Disusun Oleh:
Kelompok 12
Dari uraian di atas, pembahasan tentang sistem sirkulasi pada hewan ini
sangat penting dibahas untuk mempermudah pemahaman tentang mata kuliah
Fisiologi Hewan dan di samping itu juga makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas kelompok dalam menempuh mata kuliah dasar-dasar Fisiologi Hewan.
1
5. Bagaiman Imunitas pada hewan?
6. Apa saja faktor-faktor golongan darah?
7. Bagaimana system transpor pada Invertebrata?
8. Bagaimana system transpor pada Vertebrata?
9. Bagaiman keterkaitan komponen peredaran darah yang meliputi Arteri,
vena ,jantung?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Darah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah
dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan
trombosit. Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan
atau kira-kira lima liter. Sekitar 55% adalah plasma darah, sedang 45% sisanya
terdiri dari sel darah ( Evelyn C. Pearce, 2006 ).
Fungsi utama darah dalam sirkulasi adalah sebagai media transportasi,
pengaturan suhu, pemeliharaan keseimbangan cairan, serta keseimbangan basa
eritrosit selama hidupnya tetap berada dalam tubuh. Sel darah merah mampu
mengangkut secara efektif tanpa meninggalkan fungsinya di dalam jaringan,
sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja.
Darah berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai
merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh
hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi
dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.
Darah merupakan bagian penting dari system transport. Volume plasma
pada hewan yang memiliki sistem sirkulasi tertutup tergantung pada
keseimbangan antara laju filtrasi cairan/plasma dari kapiler menuju ruang jaringan
dan laju reabsorbsi filtrat tersebut. Terdapat dua macam kekuatan yang bekerja
dalam proses pertukaran cairan tersebut, yaitu tekanan darah (tekanan hidrostatik)
dan tekanan osmotik koloid. Tekanan hidrostatik yang ditimbulkan oleh darah
mengendalikan kekuatan untuk filtrasi, sedangkan osmotik plasma bekerja untuk
reabsorbsi. Jadi protein dalam plasma merupakan bahan yang penting untuk
menentukan besarnya tekanan osmotik dalam plasma.
Kekuatan osmotik juga penting untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh
pada hewan invertebrata, yang mempunyai sistem sirkulasi terbuka. Protein
plasma pada hewan vertebrata tingkat tinggi dapa dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu fibrinogen, globulin, dan albumin. Fibrinogen bertanggung jawab dalam
proses pembekuan darah. Globulin bertanggung jawab dalam berbagai fungsi,
3
terutama yang berkaitan dengan reaksi kekebalan (immun) dan transpor molekul
tertentu seperti hormon, vitamin, dan zat besi. Sementara albumin, bertanggung
jawab mempertahankan volume plasma.
Semua hewan multiseluler mempunyai mekanisme pertahanan tubuh.
Pertahanan tubuh dapat terjadi dengan berbagai mekanisme, antara lain
mengaktifkan atau mengeluarkan berbagai sel asing dari tubuh, menghancurkan
mikroorganisme patogen beserta hasil sekresinya, dan menyingkirkan sel
abnormal atau sel bermutasi (contohnya sel kanker) yang muncul. Mekanisme
pertahanan tubuh juga dapat terjadi dengan cara fagositosis, enkapsulasi
(pembentukan selubung), menghasilkan antibodi, atau sensitisasi limfosit. Faktor
humoral (aglutinin) dalam cairan tubuh juga dapat menginaktifkan benda asing
(pada invertebrata).
Sistem sirkulasi pada hewan dibedakan menjadi 3, yaitu : Sistem difusi :
terjadi pada avertebrata rendah seperti paramecium, amoeba maupun hydra belum
mempunyai sistem sirkulasi berupa jantung dengan salurannya yang merupakan
jalan untuk peredaran makanan. Makanan umumnya beredar keseluruh tubuh
karena adanya aliran protoplasma. Sistem peredaran darah terbuka : jika dalam
peredaran-nya darah tidak selalu berada di dalam pembuluh.Misal : Arthropoda.
Sistem peredaran darah tertutup : jika dalam peredaran-nya darah selalu berada di
dalam pembuluh. Misal : Annelida, Mollusca, Vertebrata.
Pada hewan multiseluler, cairan tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
cairan intrasel dan cairan ekstrasel. Sekitar 70% dari seluruh bagian tubuh hewan
berupa air, sekitar 45% diantaranya terdapat didalam sel (intrasel) dan 25%
sisanya terdapat di luar sel (ekstrasel). Pada cairan ekstrasel dapat ditemukan di
berbagai tempat dengan sebutan yang berbeda yaitu cairan jaringan, darah, limfe,
dan homolimfe. Cairan jaringan mengandung sedikit protein, sejumlah garam dan
bahan nutritif, serta zat sisa. Cairan jaringan berfungsi sebagai fagostik dan
mampu bergerak melalui ruang antar jaringan.
Pada hewan yang memiliki sistem sirkulasi tertutup darah dan jaringan
cairan merupakan dua macam cairan yang terpisah dengan jelas. Darah tersusun
4
atas cairan plasma dan sel darah. Sementara cairan jaringan cairan (cairan
interstitiel) yang dibentuk dengan menyaring plasma yang akan kemudian
berdifusi melalui dinding kapiler menuju ruang antar sel, menurut gradien tekanan
hidrostatik. Filtrat tersebut bukan koloid karna hanya mengandung protein 0,85%
(sebagai pembanding darah manusia mengandung 7% protein), filtrat/cairan yang
keluar tersebut akan dikembalikan lagi ke sistem sirkulasi melaui sistem
pembuluh khusus yaitu limfe.
Pada vertebrata tingkat tinggi, pembuluh limfe dimulai sebagai saluran
buntu dengan ujung terbuka. Pembuluh limfe berfungsi mengangkut kelebihan
cairan yang tertimbun dilingkungan ekstra sel dan mengembalikan ke sirkulasi
darah. Pada ikan (selain Teleostei) dan invertebrate tidak ditemukan adanya
pembuluh limfe.Pada berbaguia hewan yang memiliki tingkat perkembangan yang
lebih rendah dapat ditemukan berbagai bentuk peralihan (intermediet) yang
menunjukkan adanya perkembangan sistem pembuluh limfe.
Cairan dalam pembuluh limfe sebenarnya berasal dari cairan jaringan yang
masuk kedalam pembuluh dengan cara difusi melalui dinding pembuluh atau
mengalir langsung ke dalam pembuluh melalui lubang yang terbuka pada
ujungnya. Pada saat tertentu, cairan limfe akan menjadi cairan jaringan dan
sebaliknya. Dalam tubuh hewan yang mempunyai sistem sirkulasi terbuka, cairan
hemolimfe merupakan pembatasan antara cairan darah dan caiaran limfe (cairan
jaringan) karena cairan yang mengalir dalam pembuluh dan di ruang antarsel
merupakan cairan yang sama.
Cairan ekstrasel pada semua hewan mengandung sel jenis tertentu yang
mengapung bebas dan mengembara melalui ruang-ruang antar jaringan. Secara
fungsional, sel tersebut berkaitan erat dengan transfor gas dan pertahanan tubuh
hewan dalam melawan mikroorganisme serta berbagai zat asing yang masuk ke
dalam tubuh. Pada hewan tertentu, sel tersebut juga berperan penting dalam proses
pembekuan darah.
Eritrosit disebut juga sebagai sel darah merah. Warna merah pada eritrosit
disebabkan oleh adanya hemoglobin. Hemoglobin tersusun dari senyawa besi
5
hemin dan suatu jenis protein, yaitu globin. Peranan utama eritrosit adalah sebagai
pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Peranan lain eritrosit adalah menjaga keseimbangan asam-basa cairan darah
dan juga mengangkut O2 di dalam tubuh. Setiap molekul hemoglobin (Hb)
mengandung 4 atom besi dan setiap atom besi dapat mengangkut 1 molekul
oksigen (O2). Molekul-molekul oksigen tersebut diangkut oleh Hb dalam bentuk
oksihemoglobin.
Eritrosit vertebrata mamalia berbentuk cakram bikonkaf yang pipih tanpa
nukleus. Eritrosit vertebrata lainnya (misal burung dan ikan) berbentuk oval dan
mempunyai nukleus. Eritrosit vertebrata mengandung : 62-72% air; 35% benda
padat; Benda padat terdiri dari 95% hemoglobin, 5% terdiri dari protein,
fosfolipid, kolesterol, vitamin, koenzin, glukosa, enzim-enzim, mineral-mineral.
Eritrosit dibentuk di sumsum tulang; pada unggas selain di sumsum tulang juga
sebagian kecil terbentuk di limpa.
Jumlah eritrosit bervariasi diantara berbagai jenis hewan. Jumlah tersebut
juga berbeda diantara hewan-hewan sejenis, bahkan bereda pula antara individu-
individu hewang yang sejenis. Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh kondisi fisiologis,
jenis kelamin, umur, nutrisi, iklim dan kegiatan fisik.
Leukosit adalah bagian dari darah yang berwarna putih dan merupakan unit
mobile dari sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi yang terdiri dari granuler
dan agranuler. Dimana granuler meliputi: basofil, eosinofil, neutrofil batang, dan
neutrofil segmen. Sedangkan agranuler meliputi: limfosit, monosit, dan sel plasma
(Junqueira dan Carneiro, 1991).
Sel-sel polimorfonuklear dan monosit dalam keadaan normal hanya
dibentuk di dalam sumsum tulang, sedangkan sel-sel limfosit dan sel-sel plasma
diproduksi dalam bermacam-macam organ limfoid termasuk limfe, limpa, tonsil,
dan bermacam–macam sel-sel limfoid yang lain di dalam sumsum tulang, usus
dan sebagainya. Sel-sel darah putih yang di bentuk di dalam sumsum tulang,
terutama granulosit akan di simpan di dalam sumsum sampai mereka diperlukan
6
di dalam sistem sirkulasi, kemudian bila kebutuhannya meningkat maka akan
menyebabkan granulosit tersebut dilepaskan.
Gambar 1. Macam-macam Leukoit
7
Kegunaan tekanan darah antara lain untuk mengalirkan darah ke organ-
organ dengan melalui pembuluh-pembuluh darah arteri, arteriola, kapiler dan
seterusnya untuk mencukupi kebutuhan organ terhadap darah. Dengan mengetahui
tinggi tekanan darah probandus kita dapat menduga kerja jantung.
Ada 2 metode pengukuran tekanan darah:
1. Langsung/direct : tidak ada alat bantuyang di gunakan dalam pemeriksaan
ini, jadi telinga langsung ditempelkan pada dada yang mau diperiksa
2. Tidak langsung/indirect : yaitu dengan cara palpasi atau auskultasi
A. Invertebrata
8
Invertebrata atau avertebrata adalah hewan tak bertulang belakang seperti
serangga, ubur-ubur, gurita, dan cacing. Hewan-hewan ini tidak memiliki tulang
belakang untuk menyokong tubuhnya dan umumnya memiliki ukuran tubuh lebih
kecil dari vertebrata. Dibandingkan dengan vertebrata, hewan invertebrata juga
memiliki sistem imunitas yang lebih sederhana.
Hewan memiliki sistem imunitas untuk mempertahankan diri dari serangan
berbagai mikroorganisme penyebab penyakit. Serangga, adalah contoh yang
paling mudah untuk menjelaskan mekanisme imunitas pada tubuh invertebrata.
Tubuh serangga dilindungi oleh eksoskeleton (rangka luar) yang kuat dan terbuat
dari zat khitin sebagai pertahanan luar tubuhnya. Bakteri dan jamur akan kesulitan
dalam menembus eksoskeleton ini sehingga mencegah terjadinya infeksi pada
tubuh serangga. Namun bagaimana bila bakteri dan jamur tersebut masuk saluran
pencernaan melalui makanan? Untungnya dalam saluran pencernaan serangga
juga terdapat pelindung dari khitin tersebut, walaupun tidak sebanyak yang
terdapat pada eksoskeletonnya. Pelindung ini sedikit banyak dapat menghindarkan
bakteri dan jamur masuk ke dalam jaringan tubuh melalui saluran pencernaan.
Apabila terdapat bakteri dan jamur yang dapat menembus pelindung pada saluran
pencernaannya, serangga masih memiliki mekanisme pertahanan yang terdapat
pada hemolimfa. Hemolimfa adalah peredaran cairan tubuh yang menyerupai
peredaran getah bening pada manusia. Dalam hemolimfa serangga terdapat sel-sel
hemosit yang dapat memfagositosis (menelan) sel-sel bakteri dan serangga yang
memasuki tubuh. Hemolimfa serangga akan mengair di seluruh bagian tubuh
untuk mematikan berbagai mikroorganisme penyebab penyakit.
Jenis-jenis hemosit yang lain juga mampu manghasilkan peptida
antimikroba yang dapat membunuh bakteri dan jamur dengan cara merusak
membran selnya. Peptida antimikroba merupakan rantai pendek asam amino yang
dihasilkan ketika hemosit merasakan ada mikroorganisme yang masuk ke dalam
jaringan serangga. Peptida ini dapat mengenali struktur tertentu pada dinding sel
mikroorganisme dan kemudian berikatan dengan membran plasma untuk merusak
struktur membran tersebut.
Tiap-tiap jenis mikroorganisme yang masuk akan memicu produksi peptida
antimikroba yang berbeda. Hal itu seperti produksi antibodi pada tubuh manusia,
9
dimana penyakit yang berbeda akan menyebabkan produksi antibodi yang berbeda
pula.
Pada intinya sistem imunitas pada hewan vertebrata terdiri atas:
a. Pertahanan luar yang tersusun atas eksoskeleton dari zat kitin.
b. Pertahanan dalam yang dilakukan oleh sel hemosit dalam hemolimfa.
Golongan darah AB: sel darah merah mengandung aglutinogen A dan B, sedang
dalam plasmanya tidak terdapat aglutinin a dan b.
Golongan darah O: sel darah merahnya tidak terdapat aglutinogen A dan B, tetapi
plasma nya mengandung aglutinin a dan b.
10
Aglutinogen (antigen) berarti zat yang digumpalkan, sedang aglutinin (zat
anti) berarti zat yang menggumpalkan. Secara teori golongan daran AB dapat
menerima semua golongan darah disebut respien universal, dan golongan adrah O
dapat memberi kepada semua golongan darah disebut donor universal.
11