Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Oleh:
Laily Agustriani
201920729016

Dosen Pengampu:
Idayati. S, Kep., M. Kes

FAKULTAS KESEHATAN PRODI NERS (REGULER)


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TA. 2019/2020

LAPORAN PENDAHULUAN

A.Konsep Jiwa Defisit perawatan Diri


1. Pengertian

Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam

memenuhi kebutuhan guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya dan

kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien di nyatakan

terganggu perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya

(Damayanti & Iskandar, 2012).

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau

menyelesaikan aktifitas perawatan diri untuk diri sendiri, mandi,

berpakaian dan berhias untuk diri sendiri, aktivitas makan sendiri, dan

aktifitas eliminasi sendiri (Herdman, 2012)

Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada klien dengan

gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga

kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang

perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri

antaranya mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara mandiri,

toileting (BAK/BAB) (Damayanti & Iskandar, 2012).


2. Jenis-jenis Defisit Perawatan Diri

a. Defisit perawatan diri: mandi

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi

atau beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.

b. Defisit perawatan diri: berpakain

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktiitas

berpakain dan berias untuk diri sendiri.

c. Defisit perawatan diri; makan

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas

sendiri

d. Defisit perawatan diri: eliminasi

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas

eliminasi sendiri (Damayanti & Iskandar, 2012)

B. Proses Terjadinya Masalah

1. Faktor predisposisi

Menurut Stuart (2009)

a. Faktor biologi

Secara biologi riset neuropatologi memfokuskan pada tiga area otak

yang di percaya dapat melibatkan defisit perawatan diri yatu sistem

limbik, lobus frontalis dan hypothalamus.

1) Sistem limbik

Sistem limbik merupakan cincin korteks yang berlokasi di

permukaan medial masing-masing hemisfer dan mengelilingi pusat


kutup serebum. Fungsi nya adalah mengatur persyarafan otonon

dan emosi

2) Lobus frontal

Berperan penting menjadi media yang sangat berarti dalam

berprilaku dan berpikir rasional, yang saling berhubungan dengan

sistem limbik.

3) Hypothalamus

Hypothalamus adalah bagian dari ensefalon yaitu bagian dalam dari

serebum yang menghubungkan otak tenggah denganhemisfer

serebum. Fungsi utama adalah tingkah laku terhadap emosi dan

juga mengatur mood dan motivasi.

b. Psikologis

Meliputi konsep diri, intelektualitas, kepribadian, moralitas,

penggalaman masa lalu, koping dan ketrampilan komunikasi secara

verbal.

c. Faktor sosial budaya

Citra tubuh, merupakan konsep subyektif seseorang tentang

penampilan fisiknya. Citra tubuh mempengaruhi cara

mempertahankan perawatan diri. Menurut (Stuart, 2009) citra tubuh

adalah kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak di sadari

terhadap tubuhnya, termasuk persepsi dan perasaan masa lalu dan

sekarang tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi.


2. Faktor Presipitasi

Stuart (2009) mendefinisikan stessor presipitasi sebagai sutau stimulus

yang di persepsikan oleh individu apakah dipersepsikan sebagai suatu

kesempatan, tantangan, ancaman atau tuntutan. Stressor presipitasi bisa

berupa stimulus internal maupun eksternal yang mengancam individu.

Komponen stressor presipitasi terdiri atas sifat, asal, waktu dan jumlah

stressor.

3. Penilaian terhadap stress

Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa

tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal

dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan

dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam

hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman.

4. Sumber koping

Menurut (Herdman, 2012), kemampuan individu yang harus dimiliki

oleh klien defisit perawatan diri adalah kemampuan untuk melakukan

aktifitas perawatan diri dalam hal pemenuhan kebutuhan mandi, berhias,

makan dan minum, serta toileting.

5. Mekanisme koping

Mekanisme koping di bagi menjadi 2 yaitu:

a. Mekanisme koping adaptif

Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan,

belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah klien bisa memenuhi

kebutuhan perawatan diri secara mandiri.


b. Mekanisme koping maladaptif

Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah

pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasi

lingkungan. Kategori tidak mau merawat diri.

C. Asuhan Keperawatan

1. Konsep model Callista Roy

a. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikososial yang terus menerus

berinteraksi dengan lingkungan.

b. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan tubuh untuk mengatasi

perubahan biopsikososial yang bertujuan untuk membantu sesorang

untuk beradaptasi terhadap perubahan fisiologi, konsep diri, fungsi

peran, hubungan interdependen selama sehat sakit.

2. Pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari proses

keperawatan tahapan pengkajian sendiri atas pengumpulan data dari

perumusan kebutuhan. Data yang dikumpulkan meliputi biologis,

psikologis, sosial dan cultural.

3. Masalah keperawtan

Defisit perawatan diri bukan merupakan bagian dari komponen pohon

masalah (cause, core problem, effect) tetapi sebagai masalah pendukung.

a. Effect

b. Core problem

c. Cause

d. Defisit perawatan diri


e. Menurunnya motivasi perawatan diri (Damayanti & Iskandar, 2012)

4. Defisit perawatan diri

a. Defisit perawatan diri, mandi

1) Ketidakmampuan untuk mengakses kamar mandi

2) Ketidakmampuan mengeringkan tubuh

3) Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi

b. Defisit perawatan diri, berpakain

1) Ketidakmampuan mengancing pakaian

2) Ketidakmampuan mendapatkan pakaian

3) Ketidakmampuan mengenakan atribut pakain

4) Ketidakmampuan mengenakan sepatu

5) Ketidakmampuan mengenakan kaos kaki

c. Defisit perawatan diri, makan

1) Ketidakmampuan mengambil makanan dan memasukan ke mulut

2) Ketidakmampuan mengunyah makanan

3) Ketidakmampuan menghabiskan makanan

d. Defisit perawatan diri, eliminasi

1) Ketidakmampuan melakukan hygiene eliminasi yang tepat

2) Ketidakmampuan menyiram toilet

3) Ketidakmampuan naik ke toilet

4) Ketidakmampuan berdiri di toilet

5) Ketidakmampuan untuk duduk di toilet (Damayanti & Iskandar,

2012).

5. Tanda dan gejala defisit perawatan diri


a. Mandi/hygiene

Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, sulit

untuk mendapatkan sumber air.

b. Berpakaian/berhias

Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil

potongan pakaian, meninggalkan pakaian, klien memiliki

ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam.

c. Makan

Klien memiliki ketidakmampuan dalam menelan makanan,

mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,

menggunakan alat tambahan.

d. Eliminasi

Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam

mendapatkan kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban,

ketidakmampuan membersihkan diri setelah BAK/BAB dengan tepat,

dan menyiram toilet atau kamar kecil (Fitria, 2009).

D. Pohon Masalah

Gangguan pemeliharaan kesehatan

Defisit Perawatan Diri

Isolasi sosial

Pohon masalah defisit perawatan diri (Damayanti & Iskandar, 2012).


E. Diagnosa Keperawatan

1. Defisit perawatan diri

2. Isolasi sosial

3. Harga diri rendah

F. Rencana Tindakan Keperawatan

Defisit Perawatan Diri

Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi


keperawatan evaluasi
Defisit Klien mampu: Klien dapat Sp1
perawatan - Melakukan menjelaskan - Identifikasi
diri kebersihan pentingnya: kebersihan
diri sendiri - Kebersihan diri,
secara diri berdandan,
mandiri - Berdandan makan, dan
- Melakukan atau berhias BAB atau
berhias - Makan BAK
atau - BAB dan - Jelaskan
berdandan BAK pentingnya
secara baik - Mampu kebersihan
- Melakukan melakukan diri
makan cara - Masukkan
dengan merawat kedalam
baik diri jadwal
- Melakukan pasien
BAB dan
BAK
secara
mandiri
Sp2
- Evaluasi
kegiatan
yang lalu
(sp1)
- Jelaskan
pentingnya
berdandan
- Latih cara
berdandan
- Masukkan
kedalam
jadwal
kegiatan
pasien
Sp3
- Evaluasi
kegiatan
yang lalu
(sp1 dan sp2)
- Jelaskan cara
dan alat
makan yang
benar
- Jelaskan cara
menyiapkan
makanan
- Jelaskan cara
merapihkan
peralatan
makanan
- Masukkan
kedalam
jadwal
kegiatan
klien

Sp4
- Evaluasi
kemampuan
pasien yang
lalu (sp1,
sp2, dan sp3)
- Latih cara
BAB dan
BAK yang
baik
- Menjelaskan
tempat BAB
dan BAK
yang sesuai
- Menjelaskan
cara
membersihka
n BAB dan
BAK
DAFTAR PUSTAKA

Herdman Ade. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika.

Iqbal Wahit, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba
Medika.

Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN


(Basic Course).Yogyakarta: EGC.

Kelliat, B., A, dkk. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa :Edisi 2.


Jakarta: EGC.

Mukhripah & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika


Aditama.

Nurjannah. (2004). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta:


Momedia.

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Medika.

Yusuf, Rizky, & Hanik. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai