Anda di halaman 1dari 64

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/327574815

Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah dalam


Mendukung Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon

Book · January 2015

CITATIONS READS

0 6,521

8 authors, including:

Vivi Setiawaty Krisna Nur Andriana Pangesti


National Institute of Health Research and Development, Ministry of Health, Indon… The University of Sydney
117 PUBLICATIONS   504 CITATIONS    23 PUBLICATIONS   174 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Kambang Sariadji
National Helath research development of indonesia
11 PUBLICATIONS   6 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Epidemiology and Virology of Influenza B in Indonesia View project

All content following this page was uploaded by Vivi Setiawaty on 11 September 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Pedoman
Pemeriksaan Laboratorium
Penyakit Berpotensi Wabah
Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan
Respon

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia


Tahun 2015
ii iii

Pedoman
Pemeriksaan Laboratorium
Penyakit Berpotensi Wabah dalam Mendukung
Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon

Penyusun : Tim Penulis & Kontributor


Artistik : Zariyal Penulis
Penerbit : Puspa Swara
Anggota IKAPI No. 104/DKI/92 Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik
dan Sarana Kesehatan
Redaksi: • Wiwi Ambarwati
Jatijajar Estate • Eva Dian Kusumawati
Blok D12 No. 1-2, Jatijajar, Tapos, Depok - 16451 • Ferdinandus Ferry Kandouw
Tlp. (021) 87743503, 87745418
Faks. (021) 87743530 Direktorat Simkar Kesma
Web: www.puspa-swara.com • Eddy Purwanto
• Gunawan
Cetakan I - Jakarta, 2015 Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Kesehatan
• Vivi Setiawaty
Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT) • Krisna Nur Andriana P
Tim Penyusun & Kontributor • Kambang Sariadji
Pedoman pemeriksaan laboratorium penyakit berpotensi wabah dalam
mendukung sistem kewaspadaan dini dan respon/ Tim Penyusun &
Kontributor
--Cet. 1-- Jakarta: Puspa Swara, 2015
vi + 118 hlm.; 23 cm.

ISBN 978 602 216 021 2

Buku ini dilindungi Undang-Undang Hak Cipta. Segala bentuk


penggandaan, reproduksi, atau penerjemahan, baik melalui media cetak
maupun elektronik harus seizin penerbit, kecuali untuk kutipan ilmiah.
iv v

Kontributor Penyunting DAFTAR ISI


Subdit Bina Pelayanan Mikrobiologi dan
Balai Besar Laboratorium Kesehatan Imunologi
Jakarta
• Agus Susanto
• Rina Sitanggang • Ira Irianti
• Yarne • May Syafni
Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi
• Ratna Juwita
Jawa Barat
• Isak Solihin
• Aida

Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Pendahuluan 1


Lampung
A. Latar Belakang 1
• Soetardji
B. Tujuan 3
Balai Besar Laboratorium Kesehatan C. Sasaran dan Ruang Lingkup 3
Surabaya
• Nanang
SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON 5
Wordl Health Organization (WHO)
A. Pengertian 5
• Wita Larasati
• Endang Wulandari B. Alur Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon 6

CDC - USAID
• Esther PERAN LABORATORIUM DALAM SISTEM KEWASPADAAN
DINI DAN RESPON 10
Perhimpuan Ahli Mikrobiologi Indonesia
• Budiman Bella PROSEDUR UMUM LABORATORIUM 13
A. Prosedur Pengambilan, Penanganan, serta Pemeriksaan di Laboratorium
PARKI
terhadap Spesimen Berpotensi Wabah 14
• Agnes
B. Prosedur Pelabelan, Pengemasan, dan Pengiriman 26
Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi
C. Sistem Pelaporan 28
Kalimantan Barat
D. Daftar Penyakit-Penyakit yang Diprioritaskan Berpotensi KLB 28
Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi
Jawa Barat E. Algoritma Pemeriksaan Penyakit Potensi Wabah 30
vi
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 1

I
P E N D A H U LU A N

MANAJEMEN LABORATORIUM 111


A. Peningkatan Kapasitas Laboratorium 111
Surveilans penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB)/wabah
B. Pengembangan Jejaring 111
merupakan kegiatan yang sistematis mulai dari pengumpulan, analisis,
C. Jaminan Mutu dan Keamanan Laboratorium 112
interpretasi data kasus penyakit potensial KLB menjadi suatu informasi
D. Pengendalian Mutu 112
yang berguna, digunakan sebagai dasar untuk menentukan prioritas
E. Indikator Kinerja 112 kegiatan (seperti perencanaan, implementasi, evaluasi, pemantauan,
F. Data Manajemen 113 pencegahan, pengendalian, maupun kewaspadaan dini) sehingga
penyakit potensial KLB tersebut dapat dikendalikan dan tidak lagi
Penutup 115 menjadi masalah kesehatan masyarakat.

Kepustakaan 116 A. Latar Belakang


Program pengendalian penyakit menular terutama untuk penyakit
yang berpotensi wabah sangat penting. Surveilans epidemiologi
memegang peran penting baik data KLB/wabah rutin dan rekomendasi
kepada pengambil keputusan untuk mengatur strategi yang tepat
dan pasti untuk memerangi atau untuk menangani masalah penyakit
tersebut. Bila Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) berjalan
dengan baik dan optimal maka akan terdeteksi sinyal/peringatan
dini adanya ancaman akan terjadi KLB. Bila peringatan dini itu dapat
dilakukan respon cepat oleh Dinas Kesehatan maupun puskesmas
maka KLB dapat dicegah, berarti banyak orang yang dapat dicegah
agar tidak sakit karena penyakit tersebut, berarti sedikit biaya yang
dikeluarkan untuk menangani masalah penyakit tersebut. Sejak 2009
2 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 3

sampai dengan 2012 Indonesia telah mengembangkan SKDR di 21 18. Klaster Penyakit yang tidak lazim
provinsi. Pemantauan evaluasi SKDR tahun 2012 menunjukkan adanya 19. Tersangka Meningitis/Ensefalitis
kesenjangan antara sinyal peringatan dini yang dideteksi dan dukungan
20. Tersangka Tetanus Neonatorum
laboratorium untuk konfirmasi. Oleh karena itu, adanya kebutuhan
21. Tersangka Tetanus
untuk meningkatkan kapasitas laboratorium untuk mendukung SKDR
dan meningkatkan kerjasama dan koordinasi antara staf laboratorium 22. ILI (Influenza Like Illness)
dan petugas surveilans untuk mendeteksi dan menanggapi indikasi 23. Tersangka HFMD (Hand, Foot and Mouth Disease).
KLB melalui peringatan dini yang muncul dalam sistem. Adapun jenis
penyakit atau gejala yang ada dalam SKDR adalah sebagai berikut: Pada SKDR, sebagian besar penyakit potensial KLB di atas diagnosanya
berdasarkan gejala dan tanda-tanda klinis, sehingga suspect atau
1. Diare Akut tersangka perlu dibuktikan melalui pemeriksaan laboratorium. Oleh
2. Malaria Konfirmasi karena itu, laboratorium sangat penting perannya dalam sistem ini.
3. Tersangka Demam Dengue
4. Pneumonia B. Tujuan
5. Diare Berdarah atau Disentri Tujuan Umum: Sebagai acuan laboratorium dalam melaksanakan
SKDR untuk penyakit berpotensi KLB/wabah.
6. Tersangka Demam Tifoid
7. Sindrom Jaundis Akut Tujuan Khusus:
8. Tersangka Chikungunya 1. Peningkatan kapasitas laboratorium
9. Tersangka Flu Burung pada Manusia 2. Penguatan jejaring laboratorium
10. Tersangka Campak 3. Mendukung pengendalian penyakit berpotensi KLB/wabah
11. Tersangka Difteri
12. Tersangka Pertussis C. Sasaran dan Ruang Lingkup
13. Acute Flacid Paralysis (AFP)/Lumpuh Layuh Mendadak Sasaran dalam kegiatan ini dapat dicapai melalui:
14. Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) 1. Pengembangan strategi yang memperkuat surveilans penyakit
15. Tersangka Anthrax menular;
16. Tersangka Leptospirosis 2. Kerja sama antara klinisi dan laboratorium untuk mendapatkan
17. Tersangka Kolera penanganan spesimen, diagnosis dan pengobatan yang cepat dan
lebih baik;
4 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 5

3. Membakukan prosedur-prosedur laboratorium;


II
4. Melaksanakan pengendalian mutu; S I ST E M K E W A S PA DA A N
5. Pengembangan sistem pelaporan yang berbasis laboratorium; DINI DAN RESPON
6. Meningkatkan kapasitas, memperkuat jejaring laboratorium dalam
SKDR.

Ruang lingkup: Yang dimaksud dengan laboratorium pelaksana SKDR


adalah laboratorium pemerintah.

A. Pengertian
***
Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) merupakan salah satu
sistem surveilans yang dibuat untuk tujuan:

1. Menyelenggarakan deteksi dini sebelum terjadi KLB penyakit


menular (Pre-KLB);
2. Memberikan peringatan dini untuk melakukan verifikasi dan respon
cepat terhadap sinyal yang muncul;
3. Meminimalkan jumlah kesakitan/kematian yang berhubungan
dengan KLB;
4. Memonitor tren atau kecenderungan penyakit menular setiap
minggu;
5. Menilai dampak program pengendalian penyakit potensial KLB.
SKDR merupakan optimalisasi laporan mingguan penyakit potensial
KLB/wabah yang selama ini telah berjalan di puskesmas yang kita
kenal selama ini adalah laporan W2 atau PWS KLB. Sistem ini telah
mengalami beberapa pengembangan, yaitu: menggunakan aplikasi
komputer, laporan dapat dikirim cepat melalui SMS dari unit pelapor,
otomatis analisis data, kemampuan untuk menghasilkan grafik, peta
yang diperlukan maupun sinyal peringatan dini yang dihasilkan.
6 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 7

Dengan demikian, petugas secara cepat dan efektif melakukan Untuk kategori penyakit Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang
verifikasi, respon cepat, penyelidikan epidemiologi, pencegahan, Meresahkan Dunia/Public Health Emergency of International Concern
penanggulangan terhadap tanda atau sinyal peringatan dini adanya (PHEIC) seperti flu burung dan MERS-CoV, hasil pemeriksaan dari
indikasi KLB. laboratorium nasional dikirim ke Direktorat Jenderal PP&PL.

Unit Pelapor
B. Alur Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon
Sumber pelapor dalam SKDR di komunitas/masyarakat adalah
fasyankes. Fasyankes mengirimkan laporan SKDR secara berkala
satu minggu sekali melalui SMS secara berjenjang sampai ke tingkat
kabupaten. Data diterima di Kabupaten/Kota yang selanjutnya dientri
dan dianalisa secara rutin seminggu sekali untuk melihat sinyal
peringatan dini penyakit potensial KLB.

Unit Surveilans Kabupaten/Kota


Unit Surveilans Kabupaten/Kota harus melakukan pemeriksaan
setiap minggu terhadap seluruh laporan penyakit yang telah dientri
dalam sistem aplikasi. Apabila ditemukan alat atau sinyal peringatan
terhadap suatu penyakit maka petugas Kabupaten/Kota menghubungi
petugas fasyankes untuk melakukan klarifikasi terhadap sinyal
tersebut. Apabila hasil klarifikasi benar menunjukkan sebagai KLB
maka selanjutnya petugas surveilans kabupaten/kota menghubungi
petugas laboratorium untuk mengambil spesimen dan memeriksa
spesimen tersebut. Apabila Laboratorium Provinsi tidak memiliki
kemampuan dalam melakukan pemeriksaan spesimen tertentu maka
dapat meminta bantuan Laboratorium Rujukan Nasional.

Unit Surveilans Provinsi dan Kementerian Kesehatan


Unit surveilans provinsi maupun Kementerian Kesehatan lebih banyak
melakukan analisa data maupun verifikasi sinyal/alert yang muncul
setiap minggu. Bila diperlukan kabupaten didorong turun ke lapangan
8 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 9

untuk melakukan penyelidikan epidemiologi bersama dengan • Tes hipotesis,


penanggung jawab program. • Menulis laporan dan rekomendasi.

Alert atau Sinyal Peringatan Dini Melakukan tindakan pengendalian awal dengan segera meliputi:
Alert atau sinyal peringatan dini adalah tanda yang dihasilkan adanya • Tatalaksana kasus
peningkatan kasus melebihi nilai ambang batas maupun bermakna • Pengendalian infeksi
secara statistik. Sinyal peringatan dini ini secara otomatis muncul • Pencarian kontak kasus
dalam aplikasi SKDR. Alert yang muncul harus diverifikasi dan dinilai • Pengendalian lingkungan
apakah perlu turun ke lapangan untuk penyelidikan epidemiologi • Mobilisasi sosial
maupun pengambilan spesimen untuk konfirmasi laboratorium. • Komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat.

Verifikasi dan Investigasi Laboratorium


Langkah pertama investigasi KLB adalah untuk melakukan verifikasi, Bila sinyal peringatan dini muncul dalam sistem di Kabupaten/Kota,
konfirmasi KLB dan melihat besarnya masalah KLB tersebut. Tim Provinsi ataupun Kementerian Kesehatan, maka laboratorium atas
Provinsi dan Kabupaten/Kota akan bergabung dengan petugas dari permintaan Dinas Kesehatan berdasarkan jenjang kemampuan
puskesmas dan memulai investigasi dan menemukan kasus secara melakukan pemeriksaan dan konfirmasi untuk membantu penegakan
aktif. diagnosis terhadap sinyal penyakit potensial KLB tersebut. Apabila
sinyal tersebut benar maka tindakan upaya pencegahan maupun
Setiap KLB diinvestigasi dengan menggunakan format PE KLB sesuai penanggulangan dapat dilaksanakan secara tepat dan efisien.
dengan algoritma penyakit menular. Semua informasi tentang kasus
KLB tersebut dicatat dalam program spreed sheet (sebagai contoh Mekanisme Umpan Balik
program Microsoft Excel). Kemudian melakukan analisa data diprogram Umpan balik kepada sumber pelapor adalah komponen penting untuk
seperti Epi Info atau Epi Data untuk menghasilkan analisis deskriptif diagnosa. Umpan balik disampaikan kepada semua sumber pelapor
menurut waktu, tempat, dan orang. pada semua tingkat, dengan memperhatikan mekanisme pelaporan
baku yang telah ditentukan.
Tindakan Respon
Pada saat yang sama respon tim sebaiknya melakukan: ***
• Rencana pengambilan spesimen klinis dan lingkungan,
• Formulasi hipotesis mengenai sumber pajanan dan cara penularan,
10 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 11

e. Mendeteksi adanya perubahan-perubahan pola penyakit pada


III
praktek pelayanan kesehatan.
PERAN LABORATORIUM
DA LA M S I ST E M K E W A S PA DA A N
DINI DAN RESPON Dalam kegiatan surveilans, hasil pemeriksaan laboratorium dapat
dipakai untuk upaya tindak lanjut:

a. Melaksanakan investigasi dan pengawasan kejadian kesehatan


b. Merencanakan program pencegahan
c. Mengevaluasi pencegahan dan mengukur pengawasan
Diagnosis yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan pada kasus-kasus d. Menghasilkan hipotesa dan merangsang penelitian di bidang
penyakit infeksi agar penganggulangannya dapat diberikan dengan kesehatan masyarakat.
cepat dan tepat serta dapat mencegah terjadinya penularan. Untuk itu
diperlukan laboratorium kesehatan yang dapat menghasilkan diagnosis Setiap penyakit yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium yang
bermutu dengan hasil yang cepat. Laboratorium yang melakukan tidak dapat dilakukan oleh puskesmas atau laboratorium tingkat
pemeriksaan untuk diagnosis meliputi Laboratorium Puskesmas, kabupaten, maka laboratorium provinsi berfungsi sebagai rujukan
Laboratorium Rumah Sakit, Balai Besar/Balai Laboratorium Kesehatan, bagi setiap Kabupaten/Kota sebagai dasar untuk bertindak. Dan
Laboratorium Klinik, balai pengobatan, laboratorium universitas jika Laboratorium Provinsi juga belum mampu maka harus dirujuk
dan laboratorium penelitian, Laboratorium Kesehatan Daerah ke Laboratorium Rujukan Nasional. Pada umumnya pemeriksaan
serta beberapa Laboratorium Dinas Kesehatan. Peran laboratorium laboratorium yang mampu dilakukan oleh puskesmas dan labora-
diagnostik untuk kewaspadaan dini adalah untuk memantau masalah torium Kabupaten/Kota adalah pemeriksaan mikroskopis, sedang
kesehatan: pemeriksaan biakan, imunologi dilakukan oleh laboratorium tingkat
propinsi (Balai Besar/Balai laboratorium Kesehatan). Pemeriksaan
a. Mengidentifikasi pola penyakit khusus yang belum dapat dilakukan di propinsi dapat dirujuk ke
b. Mengikuti kecenderungan penyakit, sesaat, jangka menengah dan Laboratorium Rujukan Nasional, misalnya untuk pemeriksaan virologi
jangka panjang serta pola penyakit (polio, campak) yang memerlukan isolasi virus pada biakan jaringan
c. Mendeteksi perubahan mendadak kejadian dan penyebaran atau tes sekuensing.
penyakit
d. Mengidentifikasi perubahan-perubahan agen, inang, dan faktor Pada kegiatan surveilans, sebagian besar pemeriksaan laboratorium
lingkungan dilakukan oleh Balai Besar/Balai Laboratorium Kesehatan. Dinas
12 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 13

Kabupaten/Provinsi melakukan pengambilan dan pengumpulan


IV
spesimen dan mengirimkan ke Balai Besar/Balai Laboratorium
PROSEDUR UMUM
Kesehatan. Selain pemeriksaan spesimen penyakit menular, kegiatan
LABORATORIUM
surveilans yang dilakukan oleh Balai Besar/Balai Laboratorium
Kesehatan, B/BTKL-PP juga meliputi pemantauan lingkungan seperti
pemeriksaan spesimen air minum, air bersih, air kolam renang,
pemeriksaan pestisida, zat warna, pemeriksaan usap alat masak,
makan dan kegiatan jasa boga lainnya. Pada beberapa propinsi,
kegiatan pemeriksaan laboratorium untuk surveilans juga dilakukan
bersama laboratorium lain seperti BPOM (Balai Pemeriksaan Obat Dalam setiap tindakan pengambilan, penanganan, pemeriksaan dan
& Makanan) untuk pemantauan spesimen makanan minuman milik pengemasan spesimen harus memperhatikan prinsip Kewaspadaan
produsen. Setiap petugas surveilans Kabupaten/Kota perlu memiliki Standar untuk mencegah terjadinya penularan, seperti:
daftar nama dan nomor telepon dari staf laboratorium terkait seperti
bagian: Bakteriologi, Virologi, Serologi, Parasitologi dan Toksikologi. • Penggunaan alat pelindung diri antara lain:
Perencanaan pemeriksaan laboratorium untuk mendukung SKDR - Jas laboratorium
yang akan dilakukan harus dikoordinasikan antara Dinas Kesehatan - Sarung tangan disposable
Kabupaten/Kota, Provinsi dan Balai Besar/Balai Laboratorium - Masker disposable
Kesehatan sehingga dapat dibuat rencana yang tepat untuk
- Goggle (pelindung mata)
penganggarannya.
- Tutup kepala

*** - Sepatu tertutup

• Mencuci tangan dengan menggunakan desinfektan sebelum dan


sesudah tindakan;
• Menjaga kebersihan ruangan dengan menggunakan desinfektan
sebelum dan sesudah tindakan.
14 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 15

Persiapan pemeriksaan ml. Untuk pasien-pasien yang lebih muda jumlah spesimen yang
Setiap saat spesimen dikumpulkan oleh petugas di lapangan, perlu: diambil setengah dari dewasa.
- Membuat pengaturan lebih lanjut dengan penerima spesimen
Petunjuk umum untuk pengambilan spesimen biakan darah:
termasuk investigasi, keperluan untuk ijin impor jika ada transpor
1) Desinfeksi kulit dengan kapas alkohol dan lakukan pengambilan
ke luar negeri.
darah secara aseptik.
- Membuat pengaturan lebih lanjut dengan pembawa spesimen
2) Desinfeksi tutup dari botol biakan darah dengan alkohol dan
agar yakin bahwa pengiriman akan diterima sesuai dengan alat
suntikkan spesimen ke dalam botol bifasik atau Trypticase soy
transportasinya.
broth (atau Brainheart infusion) dengan perbandingan 1 : 10
- Memperhatikan peraturan penerbangan domestik perihal (darah : medium).
Biosafety. Tergantung usia anak volume darah dapat diambil sebanyak 3-5
- Menghindari kedatangan spesimen diakhir pekan bila mungkin dan ml dan dimasukkan ke dalam 30 ml media pengaya atau 7-10 ml
menghindari perubahan dalam transpor jika mungkin. darah ke dalam 70 ml media pengaya untuk orang dewasa.

- Menyiapkan dokumen yang diperlukan, seperti syarat pengiriman, b. Prosedur penanganan


termasuk izin bila diperlukan, berita acara, dan dokumen • Untuk pemeriksaan bakteri:
pengiriman. Darah dimasukkan ke dalam botol-botol kultur yang berisi
media pengaya dengan segera (sebelum membeku) dan dikirim
- Memberitahukan kepada penerima spesimen di laboratorium
ke laboratorium tanpa didinginkan atau dibekukan.
perkiraan waktu kedatangan spesimen.
• Untuk isolasi virus dan pemeriksaan serologi:
Darah disentrifugasi untuk mendapatkan serum (minimum
A. Prosedur Pengambilan, Penanganan, serta Pemeriksaan di
1,5 cc), dikirim dalam suhu dingin (2-8oC), untuk beberapa jam
Laboratorium terhadap Spesimen Berpotensi Wabah
(dalam cool box dengan dry ice).
1. Spesimen darah
a. Prosedur pengambilan c. Prosedur pemeriksaan di laboratorium
Darah untuk kultur bakteriologi diambil sebelum pemberian Biakan darah penting untuk diagnosis, pengobatan, dan
antibiotik. Dua kultur darah yang dikumpulkan pada hari perawatan. Biakan darah sebanyak dua atau tiga kali (berbeda-
yang berlainan atau interval waktu tertentu diharapkan dapat beda interval atau hari pengambilan darah) akan mendeteksi
mengesampingkan kemungkinan kontaminasi dan dapat lebih dari 95% kasus bakteremia dan membantu laboratorium
menegakkan diagnosa bakteriemia. Sedikitnya 7-10 ml darah dalam membedakan dengan kontaminan.
dikumpulkan dari orang dewasa, dan anak-anak sebanyak 3-5
16 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 17

1) Botol kultur yang berisi darah diinkubasi pada 35-37oC selama 2. Spesimen dari luka, jaringan, abses, aspirat, dan drainage
7-21 hari (Salmonella sp. akan tumbuh dalam 7 hari dan a. Prosedur pengambilan
Brucella sampai 3 minggu). Spesimen Jaringan atau cairan diambil dari lokasi infeksi/bengkak.
2) Periksa setiap hari untuk melihat adanya pertumbuhan. Jaringan harus disimpan dalam wadah yang steril bermulut
lebar dan bertutup ulir dan segera dikirim ke laboratorium. Agar
Tanda-tanda pertumbuhan berupa kekeruhan, perubahan
jaringan tidak kering dapat ditambahkan cairan isotonik (NaCl
warna darah, atau timbulnya gas.
fisiologis).
3) Jika terdapat tanda pertumbuhan, selanjutnya ditanam pada
lempeng Medium Agar: Spesimen purulen diambil dengan lidi kapas atau diaspirasi
menggunakan spuit lalu ditaruh dalam 1 ml cairan garam
a) Lempeng Agar Darah (berisi 5% butir-butir darah merah
fisiologis (yang sudah diinkubasi dalam anaerobic jar >4
domba),
jam untuk mengeliminasi oksigen) atau dalam thioglycolate
b) Coklat Agar (CHOC),
broth. Jika diperlukan isolasi anaerob, cairan diambil dengan
c) MacConkey (MAC), diinkubasi pada 35-37oC selama 18-24 alat suntik, kemudian sampel dimasukkan ke dalam media
jam. thioglycholate atau jarum ditusukkan ke dalam karet atau
4) Terhadap koloni yang tumbuh pada agar dilakukan pengecatan sumbat untuk mencegah masuknya udara. Sampel yang telah
Gram. dikumpulkan dimasukkan ke dalam anaerobik jar dan masukkan
5) Lakukan identifikasi bakteri lebih lanjut terhadap koloni yang gaspak anaerob ke dalamnya. Disarankan kultur anaerob
tumbuh. dilakukan ditempat pengambilan sampel dan sampel dibawa ke
Pengujian selanjutnya untuk identifikasi bakteri lakukan sesuai laboratorium dalam anaerobik jar.
bagan (mengacu pada prosedur pemeriksaan bakteriologi b. Prosedur penanganan
klinik). Jika penyebab infeksi dicurigai bakteri anaerob, spesimen tidak
Hasil pemeriksaan oleh laboratorium diverifikasi oleh petugas boleh terpapar udara lebih dari 5 menit. Untuk pemeriksaan
laboratorium kemudian divalidasi oleh penanggung jawab mikrobiologi, direkomendasikan pengambilan spesimen
laboratorium. sebanyak mungkin dan ditanam ke dalam media sebelum 2 jam.
Untuk pemeriksaan virus, maka swab lesi dimasukkan ke dalam
wadah yang sudah berisi virus transport medium (VTM) steril.
18 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 19

c. Prosedur pemeriksaan di laboratorium 3. Spesimen tinja


Spesimen harus segera diproses dalam waktu 2 jam, dan tidak a. Prosedur pengambilan
perlu disimpan dalam lemari pendingin. 1) Untuk Pemeriksaan Bakteri :
• Lakukan Pewarnaan Gram. Spesimen tinja segar (2-3 gr) dimasukkan ke dalam pot steril
bertutup ulir, dibalut parafilm, diamati untuk menentukan
• Inokulasi pada media berikut untuk isolasi aerob dan anaerob:
konsistensi (padat, encer/berair, berdarah atau mucoid). Bila
1) Media Agar Darah
tinja tidak bisa didapatkan, diambil dengan tehnik rectal
2) Media Agar MacConkey
swab menggunakan kapas lidi steril. Kapas lidi harus melalui
3) Media BAP dengan disk Metronidazole (khusus untuk
sphincter anal, dan secara hati-hati diputar, ditarik mundur
anaerob)
dan segera dimasukkan ke dalam media transport Carry-Blair/
• Inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam dan amati koloni yang
Amies.
tumbuh.
2) Untuk Pemeriksaan Parasit:
• Untuk isolasi anaerob gunakan agar darah atau thioglycolate
Spesimen tinja segar (2-3 gr) dimasukkan ke dalam pot steril
broth jika ada dengan catatan:
bertutup ulir, dibalut parafilm, diamati untuk menentukan
1) Media untuk biakan anaerob harus direduksi dengan cara konsistensi (padat, encer/berair, berdarah atau mucoid).
disimpan dalam anaerobic jar yang berisi GasPak anaerob
3) Untuk Pemeriksaan Virus:
selama >4 jam untuk mengurangi tekanan oksigen.
Spesimen tinja segar (5 gram) dimasukkan ke dalam wadah pot
2) Pemrosesan spesiman harus selesai dalam waktu beberapa yang bersih, transparan dan kering, dengan sendok tertempel
menit untuk meminimalkan kontak dengan oksigen. pada tutup dengan tutup ulir diluar, dibalut parafilm.
3) Media yang sudah ditanam (BAP dengan disk Metronidazole)
b. Prosedur penanganan
diinkubasi pada suhu 37oC selama 1-2 hari pada kondisi
1) Untuk Pemeriksaan Bakteri: spesimen segera diproses karena
anaerob, sedangkan media agar darah dan MacConkey
beberapa bakteri, seperti Shigella sp. dan Campylobacter sp.
dengan kondisi aerob.
tidak dapat bertahan hidup dengan adanya perubahan pH
4) Koloni yang tumbuh pada kondisi anaerob harus dilakukan dan penurunan temperatur (Campylobacter sp hanya bertahan
subkultur secara aerob dan anaerob (aerotolerance test). hidup 2 jam dan bakteri yang lain 12 jam atau lebih).
5) Hanya bakteri fakultatif anaerob tumbuh di udara, sedangkan 2) Untuk Pemeriksaan Parasit: spesimen tinja dapat diawetkan
bakteri anaerob murni tidak akan tumbuh. dalam merthiolate Iodine formalin (MIF) atau larutan 10%
6) Koloni yang tumbuh pada kondisi aerob dan anaerob formalin untuk pemeriksaan parasit. Untuk pemeriksaan
dilakukan identifikasi. (mengacu pada prosedur pemeriksaan amuba harus dengan tinja segar.
bakteriologi klinik).
20 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 21

3) Untuk Pemeriksaan Virus: spesimen segera dikirim ke 4) Biakan langsung:


laboratorium rujukan dalam cool box (2-8oC) atau sebelum Tinja diinokulasi pada agar: MacConkey (MAC), Salmonella-
dikirim disimpan sementara dalam lemari pendingin (2-8oC). Shigella (SS atau Hektoen Enterik Agar) dan Campylobacter
Pengiriman harus sampai ke laboratorium tidak boleh lebih agar-agar (CAMPY). Semua media yang sudah diinokulasi
dari 3 hari. kuman diinkubasi selama 24 jam pada 37oC, kecuali
Campylobacter yang harus diinkubasi pada 42oC selama 48 jam
c. Prosedur pemeriksaan di laboratorium
dengan CO2 (5-10%) menggunakan sungkup lilin atau gaspak
1) Spesimen tinja diamati dalam keadaan segar untuk
Campylobacter.
menentukan konsistensi (padat, encer/berair, berdarah atau
mucoid): 5) Kultur dengan pengayaan:
Tambahkan lugol yodium ke atas sediaan basah untuk Inokulasi pada Selenit F broth sebagai media pengayaan untuk
membedakan sel darah putih dan kista parasit. Kista akan Salmonella spp. kemudian inkubasi selama 24 jam pada suhu
menangkap yodium dan muncul warna cokelat terang, objek 37oC. Untuk Vibrio cholera gunakan alkali peptone, inkubasi
lain akan tampak bersih. 6 jam pada suhu 37oC. Dari Selenite F. tanam ke agar MAC/
Sebagai alternatif: SS. Dari alkali peptone ke Thiosulfate Citrate Bile Salt (TCBS).
Dapat digunakan methiolate yodium formalin (MIF) noda untuk Selanjutnya lakukan identifikasi sesuai bagan (mengacu pada
mengkonfirmasikan adanya lekosit pada tinja, Giardialamblia prosedur pemeriksaan bakteriologi klinik).
dan E. histolytica.
Pewarna Ziehl-Neelsen untuk mendeteksi Cryptosporidium sp. 4. Spesimen cerebrospinal fluid (CSF)
yang tahan asam setelah difiksasi dengan metanol. a. Prosedur pengambilan
Organisme-organisme penyebab radang selaput otak harus
2) Untuk mendeteksi darah samar:
dikenali dengan cepat untuk menyelamatkan pasien (hasil
Sediaan apus diberi larutan guaiac. Larutan ini jernih, jika
pengecatan Gram atau tahan asam dapat sangat bermanfaat).
kontak dengan peroksidase (terdapat dalam sel darah dan
Spesimen CSF diambil dengan melakukan punksi lumbal oleh
beberapa makanan) warnanya akan berubah menjadi biru.
tenaga dokter yang berpengalaman. Untuk biakan dan analisa
3) Jika tinja tidak bisa diperoleh, ambil apus dubur 1-2 (atau lebih)
biokimia, spesimen harus dikumpulkan di dalam beberapa
hapusan, masukkan ke dalam Cary-Blair/Amies simpan dalam
tabung steril dan ditangani secara aseptik.
suhu ruang sampai diproses.
Untuk pemeriksaan mikrobiologi volume CSF harus cukup,
Bakteri dapat bertahan hidup di dalam medium ini untuk 1-2
terutama jika dicurigai fungal sebagai penyebab radang selaput
hari, tapi Campylobacter sp. hanya tahan beberapa (2-3) jam.
otak. Jika spesimen dikumpulkan dalam dua tabung atau lebih
secara berurutan, tabung pertama jangan digunakan untuk
22 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 23

analisa mikrobiologi, tetapi jika spesimen hanya satu tabung 5. Spesimen saluran pernapasan
maka pemeriksaan mikrobiologi dilakukan yang pertama. Tabung a. Prosedur pengambilan
dibuka di laboratorium secara aseptik dan selanjutnya spesimen Spesimen dari saluran pernapasan bagian atas (pharyng dan
diambil untuk pemeriksaan kimia, serologi, dan sitologi. nasopharyng) serta dahak harus disimpan dalam tempat yang
steril, tertutup dan diolah dengan segera. Pengambilan bahan
b. Prosedur penanganan
dapat menggunakan, kapas lidi steril. Bahan diambil dengan cara
Biakan cairan otak harus dilaksanakan segera karena organisme
mengapus daerah tonsil dan faring posterior jangan menyentuh
di dalam CSF bersifat mudah mati dan jumlahnya sangat sedikit.
lidah dan uvula. Spesimen harus segera ditanam, jangan dibiarkan
Sebagai media transport dan media pertumbuhan cairan otak,
lebih dari 4 jam.
direkomendasikan Trans-Isolate medium (TIM). Untuk isolasi
virus, sebagian dari CSF diambil secara aseptik dan dikirim dalam b. Prosedur penanganan
keadaan beku dengan dry ice, sedangkan untuk pemeriksaan Untuk pemeriksaan virologis (flu burung, campak, dll), spesimen
antibodi (JE-IgM antibodi), CSF dapat dikirim dengan cool swab nasopharyng atau swab pharyng harus dimasukkan dalam
box (suhu 2-8oC). Untuk pemeriksaan bakteriologis, jangan wadah yang berisi VTM steril. Dikirim ke laboratorium dalam
menyimpan CSF dalam refrigerator, CSF harus segera dikirim ke keadaan dingin (cool box, 2-8oC).
laboratorium untuk diproses, karena mikroorganisme akan cepat
c. Prosedur pemeriksaan di laboratorium
mati. Sedangkan untuk pemeriksaan virologis, CSF harus disimpan
Hasil pemeriksaan dari spesimen saluran pernapasan harus
dalam refrigerator atau dalam freezer (untuk penyimpanan yang
diinterpretasikan secara hati-hati karena adanya flora normal
lebih lama).
dan sering terjadinya infeksi nosokomial.
c. Prosedur pemeriksaan di laboratorium Penyebab radang tenggorok paling umum adalah S. pyogenes
Dua tabung dari CSF yang pertama digunakan untuk pemeriksaan (Streptococcus grup A), Staphylococcus aureus dan Streptococcus
virus. Tabung kedua digunakan untuk pemeriksaan bakteri viridans tertentu. Banyak bakteri Gram-negatif yang dapat diisolasi
dan jamur. CSF mungkin hanya berisi sedikit mikroorganisme, seperti Legionella sp., Pseudomonas sp., Bordetella pertussis,
direkomendasikan untuk dikonsentrasikan dengan cara Hemophilus sp., dan Corynebacterium diphtheriae.
disentrifus. Sedimen disuspensikan kembali dengan beberapa
Pemilihan media berdasarkan penyakit yang dicurigai. Media
tetes supernatan dan digunakan untuk biakan serta pemeriksaan
diinkubasi secara aerob dengan penambahan 5-10% CO2 (kuman
mikroskopis. Semua mikro organisme yang tumbuh dari biakan ini
tertentu).
potensial patogen. Direkomendasikan untuk menginokulasikan
1) Media Rutin:
spesimen dengan segera ke dalam Trans-Isolate Medium
a) Agar cokelat untuk Hemophilus dan Neisseria sp. (dengan
(TIM), yang digunakan sebagai medium transport dan media
catatan bahwa Neisseria terdapat juga pada carier).
pertumbuhan pada waktu yang sama.
24 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 25

b) Agar darah untuk Staphylococcus, Streptococcus bhemolitikus, 7. Spesimen urin


dan Streptococcus viridans. a. Prosedur pengambilan
2) Media Selektif: Untuk pemeriksaan virologis (campak) spesimen urin sewaktu
a) Blood-tellurite atau agar Loefflers untuk C.diphtheriae. dengan aliran tengah diambil sebanyak 50 cc pada saat pasien
panas atau timbul ruam. Urin ditampung dalam wadah yang
b) Bordet-Gengou (harus selalu segar) untuk B.pertussis.
steril, kering dan bersih, tutup berulir keluar.
Corynebacterium diphtheriae jika diwarnai dengan Albert/Neisser
tampak memiliki granula yang metakromatik. b. Prosedur penanganan
Biakan urin pada sistem kewaspadaan dini hanya dilakukan untuk
6. Spesimen dahak pemeriksaan campak. Spesimen urin segera dikirim dalam waktu
a. Prosedur pengambilan 1-2 hari ke Laboratorium Rujukan Nasional Campak dengan
Spesimen dahak (bukan air liur) harus diambil pagi hari keadaan dingin dalam cool box (suhu 2-8oC).
dimasukkan ke dalam wadah yang steril dan diproses dalam c. Prosedur pemeriksaan di laboratorium
waktu 2 jam. Pilih bagian sputum yang purulen, ambil satu sengkelit penuh,
b. Prosedur penanganan tanam pada media agar. Media agar yang disarankan untuk
Jika terjadi penundaan dapat disimpan di dalam lemari es (suhu digunakan secara rutin adalah agar MacConkey, agar darah dan
2-8oC) untuk satu hari saja. Untuk pembuatan apus dan biakan agar cokelat. Sedangkan penanaman pada Ogawa dilakukan atas
sputum dilakukan di laboratorium Biosafety Level 2. permintaan khusus. Agar MacConkey dan Agar Darah diinkubasi
c. Prosedur pemeriksaan di laboratorium pada suhu 35-37oC selama 24-48 jam aerob, sedangkan agar
Pemeriksaan dahak: cokelat diinkubasi dengan tambahan CO2 5-10%. Dari koloni yang
tumbuh pada agar darah, agar cokelat maupun agar MacConkey
1) Pewarnaan Gram
dilakukan pewarnaan Gram.
2) Inokulasi ke agar darah Blood Agar Plate (BAP), agar cokelat,
dan MacConkey Agar (MCA)
8. Spesimen lingkungan
3) Inkubasi dalam lingkungan 5-10% CO2 (untuk BAP dan agar
a. Prosedur pengambilan
cokelat), sedangkan MCA pada inkubator suhu 35-37oC selama
Spesimen diambil sesuai kebutuhan pemeriksaan, dimasukkan
18-24 jam.
dalam wadah steril atau bermedia transpor dan ditutup rapat.
Pengujian selanjutnya untuk identifikasi bakteri lakukan sesuai
Pengambilan menggunakan alat steril dan dilakukan secara
bagan.
aseptik.
26 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 27

b. Prosedur penanganan 2) Masukkan ke dalam plastik dan tutup agar kedap air dan udara.
Masukkan ke dalam cool box (suhu 2-8oC) dan segera diperiksa 3) Masukkan spesimen yang sudah siap kirim ke dalam cool box/
(<24 jam). styrofoam berisi ice-pack secukupnya.
c. Prosedur pemeriksaan di laboratorium 4) Masukkan lembaran rujukan spesimen yang sudah dilengkapi
• Pewarnaan Gram (lihat lampiran 7 pada “Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini dan
• Biakan dalam media yang disesuaikan dengan etiologi yang Respon”) kirim ke dalam cool box/styrofoam.
dicurigai.
5) Bungkus cool box/styrofoam box dengan kertas coklat yang agak
tebal.

B. Prosedur Pelabelan, Pengemasan, dan Pengiriman 6) Tulisan alamat lengkap laboratorium yang dituju dan nama
petugas penanggung jawab laboratorium yang dituju beserta
1. Pelabelan
nomor telepon yang dapat dihubungi.
Pemberian label pada kontainer dan tabung menggunakan stiker
anti-air, atau ditulis menggunakan spidol anti-air. Informasi yang 3. Pengiriman
harus ada di setiap label: Pengiriman harus dilakukan secepatnya (paling lama 24 jam).
1) Nomor spesimen Sebelum mengirim spesimen harus ada:

2) Nama pasien 1) Perjanjian atau persetujuan yang telah dibuat antara pengirim,
pembawa dan penerima spesimen termasuk format permintaan
3) Usia pasien
pemeriksaan maupun laporan hasil pemeriksaan yang akan
4) Jenis kelamin pasien
digunakan.
5) Alamat pasien
Pada kegiatan surveilans format baku demikian pada umumnya
6) Jenis spesimen (rectal swab, darah, urine, dll) sudah tersedia di Dinas Kesehatan setempat.
7) Lokasi spesimen (darah vena, darah perifer, hidung, dll) 2) Konfirmasi dari laboratorium penerima bahwa siap untuk
8) Tanggal dan jam pengambilan spesimen (contoh: Tanggal menerima spesimen.
20/03/13 jam 08.00 WIB). 3) Bila spesimen tiba di luar jam kerja, maka petugas laboratorium
2. Pengemasaan harus diberitahukan agar siap menerima spesimen.
Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir, pastikan Apabila spesimen dikirimkan ke luar negeri untuk pelayanan
spesimen dipersiapkan terlebih dahulu: kesehatan harus disertai surat keterangan alih material dengan
1) Tutup kontainer dan tutup tabung lapisi dengan parafilm untuk tembusan ke Dinas Kesehatan setempat.
mencegah kebocoran dalam perjalanan.
28 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 29

C. Sistem Pelaporan
3 Tersangka demam Puskesmas/RS Rumah Sakit
Hasil pemeriksaan laboratorium dengue setempat
Hasil pemeriksaan laboratorium untuk Kewaspadaan Dini penyakit
menular berpotensi wabah selain disampaikan kepada dokter 4 Pneumonia RS Laboratorium
Provinsi
yang mengirim unt uk kepentingan diagnosa, juga dilaporkan
secara berkala sesuai ketentuan kepada Direktorat Jenderal 5 Diare berdarah RS Laboratorium
P2PL Kementerian Kesehatan melalui Dinas Kesehatan setempat atau disentri Provinsi
menggunakan format baku yang telah disepakati untuk kegiatan
6 Tersangka demam Puskesmas/RS Laboratorium
surveilans.
tifoid Provinsi/Rumah
Pada kasus-kasus maupun program khusus nasional seperti AFP, Sakit setempat
Flu Burung, TB, Campak, kegiatan pemeriksaan maupun laporan
Sindrom jaundis RS Laboratorium
hasil pemeriksaan harus mengikuti Pedoman Nasional yang telah
7 akut (hepatitis A Provinsi
ditetapkan. dan E)
Pada keadaan terjadi peningkatan kasus bermakna dan hasil
Tersangka Laboratorium
pemeriksaan laboratorium mendukung keadaan klinis pasien, 8 RS
chikungunya Provinsi
laboratorium harus pro-aktif melaporkan dengan segera kepada
petugas Dinas Kesehatan setempat yang bertanggung jawab dan 9 Tersangka flu Laboratorium Balitbangkes
berkompeten untuk segera ditindak lanjuti. burung pada Rujukan flu
manusia burung

D. Daftar penyakit-penyakit yang diprioritaskan berpotensi 10 Tersangka - BBLK Surabaya,


KLB Campak Biofarma, Badan
Litbangkes, BLK
No Penyakit potensi Laboratorium Laboratorium Yogyakarta
KLB pemeriksa rujukan

1 Diare akut RS Laboratorium 11 Tersangka difteri RS/Lab Provinsi BBLK Surabaya


Provinsi
12 Tersangka pertusis RS/Lab Provinsi Balitbangkes dan
2 Malaria konfirmasi PUSKESMAS/RS Laboratorium BBLK Jakarta
setempat Provinsi : Nasional
(review)
30 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 31

Cryptosporidium dan Giardia lamblia. Umumnya tidak disertai oleh


13 AFP (lumpuh - BBLK Surabaya,
demam. Namun, demam dapat terjadi jika penderita mengalami
layuh mendadak) Biofarma, Badan
Litbangkes dehidrasi.

14 Kasus gigitan - Tidak memerlukan Algoritma Pemeriksaan Diare Akut


hewan penular konfirmasi
rabies laboratorium

15 Tersangka antraks - Laboratorium


veteriner untuk
konfirmasi pada
spesimen hewan
tertular

SK Nasional: RSUP
16 Tersangka RS/ Lab Provinsi
Kariadi Semarang,
leptospirosis
B2P2VRP Salatiga
(Balai Besar
Penelitian dan
Pengembangan
Vektor dan
Reservoir Penyakit)

E. Algoritma Pemeriksaan Penyakit Potensi Wabah


1. DIARE AKUT
Diare adalah suatu gejala penyakit menular yang ditandai oleh
buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan konsistensi tinja
yang encer. Penyebabnya adalah: Entero Toxin Escherichia coli (ETEC),
Enteropathogenic Escherechia coli (EPEC), Vibrio cholera, Shigella
disentriae, Salmonella typhi, Rotavirus (paling sering pada anak-anak),
32 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 33

Kewaspadaan Dini (SINYAL): menggunakan media transport, harus sudah diperiksa dalam 2
Jika ditemukan peningkatan kasus (1,5 kali dibadingkan rata-rata kasus jam) di dalam cool box/styrofoam box.
3 minggu periode sebelumnya) dengan kondisi buang air besar lebih • Jika spesimen tidak dapat dikirim pada hari yang sama, simpan
dari 3 kali dalam 24 jam dan konsistensi tinja yang encer atau diare tabung di dalam lemari es (2-8oC) atau suhu ruang sampai saat
sehingga dalam waktu singkat tubuh kehilangan cairan (dehidrasi), akan dikirimkan secepatnya ke laboratorium pemeriksa.
dengan atau tidak disertai adanya demam dan muntah.
Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:
Pengambilan Spesimen: a. Jika kecurigaan penyebab Sinyal peringatan dini diare adalah
• Tinja cair (stool) dari pasien atau carrier 2-3 gram, dimasukkan ke bakteri maka pemeriksaan dilakukan dengan kultur.
dalam tabung/kontainer steril bertutup ulir. Usap dubur (rectal b. Jika kecurigaan penyebab Sinyal peringatan dini diare adalah
swab) menggunakan kapas lidi steril. parasit (Giardia intestinalis, dan Cryptosporidium parvum).
• Usap dubur diambil dengan pasien atau carrier dalam posisi Sim. c. Jika kecurigaan penyebab Sinyal peringatan dini diare adalah
Kapas lidi steril dimasukkan ke dalam rektum, melewati sfingter virus (Rotavirus dan Norovirus) lakukan pemeriksaan PCR (bila
ani, putar secara perlahan, tarik dan langsung dimasukkan ke diperlukan, untuk konfirmasi dapat dilakukan di laboratorium
dalam tabung berisi media transport universal (Cary & Blair/Amies rujukan yang ditunjuk).
media untuk tersangka bakteri atau Hank’s media untuk tersangka d. Jika kecurigaan penyebab Sinyal peringatan dini diare adalah
virus). keracunan makanan, maka spesimen diperiksa dengan metode
• Muntahan dapat diambil (untuk kecurigaan keracunan makanan) kultur bakteri untuk beberapa uji terhadap bakteri penyebab
dimasukkan ke dalam wadah steril. intoksikasi (Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, V. cholera,
• Selain itu spesimen lingkungan dapat diambil seperti sumber air Shigella sp., E. coli, Salmonella typhi, dll).
yang dipakai untuk konsumsi, serta makanan dan minuman yang
dicurigai. Dimasukkan ke dalam wadah steril. Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
Penanganan dan Pengiriman Spesimen: ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
• Pemberian label pada wadah dan tabung media transport sesuai Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
prosedur. melalui fax/e-mail/pos/SMS.
• Spesimen segera dikirim ke laboratorium pemeriksa dalam waktu
24 jam (jika jarak laboratorium mikrobiologi kabupaten/kota
relatif dekat dan terjangkau dengan kendaraan darat dan tidak
34 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 35

2. MALARIA KONFIRMASI Algoritma Pemeriksaan Malaria Konfirmasi


Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium
yang berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan ditularkan
oleh nyamuk Anopheles betina. Ada lima spesies plasmodium yang
menyebabkan malaria pada manusia, yaitu: P. vivax, P. falciparum, P.
malariae, P. ovale, dan P. knowlesi.
Jenis plasmodium yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah
P. vivax dan P. falciparum. KLB malaria masih sering terjadi di Indonesia.
Untuk itu diagnosis yang tepat sangat diperlukan.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan serologi dan
mikroskopis. Hingga saat ini pemeriksaan mikroskopis dari sediaan
darah tebal dan tipis dengan pulasan Giemsa masih merupakan
standar baku emas di Indonesia. Pada daerah yang terpencil, atau
kemampuan pemeriksaan mikroskopis belum ada dan dalam keadaan
darurat, dapat digunakan pemeriksaan diagnosis cepat (RDT = Rapid
Diagnostic Test).
Bila hasil positif dan dicurigai P. knowlesi, dilakukan konfirmasi dengan
menggunakan metode PCR dimana spesimen darah yang diperiksa
dengan sediaan dried blood spot (DBS), yang dikirim ke laboratorium
rujukan selambat-lambatnya 1 minggu setelah pengambilan
spesimen.
36 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 37

Kewaspadaan Dini (SINYAL): - Buat larutan pewarnaan dari campuran Giemsa stack 3 tetes
Jika ditemukan peningkatan kasus (1,5 kali dibandingkan rata-rata dengan 1 ml larutan pH 7,2.
kasus 3 minggu periode sebelumnya) dengan gejala demam >37,5oC - Setelah preparat kering, teteskan Giemsa hingga menutupi semua
disertai mengigil, berkeringat, sakit kepala di puskesmas/rumah sakit darah, biarkan 15 menit.
dan dikonfirmasi hasil laboratorium malaria positif.
- Bilas dengan air mengalir.
Khusus untuk daerah yang sudah memasuki tahap eliminasi, maka 1
- Letakan sediaan dalam posisi vertikal dan biarkan mengering
kasus sudah merupakan sinyal KLB.
- Baca preparat dengan mikroskop binokuler.
Di daerah yang masih dalam tahap pemberantasan dan pre-eliminasi,
jika terjadi peningkatan kasus malaria konfirmasi maka dilakukan Mass Untuk pemeriksaan darah tipis
Fever Survey (MFS) (Pemeriksaan Demam Massal) untuk memastikan • Tujuan: digunakan untuk menemukan parasit malaria.
apakah benar KLB. MFS dilakukan dengan mengambil darah seluruh • Langkah kerja:
orang demam di unit epidemiologi tempat peningkatan kasus tersebut - Bersihkan ujung jari dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering.
(desa atau dusun) untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopik ataupun - Tusuk jari dengan lancet, darah pertama dihapus dengan tisu.
RDT. - Teteskan darah pada objek gelas.
Dinyatakan KLB jika dari hasil MFS didapatkan 20% yang positif. - Dengan objek gelas lain, darah tadi dihapus ke arah kiri.
- Biarkan sediaan kering sendiri.
Pengambilan Spesimen: - Fiksasi dengan methanol, biarkan kering sendiri.
Untuk pemeriksaan darah tebal - Setelah kering tetesi dengan giemsa.
• Tujuan: Preparat darah tebal digunakan untuk melihat apakah tipe/ - Biarkan 15 menit.
jenis malarianya.
- Cuci dengan air mengalir.
• Langkah kerja:
- Amati dengan mikroskop binokuler (100x) dengan minyak emersi.
- Bersihkan ujung jari dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering.
- Tusuk jari dengan lancet, darah pertama dihapus dengan tissue. Untuk pemeriksaan dengan RDT
Darah vena dapat digunakan untuk membuat sediaan pemeriksaan
- Kemudian ambil tetes darah dengan cara memutar objek gelas
malaria, tetapi setelah diambil dengan menggunakan syringe/
pada jari.
wing needle, darah dimasukkan ke dalam tabung darah tanpa
- Biarkan preparat ±15 menit sampai kering. antikoagulan.
38 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 39

Penanganan dan Pengiriman Spesimen: Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:


• Jika fasyankes setempat mempunyai kemampuan pemeriksaan Malaria konfirmasi dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium baik
preparat malaria secara mikroskopis, preparat langsung dibaca di secara mikroskopik maupun menggunakan RDT.
tempat sehingga hasil langsung dapat diperoleh pada hari yang
sama.
Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
• Jika MFS dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis, maka
Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
hapusan darah yang sudah dibuat di lapangan dibawa segera ke
ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Puskesmas, kemudian diwarnai Giemsa dan dilakukan pemeriksaan
Kesehatan Propinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
mikroskopis. Bila akan dirujuk, harus sudah diwarnai Giemsa,
melalui fax/e-mail/pos/SMS.
dikemas dalam boks sediaan, dengan padding pada kaca preparat.
• Namun jika MFS dilakukan dengan pemeriksaan RDT, maka
pemeriksaan dilakukan langsung di lapangan.
3. TERSANGKA DEMAM DENGUE
• Setiap preparat diberi label nomor spesimen, tanggal Virus dengue (Flavivirus) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
pengambilan. agepty dan Aedes albopictus dapat menyebabkan Demam Dengue atau
• Spesimen dapat dikirim dengan kotak preparat dalam suhu ruang. Demam Berdarah Dengue. Pada Demam Dengue tidak menimbulkan
• Masukkan lembaran rujukan spesimen yang sudah dilengkapi (lihat gejala perdarahan dan gejala klinis lebih ringan dari pada Demam
lampiran 7 pada “Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons”) Berdarah Dengue. Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu
ke dalam kotak preparat. penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat,
karena mempunyai morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka
• Masukkan kotak preparat ke dalam styrofoam box yang sudah diberi
kematian) yang tinggi dan sering terjadinya KLB penyakit ini.
pengganjal agar kaca preparat di dalamnya tidak mudah pecah.
• Tulisan alamat lengkap laboratorium rujukan dan nama petugas
penanggung jawab laboratorium yang dituju beserta nomor telepon
yang dapat dihubungi.
40 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 41

Algoritma Spesimen Tersangka Demam Dengue Kewaspadaan Dini (SINYAL):


Jika ditemukan peningkatan kasus (1,5 kali dibandingkan rata-rata
kasus 3 minggu periode sebelumnya) dengan gejala demam mendadak
tanpa sebab yang jelas 2-7 hari, mual, muntah, sakit kepala, nyeri
di belakang bola mata (nyeri retro orbital), nyeri sendi, dan adanya
manifestasi perdarahan sekurang-kurangnya uji torniquet positif.
Pengambilan Spesimen:
• Sedikitnya 7-10 ml darah dikumpulkan dari orang dewasa, dan
3-5 ml dari anak-anak secara aseptis menggunakan syringe atau
teknik VacutainerTM. Darah dimasukkan ke dalam tabung tanpa zat
anti beku darah (anti koagulan). Untuk pemeriksaan hematologi
menggunakan tabung dengan anti koagulan (EDTA).
• Serum diambil dua kali, pertama pada saat akut, dan berselang 3
minggu kemudian, diambil kembali (serum konvalesens).
• Bila diperlukan untuk isolasi virus, serum dimasukkan ke dalam
tabung cryotube.
Penanganan dan Pengiriman Spesimen:
• Serum dimasukkan ke dalam cryotube menggunakan pipet steril.
• Jika akan dilakukan beberapa jenis uji laboratorium, serum
langsung dialikuot ke dalam beberapa vial (jika ketersediaan serum
memadai) untuk menghindari proses pembekuan dan pencairan
berulang.
• Melakukan pelabelan pada vial sesuai prosedur.
• Sesegera mungkin dikirim ke laboratorium pemeriksa (dalam 24
jam).
42 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 43

• Tetapi jika belum bisa langsung dikirimkan pada hari yang sama, Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium :
spesimen serum harus disimpan di dalam freezer (-20oC) sebelum Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
dikirim ke laboratorium pemeriksa, sementara tabung darah ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
disimpan pada suhu 2-8oC. Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
• Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir, melalui fax/e-mail/pos/SMS.
pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.
4. PNEUMONIA
Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:
Infeksi pernafasan akut (ISPA) diperkirakan telah menyebabkan 4,2 juta
a. Pemeriksaan laboratorium penunjang untuk tersangka DBD adalah
kematian per tahun di seluruh dunia, kebanyakan disebabkan oleh
pemeriksaan darah rutin, dimana dijumpai penurunan jumlah
infeksi pernapasan bawah, yaitu penumonia. Yang banyak terjangkit
trombosit (<100.000/µL) dan juga leukosit (trombositopenia
adalah anak-anak, kaum manula, dan pasien immunocompromised.
dan leukopenia), hematokrit meningkat (naik >20%), enzym
Setengah dari kematian terjadi pada anak-anak di bawah 5 tahun dan
transaminase hati meningkat (SGOT dan SGPT), kadar albumin
di negara-negara berpendapatan rendah, pneumonia merupakan
menurun, elektrolit sering terjadi gangguan keseimbangan.
lima penyebab teratas kematian. Streptococcus pneumoniae dan
b. Pemeriksaan ICT rapid di fasyankes setempat untuk memeriksa
Haemophilus influenzae type b (Hib) diperkirakan menjadi setengah
antigen NS1 (demam hari 1-3) dan pemeriksaan IgM-IgG (demam
penyebab kematian akibat SARI (Severe Acute Respiratori Infection)
hari 3-7) untuk mengetahui adanya infeksi akut virus.
tertutama di negara-negara berkembang di mana bakteri-bakteri
c. Uji ELISA (Enzyme Link Immuno Assay) IgM-IgG DBD. Infeksi dengue tersebut merupakan jenis patogen terpenting yang ditemukan
dapat dibedakan sebagai infeksi primer atau sekunder dengan pada bayi dan awal masa anak-anak. Selain itu, Staphylococcus
menentukan rasio limit antibodi dengue IgM terhadap IgG. Dengan aureus, Mycoplasma pneumonia, Chlamydia pneumonia, Legionella
cara uji antibodi dengue IgM dan IgG, uji tersebut dapat dilakukan pneumophilla, Respiratory syncytial virus, Rhinovirus, Influenza A, B and
hanya dengan menggunakan satu sampel darah (serum) saja, yaitu C merupakan beberapa jenis bakteri dan virus penyebab pneumonia
darah akut sehingga hasil cepat didapat. yang umum ditemukan di negara-negara berkembang.
d. Identifikasi virus dengue dengan pemeriksaan Polymerase Chain
Reaction (PCR), digunakan untuk mengetahui genotipe dari virus
dengue ini (DEN-1, DEN-2, DEN-3 DEN-4).
44 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 45

Algoritma Pemeriksaan Pneumonia Kewaspadaan Dini (SINYAL):


Jika ditemukan peningkatan kasus (1,5 kali dibandingkan rata-rata kasus
3 minggu periode sebelumnya) dengan gejala pneumonia. Pada kasus
dengan usia <5 tahun gejalanya: batuk dan tanda kesulitan bernapas
(adanya napas cepat, kadang disertai tarikan dinding dada), frekuensi
napas berdasarkan usia penderita:
• <2 bulan : 60/menit
• 2-12 bulan : 50/menit
• 1-5 tahun : 40/menit
dan kadang disertai demam. Atau kasus usia >5 tahun dengan gejala
demam >38oC, batuk dan kesulitan bernapas, dan nyeri dada saat
bernapas.
Pengambilan Spesimen:
• Usap tenggorok atau usap nasofarings (bila dicurigai penyebabnya
virus) diambil dan dimasukkan ke dalam 1 tabung Falcon steril
berisi 1,5-2 ml VTM/Hank’s media tranpor. Setelah itu, secara
aseptis spesimen dialiquot ke dalam 2-3 cryotubes untuk beberapa
jenis pemeriksaan laboratorium.
• Spesimen saluran napas bawah (sputum, aspirat saluran
napas bawah, broncho alveolar lavage (BAL) dll (bila dicurigai
penyebabnya bakteri). Spesimen sputum (pada umumnya
mudah diambil dari kasus dewasa), pengambilan spesimen dapat
dilakukan dengan alat nebulizer (dengan NaCl 3%)/expectorant
atau dibatukkan secara spontan, dimasukkan ke dalam kontainer
steril. Spesimen langsung dialiquot ke dalam 2-3 cryotube untuk
beberapa pemeriksaan laboratorium.
• Spesimen darah diambil sebelum diberikan terapi antibiotika.
5-10 ml darah vena kasus dewasa menggunakan syringe atau
VacutainerTM dan 3-5 ml darah vena anak-anak menggunakan wing
46 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 47

needle diambil dan dimasukkan ke dalam tabung darah bertutup Spesimen yang dibekukan dan akan dikirim ke laboratorium
karet merah tanpa zat anti koagulan. rujukan harus di pertahankan dalam keadaan beku sampai
Darah kasus dewasa langsung diproses untuk menghasilkan serum. laboratorium rujukan.
Serum dialiquot ke dalam paling sedikit 2 cryotube untuk beberapa jenis - Spesimen tersangka Streptococcus pneumoniae harus dikirim
pemeriksaan laboratorium. Darah kasus anak-anak dipisah menjadi 2 sesegera mungkin bila akan dilakukan pemeriksaan kultur
bagian : 2 ml darah langsung dipipet dan dimasukkan ke dalam media dan disimpan pada suhu ruang atau menggunakan media
kultur darah sementara sisa darah diproses untuk menghasilkan transport apabila pemeriksaan dilakukan lebih dari 2 jam setelah
serum. Jika memungkinkan serum dialiquot ke dalam 2 cryotube untuk pengambilan spesimen.
beberapa jenis pemeriksaan laboratorium. - Bila akan dilakukan pemeriksaan mikroskopik, molekuler atau
• Tinja (bila dicurigai penyebabnya Anthrax) 1-2 gram dapat diambil imunologi, spesimen dapat disimpan pada suhu 2-8oC.
pada minggu pertama, kedua atau ketiga dari masa onset, - Spesimen tersangka infeksi virus disimpan dalam lemari pendingin
dimasukkan ke dalam wadah steril. dengan suhu 2-8oC (1-2 hari).
• Urine (bila dicurigai penyebabnya Legionella) dapat diambil
• Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,
dimasukkan ke dalam wadah steril.
pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.
• Pengambilan spesimen lingkungan dapat dilakukan sesuai dengan
• Spesimen lingkungan dikirim dalam wadah steril ke laboratorium
sumber penularan yang dicurigai (sesuai etiologi pneumonia,
rujukan yang telah ditentukan, bekerja sama dengan Dinas
contoh: untuk Legionella dapat diperiksa spesimen air bak
Kesehatan.
penampungan, air buangan AC, air dari alam, dll).
Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:
Penanganan dan Pengiriman Spesimen:
1. Pemeriksaan Gram (harus dilanjutkan dengan kultur) untuk
• Melakukan pelabelan pada cryotube berisi serum sesuai prosedur.
spesimen saluran napas bawah, BAL, dan urine.
• Sesegera mungkin dikirim ke laboratorium pemeriksa (dalam 24
2. Kultur bakteri spesimen saluran napas bawah, tinja, dan urin.
jam).
3. Kultur bakteri penyebab pneumonia dengan sistem kultur darah
• Tetapi jika belum bisa langsung dikirimkan pada hari yang sama
otomatis terhadap spesimen darah kasus anak-anak.
ke laboratorium pemeriksa, spesimen disimpan dalam lemari
4. Pemeriksaan uji sensitivitas pada kultur yang positif dengan diskus
pendingin dengan suhu 2-8oC (1-2 hari), atau disimpan di dalam
terhadap beberapa jenis antibiotika.
freezer (-20oC) jika pengiriman baru akan dilakukan >2 hari
kemudian. 5. RT-PCR pada spesimen usap tenggorok dan usap hidung/usap
nasofarings (pada tersangka infeksi virus).
48 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 49

6. Uji Hemaglutinasi Inhibisi (HI) pada spesimen sera, uji Algoritma Spesimen Diare Berdarah atau Disentri
imunofluoresence dari spesimen saluran napas dilakukan di
laboratorium rujukan.
7. Pemeriksaan antigen/antibodi terhadap kuman spesifik (rapid
tes).
Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
melalui fax/e-mail/pos/SMS.

5. DIARE BERDARAH ATAU DISENTRI


Diare berdarah adalah diare lebih dari 3 kali dalam 24 jam disertai
dengan darah dan lendir.
Gejala lain dapat berupa rasa tidak enak badan, sakit kepala, pusing
serta kejang otot perut dapat menyebabkan kematian dan berpotensi
wabah.
Diare berdarah dapat disebabkan oleh Shigella, Salmonella,
Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC), Enteroinvasive Escherichia
coli (EIEC), Entamoeba histolytica.

Kewaspadaan Dini (SINYAL):


Jika ditemukan peningkatan kasus diare, (1,5 kali dibandingkan rata-
rata kasus 3 minggu periode sebelumnya) lebih dari 3 kali dalam 24
jam disertai dengan darah dan lendir. Gejala lain dapat berupa rasa
50 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 51

tidak enak badan, sakit kepala, pusing serta kejang otot perut dapat Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:
menyebabkan kematian dan berpotensi wabah. • Kultur bakteri Shigella sp, Salmonella sp. menurut standar
pemeriksaan mikrobiologi.
Pengambilan Spesimen:
• Tinja cair (stool) 2-3 gram, dimasukkan ke dalam wadah steril • Kultur Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC), Enteroinvasive
bertutup ulir. Escherichia coli (EIEC) menurut standar pemeriksaan mikrobiologi.
• Usap dubur (rectal swab) menggunakan kapas lidi steril. • Sediaan langsung untuk pemeriksaan amoeba.
Usap dubur diambil dengan pasien dalam posisi Sim. Kapas lidi Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
steril dimasukkan ke dalam rektum, melewati sfingter, putar secara Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
perlahan, tarik dan langsung dimasukkan ke dalam tabung berisi ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
media transport universal (Cary & Blair/Amies). Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
• Muntahan dapat diambil (untuk kecurigaan keracunan makanan) melalui fax/e-mail/pos/SMS.
dimasukkan ke dalam wadah steril.
Selain itu spesimen lingkungan dapat diambil seperti sumber air
yang dipakai untuk konsumsi, serta makanan dan minuman yang 6. TERSANGKA DEMAM TIFOID
dicurigai. Dimasukkan ke dalam wadah steril. Demam Tifoid adalah satu infeksi/peradangan akut sistemik
Penanganan dan Pengiriman Spesimen: disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini termasuk juga demam
• Melakukan pelabelan pada kontainer dan tabung sesuai prosedur. paratifus yang disebabkan oleh Salmonella paratyphi (A, B, atau C).
• Spesimen segera dikirim ke laboratorium pemeriksa dalam waktu Gejala khas dari penyakit ini didahului oleh gastroentritisis akut dan
24 jam (jika jarak laboratorium mikrobiologi kabupaten/kota diikuti demam, anoreksia, sakit kepala, rasa tidak enak badan, rasa
relatif dekat dan terjangkau dengan kendaraan darat dan tidak dingin, batuk dan mual.
menggunakan media transport, harus sudah diperiksa dalam 2 Salmonella typhi merupakan bakteri Gram-negatif berbentuk batang,
jam) di dalam cool box/styrofoam box. bersifat fakultatif anaerob, oksidase negatif, motil (dengan flagela
• Jika spesimen belum akan dikirim/diperiksa pada hari yang sama, peritrichous), tidak meragi laktose, urease negatif, indol negatif, tidak
simpan tabung atau kontainer tinja di dalam lemari es (2-8oC) berkapsul, dan tidak membentuk spora.
sampai saat akan dikirimkan ke laboratorium pemeriksa.
• Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,
pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.
52 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 53

Algoritma Pemeriksaan Tersangka Demam Tifoid Kewaspadaan Dini (SINYAL):


Jika ditemukan peningkatan kasus bermakna secara statistik dalam
minggu tertentu, dengan gejala khas demam, gangguan saluran cerna
dan tanda gangguan kesadaran di puskesmas/rumah sakit
Pengambilan Spesimen:
• Spesimen darah diambil sebelum diberikan terapi antibiotika.
Spesimen darah diambil pada pekan pertama demam, bila
pengambilan spesimen dilakukan pada pekan 2-3 demam maka
yang diambil adalah spesimen tinja.
• Sedikitnya 3-5 ml darah dikumpulkan dari orang dewasa dan anak-
anak secara aseptis menggunakan syringe atau teknik VacutainerTM.
Darah dimasukkan ke dalam tabung tanpa zat anti beku darah (anti
coagulant). Darah disentrifus agar menjadi serum dan dimasukkan
ke dalam cryotube.
• Whole blood diambil dari kasus dewasa sebanyak 10 ml.
• Pada kasus anak-anak whole blood sebanyak 2-5 ml.
• Masukkan darah ke dalam media biakan secara aseptis.
Penanganan dan Pengiriman Spesimen:
- Melakukan pelabelan pada botol medium biakan darah dan
cryotube berisi serum sesuai prosedur
- Sesegera mungkin dikirim ke laboratorium pemeriksa (dalam 24
jam).
- Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,
pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.
Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:
• Kultur darah
• Uji resistensi antibiotik
54 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 55

• Widal tes 2x memakai produk (kit) yang sama dan dilihat adanya untuk Hepatitis A akut adalah Anti HAV-IgM yang diperiksa dengan
serokonversi atau peningkatan sebesar 4x kenaikan titer fase metode ImmunoComb Anti HAV-IgM ataupun dengan metode ELISA
konvalesen (5-7 hari setelah pengambilan serum fase akut) IgM-Anti HAV. Pemeriksaan PCR dapat dilakukan untuk mengetahui
dibanding fase akut. sumber penyebab penularan.
• Pemeriksaan Ig M dengan menggunakan RDT/EIA atau pemeriksaan
Inhibitor Magnetic Binding Immunoassay (IMBI). Algoritma Pemeriksaan Laboratorium Sindrom Jaundis Akut
• Bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan PCR.
Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
melalui fax/e-mail/pos/SMS.

7. SINDROM JAUNDICE AKUT


Keadaan jaundice (ikterik) akut adalah terjadinya peningkatan
bilirubin yang meningkat dalam darah (>2mg/ml) dan juga bisa
dilihat dari peningkatan bilirubin urine. Penyakit infeksi akut yang bisa
menyebabkan terjadinya keadaan jaundice (ikterik) akut adalah virus
hepatitis A akut dan Leptospira. Kedua jenis penyakit infeksi ini dapat
menyebabkan terjadinya wabah ataupun kejadian luar biasa. Penyakit
Hepatitis A akut ditularkan melalui fecal-oral (saluran pencernaan)
dengan kebersihan perseorangan yang kurang sedangkan penyakit
infeksi Leptospira banyak terjadi berhubungan dengan musim hujan
dan banjir, sehingga wabah penyakit ini harus diwaspadai dengan
datangnya musim tersebut. Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosa
penyakit tersebut di atas adalah pemeriksaan darah rutin, bilirubin
total dan direk, enzyme transaminase hati (SGOT dan SGPT) dan fungsi
ginjal untuk pemeriksaan penunjang, sedangkan pemeriksaan serologi
56 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 57

Kewaspadaan Dini (SINYAL): • Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,
Jika ditemukan peningkatan kasus bermakna secara statistik dalam pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.
minggu tertentu, timbul secara mendadak (<14 hari) ditandai dengan Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:
demam, kelelahan, anoreksia (tidak nafsu makan) dan gangguan
a. Pemeriksaan Anti HAV IgM (rapid/EIA);
pencernaan (mual, muntah, kembung) dapat ditemukan pada awal
b. Anti HEV IgM (rapid/EIA)
penyakit. ± 1 minggu, beberapa penderita dapat mengalami gejala
kuning disertai gatal (ikterus), buang air kecil berwarna seperti teh, dan Pemeriksaan untuk leptospira melihat algoritma leptospira.
tinja berwarna pucat. Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
Pengambilan Spesimen: Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
• Pengambilan spesimen darah diambil pada kasus dan carrier. ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
• 5-10 ml darah vena kasus dewasa diambil dengan menggunakan
melalui fax/e-mail/pos/SMS.
syringe atau sistem VacutainerTM dan 3-5 ml darah vena anak-anak
menggunakan wing needle.
• Darah langsung langsung diproses untuk menghasilkan serum. 8. TERSANGKA CHIKUNGUNYA
Serum dialiquot ke dalam paling sedikit 2 cryotube untuk beberapa Penyakit Chickungunya adalah penyakit menular yang disebabkan
jenis pemeriksaan laboratorium. oleh infeksi virus chikungunya, menyerang pada semua umur, dengan
• Selain itu spesimen lingkungan dapat diambil seperti sumber air gejala spesifik panas dan ngilu pada seluruh sendi badan. Masa inkubasi
yang dipakai untuk konsumsi, serta makanan dan minuman yang 3-12 hari, kemudian diikuti dengan panas dan ngilu pada sendi, dan
dicurigai. Dimasukkan ke dalam tabung/kontainer steril bertutup biasanya sakit pada bokong dan tulang sangat berat sehingga pasien
ulir. tidak bisa bergerak.
Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk A. aegypti. Virus
Penanganan dan Pengiriman Spesimen:
berkembang biak dalam nyamuk kemudian berada di saliva, dan bila
• Melakukan pelabelan pada cryotube berisi serum sesuai prosedur.
nyamuk menggigit manusia maka virus yang ada di saliva nyamuk
• Sesegera mungkin dikirim ke laboratorium pemeriksa (dalam 24 masuk ke dalam tubuh manusia. Virus kemudian masuk ke dalam
jam). peredaran darah dan beredar ke dalam organ tubuh yang lainnya.
• Tetapi jika belum bisa langsung dikirimkan pada hari yang sama, Virus berada dalam darah selama 1-3 hari setelah infeksi, tapi kadang-
spesimen sera harus disimpan di dalam lemari pendingin 2-8oC, kadang masih dapat ditemukan sampai 1 minggu. Spesimen untuk
tidak lebih dari 7 hari. pemeriksaan isolasi virus chikungunya adalah darah/sera, yang
58 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 59

diambil 1 kali pada saat panas. Spesimen yang wajib diambil untuk Algoritma Pemeriksaan Laboratorium Tersangka Chikungunya
investigasi KLB chickungunya adalah darah/serum untuk dilakukan
pemeriksaan IgM antibodinya. Dengan diketahui adanya IgM antibodi
berarti diagnostik terjadi “recent infection” atau KLB yang terjadi benar
disebabkan oleh virus chikungunya.
Penyakit chikungunya dapat dicegah dengan membasmi nyamuk
Aedes. Sampai saat ini vaksin chikungunya belum ada. Yang dilakukan
program untuk mencegah meluasnya penyakit chikungunya hanyalah
kebersihan lingkungan yaitu untuk memberantas nyamuk dan jentik
nyamuk A. Aegypti.
Surveilans chikungunya adalah satunya cara untuk mendeteksi
secara dini adanya sirkulasi virus chikungunya di masyarakat. Akan
tetapi surveilans chikungunya belum ada programnya kecuali hanya
investigasi KLB saja. Investigasi dilakukan apabila ada laporan terjadi
KLB di suatu daerah tertentu, kemudian diambil spesimen darah/
serum untuk konfirmasi diagnosa laboratorium, apakah benar KLB
disebabkan oleh virus chikungunya.
Pemeriksaan rutin yang dilakukan dengan menggunakan RDT
dan pemeriksaan konfirmasi laboratorium lainnya adalah ELISA,
Haemaglutinasi Inhibisi (HI) test, isolasi virus dari darah, Reverse
transcriptase–polymerase chain reaction (RT–PCR).
60 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 61

Kewaspadaan Dini (SINYAL): - Tetapi jika belum bisa langsung dikirimkan pada hari yang sama,
Jika ditemukan peningkatan kasus bermakna secara statistik dalam spesimen harus disimpan di dalam lemari pendingin 2-8oC.
minggu tertentu, dengan gejala demam yang mendadak dengan nyeri - Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,
sendi, nyeri otot, sakit kepala, nausea, rasa lelah dan timbulnya bintik pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai
kemerahan pada kulit yang mirip gejala demam berdarah dengue. prosedur.
Pengambilan Spesimen: Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:
• Sedikitnya 7-10 ml darah dikumpulkan dari orang dewasa, dan 1. Sekurang-kurangnya salah satu di antara pemeriksaan berikut:
3-5 ml dari anak-anak secara aseptis menggunakan syringe atau 2. Uji cepat (RDT) dengan berbagai kit yang tersedia di laboratorium
teknik VacutainerTM. Darah dimasukkan ke dalam tabung tanpa zat Puskesmas/Rumah Sakit.
anti-beku darah (anti-koagulan). Whole blood digunakan untuk
3. Isolasi virus (bila diperlukan)
pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT).
4. Deteksi viral-RNA dengan PCR (bila diperlukan)
• Serum diambil dua kali, pertama pada saat akut (0-8 hari setelah
5. Serologis IgG dan IgM dengan ELISA (bila diperlukan)
onset), dan berselang 1-14 hari kemudian diambil kembali (serum
konvalesen). 6. Hemaglutinasi Inhibisi (bila diperlukan)
7. Sekuensing virus (bila diperlukan)
Penanganan dan Pengiriman Spesimen:
Keterangan: Jenis pemeriksaan no. 2-5 dilakukan di laboratorium propinsi
• Spesimen didiamkan pada suhu ruang selama 30-45 menit sampai
dan Balitbangkes, sedangkan no. 6 dan 7 dilakukan di Balitbangkes.
darah membeku.
• Serum dimasukkan ke dalam cryotube menggunakan pipet setril. Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:

• Jika akan dilakukan beberapa jenis uji laboratorium, serum Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
langsung dialiquot ke dalam beberapa cryotube (jika ketersediaan ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
serum memadai) untuk menghindari proses pembekuan dan Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
pencairan berulang. melalui fax/e-mail/pos/SMS.

- Melakukan pelabelan pada cryotube berisi serum sesuai


prosedur.
- Sesegera mungkin dikirim ke laboratorium pemeriksa (dalam 24
jam) di dalam cool box yang diisi dengan ice pack untuk menjaga
kestabilan suhu selama pengiriman.
62 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 63

9. TERSANGKA FLU BURUNG PADA MANUSIA Algoritma Pemeriksaan Laboratorium Tersangka Flu Burung
pada Manusia
Flu burung atau Avian Influenza adalah penyakit menular pada hewan
yang disebabkan oleh virus yang biasanya hanya menginfeksi unggas
dan terkadang babi. Penyebabnya adalah virus influenza tipe A dan
dapat dibedakan menjadi banyak subtipe, berdasarkan petanda
berupa tonjolan protein pada permukaan sel virus.
Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis penyakit Avian Influenza
dapat dilakukan di laboratorium dengan fasilitas keamanan tingkat
2. Pemeriksaan dilakukan dengan PCR. Pemeriksaan PCR dilakukan
di jejaring laboratorium pemeriksa flu burung dan konfirmasi hasil
pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Rujukan Nasional (Pusat
Biomedis & Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes) Jakarta.
Bahan pemeriksaan yang diambil untuk pemeriksaan PCR adalah apus
hidung dan tenggorok, menggunakan kapas lidi steril dengan tangkai
dacron dan segera dimasukkan ke media transpor: Hank’s media.
64 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 65

Kewaspadaan Dini (SINYAL): spesimen berikutnya dapat dilakukan dalam selang waktu 1-2
Jika ditemukan 1 kasus tersangka flu burung yaitu panas ≥38oC, sesak hari.
napas/sulit napas, sakit tenggorokan, batuk dan ada riwayat kontak d. Bilasan bronchoalveolar (aspirasi trakheal atau cairan pleural).
dengan unggas sakit/mati mendadak atau produk unggas dalam 7 Setengah bagian cairan disenfrifus (dalam laboratorium BSL
hari. 2+) dan endapan selnya difiksasi dalam formalin. Sisa cairan
Pengambilan Spesimen: dimasukkan ke dalam botol steril bertutup ulir luar yang bagian
dalamnya terdapat cincin karet penahan agar tidak bocor.
Spesimen sekret saluran napas, yaitu usap hidung (nasofarings) kiri
dan kanan dan usap tenggorok (orofarings). Penanganan dan Pengiriman Spesimen:
a. Pengambilan usap hidung dengan cara memasukkan lidi dacron/ - Melakukan pelabelan pada cryotube berisi spesimen usap hidung,
poliester steril ke dalam lubang hidung sejajar dengan rahang atas, usap tenggorok dan serum sesuai prosedur.
biarkan beberapa saat agar cairan hidung terserap dalam dacron, - Sesegera mungkin dikirim ke laboratorium pemeriksa (dalam 24
putar tangkai dacron 1-2x, berikan sedikit penekanan pada lokasi jam).
yang diusap. Lakukan pada lubang hidung kiri dan lubang hidung
- Tetapi jika belum bisa langsung dikirimkan pada hari yang sama,
kanan. Segera masukkan spesimen usap hidung ke dalam vial
spesimen harus disimpan di dalam lemari pendingin 2-8oC kurang
bertutup ulir (cryotube) berisi 2 ml media transpor Hank’s BSS +
dari 48 jam.
antibiotika. Patahkan tangkai plastik hingga cryotube dapat ditutup
- Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,
dengan rapat.
pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.
Pengambilan spesimen dilakukan setiap hari selama 3 hari berturut,
hingga hasil RT-PCR negatif pada 3x pemeriksaan berturut-turut. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:
b. Pengambilan spesimen usap tenggorok dengan melakukan usapan 1. RT-PCR dengan menggunakan primer influenza yang sesuai.
pada bagian belakang farings dan derah tonsil dan hindarkan 2. Kultur virus jika hasil RT-PCR positif.
menyentuh bagian lidah. Segera masukkan spesimen usap 3. Uji Hemaglutinasi Inhibisi (HI) dengan darah kuda.
tenggorok ke dalam cryotube berisi 2 ml media transport Hank’s
4. Sekuensing virus influenza.
BSS + antibiotika. Patahkan tangkai plastik hingga cryotube dapat
ditutup dengan rapat. Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
c. Spesimen serum dimasukkan ke dalam cryotube dan tutup rapat.
ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Spesimen diambil pada saat fase akut dan jika memungkinkan,
Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
pengambilan spesimen fase konvalesens diambil 10-14 hari
melalui fax/e-mail/pos/SMS.
kemudian. Tetapi jika pasien sudah dalam fase kritis, pengambilan
66 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 67

10. TERSANGKA CAMPAK Penyakit campak dapat dicegah dengan vaksinasi. Ada 2 jenis vaksin
Penyakit campak atau Measles adalah penyakit menular yang yang dipakai, yaitu vaksin campak hidup dan yang inaktif (mati). Saat ini
disebabkan oleh infeksi virus campak dengan gejala panas, batuk, vaksin campak sudah digunakan oleh negara berkembang dan negara
pilek, radang mata, takut sinar dan rash, dengan komplikasi radang maju untuk imunisasi rutin. Vaksin campak dapat juga dikombinasi
selaput telinga dan bronchopneumonia. Penyakit campak terutama dengan vaksin untuk penyakit mump dan rubella, yaitu vaksin MMR.
menyerang pada anak balita. Penyakit ini ditularkan melalui saluran
pernapasan, yaitu melalui udara yang tercemar oleh virus campak Surveilans campak adalah satu-satunya cara untuk mendeteksi secara
atau kontak dengan anak yang terinfeksi virus campak. Virus masuk ke dini adanya sirkulasi virus campak di masyarakat. Sejak tahun 2000,
dalam saluran pernapasan anak kemudian berkembang biak dalam pemerintah Indonesia telah melaksanakan program eliminasi virus
kelejar limfe dan jaringan epitel mukosa. Virus dapat ditemukan di campak secara nasional dengan tujuan menurunkan kejadian KLB
cairan tubuh, air mata, throat swab (usap tenggorok), urine, dan darah. campak. Strategi eliminasi campak yang dilaksanakan pemerintah
Humoral antibodi (IgM) dapat dideteksi pada saat rash dan mencapai Indonesia adalah dengan peningkatan program imunisasi dan
puncaknya pada hari ke-10, sedangkan IgG terbentuk lebih lambat tapi investigasi KLB campak. Sejak tahun 2008, secara terbatas program
dapat bertahan lama. IgA juga dapat ditemukan pada cairan sekresi. juga melakukan surveilans campak untuk provinsi tertentu yang
disebut dengan case base surveilans aktif campak.
Spesimen untuk pemeriksaan isolasi virus campak adalah throat swab
atau urin anak, yang diambil 1 kali pada saat rash sampai 2 minggu
setelah rash. Spesimen paling baik diambil dalam waktu 14 hari setelah
gejala rash. Spesimen yang wajib diambil untuk investigasi KLB campak
adalah darah/serum untuk dilakukan pemeriksaan IgM antibodinya.
Dengan diketahui adanya IgM antibodi, berarti diagnostik terjadi “recent
infection” atau KLB yang terjadi benar disebabkan oleh virus campak.
68 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 69

Algoritma Pemeriksaan Laboratorium Tersangka Campak Kewaspadaan Dini (SINYAL):


Jika ditemukan 1 kasus pada anak-anak dengan gejala batuk, demam yang
tinggi setelah 1-2 hari dan fluktuatif (38-40oC) selama 5 hari, mata merah dan
berair, timbul bintik-bintik putih di bagian dalam mulut (bercak Koplik) selama
3-4 hari, kadang-kadang disertai diare, demam sangat tinggi di hari ke-5 dan
timbul bintik-bintik merah secara bertahap, mulai dari belakang telinga, leher,
dada ke bawah, tangan, kaki, muka, dan akhirnya ke sekujur tubuh dan sangat
gatal.

Pengambilan Spesimen:
• Sedikitnya 1,5-2 ml serum dimasukkan ke dalam cryotube.
• Usap tenggorok diambil dengan lidi dacron steril dengan tangkai
plastik, dan dimasukkan ke dalam cryotube yang berisi 1,5 ml
media transpor virus (Hank’s BSS + Antibiotika).
• Diperlukan 10-50 ml urine dan ditampung pada wadah yang steril,
ditutup rapat lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diikat
kuat (saat yang optimal pengambilan sampel adalah hari 1-5 hari
timbulnya rash).
Penanganan dan Pengiriman Spesimen:
- Melakukan pelabelan pada tabung serum dan tabung berisi
spesimen usap tenggorok sesuai prosedur (no. epid, tanggal
demam, rash, dan tanggal ambil spesimen).
- Masukkan serum ke dalam cryotube dan melakukan pelabelan.
- Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,
pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.
Spesimen harus dikirim dengan es (2-8oC) dengan maksimum lama
pengiriman 2 hari. Tuliskan alamat lengkap Laboratorium Rujukan
untuk campak pada box/styrofoam kontainer.
Spesimen boleh disimpan dalam lemari es (bukan freezer)
maksimum 7 hari sebelum diperiksa laboratorium.
70 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 71

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium: Algoritma Pemeriksaan Laboratorium Tersangka Difteri


• Deteksi antibodi IgM spesifik Campak dengan teknik ELISA
• Kultur virus dari spesimen urin
• RT-PCR bila diperlukan
Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
melalui fax/e-mail/pos/SMS.

11. TERSANGKA DIPHTERI


Diphteri adalah suatu penyakit infeksi pernapasan yang disebabkan
oleh Corynebacterium diphtheriae, dapat menular dengan cepat dan
berpotensi menimbulkan wabah serta berakibat fatal.
Corynebacterium diphtheriae adalah bakteri berbentuk batang Gram-
positif pleomorf.
Penanganan spesimen harus dilakukan dalam Biosafety Cabinet Class
II. Corynebacterium diphtheriae dapat diisolasi pada Media cystein
selektif tellurite Agar Darah. Koloni berwarna kelabu atau hitam agak
berbau khas sesudah diinkubasi selama 24 jam diinkubator dengan
temperatur 37°C. Dengan pewarnaan khusus Neisser terlihat bakteri
berbentuk batang yang mempunyai granula metakromatik.
Lapor kepada dokter dengan segera bila dijumpai hasil yang positif
agar pasien segera diberikan anti diphteri serum (ADS). Kewaspadaan Dini (SINYAL):
Jika ditemukan 1 tersangka difteri dengan demam >38oC, gejala
laringitis, nasofaringitis, atau tonsilitis ditambah pseudo membrane
putih keabuan yang tidak mudah lepas dan mudah berdarah di faring,
laring, dan tonsil.
72 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 73

Pengambilan Spesimen: Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:


• Usap tenggorok dan nasofarings dengan menggunakan lidi kapas Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
steril, kemudian masukkan aplikator tersebut ke dalam tabung ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
steril berisi media transpor Amies pada suhu ruang. Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
melalui fax/e-mail/pos/SMS.
Penanganan dan Pengiriman Spesimen:
- Melakukan pelabelan pada tabung sesuai prosedur.
12. TERSANGKA PERTUSIS (BATUK REJAN)
- Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,
Pertusis merupakan penyakit menular infeksi saluran napas yang
pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.
banyak menyerang anak-anak yang disebabkan oleh Bordetella pertusis
- Sampel segera dikirim ke laboratorium pemeriksa sebelum 24
mengakibatkan batuk yang hebat dan berkepanjangan sampai sesak
jam.
napas dan dapat berakibat fatal.
Prosedur Pemeriksaan Laboratorium: Bordetella pertusis merupakan suatu bakteri berbentuk kokobasilus
a. Spesimen usap tenggorok/usap nasofarings dikultur pada media yang bersifat Gram-negatif.
cystein selektif tellurite Agar Darah. Ada tiga jenis Bordetella yang patogen terhadap manusia, yaitu
b. Corynebacterium diphtheriae dapat diisolasi dari koloni berwarna Bordetella bronchiseptica, Bordetalla pertusis, dan Bordetella
kelabu atau hitam sesudah diinkubasi selama 24 jam diinkubator parapertusis.
dengan temperatur 37oC.
c. Dengan pewarnaan khusus Neisser dan Albert terlihat bakteri
berbentuk batang; bila dikultur dalam media Loeffler akan nampak
granula metakromatik.

Catatan: Penanganan spesimen harus dilakukan dalam Biosafety


Cabinet Class II.
74 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 75

Algoritma Tersangka Pertusis Pengambilan Spesimen:


Bahan pemeriksaan untuk kultur B.pertusis adalah apusan nasofarings
dengan memasukkan lidi dacron kecil lewat hidung ke nasofarings
posterior dan membiarkannya selama 10-30 detik, kemudian tarik dan
langsung dimasukkan ke dalam tabung berisi medium transpor, yaitu
1% asam amino dalam phosphate buffered saline.
Penanganan dan Pengiriman Spesimen:
• Melakukan pelabelan pada tabung sesuai prosedur.
• Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,
pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.
Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:
a. Pemeriksaan serologi
- Tes antibodi fluoresen langsung (DFA= direct fluoresent antibody)
pada apusan sekret nasofarings yang bermanfaat untuk diagnosa
cepat.
- Tes antibodi tidak banyak membantu diagnosis dini. Titer aglutinin
yang tinggi (>1:512) merupakan petunjuk infeksi baru.
b. Kultur bakteri
- Merupakan pemeriksaan baku emas (gold standard). Bordetella
pertusis merupakan bakteri yang sukar tumbuh (fastidious),
sehingga biakan negatif tidak menyingkirkan diagnosis Pertusis
terutama pada keadaan epidemi. Juga bila sudah diberikan
antibiotik sebelumnya akan menyebabkan hasil kultur negatif.
Angka isolasi bakteri paling tinggi pada masa 3-4 minggu awal
Kewaspadaan Dini (SINYAL): penyakit.
Jika ditemukan kasus pada anak-anak dengan batuk lebih dari 2 c. Polymerase chain reaction (PCR)
minggu disertai dengan batuk yang khas (terus-menerus/paroxysmal),
napas dengan bunyi “whoop” dan kadang muntah setelah batuk.
76 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 77

Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium: Algoritma Pemeriksaan Laboratorium Tersangka AFP


Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
melalui fax/e-mail/pos/SMS.

13. AFP (LUMPUH LAYUH MENDADAK)


AFP adalah suatu gejala dari beberapa penyakit-penyakit, termasuk
poliomyelitis, Guillain-Barre Sindrom, Transverse Myelitis, penyakit-
penyakit neurologis lain, dan trauma.
Poliomyelitis adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh infeksi
virus Polio, mengakibatkan reaksi peradangan di dalam sistem saraf
pusat, sehingga menimbulkan kelumpuhan yang bersifat layuh (AFP =
Acute Flacid Paralyse). Spesimen harus ditangani secara aseptik dalam
biosafety cabinet kelas II. Spesimen harus dikirim ke laboratorium
rujukan untuk diagnosis.
Dua spesimen tinja (masing-masing 5-10 g) harus dikumpulkan dari
penderita yang dicurigai dengan interval 24 jam ke dalam pot tinja
yang bersih, steril dan kering. Spesimen dalam lemari pendingin
(2-8oC) tahan selama 2-3 hari (selama transportasi yang singkat) atau
dibekukan pada -20oC (tahan beberapa bulan).
Virus ini bisa juga diisolasi dari apus tenggorok atau CSF.

Kewaspadaan Dini (SINYAL):


Jika ditemukan 1 kasus lumpuh layuh mendadak, bukan disebabkan
oleh ruda paksa/trauma pada anak < 15 tahun.
78 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 79

Pengambilan Spesimen: Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:


Pengambilan spesimen dilakukan 2x: Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
a. Pertama: tinja (± 5-10 g) dikumpulkan dari penderita yang dicurigai ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
ke dalam pot tinja yang bersih, steril dan kering. Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
melalui fax/e-mail/pos/SMS.
b. Kedua: spesimen tinja diambil lagi dari penderita yang sama
setelah 24 jam dari pengambilan yang pertama.
Penanganan dan Pengiriman Spesimen: 14. KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES
- Spesimen tinja dimasukkan ke dalam wadah pot yang bersih, Rabies atau penyakit anjing gila adalah suatu penyakit menular yang
transparan dan kering, dengan sendok tertempel pada tutup menyerang sistem syaraf manusia dan binatang berdarah panas dan
dan bertutup ulir diluar, segera dikirim ke Laboratorium Rujukan berakibat fatal. Penyebabnya adalah single stranded RNA virus dari
Nasional Polio (Jakarta, Bandung, Surabaya) dalam cool box (2-8oC) golongan Rhabdoviridae. Semua spesimen harus dikumpulkan secara
atau sebelum dikirim disimpan sementara dalam temperatur hati-hati baik penanganan maupun pengirimannya dan harus sesuai
(2-8oC). Pengiriman harus sampai ke laboratorium tidak boleh prosedur tetap.
lebih dari 3 hari. Gejala Stadium Prodromal (demam, mual, malaise/lemas), atau
- Melakukan pelabelan pot tinja sesuai prosedur. kasus dengan gejala Stadium Sensoris (rasa nyeri, rasa panas disertai
- Spesimen dalam lemari pendingin (2-8oC) tahan selama 2-3 hari kesemutan pada tempat bekas luka gigitan, cemas dan reaksi berlebihan
(segera dikirimkan). terhadap rangsangansensorik). Untuk pengambilan, penanganan dan
pemeriksaan spesimen rabies (hewan) dilakukan oleh Laboratorium
- Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,
Veteriner. Apabila ditemukan kasus gigitan hewan terindikasi rabies
pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.
maka harus dilakukan koordinasi dengan dinas peternakan setempat
- Tuliskan alamat lengkap Laboratorium Rujukan Nasional untuk
untuk pengambilan, penanganan dan pemeriksaan spesimen rabies
polio (Jakarta, Bandung, Surabaya).
(hewan)
Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:
Kewaspadaan Dini (SINYAL):
Pemeriksaan spesimen AFP mengikuti SOP yang telah ditentukan oleh
Jika ditemukan kasus gigitan hewan yang terindikasi rabies, yaitu kasus
pedoman dari WHO di laboratorium rujukan nasional untuk polio.
gigitan hewan (anjing, kucing, tupai, monyet, kelelawar) yang dapat
• Pemprosesan spesimen menularkan rabies pada manusia.
• Isolasi dan identifikasi virus
Pengambilan Spesimen:
• Diagnosa ITD (Intratypic differentiation) polio virus: RT-PCR dan
Pengambilan spesimen pada manusia tidak perlu dilakukan.
Sekuensing
80 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 81

Penanganan dan Pengiriman Spesimen: Algoritma Spesimen Anthrax


Penanganan spesimen pada manusia tidak perlu dilakukan.
Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:
Untuk pemeriksaan sampel laboratorium hewan, harus dilakukan
koordinasi dengan balai laboratorium veteriner.
Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
melalui fax/e-mail/pos/SMS.

15. TERSANGKA ANTHRAX


Penyakit anthrax merupakan penyakit yang endemis di daerah
peternakan dan pertanian. Di Indonesia penyakit antraks ditemukan
sejak tahun 1832 dan setiap tahun kasusnya bervariasi antara 20-55
kasus, dimana yang banyak dijumpai adalah anthrax kulit dan saluran
pencernaan.
Penularan anthrax pada manusia terjadi apabila endospora anthrax
yang bisa hidup sampai puluhan tahun masuk ke dalam tubuh
manusia melalui tiga cara, yaitu pertama bersentuhan dari hewan yang
terinfeksi atau produk hewan tersebut seperti kulit dan bulu, kedua
melalui pernapasan (inhalasi) dan ketiga dengan memakan hewan
yang terinfeksi anthrax.
Etiologinya adalah Bacillus anthracis, bakteri besar Gram positif,
bersifat aerob, berkapsul, non-motile, mempunyai kemampuan untuk
membentuk spora dan toksin, berukuran 1–1,5 µm hingga 3–10 µm,
non-hemolitik pada agar darah domba, tumbuh pada suhu 37oC dengan
gambaran seluler joint bamboo-rod dan membentuk gambaran koloni
curled hair yang unik.
82 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 83

Kewaspadaan Dini (SINYAL): dahulu selama ± 30 menit pada suhu ruang agar serum terpisah
Jika ditemukan pasien dengan tersangka anthrax: Cutaneous/kulit, secara alami dari endapan darah untuk menghindari hemolisis,
Digestive/saluran pencernaan, atau Inhalasi/paru di Puskesmas/ kemudian tabung disentrifus. Kurang lebih 2-3 ml serum akan
RS dengan gejala: mual, pusing, muntah, tidak nafsu makan, suhu dapat diperoleh dan dimasukkan ke dalam cryotube.
badan meningkat, muntah berwarna cokelat atau hitam, buang air Spesimen darah 10 ml untuk kultur darah dimasukkan dalam
besar berwarna hitam, sakit perut yang sangat hebat/melilit (setelah media pengaya kultur darah.
mengkonsumsi daging yang terinfeksi anthrax; untuk anthrax saluran e. Cairan cerebrospinal 0,5 ml, dapat diambil bila terdapat gejala
pencernaan) atau lesi pada kulit berupa jaringan nekrotik berbentuk meningitis.
ulsera yang ditutupi oleh kerak berwarna hitam, kering yang disebut
Penanganan dan Pengiriman Spesimen:
Eschar (pathognomonik). Jaringan di sekitarnya membengkak, dan lesi
gatal tetapi agak terasa sakit (setelah terkena daging yang terinfeksi - Pada spesimen usap/swab dimasukkan dalam media transpor
anthrax). bakteri pada suhu ruang.
- Sesegera mungkin dikirim ke laboratorium pemeriksa (dalam 24
Pengambilan Spesimen:
jam) pada suhu 2-8oC.
a. Untuk pemeriksaan tersangka anthrax kulit:
- Tetapi jika spesimen belum bisa langsung dikirimkan pada hari
Diambil usap/swab dari lesi di kulit dan dibuat apusan pada gelas
yang sama, spesimen harus disimpan di dalam lemari pendingin
obyek (2-3 slide). Spesimen yang diambil:
paling lama 2 hari pada suhu 2-8oC kecuali spesimen usap.
• Stadium vesikuler  cairan vesikula yang belum pecah
- Melakukan pelabelan pada vial berisi serum/slide usap lesi kulit
• Stadium Eschar  jaringan di bawah Eschar dari bagian tepinya sesuai prosedur.
• Stadium ulcer  usap bagian ulcus - Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,
b. Untuk pemeriksaan tersangka anthrax digestive: pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.
Usap dari lesi di orofaring, usap dubur, tinja segar (5 gram) dalam Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:
wadah steril.
Semua pemeriksaan harus dilakukan di laboratorium dengan fasilitas
c. Untuk pemeriksaan tersangka anthrax inhalasi: minimum Biosafety Level II (BSL II). Pemeriksaan laboratorium untuk
Cairan pleura, cairan bronchial 1 ml dalam wadah steril. menunjang diagnosis penyakit anthrax dilakukan :
d. Spesimen darah diambil sebelum diberikan terapi antibiotika. a. Secara morfologis dengan pewarnaan Gram untuk spesimen lesi
Kurang lebih 5 ml darah vena diambil secara aseptik dengan syringe kulit (Anthrax cutaneous/kulit).
atau VacutainerTM Serum sebisa mungkin langsung dipisahkan dari b. Secara kultur-isolasi bakteriologik dan identifikasi agen penyebab.
darah (whole blood) kurang dari 60 menit. Tabung darah didiamkan
84 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 85

c. Secara serodiagnostik (melalui uji Ascoli). lebih berat dapat mengakibatkan gagal ginjal akut dan pendarahan
d. Dengan cara mengukur antibodi yang ada dalam serum penderita, pada paru-paru. Ada 2 phase dalam perkembangan penyakit ini,
yaitu dengan teknik ELISA untuk kasus antraks pencernaan dan yaitu fase akut atau fase septikemik sekitar seminggu setelah infeksi,
anthrax inhalasi. diikuti oleh produksi antibodi pada fase imun. Diagnosis awal dan
kemampuan untuk membedakan leptospirosis dari penyakit-penyakit
Untuk pemeriksaan sampel laboratorium hewan, harus dilakukan
lainnya sangat penting untuk mencegah perburukan yang berakibat
koordinasi dengan balai laboratorium veteriner.
pada kematian.
Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
Algoritma Pemeriksaan Tersangka Leptospirosis
Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
melalui fax/e-mail/pos/SMS.

16. TERSANGKA LEPTOSPIROSIS


Leptospirosis merupakan salah satu penyakit emerging zoonosis yang
tersebar luas di seluruh dunia, disebabkan oleh bakteri Leptospira sp.
Bakteri ini endemik pada hewan liar dan hewan peliharaan yang dapat
berperan sebagai reservoir, walaupun tikus dan jenis rodensia lainnya
merupakan hewan penular yang terpenting melalui sekresi urinnya.
Penularan ke manusia dapat terjadi melalui kontak dengan tanah,
tanaman, air yang terkontaminasi, atau tidak sengaja bersentuhan
dengan cairan tubuh hewan yang terkontaminasi. Melalui adanya luka/
lecet pada kulit atau membran mukosa, bakteri Leptospira sp masuk ke
dalam aliran darah.
Pada manusia, manifestasi klinis penyakit ini mirip dengan pada
dengue, riketsia, malaria dan hepatitis. Kriteria suspek dapat diketahui
dengan demam akut ≥38,5oC, dengan sakit kepala hebat disertai
myalgia, malaise, dan conjunctival suffusion dengan disertai kontak
atau terpapar faktor risiko. Gejala spesifik pada leptospirosis adalah
conjunctival suffusion, nyeri betis dan jaundis akut. Pada kasus yang
86 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 87

Kewaspadaan Dini (SINYAL): Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:


Jika ditemukan kasus penyakit dengan gejala demam akut ≥38,5oC, • Rapid diagnostic test (Lateral Flow) untuk melihat IgM (dilakukan 5
dengan atau tanpa sakit kepala hebat disertai myalgia, malaise, dan atau 6 hari setelah onset).
atau conjunctival suffusion disertai kontak atau terpapar faktor resiko • Kultur bakteri dan PCR.
(hewan terinfeksi atau lingkungan yang tercemar bakteri Leptospira
Untuk konfirmasi dilakukan pemeriksaan MAT (microscopic
dalam 2 minggu sebelumnya).
agglutination test) (gold standard) di laboratorium rujukan.
Pengambilan Spesimen:
Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
• Spesimen darah diambil sebelum diberikan terapi antibiotika.
Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
5-10 ml darah vena kasus dewasa diambil dengan menggunakan
ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
syringe atau sistem VacutainerTM dan 3-5 ml darah vena anak-anak
Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
menggunakan wing needle.
melalui fax/e-mail/pos/SMS.
• Darah langsung langsung diproses untuk menghasilkan serum.
Serum dialiquot ke dalam paling sedikit 2 cryotube untuk beberapa
17. TERSANGKA KOLERA
jenis pemeriksaan laboratorium.
Kolera merupakan penyakit yang disebabkan oleh Vibrio cholera dan
Penanganan dan Pengiriman Spesimen:
ditandai oleh diare akut (lebih dari 10 kali dalam 24 jam) dengan
• Melakukan pelabelan pada cryotube berisi serum sesuai prosedur. konsistensi tinja sangat cair seperti air cucian beras dan bau yang
• Sesegera mungkin dikirim ke laboratorium pemeriksa (dalam 24 sangat khas. Penyakit ini paling sering menimbulkan KLB/wabah di
jam) atau jika masih dalam proses menunggu, simpan pada 2-8oC Indonesia.
di lemari pendingin.
• Tetapi jika belum bisa langsung dikirmkan pada hari yang sama,
spesimen sera harus disimpan di dalam freezer (-20oC) sebelum
dikirim ke laboratorium pemeriksa.
• Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,
pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.
88 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 89

Algoritma Pemeriksaan Laboratorium Tersangka Kolera Pengambilan Spesimen:


• Tinja segar (stool) 2-3 gram, dimasukkan ke dalam wadah steril.
Usap dubur (rectal swab) menggunakan kapas lidi steril.
• Usap dubur diambil dengan pasien dalam posisi Sim. Kapas lidi
steril dimasukkan ke dalam rektum, melewati sphincter, putar
secara perlahan, tarik dan langsung dimasukkan ke dalam tabung
berisi media transport Cary & Blair/Amies.
• Selain itu, spesimen lingkungan dapat diambil seperti sumber air
yang dipakai untuk konsumsi. Dimasukkan ke dalam wadah steril.
Penanganan dan Pengiriman Spesimen:
• Melakukan pelabelan pada wadah tinja dan tabung Cary & Blair/
Amies sesuai prosedur.
• Spesimen tinja segar segera dikirim ke laboratorium pemeriksa
dalam waktu 2 jam (jika jarak laboratorium mikrobiologi
kabupaten/kota relatif dekat dan terjangkau dengan kendaraan
darat) di dalam cool box/styrofoam box.
• Pada spesimen usap dubur, jika spesimen belum akan dikirim/
diperiksa pada hari yang sama, simpan tabung di dalam lemari es
(2-8oC) sampai saat akan dikirimkan ke laboratorium pemeriksa.
• Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,
Kewaspadaan Dini (SINYAL):
pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.
Jika ditemukan kasus penderita menjadi dehidrasi berat karena diare
• Pengiriman harus dilakukan dalam 1-3 hari.
akut cair secara tiba-tiba (biasanya disertai muntah dan mual), tinjanya
cair seperti air cucian beras.
90 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 91

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium: Algoritma Pemeriksaan Laboratorium Klaster Penyakit yang


a. Kultur bakteri Vibrio cholera. Tidak Lazim
b. Uji biokimia.
c. Uji serotipe Inaba, Ogawa, atau Non-O1 (seperti Vibrio cholera
0139).
Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
melalui fax/e-mail/pos/SMS.

18. KLASTER PENYAKIT YANG TIDAK LAZIM


Kewaspadaan dini (SINYAL) adalah kondisi ditemukannya tiga atau
lebih kasus/kematian dengan gejala sama di dalam satu kelompok
masyarakat/desa dalam satu periode waktu yang sama (kurang lebih
7 hari), yang tidak dapat dimasukkan ke dalam definisi kasus penyakit
yang lain.
92 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 93

Kewaspadaan Dini (SINYAL): Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:


Jika ditemukan tiga atau lebih kasus/kematian dengan gejala sama Pemeriksaan disesuaikan dengan gejala klinis dan hasil penyelidikan
di dalam satu kelompok masyarakat/desa dalam satu periode waktu investigasi.
yang sama (kurang lebih 7 hari), yang tidak dapat dimasukkan ke dalam
Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
definisi kasus penyakit yang lain.
Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
Pengambilan Spesimen: ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Pengumpulan spesimen klinis sebanyak mungkin jenis sampel yang Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
dapat diambil (swab, sputum, serum, CSF, tinja, urine, dll), dan melalui fax/e-mail/pos/SMS.
spesimen lingkungan yang relevan dengan gejala klinis dan data
epidemiologi.
19. TERSANGKA MENINGITIS/ENCEPHALITIS
Penanganan dan Pengiriman Spesimen: Merupakan radang meningen yang disebabkan oleh bakteri. Diagnosis
- Bila gejala klinis dan data epidemiologi mengarah pada keracunan etiologi sangat penting untuk pengobatan pasien. CSF dari pasien-
makanan atau akibat zat kimia maka spesimen dari lingkungan pasien yang dicurigai menderita meningitis perlu segera diproses untuk
dapat diperiksa di laboratorium setempat. Bila belum mampu menentukan etiologik. Bakteri penyebab: Hemophilus influenzae type
untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium berdasarkan informasi b adalah yang paling umum penyebab meningitis pada anak-anak di
klinis dan data epidemiologi yang ada, maka spesimen dapat bawah 6 tahun. Di atas usia itu penyebabnya mungkin meningococcal
dirujuk ke laboratorium rujukan nasional (Badan Litbangkes). atau pneumococcal. Bakteri yang paling umum sebagai penyebab
- Melakukan pelabelan pada cryotube yang berisi spesimen sesuai meningitis akut adalah:
prosedur. • Streptococcus pneumoniae (concern WHO)
- Sesegera mungkin dikirim ke laboratorium pemeriksa (dalam 24 • Hemophilus influenzae (concern WHO)
jam). • Neisseria meningitidis (concern WHO) & concern SKDR 2012
- Tetapi jika belum bisa langsung dikirmkan pada hari yang sama, • Kelompok streptococci (S. agalactiae)
spesimen harus disimpan di dalam freezer (-20oC) sebelum dikirim
• Staphylococcus sp.
ke laboratorium pemeriksa.
• E. coli (pada neonates)
- Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,
pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.
94 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 95

Virus penyebab: Algoritma Pemeriksaan Tersangka Meningitis/Encephalitis


• Japanese encephalitis
Jamur penyebab:
• Cryptococcus neoformans
Spesimen CSF harus ditangani dan diproses di dalam safety cabinet
untuk menghindari kontaminasi dan penularan oleh bakteri penyebab
menigitis. Semua organisme yang tumbuh pada biakan CSF adalah
patogen pada manusia dan berpotensi wabah bila tidak ditangani
dengan benar. Deteksi DNA dengan Polymerase Chain Reaction dari
spesimen CSF (PCR jika tidak ada pertumbuhan pada medium TI),
dapat dilakukan di Laboratorium Rujukan.
96 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 97

Kewaspadaan Dini (SINYAL): • Melakukan pelabelan pada tabung sesuai prosedur.


• Jika ditemukan peningkatan kasus bermakna secara statistik • Spesimen yang sudah ditanam dalam medium TI segera dikirim
dalam minggu tertentu, dengan gejala khas yang didahului: ke laboratorium pemeriksa sesegera mungkin dalam waktu 24 jam
• Pada orang dewasa dengan demam yang tiba-tiba >38,5oC suhu karena kuman dalam spesimen CSF tidak dapat bertahan lama.
rektal atau 38oC suhu aksilar dan salah satu dari gejala berikut: Kuman meningokokus sangat rentan terhadap suhu rendah, sama
kaku kuduk, kesadaran menurun atau gejala meningeal lainnya. sekali tidak dibenarkan menyimpan bahan pemeriksaan ini pada
lemari pendingin.
• Pada anak-anak/bayi dengan demam yang tiba-tiba >38,5oC suhu
rektal atau 38oC suhu aksilar dan salah satu dari gejala berikut: kaku • Untuk pemeriksaan virologis spesimen CSF minimal 0,5 ml, segera
kuduk, atau leher yang tidak bisa digerakkan, tonjolan keluar di dikirim ke Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan pada suhu
bagian tengkorak (bulging fontanel), kejang, atau gejala meningeal 2-8oC maksimal 3 hari.
lainnya. • Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,
pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.
Pengambilan Spesimen:
• Pengiriman harus dilakukan dalam kurang dari 2 jam.
• Cairan Cerebro Spinal (CSF) diambil dengan metoda lumbal punksi
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ahli, secara aseptis, • Spesimen CSF harus ditangani dan diproses di dalam safety cabinet
sebanyak 0,5-1 ml. untuk menghindari kontaminasi dan penularan oleh bakteri
penyebab meningitis.
• Cairan langsung dimasukkan ke dalam 2 tabung steril yaitu:
• Serum dikirim pada suhu 2-8oC.
- Tabung berisi Trans-isolate (TI) media (media transport dan
media pertumbuhan). Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:
- Tabung tanpa media. Berdasarkan karakteristik dari CSF (bila keruh diperiksa ke arah bakteri,
• Spesimen darah dapat diambil bila: bila bening ke arah virus).
- Terdapat kontra indikasi pengambilan spesimen CSF Pewarnaan Gram dan pemeriksaan sitologi CSF.
- Bila dicurigai terjadi bakteremia • Rapid latex test untuk mengetahui NmW135 (serogroup dari
Neisseria meningitides yang paling sering menyebabkan KLB) pada
Diambil spesimen darah sebanyak 10 ml untuk dilakukan kultur. Serum
fase awal KLB.
minimum 1 ml dapat diambil untuk pemeriksaan antibodi (Japanese
encephalitis). • ELISA.
• Kultur dengan media Trans-isolate (TI) dan serogrup.
Penanganan dan Pengiriman Spesimen:
• Uji resistensi antibiotika.
• Spesimen dapat langsung diperiksa di laborotarium sesegera
mungkin (kurang dari 1 jam) pada suhu ruang.
98 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 99

Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium: Penyakit tetanus neonatorum biasanya baru memperlihatkan gejala-
Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk gejala tetanus pada hari ketiga setelah kelahiran. Hal ini disebabkan
ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas karena adanya masa inkubasi tetanus yang umumnya antara 3-12
Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL hari. Penyakit tetanus neonatorum terjadi mendadak dengan otot
melalui fax/e-mail/pos/SMS. yang makin bertambah terutama pada rahang dan leher. Dalam 48
jam penyakit menjadi nyata dengan adanya trismus. Tanda dan gejala
sebagai berikut:
20. TERSANGKA TETANUS NEONATORUM
a. Bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum (karena tidak dapat
Tetanus neonatorum disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang
mengisap).
masuk ke dalam tubuh bayi, melalui tali pusat yang dipotong dengan
b. Mulut mencucut seperti mulut ikan.
menggunakan alat yang tidak steril atau pada tali pusat yang dirawat
tidak steril. Awalnya bakteri masuk dalam bentuk spora. Kemudian c. Mudah terangsang dan sering kejang disertai sianosis.
bila di daerah potongan tali pusat tidak mengandung oksigen yang d. Kaku kuduk sampai opistotonus.
cukup, maka spora akan berkembang menjadi bentuk vegetatif yang e. Dinding Abdomen kaku, mengeras, dan kadang-kadang terjadi
dapat menghasilkan racun neorotoksin (tetanospasm). Toksin bersifat kejang.
neurotropik menyerang sistem saraf yang dapat menyebabkan
f. Dari berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik ke bawah,
kekakuan/ketegangan dan spasme otot. Kekakuan dimulai pada
muka rhisus sardunikus.
tempat masuknya kuman atau pada otot yang kecil seperti otot pipi/
g. Ekstermitas biasanya terulur atau kaku.
masseter disebut: trismus). Toksin tersebut dapat menghancurkan sel
darah merah dan merusak leukosit. h. Tiba-tiba bayi sensitif terhadap rangsangan, gelisah dan kadang-
kadang menangis lemah.
Jika toksin masuk ke sum-sum tulang belakang, maka terjadi kekakuan
yang makin berat pada anggota gerak, otot-otot bergaris di dada, perut i. Terjadi penurunan kesadaran.
dan timbul kejang seluruh tubuh, jika toksin mencapai sistem saraf Kewaspadaan Dini (SINYAL):
pusat. Toksin pada sistem saraf otonom juga berpengaruh, sehingga Jika ditemukan kasus bayi lahir hidup umur 3-28 hari sulit menyusu/
terjadi gangguan pada pernapasan, metabolisme, hemodonamika, menetek, mulut mencucu, dan disertai dengan kejang rangsang.
hormonal, saluran cerna, saluran kemih, dan neuromuskular,
Pengambilan Spesimen:
penyempitan jalan napas, hipertensi, gangguan irama jantung, demam
tinggi, merupakan penyulit akibat gangguan saraf otonom, yang dulu Tidak dilakukan pengambilan spesimen pada kasus tetanus
jarang dilaporkan karena penderita sudah meninggal sebelum gejala neonatorum, karena penegakan diagnosis cukup berdasarkan kondisi
timbul. klinis.
100 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 101

Penanganan dan Pengiriman Spesimen: Algoritma Pemeriksaan Tersangka Tetanus


Tidak perlu
Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:
Tidak perlu
Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
ditindak lanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
melalui fax/e-mail/pos/SMS.

21. TERSANGKA TETANUS


Tetanus adalah satu penyakit menular yang disebabkan oleh
neurotoksin (tetanospasmin) bakteri anaerob Clostridium tetani yang
ditandai oleh kejang otot (tidak disertai demam) di sekitar mulut,
rahang dan otot pernapasan sehingga kesulitan untuk dan bernapas.
Masa inkubasi antara 3-12 hari (rata-rata 8 hari) waktu dari timbulnya
gejala pertama sehingga terjadi kejang adalah 24-72 jam. Clostridium
tetani merupakan bakteri anaerob yang membentuk spora terminal
menyerupai bentuk tongkat, bersifat Gram positif. Spora resisten
terhadap pengeringan, panas, dan pasteurisasi yang tidak sempurna,
dapat dibunuh oleh autoclaving atau penggunaan larutan iodium 2%
atau gluteraldehyde selama 3 jam.

Kewaspadaan dini (SINYAL):


Jika ditemukan kasus dengan gejala kontraksi dan kekejangan otot
mendadak, dan sebelumnya ada riwayat luka.
102 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 103

Pengambilan Spesimen: Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
Spesimen luka diusap dengan lidi kapas steril atau diaspirasi dengan melalui fax/e-mail/pos/SMS. (Sumber: Tetanus Laboratory Case Definition
syringe dan dimasukkan ke dalam tabung steril berisi Stuart’s media (LCD) oleh The Public Health Laboratory Network)

transport atau 1 ml larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%) yang sudah


diinkubasi dalam gas pack jar > 4 jam untuk menghilangkan O2 atau 22. ILI (INFLUENZA-LIKE-ILLNESS)
dalam thioglycolate broth.
Influenza-like illness adalah penyakit gangguan pernapasan yang tidak
Penanganan dan Pengiriman Spesimen: spesifik yang ditandai oleh demam, kelelahan fisik, batuk, dan gejala
- Spesimen tidak boleh terpapar di udara lebih dari 5 menit karena lainnya yang umumnya sembuh adalam beberapa hari saja. Sebagian
tersangka bakteri penyebab infeksi bersifat anaerob. besar kasus ILI bukan disebabkan oleh virus influenza melainkan virus
jenis lain seperti rhino virus dan respiratory syncytial virus, adenovirus,
- Melakukan pelabelan pada cryotube berisi usap luka sesuai
dan virus-virus para influenza. Tetapi ILI dapat juga disebabkan oleh
prosedur.
beberapa jenis bakteri walaupun lebih jarang dibandingkan infeksi
- Sesegera mungkin dikirim ke laboratorium pemeriksa (dalam 24
oleh virus, seperti Legionella, Chlamydia pneumoniae, Mycoplasma
jam) pada suhu ruang.
pneumoniae, dan Streptococcus pneumoniae. Infeksi yang disebabkan
- Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir, virus influenza, RSV, dan beberapa jenis bakteri merupakan penyebab
pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur. penting ILI karena infeksi ini dapat berakibat pada komplikasi yang
Prosedur Pemeriksaan Laboratorium: lebih berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. Penyelidikan
Tetanus merupakan salah penyakit yang dapat ditegakkan dengan terhadap kasus ILI harus menggunakan kombinasi data epidemiologi
diagnosis klinis. Tetapi jika diperlukan konfirmasi laboratorium, uji dan data klinis (informasi tentang adanya kasus sejenis sebelumnya,
sebagai berikut dapat dilakukan: riwayat kontak, dll), dan jika perlu melakukan uji laboratorium untuk
menentukan penyebab pasti kasus ILI.
a. Isolasi dan identifikasi bakteri Clostridium tetani dengan metode
kultur bakteri pada agar darah. Untuk kewaspadaan dini, kriteria inklusi yang diterapkan adalah jika
ditemukan kasus dengan kondisi demam ≥38oC dan batuk dan/atau
b. Isolat bakteri kemudian diberi pewarnaan Gram untuk memastikan
sakit tenggorokan. Jika ada kasus dengan tambahan gejala lainnya,
morfologi sel vegetatif dan spora bakteri.
seperti muntah, sakit persendian, dll, tetap dimasukkan ke dalam
c. Uji biokimia.
kasus ILI sepanjang memenuhi kriteris inklusi tersebut di atas, kecuali
Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium: ada pembuktian laboratorium bahwa kasus tersebut bukan kasus ILI.
Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
104 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 105

Algoritma Tersangka Influenza Like Illness (ILI) tambahan gejala lainnya, seperti muntah, sakit persendian, dll, tetap
dimasukkan ke dalam kasus ILI sepanjang memenuhi kriteria inklusi
tersebut di atas, kecuali ada pembuktian laboratorium bahwa kasus
tersebut bukan kasus ILI.
Pengambilan Spesimen:
Spesimen sekret saluran napas, yaitu usap hidung (nasofarings) kiri
dan kanan dan usap tenggorok (orofarings).
a. Pengambilan usap hidung dengan cara memasukkan lidi dacron/
poliester steril ke dalam lubang hidung sejajar dengan rahang atas,
biarkan beberapa saat agar cairan hidung terserap dalam dacron,
putar tangkai dacron 1-2 x, berikan sedikit penekanan pada lokasi
yang diusap. Lakukan pada lubang hidung kiri dan lubang hidung
kanan. Segera masukkan spesimen usap hidung ke dalam vial
bertutup ulir (cryotube) berisi 2 ml media transport Hank’s BSS +
antibiotika. Patahkan tangkai plastik hingga cryotube dapat ditutup
dengan rapat.
b. Pengambilan spesimen usap tenggorok dengan melakukan usapan
pada bagian belakang farings dan derah tonsil dan hindarkan
menyentuh bagian lidah. Segera masukkan spesimen usap
tenggorok ke dalam cryotube berisi 2 ml media transport Hank’s
BSS + antibiotika. Patahkan tangkai plastik hingga cryotube dapat
ditutup dengan rapat.
Penanganan dan Pengiriman Spesimen:
• Melakukan pelabelan pada cryotube sesuai prosedur.
• Spesimen segera dikirim ke laboratorium pemeriksa dalam waktu
Kewaspadaan dini (SINYAL):
2 jam (jika jarak laboratorium mikrobiologi kabupaten/kota relatif
Ditemukan peningkatan kasus (1,5 kali atau lebih dibadingkan rata-rata dekat dan terjangkau dengan kendaraan darat) di dalam cool box/
kasus 3 minggu periode sebelumnya) dengan kondisi demam ≥38oC styrofoam box.
dan batuk, onset demam tidak lebih dari 7 hari. Jika ada kasus dengan
106 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 107

• Jika spesimen belum akan dikirim/diperiksa pada hari yang sama, 23. TERSANGKA HFMD (HAND, FOOT, AND MOUTH DISEASE)
simpan tabung di dalam lemari pendingin 2-8oC sampai saat akan Hand-foot-mouth disease (HFMD) adalah penyakit yang umum pada
dikirimkan ke laboratorium pemeriksa. bayi dan anak-anak di bawah 10 tahun, walau usia dewasa juga bisa
• Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir, berisiko terjangkit dari binatang peliharaan maupun tertular orang
pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur. yang sedang sakit. Penyebabnya adalah Enterovirus yang tergolong
• Pengiriman harus dilakukan dalam 1-3 hari. famili picornavirus yang memiliki 67 serotipe manusia, 3 serotipe
poliovirus, 23 serotipe Coxsackie virus A, 6 serotipe Coxsackie virus B,
Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:
31 serotipe Echovirus dan Enterovirus 68 sampai 71. Namun, penyebab
1. RT-PCR untuk deteksi virus influenza. yang paling sering ditemukan adalah Coxsackie virus A16. Penyebab
2. Isolasi virus influenza dengan kultur. yang menimbulkan KLB adalah Enterovirus 71.
Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium: Penyakit ini sudah menyebar ke seluruh dunia dan menjadi penyebab
Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk serius dari aseptic meningitis dan febris yang tidak diketahui
ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas penyebabnya pada bayi-bayi yang baru lahir. Periode inkubasi berkisar
Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL antar 3 sampai 6 hari. Virus paling banyak ditemukan di tenggorokan
melalui fax/e-mail/pos/SMS. dan dapat diisolasi dari tinja, karena umumnya cara penularan
entrovirus adalah melalui jalur fekal-oral. Kontak dengan bahan
terinfeksi yang berasal dari lendir tenggorokan, hidung, saliva dan
cairan luka lepuh, bahkan tinja, merupakan jalur transmisi yang sering
terjadi. Infeksi yang terjadi pada minggu pertama adalah yang paling
mudah menular.
Gejala umum HFMD adalah demam, sakit kepala, hilangnya nafsu
makan, sakit tenggorokan, ruam berupa makulopapular/vesikel di
telapak tangan, kaki, daerah yang tertutup pampers (pada bayi) yang
sakit jika kena sentuhan. Jika diperiksa lebih saksama, terdapat luka
seperti sariawan yang memerah di dalam area mulut, tenggorokan,
lidah dan tonsil. Umumnya HFMD dapat sembuh dengan sendirinya
tanpa perawatan medis yaitu antara 7-10 hari, tetapi attack ratenya
dapat mencapai 100% di kalangan anak-anak.
108 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 109

Algoritma Pemeriksaan Laboratorium Tersangka Hand Food and Kewaspadaan dini (SINYAL):
Mouth Disease (HFMD) Ditemukan kasus dengan kondisi demam 38-39oC dalam 3-7 hari, nyeri
telan, nafsu makan turun, muncul vesikel di rongga mulut dan atau
ruam di telapak tangan, kaki dan bokong. Biasanya terjadi pada anak
dibawah 10 tahun.
Pengambilan Spesimen:
• Pengambilan spesimen dilakukan di fasyankes.
• Tinja (stool) 2-3 gram, dimasukkan ke dalam wadah steril.
• Usap dubur (rectal swab) menggunakan dacron/kapas lidi steril
dengan tangkai plastik. Usap dubur diambil dengan pasien dalam
posisi Sim. Kapas lidi steril dimasukkan ke dalam rektum, melewati
sfingter, putar secara perlahan, tarik dan langsung dimasukkan ke
dalam tabung berisi media transport VTM.
• Vesikel swab diambil dengan lidi dacron steril pada vesikel, biarkan
beberapa saat agar cairan hidup terserap dalam dacron, putar
tangkai dacron 1-2x, berikan sedikit penekanan pada lokasi yang
diusap, dimasukkan dalam cryotube/tabung berisimedia transport
virus (VTM)
• Usap tenggorok diambil menggunakan lidi dacron steril dengan
tangkai plastik, dan dimasukkan ke dalam cryotube yang berisi
media transport virus (VTM).
Penanganan dan Pengiriman Spesimen:
• Spesimen dikirimkan ke laboratorium rujukan Badan Litbangkes
untuk dilakukan pemeriksaan.
• Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,
pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.
110 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 111

• Spesimen segera dikirim ke laboratorium pemeriksa dalam waktu


V
2 jam (jika jarak laboratorium mikrobiologi kabupaten/kota relatif
MANAJEMEN
dekat dan terjangkau dengan kendaraan darat) di dalam cool box/
LABORATORIUM
styrofoam box.
• Jika spesimen belum akan dikirim/ diperiksa pada hari yang sama,
simpan cryotube/tabung di dalam lemari es (2-8oC) sampai saat
akan dikirimkan ke laboratorium pemeriksa.
A. Peningkatan Kapasitas Laboratorium
• Pengiriman harus dilakukan sesegera mungkin dalam waktu 1-2
Dalam pelaksanaan pemeriksaan laboratorium penyakit yang
hari pada 2-8oC, menggunakan cool box/styrofoam box.
berpotensi KLB/wabah, diperlukan peningkatan kapasitas
Prosedur Pemeriksaan Laboratorium: laboratorium yang bermutu mulai dari ketersediaan sarana, prasana,
• Isolasi virus. alat, SDM, reagen dan bahan habis pakai, serta metode pemeriksaan
• Deteksi RNA dengan RT-PCR dilakukan di Laboratorium Rujukan sesuai dengan epidemiologi penyakit di wilayahnya masing-masing.
(Badan Litbangkes). Biaya operasional untuk mendukung penanggulangan penyakit
yang berpotensi KLB/wabah mulai dari pengambilan, penanganan,
Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
pengiriman sampai pemeriksaan sampel termasuk kebutuhan alat
Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk dan bahan harus terintegrasi dalam perencanaan laboratorium dan
ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas dapat diajukan ke pemerintah daerah setempat.
Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
melalui fax/e-mail/pos/SMS.
B. Pengembangan Jejaring
Kemampuan setiap laboratorium dalam melakukan pemeriksaan
*** penyakit berpotensi KLB/wabah tidak sama, maka diperlukan sistem
rujukan dalam jejaring laboratorium. Dinas Kesehatan kabupaten/
kota dan provinsi harus mengetahui kemampuan laboratorium
yang ada di wilayahnya sehingga dapat menjalankan sistem rujukan
secara berjenjang. Alur rujukan pemeriksaan mulai dari laboratorium
Puskesmas, laboratorium RS, laboratorium kabupaten/kota,
laboratorium provinsi, maupun ke laboratorium rujukan nasional
tertentu yang sesuai dengan jenis penyakitnya.
112 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 113

C. Jaminan Mutu dan Keamanan Laboratorium 6. Pengawasan pekerjaan sehari-hari, evaluasi pegawai secara
Laboratorium harus memastikan bahwa pelayanannya bermutu berkala, validasi pemeriksaan laboratorium
terhadap pasien, ketepatan dan pelaporan yang cepat. Suatu 7. Kemampuan laboratorium dalam memonitor dan mengevaluasi
laboratorium harus mempunyai program jaminan mutu yang dirancang penampilan secara keseluruhan dengan cara memberikan bahan
untuk memonitor dan mengevaluasi mutu dan hasil pemeriksaan yang pemeriksaan yang sama kepada analis sebagai bahan pemeriksaan
memadai. Hal ini dapat dicapai dengan menerapkan metode standar kedua atau dikirim ke laboratorium lain.
dalam pengambilan, pengiriman, dan pengolahan bahan pemeriksaan. 8. Pembuangan bahan pemeriksaan yang tepat.
Reagen yang baik (tidak kadaluarsa) dan peralatan yang berfungsi 9. Penggunaan prosedur-prosedur yang aman di dalam laboratorium
dengan baik sangat perlu untuk diperhatikan. dan pengembangan rencana penanganan terhadap percikan,
kebakaran, dan kasus-kasus darurat lainnya.
10. Pengendalian mutu internal dan eksternal laboratorium.
D. Pengendalian Mutu
• Pengendalian mutu internal termasuk pemantauan
Pengendalian Mutu merupakan pemantauan aktivitas laboratorium, mutu media, reagen, kalibrasi peralatan dan mutu hasil
merupakan suatu proses mulai dari pre-analitik, dengan menilai pemeriksaan.
kesegaran, mutu dan kecukupan dari spesimen-spesimen melalui • Dokumentasi pengendalian mutu sama pentingnya dengan
informasi tentang pengambilan, pengiriman dan metoda analisis kinerja laboratorium.
sampai pada post-analitik memberikan hasil pemeriksaan bermutu • Aktivitas pengendalian mutu eksternal termasuk pemeriksaan
dan dapat dipertanggungjawabkan. berkala oleh Badan yang bertanggung jawab untuk akreditasi
laboratorium dan proficiency tesing.
E. Indikator Kinerja 11. Tanggung jawab untuk monitoring efektivitas pelayanan
Indikator kinerja laboratorium untuk SKDR adalah sebagai berikut: laboratorium termasuk pemeriksaan nosokomial infeksi, sterilisasi
1. Laboratorium harus mampu untuk menyeleksi bahan pemeriksaan ruang dan peralatan operasi, bank darah, serta pelayanan dialisis.
serta mengidentifikasi spesimen yang tepat.
2. Penggunaan tanda terima dari laboratorium untuk meminta hasil F. Data Manajemen
analisis. Data manajemen termasuk sistem pencatatan, sistem pelaporan,
3. Pengembangan SOP. penyimpanan dokumen pencatatan dan pelaporan maupun spesimen
4. Tata ruang, lingkungan dan jumlah pegawai laboratorium yang pemeriksaan, serta prosedur-prosedur yang digunakan dan hasil
memadai. pemeriksaan adalah sangat penting. Dokumen harus mencakup
5. Pelatihan dan upgrading berkelanjutan bagi keterampilan- seluruh aktivitas laboratorium, sistem pencatatan dan pelaporan
keterampilan karyawan.
114 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 115

serta sistem arsiparis. Dokumen pencatatan prosedur pemeriksaan,


VI
uji mutu serta kalibrasi peralatan harus dievaluasi setiap tahun dan
PENUTUP
diperbaharui, walaupun tidak terdapat perubahan. Sistem Informasi
kearsipan dan penyimpanan serta pemusnahan spesimen serta bahan
lainnya perlu terus dikembangkan.

***
Dalam pengendalian penyakit menular terutama untuk penyakit
yang berpotensi wabah memerlukan sistem yang baik untuk dapat
mendeteksi sinyal/peringatan dini adanya ancaman terjadi KLB. Bila
KLB dapat dicegah, maka biaya untuk menangani masalah penyakit
dapat berkurang. Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon memerlukan
kerjasama antara Dinas kesehatan maupun puskesmas serta dukungan
dari laboratorium dengan kapasitas yang memadai. Diperlukan juga
koordinasi antara petugas laboratorium yang mendukung sistem ini
dengan petugas surveilan dalam mendeteksi dan menanggapi indikasi
KLB. Pengetahuan tentang gejala penyakit, kemampuan petugas dalam
pengambilan, penanganan spesimen yang baik, serta pemeriksaan
laboratorium yang bermutu dan sesuai dengan prosedur akan sangat
menentukan status dari sinyal/peringatan dini suatu penyakit yang
ada. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah
Untuk Laboratorium Rujukan yang direkomendasikan WHO dapat
diterapkan dalam rangka penguatan jejaring laboratorium penyakit
berpotensi wabah serta penanganan sinyal untuk mencegah terjadinya
KLB.

***
116 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 117

KEPUSTAKAAN

1. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi, Ditjen 7. Pedoman Pengamanan Virus Polio Liar di Laboratorium, Ditjen
Pelayanan Medik, Depkes RI, 2003. Bina Pelayanan Medik, Depkes RI, 2009.
2. Pedoman Pemeriksaan Mikrobiologi untuk Pencegahan Infeksi di 8. Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar
Sarana Kesehatan, Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI, 2005. Biasa Penyakit Menular dan Keracunan Pangan, Ditjen P2PL, 2011.
3. Pedoman Jejaring Pelayanan Laboratorium Kesehatan, Ditjen 9. Pedoman Pengendalian Hepatitis Virus, Ditjen PP&PL, Kemenkes
Pelayanan Medik, Depkes RI, 2006. RI, 2012.
4. Pedoman Penanganan Spesimen Tinja pada Kasus Acute Flaccid 10. Pedoman Pengendalian Demam Chikungunya, Ditjen P2PL,
Paralysis, Ditjen Bina Pelayanan Medik, Depkes RI, 2007. Kemenkes RI, 2012.
5. Pedoman Praktik Laboratorium Kesehatan yang Benar, Ditjen Bina 11. Algoritma Diagnosis Penyakit dan Respon Serta Format Penyelidikan
Pelayanan Medik, Depkes, 2008. Epidemiologi, Ditjen P2PL, Kemenkes RI, 2012.
6. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit 12. Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon, Ditjen P2PL,
dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, Ditjen Bina Pelayanan Kemenkes RI, 2012.
Medik, Depkes RI, 2009.
***
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai