Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“ LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS


APENDIKSITIS”

OLEH

KELOMPOK 2

FITRI MASJIDI

MUTIARA HADI YUSRA

NUR AZIZAH

ROMY FARDINAL

YOSSY GUSMITA

Dosen Pembimbing : Ns. Aulia Putri S.Kep M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

2019/2020

1
LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS
A. Pengertian
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran
bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat
(Smeltzer, 2001).
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus
ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi
dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian
cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi
hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah,
usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan
menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar
kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus
lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan
lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007).
Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks ( Anonim, Apendisitis,
2007).
B. Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni :
1. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah
sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah
bertumpuk nanah.
2. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh
akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring,
biasanya ditemukan pada usia tua.
Anatomi dan Fisiologi Appendiks merupakan organ yang kecil dan vestigial (organ yang
tidak berfungsi) yang melekat sepertiga jari.
Letak apendiks.
Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum,
bermuara di bagian posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia

2
yaitu: taenia anterior, medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah
Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat.
Ukuran dan isi apendiks.
Panjang apendiks rata-rata 6 – 9 cm. Lebar 0,3 – 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa
mengandung amilase dan musin.
Posisi apendiks.
Laterosekal: di lateral kolon asendens. Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding
abdomen. Pelvis minor.
C. Etiologi
Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun
terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi
yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya
disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras ( fekalit), hipeplasia jaringan
limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur.
Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen apendiks adalah fekalit dan
hiperplasia jaringan limfoid. (Irga, 2007).
D. Patofisiologi
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau
tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing. Proses
inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau
menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan
bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.
E. Manifestasi Klinik
Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual,
muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak
dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah
beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika
dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini
dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius.
Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada
orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri
tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi
berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok. (Anonim, Apendisitis,
2007).

3
F. Pemeriksaan diagnostik
Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah
dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya. Gejala
apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah : Nyeri mula-
mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut
kanan bawah. Muntah oleh karena nyeri viseral. Panas (karena kuman yang menetap di
dinding usus).
Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit,
menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.
Pemeriksaan yang lain Lokalisasi.
Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut, tetapi paling terasa
nyeri pada daerah titik Mc. Burney. Jika sudah infiltrat, lokal infeksi juga terjadi jika
orang dapat menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc.
Burney.
Test rektal.
Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada
daerah prolitotomi.
Pemeriksaan laboratorium
Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap
mikroorganisme yang menyerang. Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi
lekositosis yang lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah
(LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat
apa ada infeksi pada ginjal.
Pemeriksaan radiologi
Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut, kecuali
bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut:
Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan. Kadang ada
fecolit (sumbatan). Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam
diafragma.
G. Penatalaksanaan
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan
cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. analgesik dapat diberikan setelah
diagnosa ditegakkan. Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan
sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.Apendektomi dapat dilakukan

4
dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan
laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif.
H. Konsep Asuhan Keperawatan
Sebelum operasi dilakukan klien perlu dipersiapkan secara fisik maupun psikis,
disamping itu juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan
dialami setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam, gerakan
kaki dan duduk) untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh
karena banyak klien merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap
penerimaan anastesi. Untuk melengkapi hal tersebut, maka perawat di dalam melakukan
asuhan keperawatan harus menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengkajian
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
Identitas penanggung.
Riwayat kesehatan sekarang.
Keluhan utama Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke
perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam
kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu
lalu.Sifat keluhan Nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri
dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai Biasanya klien mengeluh rasa mual
dan muntah, panas.
Riwayat kesehatan masa lalu
Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang.
Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum
Klien tampak sakit ringan/sedang/berat. Berat badan Sebagai indicator untuk
menentukan pemberian obat.
 Sirkulasi : Klien mungkin takikardia. Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
 Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-
kadang.
 Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada
bising usus.
 Nyeri/kenyamanan Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena

5
berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena
posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak. Keamanan Demam, biasanya
rendah.
 Data psikologis
Klien nampak gelisah. Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Ada perasaan
takut. Penampilan yang tidak tenang.
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya mual dan
muntah.
b. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh.
c. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal.
d. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan
informasi kurang.
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun.
f. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan.
3. Intervensi keperawatan .
Rencana tujuan dan intervensi disesuaikan dengan diagnosis dan prioritas masalah
keperawatan.
a. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya rasa mual dan
muntah, ditandai dengan : Kadang-kadang diare. Distensi abdomen. Tegang. Nafsu
makan berkurang. Ada rasa mual dan muntah.
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan volume cairan dengan
Kriteria Hasil :
 Klien tidak diare.
 Nafsu makan baik.
 Klien tidak mual dan muntah.
 Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda vital.
Rasional : Merupakan indicator secara dini tentang hypovolemia.
2) Monitor intake dan out put dan konsentrasi urine.
Rasional : Menurunnya out put dan konsentrasi urine akan meningkatkan
kepekaan/endapan sebagai salah satu kesan adanya dehidrasi dan
membutuhkan peningkatan cairan.

6
3) Beri cairan sedikit demi sedikit tapi sering.
Rasional : Untuk meminimalkan hilangnya cairan.
b. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh,
ditandai dengan : Suhu tubuh di atas normal. Frekuensi pernapasan meningkat.
Distensi abdomen. Nyeri tekan daerah titik Mc. Burney Leuco > 10.000/mm3.
Tujuan : Tidak akan terjadi infeksi
Kriteria Hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi post operatif (tidak lagi panas,
kemerahan).
Intervensi :
1) Bersihkan lapangan operasi dari beberapa organisme yang mungkin ada
melalui prinsip-prinsip pencukuran.
Rasional : Pengukuran dengan arah yang berlawanan tumbuhnya rambut
akan mencapai ke dasar rambut, sehingga benar-benar bersih dapat terhindar
dari pertumbuhan mikro organisme.
2) Beri obat pencahar sehari sebelum operasi dan dengan melakukan klisma.
Rasional : Obat pencahar dapat merangsang peristaltic usus sehingga bab
dapat lancar. Sedangkan klisma dapat merangsang peristaltic yang lebih
tinggi, sehingga dapat mengakibatkan ruptura apendiks.
3) Anjurkan klien mandi dengan sempurna.
Rasional : Kulit yang bersih mempunyai arti yang besar terhadap timbulnya
mikro organisme.
4) HE tentang pentingnya kebersihan diri klien.
Rasional : Dengan pemahaman klien, klien dapat bekerja sama dalam
pelaksaan tindakan.
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal,
ditandai dengan : Pernapasan tachipnea. Sirkulasi tachicardia. Sakit di daerah
epigastrum menjalar ke daerah Mc. Burney Gelisah. Klien mengeluh rasa sakit
pada perut bagian kanan bawah.
Tujuan : Rasa nyeri akan teratasi
Kriteria Hasil : Pernapasan normal. Sirkulasi normal.
Intervensi :
1) Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri.
Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan
indiaktor secara dini untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya.

7
2) Anjurkan pernapasan dalam.
Rasional : Pernapasan yang dalam dapat menghirup O2 secara adekuat
sehingga otot-otot menjadi relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
3) Lakukan gate control.
Rasional : Dengan gate control saraf yang berdiameter besar merangsang
saraf yang berdiameter kecil sehingga rangsangan nyeri tidak diteruskan ke
hypothalamus.
4) Beri analgetik.
Rasional : Sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa nyeri (apabila
sudah mengetahui gejala pasti).
d. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan
informasi kurang.
Gelisah. Wajah murung. Klien sering menanyakan tentang penyakitnya. Klien
mengeluh rasa sakit. Klien mengeluh sulit tidur
Tujuan : Klien akan memahami manfaat perawatan post operatif dan
pengobatannya.
Intervensi :
1) Jelaskan pada klien tentang latihan-latihan yang akan digunakan setelah
operasi.
Rasional : Klien dapat memahami dan dapat merencanakan serta dapat
melaksanakan setelah operasi, sehingga dapat mengembalikan fungsi-fungsi
optimal alat-alat tubuh.
2) Menganjurkan aktivitas yang progresif dan sabar menghadapi periode
istirahat setelah operasi.
Rasional : Mencegah luka baring dan dapat mempercepat penyembuhan.
3) Disukusikan kebersihan insisi yang meliputi pergantian verband, pembatasan
mandi, dan penyembuhan latihan.
Rasional : Mengerti dan mau bekerja sama melalui teraupeutik dapat
mempercepat proses penyembuhan.
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun.
Nafsu makan menurun Berat badan menurun Porsi makan tidak dihabiskan Ada
rasa mual muntah.
Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri

8
Intervensi :
1) Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien
Rasional : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi.
2) Perkirakan / hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan
sampai minimal
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan nutrisi berfokus pada
masalah membuat suasana negatif dan mempengaruhi masukan.
3) Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional : Mengawasi keefektifan secara diet.
4) Beri makan sedikit tapi sering
Rasional : Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat
ditingkatkan.
5) Anjurkan kebersihan oral sebelum makan
Rasional : Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan
6) Tawarkan minum saat makan bila toleran.
Rasional : Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.
7) Konsul tetang kesukaan/ketidaksukaan pasien yang menyebabkan distres.
Rasional : Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien
memiliki rasa kontrol dan mendorong untuk makan.
8) Memberi makanan yang bervariasi
Rasional : Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien.
f. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan.
Kuku nampak kotor Kulit kepala kotor Klien nampak kotor
Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri
Intervensi :
1) Mandikan pasien setiap hari sampai klien mampu melaksanakan sendiri
serta cuci rambut dan potong kuku klien.
Rasional : Agar badan menjadi segar, melancarkan peredaran darah dan
meningkatkan kesehatan.
2) Ganti pakaian yang kotor dengan yang bersih.
Rasional : Untuk melindungi klien dari kuman dan meningkatkan rasa
nyaman.

9
3) Berikan HE pada klien dan keluarganya tentang pentingnya kebersihan diri.
Rasional : Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk menjaga
personal hygiene.
4) Berikan pujian pada klien tentang kebersihannya.
Rasional : Agar klien merasa tersanjung dan lebih kooperatif dalam
kebersihan.
5) Bimbing keluarga / istri klien memandikan
Rasional : Agar keterampilan dapat diterapkan.
6) Bersihkan dan atur posisi serta tempat tidur klien.
Rasional : Klien merasa nyaman dengan tenun yang bersih serta mencegah
terjadinya infeksi.
4. Implementasi
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa
serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang
optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang dimiliki
dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun
secara khusus pada klien post apendektomi.
Pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen,
interdependen dan dependen. Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua
kegiatan yang diprakarsai oleh perawat itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan
keterampilan yang dimilikinya Pada fungsi interdependen adalah dimana fungsi yang
dilakukan dengan bekerja sama dengan profesi/disiplin ilmu yang lain dalam
keperawatan maupun pelayanan kesehatan, sedangkan fungsi dependen adalah fungsi
yang dilaksanakan oleh perawat berdasarkan atas pesan orang lain.
5. Evaluasi.
Untuk mengetahui pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan yang telah
dilakukan pada klien perlu dilakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan sebagai
berikut :
a. Apakah klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh?
b. Apakah klien dapat terhidar dari bahaya infeksi?
c. Apakah rasa nyeri akan dapat teratasi?
d. Apakah klien sudah mendapat informasi tentang perawatan dan pengobatannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marylinn E. (2000), Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,


Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.
Henderson, M.A. (1992), Ilmu Bedah Perawat, Yayasan Mesentha Medica, Jakarta.
Schwartz, Seymour, (2000), Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC. Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C, (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Volume 2,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

11
LAPORAN KASUS APENDISITIS

1. PENGKAJIAN
a. Identitas
 Identitas Klien
Nama : Nn S
Umur : 18 Tahun
Alamat : Bukittinggi
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Tanggal Masuk RS : 20 Mei 2020
Diagnosa Medis : Apendiksitis
 Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny T
Umur : 56 Tahun
Hubungan dg klien : Orangtua
Alamat : Bukittinggi
b. Riwayat Kesehatahan
 Keluhan Utama Saat MSRS
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri di seluruh kuadran abdomen.
Nyeri disertai demam, mual dan muntah. Keluarga mengatakan klien sempat
mengalami penurunan kesadaran sebelum dirujuk ke rumah sakit.
 Keluhan Saat Pengkajian
Hasil pengkajian pagi ini didapatkan klien tampak lemah, klien memfleksikan
pinggul dan menekukkan lutut ke arah perut untuk mengurangi nyeri.  Klien
sudah beberapa hari menolak untuk makan, pasien mengatakan perut terasa
semakin nyeri jika diisi makanan, klien hanya minum air putih
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga menjelaskan bahwa klien pernah didiagnosa apendiksitis 3 bulan
yang lalu tapi klien menolak untuk dilakukan operasi.

12
c. Kebutuhan Bio Psiko Social
 Oksigenasi
Sebelum sakit klien mengatakan tidak mengalami gangguan baik saat menarik
napas atau menghembuskan napas. RR= 20 x/i tanpa menggunakan alat bantu
nafas dan saat pengkajian RR klien = 24x/i
 Eliminasi/BAB
Sebelum sakit : klien mengatakan BAB dan BAK normal
 Makan/Minum
Sebelum sakit : klien mengatakan biasa makan 3x sehari dengan nasi, sayur,
lauk dan minum 8-10 gelas air putih sehari. Tidak ada pantangan makanan
apapun. Saat pengkajian : klien mengatakan Klien sudah beberapa hari
menolak untuk makan, pasien mengatakan perut terasa semakin nyeri jika diisi
makanan, klien hanya minum air putih
 Istirahat/Tidur
Sebelum sakit : klien mengatakan biasa tidur malam dari jam 22.00 WIB –
04.00 WIB tidak ada gangguan tidur. Klien jarang tidur siang.
 Gerak/Aktivitas
Sebelum sakit : klien mengatakan dapat beraktifitas dengan baik
Saat pengkajian : klien mengatakan gerak aktifitasnya terbatas akibat nyeri
yang dideritanya. Bertambah sakit jika bergerak dan hanya berbaring di tempat
tidur. Klien memfleksikan pinggul dan menekukkan lutut ke arah perut untuk
mengurangi nyeri.
 Personal Hygiene
Sebelum sakit : klien mengatakan biasa mandi 2x sehari pagi dan sore
 Rasa Aman Dan Nyaman
Sebelum Sakit : Klien mengatakan tidak mengalami gangguan rasa aman dan
nyaman
Saat pengkajian : Klien mengatakan perut terasa semakin nyeri jika diisi
makanan
d. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum
1. Kesadaran : Composmentis
2. Tekanan darah : 130/80 mmHg

13
3. Nadi : 70x/menit
4. Napas : 24x/mnt
5. Suhu : 39oC
 Keadaan Fisik Head To Toe
1. Kepala : Bentuk kepala mesochepal, kulit bersih, pertumbuhan rambut
normal, tidak ada lesi dan benjolan, klien tampak gelisah.
2. Mata : Bentuk simetris, pupil anisokor,konjungtiva anemis, sclera un
ikterik, pergerakan mata terkoordinasi.
3. Hidung : Bentuk hidung simetris, tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada
lumen, penciuman baik, mukosa lembab, dan tidak ada pernafasan cuping
hidung.
4. Mulut : Bentuk simetris, mukosa lembab, gigi bersih dan rapih, lidah
bersih, tidak stomatitis.
5. Telinga :Bentuk telinga simetris, tidak terdapat nyeri tekan, dan tidak ada
lesi maupun benjolan dan pendengaran baik.
6. Leher : Tidak ada pembengkakan vena jugularis, dan tidak ada nyeri tekan.
7. Thorax :Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi dinding dara, sonor diarea
paru dan bunyi paru vesikuler.
8. Abdomen :Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan dengan inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi.
Inspeksi didapat abdomen klien bersih, tidak ada bekas operasi dan
benjolan. Pada palpasi didapatkan terdapat nyeri tekan pada seluruh
abdomen. Pada perkusi terdapat bunyi timphani. Pada auskultasi didapat
bunyi timpani. Klien tampak sering memengang perut yang sakit.
9. Ektermitas Atas dan bawah : Bentuk simetris, tidak terdapat luka, edema
dan sianosis
10. Genitalia : Jenis kelamin perempuan dan tidak terdapat kelainan.
11. Anus : Tidak terdapat tanda- tanda peradangan
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Leukosit 14.300/mm3
2. Nilai hb 10g/dl

14
f. Analisa Data

No Data Etilogi Masalah


1. DS Distensi jaringan Nyeri
- Klien mengatakan nyeri intestinal
pada bagian perut
- Klien mengatakan nyeri
disertai demam, mual dan
muntah
- Klien mengatakan perut
terasa semakin nyeri jika
diisi makanan
DO
- Klien tampak meringis
- Klien tampak
memfleksikan pinggul dan
menekukkan lutut ke arah
perut
- TD : 130/80 mmHg
Nadi : 70x/menit
Napas : 24x/mnt
Suhu : 39oC
2. DS Intake menurun Nutrisi kurang dari
- Klien mengatakan nyeri kebutuhan
disertai demam, mual dan
muntah
- Klien sudah beberapa hari
menolak untuk makan
- Klien mengatakan perut
terasa semakin nyeri jika
diisi makanan, klien hanya
minum air putih
DO
- KU lemah
- Klien tampak menolak

15
untuk makan
- Hb : 10 gr/dl
3. DS Adanya mual dan Resiko berkurangnya
- Klien mengatakan mual muntah volume cairan
dan muntah
- Klien mengatakan perut
akan sakit jika diisi
makanan
- Klien hanya minum air
putih saja
DO
- Klien tampak pucat
- Klien tampak hanya
minum air putih saja

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun.
3) Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya mual dan
muntah.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana tujuan dan intervensi disesuaikan dengan diagnosis dan prioritas masalah
keperawatan.
1. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Berhubungan Dengan Distensi Jaringan Intestinal,
ditandai dengan : Pernapasan tachipnea. Sirkulasi tachicardia. Sakit di daerah
epigastrum menjalar ke daerah Mc. Burney Gelisah. Klien mengeluh rasa sakit
pada perut bagian kanan bawah.
Tujuan : Rasa nyeri akan teratasi
Kriteria Hasil : Pernapasan normal. Sirkulasi normal.
Intervensi :
5) Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri.
Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan
indiaktor secara dini untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya.

16
6) Anjurkan pernapasan dalam.
Rasional : Pernapasan yang dalam dapat menghirup O2 secara adekuat
sehingga otot-otot menjadi relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
7) Lakukan gate control.
Rasional : Dengan gate control saraf yang berdiameter besar merangsang
saraf yang berdiameter kecil sehingga rangsangan nyeri tidak diteruskan ke
hypothalamus.
8) Beri analgetik.
Rasional : Sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa nyeri (apabila
sudah mengetahui gejala pasti).

2. Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Berhubungan Dengan Intake Menurun.


Nafsu makan menurun Berat badan menurun Porsi makan tidak dihabiskan Ada
rasa mual muntah.
Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri
Intervensi :
1) Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien
Rasional : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi.
2) Perkirakan / hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan
sampai minimal
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan nutrisi berfokus pada
masalah membuat suasana negatif dan mempengaruhi masukan.
3) Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional : Mengawasi keefektifan secara diet.
4) Beri makan sedikit tapi sering
Rasional : Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat
ditingkatkan.
5) Anjurkan kebersihan oral sebelum makan
Rasional : Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan
6) Tawarkan minum saat makan bila toleran.
Rasional : Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.
7) Konsul tetang kesukaan/ketidaksukaan pasien yang menyebabkan distres.
Rasional : Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien
memiliki rasa kontrol dan mendorong untuk makan.

17
8) Memberi makanan yang bervariasi
Rasional : Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien.

3. Resiko Kekurangan Volume Cairan Berhubungan Dengan Adanya Rasa Mual Dan
Muntah, ditandai dengan : Kadang-kadang diare. Distensi abdomen. Tegang. Nafsu
makan berkurang. Ada rasa mual dan muntah.
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan volume cairan dengan
Kriteria Hasil :
 Klien tidak diare.
 Nafsu makan baik.
 Klien tidak mual dan muntah.
 Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda vital.
Rasional : Merupakan indicator secara dini tentang hypovolemia.
2) Monitor intake dan out put dan konsentrasi urine.
Rasional : Menurunnya out put dan konsentrasi urine akan meningkatkan
kepekaan/endapan sebagai salah satu kesan adanya dehidrasi dan
membutuhkan peningkatan cairan.
3) Beri cairan sedikit demi sedikit tapi sering.
Rasional : Untuk meminimalkan hilangnya cairan.

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian
kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Pada
tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam
melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara
khusus pada klien post apendektomi.

5. EVALUASI KEPERAWATAN
Untuk mengetahui pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan yang telah dilakukan
pada klien perlu dilakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut :
e. Apakah klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh?
f. Apakah klien dapat terhindar dari bahaya infeksi?
g. Apakah rasa nyeri akan dapat teratasi?

18
h. Apakah klien sudah mendapat informasi tentang perawatan dan pengobatannya.

19

Anda mungkin juga menyukai