Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Eksisting


Untuk percobaan penentuan tingkat kebisingan lingkungan dengan menggunakan alat
Sound Level dilakukan pada hari Selasa tanggal 12 Mei 2020 di pintu 2 Universitas
Sumatera Utara, Kota Medan. Pelaksanan sampling ini dilakukan selama 60 menit
(1jam ) yang dimulai pada pukul 10.00 – 11.00 WIB. Pada saat praktikum dilaksanakan
cuaca sangat cerah dan panas matahari cukup terik sehingga memungkinkan untuk
melaksanakan praktikum dengan baik di luar ruangan. Dimana suhu yang diperoleh dari
alat termometer saat dilokasi sampling pada perhitungan yaitu 30oC.

2.2 Pencemaran Udara


Pencemaran udara diartikan adanya atau masuknya satu atau lebih zat pencemar atau
kombinasinya di atmosfer dalam jumlah dan waktu tertentu baik yang masuk ke udara
secara alami maupun akibat aktivitas manusia, yang dapat menimbul-kan gangguan
pada manusia, hewan, tumbuhan dan terhadap harta benda atau terganggunya
kenyamanan dan kenikmatan hidup dan harta benda (Tampang, B, 2018).

Dengan semakin meningkatnya perkembangan industri, baik industri migas, pertanian,


maupun industri non migas lainnya, maka semakin meningkat pula tingkat pencemaran
udara yang disebabkan oleh hasil buangan industri-industri. Hal tersebut, sesuai dengan
menyatakan kegiatan industri dan teknologi dapat memberikan dampak lingkungan,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung, antara lain berupa:
a. pencemar-an lingkungan akibat bahan buangan atau sisa industri yang dapat
mengotori udara, air, dan tanah;
b. kebisingan kontinyu maupun impulsif yang dapat menimbulkan penyakit;
c. lingkungan menjadi tidak nyaman untuk pemukiman;
d. pandangan yang kurang sedap di daerah industry (Tampang, B, 2018).

2.3 Definisi Kebisingan Lingkungan


Laboratorium Lingkungan ( STL 2321)

Berdasarkan KepmenLH RI No. 48 Tahun 1996, Kebisingan menyatakan bahwa


kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan.
Menurut Sasongko (2000), kebisingan bisa mengganggu percakapan sehingga
memengaruhi komunikasi yang sedang berlangsung, selain itu dapat menimbulkan
gangguan psikologis seperti kejengkelan, kecemasan, serta ketakutan. Gangguan
psikologis akibat kebisingan tergantung pada intensitas, frekuensi, periode, saat dan
lama kejadian kompleksitas spektrum atau kegaduhan dan tidak teraturnya suara
kebisingan. Gangguan kesehatan yang timbul akibat adanya kebisingan yaitu gangguan
pendengaran, pencernaan, stress, sakit kepala, peningkatan tekanan darah dan
penurunan prestasi kerja

2.4 Sumber Kebisingan


Menurut Doelle,dalam Rudini (2013) sumber bising utama dalam pengendalian bising
lingkungan dapat di klasifikasikan dalam 2 kelompok,yaitu :
1. Bising interior, sumber bising yang paling sering dibuat oleh manusia, alatalat rumah
tangga atau mesin-mesin gedung.
2. Bising luar (outdoor),berasal dari lalu lintas, transportasi, industri, alat-alat mekanis
yang terlihat dalam gedung, tempat pembangunan gedung-gedung, perbaikan jalan,
kegiatan olahraga dan lain-lan di luar gedung. Bising transportasi termasuk
kendaraan transportasi darat seperti truk, bus, mobil dan sepeda motor

Menurut White dan Walker dalam Rudini (2013) kebisingan oleh kendaraan bermotor
berasal dari beberapa sumber, yaitu mesin, transmisi, rem, klakson, knalpot dan gesekan
roda dengan jalan. Kebisingan akibat gesekan roda dengan jalan tergantung pada
beberapa faktor, jenis ban, kecepatan kendaraan, kondisi permukaan jalan, dan
kemiringan jalan. Kecepatan kendaraan mempengaruhi kebisingan yang dimunculkan
akibat gesekan ban kendaraan dengan permukaan jalan, seperti jalan yang tidak halus
dan basah, akan menimbulkan kebisingan yang lebih tinggi akibat terjadinya gesekan
yang lebih hebat antara ban dengan permukaan jalan.

2.5 Dampak Kebisingan

Laboratorium Udara - SO2 II-2


Laboratorium Lingkungan ( STL 2321)

Kebisingan menyebabkan berbagai gangguan, seperti gangguan fisiologis, gangguan


psikologis, gangguan komunikasi, dan ketulian.
a. Gangguan Fisiologis Pada umumnya, kebisingan bernada tinggi sangat menggangu,
lebih-lebih yang terputus atau yang datangnya secara tiba-tiba secara tak terduga.
Gangguan dapat terjadi pada peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, basal
metabolism, konstriksi pembuluh darah kecil, terutama pada tangan dan kaki, dapat
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
b. Gangguan Psikologis Kebisingan adalah suara yang tak diinginkan, oleh karena itu
akan merupakan stress tambahan dari pekerja yang dilakukan. Gangguan psikologis
dapat berupa rasa tak nyaman, kurang konsentrasi, emosi, susah tidur, dan lain-lain.
Pemaparan dalam jangka waktu yang lama menyebabkan penyakit psikosomatik
seperti gastritis, penyakit jantung koroner, dan lain-lain.
c. Gangguan Komunikasi. Gangguan jenis ini dapat disebabkan oleh :
1) Masking efek kebisingan
2) Gangguan kejelasan suara Sebagai pegangan resiko potensial terhadap
pendengaran terjadi apabila komunikasi pembicaraan harus dijalankan dengan
berteriak. Gangguan komunikasi ini dapat menyebabkan gangguan pekerjaan,
bahkan mungkin terjadi kesalahan (Christy,C, 2010).

2.6 Baku Mutu kebisingan


Adapun ambang batas dari kebisingan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Peruntukan Kawasan/ Lingkungan Kegiatan Tingkat kebisingan DB (A)
a. Peruntukan kawasan
1. Perumahan dan pemukiman 55
2. Perdagangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan Perdagangan 65
4. Ruang Terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus:
- Bandar udara *)
- Stasiun Kereta Api *)
Lanjutan Tabel…
- Pelabuhan Laut 70
- Cagar Budaya 60

Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55

Laboratorium Udara - SO2 II-3


Laboratorium Lingkungan ( STL 2321)

3. tempat ibadah atau sejenisnya 55


Sumber : KEPMEN LH 48/1996

2.7 Pengendalian Kebisingan


Berdasarkan Metawati dkk. (2013), strategi umum penanganan kebisingan termasuk
kebisingan lalu lintas dapat dibedakan menjadi tiga, antara lain:
a. Penanganan kebisingan pada sumbernya dengan cara mengatur sedemikian rupa agar
sumber bunyi mengeluarkan intensitas bunyi seminimal mungkin.
b. Penanganan kebisingan pada media rambat bunyi, seperti pemakaian pegas atau
peredam getaran langsung pada mesin akan memotong rambatan bunyi sehingga
mengurangi tingkat kebisingan yang dihasilkan.
c. Penanganan kebisingan pada penerima bunyi, seperti dengan penggunaan pelindung
telinga (ear protector).

Laboratorium Udara - SO2 II-4

Anda mungkin juga menyukai