Anda di halaman 1dari 13

Penetapan Harga

MAKALAH

KELOMPOK 3
IMMANUEL SURYA SINAGA (170304049)
CITRA PERMATA MANIK (170304029)
YOGI PRANATA SIMATUPANG(170304030)
SAMUEL SIMAMORA (270304106)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
PEKANBARU

2020
Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kepada Sang Maha Pencipta, atas terselesaikannya makalah
yang berjudul “Penetapan Harga” untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu Ibu Fitri Ayu
mata kuliah Ekonomi Manajerial ,  Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sebab pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki penulis terbatas, cukup banyak tantangan dan hambatan yang penulis
temukan dalam menyusun makalah ini.
            Kami mohon maklum apabila materi di dalam makalah ini belumlah sesempurna dari
yang diharapkan. Maka dari itu kami membuka pintu saran-saran yang selebar-lebarnya dari
pembaca sekalian. Dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama
yang sedang mencari tahu tentang betapa pentingnya Praktik Penentuan Harga.
            Atas kesediannya untuk membaca makalah ini, kami ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 18 Mei 2020

                                                                                             
Kelompok III
Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Harga
1.      Definisi Harga
2.      Tujuan Penetapan Harga
3.      Metode Penetapan Harga
B.  Penetapan Harga
1)      Penetapan Harga Markup
2).      Diskriminasi Harga
3).      Penetapan Harga Produk Berganda
4).      Penetapan Harga Dalam Pasar yang Mapan

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Secara teoritis, tidak ada perbedaan signifikan antara perekonomian klasik dengan
modern. Teori harga secara mendasar sama, yakni bahwa harga wajar atau harga keseimbangan
diperoleh dari interaksi antara kekuatan permintaan dan penawaran (suplai) dalam suatu
persaingan sempurna, hanya saja dalam perekonomian modern teori dasar ini berkembang
menyadi kompleks karena adanya diversifikasi pelaku pasar, produk, mekanisme perdagangan,
instrumen, maupun perilakunya,yang mengakibatkan terjadinya distorsi pasar.
                Dalam struktur pasar apapun sebuah perusahaan beroperasi, penetapan harga untuk
maksimasi laba mangharuskan analisis yang seksama terhadap hubungan antara biaya marginal
dan pendapatan marginal. Tetapi, riset tentang praktek – praktek penetapan harga aktual
menunjukkan bahwa banyak perusahaan tampaknya menetapkan harga tanpa analisis eksplisit
rehadap hubungan marginal. Studi memperlihatkan bahwa kebanyakan perusahaan
menggunakan penetapan harga markup, menetapkan harga untuk menutup semua biaya
langsung ditambah markup sebesar satu presentase tertentu untuk kontribusi laba (biaya umum
dan laba) daripada menetapkan harga di mana MR = MC. Bagaimana sesuatu yang tampaknya
bertentangan antara teori ekonomi dan praktek penetapan harga actual ini dijelaskan?
            Jika kita memahami prosedur yang dipergunakan untuk keputusan penetapan harga
actual, tidak terdapat konflik antara teori dan praktek. Pada kenyataannya, praktek – praktek
penetapan harga secara markup merupakan alat praktis yang dengannya perusahaan – perusahaan
menerapkan analisis marginal untuk menetapkan harga berbagai barang dan jasa. Praktek
penetapan harga secara markup yang luwes dan mencerminkan perbedaan dalam biaya marginal
dan elastisitas permintaan merupakan cara yang efisien untuk beroperasi sehingga MR =
MC  untuk setiap lini produk yang dijual.
Demikian pula, praktek penetapan harga untuk musim puncak dan di luar puncak, diskriminasi
harga, dan penetapan harga untuk produk - produk kesemuanya merupakan cara yang efisien
untuk beroperasi sehingga MR = MC untuk setiap pelanggan atau kelompok pelanggan dan
kelompok produk.
 
B. Rumusan Masalah
Agar permasalahan tidak meluas serta dapat lebih terarah pada pokok permasalahan, maka dapat
dirumuskan permasalahan berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas adalah sebagai
berikut :

1.    Bagaimana penetapan harga secara markup?


2. Penjelasan diskriminasi harga?
3. Bagaimana penetapan harga produk berganda?
4. Bagaimana penetapan harga dalam pasar yang mapan?

C. Tujuan Penulisan
     Berdasar rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah :

1.   Untuk mengetahui penetapan harga secara markup


2. Untuk mengetahi diskriminasi harga
3. Untuk mengetahui penetapan harga produk berganda
4. Untuk mengetahui penetapan harga dalam pasar yang mapan

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Harga
1.      Definisi Harga
            Menurut Stanton, (1984) Harga adalah Price is valueexpressed in terms of dollars  and
cens, or any other monetary medium of  exchange. yang kurang lebih memiliki arti harga adalah
nilai yang dinyatakan dalam dolar dan sen atau medium moneter lainnya sebagai alat tukar.
Menurut Basu Swastha (1986: 147) Harga diartikan sebagai Jumlah uang (kemungkinan
ditambah barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta
pelayanannya.
Menurut menurut Alex S Nitisemito (1991:55) Harga diartikan sebagai nilai suatu barang
atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau
perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain.
            Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang
dan jasa) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau
jasa, Tjiptono (2001 : 151). Dan harga merupakan unsur satu–satunya dari unsur bauran
pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan di banding unsur
bauran pemasaran yang lainnya (produk, promosi dan distribusi).

2.      Tujuan Penetapan Harga

Dalam teori ekonomi klasik, setiap perusahaan selalu berorientasi pada seberapa besar
keuntungan yang akan diperoleh dari suatu produk atau jasa yang dimilikinya, sehingga tujuan
penetapan harganya hanya berdasarkan pada tingkat keuntungan dan perolehan yang akan
diterimanya. Namun di dalam perkembangannya, tujuan penetapan harga bukan hanya
berdasarkan tingkat keuntungan dan perolehannya saja melainkan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan non ekonomis lainnya.
Berikut adalah tujuan penetapan harga yang bersifat ekonomis dan non ekonomis

1.      Memaksimalkan Laba
Penetapan harga ini biasanya memperhitungkan tingkat keuntungan yang ingin diperoleh.
Semakin besar marjin keuntungan yang ingin didapat, maka menjadi tinggi pula harga yang
ditetapkan untuk konsumen. Dalam menetapkan harga sebaiknya turut memperhitungkan daya
beli dan variabel lain yang dipengaruhi harga agar keuntungan yang diraih dapat maksimum.

2.      Meraih Pangsa Pasar


Untuk dapat menarik perhatian para konsumen yang menjadi target market atau target pasar
maka suatu perusahaan sebaiknya menetapkan harga yang serendah mungkin. Dengan harga
turun, maka akan memicu peningkatan permintaan yang juga datang dari market share pesaing
atau kompetitor, sehingga ketika pangsa pasar tersebut diperoleh maka harga akan disesuaikan
dengan tingkat laba yang diinginkan
3.      Return On Investment (ROI) / Pengembalian Modal Usaha
Setiap usaha menginginkan tingkat pengembalian modal yang tinggi. ROI yang tinggi dapat
dicapai dengan jalan menaikkan profit margin serta meningkatkan angka penjualan.

4.      Mempertahankan Pangsa Pasar


Ketika perusahaan memiliki pasar tersendiri, maka perlu adanya penetapan harga yang tepat agar
dapat tetap mempertahankan pangsa pasar yang ada

5.      Tujuan Stabilisasi Harga


Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu perusahaan
menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pula harga mereka. Kondisi
seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu
(misalnya minyak bumi). Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk
mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga pemimpin
industri (industry leader)

6.      Menjaga Kelangsungan Hidup Perusahaan


Perusahaan yang baik menetapkan harga dengan memperhitungkan segala kemungkinan agar
tetap memiliki dana yang cukup untuk tetap menjalankan aktifitas usaha bisnis yang dijalani.
Tujuan-tujuan dalam penetapan harga ini mengindikasikan bahwa pentingnya perusahaan untuk
memilih, menetapkan dan membuat perencanaan mengenai nilai produk atau jasa dan tujuan
yang ingin dicapai oleh perusahaan atas produk atau jasa tersebut.

3.      Metode Penetapan Harga
            Ada beberapa metode yang dapat digunakan sebagai rancangan dan variasi, dalam
penetapan harga menurut Marras (1999: 181-185), harga dapat ditentukan atau dihitung :

1)      Harga didasarkan pada biaya total ditambah laba yang diinginkan


2)      Harga yang berdasarkan pada keseimbangan antara permintaan dan suplai.
3)      Penetapan harga pasar yang ditetapkan atas dasar kekuatan pasar.
4)      Harga yang berdasarkan keseimbangan antara suplai dan permintaan.
5)      Penetapan harga atas dasar kekuatan pasar.

B.  Penetapan Harga


1)      Penetapan Harga Markup
            Survey praktek bisnis menunjukkan bahwa praktek penetapan harga markup merupakan
metode penerapan harga yang paling luas dipergunakan oleh perusahaan - perusahaan bisnis.
Dalam pendekatan yang paling umum dalam praktek penerapan harga markup, perusahaan -
perusahaan mengestimasi biaya variabel rata - rata untuk memproduksi dan memasarkan sebuah
produk, menambahkan biaya umum, dan lalu menambahkan markup, atau margin sebesar
presentase tertentu untuk laba. Pengenaan biaya tidak langsung, atau biaya umum, biasanya
ditentukan dengan mengalokasikan biaya - biaya ini di antara produk - produk perusahaan atas
dasar biaya variabel rata - rata mereka.
Mark up pricing
merupakan penetapan harga, dimana harga tertentu ditetapkan dengan jelas menambahkan suatu
prosentase tetap di atas biaya produksi. Mark up Pricing berbeda-beda karena:
1. Adanya persaingan dalam kelas produk yang ada
2. Volume penjualan produk tersebut
3. Resiko yang terjadi dalam menjual masing-masing produk

1)      Markup Atas Biaya


Yaitu selisih antara harga dan biaya yang ukur secara relatif  terhadap biaya, diukur dalam %
(persen)

Contoh.
Suatu perusahaan, mengeluarkan biaya rata-rata $ 2,30. Untuk menetapkan harga,
perusahaan tersebut menambahkan mark up 30% untuk laba.

Harga  = biaya (1 + Mark up atas biaya)


= $ 2,30 (1 + 0,30)
= $ 2,99

2)      Markup Atas Harga


           Mark up atas harga, selisih harga dan biaya yang diukur secara
relatif terhadap harga, diukur dalam persen.            
Lanjutan soal di atas

2).      Diskriminasi Harga
            Diskriminasi harga yaitu kebijaksanaan untuk memberlakukan harga jual yang berbeda-
beda untuk satu jenis barang yang sama di segmen pasar. Jadi, diskriminasi harga terjadi jika
produk yang sama dijual kepada konsumen yang berbeda dengan harga yang berbeda.
Diskriminasi harga dapat dipahami lebih baik dengan memperkenalkan konsep surplus
konsumen. Surplus konsumen adalah nilai barang dan jasa bagi para konsumen di atas dan di luar
jumlah yang mereka bayarkan kepada pada penjual.

            Diskriminasi harga banyak dipakai sekarang ini, terutama dengan barang-barang yang
tidak mudah dipindahkan dari pasar dengan harga rendah ke pasar dengan harga tinggi. Ternyata,
praktek ini seringkali dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi.  Monopolis menaikkan harga
jual produk mereka dan menurunkan jumlah penjualan mereka untuk meningkatkan keuntungan. 
Dengan melakukan hal tersebut, mereka mungkin bisa mendapatkan pasar untuk para pembeli
yang berkeinginan kuat dan kehilangan pasar untuk pebeli yang enggan. 

            Dengan memberikan harga yang berbeda untuk mereka yang mau membeli dengan harga
tinggi dan mereka yang mau membeli dengan harga yang rendah, monopolis dapat meningkatkan
keuntungan serta kepuasan pelanggannya.

Persyaratan untuk diskriminasi harga yang menguntungkan


            Dua kondisi diperlukan untuk diskriminasi harga yang menguntungkan. Pertama, harus
terdapat elastisitas harga dari permintaan yang berada di antara berbagai bagian pelanggan untuk
satu produk tertentu. Kecuali elastisitas harga berbeda di antara berbagai bagian pasar. Kedua,
perusahaan tersebut harus mampu mensegmentasi pasar dengan mengidentifikasi bagian - bagian
pasar dan mencegah perpindahan pelanggan dalam bagian - bagian pasar yang berbeda.

Jenis - jenis diskriminasi harga


 1.      Diskriminasi harga derajat 1
Diskriminasi harga derajat 1 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda-
beda untuk setiap konsumen berdasarkan reservation price (Willingness To Pay) masing-masing
konsumen dibedakan pada kemampuan daya beli masing-masing konsumen. Contoh: seorang
dokter memberlakukan tarif konsultasi yang berbeda-beda pada setiap pasiennya. Diskriminasi
harga derajat 1 juga dijelaskan kedalam grafik yang tersaji pada gambar 1.

Gambar 1. Grafik Diskriminasi Harga Derajat 1


Pada gambar 1 menjelaskan tentang grafik diskriminasi harga derajat 1. Pada grafik
tersebut terdapat hubungan antara P (harga) dan Q (output) yang dimisalkan harga terdapat P1,
P2 dan P3 dan output terdapat Q1, Q2 dan Q3. Pada grafik terlihat apabila P tinggi maka Q
rendah. Hal ini apabila dikaitkan pada kemampuan daya beli konsumen berarti apabila produsen
menawarkan harga yang tinggi maka terdapat sedikit konsumen yang akan membeli produk
tersebut. Dan begitu sebaliknya, apabila produsen menawarkan harga yang rendah maka terdapat
banyak konsumen yang dapat membeli barang tersebut. Jadi, dalam hal ini perusahaan harus
mengetahui kemampuan daya beli pada masing-masing konsumen.
Diskriminasi harga derajat 1 dapat merugikan konsumen karena terdapat surplus
konsumen yang diterima oleh produsen, biaya yang harusnya diterima oleh konsumen namun
menjadi milik konsumen. Diskriminasi harga derajat 1 juga disebut perfect price
discrimination karena memperoleh surplus konsumen paling besar.

2.       Diskriminasi harga derajat 2


Diskriminasi harga derajat 2 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda-
beda pada jumlah batch atau lot produk yang dijual. Diskriminasi harga ini dilakukan karena
perusahaan tidak memiliki informasi mengenai reservation pricekonsumen. Contoh: perbedaan
harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian eceran, pembeli yang membeli mie instan 1
bungkus dan 1 kardus akan berbeda harganya.Diskriminasi harga derajat 2 juga dijelaskan
kedalam grafik yang tersaji pada gambar 2.

Gambar 2. Grafik Diskriminasi Harga derajat 2

Pada gambar 2 diatas menjelaskan tentang diskriminasi harga derajat 2. Pada grafik
tersebut pelaku usaha menetapkan harga (P1, P2 dan P3) berdasarkan jumlah konsumsi.
Kebijakan ini dapat meningkatkan kesejahteraan konsumen karena jumlah output
bertambah dan harga jual semakin murah. Hal ini dikarenakan pelaku usaha menggunakan
sistem perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian eceran. Harga eceran lebih
tinggi dari pada harga per pak, sehingga konsumen lebih baik membeli barang langsung per pak
daripada membeli barang eceran.

3.      Diskriminasi harga derajat 3


Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda
untuk setiap kelompok konsumen berdasarkan reservation price masing-masing kelompok
konsumen. Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan karena perusahaan tidak
mengetahui reservation price masing-masing konsumen, tapi mengetahui reservation price
kelompok konsumen. Kelompok konsumen dapat dibedakan atas lokasi, geografis, maupun
karakteristik konsumen seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lain-lain. Contoh : barang
yang dijuala di pedesaan dan di perkotaan akan berbda harganya. Diskriminasi harga derajat 3
juga dijelaskan kedalam grafik yang tersaji pada gambar 3.

Gambar 3. Grafik Diskriminasi Harga Derajat 3


Pada gambar 3 diatas menjelaskan tentang grafik diskriminasi harga derajat
3.Diskriminasi harga ditetapkan berdasarkan perbedaan elastisitas harga. Permintaan yang lebih
inelastis dikenakan harga yang lebih tinggi.

3).      Penetapan Harga Produk Berganda


            
Model mikroekonomi dasar dari suatu perusahaan mengasumsikan bahwa perusahaan
memproduksi satu produk yang homogen. Hampir semua perusahaan memproduksi setidaknya
beberapa model, gaya, atau ukuran dari keluaran mereka, dan masing - masing variasi ini
dipandang  sebagai produk yang terpisah untuk maksud penetapan harga. Walaupun penetapan
harga produk berganda mengharuskan analisis yang sama seperti untuk satu produk, analisis ini
diperumit dengan adanya keterkaitan permintaan dan produksi.

1)      Keterkaitan Permintaan
          Keterkaitan permintaan timbul karena persaingan atau sifat saling         melengkapi di
antara berbagai produk perusahaan. Analisis Keterkaitan Permintaan Keterkaitan permintaan
mempengaruhi keputusan harga melalui pengaruh mereka terhadap pendapatan marginal

2)      Keterkaitan produksi
       Sama seperti produk - produk perusahaan yang dapat berkaitan melalui fungsi permintaan,
produk - produk itu juga dapat berkaitan dalam produksi. beberapa produk dapat diproduksi
bersama - sama dalam rasio yang tetap atau dalam proporsi yang dapat divariasikan.

Produk Gabungan Yang Diproduksi Dalam proporsi Tetap


Kasus paling sederhana dari produksi bersama adalah produk - produk yang dihasilkan dalam
proporsi tetap. Dalam situasi ini, adalah tidak masuk akal untuk mencoba memisahkan produk -
produk tersebut dari sudut pandang produksi atau biaya. Yaitu produk - produk yang harus
dihasilkan dalam proporsi tetap dan tidak memungkinkan penyesuaian terhadap terhadap rasio
keluaran produk.
4).      Penetapan Harga Dalam Pasar yang Mapan
           
Tingkat harga umum yang terjadi di pasar yang mapan adalah tingkat harga yang
memenuhi tujuan harga tertinggi atau tujuan perusahaan - perusahaan tersebut secara umum.
Penetapan harga dalam pasar yang mapan dapat dilakukan dengan cara :
1)      Price Positioning
Jumlah maksimum yang akan dibayar oleh pembeli untuk suatu produk dikenal sebagai harga
reservasi pembeli tersebut. Penelitian pasar yang dilakukan dengan cermat akan bermanfaat bagi
perusahaan dalam menunjukkan harga - harga reservasi untuk produk tertentu dan untuk setiap
ciri yang tercakup atau tidak dalam produk tersebut.
2)      Strategi Harga Product Line
Pendekatan ini memilih markup berdasarkan estimasi elastisitas harga permintaan yang secara
implisit mengasumsikan bahwa permintaan akan setiap item pada lini produk tidak tergantung
permintaan setiap item lain dalam lini produk itu.
3)      Penentuan Harga Untuk Menduga Kualitas
Penentuan harga sebuah produk yang lebih tinggi akan meyakinkan konsumen bahwa item itu
berkualitas lebih tinggi dan menyebabkan penjualan serta laba lebih besar dibanding apabila
produk itu dijual dengan harga lebih rendah.
4)      Penentuan Harga Produk Dalam Satu Paket
Pembundelan produk adalah praktik penjualan satu atau lebih produk secara bersama - sama
sebagai satu paket dengan harga tunggal. Penjualan secara paket akan meningkatkan laba yang
ditempuh dengan cara menaikkan harga setiap produk apabila dijual terpisah dan menawarkan
bundelan sebagai suatu paket dengan satu harga yang lebih rendah dari harga jual masing -
masing komponen dalam bundelan tersebut.

            Menurut Tjiptono (2001 : 174) ada beberapa faktor yang menyebabkan suatu perusahaan
harus selalu meninjau kembali strategi penetapan harga produk - produknya yang sudah ada di
pasar, diantaranya adalah :
1)      Adanya perubahan dalam lingkungan pasar, misalnya pesaing besar menurunkan harga.
2)     Adanya pergeseran permintaan, misalnya terjadinya perubahan selera konsumen.
            Dalam melakukan peninjauan kembali penetapan harga yang telah dilakukan, perusahaan
mempunyai tiga alternatif strategi, yaitu:
1)      Mempertahankan Harga, strategi ini dilaksanakan dengan tujuan mempertahankan posisi
dalam pasar dan untuk meningkatkan citra yang baik di masyarakat.
2)      Menurunkan Harga, Strategi ini sulit untuk dilaksanakan karena perusahaan harus memiliki
kemampuan finansial yang besar, sementara konsekuensi yang harus ditanggung, perusahaan
menerima margin laba dengan tingkat yang kecil. Ada tiga alasan atau penyebab perusahaan
harus menurunkan harga produk yang sudah mapan.
3)      Menaikan Harga, suatu perusahaan melakukan kebijakan menaikan harga dengan tujuan untuk
mempertahankan profitabilitas dalam periode inflasi dan untuk melakukan segmentasi pasar
tertentu.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

            Makalah ini meneliti sejumlah topik penetapan harga. Penetapan harga secara markup,
sebuah tekhnik penetapan harga yang umum dalam praktek, diperlihatkan sangat erat berkaitan
dengan analisis marginal. Penggunaan yang tepat dari tekhnik - tekhnik penetapan harga secara
markup mengharuskan diberikannya perhatian yang erat baik pada pertimbangan biaya maupun
permintaan. Sensitivitas harga terhadap biaya marginal, digandakan dengan hubungan berbalik
yang umumnya diamati antara margin laba dan elastisitas dari permintaan, menyiratkan bahwa
baik pertimbangan biaya maupun permintaan memang memainkan peran penting dalam praktek
penetapan harga markup.

            Analisis laba inkremental juga diperlihatkan sebagai alat yang kuat untuk keputusan
penetapan harga optimal. Selama periode - periode di luar puncak, ketika sebuah perusahaan
memiliki kapasitas berlebih, biaya yang dialokasikan sepenuhnya jarang sesuai untuk maksud
keputusan. Hanya biaya inkremental yang berkaitan dengan keluaran relevan dalam situasi
seperti ini.

Untuk berhasil terlibat dalam diskriminasi harga, perusahaan harus :


1.      Menghadapi elastisitas harga dari permintaan yang berbeda di berbagai segmen pasar
2.      Mampu mengisolasi berbagai bagian pasar untuk mencegah perpindahan.
           
Diskriminasi harga sempurna (derajat pertama) akan memaksimumkan laba penjual
dengan menghapus semua surplus konsumen, yang adalah manfaat yang tidak dibayarkan yang
diturunkan dari kegiatan konsumsi.

            Penetapan harga produk berganda diperlihatkan menggunakan konsep ekonomi yang
sama seperti penetapan harga satu produk Penetapan harga produk berganda yang optimal
mengharuskan bahwa pendapatan dan biaya inkremental adalah sama untuk setiap produk.
Penggunaan konsep laba inkremental secara tepat akan memastikan bahwa pengaruh total dari
sebuah keputusan penetapan harga terhadap perusahaan dianalisis dan mengarah pada penetapan
harga optimal dalam kasus produk berganda, sama seperti dengan satu produk.
DAFTAR PUSTAKA

Fandy Tjiptono. 2001.  Manajemen Jasa. Yogyakarta :Andy Offset.


Karwowski, W and Marras, S.W. 1999. The Occupational Ergonomics Handbook.
New York : CRC Press LLC
Nitisemito, Alex S, 1991. Manajemen Personalia – Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Ghalia
Pappas, James L. dan Hirschey, Mark. 1995. Ekonomi Manajerial.Jakarta : PT.      Binarupa
Aksara Indonesia.
Stanton, William J. 1984. Prinsip Pemasaran. Jakarta : Penerbit Erlangga
Swasta, Basu DH dan Irawan. M.B.A. 1986. Manajemen Pemasaran Modern.
Yogyakarta: Edisi ke dua. Penerbit Liberty

REFERENSI WEB

http://busroom1201.blogspot.com/
http://elearning.upnjatim.ac.id/courses/EKONOMIMANAJERIAL/document/Ekonomi_Manajer
ial_(.pdf)/BAB_7.pdf?cidReq=EKONOMIMANAJERIAL

Anda mungkin juga menyukai