1. Seni bangunan
a. Masjid
b. Istana
c. Makam
2. Seni kaligrafi
Berdasarkan fungsi seni kaligrafi dibagi menjadi :
a. Kaligrafi terapan, berfungsi sebagai dekorasi/hiasan.
b. Kaligrafi piktural, berfungsi sebagai pembentuk gambar.
c. Kaligrafi ekspresi, berfungsi sebagai media ungkapan perasaan.
3. Seni hias.
Seni hias Islam selalu menghindari penggambaran makhluk hidup secara realis, maka
untuk penyamarannya diformasi dengan bentuk-bentuk tumbuhan.
6. Seni Rupa Modern Indonesia
Istilah modern dalam seni rupa Indonesia yaitu bentuk dan perwujudan yaitu seni yang terjadi
akibat dari pengaruh kaidah seni Barat/Eropa. Seni rupa modern adalah suatu karya seni rupa
yang merupakan hasil kreatifitas untuk menciptakan karya yang baru.
1. Periode Perintis (1826-1880), perkembangannya diawali oleh pelukis Raden Saleh. Berkat
pengalamannya belajar menggambar dan melukis di luar negeri seperti di Belanda, Jerman,
Perancis, beliau dapat merintis kemunculan seni rupa Modern di Indonesia. Corak
lukisannya beraliran Romantis dan Naturalis. Aliran Romantisnya menampilkan karya-
karya yang berceritera dahsyat, penuh kegetiran seperti tentang perkelahian dengan
binatang buas. Gaya Naturalisnya sangat jelas nampak dalam melukis potret.
2. Periode Indonesia Jelita, masa ini merupakan kelanjutan dari masa perintisan setelah
pakum beberapa saat karena meninggalnya Raden Saleh. Kemudian munculah seniman
Abdullah Surio Subroto dan diikuti oleh anak-anaknya, Sujono Abdullah, Basuki Abdullah
dan Trijoto Abdullah. Pelukis-pelukis Indonesia yang lain seperti Pirngadi, Henk
Ngantung, Suyono, Suharyo, Wakidi, dll.
Masa ini disebut dengan masa Indonesia Jelita karena pelukisnya melukiskan tentang
kemolekan/keindahan obyek alam. Pelukis hanya mengandalkan teknik dan bahan saja. Karya
Abdullah SR. (Pemandangan di sekitar Gn. Merapi, Pemandangan di Jawa Tengah, Dataran Tinggi di
Bandung), karya Pirngadi (Pelabuhan Ratu), karya Basuki Abdullah (Telanjang, Pemandangan, Gadis
sederhana, Pantai Flores, Gadis Bali, dll.)
Periode Persagi, pada masa ini di Indonesia sedang terjadi pergolakan. Bangsa Indonesia
berjuang untuk mendapatkan hak yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain, terutama hak untuk
merdeka dari penjajahan asing. Pergolakan di segala bidang pun terjadi, seperti dalam bidang
kesenian yang berusaha mencari ciri khas Indonesia. Pelopor masa ini yang dikenal memilki semangat
tinggi adalah S. Sdjojono, ia tidak puas dengan kehidupan seni rupa Jelita yang serba indah, karena
dianggap bertolak belakang dengan kejadian yang melanda bangsa Indonesia.
Sebagai langkah perjuangannya maka S. Sudjojono dan Agus Jayasuminta bersama kawan-
kawannya mendirikan PERSAGI (Persatuan Ahli-ahli Gambar Indonesia). Persagi bertujuan untuk
mengembangkan seni lukis di Indonesia dengan mencari corak Indonesia asli. Konsep persagi itu
sendiri adalah semangat dan keberanian, bukan sekedar kecakapan melukis melainkan melukis
dengan tumpahan jiwa. Karya-karya S. Sudjojono (Di depan kelambu terbuka, Cap Go Meh,
Jongkatan, Bunga kamboja), karya Agus Jayasuminta (Barata Yudha, Arjuna wiwaha, Dalam Taman
Nirwana), karya Otto Jaya (Penggodaan, Wanita impian).
3. Periode Pendudukan Jepang, kegiatan melukis pada masa ini dilakukan dalam kelompok
Keimin Bunka Shidoso. Tujuannya adalah untuk propaganda pembentukan kekaisaran Asia
Timur Raya. Kelompok ini didirikan oleh tentara Dai Nippon dan diawasi oleh seniman
Indonesia, Agus Jayasuminta, Otto Jaya, Subanto, Trubus, Henk Ngantung, dll. Untuk
kelompok asli Indonesia berdiri kelompok PUTRA (Pusat Tenaga Rakyat), tokoh-tokoh
yang mendirikan kelompok ini adalah tokoh empat serangkai yaitu Ir. Sukarno, Moh. Hatta,
KH. Dewantara dan KH. Mas Mansyur.
Khusus yang menangani bidang seni lukis adalah S. Sudjojono dan Affandi. Pelukis yang ikut
bergabung dalam Putra diantaranya Hendra Gunawan, Sudarso, Barli, Wahdi, dll. Pada masa ini para
seniman memiliki kesempatan untuk berpameran, seperti pameran karya dari Basuki Abdullah,
Affandi, Nyoman Ngedon, Hendra Gunawan, Henk Ngantung, Otto Jaya, dll.
4. Periode Akademi (1950), Pengembangan seni rupa melalui pendidikan formal. Lembaga
Pendidikan yang bernama ASRI yang berdiri tahun 1948 kemudiaan secara formal tahun
1950 Lembaga tersebut mulai membuat rumusan-rumusan untuk mencetak seniman-
seniman dan calon guru gambar. Pada tahun 1959 di Bandung dibuka jurusan Seni Rupa
ITB, kemudian dibuka jurusan seni rupa disemua IKIP diseluruh Indonesia.
5. Periode Seni Rupa Baru, pada sekitar tahun 1974 muncul kelompok baru dalam seni lukis.
Kelompok ini menampilkan corak baru dalam seni lukis Indonesia yang membebaskan diri
dari batasan-batasan seni rupa yang telah ada. Konsep kelompok ini adalah:
(1) Tidak membedakan disiplin seni;
(2) Menghilangkan sikap seseorang dalam mengkhususkan penciptaan seni;
(3) Mendambakan kreatifitas baru;
(4) Membebaskan diri dari batasan-batasan yang sudah mapan; (5) Bersifat eksperimental.