Anda di halaman 1dari 22

OLAHRAGA DAN PEMBENTUKAN KARAKTER

diajukan untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah Telaah kurilukulum


Dosen: Wahyu Saputra M.Pd

Disusun oleh:
Lazuardhi Prasetya (1785210015 )
Rafly Azis (17852100 )
Tisna sutisma (17852100 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN


REKRASI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SUBANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Azza wa Jalla, yang atas
rahmat dan hidayah-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul “Olahraga Dalam Pembentukan Karakter” ini.

Dalam penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua
pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah ini.

Akhirnya, kami berharap semoga Allah memberikan balasan yang


setimpal kepada semua yang telah memberikan bantuan dalam segala hal, dan
dapat menjadikan semua bantuan tersebut sebagai ibadah. Aamiin Yaa Robbal
‘Alaamiin.

Penyusun

08 Desember 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

 A.     Latar Belakang.............................................................................................1
 B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................2

A. Definisi Menaksir.........................................................................................2
B. Definisi Panorama.........................................................................................3
C. Definisi Peta Pita...........................................................................................4
D. Definisi Tali menali.....................................................................................5
E. P3K..............................................................................................................6

BAB III PENUTUP.............................................................................................9

A. Kesimpulan....................................................................................................9
B. Saran..............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pengembangan kurikulum sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Ia sebagai instrument yang
membantu praktisi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan
kebutuhan masyarakat. Pengembangan kurikulum merupakan alat untuk
membantu guru melakukan tugasnya mengajar dan memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pengembangan kurikulum tidak pernah berhenti, ia merupakan
proses yang berkelanjutan dan terus menerus sejalan dengan perkembangan
dan tuntutan jaman dan perubahan yang terjadi didalam masyarakat.
Tidak dipungkiri dengan silih bergantinya kurikulum yang diterapkan dalam
pendidikan di Indonesia membuat anak menjadi bingung dan terbebani tanpa
ada arah pengembangan yang betul-betul diimplementasikan sesuai dengan
perubahan yang diinginkan pada kurikulum tersebut. Tidak bisa dipungkiri
perubahan kurikulum selalu mengarah kepada usaha perbaikan sistem yang
ada.
Banyak wacana yang berkembang tentang urikulum 2013. Ada berbagai
persepsi dan kritik yang beredar dalam masyarakat. Perubahan kurikulum dari
KBK tahun 2004, KTSP 2006, dan sekarang kurikulum 2013 sebenarnya
bertujuan untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Namun, semua
memang selalu mengakibatkan pro dan kontra.
Dalam mengembangkan kurikulum 2013 juga terlebih dahulu kita harus
mengetahui bagaimana kerangka dasar dalam pembentukan kurikulum tersebut,
maka dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “kerangka dasar
kurikulum 2013”.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, maka kami
merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan kerangka dasar?
2.      Bagaimanakah landasan kurikulum 2013?
3.      Apa saja karakteristik dari kurikulum 2013?
4.      Bagaimanakah proses pembelajaran kurikulum 2013?
5.      Apa saja prinsip dalam kurikulum 2013?
6.      Bagaimanakah kerangka kerja kurikulum 2013?

1
C.     Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah tersebut, dalam penulisan makalah ini kami memiliki
beberapa tujuan sebagai berikut:
1.      Supaya dapat mengetahui pengertian dari kerangka dasar.
2.      Supaya dapat mengetahui landasan kurikulum 2013.
3.      Supaya dapat mengetahui karakteristik dari kurikulum 2013.
4.      Supaya dapat mengetahui proses pembelajaran kurikulum 2013.
5.      Supaya dapat mengetahui prinsip dalam kurikulum 2013.
6.      Supaya dapat mengetahui kerangka kerja kurikulum 2013.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengerian Kerangka Dasar


Kerangka dasar adalah pedoman yang digunakan untuk mengembangkan
dokumen kurikulum, implementasi kurikulum dan evaluasi kurikulum. Kerangka
dasar juga digunakan sebagai pedoman untuk mengembangkan kurikulum tingkat
nasional, daerah dan KTSP.
Kerangka dasar kurikulum ini digunakan sebagai:
1.      Acuan dalam pengembangan Struktur Kurikulum tingkat nasional;
2.      Acuan dalam pengembangan muatan lokal pada tingkat daerah; dan
3.      Pedoman dalam Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan  

B.     Landasan Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan ketentuan yuridis yang
mewajibkan adanya pengembangan kurikulum baru, landasan filosofis, dan
landasan empirik. Landasan yuridis merupakan ketentuan hukum yang dijadikan
dasar untuk pengembangan kurikulumdan yang mengharuskan adanya
pengembangan kurikulum baru. Landasan filosofis adalah landasan mengarahkan
kurikulum kepada manusia apa yang akan dihasilkan kurikulum. Landasan teoritis

2
memeberikan arahan berdasarkan pelaksanaan kurikulum yang sedang berlaku di
lapangan.
1.      Landasan Filosofis
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sisitem Pendidikan Nasional).
Untuk mengembangkan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang
bermartabat, pendidikan berfungsi mengembangkan segenap potensi peserta didik
“menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab” (UU RI nomor 21 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional).
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional maka pengembangan
kurikulum haruslah berakar pada budaya bangsa, kehidupan bangsa masa kini dan
kehidupan bangsa di masa mendatang.
Pendidikan berakar pada budaya bangsa. Proses pendidikan adalah suatu
proses pengembangan potensi peserta didik sehingga mereka mampu menjadi
pewaris dan pengembang budaya bangsa. Melalui pendidikan berbagai nilai dan
keunggulan budaya di masa lampau diperkenalkan, dikaji dan dikembangkan
menjadi budaya dirinya, masyarakat dan bangsa yang sesuai dengan zaman
dimana peserta didik tersebut hidup dan mengembangkan diri. Kemampuan
menjadi pewaris dan pengembang budaya tersebut akan dimiliki peserta didik
apabila pengetahuan, kemampuan intelektual, sikap dan kebiasaan, keterampilan
sosial memberikan dasar untuk secara aktif mengembangkan dirinya sebagai
individu, anggota masyarakat, warganegara dan anggota umat manusia.
Pendidikan juga harus memberikan dasar bagi keberlanjutan kehidupan
bangsa dengan segala aspek kehidupan yang mencerminkan karakter bangsa masa
kini dan masa yang akan datang. Oleh karena itu, konten pendidikan yang
dikembangkan kurikulumi tidak berupa prestasi besar bangsa di masa lalu semata
tetapi juga hal-hal yang berkembang pada saat kini dan akan berkelanjutkan ke
masa mendatang. Berbagai perkembangan baru dalam ilmu, teknologi, budaya,
ekonomi, sosial, politik yang dihadapi masyarakat, bangsa dan umat manusia
dikemas sebagai konten pendidikan. Konten pendidikan dari kehidupan bangsa
masa kini memberi landasan bagi pendidikan untuk selalu terkait dengan
kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, kemampuan
berpartisipasi dalam membangun kehidupan bangsa yang lebih baik, dan
memposisikan pendidikan sebagai suatu yang tidak terlepas dari lingkungan
sosial, budaya dan alam.  
Peserta didik yang mengikuti pendidikan masa kini akan menggunakan apa
yang diperolehnya dari pendidikan ketika mereka telah menyelesaikan pendidikan

3
12 tahun dan berpartisipasi penuh sebagai warganegara. Atas dasar pikiran itu
maka konten pendidikan yang dikembangkan dari warisan budaya dan kehidupan
masa kini perlu diarahkan untuk memberi kemampuan bagi peserta didik
menggunakannya bagi kehidupan masa depan terutama masa dimana dia telah
menyelesaikan pendidikan formalnya. Dengan demikian sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang menjadi konten pendidikan harus dapat digunakan untuk
kehidupan paling tidak satu sampai dua dekade dari sekarang. Artinya, konten
pendidikan yang dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan dan
dikembangkan dalam kurikulum harus menjadi dasar bagi peserta didik untuk
dikembangkan dan disesuaikan dengan kehidupan mereka sebagai pribadi,
anggota masyarakat dan warganegara yang produktif serta bertanggung jawab di
masa mendatang.
2.        Landasan Yuridis
Secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap
kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsa.
Secara pedagogis, kurikulum adalah rancangan pendidikan yang memberi
kesempatan untuk peserta didik mengembangkan potensi dirinya dalam suatu
suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan kemampuan dirinya,
untuk memiliki kualitas yang diinginkan masyarakat dan bangsanya. Secara
yuridis, kurikulum adalah suatu kebijakan publik yang didasarkan kepada dasar
filosofis bangsa dan keputusan yuridis di bidang pendidikan.
Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945, UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisitem Pendidikan Nasional, Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun
2006 tentang Standar Isi.
Lebih lanjut, pengembangan kurikulum 2013 diamanatkan oleh Rencana
Pendidikan Menengah Nasional (RJPMN). Dalam ketetapan pasal 3 RJPMN
menentukan adanya pengembangan pembelajaran yang bukan teaching to
test yang mengandung makna bahwa ada komponen dokunen kurikulum yang
harus diubah yaitu berkenaan dengan standar penilaian. Perubahan dalam salah
satu komponen akan mengubah desain dokumen kurikulum dan perubahan
mengandung makna pengembangan kurikulum baru. Selanjutnya, pasal 5 RPJMN
secara ekplisit menetapkan adanya penataan kurikulum atau dengan perkataan lain
adanya perubahan kurikulum.
Landasan yurudis pengembangan kurikulum 2013 lainnya adalah Intruksi
Presiden Republik Indonesia tahun 2010 tentang Pendidikan Karakter,
Pembelajaran Aktif dan Pendidikan Kewirausahaan.
3.      Landasan Konseptual

4
Pengembangan kurikulum di sekolah dapat dipandang sebagai suatu model
perencanaan kurikulum mikro. Hal ini menggunakan landasan-landasan
konseptual seperti halnya yang digunakan dalam penyusunan kurikulum makro.
Secara umum, konsep yang berhubungan dengan pengembangan kurikulum dapat
ditelusuri dari proses pengembangannya itu sendiri. Sekaitan dengan hal ini kita
berpedang pada suatu konsep, bahwa pada mulanya kurikulum merupakan ide si
perancangnya tentang bentuk penyelenggaraan pendidikan di sekolah (Stenhouse,
1976). Ide yang ada dalam pikiran itu dikomunikasikan dengan cara
menuangkannya dlam rencana tertulis, untuk dijadikan pegangan dalam praktek
pendidikan di sekolah. Itu sebabya, dalam praktik pendidikan sering kali muncul
hasil yang nyata pada diri siswa, yaitu pengalaman belajar yang diperoleh,
meskipun tidak tercantum dalam perencanaan secara tertulis. Hasil belajar ini
disebut dengan kurikulum tersenbunyi (Taba 1962, Taba 1972Ide itu dapat
didasarkan atas hasil pemikiran semata-mata, dan atau dapat pula didasarkan atas
hasil-hasil penelitian. Dalam konteks pengembangan kurikulum mikro, di
samping hasil pemikiran dan atau hasil penelitian, juga berpijak pada kurikulum
resmi yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Selanjutnya, ide-ide itu dituangkan dalam rencana tertulis, atau kurikulum resmi.
Dalam konteks kurikkulum makro, kurikulum resmi ini adalah buku kurikulum
yang akan dipakai oleh seluruh sekolah yang ada di seluruh wilayah Nusantara.
Dalam konteks kurikulum mikro, kurikulum resmi yang dimaksudkan ini adalah
kurikulum sekolah, dan atau kurikulum bidang studi yang direncanakan akan
dilaksanakan di sekolah tersebut. Berdasarkan kurikululm resmi itulah proses
pendidkan dilaksanakan (implementasi kurikulum). Proses pnedidikan di sekolah
yang merupakan implementasi kurikulum itulah yang disebut dengan kurikulum
tak-resmi.

Keberadaan kurikulum ideal meliputi kurikulum yang masih merupakn ide


perancangnya dan dituangkan dalam rencana tertulis.` kita hanya dapat mengenali
keberadaan kurikulum ideal ini dari apa yang tertuang dalam rencana itu, namun
pada hakikatnyakeinginan atau harapan yang tersirat di balik rencana itu mungkin
lebih dari apa yang dituangkan dalamrencana tertulis. Hal ini membawa implikasi
pentingnya pengembang kurikulum menuangkan konsep-konsepnya secara jelas
dan lugas. Di samping itu, dalam pelaksanaan kurikulum, sering kali ada hasil
belajar yang muncul pada diri siswa, yang tida tertuang dalam rencana tertulis.
Hasil itu bisa bersifat positif, bisa pula bersifat negatif. Hasil belajar semacam
inilah yang disebut dengan kurikulum tersenbunyi. Implikasi dari adanya konsep
tentang kurikulumtersembunyi itu adalah, bahwa dalam memikirkan rekayasa
kurikulum, baik yang bersifat makro, maupun yang bersifat mikro, perencana tau
perekayasa kurikulum perlu mengantisipasi berbagai kemungkinan munculnya

5
kurikulum tersembunyi yang dapat memperkacil kemungkinan munculnya
kerikulum tersembunyi yang bersifat negatif (Taba, 1972).
Dengan menyesuaikan pemikiran tersebut dengan kondisi dan tatanan
sekolah yang berkepentingan, selanjutnya dirumuskan tujuan-tujuan kurikulum
dan tujuan-tujuan pengajaran. Perumusan tujuan-tujuan itu memperhitungkan atau
mempertimbangkan kekuatan-kekuatan eksternal, yang meliputi persyaratan-
persyaratan yang ditetapkan berdasarkan undang-undang dan peraturan yang
berlaku, hasil-hasil penelitian, dan pengetahuan profesional dalam disiplin ilmu
yang terkait. Di samping itu, tujuan-tujuan tersebut dirumuskan berlandaskan  atas
asas-asas kebutuhan masyarakat, ilmu pengetahuan dan siswa.
Tujuan-tujuan yang dirumuskan itu menuntun kepada penentuan rancang-
bangun atau desain kurikulum, dan bentuk-bentuk pengajaran yang dianggap
terbaik untuk dilaksanakan, serta proses untuk mengevaluasi kurikulum itu. Baik
rancang-bangun kurikulum, proses pengajaran, maupun evaluasinya dapat
digunakan untuk memperkirakan tentang kemajuan-kemajuan yang diharapkan
dari siswa yang mengikuti pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
Perlu menjadi catatan bagi penyusun kurikulum, bahwa pada dasarnya
bentuk kurikulum apapun yang kita hasilkan, secara konseptual, mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Jadi, bentuk kurikulum yang bagaimana yang
ingindikembangkan adalah soal pilihan semata-mata, atau semacam suatu
hipotesis. Hipotesis ini akan diuji dalam praktek, yakni dalam implementasinya.
Apakah hasilnya dapat benar-benar menjawab tantangan atau memenuhi
kebutuhan masyarakat, akan dapat terlihat setelah kurikulum itu dilaksanakan.
Dengan mempedulikan hal-hal yang sepatutnya diperhitungkan dalam
pengembangan kurikulum, diharapkan akan dihasilkan suatu kurikulum mikro
yang dipandang paling sesuai untuk dilaksanakan di sekolah yang
bersangkutan.    
4.      Landasan Teoritis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori “pendidikan berdasarkan
standar” (standard-based-education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi.
Pendidikan berdasarkan standar adalah pendidikan yang menetapkan standar
nasional sebagai kualitas minimal warganegara untuk suatu jenjang pendidikan.
Standar bukan kurikulum dan kurikulum dikembangkan agar peserta didik mampu
mencapai kualitas standar nasional atau diatasnya. Standar kualitas nasional
dinyatakan sebagai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan
mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan
dikembangkan menjadi Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan yaitu
SKL SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk bersikap, menggunakan
pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah,

6
masyarakat dan lingkungan dimana yang bersangkutan berinteraksi. Kurikulum
berbasisi kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-
luasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk membangun kemampuan yang dirumuskan
dalam SKL. Hasil dari pengalaman belajar tersebut adalah hasil belajar peserta
didik yang menggambarkan manusia dengan kualitas yang dinyatakan dalam
SKL.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU nomor 20
tahun 2003) untuk satu-satuan atau jenjang pendidikan. Kurikulum berbasis
kompetensi adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk dokumen, proses
dan penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten dan bahan pelajaran
serta penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada Standar Kompetensi
Lulusan.
Kurikulum adalah jawaban dunia pendidikan terhadap kebutuhan
masyarakat dalam membangun kualitas generasi muda untuk kehidupan mereka di
masa yang akan datang. Kurikulum yang akan dikembangkan adalah kurikulum
satuan pendidikan dan jenjang pendidikan sebagai suatu rencana tertulis
(dokumen), proses (implementasi) dan evalausi kukrikulum, bukan deretan daftar
mata pelajaran yang berdiri sendiri. Dalam dimensi sebagai rencana tertulis,
kurikulum harus mengembangkan kompetensi menjadi konten kurikulum yang
berasal dari prestasi bangsa di masa lalu, untuk kehidupan peserta didik dan
bangsa masa kini, dan dasar bagi pengembangan kehidupan di masa mendatang.
Dalam dimensi rencana tertulis, konten kurikulum tersebut dikemas dalam
berbagai mata pelajaran sebagai unit organisasi konten terkecil. Dalam setiap mata
pelajaran terdapat konten spesifik yaitu pengetahuan dan konten berbagi (shared)
dengan mata pelajaran lain yaitu sikap dan keterampilan. Konten spesifik
diajarkan secara langsung dalam suatu mata pelajaran, konten berbagi
dikembangkan melalui berbagai kegiatan belajar dari setiap mata pelajaran.
Konten spesifik berupa pengetahuan, konten berbagi adalah sikap dan
keterampilan.
Kurikulum dalam dimensi proses adalah realisasi ide dan rancangan
kurikulum menjadi suatu proses pembelajaran. Guru adalah tenaga kependidikan
utama yang mengembangkan ide dan rancangan tersebut menjadi proses
pembelajan. Pemahaman guru tentang kurikulum akan menentukan rancangan
guru (RPP) dan diterjemahkan dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Peserta didk
berhubungan langsung dengan apa yang dilakukan guru dalam kegiatan
pembelajaran (taught-curriculum) dan menjadi pengalaman langsung peserta
didik (learned-curriculum). Apa yang dialami peserta didik akan menjadi hasil

7
belajar pada dirinya dan menjadi hasil kurikulum. Oleh karena itu proses
pembelajaran harus memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didk untuk
mengembangkan potensi dirinya menjadi hasil belajar yang sama atau lebih tinggi
dari yang dinyatakan dalam Standar Kompetensi Lulusan.
Evalausi kurikulum adalah kegiatan yang dilakukan selama proses
pengembangan dokumen, proses implementasi, dan terhadap hasil kurikulum.
Evaluasi kurikulum terhadap dokumen dan proses dilakukan untuk memberikan
masukkan bagi penyempurnaan dokumen kurikulum dan proses pelaksanaan
implementasi. Evaluasi terhadap hasil kurikulum untuk menentukan ketercapaian
tujuan kurikulum dalam mengembangkan kualitas generasi muda bangsa
sebagaimana yang dinyatakan dalam tujuan.
5.      Landasan Empiris
Pada saat ini perekonomian Indonesia terus tumbuh di tengah baying-
bayang resesi dunia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 2005 sampai
dengan 2008 berturut-turut 5,7%, 5,5%, 6,3%, 2008:
6,4% (www.presidenri.go.id/index.php/indikator). Pertumbuhan ekonomi
Indonesia tahun 2012 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
ekonomiNegara-negara ASEAN sebesar 6,5 – 6,9 % (Agus D.W. Martowardojo,
dalam Rapat Paripurna DPR, 31/05/2012). Momentum pertumbuhan ekonomi ini
harus terus dijaga dan ditingkatkan. Generasi muda berjiwa wirausaha yang
tangguh, kreatif,ulet, jujur, dan mandiri, sangat diperlukan untuk memantapkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan. Generasi seperti ini seharusnya
tidak muncul karena hasil seleksi alam, namun karena hasil gemblengan pada tiap
jenjang satuan pendidikan dengan kurikulum sebagai pengarahnya.
Sebagai negara bangsa yang besar dari segi geografis, suku bangsa, potensi
ekonomi, dan beragamnya kemajuan pembangunan dari satu daerah ke daerah
lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi bangsa masih tetap ada. Maka,
kurikulum harus mampu membentuk manusia Indonesia yang mampu
menyeimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat untuk memajukan jatidiri
sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan kebutuhan untuk berintegrasi sebagai
satu entitas bangsa Indonesia.
Dewasa ini, kecenderungan menyelesaikan persoalan dengan kekerasan dan
kasus pemaksaan kehendak sering muncul di Indonesia. Kecenderungan ini juga
menimpa generasi muda, misalnya pada kasus-kasus perkelahian massal.
Walaupun belum ada kajian ilmiah bahwa kekerasan tersebut berhulu dari
kurikulum, namun beberapa ahli pendidikan dan tokoh masyarakat menyatakan
bahwa salah satu akar masalahnya adalah implementasi kurikulum yang terlalu
menekankan aspek kognitif dan keterkungkungan peserta didik di ruang
belajarnya dengan kegiatan yang kurang menantang peserta didik. Oleh karena
itu, kurikulum perlu direorientasi dan direorganisasi terhadap beban belajar dan

8
kegiatan pembelajaran yang dapat menjawab kebutuhan ini. Berbagai elemen
masyarakat telah memberikan kritikan, komentar, dan saran berkaitan dengan
beban belajar siswa, khususnya siswa sekolah dasar. Beban belajar ini bahkan
secara kasatmata terwujud pada beratnya beban buku yang harus dibawa ke
sekolah. Beban belajar ini salah satunya berhulu dari banyaknya matapelajaran
yang ada di tingkat sekolah dasar. Maka, kurikulum pada tingkat sekolah dasar
perlu diarahkan kepada peningkatan 3 (tiga) kemampuan dasar, yakni baca, tulis,
dan hitung, dan pembentukan karakter.
Berbagai kasus yang berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang,
manipulasi, termasuk masih adanya kecurangan di dalam Ujian Nasional
menunjukkan mendesaknya upaya menumbuhkan budaya jujur dan antikorupsi
melalui kegiatan pembelajaran di dalam satuan pendidikan. Maka, kurikulum
harus mampu memandu upaya karakterisasi nilai-nilai kejujuran pada peserta
didik. Pada saat ini, upaya pemenuhan kebutuhan manusia telah secara nyata
mempengaruhi secara negatif lingkungan alam. Pencemaran, semakin
berkurangnya sumber air bersih adanya potensi rawan pangan pada berbagai
beahan dunia, dan pemanasan global merupakan tantangan yang harus dihadapi
generasi muda di masa kini dan di masa yang akan datang. Kurikulum seharusnya
juga diarahkan untuk membangun kesadaran dan kepedulian generasi muda
terhadap lingkungan alam dan menumbuhkan kemampuan untuk merumuskan
pemecahan masalah secara kreatif terhadap isu-isu lingkungan dan ketahanan
pangan.
Dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai, mutu pendidikan Indonesia
harus terus ditingkatkan. Hasil riset PISA (Program for International Student
Assessment),studi yang memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan
IPA menunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah
dari 65 negara. Hasil Riset TIMSS (Trends in International Mathematics and
Science Study) menunjukkan siswa Indonesia berada pada rangking amat rendah
dalam kemampuan (1) memahami informasi yang komplek, (2) teori, analisis dan
pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah dan (4)
melakukan investigasi. Hasil-hasil ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi
kurikulum, dengan tidak membebani peserta didik dengan konten namun pada
aspek kemampuan esensial yang diperlukan semua warga negara untuk
berperanserta dalam membangun negaranya pada abad 21.

C.    Karakteristik Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum
berbasis kompetensi adalah outcomes-based-curriculum dan oleh karena itu
pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang
dirumuskan dari SKL. Demikian pula penialain hasil belajar dan hasil kurikulum

9
diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum diartikan pencapaian
kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.
Kompetensi untuk kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut:
1.      Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi
Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasr (KD) mata
pelajaran.
2.      Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan (kognitif dan
psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas
dan mata pelajaran. Kompetensi Inti ini adalah kualitas yang harus dimiliki
seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang
dioeganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif.
3.      Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik
untuk suatu bagi SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk
SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
4.      Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dijenjang pendidikan dasar diutamakan
pada ranah sikap sedangkan pada jenjang menengah pada kemampuan intelektual
(kemampuan kognitif tinggi).
5.      Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi
Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai
kompetensi dalam Kompetensi Inti.
6.      Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran
dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
7.      Silabus dikembangkan sebagai rrancangan belajar untuk satu tema (SD/MI) atau
satu kelas dan satu mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK). Dalam
silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.
8.      Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk
mata pelajaran dan kelas tersebut.

D.    Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intra-
kurikuler dan pembelajaran ekstra-kurikuler.
1.      Pembelajaran intra kurikuler didasarkan pada prinsip berikut:  
a.       Proses pembelajaran intra-kurikuler adalah proses pembelajaran yang berkenaan
dengan mata pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah
dan masyarakat.
b.      Proses pembelajaran di SD/MI berdasarkan tema sedangkan di SMP/MTS,
SMA/MA, dan SMK/MAK berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
dikembangkan guru.

10
c.       Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif untuk
menguasai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat yang menuaskan
(excepted).
d.      Proses pembelajaran dikembangkan atas dasar karakteristik konten kompetensi
yaitu pengetahuan yang merupakan konten yang bersifat mastery dan diajarkan
secara langsung (direct teaching), keterampilan kognitif dan psikomotor adalah
konten yang bersifat developmental yang dapat dilatih (trainable) dan diajarkan
secara langsung (direct teaching), sedangkan sikap adalah konten developmental
dan dikembangkan melalui proses pendidikan yang tidak langsung (indirect
teaching).
e.       Pembelajaran kompetensi untuk konten yang
bersifat developmental dilaksanakan berkesinambungan antara satu pertemuan
dengan pertemuan lainnya, dan saling memperkuat antara satu mata pelajaran
dengan mata pelajaran lainnya.
f.       Proses pembelajaran tidak langsung (indirect) terjadi pada setiap kegiatan belajar
yanng terjadi di kelas, sekolah, rumah dan masyarakat. Proses pembelajaran tidak
langsung bukan kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) karena sikap yang
dikembangkan dalam proses pembelajaran tidak langsung harus tercantum dalam
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru.
g.      Proses pembelajaran dikembangkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif melalui
kegiatan mengamati (melihat, membaca, mendengar, menyimak), menanya (lisan,
tulisan), menganalisis (menghubungkan, menentukan keterkaitan, membangun
cerita/konsep), mengkomunikasikan (lisan, tulisan, gambar, grafik, tabel, chart
dan lain-lain).
h.      Pembelajaran remedial dilaksanakan untuk membantu peserta didik menguasai
kompetensi yang masih kurang. Pembelajaran remedial dirancang dan
dilaksanakan berdasarkan kelemahan yang ditemukan berdasarkan analisis hasil
tes, ulangan dan tugas setiap peserta didik. Pembelajaran remedial dirancang
untuk individu, kelompok atau kelas sesuai dangan hasil analisis jawaban peserta
didik.
i.        Penilaian hasi belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif dan
hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk memastiksn
penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan.
2.      Pembelajaran ekstra-kulikuler
Pembelajaran ekstra-kurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas
yang dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara
rutin setiap minggu. Kegiatan ekstra-kurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan
pilihan. Misalkan, pramuka adalah kegiatan ekstra-kurikuler wajib.
Kegiatan ekstra-kurikuler adalah bagian yang tak terpisahkan dalam kurikulum.
Kegiatan ekstra-kurikuler berfungsi untuk:

11
a.       Mengembangkan minat peserta didik terhadap kegiatan tertentu yang tidak dapat
dilaksanakan melalui pembelajaran kelas biasa,
b.      Mengembangkan kemampuan yang terutama berfokus pada kepemimpinan,
hubungan sosial dan kemanusiaan, serta berbagai keterampilan hidup.
Kegiatan ekstra-kurikuler dilakukan di lingkungan:
a.       Sekolah
b.      Masyarakat
c.       Alam
Kegiatan ekstra-kurikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan sebagai
unsur pendudung kegiatan intra-kurikuler.

E.     Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013


Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1.      Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena
mata pelajaran hanya merupakan sumber meteri pembelajaran untuk mencapai
kompetensi. Atas dasar prinsip tersebut maka kurikulum sebagai rencana adalah
rancangan untuk konten pendidikan yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik
setelah menyelesaikan pendidikannya di satu satuan atau jenjang pendidikan,
kurikulum sebagai proses adalah totalitas pengalaman belajar peserta didik di satu
satuan atau jenjang pendidikan untuk menguasai konten pendidikan yang
dirancang dalam rencana, dan hasil belajar adalah perilaku peserta didik secara
keseluruhan dalam menerapkan perolehannya di masyarakat.
2.      Kurikulum di dasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan yang ditetapkan untuk
satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai
dengan kebijakan pemerintah merngenai wajib belajar dua belas tahun maka
Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar pengembangan kurikulum
adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses
pendidikan selama dua belas tahun. Selain itusesuai dengan fungsi dan tujuan
jenjang pendidikan dasar menengah serta fungsi dan tujuan masing-masing satuan
pendidikan pada setiap jenjang pendidikan maka pengembangna kurikulum
didasarkan pula atas Standar Kompetensi Lulusan pendidikan dasar dan
pendidikan menengah serta standar kompetensi satuan pendidikan.
3.      Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model
kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa
sikap, pengetahuan, keterampilan berfikir, keterampilan psikomotorik yang di
kemas dalam berbagai mata pelajaran. Kopetensi yang termasuk pengetahuan
dikemas secara khusus secara mata perlajaran. Kompetensi yang termasuk sikap
dan keterampilan dikemas dalam setiap mata pelajaran dan bersifat lintas mata
pelajaran, diorganisasikan dengan memperhatikan prinsip penguatan (organisasi

12
horizontal) dan keberlanjutan (organisasi vertikal) sehingga memenuhi prinsip
akumulasi dalam pembelajaran.
4.      Kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk kompetensi dasar dan
dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan
kaedah kurikulum berbasis kompetensi.
5.      Kurikulum di kembangkan dengan memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk mengembangkan perbedaan dan kemampuan dan minat. Atas dasar prinsip
perbedaan kemampuan kurikulum kepada peserta didik untuk memiliki tingkat
penguasaan di atas standar yang telah ditentukan (dalam sikap, keterampilan dan
pengetahuan), beragam program sesuai dengan minat peserta didik, dan beragam
pengalaman belajar yang sesuai dengan kemampuan awal dan minat peserta didik.
6.      Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip
bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.
7.      Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya,
teknologi dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, budaya, teknologi dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena
itu konten kurikulum harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan,
budaya, teknologi dan seni; membangun rasa ingin tahu dan kemampuan bagi
peserta didik untuk mengikuti, memanfaatkan secara tepat hasil-hasil ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
8.      Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan tidak boleh
memisahkan peserta didik dari lingkungannya  dan pengembangan kurikulum
didasarkan kepada prinsip relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan lingkungan
hidup. Artinya kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mempelajari permasalahan di lingkungan masyarakatnya sebagai konten
kurikulum dan kesempatan untuk mengaplikasikan yang dipelajari dikelas dalam
kehidupan di masyarakat.
9.      Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pemberdayaan
peserta didik untuk belajar sepanjang hayat dirumuskan dalam sikap, keterampilan
dan pengetahuan dasar yang dapat digunakan untuk mengembangkan budaya
belajar.
10.  Kurikulum didasarkan kepada kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Kepentingan nasional dikembangkan melalui penentuan struktur
kurikulum, SK/KD dan silabus. Kepentingan daerah untuk membangun manusia
yang tidak tercabut dari akar budayanya dan mampu berkontribusi langsung

13
kepada masyarakat disekitarnya. Kedua kepentingan ini saling mengisi dan
memberdayakan keragaman dan kebersatuan yang dinyatakan dalam Bhineka
Tunggal Ika untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia.
11.  Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian
kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui
kekurangan yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik.
Kekurangan tersebut karus segera diikuti dengan proses memperbaiki kekurangan
dalam aspek hasil belajar yang dimiliki seorang atau sekelompok peserta didik.

F.     Kerangka Kerja Kurikulum


Proses pengembangan kurikulum digambarkan dalam diagram kerangka
kerja berikut :

Kerangka Kerja Penyusunan Kurikulum 2013

KERANGKA DASAR KURIKULUM


(Filosfis, Yuridis, Konseptual)

Oleh Satuan
Pendidikan/Guru

1.      Pengembangan kurikulum 2013 diawali dengan analisis kebutuhan masyarakat


indonesia. Analisis kebutuhan tersebut merupakan analisis kesenjangan mengenai
kemampuan yang perlu dimiliki warga negara baik kehidupan berbangsa dan
bernegara pada dekade ketiga dan keempat abad ke-21. Adanya tantangan seperti
keterikatan Indonesia dalam perjanjian internasional seperti APEC, WTO,
ASEAN Community, CAFTA. Hasil dari analisis ini menunjukkan bahwa
penguasaan soft skills perlu mendapatkan prioritas dalam pengembangan
kemampuan warga negara untuk kehidupan masa depan.
2.      Analisis tujuan Pendidikan Nasional sebagai arah pengembangan kurikulum.
Setiap upaya pengembangan kurikulum haruslah didesain untuk pencapaian

14
tujuan pendidikan nasional. Kurikulum sebagai jiwa pendidikan (the heart of
education) harus selalu dirancang untuk mencapai kualitas peserta didik dan
bangsa yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan. Kajian dari tujuan pendidikan
nasional memberi arah yang juga mengacu kepada pengembangan soft skills yang
berimbang dengan penguasaan hard skills.
3.      Analisis kesiapan peserta didik dilakukan terutama dari kajian psikologi
perkembangan, tahap-tahap perkembangan kemampuan intelektual peserta didik
serta keterkaitan tingkat kemampuan intelektual peserta didik dengan jenjang
kemampuan kompetensi yang perlu mereka kuasai. Analisis ini diperlukan agar
kompetensi yang dikembangkan dalam kurikulum 2013 bersesuaian untuk
menerapkan prinsip belajar. Prinsip belajar mengatakan bahwa proses
pembelajaran dimulai dari kemampuan apa yang sudah dimiliki untuk mencapai
kemampuan diatasnya dapat diterapkan dalam pengembangan kurikulum.
4.      Berdasarkan analisis tersebut maka ditetapkan bahwa perlu pengembangan
Standar Kompetensi Lulusan baru yang menggantikan Standar Kompetensi
Lulusan yang sudah ada. Standar Kompetensi Lulusan Baru diarahkan untuk lebih
memberikan keseimbangan antara aspek sikapdengan pengetahuan dan
keterampilan. Walaupun Standar Kompetensi Lulusan bukan kurikulum tetapi
berdasarkan penderkatan pendidikan yang berstandar standar sebagaimana yang
dinyatakan dalam Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional maka pengembangan Standar Kompetensi Lulusan
merupakan sesuatu yang mutlak dilakukan. Sesuai dengan pendekatan
berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan.
5.      Analisis berikutnya adalah kajian terhadap desain kurikulum 2006 yang menjadi
dasar dari KTSP dan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2005
tentang Standar Isi. Dalam Standar Isi terdapat kerangka dasar kurikulum dan
struktur kurikulum. Analisis terhadap dokumen kurikulum tersebut menunjukkan
bahwa desain kurikulum dikembangkan atas dasar pengertian bahwa kurikulum
adalah daftar sejumlah mata pelajaran. Oleh karena itu satu mata pelajaran berdiri
sendiri dan tidak berinteraksi dengan mata pelajaran lainnya. Melalui
pengembangan kurikulum yang demikian maka ada masalah yang cukup prinsipiil
yaitu konten kurikulum yang dikategorikan sebagai konten berkembang
(developmental content)tidak mendapatkan kesempatan untuk dikembangkan
secara baik. Konten kurikulum berkembang seperti nilai, sikap dan keterampilan
(intelektual dan psikomotorik)memerlukan desain kurikulum yang menempatkan
satu mata pelajaran dalam jaringan keterkaitan horizontal dan vertikal dengan
mata pelajaran lain. Dari hasil analisis tersebut maka dikembangkan desain baru
yang memberikan jaminan keutuhan kurikulum melalui keterkaitan vertikal dan
horizontal konten.

15
6.      Berdasarkan rumusan Standar Kompetensi Lulusan yang baru maka
dikembangkanlah kerangka dasar Kurikulum yang antara lain mencakup
Kerangka Filosofis, yuridis, dan konseptual. Landasan filosofis yang
dikembangkan adalah bersifat eklektik yang mampu memberikan dasar bagi
pengembangan individu peserta didik secara utuh yaitu baik dari aspek intelektual,
moral, sosial, akademik, dan kemampuan individu peserta didik, sebagai anggota
masyarakat dan bangsa yang produktif, dan memiliki kemampuanberkontribusi
dalam meningkatkan kehidupan pribadi, masyarakat, bangsa, dan ummat manusia.
Kerangka yuridis kurikulum adalah berbagai ketetapan hukum yang mendasari
setiap upaya pendidikan di indonesia. Kerangka konseptual berkenaan dengan
model kurikulum berbasis kompetensi yang dinyatakan dalam ketetapan pada
Undang-undang Sisdiknas. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum ditetapkan
antara lain termasuk penyederhanaan konten kurikulum, keseimbangan
kepentingan nasional dan daerah, posisi peserta didik sebagai subjek dalam
belajar, pembelajaran aktif yang didasarkan pada model pembelajaran sains, dan
penetapan kompetensi Inti sebagai unsur pengikat (organizing element) bagi KD
mata pelajaran.
7.      Kegiatan pengembangan berikutnya adalah penetapan struktur kurikulum.
Struktur kurikulum menggambarkan kerangka kurikulum terdiri atas sejumlah
mata pelajaran, pengelompokanya, posisi mata pelajaran, beban belajar mata
pelajaran perminggu dan jumlah beban belajar keseluruhan perminggu.
Berdasarkan perinsip penyederhanaan kurikulum maka jumlah mata pelajaran
dikurangi tetapi jam pelajaran baik untuk setiap mata pelajaran maupun untuk
keseluruhan di tambah. Penambahan jam belajar adalah untuk memberikan waktu
yang cukup bagi peserta didik mengembangkan kopetensi keterampilan dan sikap
melalaui proses pembelajaran yang berorientasi pada sains.
8.      Berdasarkan struktur kurikilum yang telah di tetapakan, selanjutnya dirumuskan
kopetensi inti setiap kelas yang menjadi pengikat dari berbagai kopetensi dasar.
Adanya kopetensi inti lebih menjamin terjadinya integrasi kompetensi dasar
antara mata pelajaran dan antar kelas. Proses pengembangan kompetensi dasar
melibatakan pengembangan kurikulum yang terdiri dari guru, dosen dan para
pakar pendidikan.
9.      Berdasarkan kompetensi dasar yang telah direviu dan di nyatakan memenuhi
persyaratan yang telah di tetapkan maka di kembangkan silabus. Pengembangan
silabus dimaksudkan agar ada patokan minimal mengenai kualitas. Hasil belajar
untuk seluruh indonesia. Dalam silabus di tetapkan sebagai patokan minimal
adalah indikator yang telah di kembangkan dari Kompetensi Dasar dan kemudian
di ramu dalam Materi Pokok, proses pembelajaran yaang dikembangkan dari
kegiatan observasi, menanya, mengasosiasi, dan mengomunikasi. Keempat
kemampuan ini dikembangkan selama dua belas tahun sehingga kreativitas,rasa

16
ingin tahu, kemampuan berfikir kritis dan kemampuan belajar peserta didik dapat
menjadi kebiasaan-kebiasaan yang memberikan kebiasaan belajar sepanjang
hayat. Silabus tidak membatasi kreativitas dan imajinasi guru dalam

BAB III
PENUTUP

BAB III
PENUTUP

Dari penulisan di atas, maka kami menyimpulkan beberapa point sebagai berikut:
         Kerangka dasar adalah pedoman yang digunakan untuk mengembangkan
dokumen kurikulum, implementasi kurikulum dan evaluasi kurikulum. Kerangka
dasar juga digunakan sebagai pedoman untuk mengembangkan kurikulum tingkat
nasional, daerah dan KTSP.
         Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan landasan-landasan. Landasan
tersebut antara lain: landasan filosofis, yuridis, konseptual dan empiris.
         Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis
kompetensi adalah outcomes-based-curriculum dan oleh karena itu
pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang
dirumuskan dari SKL.
         Proses pembelajaran kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intra-kurikuler,
yaitu proses pembelajaran yang berkenaan dengan mata pelajaran dalam struktur
kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah dan masyarakat. Dan pembelajaran
ekstra-kurikuler, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang dirancang

17
sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin setiap
minggu.
         Kurikulum 2013 dikembangkan dengan beberapa prinsip yang sudah ditulis di
atas dengan jumlah prinsip 11 point.
         Kerangka kurikulum 2013 disusun berdasarkan analisis kebutuhan masyarakat
indonesia, Analisis tujuan Pendidikan Nasional, Analisis kesiapan peserta didik,
pengembangan Standar Kompetensi Lulusan baru, kajian terhadap desain
kurikulum 2006 yang menjadi dasar dari KTSP dan Peraturan Mentri Pendidikan
Nasional nomor 22 tahun 2005 tentang Standar Isi, dikembangkanlah kerangka
dasar Kurikulum yang antara lain mencakup Kerangka Filosofis, yuridis, dan
konseptual, penetapan struktur kurikulum, dirumuskan kopetensi inti setiap kelas
yang menjadi pengikat dari berbagai kopetensi dasar, dan mengembangkan
silabus.

DAFTAR PUSTAKA

Tersedia Online :

1.) https://rejekinomplok.net/simpul-dan-ikatan-tali-temali-dalam-
pramuka/http://sobarnasblog.blogspot.com/2009/04/benarkah-
olahraga-membangun-karakter.html
2.) http://kilaspramuka.blogspot.com/2014/11/materi-peta-pita.html
3.) https://www.pramukaria.id/2014/03/membuat-panorama-sketsa-
pemandangan.html
4.) https://arborvitaesatriasiaga.wordpress.com/2015/04/22/cara-
menaksir-tinggi-dan-lebar/
5.) https://anakscoutgamex.blogspot.com/2017/04/p3k-dalam-
pramuka.html

18
19

Anda mungkin juga menyukai