Anda di halaman 1dari 5

2.

Iman kepada rububiah Allah

Iman kepada rububiyah Allah merupakan salah satu prinsip aqidah ahlussunnah wal jama'ah, yang
membagi tauhid menjadi 3, yaitu : Rububiyah, uluhiyah dan asma' wa sifat.

Rububiyah berasal dari kata "rabb" yang memiliki arti diantaranya: yang mematikan, yang memberi
manfaat, yang memberi mudarat, yang menghinakan, yang memuliakan, yang meninggikan, yang
merendahkan dan perbuatan-perbuatan ini hanya dimiliki oleh Allah subhanahu wata'ala, sehingga kita
mengesakan Allah dalam perbuatan-perbuatan Allah. Dan kita meyakini bahwa tidak ada makhluk yang
sama dengan perbuatan tersebut.

Tauhid Rububiyah juga dimiliki oleh orang-orang kafir Quraisy pada masa itu. Hal ini dapat dilihat dalam
firman Allah berikut:

QS. Al-'Ankabut(29) : 61 & 63

َ‫س َوا ْلقَ َم َر لَيَقُوْ لُ َّن هّٰللا ُ ۚ فَا َ ٰنّى ي ُْؤفَ ُكوْ ن‬ َ ْ‫ت َوا اْل َ ر‬
َ ‫ض َو َس َّخ َر ال َّش ْم‬ َ َ‫َولَئِ ْن َسا َ ْلتَهُ ْم َّم ْن خَ ل‬
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬

Artinya :

"Dan jika engkau bertanya kepada mereka, Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan
menundukkan matahari dan bulan? Pasti mereka akan menjawab, Allah. Maka mengapa mereka bisa
dipalingkan (dari kebenaran)."

َ‫ض ِم ۢ ْن بَ ْع ِد َموْ تِهَا لَيَقُوْ لُ َّن هّٰللا ُ ۗ قُ ِل ْال َح ْم ُد هّٰلِل ِ ۗ بَلْ اَ ْكثَ ُرهُ ْم اَل يَ ْعقِلُوْ ن‬
َ ْ‫َولَئِ ْن َسا َ ْلتَهُ ْم َّم ْن نَّ َّز َل ِمنَ ال َّس َمٓا ِء َمٓا ًء فَا َ حْ يَا بِ ِه ااْل َ ر‬

Artinya:

"Dan jika kamu bertanya kepada mereka, Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu dengan (air) itu
dihidupkannya bumi yang sudah mati? Pasti mereka akan menjawab, Allah. Katakanlah, Segala puji bagi
Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengerti."

QS. Luqman (31): 25


َ‫ض لَيَـقُوْ لُ َّن هّٰللا ُ ۗ قُ ِل ْال َح ْم ُد هّٰلِل ِ ۗ بَلْ اَ ْكثَ ُرهُ ْم اَل يَ ْعلَ ُموْ ن‬
َ ْ‫ت َوا اْل َ ر‬ َ َ‫َولَئِ ْن َسا َ ْلتَهُ ْم َّم ْن خَ ل‬
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬

Artinya:

"Dan sungguh, jika engkau (Muhammad) tanyakan kepada mereka, Siapakah yang menciptakan langit
dan bumi? Tentu mereka akan menjawab, Allah. Katakanlah, Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan
mereka tidak mengetahui."

QS. Az-zumar (39): 38

‫ُرِّه اَوْ اَ َرا‬ٖۤ ‫ت ض‬ ُ ‫ض ٍّر هَلْ ه َُّن ٰك ِش ٰف‬ ُ ِ‫ض لَيَـقُوْ لُ َّن هّٰللا ُ ۗ قُلْ اَفَ َر َء ْيتُ ْم َّما تَ ْد ُعوْ نَ ِم ْن ُدوْ ِن هّٰللا ِ اِ ْن اَ َرا َدنِ َي هّٰللا ُ ب‬
َ ْ‫ت َوا اْل َ ر‬ َ َ‫َولَئِ ْن َسا َ ْلتَهُ ْم َّم ْن َخل‬
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬
‫هّٰللا‬
َ‫ت َرحْ َمتِ ٖه ۗ قُلْ َح ْسبِ َي ُ ۗ  َعلَ ْي ِه يَت ََو َّك ُل ْال ُمتَ َو ِّكلُوْ ن‬ ‫َدنِ ْي بِ َرحْ َم ٍة هَلْ ه َُّن ُم ْم ِس ٰك ُـ‬

Artinya:

"Dan sungguh, jika engkau tanyakan kepada mereka, Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?
Niscaya mereka menjawab, Allah. Katakanlah, Kalau begitu tahukah kamu tentang apa yang kamu
sembah selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan bencana kepadaku, apakah mereka mampu
menghilangkan bencana itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat
mencegah rahmat-Nya? Katakanlah, Cukuplah Allah bagiku. Kepada-Nyalah orang-orang yang
bertawakal berserah diri."

Iman kepada rububiyah Allah adalah meyakini bahwa Allah subhanahu wata'ala adalah Tuhan yang
memiliki alam semesta, Maha berkuasa untuk mengatur makhluknya sesuai dengan apa yang dia
kehendaki.

Tauhid rububiyah tidak mencukupkan bahwa orang-orang yang memiliki tauhid ini sudah termasuk
golongan orang-orang yang beriman. Karena orang-orang kafir Quraisy meyakini tentang rububiyah
Allah akan tetapi mereka tidak mengimani Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam sehingga mereka tidak
termasuk dalam golongan orang-orang yang beriman. Contoh lainnya adalah bagaimana paman
Rasulullah (Abu Thalib) yang meyakini bahwa apa yang dikatakan Rasulullah itu adalah benar, namun hal
itu tidak kemudian menjadikannya masuk ke dalam golongan orang-orang yang beriman.

3. Tauhid uluhiyah

Tauhid uluhiyah adalah meyakini bahwa Allah subhanahu wata'ala adalah satu-satunya zat yang berhak
diibadahi dan disembah. Tauhid uluhiyah akan mendorong seorang mukmin untuk benar-benar
mengiklaskan ibadahnya hanya kepada Allah subhanahu wata'ala. Salah satu perkara yang menjadikan
orang-orang Quraisy tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang beriman karena walaupun
mereka telah memiliki tauhid rububiyah, namun mereka tidak mau/ enggan beribadah kepada Allah.
Cakupan tauhid uluhiyah

1. Islam

2. Iman

3. Ihsan

4. Do'a

5. Takut

6. Pengharapan

7. Tawakal

8. Raghbah (pengharapan khusus)

9. Rahbah (takut yang khusus)

10. Isti'ana (meminta pertolongan )

11. Isti'adzah (meminta perlindungan)

12. Menyembelih

13. Inabah (kembali)

14. Bernadzar

15. Mahabbah

Ada 3 hal yang harus ditanamkan dalam ciri seorang muslim saat beribadah kepada Allah subhanahu
wata'ala, yaitu:

1. Mahabbah (cinta), Qs. Ali-Imran: 31

‫قُلْ ا ْن ُك ْنتُم تُحبُّوْ نَ هّٰللا فَا تَّبعُوْ ني يُحْ ب ْب ُكم هّٰللا ُ وي ْغفرْ لَـ ُكم ُذنُوْ ب ُكم  هّٰلل‬
ِ ‫ۗ وا ُ َغفُوْ ٌر ر‬
‫َّح ْي ٌم‬ َ ْ َ ْ ِ ََ ُ ِ ْ ِ ِ َ ِ ْ ِ

Artinya:

"Katakanlah (Muhammad), Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan
mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."

Dalil ini menunjukan bahwa salah satu bukti kecintaan hamba kepada Allah adalah dengan mengikuti
Rasulullah, karena Rasulullah merupakan orang yang sangat besar kecintaannya kepada Allah. Dalam
lain hal Rasulullah juga selalu memotivasi para sahabat untuk selalu meminta surga kepada Allah.
Seorang muslim tidak boleh hanya mengandalkan 1 hal saja dalam beribadah sehingga kita akan terjatuh
pada:

1. Pemahaman sufi, yang hanya beribadah berlandaskan cinta tanpa disertai dengan rasa takut dan
pengharapan sehingga dalam praktik ibadah kepada Allah menjadi seenaknya.

2. Pemahaman khawarij yang hanya beribadah berdasarkan rasa takut. Orang-orang khawarij hanya
memperhatikan tentang adzab Allah. Rasa takut yang berlebihan akan membuat seseorang mudah
berputus asa dari rahmat Allah.

3. Beribadah hanya berlandaskan pada rasa harap akan menimbulkan perasaan aman terhadap adzab
Allah. Karena perlu diketahui bahwa adzab itu akan diberikan kepada orang-orang yang mengingkari
ayat-ayat Allah. Rasa harap yang berlebihan akan membuat manusia terlena.

2. Takut (khauf)

3. Pengharapan (Raja'), QS. Al-'anbiya:90

ِ ‫ۖ و َوهَ ْبنَا لَهٗ يَحْ ٰيى َواَ صْ لَحْ نَا لَهٗ زَ وْ َجهٗ  ۗ اِنَّهُ ْم كَا نُوْ ا ي ُٰس ِر ُعوْ نَ فِ ْي ْال َخي ْٰـر‬
َ‫ت َو يَ ْد ُعوْ نَـنَا َر َغبًا و ََّرهَبًا ۗ  َوكَا نُوْ ا لَنَا ٰخ ِش ِع ْين‬ َ   ٗ‫فَا ْست ََج ْبنَا لَه‬

Artinya:

"Maka Kami kabulkan (doa)nya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya
(dapat mengandung). Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan mereka
berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada
Kami."

Dikutip dari perkataan seorang salaf:

"Seorang hamba harus senantiasa berada diantara perasaan takut dan pengharapan. Harus sama
diantara keduanya seperti dua sayap burung"

Dalam Q.S Al-Ma'idah:98

‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫ ۗ اِ ْعلَ ُم ۤوْ ا اَ َّن َ َش ِد ْي ُد ْال ِعقَا‬
ِ ‫ب َواَ َّن َ َغفُوْ ٌر ر‬
‫َّح ْي ٌم‬

Artinya:

"Ketahuilah, bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya dan bahwa Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang."
Ayat diatas merupakan peringatakan kepada orang yang hanya mengandalkan rasa harap, bahwasan
Allah sangat keras siksaannya. Dan juga penghiburan kepada orang yang berputus asa atau terlalu takut
dengan adzab Allah yang pedih.

Dalam sebuah hadits

Dari Anas bin Malik radhiallahu 'anhu bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam pernah menjenguk
seorang pemuda yang sedang menjelang sakaratul maut (saat menjelang kematian) maka beliau
bertanya kepada pemuda tersebut.

Apa yang kamu rasakan (dalam hatimu) saat ini?”. Dia menjawab: “Demi Allah, wahai Rasulullah,
sungguh (saat ini) aku (benar-benar) mengharapkan (rahmat) Allah dan aku (benar-benar) takut akan
(siksaan-Nya akibat dari) dosa-dosaku”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidaklah terkumpul dua sifat ini (berharap dan takut) dalam hati seorang hamba dalam kondisi seperti
ini kecuali Allah akan memberikan apa yang diharapkannya dan menyelamatkannya dari apa yang
ditakutkannya”( HR. At-Tirmidzi (no.903), Ibnu Majah (no.1961)

4. Iman Kepada Asma' dan sifat Allah

Iman kepada 'Asma dan sifat Allah,yaitu mengimani Allah subhanahu wata'ala dengan 'asma dan sifat
Allah yang Allah tetapkan atas diri-Nya di dalam Al-Qur'an dan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah
shalallahu 'alaihi wasallam atas Allah di dalam As-sunnah dan tidak mempersekutukan Allah di dalam
asma dan sifat-Nya tersebut.

Iman kepada 'Asma dan sifat Allah melahirkan dua rukun:

1. Menetapkan nama dan sifat Allah sebagaimana yang telah Allah tetapkan atas diri-Nya di dalam Al-
Qur'an dan ysng telah ditetapkan oleh asulullah shalallahu 'alaihi wasallam atas Allah di dalam As-
sunnah

2. Meniadakan atau menafikan atau menolak nama dan sifat Allah yang tidak ditetapkan oleh Allah atas
diri-Nya di dalam Al-Qur'an dan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam atas Allah di dalam As-
sunnah.

Dengan rukun ini maka akan melahirkan seorang muslim yang tidak asal dalam menyebutkan nama dan
sifat Allah, diantaranya:

1. Tidak menta'wil: tidak menginterpretasikan atau menyebutkan sesuatu yang bukan maksudnya.

Anda mungkin juga menyukai