Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERBEDAAN PROSES INFEKSI BERBAGAI AGEN INFEKSIUS

DISUSUN OLEH:

TIYAS ALFISA
1926010022

DOSEN PENGAMPU:
Ns.NENI TRIANA S.kep.M.kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2020
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya

saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Perbedaan proses infeksi berbagai agen

infeksius” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini banyak hambatan dan kesulitan,

namun berkat bantuan dari berbagai pihak, tugas ini dapat terselesaikan. Maka patutlah kiranya

saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

membantu dan kepada Dosen mata kuliah Ns.Neni Triana S.kep.M.kep yang telah memberi

tugas untuk tambahan pengetahuan mahasiswa.

Dengan segala kerendahan hati saya berusaha menyajikan yang terbaik dalam tugas ini.

Namun, saya menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari harapan, kritik atau saran

yang bersifat konstruktif tetap diharapkan demi kesempurnaan tugas ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada

khususnya. Aamiin.

Bengkulu, April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................ii

DAFTAR ISI ...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang .......................................................................................4

B.       Rumusan Masalah .................................................................................4

C.       Tujuan Penulisan....................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A.       Pengertian..............................................................................................6

B.       Virus………………………………………..........................................6

C.       Bakteri..................................................................................................12

D.       Jamur....................................................................................................14

E.        Parasit..................................................................................................17

F.        Riketsia................................................................................................17

G.       Clamidia...............................................................................................18

H. Opurtunistik…………………………………………………………...18

BAB III PENUTUP

A.      Kesimpulan ...........................................................................................20

B.       Saran .....................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tubuh kita sepanjang waktu terpapar dengan bakteri, virus, jamur, dan parasit, semuanya terjadi
secara normal dan dalam berbagai tingkatan pada kulit, mulut, jalan napas, saluran cerna,
membran yang melapisi mata, dan bahkan saluran kemih. Banyak dari agen infeksius ini mampu
menyebabkan kelainan fungsi fisiologis yang serius atau bahkan kematian bila agen infeksius
tersebut masuk ke jaringan yang lebih dalam. 

Tubuh manusia telah diciptakan dengan berbagai macam sistem yang berfungsi sebagai
pertahanan tubuh. Selain itu juga terdapat respon-respon tubuh terhadap benda asing yang
bersifat merugikan. Apabila terjadi cedera jaringan yang dikarenakan oleh bakteri, trauma, bahan
kimia, panas, atau fenomena lainnya maka jaringan yang cedera itu akan melepaskan berbagai
zat yang menimbulkan perubahan sekunder yang sangat dramatis disekeliling jaringan yang tidak
mengalami cedera.

Dewasa ini penyakit infeksi sudah merupakan penyakit dimana para sarjana Kedokteran telah
mengembangkan, baik terapi maupun penelitian-penelitian tentang perkembangan, pencegahan
dan pengobatan infeksi maupun penyakit-penyakit, yang berhubungan dengan infeksi. 

B. Rumusan Masalah

Berdasarakan latar belakang diatas, kelompok dapat mengambil rumusan masalah sebagai
berikut, yaitu:

1. Bagaimana Definisi Agen-agen infeksius ?


2. Bagaimana Pembahasan Virus ?
3. Bagaimana Pembahasan Bakteri ?
4. Bagaimana Pembahasan Jamur ?
5. Bagaimana Pembahasan Parasit ?
6. Bagaimana Pembahasan Riketsia ?
7. Bagaimana Pembahasan Clamida ?
8. Apa Agen-agen Infeksi Opurtunistik ?

4
C. Tujuan

Berdasarakan rumusan masalah diatas, kelompok dapat mengambil tujuan masalah sebagai
berikut, yaitu:
Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 2
Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui Definisi Agen-agen infeksius
2. Untuk Mengetahui Pembahasan Virus
3. Untuk Mengetahui Pembahasan Bakteri
4. Untuk Mengetahui Pembahasan Jamur
5. Untuk Mengetahui Pembahasan Parasit
6. Untuk Mengetahui Pembahasan Riketsia
7. Untuk Mengetahui Pembahasan Clamida

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Agen-agen infeksius

Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di dalam tubuh pejamu
(Pronggoutomo, 2002). Sedangkan agen infeksius adalah mikroorganisme yang
dapatmenimbulkan infeksi. Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain virus,
bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia.
Agen pencetus infeksi terdiri atas beberapa jenis dengan kemampuan yang berbeda-beda
dalammenimbulkan infeksi progresif dan penyakit. Sebagai contoh, pada satu ujung spektrum,
satu mikroorganismehidup mungkin cukup untuk menimbulkan penyakit (misal Richettsia
tsutsugamushi), sedangkan mikroba lain,sejuta organisme atau lebih mungkin baru diperlukan
untuk menimbulkan penyakit (misal Salmonella typhi). Hanya dua sifat umum diperlukan oleh
suatu agen infeksi agar menimbulkan penyakit.

1. Agen infeksi tersebut harus mampu melakukan metabolisme dan memperbanyak diri di dalam
jaringan hospes. Agen infeksi tersebut harus mampu mendapatkan tekanan oksigen, pH yang
sesuai, suhu, danlingkungan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhannya.

2. Agen infeksius patogen harus memiliki kemampuan untuk menahan mekanisme pertahanan
hospesyang cukup lama untuk mencapai jumlah kritis yang diperlukan sehingga agen tetap dapat
menimbulkan penyakit. Setiap ada gangguan dari mekanisme pertahanan hospes jelas akan
membantu terjadinya prosesinfeksi (Herold, 1994).

B. Virus
Virus merupakan suatu partikel yang masih diperdebatkan statusnya apakah ia termasuk
makhluk hidup atau benda mati. Virus dianggap benda mati karena ia dapat dikristalkan,
sedangkan virus dikatakan benda hidup, karena virus dapat memperbanyak diri (replikasi) dalam
tubuh inang.

6
Para ahli biologi terus mengungkap hakikat virus ini sehingga akhirnya partikel tersebut
dikelompokkan sebagai makhluk hidup dalam dunia tersendiri yaitu virus.Virus merupakan
organisme non-seluler, karenaia tidak memilki kelengkapan seperti sitoplasma, organel sel, dan
tidak bisa membelahdiri sendiri. Penyelidikan tentang objek-objek berukuran sangat kecil di
mulai sejak ditemukannyamikroskop oleh Antony Van Leeuwenhoek (1632-1723)
perkembangan mikroskop inmendorong berbagai penemuan dibidang biologi salah satunya
partikel mikroskopikyaitu virus. Beberapa tokoh dalam penemuan virus pertama yaitu:

1. Adoft Mayer (1883, Jerman)


Percobaan diawali dari munculnya penyakit bintik kuning pada daun tembakau. Iamencoba
menyemprotkangetah tanaman sakit ke tanaman sehat, hasilnyatanaman

2. Dmitri Ivanovski (1892, Rusia)


Ia mencoba menyaring getah tanaman yang sakit dengan filter bakteri sebelum disemprotkan ke
tanaman sehat. Hasilnya, tanaman sehat tetap tertular. Iamenyimpulkan bahwa ada partikel yang
lebih kecil lagi dari bakteri yang lolossaringan yang menularkan penyakit.

3. Martinus W. Beijerinck (1896, Belanda)


Ia menemukan bahwa partikel itu dapat bereproduksi pada tanaman, tapi tidak pada medium
pertumbuhan bakteri. Ia menyimpulkan bahwa partikel itu hanya dapat hidup pada makhluk
hidup yang diserangnya.

4. Wendel M. Stanley (1935, Amerika)


Ia berhasil mengkristalkan partikel tersebut. Partikel mikroskopis itu lalu dinamai TMV
(Tobacco Mosaic Virus).

a. Definisi

Virus berasal dari bahasa yunani “Venom” yang berarti racun. Virus adalah parasit mikroskopik
yang menginfeksi selorganisme biologis. Secara umum virus merupakan partikel tersusun atas
elemen genetik (genom) yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat
(DNA) atau asam ribonukleat (RNA) yang dapat berada dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu
secara intraseluler dalam tubuh inang dan ekstrseluler diluar tubuh inang. Virus memiliki sifat
hidup dan mati. Sifat hidup (seluler) yaitu memiliki asam nukleat namun tidak keduanya (hanya
DNA atau RNA), dapat bereproduksi dengan replikasi dan hanya dapat dilakukan didalam sel
inang (parasit obligat intraseluler). Sifat mati (aseluler) yaitu dapat di kristalkan dan dicairkan.
Struktur berbeda dengan sel dan tidak melakukan metabolisme

Bentuk dan Ukuran Virus

7
Bentuk virus bervariasi dari segi ukuran, bentuk dan komposisi kimiawinya. Bentuk virus ada
yang berbentuk bulat, oval, memanjang, silindariis, dan ada juga yang berbentuk T. Ukuran
Virus sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron, ukuran virus
lebih kecil daripada bakteri. Ukurannya berkisar dari 0,02 mikrometer sampai 0,3 mikrometer (1
µm = 1/1000 mm). Unit pengukuran virus biasanya dinyatakan dalam nanometer (nm). 1 nm
adalah 1/1000 mikrometer dan seperjuta milimeter. Virus cacar merupakan salah satu virus yang
ukurannya terbesar yaitu berdiameter 200 nm, dan virus polio merupakan virus terkecil yang
hanya berukuran 28 nm.

Susunan Tubuh
1. Kabsid
Kapsid adalah lapisan pembungkus tubuh virus yang tersusun atas protein. Kapsid terdiri dari
sejumlah kapsomer yang terikar satu sama lain.

Fungsi:
a. Memberi bentuk virus
b. Pelindung dari kondisi lingkungan yang merugikan
c. Mempermudah penempelan pada proses penembusan ke dalam sel

2. Isi

Terdapat di sebelah dalam kapsid berupa materi genetik/ molekul pembawa sifat keturunan yaitu
DNA atau RNA. Virus hanya memiliki satu asam nukleat saja yaitu satu DNA/ satu RNA saja,
tidak kedua-duanya. Asam nukleat sering bergabung dengan protein disebut nukleoprotein. Virus
tanaman/ hewan berisi RNA/ DNA, virus fage berisi DNA.

3. Kepala
Kepala virus berisi DNA, RNA dan diselubungi oleh kapsid. Kapsid tersusun oleh satu unit
protein yang disebut kapsomer.

4. Ekor

Serabut ekor adalah bagian yang berupa jarum dan berfungsi untuk menempelkan tubuh virus
pada sel inang. Ekor ini melekat pada kepala kapsid. Struktur virus ada 2 macam yaitu virus
telanjang dan virus terselubung (bila terdapat selubung luar (envelope) yang terdiri dari protein
dan lipid). Ekor virus terdiri atas tabung bersumbat yang dilengkapi benang atau serabut. Khusus
untuk virus yang menginfeksi sel eukariotik tidak memiliki ekor.

b. Pengembangbiakan Virus

8
Virus memanfaatkan metabolisme sel penjamu untuk membantu sintesis protein virus dan virion
baru; jenis sel yang dapat diinfeksi oleh virus dapat sedikit dapat banyak. Untuk tujuan diagnosti,
sebagian besar virus ditumbuhkan dalam biakan sel, baik turunan sel sekunder atau kontinu;
pemakaian telur embrionik dan hewan percobaan untuk membiakan virus hanya dilakukan untuk
investigasi khusus. Jenis biakan sel untuk mengembangbiakan virus sering berasal dari jaringan
tumor, yang dapat digunakan secara terus menerus.

c. Klasifikasi Virus

Nama famili ditandai dengan akhiran viridae. Nama subfamili diberi akhiran virinae Nama
akhiran genus diberi akhiran virus. Lwoff, Horne & Tournier adl ahli dlm taksonomi virus,
berdasarkan criteria:

1. Jenis asam nukleat (DNA/ RNA) berantai ganda/ tunggal.

2. Ukuran & morfologi tmsk tipe simetri kapsid.

3. Adanya enzim spesifik, terutama polimerase RNA & DNA yang penting bagi replikasi genom.

4. Kepekaan thd zat kimia & keadaan fisik.

5. Cara penyebaran alamiah.

6. Gejala2 yang timbul.

7. Ada tidaknya selubung.

8. Banyaknya kapsomer untuk virus ikosohedarial/ diameter nukleokapsid untuk virus helikoidal.

Saat ini telah lebih dari 61 famili virus diidentifikasi, 21 diantaranya mempunyai anggota yang
mampu menyerang mns & binatang.

Menurut RNA, famili virus dibagi menjadi:


- Picontohrnaviridae - Orthomyxoviridae
- Rhabdoviridae - Bunyaviridae
- Caliciviridae - Reoviridae
- Filoviridae - Arenaviridae
- Togaviridae - Retroviridae
- Paramyxoviridae - Contohronaviridae
- Flaviviridae
Menurut DNA, famili virus dibagi menjadi:
- Adenoviridae - Papovaviridae

9
- Herpesviridae - Parvoviridae
- Hepadnaviridae - Poxviridae

Selain itu tdpt kelompok virus yang belum dpt diklasifikasikan (unclassified virus) karena
banyak sifat biologiknya belum diketahui

d. Peran Virus

Didalam kehidupan, virus memiliki 2 peran, yaitu peran virus sebagai mikroorganisme yang
menguntungkan, maupun yang merugikan.

1. Virus yang menguntungkan: Virus berperan penting dalam bidang rekayasa genetika karena
dapat digunakan untuk cloning gen(reproduksi DNA yang secara genetis identik). Sebagai
contoh adalah virus yang membawa gen untuk mengendalikan pertumbuhan serangga. Virus juga
digunakan untuk terapi gen manusia sehingga diharapkan penyakit genetis, seperti diabetes dan
kanker dapat disembuhkan.

2. Virus yang merugikan: Virus yang dapat merugikan karena menyebabkan berbagai jenis
penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan

e.Penyakit-penyakit Akibat Virus

Proses infeksi virus dpt melalui berbagai jaringan.

1. Melalui saluran pernafasan

contoh : virus influenza penyebab influensa, virus rubeola penyebab campak, ronavirus
penyebab SARS, virus variola penyebab penyakit cacar, virus varicella penyebab penyakit cacar
air.

2. Melalui saluran pencernaan

contoh : virus hepatitis A,B, poliomyelitis penyebab polio, rotavirus penyebab diare

3. Melalui kulit & mukosa genitalia

contoh : virus herpes simplex1 penyebab stomatitis, flavivirus penyebab DBD, rabies penyebab
rabies, cytomegalovirus penyebab hepatitis

4. Melalui plasenta
contoh : virus rubella, cytomegalovirus

f.Beberapa Virus yang Merugikan

10
1. Virus Hepatitis

Hepatitits adalah istilah umum yang berarti radang hati dan dapat disebabkan oleh berbagai virus
yang berbeda seperti virus hepatitis A, B, C, D, E. Karena perkembangan penyakit kuning
merupakan fitur karakteristik penyakit hati.

2. Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Merupakan anggota subfamili lentivirinae dari famili retroviridae. Virus RNA berselubung.
Dengan diameter 100-150 nm. HIV adalah retrovirusyang biasanya menyerang organ vital
system kekebalan manusia sepertisel T CD4+ (sejenissel T), makrofaf, dan sel dendritik.
Bereplikasi melalui DNA perantana menggunakan DNA polimer yang dikendalikan oleh RNA
(reverse transcriptase). Terdapat 2 tipe yaitu: HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 dibagi menjadi 3
kelompok: kelompok M, O, N.

3. Virus Dengue

Virus Dengue hanya dapat hidup dalam sel hidup, merupakan salah satu virus yang termasuk
dalam famili Flavividae. Virion Dengue merupakan partikelsferis dengan diameter nukleokapsid
30nm dan ketebalan selubung 10 mm, sehingga diameter virion kira-kira 50 nm. Genon virus
Dengue terdiri dari asam ribonuleat berserat tunggal , panjangnya kira-kira 11 kilibasa. Genon
terdiri dari protein structural dan protein non structural, yaitugen C mengkode sintesa
nukleokapsid (Capsid), gen M mengkode sintesa protein M(Membran) dangan E mengkode
sentesa glikoprotein selubung (Envelope).

Virus dengue mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN 2, DEN-3, dan DEN-4. Masing-
masing tipe mempunyai subtipe (strain) yang jumlahnya ratusan, sesuai daeraah atau asal virus
itu. Serotipe DEN-2 dan DEN-3 adalah penyebab wabah demam berdarah di Asia Tenggara.
Infeksi DD/DBD dapat ditularkan padamanusia melalui gigitan vector nyamuk Aedes aegyptidan
Aedes albopictus betina. Virus dengue mampu berkembang biak didalam tubuh hospes (manusia,
monyet, simpanse, kelinci, mencit, marmut, tikus, hamster serta serangga khususnya
nyamuk).Kontrol dan pencegahan virus dengue dilakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk
dengan menguras atau larvasida dan penyemprotan nyamuk dewasa insektisida. Kontrol epidemi
yang terpenting adalah dengan membunuh nyamuk vektor betina dewasa. Menghambat
perkemabangan nyamuk.

4. Virus Polio

Virus polio merupakan penyebab penyakit polio. Penyakit polio terutama menyerang pada anak-
anak kecil. Polio dapat menyebabkan demam, sakit kepala, muntah,sakit perut,nyeri
otot,kekakuan pada leherdan punggung,serta kelumpuhan.Kebanyakanpasien akan pulih,namun
dalam kasus yang parah, penyakit ini dapat menyebabkan cacat permanen dan kematian.

11
Penyakit ini sangat menular. Polio menyebar dari orang ke orang,terutama melalui rute dari tinja
ke mulut.Virus memasuki tubuh melalui rute mulut dan akhirnya menyerang system saraf pusat.
Masa inkubasi 7-14 hari, dengan kurun waktu antara 3-35 hari. Orang yang diduga terinfeksi
harus dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut dan isolasi. Dewasa ini,tidak ada
perawatan penyembuhan untuk penyakit tersebut.

C. Bakteri

Bakteri merupakan organisme prokariot, yaitu memiliki kromosom tunggal dan tidak memiliki
nukleus. (Gillespie et al, 2007)

Bakteri adalah nama sekelempok mikroorganisme yang termasuk prokariotik yang bersel satu.
Istilah bakteri dari bahasa Yunani dari kata bekterion berarti tongkat atau batang dan umumnya
tidak berklofrofil. Berkembang biak dengan membela diri dan bahan – bahan genetiknya tidak
terbungkus dalam membran inti. (BIMA, 2005)

Bakteri mempunyai struktur sel yang penting, antara lain:

1. Kapsul : Merupakan struktur polisakarida longgar yang melindungi sel dari fagositosis dan
desikasi (kekurangan).

2. Lipopolisakarida : melindungi bakteri Gram-negatif dari lisis yang diperantarai oleh


komplemen. Merupakan stimulator pelepasan sitokin poten.

3. Fimbria atau Pili : Bulu-bulu tipis khusus yang membantu adhesi ke sel pejamu dan
kolonisasi. Eschercia coli yang uropatogenik memiliki fimbria terspesialisasi (fimbria P) yang
terikat ke reseptor manosa pada sel epitel ureter. Antigen fimbria sering bersifat imunogenik
tetapi bervariasi antarstatin sehingga dapat terjadi infeksi ulang (misalnya pada Neisseria
gonorrhoeae).

4. Flagela : Organ pergerakan (lokomasi) bakteri, membuat organism mampu untuk menemukan
sumber nutrisi dan menembus mukus pejamu. Flagela dapat tunggal atau multipel, dapat berada
di salah satu ujung sel (polar) atau di banyak tempat (peritrik). Pada beberapa spesies (misalnya
Treponema), flagela terfiksasi secara kuat di dalam dinding sel bakteri.

5. Lendir : Materi polisakarida yang disekresikan oleh beberapa bakteri yang tumbuh dalam
lapisan biofilm, melindungi organisme tersebut dari serangan imunitas dan eradikasi oleh
antibiotik.

12
6. Spora : Suatu bentuk yang inert secara metabolik, dipicu oleh kondisi lingkungan yang tidak
cocok; sebagai adaptasi untuk kelangsungan hidup jangka panjang, sehingga memungkinkan
bakteri untuk tumbuh kembali pada kondisi yang sesuai.(Gillespie et al, 2007)

A.Klasifikasi

Tujuan dari klasifikasi mikroorganisme adalah untuk menentukan potensi dari patogeniknya.
Beberapa bakteri memiliki kemampuan untuk menyebar secara luas di komunitas dan
menyebabkan penyakit yang serius.Bakteri dapat diidentifikasi berdasarkan serangkaian sifat-
sifat, imunologis fisik atau sifat-sifat molekuler.

1. Reaksi Gram : Bakteri Gram-positif dan bakteri Gram-negatif member respons terhadap
antibiotik yang berbeda. Bakteri lain (misalnya Mikobakteria) mungkin memerlukan teknik
pewarnaan khusus.

2. Bentuk Sel : Kokus, basilus, atau spiral.

3. Endospora : Keberadaan, bentuk, dan posisinya di dalam sel bakteri (terminal, subterminal,
atau sentral).

4. Preferensi atmosfer : Organisme aerob memerlukan oksigen; organism anaerob memerlukan


atmosfer dengan sangat sedikit atau tanpa oksigen.

5. Kekhususan (fastidioudness) : Kebutuhan akan media khusus atau pertumbahan intraselular


khusus.

6. Enzim Kunci : Tidak adanya fermentasi laktosa membantu identifikasi salmonela, urease
membantu identifikasi Helicobacter.

7. Reaksi Serologis : Interaksi antara antibodi dengan struktur permukaan (misalnya subtipe dari
Salmonela, Haemophilus, Meningokokus, dan banyak lagi)

8. Sekuens DNA : Sekuens DNA ribosom 16S saat ini merupakan elemen kunci dalam
klasifikasi. (Gillespieet al, 2007)

B. Identifikasi Bakteri

Terdapat beberapa cara untuk identifikasi bakteri antara lain

a. Pemeriksaan Mikroskopis

Pemeriksaan langsung digunakan untuk mengamati pergerakan, dan pembelahan secara biner,
mengamati bentuk dan ukuran sel yang alami, yang pada saat mengalami fiksasi panas serta
selama proses pewarnaan mengakibatkan beberapa perubahan (Koes Irianto, 2006).

13
b. Pembiakan Bakteri
Pembenihan atau media yaitu campuran bahan-bahan tertentu yang dapat menumbuhkan bakteri,
jamur ataupun parasit, pada derajat keasaman dan inkubasi tertentu. Pembiakan diperlukan untuk
mempelajari sifat bakteri untuk dapat mengadakan identifikasi, determinasi, atau differensiasi
jenis-jenis yang ditemukan.

Medium pembiakan terdiri dari :

1) Medium pembiakan dasar

Pembiakan dasar adalah medium pembiakan sederhana yang mengandung bahan yang umum
diperlukan oleh sebagian besar mikroorganisme dan dipakai juga sebagai komponen dasar untuk
membuat medium pembiakan lain. agar diperoleh apa yang dinamakan agar nutrisi atau bulyon
agar.

2) Medium pembiakan penyubur (Euriched Medium)

Medium pembiakan penyubur dibuat dari medium pembiakan dasar dengan penambahan bahan
lain untuk mempersubur pertumbuhan bakteri tertentu yang pada medium pembiakan dasar tidak
dapat tumbuh dengan baik.

3) Medium pembiakan selektif

Medium pembiakan selektif digunakan untuk menyeleksi bakteri yang diperlukan dari campuran
dengan bakteri-bakteri lain yang terdapat dalam bahan pemeriksaan.

D. Jamur

Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang berarti tumbuh dengan
subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki tubuh buah serta tumbuh
atau muncul di atas tanah atau pepohonan (Tjitrosoepomo, 1991). Organisme yang disebut jamur
bersifat heterotrof, dinding sel spora mengandung kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis,
tidak bersifat fagotrof, umumnya memiliki hifa yang berdinding yang dapat berinti banyak
(multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat), dan memperoleh nutrien dengan cara
absorpsi (Gandjar, et al., 2006).

14
Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu dinding sel yang
sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding sel jamur terdiri atas selulosa dan
kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin adalah polimer dari gugus amino yang lebih
memiliki karakteristik seperti tubuh serangg daripada tubuh tumbuhan. Spora jamur terutama
spora yang diproduksi secara seksual berbeda dari spora tumbuhan tinggi secara penampakan
(bentuk) dan metode produksinya (Alexopoulus dan Mimms, 1979).

A. Klasifikasi Jamur

Mc-Kane (1996) mengatakan setiap jamur tercakup di dalam salah satu dari kategori taksonomi,
dibedakan atas dasar tipe spora, morfologi hifa dan siklus seksualnya. Kelompok-kelompok ini
adalah: Oomycetes, Zygomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes.
Terkecuali untuk deuteromycetes, semua jamur menghasilkan spora seksual yang spesifik.
Berikut ini disajikan Tabel 1 untuk membedakan 5 kelompok jamur.

a. Oomycetes

Dikatakan sebagai jamur air karena sebagian besar anggotanya hidup di air atau di dekat badan
air. Hanya sedikit yang hidup di darat. Miseliumnya terdiri atas hifa yang tidak bersekat,
bercabang, dan mengandung banyak inti. Hidup sebagai saprofit dan ada juga yang parasit.
Pembiakan aseksualnya dengan zoospora, dan dengan sporangium untuk yang hidup di darat.
Pembiakan seksualnya dengan oospora. Beberapa contoh dari kelompok ini antara lain:
Saprolegnia sp., Achya sp., Phytophtora sp (Alexopoulus dan Mimms, 1979).

b. Zygomycetes

Kelompok Zygomycetes terkadang disebut sebagai “jamur rendah” yang dicirikan dengan hifa
yang tidak bersekat (coneocytic), dan berkembang biak secara aseksual dengan zigospora.
Kebanyakan anggota kelompok ini adalah saprofit. Pilobolus, Mucor, Absidia, Phycomyces
termasuk kelompok ini (Wallace, et al.,1986). Rhizopus nigricans adalah contoh dari anggota
kelompok ini, berkembang biak juga melalui hifa yang koneositik dan juga berkonjugasi dengan
hifa lain. Rhizopus nigricans juga mempunyai sporangiospora.

c. Ascomycetes

Golongan jamur ini dicirikan dengan sporanya yang terletak di dalam kantung yang disebut
askus. Askus adalah sel yang membesar, yang di dalamnya terbentuk spora yang disebut
askuspora. Setiap askus biasanya menghasilkan 2-8 askospora (Dwidjoseputro, 1978). Kelas ini
umumnya memiliki 2 stadium perkembangbiakan yaitu stadium askus atau stadium aseksual.

15
d. Basidiomycetes

Basidiomycetes dicirikan memproduksi spora seksual yang disebut basidiospora. Kebanyakan


anggota basiodiomycetes adalah cendawan, jamur payung dan cendawan berbentuk bola yang
disebut jamur berdaging, yang spora seksualnya menyebar di udara dengan cara yang berbeda
dari jamur berdaging lainnya. Struktur tersebut berkembang setelah fusi (penyatuan) dari dua
hifa haploid hasil dari formasi sel dikaryotik. Sebuah sel yang memiliki kedua inti yang
disumbangkan oleh sel yang kompatibel secara seksual. Sel-sel yang diploid membelah secara
meiosis menghasilkan basidiospora yang haploid.

e. Deuteromycetes

Mc-Kane (1996) mengatakan, ada beberapa jenis jamur belum diketahui siklus reproduksi
seksualnya (disebut fase sempurna). Jamur ini “tidak sempurna” karena belum ada spora seksual
mereka yang ditemukan. Anggota kelompok ini berkembang biak dengan klamidospora,
arthrospora, konidiospora, pertunasan juga terjadi. Deuteromycetes juga memiliki hifa yang
bersekat (Tortora, et al., 2001).

Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur

a. Kelembaban

Kelembaban tanah diartikan sebagai aktifitas air di dalam tanah (water activity). Rasio aktifitas
air ini disebut juga kelembaban relatif (relatif humidity). Ketersediaan air di lingkungan sekitar
jamur dalam bentuk gas sama pentingnya dengan ketersediaan air dalam bentuk cair. Hal ini
menyebabkan hifa jamur dapat menyebar ke atas permukaan yang kering atau muncul di atas
permukaan substrat (Carlile dan Watkinson, 1995).

b. Suhu

Menurut Carlile dan Watkinson (1995), suhu maksimum untuk kebanyakan jamur untuk tumbuh
berkisar 30°C sampai 40°C dan optimalnya pada suhu 20°C sampai 30°C. Jamur- jamur
kelompok Agaricales seperti Flummulina spp, Hypsigius spp, dan Pleurotus spp, tumbuh optimal
pada suhu 22°C (Kaneko dan Sugara, 2001) dalam Panji (2004). Sementara jamur-jamur
Coprinus spp, tumbuh optimal pada kisaran suhu 25°C sampai 28°C (Kitomoro, et al., 1999).

16
c. Intensitas cahaya

Umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap pembentukan struktur
alat-alat reproduksi dan spora pada jamur. Walaupun prosesreproduksi memerlukan cahaya,
hanya fase tertentu saja yang memerlukan cahaya, atau secara bergantian struktur berbeda di
dalam sporokarp dapat memberi respon berbeda terhadap cahaya.

d. pH

Menurut Bernes, et al., (1998), jamur yang tumbuh di lantai hutan umumnya pada kisaran pH 4-
9, dan optimumnya pada pH 5-6. Konsentrasi pH pada subsrat bisa mempengaruhi pertumbuhan
meskipun tidak langsung tetapi berpengaruh terhadap ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan atau
beraksi langsung pada permukaan sel.

E. Parasit

Parasit menginvasi imunitas protektif dengan mengurangi imunogenisitas dan menghambat


respon imun host. Parasit yang berbeda menyebabkan imunitas pertahanan yang berbeda.

1. Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup dalam host vertebrata.

2. Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada dalam host.

3. Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di dalam sel host atau
membentuk kista yang resisten terhadap efektor imun. Parasit dapat menyembunyikan mantel
antigeniknya secara spontan ataupun setelah terikat pada antibodi spesifik. Parasit menghambat
respon imun dengan berbagai mekanisme untuk masing-masing parasit.

F. Riketsia

Riketsia merupakan golongan bakteri, karena itu riketsia memiliki sifat yang sama dengan
bakteri, termasuk bakteri Gram negatif. Riketsia mempunyai enzim yang penting
untukmetabolisme. Dapat mengoksidasi asam piruvat, suksinat, dan glutamat serta merubah
asam glutamat menjadi asam aspartat.Riketsia tumbuh dalam berbagai bagian dari sel. Riketsia
prowazekii dan Riketsia typhi tumbuh dalam sitoplasma sel. Sedangkan golongan penyebab
spotted fever tumbuh di dalam inti sel. Riketsia dapat tumbuh subur jika metabolisme sel hospes
dalam tingkat yang rendah, misalnya dalam telur bertunas pada suhu 320 C. Pada umumnya
riketsia dapat dimatikan dengan cepat pada pemanasan danpengeringan atau oleh bahan-bahan
bakterisid.

17
G. Clamidia

Clamidia termasuk bakteri, memiliki ribosom, RNA, dan DNA, dinding sel dari peptidoglikan
yang mengandung asam muramat. Dikenal juga dengan Miyagawanellla atau Bedsonia, termasuk
Gram negatif, berukuran 0,2-1,5 mikron, berbentuk sferis, tidak bergerak dan merupakan parasit
intrasel obligat. Clamidia berkembang melalui beberapa stadium mulai dari badanelementer yang
infeksius, berbentuk sferis dengan garis tengah 0,2-0,4 mikron, memiliki satu inti dan sejumlah
ribosom. Badanelementer kemudian berubah menjadi badan inisial dan kemudian badan
intermedier. Siklus perkembangan Clamidia memakan waktu 24-48 jam. Clamidia mempunyai 2
jenis antigen yaitu antigen grup dan antigen spesies. Keduanya terdapat di dalam dinding sel.
Antigen spesies tetap dalam dinding sel meskipun sebagian besar grup telah dilepaskan dengan
fluorocarbon atau deoksikholat. Clamidia dapat dibeda-bedakan atas dasar patologenitas dan
jenis hospes yang diserangnya. Dua spesies yang terpenting adalah

1. Clamidia psittaci, membentuk badan iklusi intrasitoplasma yang tersebar secara difus dan
tidak mengandung glikogen. Penyebab penyakit Psitttacosis pada manusia, omitosisi pada
burung dan lain-lain.

2. Clamidia trachomatis, membentuk badan iklusi intrasitoplasma yang padat dan mengandung
glikogen. Dapat menyebabkan pneumonitis pada tikus. Pada manusia dapat menyebabkan
penyakit trachoma, konjungtivitas induksi, non-spesifik, salpingitis, servistik, dan pneumonitis.

H. Agen Infeksi Opportunistik

Definisi Infeksi oportunistik adalah penyakit yang jarang terjadi pada orang sehat, tetapi
menyebabkan infeksi pada individu yang sistem kekebalannya terganggu, termasuk infeksi HIV.
Organisme-organisme penyakit ini sering hadir dalam tubuh tetapi umumnya dikendalikan oleh
sistem kekebalan tubuh yang sehat. Ketika seseorang terinfeksi HIV mengembangkan infeksi
oportunistik, tahapannya masuk ke diagnosis AIDS.

Penyebab utama morboditas dan mortilitas diantara pasien dengan stadium lanjutinfeksi HIV
adalah infeksi oportunistik, yaitu infeksi berat yang diinduksi agen yang jarang menyebabkan
penyakit serius pada individu yang imunikompeten. Infeksioportunistik biasanya tidak terjadi
pada pasien yang terinfeksi HIV hingga jumlah sel T CD4 turun dari kadar normal sekitar 1.000
sel/μl menjadi kurang dari 200 sel/μl. Infeksi oportunistik yang paling sering terjadi pada pasien
AIDS yang tidak dapatdiobati yaitu :

1. Protozoa: Toxoplasma gondii, Isospora belli, spesies cryptosporidium.

2. Fungi: Candida albicans, Cryptococcus neoformans,Coccidiodes immitis,Histoplasma


capsulatum, Pneumocytis jiroveci.

18
3. Bakteri: Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium avium intracellulare,Listeria
monocytogenes, spesies salmonella.

4. Virus: Cytomegalovirus, virus herpes simpleks, virus vacella zoster,adenovirus, virus


poliomavirus JC, virus hepatitis B dan C

19
BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan

Agen infeksius adalah mikroorganisme yang dapatmenimbulkan infeksi. Mikroorganisme yang


termasuk dalam agen infeksi antara lain virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia.
Infeksi oportunistik adalah penyakit yang jarang terjadi pada orang sehat, tetapi menyebabkan
infeksi pada individu yang sistem kekebalannya terganggu, termasuk infeksi HIV

Saran

Tentu masih banyak sekali kekurangan yang jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran
yang membangun masih sangat kami butuhkan demi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
saat ini. Ucapan terima kasih layaknya pantas kami persembahkan bagi dosen pembimbing kami
dan para pembaca. Terakhir, ucapan maaf yang sebesar – besarnya perlu kami ucapkan jika
dalam penulisan ini kami banyak melontarkan kata – kata yang kurang berkenan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Staf Penagajar FK UI, (1993). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara


Pringngoutomo, S., Himawan, S. & Tjarta, A. (2002). Buku Ajar Patologi 1 (Umum). Jakarta:
Sangung Seto.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35135/4/Chapter%20II.pdf
http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/BAB_IV_virus.pdf
https://mikrobia2.files.wordpress.com/2008/05/rickettsia-typhi-new.pdf
http://digilib.unila.ac.id/5690/11/13.BAB%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55904/4/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20870/4/Chapter%20II.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai