Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan
gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau
perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang
berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu
pangan, sandang, pangan,pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman
hidup.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk
hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk
terwujudnya derajatkesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat
Indonesia, pemerintahdan swasta bersama-sama.
Salah satu usaha pemerintah dalam menyadarkan masyarakat tentang
hidup sehat dan pelaksanaanya bagaimana cara hidup sehat adalah dengan cara
melakukan pendidikan kesehatan yang tidak hanya didapat dibangku sekolah tapi
juga bisa dilakukan dengan cara penyuluhan oleh tim medis. Yang biasa disebut
dengan promosi kesehatan ataupun penyuluhan kesehatan.
Mengingat tugas kita sebgai tim medis adalah salah satunya
memperkanalkan bagaimana cara hidup sehat dengan masyarakat maka didalam
makalah ini kami akan  membahas tentang “Promosi Kesehatan di lingkup
Keluarga”
A.    Pengertian Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan sebagai bagian atau cabang dari ilmu kesehatan, juga
mempunyai dua  sisi, yakni sisi ilmu dan seni. Dari sisi seni, yakni praktisi atau
aplikasi promosi kesehatan, merupakan penunjang bagi program-program
kesehatan lain. Artinya setiap program kesehatan, misalnya pemberantasan
penyakit, perbaikan gizi masyarakat, sanitasi lingkungan, kesehatan ibu dan anak,
program pelayanan kesehatan, dan sebagainya, perlu ditunjang atau dibantu oleh
promosi kesehatan

Promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan. Promosi


kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai
upaya-upaya memfasilitasi perubahan perilaku. Hal ini berarti bahwa promosi
kesehatan adalah program kesehatan yang dirancang untuk perubahan (perbaikan),
baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dalam lingkungannya
(lingkungan fisik, social budaya, politik, dan sebagainya).

B.      Sasaran Promosi Kesehatan

Berdasarkan pentahapan upaya promosi kesehatan ini, maka sasaran dibagi dalam
3 kelompok sasaran, antara lain:

·         Sasaran Primer (Primary Target)

Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan


atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini
dapat dikelompokkan menjadi: kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum,
ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak
sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan
terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat.

·         Sasaran Sekunder (Secondary Target)

Yang termasuk sasaran sekunder antara lain para tokoh masyarakat, tokoh agama,
tokoh adat, dan sebagainya.

·         Sasaran Tersier (Tertiary Target)

Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat, maupun
daerah adalah sasaran tersier promosi kesehatan

Pengertian Penyuluhan Kesehatan


Penyuuhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan
seseorang melalui tehnik prakter belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah
atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun
masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup
(Depkes,2002). Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar unutk mencapai suatu
keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarkat secara keseluruhan
ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa
dilakukan, secara perseorangan maupun secara keseluruhan ingin hidup sehat,
tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara
perseorangan maupun secara kelompok dengan meminta pertolongan (Effendy,
2003). Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan di rumah
sakit, klinik, puskesms, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan.
Penyuluhan kesehatan pada keluarga diutamakan pada keluarga resiko tinggi,
seperti keluarga yang menderita penyakit menular, keluarga dengan sosial
ekonomi rendah, keluarga dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga degan
sanitasi lingkungan yang buruk dengan sebgainya.
Ibu hamil, kelompok ibu yang mempunyai anak balita,kelompok
masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehtaan sepertii kelompok lansia,
kelompok yang ada diberbagai institusi pelayanan kesehatan seperti anak sekolah,
pekerjjaan dalam perusahaan dan lain-lain. Penyuluhan kesehatan pada sasaran
masyarakat dapat dilakukan pada masyarakat binaan puskesmas, masyarakat
nelayan, masyarakat pedesaan, masyarakat yan terkena wabah dan lain-lain.

Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam
meningkatlan derajat kesehtan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat, akan
tercipta komunitas yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu
anggota keluarga dapat memengaruhi anggota keluarga yang lain. Masalah
kesehatan yang dialami oleh sebuah keluarga dapat memengaruhi sistem keluarga
tersebut dan memenaruhi kemunitas setmpat, bahkan komunitas global. Sebagai
contoh, apabila ada seorang anggota keluarga yang menderita penyakit demam
berdarah, nyamuk sebgai faktor penyebab dapat menggigit keluarga tetangganya.
Hal tersebut dapat memengaruhi sistem keluarga tersebut dan memengaruhi
komunitas tempat keluarga tersebut menetap. Membangun Indonesia Sehat
seharusnya dimulai dengan membangunkeluarga sehat sesuai dengan budaya
keluarga. Peran perawat keluarga sangat dibutuhkan oleh keluarga unutk
membangun keluarga sehat sesuai dengan budayanya. Perawat berperan sebgai
pemberi asuhan keperawatan. Konselor, pendidik, atau peneliti agar keluarga
dapat mengenal tanda bahaya dini gangguan kesehatan pada anggota keluarganya.
Dengan demikian, apabila keluarga tersebut mempunyai masalah kesehatan,
mereka tidak datang ke pelayanan kesehatan dalam kondisi yang sudah kronis.
Perawat keluarga memiliki peran yang sangat strategis dalam pemberdayaan
kesehatan keluarga sehingga tercapai Indonesia sehat 2010.
Program pemerintah dalam pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan
belum mengikutsertakan perawat keluarga secara optimal. Oleh karena itu, kita
perlu mempertimbangkam adanya satu orang perawat keluarga dalam satu
kelurahan atau desa dalam membangun keluarga sehat. Asuhan keperawatan
ttersebut tentunya dilaksanakan dengan melibatkan peran serta aktif keluarga.
Menurut Departemen Kesehatan (1988), keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Balion
dan Maglaya (1978) mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih individu
yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka hidup
dalam satu rumah tangga, melakukan satu interaksi satu sama lain menurut peran
masing-masing, serta menciptakan dan mempertahanka suatu budaya. Menurut
Friedman (2998), definis keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung
karena ikatan tertentu untuk saling membangi pengalaman dan melakukan
pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari
keluarga. Menurut BKKBN (1999), keluarga adalah dua orang atau lebih yang
dibentuk ebrdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan
hidup spiritual dan meteriil yang layak, bertaqwa kepasa Tuhan, memiliki
hubungan yang selaras dengan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat
serta lingkungannya.

Struktur dan Fungsi Keluarga


Setiap angota keluarga mempunyai struktur peran formal dan informal.
Misalnya, ayah mempunyai peran formal sebagai kepala keluarga dan pencar
nafkah. Peran informal ayah adalah sebagai panutan dan pelindung keluarga.
Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan
keluarga untuk saling berbagi, kemampuan sste pendukung di antara anggota
keluarga, kemampuan perawatan diri, dan kemampuan menyelesaikan masalah.
Menurut Friedman (1999), lima fungsi dasar keluarga sebagai berikut :
 Fungsi efektif
Fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling
mengasuh dan memberikan cita kasih, serta saling menerima dan
mendukung.
 Fungsi sosialisasi
Proses perkembangan dan perubahan individu keluarga,tempat anggota
keluarga berinteraksi sosial, dan belajar berperan di lignkungan sosial.
 Fungsi reproduksi
Fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
 Fungsi ekonomi
Fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti sandang.
Fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti sandang,
pangan, dan papan.
Fungsi perawatan kesehatan
Kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan.
Penyuluhan Kesehatan pada Keluarga
Peningkatan status kesehatan keluarga merupakan tujuan yang ingin
dicapai dalam memberikan penyuluhan kesehatan pada keluarga agar keluarga
tersebut dapat meningkatkan produktivitasnya, bila produktivitas keluarga
meningkat diharapkan kesejahteraan keluarga akan meningkat pula. Tujuan
utama dalam memberikan penyuluhan dalam keluarga adalah untuk
meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga
sehingga mereka dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya. Adapun
tujuan khusus dalam penyuluhan kesehatan keluarga, yaitu:
1.Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
2.Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-
masalah kesehatan dasar dalam keluarga.
3.Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang
tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya.
4.Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi
masalah kesehatan anggota keluarganya.
5.Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu
hidupnya.

c.       Pengertian Rumah Tangga

Keluarga atau rumah tangga adalah unit masyarakat terkecil. Oleh sebab itu untuk
mencapai perilaku masyarakat yang sehat harus dimulai di masing-masing
keluarga. Orang tua (ayah dan ibu) merupakan sasaran utama dalam promosi
kesehatan pada tatanan ini. Karena orang tua, terutama ibu, merupakan peletak
dasar perilaku dan terutama perilaku kesehatan bagi anak-anak mereka. Keluarga
merupakan tempat dasar berkembangnya perilaku manusia.

Ada beberapa ahli yang menjelaskan, bahwa kata tangga dalam rumahtangga
berarti susunan atau tingkat, mungkin semacam hirarki, baik hirarki
tanggungjawab, hirarki wewenang, hirarki kepatuhan, dan sebagainya. Jadi,
dengan menganggap bahwa tangga adalah susunan, maka para pemikir
menjelaskan bahwa dalam rumahtangga harus ada susunan dan tingkatan
wewenang dan tanggungjawab yang diatur dan dikelola dengan baik sehingga
tercipta harmoni yang apik.

d.      Fungsi Keluarga dalam Perawatan Kesehatan

Fungsi keluarga yang penting dalam kesehatan adalah fungsi perawatan


kesehatan.
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan terhadap
anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Tugas
kesehatan keluarga tersebut adalah (Frieman, 1998):

·         Mengenal masalah kesehatan

·         Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

·         Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

·         Mempertahankan suasana rumah yang sehat

·         Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

e.       Penerapan Promosi Kesehatan di Rumah Tangga

Dalam mewujudkan visi Indonesia Sehat telah ditetapkan pembangunan nasional


berwawasan kesehatan. Untuk melaksanakan pembangunan kesehatan tersebut
diperlukan pendekatan Promosi Kesehatan. Untuk mewujudkan perilaku hidup
bersih dan sehat ditetapkan visi Nasional Promosi Kesehatan yaitu “Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat”.

Pengertian PHBS

PHBS merupakan salah satu pilar utama dalam Indonesia Sehat dan merupakan
salah satu strategi untuk mengurangi beban negara dan masyarakat terhadap
pembiayaan kesehatan. PHBS di rumah tangga adalah upaya memperdayakan
anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan perilaku hidup
bersih dan sehat, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diridari
ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Olehkarena itu tatanan rumah tangga sehat dapat diwujudkan dengan perilaku
sehat dan lingkungan sehat.
Pengertian PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, atau
masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan.

Jumlah PHBS yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari pun sangat
banyak, bahkan bisa mencapai ratusan. Misalnya tentang mengkonsumsi multi
vitamin, istirahat yang cukup, membuang sampah pada tempatnya, hingga mampu
mengendalikan emosi diri. Sedangkan yang akan dibahas disini adalah PHBS
dalam lingkungan rumah tangga.
Tujuan dan Manfaat
A.Tujuan

1.Tujuan umum : Meningkatnya rumah tangga sehat di kabupaten/kota diseluruh


Indonesia.
Tujuan khusus :
1.Meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan anggota rumahtangga
untuk melaksanakan PHBS.
2.Meningkatkan keikutsertaan seluruh anggota keluarga agar berperan aktif dalam
gerakan PHBS di masyarakat.

Manfaat
1.Bagi Rumah Tangga
Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.
Anak tumbuh sehat dan cerdas.
Anggota keluarga giat bekerja.
Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizikeluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatankeluarga.
Produktivitas anggota keluarga meningkat

Mampu mengupayakan lingkungan sehat

 Mampu mencegah & menanggulangi masalah kesehatan

Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada

Mampu mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat seperti


Posyandu, JPKM, tabungan bersalin, arisan jamban, kelompok pemakai air,
ambulan desa

2.Bagi Masyarakat:

Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.


Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalahkesehatan.
Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan BersumberMasyarakat
(UKBM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa
dan lain-lain.

1)      Pengertian PHBS di Rumah Tangga 

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya unutk memperdayakan anggota rumah


tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat
serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
2)      Landasan Hukum Pembinaan PHBS di Rumah Tangga

Pembinaan PHBS di Rumah Tangga telah menjadi bagian dari Kesatuan Gerak
PKK-KB-Kesehatan sejak tahun 2005. Landasan hukum pembinaan PHBS:

·         Undang-undang No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan


dan Pemberdayaan Keluarga Sejahtera.

·         Undang-undang No. 23 Tahun 199 tentang Kesehatan.

·         Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

·         Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah


dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom

·         Peraturan Pemerintah No. 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum


Pengaturan Mengenai Desa dan Kelurahan.

·         Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang Kewenangan Wajib


Standar Pelayanan Minimal di Bidang Kesehatan.

·         Keputusan Menteri dalam Negeri dan Otonomi Daerah No. 53 tahun 2000
tentang Gerakan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga.

·         Keputusan menteri Kesehatan RI No. 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang


Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan.

·         Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang


Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah

3)      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PHBS Rumah Tangga adalah

·         Predisposing, adalah faktor-faktor yang mempermudah atau


mempredisposisi terjadi perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap
keyakinan, kepercayaan nilai-nilai, tradisi, disebut. 

·         Enabling, adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitas


perilaku atau tindakan yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana
dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.

·         Reinforcing, adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat


terjadinya perilaku, meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat,
tetapi tidak melakukannya. 

4)      Sasaran PHBS utama di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga:


·         Pasangan usia subur

·         Ibu hamil dan menyusui

·         Anak dan remaja

·         Usia lanjut

·         Pengasuh anak

5)      Langkah langkah pembinaan PHBS di Rumah Tangga

Di Kabupaten Kota

·         Mengeluarkan kebijakan tentang pembinaan PHBS di Rumah Tangga


melalui Tim Penggerak PKK di seluruh kecamatan dan desa/kelurahan

·         Sosialisasi pembinaan PHBS di Rumah Tangga kepada Tim Penggerak


PKK

·         Mengadvokasi Bupati /Walikota /DPRD untuk memperoleh dukungan


kebijakan dan dana bagi pembinaan PHBS di Rumah Tangga diseluruh kecamatan
dan desa/kelurahan

·         Memantau kemajuan pelaksanaan pembinaan PHBS di Rumah Tangga dan


pencapaian Rumah Tangga tingkat kabupaten /kota

·         Memberikan penghargaan terhadap Pelaksana Terbaik PHBS di Rumah


Tangga tingkat kabupaten/kota

Di Kecamatan 

·         Mengeluarkan kebijakan tentang pembinaan PHBS di Rumah Tangga


melalui Tim Penggerak PKK di seluruh desa /kelurahan

·         Sosialisasi pembinaan PHBS di Rumah Tangga kepada Tim Penggerak


PKK desa /kelurahan dan organisasi masyarakat lainnya.

·         Mengadvokasi Camat dan lintas sektor terkait untuk memperoleh dukungan


kebijakan dan dana bagi pembinaan PHBS di Rumah Tangga di seluruh
desa/kelurahan

·         Menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan pembinaan PHBS di Rumah


Tangga berdasarkan prioritas masalah PHBS tingkat desa/kelurahan

·         Melatih TP-PKK desa/kelurahan dalam melaksanakan pembinaan PHBS di


Rumah Tangga.
·         Memantau kemajuan pelaksanaan pembinaan PHBS di Rumah Tangga dan
pencapaian Rumah Tangga diseluruh desa.

·         Mengirimkan hasil pengumpulan data PHBS di seluruh desa/kelurahan ke


Dinasa Kesehatan kabupaten/kota untuk diolah lebih lanjut melalui Sistem
Informsi Manajemen PHBS (SIM-PHBS).

·         Melaksanakan penilaian PHBS di Rumah Tangga tingkat desa/kelurahan.

·         Memberikan penghargaan terhadap Pelaksana Terbaik PHBS di Rumah


Tangga tingkat desa/kelurahan.

Di Desa/Kelurahan

·         Sosialisasi PHBS di Rumah Tangga

·         Pengumpulan data PHBS di Rumah Tangga

·         Pengolahan Data dan Pemetaan PHBS

·         Perencanaan kegiatan

·         Penggerakan dan Pelaksanaan Kegiatan

·         Pemantauan dan Penilaian

Indikator PHBS Rumah Tangga

1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan


Adalah pertolongan persalinan dalam rumah tangga yang dilakukanoleh tenaga
kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para medis lainnya).Tenagakesehatan
merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan,sehingga
keselamatan Ibu dan bayi lebih terjamin. Apabila terdapat kelainandapat diketahui
dan segera ditolong atau dirujuk ke Puskesmas atau rumahsakit. Persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan
steril sehingga mencegah terjadinya infeksidan bahaya kesehata lainnya.

2.Bayi diberi ASI eksklusif


Adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja sejak lahir sampaiusia 6 bulan.
ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungangizi yar cukup
dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh
dan berkembang dengan baik. Air Susu Ibu pertama berupa cairan bening berwarn
a kekuningan (kolostrum), sangat baik untuk bayi karenamengandung zat
kekebalan terhadap penyakit.

3.Penimbangan bayi dan balita


Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk
memantau pertumbuhan setiap bulan dan mengetahui apakah bayi dan balita berad
a pada kondisi gizi kurang atau gizi buruk.Penimbangan bayi dan balita dilakukan
setiap buian mulai umur 1 bulan sampai 5 tahun di Posyandu. Manfaat
penimbangan balita setiap bulandi Posyandu :
Untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat.
Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita.
Untuk mengetahui balita yang sakit, (demam/batuk/pilek/diare),
berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannyaBGM
(Bawah Garis Merah) dan dicurigai Gizi buruk sehingga dapatsegera dirujuk ke
Puskesmas.
Untuk mengetahui kelengkapan Imunitasi.
Untuk mendapatkan penyuluhan gizi.

4.Menggunakan Air Bersih


Menggunakan air bersih adalah rumah tangga yang menggunakan
air bersih untuk kebutuhan sehari-hari yang berasal dari : air kemasan, airledeng,
air pompa, sumur terlindung, mata air terlindung dan penampunganair hujan dan
memenuhi syarat air bersih yaitu: tidak berasa, tidak berbaudan tidak berwarna.
Sumber air pompa, sumur dan mata
air
terlindung berjarak minimal 10 meter dari sumber pencermar seperti tempat pena
mpungan kotoran atau limbah.

5.Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun


Air yang bersih tidak banyak mengandung bakteri dan Sabun dapatmembersihkan
kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotorandan kuman masih
tertinggal di tangan.

6.Menggunakan jamban sehat


Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangankotoran
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk denganleher angsa
atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan
kotoran dan air untuk membersihkannya.

 Syarat jamban sehat :
a.Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber airminum dengan
lubang penampungan minimal 10 meter) 
b.Tidak berbau.
c.Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
d.Tidak mencemari tanah disekitarnya.
e.Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
f.Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
g.Penerangan dan ventilasi cukup.
h.Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
i.Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
7.Memberantas jentik di rumah sekali seminggu

Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan


jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk

Tiga indikator gaya hidup sehat :


1.Makan buah dan sayur setiap hari
Setiap anggota rumah tangga mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan2 porsi
sayuran atau sebaliknya setiap hari.

2.Melakukan aktivitas fisik setiap hari


Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yangmenyebabkan
pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaankesehatan fisik, mental,
dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehatdan bugar sepanjang hari.
Aktivitas fisik dilakukan secara teratur palingsedikit 30 menit dalam sehari,
sehingga, dapat menyehatkan jantung, paru- paru serta alat tubuh lainnya.

3.Tidak merokok dalam rumah


Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah.Rokok ibarat pabrik
bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang diisap akandikeluarkan sekitar 4.000
bahan kimia berbahaya, di antaranya yang paling berbahaya adalah Nikotin, Tar,
dan Carbon Monoksida (CO).

Memang PHBS, khususnya di skala rumah tangga, memang terasa mudah


dalam teori, namun dalam pelaksanaannya memang butuh banyak dukungan,
mulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan sekitar hingga pemerintah.

Banyak tantangan yang dihadapi dalam menerapkan PHBS di lingkungan


keluarga. Masih banyaknya iklan rokok yang ada di media cetak maupun
elektronik, makanan dan minuman cepat saji yang kurang sesuai dengan prinsip
gizi seimbang, belum adanya monitoring evaluasi terpadu tentang kegiatan PHBS
ini. Selain itu, kawasan padat penduduk di kota-kota besar seperti Surabaya dan
juga banyaknya penduduk musiman yang menimbulkan permasalahan pada
kehidupan sosial dan ekonomi juga merupakan tantangan tersendiri dalam
penerapan PHBS.

Oleh karena itu, bagaimana upaya penerapan sepuluh PHBS di lingkungan


keluarga, tentu sangat tergantung dari kesadaran dan peran aktif masyarakat di
lingkungan tempat tinggalnya masing-masing. Sebab, upaya mewujudkan
lingkungan yang sehat akan mendukung pola perilaku kehidupan masyarakat yang
sehat secara kerkesinambungan.
Selain PHBS atau Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Promosi kesehatan dalam
lingkup keluarga juga mencakup tentang Pendidikan Kesehatan.

PENDIDIKAN KESEHATAN

Pendidikan kesehatan merupakan salah satu kompetensi yang dituntut dari tenaga
keperawatan karena merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam
setiap memberikan asuhan keperawatan di mana saja ia bertugas, apakah itu
terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Effendy, 1998).
Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk membantu individu,
keluarga, dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuannya untuk mencapai
kesehatan secara optimal (Notoatmodjo, 1993 [seperti] dikutip oleh Digilib USU,
2010). Pendidikan kesehatan erat kaitannya dengan penyuluhan kesehatan dan
berorientasi pada perubahan perilaku seseorang. Pendidikan kesehatan tidak hanya
bertujuan untuk membangun atau mengembangkan kesadaran diri dengan
berdasarkan pengetahuan kesehatan. Lebih dari itu, pendidikan kesehatan
bertujuan untuk membangun perilaku kesehatan individu dan masyarakat
(Asmadi, 2008).

Pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah dan


menguatkan faktor perilaku (predisposisi, pendukung, dan pendorong) sehingga
menimbulkan perilaku positif dari masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa
perilaku, pendidikan kesehatan, dan status kesehatan memiliki pola hubungan
yang saling berpengaruh satu sama lain (Green, 1980 [seperti] dikutip oleh Heri,
2007).

Tujuan

Suatu pendidikan kesehatan dalam keluarga secara umum memiliki tujuan untuk
mengubah perilaku individu dan masyarakat di bidang kesehatan. Menurut WHO
(1954), tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk merubah perilaku orang atau
masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat. Tercapainya
perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam memelihara
perilaku sehat dan mengupayakan derajat kesehatan yang optimal merupakan
tujuan pokok penkes. Secara lebih rinci tujuan pendidikan kesehatan disebutkan
oleh azwar (1983) dalam suryani (2009) menjadi tiga macam, yaitu:

a.       Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di


masyarakat. Dengan demikian kader kesehatan mempunyai tanggung jawab di
dalam penyuluhannya mengarahkan kepada keadaan bahwa cara-cara hidup sehat
menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari.
b.      Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri
maupun menciptakan perilaku sehat di dalam kelompok. Itulah sebabnya dalam
hal ini pelayanan kesehatan dasar (phc) diarahkan agar dikelola sendiri oleh
masyarakat, dalam hal bentuk yang nyata adalah pkmd, satu contoh pkmd adalah
posyandu. Seterusnya dalam kegiatan ini diharapkan adanya langkah-langkah
mencegah timbulnya penyakit.

c.       Mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan


yang ada secara tepat. Ada kalanya masyarakat memanfaatkan sarana kesehatan
yang ada secara berlebihan. Sebaliknya sudah sakit belum pula menggunakan
sarana kesehatan yang ada sebagaimana mestinya.

Pendidikan kesehatan juga memiliki aspek penting yang salah satu diantaranya
adalah komunikasi. Cara berkomunikasi yang digunakan dalam pendidikan
kesehatan akan mempengaruhi hasil dalam memberikan pendidikan kesehatan
pada seseorang. Komunikasi kesehatan masyarakat telah bergeser dari strategi
yang sebagian demi sebagian (piecemeal strategies) ke proses yang menyeluruh
berdasarkan atas penelitian dan perencanaan yang berfokuskan pada konsumen
(Rasmuson, 1988 [seperti] dikutip oleh Machfoedz & Suryani, 2008). Tujuan
komunikasi kesehatan masyarakat adalah menumbuhkan perubahan perilaku yang
berkaitan dengan kesehatan dan berpacu pada peningkatan derajat kesehatan. Hal
ini sejalan dengan tujuan pendidikan kesehatan menurut WHO.

Pendidikan kesehatan tidak dilakukan secara serta merta tanpa persiapan atau
perencanaan khusus. Perencanaan menjadi langkah awal penentu dalam sukses
atau tidaknya sebuah program. Bagian dari perencanaan kesehatan adalah
mengidentifikasi aspek perilaku yang menyebabkan terjadinya masalah kesehatan
dan kemudian dilanjutkan dnegan pengambilan langkah-langkah lain yang harus
ditempuh sebagai bentuk pelaksanaan tindak lanjut dari perencanaan. Setelah
melakukan perencanaan dan pelaksanaan dalam pendidikan kesehatan, pemberi
pendiidkan kesehatan perlu mengadakan penilaian. Dengan adanya penilaian,
maka kita akan dapat mengetahui hasil pekerjaan kita, yang akan dapat melihat
kekurangannya sejauh mana hasil kemajuan dari sistem pendidikan kesehatan
yang telah diterapkan untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut (Machfoedz &
Suryani, 2008).

Sasaran

Secara umum pendidikan kesehatan memiliki tiga sasaran kelompok, yaitu


pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu, pendidikan kesehatan
kelompok dengan sasaran kelompok dan pendidikan kesehatan masyarakat
dengan sasaran masyarakat.
Meskipun berbeda, tujuan yang ingin dicapai dari ketiga sasaran itu serupa,
berupa perubahan sikap dan perilaku individu kelompok, atau pun masyarakat
agar menjadi lebih baik.

Tahap-tahap pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan yang baik harus dilakukan secara terstruktur agar tujuan
dapat dicapai dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan langkah yang sistematis.
Langkah yang dapat ditempuh dalam suatu pedidikan kesehatan antara lain:

a.       Tahap sensitisasi

Tahap pertama berisi pemberian informasi mengenai masalah kesehatan,


pengetahuan kesehatan, serta fasilitas kesehatan yang ada. Namun demikian pada
tahap ini belum merujuk pada perubahan perilaku.

b.      Tahap publisistas

Melanjutkan tahap yang pertama dengan fokus pada publikasi layanan kesehatan.

c.       Tahap edukasi

Tahap ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap menjadi


apa yang diinginkan, metode yang sesuai dengan proses belajar dan mengajar.

d.      Tahap motivasi

Diharapkan pada tahap ini masyarakat dapat merubah perilaku dan melanjutkan
hal tersebut.

PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM KELUARGA

               Pendidikan Kesehatan  keluarga berfokus pada fungsi keluarga yang


sehat dalam perspektif sistem keluarga dan memberikan pendekatan terutama
pencegahan . Keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk berfungsi
secara sehat secara luas dikenal: keterampilan komunikasi yang kuat, pengetahuan
tentang perkembangan khas manusia, keterampilan membuat keputusan yang
baik, positif harga diri ,dan hubungan interpersonal yang sehat. Tujuan pendidikan
kehidupan keluarga adalah untuk mengajar dan mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan ini untuk memungkinkan individu dan keluarga untuk berfungsi
optimal .

Pendidikan kesehatan keluargamempertimbangkan isu-isu sosial termasuk


ekonomi, pendidikan, masalah kerja keluarga, orangtua, seksualitas, gender dan
lainnya dalam konteks keluarga. Mereka percaya bahwa masalah sosial seperti
penyalahgunaan zat, kekerasan dalam rumah tangga, pengangguran, hutang, dan
kekerasan terhadap anak dapat lebih efektif ditangani dari perspektif yang
menganggap individu dan keluarga sebagai bagian dari sistem yang lebih besar.
Pengetahuan tentang fungsi keluarga yang sehat dapat diterapkan untuk mencegah
atau meminimalkan banyak masalah ini.

Tingkat pencegahan dalam keluarga

1.      Pencegahan primer

Pencegahan primer merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mencegah


penyakit, ketidakmampuan dan cedera. Pencegahan primer melibatkan
peningkatan kesehatan melalui penyuluhan kesehatan dengan penekanan pada
pembentukan gaya hidup sehat guna meningkatkan tingkat fungsional optimal
(seperti nutrisi, latihan, tiur, rekreasi, relaksasi, tidak menggunakan alkohol,
tembakau, dan obat-obatan), pembentukan kepribadian yang sehat, konseling, dan
pembentukan lingkungan sosial yang sehat (Hitchcook, Stubert & Thomas, 1999).
Pencegahan primer meningkatkan dan mempertahankan kesehatan keluarga.

Pencegahan primer berdampak dalam peningkatan promosi kesehatan di keluarga,


peningkatan kesehatan keluarga menyeluruh untuk setiap anggota keluarga.
Promosi kesehatan di desain agar dapat berkontribusi dalam pertumbuhan,
perluasan atau menghasilkan yang terbaik bagi kesehatan. promosi kesehatan hal
yang positif, proses dinamis berfokus pada peningkatan kualitas hidup dan
perbaikan, bukan semata-mata menghindar dari penyakit (Pender, Carolyn &
Mary, 2002).

2.      Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder adalah aktivitas yang berhubungan dengan deteksi dini dan
treatmen. Fokus pencegahan ini adalah dengan melakukan skrining untuk
mendeteksi penyakit pada fase awal.

3.      Pencegahan tersier

Pencegahan tersier merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mencegah penyakit


tidak bertambah parah (kronis) dan tidak menimbulkan ketidakmampuan pada
individu. Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan melakukan rehabilitasi
kepada individu yang meliputi rehabilitasi fisik, psikis, dan spiritual (Hitchcook,
Stubert & Thomas, 1999).
Tujuan keperawatan keluarga

Tujuan umum keperawatan keluarga adalah meningkatkan kesadaran, keinginan,


dan kemampuan keluarga dalam meningkatkan, mencegah, memelihara kesehatan
mereka sampai pada tahap yang optimal dan mampu melaksanakan tugas-tugas
mereka secara produktif.

Tujuan khususnya adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemampuan


keluarga dalam hal

1.      Mengidentifikasi masalah yang mereka hadapi

2.      Mengambil keputusan tentang siapa/kemana dan bagaiman pemecahan


masalah

3.      Meningkatkan mutu kesehatan keluarga

4.      Mencegah terjadinya penyakit

5.      Melaksanakan usaha penyembuhan

6.      Melaksanakan usaha rehabilitasi penderita melalui asuhan keperawatan

7.      Membantu tenaga profesional dalam menanggulangi masalah

Peran, fungsi, dan kompetensi perawat keluarga

Peran adalah pola tingkah laku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki
suatu jabatan atau pelaksana satu pekerjaan yang pantas dilakukan oleh orang
tersebut.Dalam meningkatkan kemampuannya menyelesaikan masalah kesehatan,
perawat dapat berperan dalam keperawatan keluarga sebagai:

1.Pemantau kesehatan (health monitor).

Perawat membantu keluarga mengenali penyimpangan kesehatan dengan


menganalisis data secara objektif serta membuat keluarga sadar tentang masalah
di keluarga.

2.Pemberi asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit.

3.Koordinator perawatan kesehatan keluarga.

4.Fasilitator

Perawat dapat meningkirkan rintangan yang menghambat perawatan kesehatan


keluarga.
5.Pendidilk

Perawat harus mampu memberi pendidikan pada klien agar mampu mengatasi
masalahnya sendiri.

6.Penasehat

Dengan komunikasi yang baik, keluarga akan berani meminta nasehat perawat
dan perawat  akan memberi nasehat yang benar.

Anda mungkin juga menyukai