Anda di halaman 1dari 10

DUTA GENRE KABUPATEN PADANG PARIAMAN 2019

PENGETAHUAN TENTANG GENRE

FIKI MAIDI YULINDRA

2019
Duta Genre Indonesia
Latar Belakang

Dalam rangka merespon permasalahan remaja saat ini, BKKBN mengembangkan


Program Generasi Berencana (GenRe). Program GenRe adalah program yang dikembangkan
dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja melalui pemahaman tentang
Pendewasaan Usia Perkawinan sehingga mereka mampu melangsungkan jenjang pendidikan
secara terencana, berkarir dalam pekerjaan secara terencana, serta menikah dengan penuh
perencanaan sesuai siklus kesehatan reproduksi.

Program GenRe adalah program yang mengedepankan pembentukan karakter bangsa


dikalangan generasi muda. Program GenRe merupakan wadah untuk mengembangkan
karakter bangsa karena mengajarkan remaja untuk menjauhi Pernikahan Dini, Seks Pra Nikah
dan NAPZA guna menjadi remaja tangguh dan dapat berkontribusi dalam pembangunan serta
berguna bagi nusa dan bangsa.

Untuk mencapai tujuan diatas, maka di dalam program GenRe dikembangkan materi-
materi diantaranya adalah Kesehatan Reproduksi Remaja, Life Skill, Penyiapan Kehidupan
Berkeluarga, serta Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Program GenRe dilaksanakan
melalui pengembangan Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja dengan pendekatan
dari, oleh dan untuk remaja sesuai dengan kecenderungan remaja yang lebih menyukai
bercerita tentang permasalahannya dengan teman sebaya.

Pada saat ini, PIK Remaja berjumlah sekitar 23.579 tersebar di 34 Provinsi yang
diharapkan menjadi wadah bagi remaja untuk berkumpul, berbagi cerita, berkreatifitas dan
saling tukar informasi. PIK Remaja dikembangkan melalui jalur pendidikan dan masyarakat.
Jalur pendidikan meliputi sekolah, perguruan tinggi, dan pesantren. Di jalur masyarakat
diantaranya melalui organisasi kepemudaan, organisasi keagamaan, dan komunitas remaja.
Kedua jalur tersebut merupakan sasaran yang penting untuk mendekati komunitas remaja.

Dalam rangka meningkatkan sosialisasi dan promosi program GenRe, khususnya


pengembangan PIK Remaja sebagai sebuah wadah pelayanan informasi dan konseling, maka
diperlukan figur motivator dari kalangan remaja. Figur motivator inilah yang akan menjadi
wakil atau Duta GenRe. Dengan adanya Duta GenRe, sosialisasi dan promosi program
GenRe dilingkungan remaja akan lebih efektif karena komunikasi yang terjalin dilakukan
dengan pendekatan dari, oleh dan untuk remaja sehingga menjadi ramah remaja. Disamping
itu, di lingkungan remaja secara umum, ikon Duta GenRe dirasa memberi nilai lebih dalam
hal sosialisasi dan promosi program GenRe.

Tujuan

1. Tujuan Umum

Meningkatkan sosialisasi dan promosi Program KKBPK melalui program GenRe di kalangan
remaja agar memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku yang positif dalam pengembangan diri
secara mental, fisik, intelektual, spiritual dan sosial.
2. Tujuan Khusus

a. Mengembangkan citra positif Program GenRe melalui figur Duta GenRe.

b. Meningkatkan promosi Program KKBPK di lingkungan remaja.

c. Menambah luas jejaring kemitraan dan pemangku kepentingan terhadap program GenRe
dan KKBPK melalui Duta GenRe.

Hasil yang Diharapkan

a. Terpilihnya Duta GenRe tahun 2019 jalur pendidikan dan jalur masyarakat yang dapat
menjadi contoh, figur dan teladan bagi remaja lainnya.

b. Meningkatnya dukungan pemangku kepentingan dan mitra kerja terhadap Program GenRe.

SALAM GENRE

Salam Genre (Generasi Berencana) yang menjadi slogan baru program Keluarga
Berencana (KB) disebut memiliki tiga makna unggulan bagi generasi muda. Tidak menikah
muda, tidak melakukan seks bebas, dan tidak menggunakan narkoba.

“Salam Genre dengan mengacungkan tiga jari (jari tengah, jari manis, jari kelingking)
kemudian telunjuk dan jempol membentuk lingkaran, ini bukan sekedar lambang salam,
namun simbol dengan makna besar,”

Makna lingkaran dari telunjuk dan jempul adalah zero atau nol yang menggambarkan tidak
melakukan tiga hal. Pertama adalah tidak menikah di usia muda karena pernikahan di usia
muda akan menyebabkan banyak masalah.

Remaja disarankan serius belajar mulai jenjang sekolah hingga perguruan tinggi dan
meningkatkan kariernya. Setelah usianya matang baru dianjurkan menikah sehingga secara
mental dan reproduksi juga siap membina rumah tangga agar memiliki keturunan.

“Zero kedua adalah tidak melakukan seks bebas (zero free sex). Konseling di bidang
ini untuk membangun pusat informasi antar remaja baik antar pelajar maupun antar
mahasiswa, atau antarteman sebaya,” sebutnya.

Dalam penekanan konseling zero free sex, kegiatannya berupa penyuluhan dan
melatih remaja memiliki kemampuan, dapat memecahkan solusi, dan mencegah remaja dari
pergaulan bebas, sehingga ketika ada remaja yang punya masalah, maka bisa diselesaikan
melalui bimbingan dan konseling sebaya.
Sedangkan untuk zero narkoba, maka remaja juga diberikan wawasan tentang apa itu
narkoba dan bagimana bahayanya jika seseorang mengkonsumsi obat-obatan terlarang,
sehingga melalui bimbingan ini maka para remaja bisa menjauhi narkoba.

“Narkoba merupakan persoalan yang harus menjadi perhatian semua pihak, mulai dari
BNN, aparat, orang tua, hingga BKKBN pun turut memikirkan jangan sampai anak-anak kita
terperangkap bahya narkoba.

Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang memiliki remaja
yang kuat serta memiliki kecerdasan sprititual, intelektual serta emosional yang kuat
menjadikan bangsa tersebut kelak akan kuat pula.

Perkembangan dunia yang kian menglobal, menjadikan perubahan-perubahan besar


terhadap perilaku remaja, namun perubahan tersebut lebih cenderung mengarah pada
kegiatan negatif dibanding positifnya.

Masalah remaja yang timbul biasanya berkaitan dengan masalah seksualitas (Hamil di
luar nikah, aborsi), AIDS,  penyalahgunaan Napza dan sebagainya. Remaja dalam kondisi ini
tentu saja membutuhkan penanganan serta informasi seluas-luasnya mengenai kesehatan
reproduksi, pentingnya menata masa depan dengan baik lewat meninggalkan perilaku yang
tidak bermanfaat dan merusak masa depan remaja itu sendiri.

Menjalani kehidupan remaja yang jauh dari perilaku sex bebas, pernikahan dini dan
ketergantungan pada obat-obatan terlarang serta menjauhkan diri dari bahaya AIDS tentulah
membutuhkan perhatian kita semua. Remaja tidak bisa berjalan sendirian tanpa
pendampingan orang tua, masyarakat lingkungan serta negaranya.

Menyadari ini, BKKBN (Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional)


sebagai wakil pemerintah yang bertanggung jawab menjalankan program PKBR (Penyiapan
Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja) suatu program yang memfasilitasi remaja agar belajar
memahami dan mempraktikan perilaku hidup sehat dan berakhlak untuk mencapai
ketahanan remaja sebagai dasar mewujudkan Generasi Berencana (GenRe).

Untuk menjalankan niat mulia tersebut tentulah memerlukan strategi yang jitu,
berkesinambungan serta melibatkan banyak pihak, baik dari institusi pendidikan sebagai
tempat berkumpulnya aktifitas remaja dan pemerintah daerah sebagai pendukung dan
pemegang kebijakan di suatu daerah.

Pentingnya BKKBN  memiki Public Relation yang terencana, baik itu menyangkut
komunikasi ke dalam serta komunikasi ke luar diharapkan mampu menjadikan program
GenRe ini berjalan dengan sukses.
Tujuan dan Sasaran Genre

Remaja usia (10-24 tahun) dan belum menikah, mahasiswa/mahasiswi yang belum
menikah, keluarga yang memiliki remaja serta, masyarakat yang peduli terhadap
remaja sebagai sasaran utama dari program GenRe harus masuk dan terlibat langsung dan
memahami pentingnya akan tujuan dari program keluarga Berencana (GenRe).

Pendekatan BKKBN dengan melibatkan pihak sekolah dan kampus sebagai bagian
dari mendekatkan GenRe dengan komunitasnya yaitu remaja sekolah/mahasiswa yang telah
berjalan selama ini tentulah harus mendapatkan dukungan dari semua pihak baik itu dari guru
dan kampus dimana remaja dan mahasiswa itu beraktifitas.

Melibatkan anak sebaya sebagai duta GenRe yang telah berjalan selama ini juga
dengan pembekalan-pembekalan serta modul-modul yang sesuai dengan usianya diharapkan
mampu mendekatkan program ini pada sasarannya yaitu remaja Indonesia.
PIK-R/M (Pusat Informasi Konseling Remaja/Mahasiswa

Pusat Informasi Konseling-Remaja/mahasiswa (PIK-RM) sebagai sebagai strategi


pendekatan terhadap remaja dalam program GenRe juga diharapkan dapat memberikan
sumbangsih yang banyak untuk memberikan informasi serta wadah konsuling bagi remaja
sekolah dan mahasiswa.

Remaja sebagai peralihan dari usia anak anak seringkali dihadapkan pada persoalan-
persoalan yang membuat mereka ingin serba tahu dan mencoba banyak hal. Perubahan psikis
maupun biologis yang dialami remaja seringkali membuat mereka dihadapkan pada persoalan
pada siapakah remaja mengadu serta bertanya akan yang menyangkut pubertas serta hal yang
berbau sex.

Sikap sebagian masyarakat/orang tua yang tabu membicarakan sex juga membuat
remaja seringkali salah langkah dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan pertanyaan
yang ada dalam benaknya.

Banyaknya konten-konten dewasa saat ini seringkali menjadi rujukan atas pertanyaan-
pertanyaan remaja yang tentu saja justru seringkali menjerumuskan mereka pada jawaban-
jawaban yang salah.

Langkah BKKBN mengembangkan PIK-R/M ini tentulah sangat tepat untuk


menjawab serta menjadikan rujukan bagi pencaharian jawaban-jawaban remaja dengan
segala persoalannya.

BKR (Bina Keluarga Remaja)

Berdirinya kelompok BKR (Bina Keluarga Remaja) sebagai strategi pendekatan


terhadap orang tua dari program GenRe yang dilakukan oleh sekelompok keluarga/orangtua
untuk meningkatkan bimbingan/pembinaan tumbuh kembang remaja secara baik dan terarah
dalam rangka membangun keluarga yang berkualitas juga harus terus mendapat perhatian
dari semua pihak terutama orang tua dan tokoh masyarakat.

Pengembangan kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) dapat membantu orangtua


dalam memahami remaja, permasalahan remaja, dan cara berkomunikasi dengan remaja.

Melalui kelompok BKR setiap keluarga yang memiliki remaja dapat saling bertukar
informasidan berdiskusi bersama tentang hal-hal yang berkaitan dengan remaja, meliputi
Kebijakan Program GenRe yaitu:
Delapan Fungsi Keluarga
1. Penanaman Nilai-Nilai Moral Melalui 8 Fungsi Keluarga yang meliputi:

 Fungsi Agama lewat pemberian nilai-nilai keagamaan yang baik sebagai bekal hidup
 Fungsi Budaya, keluarga harus mampu menanamkanpenguninya untuk hidup sebagai
makhluk sosial yang saling interaksi yang baik antara satu sama lainya.
 Fungsi Cinta dan Kasih Sayang yang diberikan orang tua kepada anak/remaja akan
menghantarkan mereka untuk belajar bukan saja hanya menyayangi tetapi juga belajar
menghargai orang lain.
 Fungsi Perlindungan, keluarga hendaknya tempat berlindungnya remaja di mana di
dalamnya ditemukan rasa aman serta nyaman.
 Fungsi Reproduksi, remaja lewat keluarganya diharapkan dapat memahami
pentingnya menjaga serta melindungi dirinya lewat pemahaman fungsi reproduksi secara
sehat dan benar lewat pernikahan yang sah, teguh dalam menjaga kesucian reproduksinya
hingga menikah kelak.
 Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan diharapkan memberikan pemahaman terhadap
remaja akan pentingnya hidup bersosialisasi dengan baik dan benar, karena sejatinya manusia
membutuhkan satu dan lainnya.
 Fungsi Ekonomi, keluarga hendaknya dapat memberikan pemahaman pentingnya
memcari sumber pemasukan yang baik serta menggunakannya dengan baik pula lewat tindak
hidup hemat dan menabung.
 Fungsi Lingkungan, keluarga hendaknya dapat mengaktualisasikan dirinya lewat
bersikap bersih dan disiplin [caption id="" align="aligncenter" width="506" caption="Image:
desirakhmadiyanti-bkkbn.blogspot.com"]

2. Pendewasaan Usia Perkawinan, dengan meningkatkan usia perkawinan pertama dengan


minimal usia 20 tahun bagi wanita dan 25 tahun bagi laki-laki. Merencanakan kerangka masa
reproduksi dengan merencanakannya sebaik mungkin lewat tiga masa reproduksi, yaitu
menunda perkawinan dan kehamilan, masa menjarangkan kehamilan serta masa mencegah
kehamilan.

3. Pemahaman yang benar akan seksualitas serta bahaya NAPZA, HIV dan AIDS,

4. Memiliki Keterampilan Hidup, yang mampu menghantarkan remaja untuk berperilaku


positif dan beradaptasi dengan lingkungan yang memungkinkannya seseorang mampu
menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya.
5. Ketahanan Keluarga Berwawasan Gender, Keluarga memiliki fungsistrategis untuk
menanamkan nilai kesetaraan dalam setiap aktivitas keluarga, karena dalam keluargalah
semua struktur, peran, fungsi sebuah sistem berada. Lewat kemajemukan ini semua
diharapkan ketahanan keluarga dapat tercipata dengan sebaiknya.

6. Komunikasi Efektif Orangtua terhadap Remaja, komunikasi merupakan cara


menyampaikan pemikiran dan bahasa lewat bahasai, mendengar, gerak tubuh dan ungkapan
perasaan. Komunikasi yang baik dan efektif antar orang tua akan menghantarkan remaja
menuju gerbang kehidupannya dengan baik.

7. Peran Orangtua Dalam Pembinaan Tumbuh Kembang Remaja, peranan orang tua


dalam membimbing remaja dalam masa tumbuh kembangya remaja sangat penting dengan
meningkatkan rasa percaya dirinya, memotivasinya serta serta mampu mandiri mengatasi
persoalan-persoalan hidup sang remaja. Maka di sini penting orang tua untuk bersikap
sebagai pendidik, sebagai panutan, sebagai pendampin, sebagai konselor, sebagai
komunikator sekaligus juga sebagai teman dan sahabat.

8. Kebersihan dan Kesehatan Diri Remaja, Keluarga memegang peranan penting untuk
mengajarkan pentingnya remaja menjaga kesehatannya mulai dari seluruh anggota tubuhnya
hingga termasuk kebutuhan istirahat dan olah raganya.

9. Pemenuhan Gizi Remaja. perubahan anak menuju remaja secara otomatis akan


mengalami perubahan pola makan pula, pentingnya memberikan pemahaman kepada remaja
untuk mengenal pola makan sehat serta tidak terpengaruh oleh pola hidup yang tidak sehat.
Sikap hidup remaja termasuk didalamnya keinginan untuk memiliki tubuh yang ideal harus
diarahkan pada pola makan/diet yang sehat.

Generasi Berencana (GenRe), menuju generasi emas Indonesia.

Langkah BKKBN mempersembahkan program Generasi Berencana (GenRe) sangat


diharapkan menjadikan kualitas remaja Indonesia mampu menjadi remaja yang mampu
menggantikan generasi berikutnya, sehingga Indonesia kelak semakin maju serta
diperhitungkan di mata dunia.

Generasi yang dipersiapkan dengan terencana memerlukan uluran dan kerjasama dari semua
pihak, agar persoalan remaja serta kendalanya dapat diselesaikan secara bersama-sama.

Karena generasi Berencana, bukan tidak mustahil akan melahirkan generasi emas bagi
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai