Anda di halaman 1dari 11

Referat

NEURODERMATITIS SIRKUMSKRIPTA

Oleh:
Umrohtul Habibah, S.Ked
04054822022066

Pembimbing:
dr. Nopriyati, Sp.KK, FINSDV, FAADV

BAGIAN / KSM DERMATOLOGI DAN VENEREOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Referat

Judul

NEURODERMATITIS SIRKUMSKRIPTA

Oleh:

Umrohtul Habibah, S.Ked


04054822022066

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik senior di Bagian/KSM Dermatologi dan Venereologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Dr.Mohammad Hoesin Palembang
periode 16 April – 5 Mei 2020.

Palembang, April 2020

dr. Nopriyati, Sp.KK, FINSDV, FAADV


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan referat dengan judul “Neurodermatitis Sirkumskripta” sebagai
salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik di Departemen Dermatologi
dan Venerologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Nopriyati,
Sp.KK, FINSDV, FAADV selaku pembimbing yang telah membantu dalam
menyelesaikan referat ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-
rekan dokter muda dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
referat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan referat ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan. Demikianlah penulisan laporan ini, semoga
bermanfaat.

Palembang, April 2020

Penulis
NEURODERMATITIS SIRKUMSKRIPTA
Umrohtul Habibah, S.Ked
Bagian/KSM Dermatologi dan Venereologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP DR. Mohammad Hoesin Palembang

PENDAHULUAN
Neurodermatitis sirkumsripta atau liken simpleks kronikus merupakan suatu
peradangan kulit kronik berupa likenfifikasi khusus yang terlokalisasi, berbentuk
plak dan berbatas tegas (sirkumskrip) yang terjadi akibat penggosokan dan
penggarukan yang repetitif.1 Etiologi dari neurodermatitis sirkumskripta belum
diketahui secara pasti, namun terdapat beberapa hipotesis yang diduga menjadi
penyebab pruritus pada penyakit ini seperti limfoma Hodgkin, hipotiroid, hipertiroid,
insufisiensi ginjal, kegagalan hati, gigitan serangga, riwayat dermatitis atopik, infeksi
HIV, hingga faktor psikologi seperti ganguan kecemasan, OCD, dan depresi.2,3
Predileksi dari neurodermatitis sirkumskripta biasanya pada kulit kepala, leher,
ekstremitas terutama pergelangan tangan dan kaki, dan daerah genitalia.4
Neurodermatitis sirkumskripta diperkirakan terjadi pada 12% dari seluruh
populasi dan biasanya terjadi pada rentang usia 30-50 tahun. Kejadian pada anak-
anak jarang dilaporkan. Wanita lebih sering terkena dibanding laki-laki dengan
perbandingan 2:1 dimana insiden pada wanita Asia lebih sering dilaporkan.3
Pada Neurodermatitis sirkumskripta terjadi hipereksitabilitas kulit, sehingga
saat terdapat stimulus eksternal yang minimal akan menimbulkan reaksi gatal, hal ini
tidak terjadi pada kulit normal.3 Reaksi gatal membuat penderita neurodermatitis
menggosok dan menggaruk kulit. Hal tersebut semakin lama menjadi kebiasaan
sehingga terbentuk likenifikasi pada kulit yang terlihat sebagai penebalan dan
penonjolan garis kulit seperti batang kayu. Rasa gatal biasanya timbul saat sedang
tidak beraktifitas.2
Meski Neurodermatitis sirkumskripta merupakan kelainan kulit yang tidak
mengancam jiwa, namun gangguan akibat rasa gatal yang sering timbul dapat
menyebabkan penurunan kualitas hidup dari penderitanya. Penggosokan dan
penggarukan yang repetitif dapat menyebabkan infeksi pada kulit dan mengubah
pembelahan dan pertumbuhan dari sel keratinosit yang selanjutnya meskipun jarang
diamati dapat bertransformasi menjadi keganasan kulit.4,15 Hal ini menyebabkan
perlunya tatalaksana yang baik pada Neurodermatitis sirkumskripta.
DEFINISI
Neurodermatitis sirkumskripta atau liken simpleks kronikus adalah kelainan
kulit yang ditandai dengan likenifikasi kulit akibat dari ekskoriasi sekunder hingga
pruritus primer berat yang kemudian menjadi kebiasaan pada diri seseorang.
Sebagian besar mempengaruhi wanita, dengan insiden puncak terjadi antara usia 30
hingga 50 tahun. Pada kulit, neurodermatitis muncul sebagai plak likenoid yang
menebal dan hiperpigmentasi. Predileksi terutama pada daerah serviks, pergelangan
kaki, kulit kepala, vulva, skrotum, dan daerah ekstensor pada tungkai atas. Pada kulit
kepala, neurodermatitis membentuk lesi oval tunggal atau ganda, dengan scaling dan
menyebabkan rambut rontok atau rusak.2,5

EPIDEMIOLOGI
Neurodermatitis sirkumskripta diperkirakan terjadi pada 12% dari seluruh
populasi dan biasanya terjadi pada rentang usia 30-50 tahun. Kejadian pada anak-
anak jarang dilaporkan. Wanita lebih sering terkena dibanding laki-laki dengan
perbandingan 2:1 dimana insiden pada wanita Asia lebih sering dilaporkan.3 Pasien
dengan riwayat dermatitis atopik dilaporkan memiliki onset yang di usia yang lebih
muda yaitu rata-rata 19 tahun, dibanding pasien tanpa riwayat dermatitis atopik yaitu
rata-rata 48 tahun.3,

ETIOPATOGENESIS
Neurodermatitis sirkumskripta atau liken simpleks kronik terdapat di area
kulit yang dapat dijangkau dengan garukan tangan. Rasa gatal memicu pasien
menggosok ataupun menggaruk kulit sehingga menghasilkan lesi, akan tetapi
patofisiologi dari neurodermatitis sirkumskripta masih belum jelas. Beberapa
hipotesis yang diduga menjadi penyebab pruritus pada penyakit ini seperti limfoma
Hodgkin, hipotiroid, hipertiroid, insufisiensi ginjal, kegagalan hati, gigitan serangga,
riwayat dermatitis atopik, infeksi HIV, hingga faktor psikologi seperti ganguan
kecemasan, OCD, dan depresi.3,11
Pada tingkat mikroskopik, peningkatan jumlah sel Merkel juga terlihat
berdekatan dengan serabut saraf dermal dan sel mast, dimana sel mast dengan
rangsangan oleh calcitonin gene-related peptide (CGRP) dan substansi P akan
melepaskan histamin yang selanjutnya memicu pruritus. Namun hal tersebut hanya
terjadi pada prurigo nodularis tetapi tidak pada neurodermatitis sirkumskripta.
Ekspresi faktor pertumbuhan saraf p75 pada membran sel Schwan dan sel
perineurum meningkat, kemungkinan hal ini yang menyebabkan terjadinya
hiperplasi neural.2,4

GEJALA KLINIS
Penderita neurodermatitis sirkumskripta biasanya memiliki riwayat serangan
rasa gatal berulang-ulang dan garukan yang intens, diselingi dengan interval bebas
gatal. Bila serangan rasa gatal muncul maka sulit untuk ditahan, hal ini menyebabkan
penderita menggaruk kulit hingga luka barulah serangan berkurang atau berhenti
(digantikan dengan rasa nyeri). Serangan rasa gatal biasanya dirasakan saat tidak
beraktifitas.2,6
Pada tahap awal, kulit menjadi eritema dan sedikit edema. Seiring waktu
eritema mereda dan kulit yang terkena mengalami penebalan dan berskuama, kulit di
sekitar lesi menjadi hiperpigmentasi ataupun hipopigmentasi dengan batas kulit
normal yang tidak jelas.2 Hampir semua area kulit dapat terpengaruh, tetapi
predileksi yang paling umum adalah yang mudah dijangkau tangan seperti tengkuk
leher, sisi leher, kulit kepala, pergelangan kaki, paha bagian proksimal, vulva, pubis
atau skrotum, dan lengan bawah. Lesi pada umumnya tunggal tetapi dapat lebih dari
satu. Ukuran lesi lentikular hingga plakat dengan bentuk umumnya lonjong.

A B

Gambar 1. Neurodermatitis sirkumskripta A. Pada tengkuk: membentuk plak B. Pada skrotum:


likenifikasi, hiper dan hipopigmentasi dengan ekskoriasi.3

Variasi klinis lain dari neurodermatitis sirkumskripta adalah prurigo


nodularis yang terbentuk akibat garukan yang berulang. Lesi berbentuk nodus berupa
kubah dengan permukaan mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, lambat laun
berubah menjadi keras disertai hiperpigmentasi. Lesi biasanya multipel dengan
lokasi tersering di ekstremitas.2,7

Gambar 2. Prurigo nodularis pada tungkai bawah

HISTOPATOLOGI
Gambaran histopatologi dari neurodermatitis sirkumskripta menunjukkan
hiperplasia epidermis dan plak hiperkeratotik dengan fokus parakeratosis. Dapat
terlihat lapisan sel granular yang prominen, pemanjangan rete ridges, serta akantosis.
Terdapat gambaran inflamasi pada daerah interstisial dan perivaskular dengan
histiosit, limfosit dan terkadang eosinofil pada superfisial dermis. Pada lesi yang
sangat kronis mungkin ada beberapa fibrosis.2,6

Gambar 3. Histopatologi liken simpleks kronikus.11


DIAGNOSIS
Diagnosis neurodermatitis didasarkan pada pemeriksaan fisik, riwayat medis
lengkap, dermoscopy, dan gejala yang dilaporkan sendiri, dan biasanya tidak terlalu
sulit. Namun harus tetap dipikirkan kemungkinan penyakit kulit lainnya. Uji tempel
dapat menghilangkan kemungkinan reaksi alergi akibat dermatitis kontak sebagai
penyebab lesi. Jika neurodermatitis sirkumskirpta berada di area genital, maka
pemeriksaan KOH dan kultur jamur sangat membantu untuk menyingkirkan tinea
cruris atau kandidiasis. Biopsi kulit dapat dilakukan untuk menyingkirkan gangguan
seperti psoriasis atau fungoides mikosis. Tes darah juga dapat dilakukan; misalnya,
kadar imunoglobulin E serum yang meningkat mendukung diagnosis diatesis atopik
yang mendasarinya.4

DIAGNOSIS BANDING
Tersering
1. Dermatitis atopik likenifikasi
2. Psoriasis likenifikasi
3. Liken planus hipertrofik

Pertimbangkan
1. Genital: penyakit Paget ekstramammae

Selalu singkirkan
1. Vulva, perianal: liken sklerosus, HPV, tinea kruris
2. Skrotum: HPV atau tinea kruris

TATALAKSANA NEURODERMATITIS SIRKUMSKRIPTA


a. Memberikan edukasi kepada penderita sebisa mungkin menghindari
menggosok dan menggaruk kulit yang akan memperburuk keadaan
penyakitnya.
b. Jika terdapat kelainan sistemik yang menyebabkan gatal, maka penyebab
tersebut harus terlebih dahulu disingkirkan.
c. Steroid topikal, biasanya potensi kuat, bila perlu diberi penutup
impermeable, dapat dikombinasikan dengan preparat tar/emolien.
d. Preparat antipruritus non-steroid yaitu: mentol, fenol, dan pramoxine.
e. Kortikosteroid intralesi (triamsinolon asetonid)
f. Topikal takrolimus
g. Antihistamin sedatif (hidroksizin)
h. Inhibitor reuptake serotonin selektif
i. Antidepresan trisiklik (doksepin) malam hari.
j. Konsultasi psikiater bila diperlukan.7

PROGNOSIS
Prognosis bergantung kepada penyebab pruritus (penyakit yang mendasari).
Biasanya membaik dengan pengobatan, tetapi dapat berulang tergantung dari status
psikologik penderita.1,2

SIMPULAN
Neurodermatitis sirkumsripta atau liken simpleks kronikus merupakan suatu
peradangan kulit kronik berupa likenfifikasi khusus yang terlokalisasi, berbentuk
plak dan berbatas tegas (sirkumskrip) yang terjadi akibat penggosokan dan
penggarukan yang repetitif. Etiologi dari penyakit ini masih belum jelas, namun
diduga beberapa penyakit dan kelainan sistemik menjadi penyebab dari penyakit ini.
Pendapat lain mengatakan terdapat hubungan psikologis dengan timbulnya
neurodermatitis sirkumskripta. Meski kelainan kulit ini tidak mengancam jiwa,
namun gangguan akibat rasa gatal yang sering timbul dapat menyebabkan
penurunan kualitas hidup dari penderitanya. Sehingga diperlukan tatalaksana yang
adekuat, baik farmakoterapi maupun non-farmakoterapi.
DAFTAR PUSTAKA
1. James WD, Elston DM and McMahon PJ. Pruritus and Neurocutaneus
Dermatoses. In: Andrews’ disease of the skin clinical atlas. USA: Elsevier;
2018. p52-53.
2. Sularsito, Sri Adi. Neurodermatitis Sirkumskripta. Dalam: Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Ed. 7. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2018. h.183.
3. Burgin, Susan. Lichen Simplex Chronicus. Dalam: Kang S, Amagai M,
Bruckner LA, Enk HA, Margolis JD, McMichael JA, Orringer SJ.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th Ed. New York: McGraw-
Hill Medicine: 2008. P160-161.
4. Charifa A, Badri T. Lichen Simplex Chronicus. In: StatPearls. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2020.
5. Muylaert, B. P. B., Borges, M. T., Michalany, A. O., & Scuotto, C. R.
C.. Lichen simplex chronicus on the scalp: exuberant clinical, dermoscopic,
and histopathological findings. Anais Brasileiros de Dermatologia, 2018.
93(1), 108–110.
6. Sonja Ständer and Malcolm Greaves. Pruritus, Prurigo and Lichen Simplex.
Dalam: Rook’s textbook of Dermatology 9th edition volume 4. UK: Wiley-
Blackwell; 2016.
7. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI).
Liken Simpleks Kronik. Dalam: Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis
Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI; 2017. h.14
8. Prajapati V, Barankin B. Answer: Answer to Dermacase. Can Fam Physician.
2008. (10):1392–3.
9. Singam, V., Patel, K. R., & Silverberg, J. I. Association of prurigo nodularis
and lichen simplex chronicus with hospitalization for mental health disorders
in US adults. Archives of Dermatological Research. 2020.
10. Hunter, John. 2002. Clinical Dermatology. Massachussets: Blackwell
Publishing Company
11. Maxwell A. Fung. Lichen Simplex Chronicus and Prurigo Nodularis.
Dalam: Dermatopathology. USA: Elsevier. 2010
12. Wootton, C. I., Bell, S., Philavanh, A., Phommachack, K., Soukavong, M.,
Kidoikhammouan, S., … Mayxay, M. Assessing skin disease and associated
health-related quality of life in a rural Lao community. BMC Dermatology.
2018. 18(1)
13. Ambika, H., Vinod, Cs., & Sushmita, J. A case of neurodermatitis
circumscipta of scalp presenting as patchy alopecia. International Journal of
Trichology. 2013. 5(2), 94.
14. Tiengo, C., Deluca, J., Belloni-Fortina, A., Salmaso, R., Galifi, F., & Alaibac,
M. Occurrence of Squamous Cell Carcinoma in an Area of Lichen Simplex
Chronicus: Case Report and Pathogenetic Hypothesis. Journal of Cutaneous
Medicine and Surgery. 2012. 16(5), 350–352.
15. Voicu C, Tebeica T, Zanardelli M, et al. Lichen Simplex Chronicus as an
Essential Part of the Dermatologic Masquerade. Open Access Maced J Med
Sci. 2017. 5(4):556–557.

Anda mungkin juga menyukai