Anda di halaman 1dari 8

1.

PENDAHULUAN

1.1. Tinjauan Pustaka


Ketika cairan dipanaskan dalam sebuah tempat terbuka, suhu dari cairan meningkat
sampai larutan mulai mendidih. Ketika cairan murni mendidih, temperatur tetap
konstan. Titik didih adalah karakteristik dari setiap unsur kimia, selama tekanan
atmosfernya tetap atau konstan. Pendidihan terjadi ketika suhu dimana tekanan dari
cairan sama dengan tekanan atmosfer. Tekanan atmosfer berubah-ubah dari hari ke hari,
berkenaan dengan perubahan kondisi cuaca. Jadi titik didih juga bervariasi dan
tergantung pada tekanan uap (Breck et al, 1981).

Tekanan uap akan naik jika suhu dinaikkan. Ketika tekanan dalam atau tekanan uap dari
suatu cairan menjadi sama dengan tekanan luar, cairan itu akan mendidih (tekanan luar
ialah tekanan atmosfer di atas cairan). Suhu didih dari suatu cairan tetap konstan selama
tekanan luar tidak berubah (Hein et al, 1993).

Suhu pada waktu tekanan uap sama dengan tekanan barometer adalah titik didih.
Mendidih terjadi jika tekanan uap cairan sama dengan tekanan barometer. Titik didih
normal suhu tekanan uap cairannya adalah 1 atm. Naik titik didih juga termasuk dalam
sifat koligatif. Tiga sifat lain antara lain adalah penurunan titik beku dan tekanan
atmosfer. Sifat-sifat tersebut tergantung pada jenis pelarut tetapi pada jenis partikel yang
terlarut (Petrucci, 1987).

Air murni pada tekanan 1 Atm mempunyai titik beku 0oC dan titik didih 100oC. Jika ke
dalam air kita larutkan suatu zat, maka titik didih larutan akan lebih tinggi dari 100 oC
(John, 1985).

Bila air murni dipanaskan pada tekanan 1 Atm, maka akan mendidih pada suhu 100 oC,
karena pada suhu itu tekanannya sama dengan tekanan udara luar. Sekarang bila kita
larutkan gula ke dalam air maka pada suhu 100oC larutan itu belum mendidih. Hal ini
disebabkan molekul-molekul gula menghalangi penguapan sebagian molekul-molekul
sehingga tekanan uapnya belum mencapai tekanan udara luar. Untuk itu diperlukan
pemanasan yang lebih tingi. Selisih antara titik dididh larutan dengan titik didih air
murni disebut naik titik didih (∆ Tb) (Sastrawijaya, 1990).

Perubahan titik didih didapat dari selisih titik didih pelarut murni dengan titik didih
larutan. Titik didih sangat dipengaruhi tekanan uap, dimana jika tekanan uap dinaikkan
maka titik didih larutan juga meningkat. Menurut Ranoult kenaikan titik didih larutan
berbanding lurus dengan molaritas larutan dengan faktor pengalinya yaitu Kb, dimana
Kb adalah kenaikan molal pelarut (Ebbing, 1987).

Titik didih cairan tergantung pada tekanan atmosfer. Jika titik didih akan digunakan
untuk menetapkan bobot molekul, tekanan atmosfer harus digunakan untuk menetapkan
bobot molekul, tekanan barometer harus dipertahankan tetap. Hal ini tidak mudah
dilakukan sehingga metode peningkatan titik didih tidak lazim digunakan. Sifat koligatif
mempengaruhi penurunan tekanan uap, peningkatan titik didih, penurunan titik beku,
dan tekanan osmotik. Kegunaan sifat koligatif dapat memainkan peran penting dalam
metoda penerapan bobot molekul dan pengembangan teori larutan. Dalam larutan ideal
semua komponen mengikuti hukum Ranoult pada selang seluruh larutan ideal. Sangat
sulit menjelaskan hukum Ranoult secara mendasar. Dugaan pertama adalah karena
adanya molekul pelarut, sehingga mengurangi kecenderungan pelarut untuk menguap
dan menurunkan tekanan uapnya (Mochtar, 1989).

Besarnya kenaikan titik didih (∆Tb) hanya tergantung banyaknya partikel zat yang
terlarut. Dimana kenaikan titik didih (∆Tb) diperoleh dari pengurangan titik didih
larutan (Tb) dengan titik didih pelarut (Tbo), jadi :
(∆Tb) = Tb -Tbo
Dari hukum Ranoult dapat diperoleh (∆Tb) yaitu :
(∆Tb) = Kb.m
Untuk larutan elektrolit, rumus yang digunakan adalah :
(∆Tb) = Kb.m.i
gr 1000
(∆Tb) = x x Kb x (1+(n-1)α)
BM Vol
Keterangan :
n = jumlah ion elektrolit

2
i = derajat ionisasielektrolit / Van Hoff (Permana, 1998).
Dimungkinkan juga terjadi pencampuran dua larutan dan ingin diketahui kenaikan titik
didihnya, dapat dicari dengan rumus :
1000 gr
(∆Tb) = Kb x gr +pelarut x
Mm
Keterangan :
gr = berat zat terlarut
Mm = massa molar zat terlarut (gr/mol)
Hukum Ranoult menyatakan bahwa tekanan uap di atas suatu larutan sama dengan hasil
kali tekanan uap pelarut murni dengan fraksi mol dalam larutan (Petrucci, 1987).

1.2. Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan supaya kita mengetahui titik didih suatu zat, pengaruhnya
terhadap tekanan, pengaruh sifat koligatif, dan proses kenaikan titik didih.

2. MATERI DAN METODA

2.1. Materi
2.1.1. Bahan
Bahan yang dipakai dalam percobaan Kenaikan Titik Didih adalah Aquadestilata dan
Sukrosa.

2.1.2. Alat
Peralatan yang dipakai adalah erlenmeyer, termometer, gelas arloji, timbangan analitik,
pengaduk, bunsen, kaki tiga, kasa asbes.

2.2. Metoda
Isi erlenmeyer dengan 200 ml aquadestilata lalu panaskan di atas api bunsen hingga
mendidih. Dengan menggunakan gelas arloji timbanglah sukrosa sebanyak 5 gram
sebanyak tiga kali. Setelah aquadestilata dalam erlenmeyer mendidih ukur suhunya
dengan termometer dan catat. Selanjutnya tambahkan 5 gram sukrosa ke dalam
erlenmeyer tersebut lalu aduk sampai rata, didihkan lagi seperti tadi dan catat suhunya.

3
Kemudian setelah mendidih tambahkan lagi 5 gram sukrosa ke dalam erlenmeyer (5gr +
5gr), aduk hingga larut, didihkan dan catat titik didihnya. Langkah terakhir tambahkan 5
gram sukrosa ke dalam erlenmeyer (5gr + 5gr + 5gr), aduk hingga rata, didihkan dan
catat suhunya sewaktu mendidih.

3. HASIL PENGAMATAN

3.1 Pengamatan kenaikan titik didih


No Percobaan T (oC) ∆ T (oC)
1 - 100 oC
2 5 gr 105 oC 0 oC
3 5 + 5 gr 105 oC 0 oC
4 5+5+5 gr 105 oC 0 oC

3.2 Hasil perhitungan


No Percobaan ∆ T (oC)
1 5 gr 0,0724
2 10 gr 0,1447
3 15 gr 0,2171

4. PEMBAHASAN

Pada percobaan kenaikan titik didih yang pertama, aquadestilata mendidih pada suhu
100oC. Pada percobaan 1 belum ada penambahan 5 gram sukrosa. Hal ini sesuai dengan
teori, bahwa bila air murni dipanaskan pada tekanan udara 1 Atm, maka akan mendidih
pada suhu 100oC (Sastrawijaya, 1990).

Sewaktu mendidih terjadi penguapan pada berbagai titik dalam zat cair. Pada waktu
mendidih juga diikuti dengan pembentukan gelembung-gelembung pada banyak tempat,
ini sesuai dengan teori (Mochtar, 1989).

Pada percobaan 2 larutan ditambah dengan 5 gram sukrosa, setelah dipanaskan dan
diaduk ternyata titik didihnya mengalami peningkatan dan diperlukan waktu sedikit

4
lebih lama dari percobaan 1. Ini dikarenakan adanya molekul-molekul sukrosa yang
menghalangi penguapan sebagian molekul sehingga tekanan uapnya belum mencapai
udara luar, untuk itu perlu panas lebih banyak lagi. Selisih antara titik didih larutan
dengan titik didih aquadestilata itulah yang disebut dengan kenaikan titik didih
(Sastrawijaya, 1990).

Pada pemanasan gula berikutnya dengan penambahan 10 gram sukrosa dan seterusnya
ternyata suhu yang diperlukan sama dengan percobaan 2. Ini tidak sesuai dengan teori,
bahwa semakin banyak gula yang dilarutkan dalam air mendidih, maka tekanan uap
pelarut akan semakin besar dan menyebabkan naiknya titik didih larutan (Sudjadi,
1988). Kemungkinan ketidaksesuaian ini disebabkan ketidaksempurnaan dalam
pengadukan gula dan pengukuran suhu dengan termometer yang belum waktunya serta
ujung termometer yang menyentuh dasar atau samping erlenmeyer. Selain itu faktor
ketelitian dalam melihat skala termometer juga turut berperan.

5. KESIMPULAN
 Air murni mendidih pada suhu 100oC pada tekanan udara 1 Atm.

 Kenaikan titik didih berbanding lurus dengan jumlah zat yang dilarutkan dan

jumlah waktu yang diperlukan.

 Tekanan uap zat cair berbanding lurus dengan kenaikan suhu.

 Kenaikan titik didih dipengaruhi oleh sifat koligatif.

6. DAFTAR PUSTAKA

Breck, W.G, Brown R.J. & Mc Cowan J. D. (1981). Chemistry for Science and
Engineering. Mc Graw-Hill Ryerson Limited. Canada.

Ebbing, D. D. (1987). General Chemistry. Houghton Mifflin Company. USA.

Hein, Morris et al. (1993). Chemistry. Wadsworth Inc. California.

5
John, B. (1985). General Chemistry. Mc Graw-Hill. New York.

Mochtar. (1989). Farmasi Kimia. Gajah Mada University Pers. Yogyakarta.

Permana, D. (1998). Intisari Kimia. Pustaka Setia. Bandung.

Petrucci, R.H. (1987). Kimia Dasar Prinsip & Terapan Modern Edisi 4 Jilid 2. Erlangga.
Jakarta.

Petrucci, R.H. & Suminar. (1989). Kimia Dasar Prinsip & Terapan Modern Edisi 4 Jilid
2. Erlangga. Jakarta.

Sastrawijaya. (1990). Larutan. University Terbuka. Jakarta.

Sudjadi. (1988). Metode Pemisahan. Kanisius. Yogyakarta.

7. LAMPIRAN

Perhitungan :
Diket : Kd = 0,521 Massa Sukrosa I = 5 gram
Mr Sukrosa = 180 Massa Sukrosa II = 10 gram
Volume pelarut = 200 ml Massa Sukrosa III = 15 gram

gram 1000
Dit : ∆Td = x Vpelarut x Kd
Mr
∆Td = …..?

Jwb :
gram 1000
a. ∆Td = x V +pelarut x Kd
Mr

6
5 1000
= x x 0,521
180 200
= 0,0724 °C

gram 1000
b. ∆Td = x V +pelarut x Kd
Mr
10 1000
= x x 0,521
180 200
= 0,1447 °C

gram 1000
c. ∆Td = x V +pelarut x Kd
Mr
15 1000
= x x 0,521
180 200
= 0,2171 °C

7
8

Anda mungkin juga menyukai