net/publication/327574815
CITATIONS READS
0 6,521
8 authors, including:
Kambang Sariadji
National Helath research development of indonesia
11 PUBLICATIONS 6 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Vivi Setiawaty on 11 September 2018.
Pedoman
Pemeriksaan Laboratorium
Penyakit Berpotensi Wabah dalam Mendukung
Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon
CDC - USAID
• Esther PERAN LABORATORIUM DALAM SISTEM KEWASPADAAN
DINI DAN RESPON 10
Perhimpuan Ahli Mikrobiologi Indonesia
• Budiman Bella PROSEDUR UMUM LABORATORIUM 13
A. Prosedur Pengambilan, Penanganan, serta Pemeriksaan di Laboratorium
PARKI
terhadap Spesimen Berpotensi Wabah 14
• Agnes
B. Prosedur Pelabelan, Pengemasan, dan Pengiriman 26
Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi
C. Sistem Pelaporan 28
Kalimantan Barat
D. Daftar Penyakit-Penyakit yang Diprioritaskan Berpotensi KLB 28
Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi
Jawa Barat E. Algoritma Pemeriksaan Penyakit Potensi Wabah 30
vi
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 1
I
P E N D A H U LU A N
sampai dengan 2012 Indonesia telah mengembangkan SKDR di 21 18. Klaster Penyakit yang tidak lazim
provinsi. Pemantauan evaluasi SKDR tahun 2012 menunjukkan adanya 19. Tersangka Meningitis/Ensefalitis
kesenjangan antara sinyal peringatan dini yang dideteksi dan dukungan
20. Tersangka Tetanus Neonatorum
laboratorium untuk konfirmasi. Oleh karena itu, adanya kebutuhan
21. Tersangka Tetanus
untuk meningkatkan kapasitas laboratorium untuk mendukung SKDR
dan meningkatkan kerjasama dan koordinasi antara staf laboratorium 22. ILI (Influenza Like Illness)
dan petugas surveilans untuk mendeteksi dan menanggapi indikasi 23. Tersangka HFMD (Hand, Foot and Mouth Disease).
KLB melalui peringatan dini yang muncul dalam sistem. Adapun jenis
penyakit atau gejala yang ada dalam SKDR adalah sebagai berikut: Pada SKDR, sebagian besar penyakit potensial KLB di atas diagnosanya
berdasarkan gejala dan tanda-tanda klinis, sehingga suspect atau
1. Diare Akut tersangka perlu dibuktikan melalui pemeriksaan laboratorium. Oleh
2. Malaria Konfirmasi karena itu, laboratorium sangat penting perannya dalam sistem ini.
3. Tersangka Demam Dengue
4. Pneumonia B. Tujuan
5. Diare Berdarah atau Disentri Tujuan Umum: Sebagai acuan laboratorium dalam melaksanakan
SKDR untuk penyakit berpotensi KLB/wabah.
6. Tersangka Demam Tifoid
7. Sindrom Jaundis Akut Tujuan Khusus:
8. Tersangka Chikungunya 1. Peningkatan kapasitas laboratorium
9. Tersangka Flu Burung pada Manusia 2. Penguatan jejaring laboratorium
10. Tersangka Campak 3. Mendukung pengendalian penyakit berpotensi KLB/wabah
11. Tersangka Difteri
12. Tersangka Pertussis C. Sasaran dan Ruang Lingkup
13. Acute Flacid Paralysis (AFP)/Lumpuh Layuh Mendadak Sasaran dalam kegiatan ini dapat dicapai melalui:
14. Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) 1. Pengembangan strategi yang memperkuat surveilans penyakit
15. Tersangka Anthrax menular;
16. Tersangka Leptospirosis 2. Kerja sama antara klinisi dan laboratorium untuk mendapatkan
17. Tersangka Kolera penanganan spesimen, diagnosis dan pengobatan yang cepat dan
lebih baik;
4 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 5
A. Pengertian
***
Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) merupakan salah satu
sistem surveilans yang dibuat untuk tujuan:
Dengan demikian, petugas secara cepat dan efektif melakukan Untuk kategori penyakit Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang
verifikasi, respon cepat, penyelidikan epidemiologi, pencegahan, Meresahkan Dunia/Public Health Emergency of International Concern
penanggulangan terhadap tanda atau sinyal peringatan dini adanya (PHEIC) seperti flu burung dan MERS-CoV, hasil pemeriksaan dari
indikasi KLB. laboratorium nasional dikirim ke Direktorat Jenderal PP&PL.
Unit Pelapor
B. Alur Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon
Sumber pelapor dalam SKDR di komunitas/masyarakat adalah
fasyankes. Fasyankes mengirimkan laporan SKDR secara berkala
satu minggu sekali melalui SMS secara berjenjang sampai ke tingkat
kabupaten. Data diterima di Kabupaten/Kota yang selanjutnya dientri
dan dianalisa secara rutin seminggu sekali untuk melihat sinyal
peringatan dini penyakit potensial KLB.
Alert atau Sinyal Peringatan Dini Melakukan tindakan pengendalian awal dengan segera meliputi:
Alert atau sinyal peringatan dini adalah tanda yang dihasilkan adanya • Tatalaksana kasus
peningkatan kasus melebihi nilai ambang batas maupun bermakna • Pengendalian infeksi
secara statistik. Sinyal peringatan dini ini secara otomatis muncul • Pencarian kontak kasus
dalam aplikasi SKDR. Alert yang muncul harus diverifikasi dan dinilai • Pengendalian lingkungan
apakah perlu turun ke lapangan untuk penyelidikan epidemiologi • Mobilisasi sosial
maupun pengambilan spesimen untuk konfirmasi laboratorium. • Komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat.
Persiapan pemeriksaan ml. Untuk pasien-pasien yang lebih muda jumlah spesimen yang
Setiap saat spesimen dikumpulkan oleh petugas di lapangan, perlu: diambil setengah dari dewasa.
- Membuat pengaturan lebih lanjut dengan penerima spesimen
Petunjuk umum untuk pengambilan spesimen biakan darah:
termasuk investigasi, keperluan untuk ijin impor jika ada transpor
1) Desinfeksi kulit dengan kapas alkohol dan lakukan pengambilan
ke luar negeri.
darah secara aseptik.
- Membuat pengaturan lebih lanjut dengan pembawa spesimen
2) Desinfeksi tutup dari botol biakan darah dengan alkohol dan
agar yakin bahwa pengiriman akan diterima sesuai dengan alat
suntikkan spesimen ke dalam botol bifasik atau Trypticase soy
transportasinya.
broth (atau Brainheart infusion) dengan perbandingan 1 : 10
- Memperhatikan peraturan penerbangan domestik perihal (darah : medium).
Biosafety. Tergantung usia anak volume darah dapat diambil sebanyak 3-5
- Menghindari kedatangan spesimen diakhir pekan bila mungkin dan ml dan dimasukkan ke dalam 30 ml media pengaya atau 7-10 ml
menghindari perubahan dalam transpor jika mungkin. darah ke dalam 70 ml media pengaya untuk orang dewasa.
1) Botol kultur yang berisi darah diinkubasi pada 35-37oC selama 2. Spesimen dari luka, jaringan, abses, aspirat, dan drainage
7-21 hari (Salmonella sp. akan tumbuh dalam 7 hari dan a. Prosedur pengambilan
Brucella sampai 3 minggu). Spesimen Jaringan atau cairan diambil dari lokasi infeksi/bengkak.
2) Periksa setiap hari untuk melihat adanya pertumbuhan. Jaringan harus disimpan dalam wadah yang steril bermulut
lebar dan bertutup ulir dan segera dikirim ke laboratorium. Agar
Tanda-tanda pertumbuhan berupa kekeruhan, perubahan
jaringan tidak kering dapat ditambahkan cairan isotonik (NaCl
warna darah, atau timbulnya gas.
fisiologis).
3) Jika terdapat tanda pertumbuhan, selanjutnya ditanam pada
lempeng Medium Agar: Spesimen purulen diambil dengan lidi kapas atau diaspirasi
menggunakan spuit lalu ditaruh dalam 1 ml cairan garam
a) Lempeng Agar Darah (berisi 5% butir-butir darah merah
fisiologis (yang sudah diinkubasi dalam anaerobic jar >4
domba),
jam untuk mengeliminasi oksigen) atau dalam thioglycolate
b) Coklat Agar (CHOC),
broth. Jika diperlukan isolasi anaerob, cairan diambil dengan
c) MacConkey (MAC), diinkubasi pada 35-37oC selama 18-24 alat suntik, kemudian sampel dimasukkan ke dalam media
jam. thioglycholate atau jarum ditusukkan ke dalam karet atau
4) Terhadap koloni yang tumbuh pada agar dilakukan pengecatan sumbat untuk mencegah masuknya udara. Sampel yang telah
Gram. dikumpulkan dimasukkan ke dalam anaerobik jar dan masukkan
5) Lakukan identifikasi bakteri lebih lanjut terhadap koloni yang gaspak anaerob ke dalamnya. Disarankan kultur anaerob
tumbuh. dilakukan ditempat pengambilan sampel dan sampel dibawa ke
Pengujian selanjutnya untuk identifikasi bakteri lakukan sesuai laboratorium dalam anaerobik jar.
bagan (mengacu pada prosedur pemeriksaan bakteriologi b. Prosedur penanganan
klinik). Jika penyebab infeksi dicurigai bakteri anaerob, spesimen tidak
Hasil pemeriksaan oleh laboratorium diverifikasi oleh petugas boleh terpapar udara lebih dari 5 menit. Untuk pemeriksaan
laboratorium kemudian divalidasi oleh penanggung jawab mikrobiologi, direkomendasikan pengambilan spesimen
laboratorium. sebanyak mungkin dan ditanam ke dalam media sebelum 2 jam.
Untuk pemeriksaan virus, maka swab lesi dimasukkan ke dalam
wadah yang sudah berisi virus transport medium (VTM) steril.
18 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 19
analisa mikrobiologi, tetapi jika spesimen hanya satu tabung 5. Spesimen saluran pernapasan
maka pemeriksaan mikrobiologi dilakukan yang pertama. Tabung a. Prosedur pengambilan
dibuka di laboratorium secara aseptik dan selanjutnya spesimen Spesimen dari saluran pernapasan bagian atas (pharyng dan
diambil untuk pemeriksaan kimia, serologi, dan sitologi. nasopharyng) serta dahak harus disimpan dalam tempat yang
steril, tertutup dan diolah dengan segera. Pengambilan bahan
b. Prosedur penanganan
dapat menggunakan, kapas lidi steril. Bahan diambil dengan cara
Biakan cairan otak harus dilaksanakan segera karena organisme
mengapus daerah tonsil dan faring posterior jangan menyentuh
di dalam CSF bersifat mudah mati dan jumlahnya sangat sedikit.
lidah dan uvula. Spesimen harus segera ditanam, jangan dibiarkan
Sebagai media transport dan media pertumbuhan cairan otak,
lebih dari 4 jam.
direkomendasikan Trans-Isolate medium (TIM). Untuk isolasi
virus, sebagian dari CSF diambil secara aseptik dan dikirim dalam b. Prosedur penanganan
keadaan beku dengan dry ice, sedangkan untuk pemeriksaan Untuk pemeriksaan virologis (flu burung, campak, dll), spesimen
antibodi (JE-IgM antibodi), CSF dapat dikirim dengan cool swab nasopharyng atau swab pharyng harus dimasukkan dalam
box (suhu 2-8oC). Untuk pemeriksaan bakteriologis, jangan wadah yang berisi VTM steril. Dikirim ke laboratorium dalam
menyimpan CSF dalam refrigerator, CSF harus segera dikirim ke keadaan dingin (cool box, 2-8oC).
laboratorium untuk diproses, karena mikroorganisme akan cepat
c. Prosedur pemeriksaan di laboratorium
mati. Sedangkan untuk pemeriksaan virologis, CSF harus disimpan
Hasil pemeriksaan dari spesimen saluran pernapasan harus
dalam refrigerator atau dalam freezer (untuk penyimpanan yang
diinterpretasikan secara hati-hati karena adanya flora normal
lebih lama).
dan sering terjadinya infeksi nosokomial.
c. Prosedur pemeriksaan di laboratorium Penyebab radang tenggorok paling umum adalah S. pyogenes
Dua tabung dari CSF yang pertama digunakan untuk pemeriksaan (Streptococcus grup A), Staphylococcus aureus dan Streptococcus
virus. Tabung kedua digunakan untuk pemeriksaan bakteri viridans tertentu. Banyak bakteri Gram-negatif yang dapat diisolasi
dan jamur. CSF mungkin hanya berisi sedikit mikroorganisme, seperti Legionella sp., Pseudomonas sp., Bordetella pertussis,
direkomendasikan untuk dikonsentrasikan dengan cara Hemophilus sp., dan Corynebacterium diphtheriae.
disentrifus. Sedimen disuspensikan kembali dengan beberapa
Pemilihan media berdasarkan penyakit yang dicurigai. Media
tetes supernatan dan digunakan untuk biakan serta pemeriksaan
diinkubasi secara aerob dengan penambahan 5-10% CO2 (kuman
mikroskopis. Semua mikro organisme yang tumbuh dari biakan ini
tertentu).
potensial patogen. Direkomendasikan untuk menginokulasikan
1) Media Rutin:
spesimen dengan segera ke dalam Trans-Isolate Medium
a) Agar cokelat untuk Hemophilus dan Neisseria sp. (dengan
(TIM), yang digunakan sebagai medium transport dan media
catatan bahwa Neisseria terdapat juga pada carier).
pertumbuhan pada waktu yang sama.
24 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 25
b. Prosedur penanganan 2) Masukkan ke dalam plastik dan tutup agar kedap air dan udara.
Masukkan ke dalam cool box (suhu 2-8oC) dan segera diperiksa 3) Masukkan spesimen yang sudah siap kirim ke dalam cool box/
(<24 jam). styrofoam berisi ice-pack secukupnya.
c. Prosedur pemeriksaan di laboratorium 4) Masukkan lembaran rujukan spesimen yang sudah dilengkapi
• Pewarnaan Gram (lihat lampiran 7 pada “Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini dan
• Biakan dalam media yang disesuaikan dengan etiologi yang Respon”) kirim ke dalam cool box/styrofoam.
dicurigai.
5) Bungkus cool box/styrofoam box dengan kertas coklat yang agak
tebal.
B. Prosedur Pelabelan, Pengemasan, dan Pengiriman 6) Tulisan alamat lengkap laboratorium yang dituju dan nama
petugas penanggung jawab laboratorium yang dituju beserta
1. Pelabelan
nomor telepon yang dapat dihubungi.
Pemberian label pada kontainer dan tabung menggunakan stiker
anti-air, atau ditulis menggunakan spidol anti-air. Informasi yang 3. Pengiriman
harus ada di setiap label: Pengiriman harus dilakukan secepatnya (paling lama 24 jam).
1) Nomor spesimen Sebelum mengirim spesimen harus ada:
2) Nama pasien 1) Perjanjian atau persetujuan yang telah dibuat antara pengirim,
pembawa dan penerima spesimen termasuk format permintaan
3) Usia pasien
pemeriksaan maupun laporan hasil pemeriksaan yang akan
4) Jenis kelamin pasien
digunakan.
5) Alamat pasien
Pada kegiatan surveilans format baku demikian pada umumnya
6) Jenis spesimen (rectal swab, darah, urine, dll) sudah tersedia di Dinas Kesehatan setempat.
7) Lokasi spesimen (darah vena, darah perifer, hidung, dll) 2) Konfirmasi dari laboratorium penerima bahwa siap untuk
8) Tanggal dan jam pengambilan spesimen (contoh: Tanggal menerima spesimen.
20/03/13 jam 08.00 WIB). 3) Bila spesimen tiba di luar jam kerja, maka petugas laboratorium
2. Pengemasaan harus diberitahukan agar siap menerima spesimen.
Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir, pastikan Apabila spesimen dikirimkan ke luar negeri untuk pelayanan
spesimen dipersiapkan terlebih dahulu: kesehatan harus disertai surat keterangan alih material dengan
1) Tutup kontainer dan tutup tabung lapisi dengan parafilm untuk tembusan ke Dinas Kesehatan setempat.
mencegah kebocoran dalam perjalanan.
28 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 29
C. Sistem Pelaporan
3 Tersangka demam Puskesmas/RS Rumah Sakit
Hasil pemeriksaan laboratorium dengue setempat
Hasil pemeriksaan laboratorium untuk Kewaspadaan Dini penyakit
menular berpotensi wabah selain disampaikan kepada dokter 4 Pneumonia RS Laboratorium
Provinsi
yang mengirim unt uk kepentingan diagnosa, juga dilaporkan
secara berkala sesuai ketentuan kepada Direktorat Jenderal 5 Diare berdarah RS Laboratorium
P2PL Kementerian Kesehatan melalui Dinas Kesehatan setempat atau disentri Provinsi
menggunakan format baku yang telah disepakati untuk kegiatan
6 Tersangka demam Puskesmas/RS Laboratorium
surveilans.
tifoid Provinsi/Rumah
Pada kasus-kasus maupun program khusus nasional seperti AFP, Sakit setempat
Flu Burung, TB, Campak, kegiatan pemeriksaan maupun laporan
Sindrom jaundis RS Laboratorium
hasil pemeriksaan harus mengikuti Pedoman Nasional yang telah
7 akut (hepatitis A Provinsi
ditetapkan. dan E)
Pada keadaan terjadi peningkatan kasus bermakna dan hasil
Tersangka Laboratorium
pemeriksaan laboratorium mendukung keadaan klinis pasien, 8 RS
chikungunya Provinsi
laboratorium harus pro-aktif melaporkan dengan segera kepada
petugas Dinas Kesehatan setempat yang bertanggung jawab dan 9 Tersangka flu Laboratorium Balitbangkes
berkompeten untuk segera ditindak lanjuti. burung pada Rujukan flu
manusia burung
SK Nasional: RSUP
16 Tersangka RS/ Lab Provinsi
Kariadi Semarang,
leptospirosis
B2P2VRP Salatiga
(Balai Besar
Penelitian dan
Pengembangan
Vektor dan
Reservoir Penyakit)
Kewaspadaan Dini (SINYAL): menggunakan media transport, harus sudah diperiksa dalam 2
Jika ditemukan peningkatan kasus (1,5 kali dibadingkan rata-rata kasus jam) di dalam cool box/styrofoam box.
3 minggu periode sebelumnya) dengan kondisi buang air besar lebih • Jika spesimen tidak dapat dikirim pada hari yang sama, simpan
dari 3 kali dalam 24 jam dan konsistensi tinja yang encer atau diare tabung di dalam lemari es (2-8oC) atau suhu ruang sampai saat
sehingga dalam waktu singkat tubuh kehilangan cairan (dehidrasi), akan dikirimkan secepatnya ke laboratorium pemeriksa.
dengan atau tidak disertai adanya demam dan muntah.
Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:
Pengambilan Spesimen: a. Jika kecurigaan penyebab Sinyal peringatan dini diare adalah
• Tinja cair (stool) dari pasien atau carrier 2-3 gram, dimasukkan ke bakteri maka pemeriksaan dilakukan dengan kultur.
dalam tabung/kontainer steril bertutup ulir. Usap dubur (rectal b. Jika kecurigaan penyebab Sinyal peringatan dini diare adalah
swab) menggunakan kapas lidi steril. parasit (Giardia intestinalis, dan Cryptosporidium parvum).
• Usap dubur diambil dengan pasien atau carrier dalam posisi Sim. c. Jika kecurigaan penyebab Sinyal peringatan dini diare adalah
Kapas lidi steril dimasukkan ke dalam rektum, melewati sfingter virus (Rotavirus dan Norovirus) lakukan pemeriksaan PCR (bila
ani, putar secara perlahan, tarik dan langsung dimasukkan ke diperlukan, untuk konfirmasi dapat dilakukan di laboratorium
dalam tabung berisi media transport universal (Cary & Blair/Amies rujukan yang ditunjuk).
media untuk tersangka bakteri atau Hank’s media untuk tersangka d. Jika kecurigaan penyebab Sinyal peringatan dini diare adalah
virus). keracunan makanan, maka spesimen diperiksa dengan metode
• Muntahan dapat diambil (untuk kecurigaan keracunan makanan) kultur bakteri untuk beberapa uji terhadap bakteri penyebab
dimasukkan ke dalam wadah steril. intoksikasi (Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, V. cholera,
• Selain itu spesimen lingkungan dapat diambil seperti sumber air Shigella sp., E. coli, Salmonella typhi, dll).
yang dipakai untuk konsumsi, serta makanan dan minuman yang
dicurigai. Dimasukkan ke dalam wadah steril. Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
Penanganan dan Pengiriman Spesimen: ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
• Pemberian label pada wadah dan tabung media transport sesuai Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
prosedur. melalui fax/e-mail/pos/SMS.
• Spesimen segera dikirim ke laboratorium pemeriksa dalam waktu
24 jam (jika jarak laboratorium mikrobiologi kabupaten/kota
relatif dekat dan terjangkau dengan kendaraan darat dan tidak
34 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 35
Kewaspadaan Dini (SINYAL): - Buat larutan pewarnaan dari campuran Giemsa stack 3 tetes
Jika ditemukan peningkatan kasus (1,5 kali dibandingkan rata-rata dengan 1 ml larutan pH 7,2.
kasus 3 minggu periode sebelumnya) dengan gejala demam >37,5oC - Setelah preparat kering, teteskan Giemsa hingga menutupi semua
disertai mengigil, berkeringat, sakit kepala di puskesmas/rumah sakit darah, biarkan 15 menit.
dan dikonfirmasi hasil laboratorium malaria positif.
- Bilas dengan air mengalir.
Khusus untuk daerah yang sudah memasuki tahap eliminasi, maka 1
- Letakan sediaan dalam posisi vertikal dan biarkan mengering
kasus sudah merupakan sinyal KLB.
- Baca preparat dengan mikroskop binokuler.
Di daerah yang masih dalam tahap pemberantasan dan pre-eliminasi,
jika terjadi peningkatan kasus malaria konfirmasi maka dilakukan Mass Untuk pemeriksaan darah tipis
Fever Survey (MFS) (Pemeriksaan Demam Massal) untuk memastikan • Tujuan: digunakan untuk menemukan parasit malaria.
apakah benar KLB. MFS dilakukan dengan mengambil darah seluruh • Langkah kerja:
orang demam di unit epidemiologi tempat peningkatan kasus tersebut - Bersihkan ujung jari dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering.
(desa atau dusun) untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopik ataupun - Tusuk jari dengan lancet, darah pertama dihapus dengan tisu.
RDT. - Teteskan darah pada objek gelas.
Dinyatakan KLB jika dari hasil MFS didapatkan 20% yang positif. - Dengan objek gelas lain, darah tadi dihapus ke arah kiri.
- Biarkan sediaan kering sendiri.
Pengambilan Spesimen: - Fiksasi dengan methanol, biarkan kering sendiri.
Untuk pemeriksaan darah tebal - Setelah kering tetesi dengan giemsa.
• Tujuan: Preparat darah tebal digunakan untuk melihat apakah tipe/ - Biarkan 15 menit.
jenis malarianya.
- Cuci dengan air mengalir.
• Langkah kerja:
- Amati dengan mikroskop binokuler (100x) dengan minyak emersi.
- Bersihkan ujung jari dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering.
- Tusuk jari dengan lancet, darah pertama dihapus dengan tissue. Untuk pemeriksaan dengan RDT
Darah vena dapat digunakan untuk membuat sediaan pemeriksaan
- Kemudian ambil tetes darah dengan cara memutar objek gelas
malaria, tetapi setelah diambil dengan menggunakan syringe/
pada jari.
wing needle, darah dimasukkan ke dalam tabung darah tanpa
- Biarkan preparat ±15 menit sampai kering. antikoagulan.
38 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 39
• Tetapi jika belum bisa langsung dikirimkan pada hari yang sama, Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium :
spesimen serum harus disimpan di dalam freezer (-20oC) sebelum Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
dikirim ke laboratorium pemeriksa, sementara tabung darah ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
disimpan pada suhu 2-8oC. Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
• Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir, melalui fax/e-mail/pos/SMS.
pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.
4. PNEUMONIA
Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:
Infeksi pernafasan akut (ISPA) diperkirakan telah menyebabkan 4,2 juta
a. Pemeriksaan laboratorium penunjang untuk tersangka DBD adalah
kematian per tahun di seluruh dunia, kebanyakan disebabkan oleh
pemeriksaan darah rutin, dimana dijumpai penurunan jumlah
infeksi pernapasan bawah, yaitu penumonia. Yang banyak terjangkit
trombosit (<100.000/µL) dan juga leukosit (trombositopenia
adalah anak-anak, kaum manula, dan pasien immunocompromised.
dan leukopenia), hematokrit meningkat (naik >20%), enzym
Setengah dari kematian terjadi pada anak-anak di bawah 5 tahun dan
transaminase hati meningkat (SGOT dan SGPT), kadar albumin
di negara-negara berpendapatan rendah, pneumonia merupakan
menurun, elektrolit sering terjadi gangguan keseimbangan.
lima penyebab teratas kematian. Streptococcus pneumoniae dan
b. Pemeriksaan ICT rapid di fasyankes setempat untuk memeriksa
Haemophilus influenzae type b (Hib) diperkirakan menjadi setengah
antigen NS1 (demam hari 1-3) dan pemeriksaan IgM-IgG (demam
penyebab kematian akibat SARI (Severe Acute Respiratori Infection)
hari 3-7) untuk mengetahui adanya infeksi akut virus.
tertutama di negara-negara berkembang di mana bakteri-bakteri
c. Uji ELISA (Enzyme Link Immuno Assay) IgM-IgG DBD. Infeksi dengue tersebut merupakan jenis patogen terpenting yang ditemukan
dapat dibedakan sebagai infeksi primer atau sekunder dengan pada bayi dan awal masa anak-anak. Selain itu, Staphylococcus
menentukan rasio limit antibodi dengue IgM terhadap IgG. Dengan aureus, Mycoplasma pneumonia, Chlamydia pneumonia, Legionella
cara uji antibodi dengue IgM dan IgG, uji tersebut dapat dilakukan pneumophilla, Respiratory syncytial virus, Rhinovirus, Influenza A, B and
hanya dengan menggunakan satu sampel darah (serum) saja, yaitu C merupakan beberapa jenis bakteri dan virus penyebab pneumonia
darah akut sehingga hasil cepat didapat. yang umum ditemukan di negara-negara berkembang.
d. Identifikasi virus dengue dengan pemeriksaan Polymerase Chain
Reaction (PCR), digunakan untuk mengetahui genotipe dari virus
dengue ini (DEN-1, DEN-2, DEN-3 DEN-4).
44 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 45
needle diambil dan dimasukkan ke dalam tabung darah bertutup Spesimen yang dibekukan dan akan dikirim ke laboratorium
karet merah tanpa zat anti koagulan. rujukan harus di pertahankan dalam keadaan beku sampai
Darah kasus dewasa langsung diproses untuk menghasilkan serum. laboratorium rujukan.
Serum dialiquot ke dalam paling sedikit 2 cryotube untuk beberapa jenis - Spesimen tersangka Streptococcus pneumoniae harus dikirim
pemeriksaan laboratorium. Darah kasus anak-anak dipisah menjadi 2 sesegera mungkin bila akan dilakukan pemeriksaan kultur
bagian : 2 ml darah langsung dipipet dan dimasukkan ke dalam media dan disimpan pada suhu ruang atau menggunakan media
kultur darah sementara sisa darah diproses untuk menghasilkan transport apabila pemeriksaan dilakukan lebih dari 2 jam setelah
serum. Jika memungkinkan serum dialiquot ke dalam 2 cryotube untuk pengambilan spesimen.
beberapa jenis pemeriksaan laboratorium. - Bila akan dilakukan pemeriksaan mikroskopik, molekuler atau
• Tinja (bila dicurigai penyebabnya Anthrax) 1-2 gram dapat diambil imunologi, spesimen dapat disimpan pada suhu 2-8oC.
pada minggu pertama, kedua atau ketiga dari masa onset, - Spesimen tersangka infeksi virus disimpan dalam lemari pendingin
dimasukkan ke dalam wadah steril. dengan suhu 2-8oC (1-2 hari).
• Urine (bila dicurigai penyebabnya Legionella) dapat diambil
• Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,
dimasukkan ke dalam wadah steril.
pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.
• Pengambilan spesimen lingkungan dapat dilakukan sesuai dengan
• Spesimen lingkungan dikirim dalam wadah steril ke laboratorium
sumber penularan yang dicurigai (sesuai etiologi pneumonia,
rujukan yang telah ditentukan, bekerja sama dengan Dinas
contoh: untuk Legionella dapat diperiksa spesimen air bak
Kesehatan.
penampungan, air buangan AC, air dari alam, dll).
Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:
Penanganan dan Pengiriman Spesimen:
1. Pemeriksaan Gram (harus dilanjutkan dengan kultur) untuk
• Melakukan pelabelan pada cryotube berisi serum sesuai prosedur.
spesimen saluran napas bawah, BAL, dan urine.
• Sesegera mungkin dikirim ke laboratorium pemeriksa (dalam 24
2. Kultur bakteri spesimen saluran napas bawah, tinja, dan urin.
jam).
3. Kultur bakteri penyebab pneumonia dengan sistem kultur darah
• Tetapi jika belum bisa langsung dikirimkan pada hari yang sama
otomatis terhadap spesimen darah kasus anak-anak.
ke laboratorium pemeriksa, spesimen disimpan dalam lemari
4. Pemeriksaan uji sensitivitas pada kultur yang positif dengan diskus
pendingin dengan suhu 2-8oC (1-2 hari), atau disimpan di dalam
terhadap beberapa jenis antibiotika.
freezer (-20oC) jika pengiriman baru akan dilakukan >2 hari
kemudian. 5. RT-PCR pada spesimen usap tenggorok dan usap hidung/usap
nasofarings (pada tersangka infeksi virus).
48 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 49
6. Uji Hemaglutinasi Inhibisi (HI) pada spesimen sera, uji Algoritma Spesimen Diare Berdarah atau Disentri
imunofluoresence dari spesimen saluran napas dilakukan di
laboratorium rujukan.
7. Pemeriksaan antigen/antibodi terhadap kuman spesifik (rapid
tes).
Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
melalui fax/e-mail/pos/SMS.
tidak enak badan, sakit kepala, pusing serta kejang otot perut dapat Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:
menyebabkan kematian dan berpotensi wabah. • Kultur bakteri Shigella sp, Salmonella sp. menurut standar
pemeriksaan mikrobiologi.
Pengambilan Spesimen:
• Tinja cair (stool) 2-3 gram, dimasukkan ke dalam wadah steril • Kultur Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC), Enteroinvasive
bertutup ulir. Escherichia coli (EIEC) menurut standar pemeriksaan mikrobiologi.
• Usap dubur (rectal swab) menggunakan kapas lidi steril. • Sediaan langsung untuk pemeriksaan amoeba.
Usap dubur diambil dengan pasien dalam posisi Sim. Kapas lidi Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
steril dimasukkan ke dalam rektum, melewati sfingter, putar secara Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
perlahan, tarik dan langsung dimasukkan ke dalam tabung berisi ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
media transport universal (Cary & Blair/Amies). Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
• Muntahan dapat diambil (untuk kecurigaan keracunan makanan) melalui fax/e-mail/pos/SMS.
dimasukkan ke dalam wadah steril.
Selain itu spesimen lingkungan dapat diambil seperti sumber air
yang dipakai untuk konsumsi, serta makanan dan minuman yang 6. TERSANGKA DEMAM TIFOID
dicurigai. Dimasukkan ke dalam wadah steril. Demam Tifoid adalah satu infeksi/peradangan akut sistemik
Penanganan dan Pengiriman Spesimen: disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini termasuk juga demam
• Melakukan pelabelan pada kontainer dan tabung sesuai prosedur. paratifus yang disebabkan oleh Salmonella paratyphi (A, B, atau C).
• Spesimen segera dikirim ke laboratorium pemeriksa dalam waktu Gejala khas dari penyakit ini didahului oleh gastroentritisis akut dan
24 jam (jika jarak laboratorium mikrobiologi kabupaten/kota diikuti demam, anoreksia, sakit kepala, rasa tidak enak badan, rasa
relatif dekat dan terjangkau dengan kendaraan darat dan tidak dingin, batuk dan mual.
menggunakan media transport, harus sudah diperiksa dalam 2 Salmonella typhi merupakan bakteri Gram-negatif berbentuk batang,
jam) di dalam cool box/styrofoam box. bersifat fakultatif anaerob, oksidase negatif, motil (dengan flagela
• Jika spesimen belum akan dikirim/diperiksa pada hari yang sama, peritrichous), tidak meragi laktose, urease negatif, indol negatif, tidak
simpan tabung atau kontainer tinja di dalam lemari es (2-8oC) berkapsul, dan tidak membentuk spora.
sampai saat akan dikirimkan ke laboratorium pemeriksa.
• Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,
pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.
52 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 53
• Widal tes 2x memakai produk (kit) yang sama dan dilihat adanya untuk Hepatitis A akut adalah Anti HAV-IgM yang diperiksa dengan
serokonversi atau peningkatan sebesar 4x kenaikan titer fase metode ImmunoComb Anti HAV-IgM ataupun dengan metode ELISA
konvalesen (5-7 hari setelah pengambilan serum fase akut) IgM-Anti HAV. Pemeriksaan PCR dapat dilakukan untuk mengetahui
dibanding fase akut. sumber penyebab penularan.
• Pemeriksaan Ig M dengan menggunakan RDT/EIA atau pemeriksaan
Inhibitor Magnetic Binding Immunoassay (IMBI). Algoritma Pemeriksaan Laboratorium Sindrom Jaundis Akut
• Bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan PCR.
Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
melalui fax/e-mail/pos/SMS.
Kewaspadaan Dini (SINYAL): • Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,
Jika ditemukan peningkatan kasus bermakna secara statistik dalam pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.
minggu tertentu, timbul secara mendadak (<14 hari) ditandai dengan Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:
demam, kelelahan, anoreksia (tidak nafsu makan) dan gangguan
a. Pemeriksaan Anti HAV IgM (rapid/EIA);
pencernaan (mual, muntah, kembung) dapat ditemukan pada awal
b. Anti HEV IgM (rapid/EIA)
penyakit. ± 1 minggu, beberapa penderita dapat mengalami gejala
kuning disertai gatal (ikterus), buang air kecil berwarna seperti teh, dan Pemeriksaan untuk leptospira melihat algoritma leptospira.
tinja berwarna pucat. Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
Pengambilan Spesimen: Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
• Pengambilan spesimen darah diambil pada kasus dan carrier. ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
• 5-10 ml darah vena kasus dewasa diambil dengan menggunakan
melalui fax/e-mail/pos/SMS.
syringe atau sistem VacutainerTM dan 3-5 ml darah vena anak-anak
menggunakan wing needle.
• Darah langsung langsung diproses untuk menghasilkan serum. 8. TERSANGKA CHIKUNGUNYA
Serum dialiquot ke dalam paling sedikit 2 cryotube untuk beberapa Penyakit Chickungunya adalah penyakit menular yang disebabkan
jenis pemeriksaan laboratorium. oleh infeksi virus chikungunya, menyerang pada semua umur, dengan
• Selain itu spesimen lingkungan dapat diambil seperti sumber air gejala spesifik panas dan ngilu pada seluruh sendi badan. Masa inkubasi
yang dipakai untuk konsumsi, serta makanan dan minuman yang 3-12 hari, kemudian diikuti dengan panas dan ngilu pada sendi, dan
dicurigai. Dimasukkan ke dalam tabung/kontainer steril bertutup biasanya sakit pada bokong dan tulang sangat berat sehingga pasien
ulir. tidak bisa bergerak.
Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk A. aegypti. Virus
Penanganan dan Pengiriman Spesimen:
berkembang biak dalam nyamuk kemudian berada di saliva, dan bila
• Melakukan pelabelan pada cryotube berisi serum sesuai prosedur.
nyamuk menggigit manusia maka virus yang ada di saliva nyamuk
• Sesegera mungkin dikirim ke laboratorium pemeriksa (dalam 24 masuk ke dalam tubuh manusia. Virus kemudian masuk ke dalam
jam). peredaran darah dan beredar ke dalam organ tubuh yang lainnya.
• Tetapi jika belum bisa langsung dikirimkan pada hari yang sama, Virus berada dalam darah selama 1-3 hari setelah infeksi, tapi kadang-
spesimen sera harus disimpan di dalam lemari pendingin 2-8oC, kadang masih dapat ditemukan sampai 1 minggu. Spesimen untuk
tidak lebih dari 7 hari. pemeriksaan isolasi virus chikungunya adalah darah/sera, yang
58 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 59
diambil 1 kali pada saat panas. Spesimen yang wajib diambil untuk Algoritma Pemeriksaan Laboratorium Tersangka Chikungunya
investigasi KLB chickungunya adalah darah/serum untuk dilakukan
pemeriksaan IgM antibodinya. Dengan diketahui adanya IgM antibodi
berarti diagnostik terjadi “recent infection” atau KLB yang terjadi benar
disebabkan oleh virus chikungunya.
Penyakit chikungunya dapat dicegah dengan membasmi nyamuk
Aedes. Sampai saat ini vaksin chikungunya belum ada. Yang dilakukan
program untuk mencegah meluasnya penyakit chikungunya hanyalah
kebersihan lingkungan yaitu untuk memberantas nyamuk dan jentik
nyamuk A. Aegypti.
Surveilans chikungunya adalah satunya cara untuk mendeteksi
secara dini adanya sirkulasi virus chikungunya di masyarakat. Akan
tetapi surveilans chikungunya belum ada programnya kecuali hanya
investigasi KLB saja. Investigasi dilakukan apabila ada laporan terjadi
KLB di suatu daerah tertentu, kemudian diambil spesimen darah/
serum untuk konfirmasi diagnosa laboratorium, apakah benar KLB
disebabkan oleh virus chikungunya.
Pemeriksaan rutin yang dilakukan dengan menggunakan RDT
dan pemeriksaan konfirmasi laboratorium lainnya adalah ELISA,
Haemaglutinasi Inhibisi (HI) test, isolasi virus dari darah, Reverse
transcriptase–polymerase chain reaction (RT–PCR).
60 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 61
Kewaspadaan Dini (SINYAL): - Tetapi jika belum bisa langsung dikirimkan pada hari yang sama,
Jika ditemukan peningkatan kasus bermakna secara statistik dalam spesimen harus disimpan di dalam lemari pendingin 2-8oC.
minggu tertentu, dengan gejala demam yang mendadak dengan nyeri - Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,
sendi, nyeri otot, sakit kepala, nausea, rasa lelah dan timbulnya bintik pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai
kemerahan pada kulit yang mirip gejala demam berdarah dengue. prosedur.
Pengambilan Spesimen: Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:
• Sedikitnya 7-10 ml darah dikumpulkan dari orang dewasa, dan 1. Sekurang-kurangnya salah satu di antara pemeriksaan berikut:
3-5 ml dari anak-anak secara aseptis menggunakan syringe atau 2. Uji cepat (RDT) dengan berbagai kit yang tersedia di laboratorium
teknik VacutainerTM. Darah dimasukkan ke dalam tabung tanpa zat Puskesmas/Rumah Sakit.
anti-beku darah (anti-koagulan). Whole blood digunakan untuk
3. Isolasi virus (bila diperlukan)
pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT).
4. Deteksi viral-RNA dengan PCR (bila diperlukan)
• Serum diambil dua kali, pertama pada saat akut (0-8 hari setelah
5. Serologis IgG dan IgM dengan ELISA (bila diperlukan)
onset), dan berselang 1-14 hari kemudian diambil kembali (serum
konvalesen). 6. Hemaglutinasi Inhibisi (bila diperlukan)
7. Sekuensing virus (bila diperlukan)
Penanganan dan Pengiriman Spesimen:
Keterangan: Jenis pemeriksaan no. 2-5 dilakukan di laboratorium propinsi
• Spesimen didiamkan pada suhu ruang selama 30-45 menit sampai
dan Balitbangkes, sedangkan no. 6 dan 7 dilakukan di Balitbangkes.
darah membeku.
• Serum dimasukkan ke dalam cryotube menggunakan pipet setril. Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
• Jika akan dilakukan beberapa jenis uji laboratorium, serum Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
langsung dialiquot ke dalam beberapa cryotube (jika ketersediaan ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
serum memadai) untuk menghindari proses pembekuan dan Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
pencairan berulang. melalui fax/e-mail/pos/SMS.
9. TERSANGKA FLU BURUNG PADA MANUSIA Algoritma Pemeriksaan Laboratorium Tersangka Flu Burung
pada Manusia
Flu burung atau Avian Influenza adalah penyakit menular pada hewan
yang disebabkan oleh virus yang biasanya hanya menginfeksi unggas
dan terkadang babi. Penyebabnya adalah virus influenza tipe A dan
dapat dibedakan menjadi banyak subtipe, berdasarkan petanda
berupa tonjolan protein pada permukaan sel virus.
Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis penyakit Avian Influenza
dapat dilakukan di laboratorium dengan fasilitas keamanan tingkat
2. Pemeriksaan dilakukan dengan PCR. Pemeriksaan PCR dilakukan
di jejaring laboratorium pemeriksa flu burung dan konfirmasi hasil
pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Rujukan Nasional (Pusat
Biomedis & Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes) Jakarta.
Bahan pemeriksaan yang diambil untuk pemeriksaan PCR adalah apus
hidung dan tenggorok, menggunakan kapas lidi steril dengan tangkai
dacron dan segera dimasukkan ke media transpor: Hank’s media.
64 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 65
Kewaspadaan Dini (SINYAL): spesimen berikutnya dapat dilakukan dalam selang waktu 1-2
Jika ditemukan 1 kasus tersangka flu burung yaitu panas ≥38oC, sesak hari.
napas/sulit napas, sakit tenggorokan, batuk dan ada riwayat kontak d. Bilasan bronchoalveolar (aspirasi trakheal atau cairan pleural).
dengan unggas sakit/mati mendadak atau produk unggas dalam 7 Setengah bagian cairan disenfrifus (dalam laboratorium BSL
hari. 2+) dan endapan selnya difiksasi dalam formalin. Sisa cairan
Pengambilan Spesimen: dimasukkan ke dalam botol steril bertutup ulir luar yang bagian
dalamnya terdapat cincin karet penahan agar tidak bocor.
Spesimen sekret saluran napas, yaitu usap hidung (nasofarings) kiri
dan kanan dan usap tenggorok (orofarings). Penanganan dan Pengiriman Spesimen:
a. Pengambilan usap hidung dengan cara memasukkan lidi dacron/ - Melakukan pelabelan pada cryotube berisi spesimen usap hidung,
poliester steril ke dalam lubang hidung sejajar dengan rahang atas, usap tenggorok dan serum sesuai prosedur.
biarkan beberapa saat agar cairan hidung terserap dalam dacron, - Sesegera mungkin dikirim ke laboratorium pemeriksa (dalam 24
putar tangkai dacron 1-2x, berikan sedikit penekanan pada lokasi jam).
yang diusap. Lakukan pada lubang hidung kiri dan lubang hidung
- Tetapi jika belum bisa langsung dikirimkan pada hari yang sama,
kanan. Segera masukkan spesimen usap hidung ke dalam vial
spesimen harus disimpan di dalam lemari pendingin 2-8oC kurang
bertutup ulir (cryotube) berisi 2 ml media transpor Hank’s BSS +
dari 48 jam.
antibiotika. Patahkan tangkai plastik hingga cryotube dapat ditutup
- Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,
dengan rapat.
pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.
Pengambilan spesimen dilakukan setiap hari selama 3 hari berturut,
hingga hasil RT-PCR negatif pada 3x pemeriksaan berturut-turut. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:
b. Pengambilan spesimen usap tenggorok dengan melakukan usapan 1. RT-PCR dengan menggunakan primer influenza yang sesuai.
pada bagian belakang farings dan derah tonsil dan hindarkan 2. Kultur virus jika hasil RT-PCR positif.
menyentuh bagian lidah. Segera masukkan spesimen usap 3. Uji Hemaglutinasi Inhibisi (HI) dengan darah kuda.
tenggorok ke dalam cryotube berisi 2 ml media transport Hank’s
4. Sekuensing virus influenza.
BSS + antibiotika. Patahkan tangkai plastik hingga cryotube dapat
ditutup dengan rapat. Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
c. Spesimen serum dimasukkan ke dalam cryotube dan tutup rapat.
ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Spesimen diambil pada saat fase akut dan jika memungkinkan,
Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
pengambilan spesimen fase konvalesens diambil 10-14 hari
melalui fax/e-mail/pos/SMS.
kemudian. Tetapi jika pasien sudah dalam fase kritis, pengambilan
66 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 67
10. TERSANGKA CAMPAK Penyakit campak dapat dicegah dengan vaksinasi. Ada 2 jenis vaksin
Penyakit campak atau Measles adalah penyakit menular yang yang dipakai, yaitu vaksin campak hidup dan yang inaktif (mati). Saat ini
disebabkan oleh infeksi virus campak dengan gejala panas, batuk, vaksin campak sudah digunakan oleh negara berkembang dan negara
pilek, radang mata, takut sinar dan rash, dengan komplikasi radang maju untuk imunisasi rutin. Vaksin campak dapat juga dikombinasi
selaput telinga dan bronchopneumonia. Penyakit campak terutama dengan vaksin untuk penyakit mump dan rubella, yaitu vaksin MMR.
menyerang pada anak balita. Penyakit ini ditularkan melalui saluran
pernapasan, yaitu melalui udara yang tercemar oleh virus campak Surveilans campak adalah satu-satunya cara untuk mendeteksi secara
atau kontak dengan anak yang terinfeksi virus campak. Virus masuk ke dini adanya sirkulasi virus campak di masyarakat. Sejak tahun 2000,
dalam saluran pernapasan anak kemudian berkembang biak dalam pemerintah Indonesia telah melaksanakan program eliminasi virus
kelejar limfe dan jaringan epitel mukosa. Virus dapat ditemukan di campak secara nasional dengan tujuan menurunkan kejadian KLB
cairan tubuh, air mata, throat swab (usap tenggorok), urine, dan darah. campak. Strategi eliminasi campak yang dilaksanakan pemerintah
Humoral antibodi (IgM) dapat dideteksi pada saat rash dan mencapai Indonesia adalah dengan peningkatan program imunisasi dan
puncaknya pada hari ke-10, sedangkan IgG terbentuk lebih lambat tapi investigasi KLB campak. Sejak tahun 2008, secara terbatas program
dapat bertahan lama. IgA juga dapat ditemukan pada cairan sekresi. juga melakukan surveilans campak untuk provinsi tertentu yang
disebut dengan case base surveilans aktif campak.
Spesimen untuk pemeriksaan isolasi virus campak adalah throat swab
atau urin anak, yang diambil 1 kali pada saat rash sampai 2 minggu
setelah rash. Spesimen paling baik diambil dalam waktu 14 hari setelah
gejala rash. Spesimen yang wajib diambil untuk investigasi KLB campak
adalah darah/serum untuk dilakukan pemeriksaan IgM antibodinya.
Dengan diketahui adanya IgM antibodi, berarti diagnostik terjadi “recent
infection” atau KLB yang terjadi benar disebabkan oleh virus campak.
68 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 69
Pengambilan Spesimen:
• Sedikitnya 1,5-2 ml serum dimasukkan ke dalam cryotube.
• Usap tenggorok diambil dengan lidi dacron steril dengan tangkai
plastik, dan dimasukkan ke dalam cryotube yang berisi 1,5 ml
media transpor virus (Hank’s BSS + Antibiotika).
• Diperlukan 10-50 ml urine dan ditampung pada wadah yang steril,
ditutup rapat lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diikat
kuat (saat yang optimal pengambilan sampel adalah hari 1-5 hari
timbulnya rash).
Penanganan dan Pengiriman Spesimen:
- Melakukan pelabelan pada tabung serum dan tabung berisi
spesimen usap tenggorok sesuai prosedur (no. epid, tanggal
demam, rash, dan tanggal ambil spesimen).
- Masukkan serum ke dalam cryotube dan melakukan pelabelan.
- Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,
pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.
Spesimen harus dikirim dengan es (2-8oC) dengan maksimum lama
pengiriman 2 hari. Tuliskan alamat lengkap Laboratorium Rujukan
untuk campak pada box/styrofoam kontainer.
Spesimen boleh disimpan dalam lemari es (bukan freezer)
maksimum 7 hari sebelum diperiksa laboratorium.
70 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 71
Kewaspadaan Dini (SINYAL): dahulu selama ± 30 menit pada suhu ruang agar serum terpisah
Jika ditemukan pasien dengan tersangka anthrax: Cutaneous/kulit, secara alami dari endapan darah untuk menghindari hemolisis,
Digestive/saluran pencernaan, atau Inhalasi/paru di Puskesmas/ kemudian tabung disentrifus. Kurang lebih 2-3 ml serum akan
RS dengan gejala: mual, pusing, muntah, tidak nafsu makan, suhu dapat diperoleh dan dimasukkan ke dalam cryotube.
badan meningkat, muntah berwarna cokelat atau hitam, buang air Spesimen darah 10 ml untuk kultur darah dimasukkan dalam
besar berwarna hitam, sakit perut yang sangat hebat/melilit (setelah media pengaya kultur darah.
mengkonsumsi daging yang terinfeksi anthrax; untuk anthrax saluran e. Cairan cerebrospinal 0,5 ml, dapat diambil bila terdapat gejala
pencernaan) atau lesi pada kulit berupa jaringan nekrotik berbentuk meningitis.
ulsera yang ditutupi oleh kerak berwarna hitam, kering yang disebut
Penanganan dan Pengiriman Spesimen:
Eschar (pathognomonik). Jaringan di sekitarnya membengkak, dan lesi
gatal tetapi agak terasa sakit (setelah terkena daging yang terinfeksi - Pada spesimen usap/swab dimasukkan dalam media transpor
anthrax). bakteri pada suhu ruang.
- Sesegera mungkin dikirim ke laboratorium pemeriksa (dalam 24
Pengambilan Spesimen:
jam) pada suhu 2-8oC.
a. Untuk pemeriksaan tersangka anthrax kulit:
- Tetapi jika spesimen belum bisa langsung dikirimkan pada hari
Diambil usap/swab dari lesi di kulit dan dibuat apusan pada gelas
yang sama, spesimen harus disimpan di dalam lemari pendingin
obyek (2-3 slide). Spesimen yang diambil:
paling lama 2 hari pada suhu 2-8oC kecuali spesimen usap.
• Stadium vesikuler cairan vesikula yang belum pecah
- Melakukan pelabelan pada vial berisi serum/slide usap lesi kulit
• Stadium Eschar jaringan di bawah Eschar dari bagian tepinya sesuai prosedur.
• Stadium ulcer usap bagian ulcus - Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,
b. Untuk pemeriksaan tersangka anthrax digestive: pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.
Usap dari lesi di orofaring, usap dubur, tinja segar (5 gram) dalam Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:
wadah steril.
Semua pemeriksaan harus dilakukan di laboratorium dengan fasilitas
c. Untuk pemeriksaan tersangka anthrax inhalasi: minimum Biosafety Level II (BSL II). Pemeriksaan laboratorium untuk
Cairan pleura, cairan bronchial 1 ml dalam wadah steril. menunjang diagnosis penyakit anthrax dilakukan :
d. Spesimen darah diambil sebelum diberikan terapi antibiotika. a. Secara morfologis dengan pewarnaan Gram untuk spesimen lesi
Kurang lebih 5 ml darah vena diambil secara aseptik dengan syringe kulit (Anthrax cutaneous/kulit).
atau VacutainerTM Serum sebisa mungkin langsung dipisahkan dari b. Secara kultur-isolasi bakteriologik dan identifikasi agen penyebab.
darah (whole blood) kurang dari 60 menit. Tabung darah didiamkan
84 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 85
c. Secara serodiagnostik (melalui uji Ascoli). lebih berat dapat mengakibatkan gagal ginjal akut dan pendarahan
d. Dengan cara mengukur antibodi yang ada dalam serum penderita, pada paru-paru. Ada 2 phase dalam perkembangan penyakit ini,
yaitu dengan teknik ELISA untuk kasus antraks pencernaan dan yaitu fase akut atau fase septikemik sekitar seminggu setelah infeksi,
anthrax inhalasi. diikuti oleh produksi antibodi pada fase imun. Diagnosis awal dan
kemampuan untuk membedakan leptospirosis dari penyakit-penyakit
Untuk pemeriksaan sampel laboratorium hewan, harus dilakukan
lainnya sangat penting untuk mencegah perburukan yang berakibat
koordinasi dengan balai laboratorium veteriner.
pada kematian.
Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
Algoritma Pemeriksaan Tersangka Leptospirosis
Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk
ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
melalui fax/e-mail/pos/SMS.
Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium: Penyakit tetanus neonatorum biasanya baru memperlihatkan gejala-
Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk gejala tetanus pada hari ketiga setelah kelahiran. Hal ini disebabkan
ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas karena adanya masa inkubasi tetanus yang umumnya antara 3-12
Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL hari. Penyakit tetanus neonatorum terjadi mendadak dengan otot
melalui fax/e-mail/pos/SMS. yang makin bertambah terutama pada rahang dan leher. Dalam 48
jam penyakit menjadi nyata dengan adanya trismus. Tanda dan gejala
sebagai berikut:
20. TERSANGKA TETANUS NEONATORUM
a. Bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum (karena tidak dapat
Tetanus neonatorum disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang
mengisap).
masuk ke dalam tubuh bayi, melalui tali pusat yang dipotong dengan
b. Mulut mencucut seperti mulut ikan.
menggunakan alat yang tidak steril atau pada tali pusat yang dirawat
tidak steril. Awalnya bakteri masuk dalam bentuk spora. Kemudian c. Mudah terangsang dan sering kejang disertai sianosis.
bila di daerah potongan tali pusat tidak mengandung oksigen yang d. Kaku kuduk sampai opistotonus.
cukup, maka spora akan berkembang menjadi bentuk vegetatif yang e. Dinding Abdomen kaku, mengeras, dan kadang-kadang terjadi
dapat menghasilkan racun neorotoksin (tetanospasm). Toksin bersifat kejang.
neurotropik menyerang sistem saraf yang dapat menyebabkan
f. Dari berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik ke bawah,
kekakuan/ketegangan dan spasme otot. Kekakuan dimulai pada
muka rhisus sardunikus.
tempat masuknya kuman atau pada otot yang kecil seperti otot pipi/
g. Ekstermitas biasanya terulur atau kaku.
masseter disebut: trismus). Toksin tersebut dapat menghancurkan sel
darah merah dan merusak leukosit. h. Tiba-tiba bayi sensitif terhadap rangsangan, gelisah dan kadang-
kadang menangis lemah.
Jika toksin masuk ke sum-sum tulang belakang, maka terjadi kekakuan
yang makin berat pada anggota gerak, otot-otot bergaris di dada, perut i. Terjadi penurunan kesadaran.
dan timbul kejang seluruh tubuh, jika toksin mencapai sistem saraf Kewaspadaan Dini (SINYAL):
pusat. Toksin pada sistem saraf otonom juga berpengaruh, sehingga Jika ditemukan kasus bayi lahir hidup umur 3-28 hari sulit menyusu/
terjadi gangguan pada pernapasan, metabolisme, hemodonamika, menetek, mulut mencucu, dan disertai dengan kejang rangsang.
hormonal, saluran cerna, saluran kemih, dan neuromuskular,
Pengambilan Spesimen:
penyempitan jalan napas, hipertensi, gangguan irama jantung, demam
tinggi, merupakan penyulit akibat gangguan saraf otonom, yang dulu Tidak dilakukan pengambilan spesimen pada kasus tetanus
jarang dilaporkan karena penderita sudah meninggal sebelum gejala neonatorum, karena penegakan diagnosis cukup berdasarkan kondisi
timbul. klinis.
100 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 101
Pengambilan Spesimen: Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL
Spesimen luka diusap dengan lidi kapas steril atau diaspirasi dengan melalui fax/e-mail/pos/SMS. (Sumber: Tetanus Laboratory Case Definition
syringe dan dimasukkan ke dalam tabung steril berisi Stuart’s media (LCD) oleh The Public Health Laboratory Network)
Algoritma Tersangka Influenza Like Illness (ILI) tambahan gejala lainnya, seperti muntah, sakit persendian, dll, tetap
dimasukkan ke dalam kasus ILI sepanjang memenuhi kriteria inklusi
tersebut di atas, kecuali ada pembuktian laboratorium bahwa kasus
tersebut bukan kasus ILI.
Pengambilan Spesimen:
Spesimen sekret saluran napas, yaitu usap hidung (nasofarings) kiri
dan kanan dan usap tenggorok (orofarings).
a. Pengambilan usap hidung dengan cara memasukkan lidi dacron/
poliester steril ke dalam lubang hidung sejajar dengan rahang atas,
biarkan beberapa saat agar cairan hidung terserap dalam dacron,
putar tangkai dacron 1-2 x, berikan sedikit penekanan pada lokasi
yang diusap. Lakukan pada lubang hidung kiri dan lubang hidung
kanan. Segera masukkan spesimen usap hidung ke dalam vial
bertutup ulir (cryotube) berisi 2 ml media transport Hank’s BSS +
antibiotika. Patahkan tangkai plastik hingga cryotube dapat ditutup
dengan rapat.
b. Pengambilan spesimen usap tenggorok dengan melakukan usapan
pada bagian belakang farings dan derah tonsil dan hindarkan
menyentuh bagian lidah. Segera masukkan spesimen usap
tenggorok ke dalam cryotube berisi 2 ml media transport Hank’s
BSS + antibiotika. Patahkan tangkai plastik hingga cryotube dapat
ditutup dengan rapat.
Penanganan dan Pengiriman Spesimen:
• Melakukan pelabelan pada cryotube sesuai prosedur.
• Spesimen segera dikirim ke laboratorium pemeriksa dalam waktu
Kewaspadaan dini (SINYAL):
2 jam (jika jarak laboratorium mikrobiologi kabupaten/kota relatif
Ditemukan peningkatan kasus (1,5 kali atau lebih dibadingkan rata-rata dekat dan terjangkau dengan kendaraan darat) di dalam cool box/
kasus 3 minggu periode sebelumnya) dengan kondisi demam ≥38oC styrofoam box.
dan batuk, onset demam tidak lebih dari 7 hari. Jika ada kasus dengan
106 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 107
• Jika spesimen belum akan dikirim/diperiksa pada hari yang sama, 23. TERSANGKA HFMD (HAND, FOOT, AND MOUTH DISEASE)
simpan tabung di dalam lemari pendingin 2-8oC sampai saat akan Hand-foot-mouth disease (HFMD) adalah penyakit yang umum pada
dikirimkan ke laboratorium pemeriksa. bayi dan anak-anak di bawah 10 tahun, walau usia dewasa juga bisa
• Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir, berisiko terjangkit dari binatang peliharaan maupun tertular orang
pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur. yang sedang sakit. Penyebabnya adalah Enterovirus yang tergolong
• Pengiriman harus dilakukan dalam 1-3 hari. famili picornavirus yang memiliki 67 serotipe manusia, 3 serotipe
poliovirus, 23 serotipe Coxsackie virus A, 6 serotipe Coxsackie virus B,
Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:
31 serotipe Echovirus dan Enterovirus 68 sampai 71. Namun, penyebab
1. RT-PCR untuk deteksi virus influenza. yang paling sering ditemukan adalah Coxsackie virus A16. Penyebab
2. Isolasi virus influenza dengan kultur. yang menimbulkan KLB adalah Enterovirus 71.
Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium: Penyakit ini sudah menyebar ke seluruh dunia dan menjadi penyebab
Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk serius dari aseptic meningitis dan febris yang tidak diketahui
ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas penyebabnya pada bayi-bayi yang baru lahir. Periode inkubasi berkisar
Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL antar 3 sampai 6 hari. Virus paling banyak ditemukan di tenggorokan
melalui fax/e-mail/pos/SMS. dan dapat diisolasi dari tinja, karena umumnya cara penularan
entrovirus adalah melalui jalur fekal-oral. Kontak dengan bahan
terinfeksi yang berasal dari lendir tenggorokan, hidung, saliva dan
cairan luka lepuh, bahkan tinja, merupakan jalur transmisi yang sering
terjadi. Infeksi yang terjadi pada minggu pertama adalah yang paling
mudah menular.
Gejala umum HFMD adalah demam, sakit kepala, hilangnya nafsu
makan, sakit tenggorokan, ruam berupa makulopapular/vesikel di
telapak tangan, kaki, daerah yang tertutup pampers (pada bayi) yang
sakit jika kena sentuhan. Jika diperiksa lebih saksama, terdapat luka
seperti sariawan yang memerah di dalam area mulut, tenggorokan,
lidah dan tonsil. Umumnya HFMD dapat sembuh dengan sendirinya
tanpa perawatan medis yaitu antara 7-10 hari, tetapi attack ratenya
dapat mencapai 100% di kalangan anak-anak.
108 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 109
Algoritma Pemeriksaan Laboratorium Tersangka Hand Food and Kewaspadaan dini (SINYAL):
Mouth Disease (HFMD) Ditemukan kasus dengan kondisi demam 38-39oC dalam 3-7 hari, nyeri
telan, nafsu makan turun, muncul vesikel di rongga mulut dan atau
ruam di telapak tangan, kaki dan bokong. Biasanya terjadi pada anak
dibawah 10 tahun.
Pengambilan Spesimen:
• Pengambilan spesimen dilakukan di fasyankes.
• Tinja (stool) 2-3 gram, dimasukkan ke dalam wadah steril.
• Usap dubur (rectal swab) menggunakan dacron/kapas lidi steril
dengan tangkai plastik. Usap dubur diambil dengan pasien dalam
posisi Sim. Kapas lidi steril dimasukkan ke dalam rektum, melewati
sfingter, putar secara perlahan, tarik dan langsung dimasukkan ke
dalam tabung berisi media transport VTM.
• Vesikel swab diambil dengan lidi dacron steril pada vesikel, biarkan
beberapa saat agar cairan hidup terserap dalam dacron, putar
tangkai dacron 1-2x, berikan sedikit penekanan pada lokasi yang
diusap, dimasukkan dalam cryotube/tabung berisimedia transport
virus (VTM)
• Usap tenggorok diambil menggunakan lidi dacron steril dengan
tangkai plastik, dan dimasukkan ke dalam cryotube yang berisi
media transport virus (VTM).
Penanganan dan Pengiriman Spesimen:
• Spesimen dikirimkan ke laboratorium rujukan Badan Litbangkes
untuk dilakukan pemeriksaan.
• Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,
pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.
110 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 111
C. Jaminan Mutu dan Keamanan Laboratorium 6. Pengawasan pekerjaan sehari-hari, evaluasi pegawai secara
Laboratorium harus memastikan bahwa pelayanannya bermutu berkala, validasi pemeriksaan laboratorium
terhadap pasien, ketepatan dan pelaporan yang cepat. Suatu 7. Kemampuan laboratorium dalam memonitor dan mengevaluasi
laboratorium harus mempunyai program jaminan mutu yang dirancang penampilan secara keseluruhan dengan cara memberikan bahan
untuk memonitor dan mengevaluasi mutu dan hasil pemeriksaan yang pemeriksaan yang sama kepada analis sebagai bahan pemeriksaan
memadai. Hal ini dapat dicapai dengan menerapkan metode standar kedua atau dikirim ke laboratorium lain.
dalam pengambilan, pengiriman, dan pengolahan bahan pemeriksaan. 8. Pembuangan bahan pemeriksaan yang tepat.
Reagen yang baik (tidak kadaluarsa) dan peralatan yang berfungsi 9. Penggunaan prosedur-prosedur yang aman di dalam laboratorium
dengan baik sangat perlu untuk diperhatikan. dan pengembangan rencana penanganan terhadap percikan,
kebakaran, dan kasus-kasus darurat lainnya.
10. Pengendalian mutu internal dan eksternal laboratorium.
D. Pengendalian Mutu
• Pengendalian mutu internal termasuk pemantauan
Pengendalian Mutu merupakan pemantauan aktivitas laboratorium, mutu media, reagen, kalibrasi peralatan dan mutu hasil
merupakan suatu proses mulai dari pre-analitik, dengan menilai pemeriksaan.
kesegaran, mutu dan kecukupan dari spesimen-spesimen melalui • Dokumentasi pengendalian mutu sama pentingnya dengan
informasi tentang pengambilan, pengiriman dan metoda analisis kinerja laboratorium.
sampai pada post-analitik memberikan hasil pemeriksaan bermutu • Aktivitas pengendalian mutu eksternal termasuk pemeriksaan
dan dapat dipertanggungjawabkan. berkala oleh Badan yang bertanggung jawab untuk akreditasi
laboratorium dan proficiency tesing.
E. Indikator Kinerja 11. Tanggung jawab untuk monitoring efektivitas pelayanan
Indikator kinerja laboratorium untuk SKDR adalah sebagai berikut: laboratorium termasuk pemeriksaan nosokomial infeksi, sterilisasi
1. Laboratorium harus mampu untuk menyeleksi bahan pemeriksaan ruang dan peralatan operasi, bank darah, serta pelayanan dialisis.
serta mengidentifikasi spesimen yang tepat.
2. Penggunaan tanda terima dari laboratorium untuk meminta hasil F. Data Manajemen
analisis. Data manajemen termasuk sistem pencatatan, sistem pelaporan,
3. Pengembangan SOP. penyimpanan dokumen pencatatan dan pelaporan maupun spesimen
4. Tata ruang, lingkungan dan jumlah pegawai laboratorium yang pemeriksaan, serta prosedur-prosedur yang digunakan dan hasil
memadai. pemeriksaan adalah sangat penting. Dokumen harus mencakup
5. Pelatihan dan upgrading berkelanjutan bagi keterampilan- seluruh aktivitas laboratorium, sistem pencatatan dan pelaporan
keterampilan karyawan.
114 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 115
***
Dalam pengendalian penyakit menular terutama untuk penyakit
yang berpotensi wabah memerlukan sistem yang baik untuk dapat
mendeteksi sinyal/peringatan dini adanya ancaman terjadi KLB. Bila
KLB dapat dicegah, maka biaya untuk menangani masalah penyakit
dapat berkurang. Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon memerlukan
kerjasama antara Dinas kesehatan maupun puskesmas serta dukungan
dari laboratorium dengan kapasitas yang memadai. Diperlukan juga
koordinasi antara petugas laboratorium yang mendukung sistem ini
dengan petugas surveilan dalam mendeteksi dan menanggapi indikasi
KLB. Pengetahuan tentang gejala penyakit, kemampuan petugas dalam
pengambilan, penanganan spesimen yang baik, serta pemeriksaan
laboratorium yang bermutu dan sesuai dengan prosedur akan sangat
menentukan status dari sinyal/peringatan dini suatu penyakit yang
ada. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah
Untuk Laboratorium Rujukan yang direkomendasikan WHO dapat
diterapkan dalam rangka penguatan jejaring laboratorium penyakit
berpotensi wabah serta penanganan sinyal untuk mencegah terjadinya
KLB.
***
116 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 117
KEPUSTAKAAN
1. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi, Ditjen 7. Pedoman Pengamanan Virus Polio Liar di Laboratorium, Ditjen
Pelayanan Medik, Depkes RI, 2003. Bina Pelayanan Medik, Depkes RI, 2009.
2. Pedoman Pemeriksaan Mikrobiologi untuk Pencegahan Infeksi di 8. Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar
Sarana Kesehatan, Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI, 2005. Biasa Penyakit Menular dan Keracunan Pangan, Ditjen P2PL, 2011.
3. Pedoman Jejaring Pelayanan Laboratorium Kesehatan, Ditjen 9. Pedoman Pengendalian Hepatitis Virus, Ditjen PP&PL, Kemenkes
Pelayanan Medik, Depkes RI, 2006. RI, 2012.
4. Pedoman Penanganan Spesimen Tinja pada Kasus Acute Flaccid 10. Pedoman Pengendalian Demam Chikungunya, Ditjen P2PL,
Paralysis, Ditjen Bina Pelayanan Medik, Depkes RI, 2007. Kemenkes RI, 2012.
5. Pedoman Praktik Laboratorium Kesehatan yang Benar, Ditjen Bina 11. Algoritma Diagnosis Penyakit dan Respon Serta Format Penyelidikan
Pelayanan Medik, Depkes, 2008. Epidemiologi, Ditjen P2PL, Kemenkes RI, 2012.
6. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit 12. Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon, Ditjen P2PL,
dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, Ditjen Bina Pelayanan Kemenkes RI, 2012.
Medik, Depkes RI, 2009.
***
View publication stats