aktif Daun Sirsak (Annona
muricata Linn) Terhadap Bakteri Eschericia coli (Jurnal Mikrobiologi
Farmasi). Program Study Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Bina Husada.2016.
33
LAMPIRAN
34
Buah
Takokak
Ampas Maserat
Di maserasi kembali
hingga pelarut jernih
(tidak berubah warna
kembali)
Ampas
Maserat
Rotari evaporator
Ekstrak cair
35
Rotari evaporator
+100 mlkloroform
Fraksi n-heksan
Fraksi etanol Fraksi kloroform cair
bobot ekstrak
Rendemen ekstrak = x 100%
bobot simplisia
154 gram
= x 100 %
500 gram
=0,30
37
(t-1) (n-1) ≥ 15
Keterangan :
n= jumlah perlakuan ulang (sampel)
t= jumlah perlakuan dalam penelitian
(t-1) x (n-1) ≥ 15
(4-1) x (n-1) ≥ 15
3x (n-1) ≥ 15
3n – 3 ≥ 15
3n ≥ 15 +3
n ≥ 18/3
n≥6
Dari hasil perhitungan diatas jumlah perlakuan ulang (n) yang digunakan adalah
6. Dan jumlah perlakuan dalam penelitian (t) adalah 4.
38
Suspensi bakteri
-Ditambahkan
Media NA
-Dihomogenkan
Media NA yang telah
memadat dan berisi suspense
bakteri
Aktifkan pelat
silika gel
Pada suhu 110 ˚C selama 30 menit
Jenuhkan chamber
Totolkan sampel ke
plat silika gel
-Keluarkan plat
-keringkan
Deteksi bercak
Hitung Rf
41
Aktifkan pelat
silika gel
Totolkan sampel ke
plat silika gel
-Keluarkan plat
-keringkan
Masukkan ke dalam
media yang telah
ditanami bakteri