Disusun oleh :
Pendamping :
KABUPATEN PATI
JAWA TENGAH
2020
LAPORAN KEGIATAN INTERNSIP
Disusun oleh :
Pendamping :
ii
HALAMAN PENGESAHAN
F.3 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Permasalahan
1
Sebagian besar ibu hamil terutama memiliki pengetahuan yang kurang
mengenai Anemia pada kehamilan yang merupakan salah satu tanda kegawatan
dan memerlukan penatalaksanaan lanjutan segera demi kesejahteraan ibu dan
anak.
1.3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan tentang Anemia pada kehamilan untuk
menekan angka morbiditas dan mortalitas serta meningkatkan
kesejahteraan hidup ibu dan anak.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai Anemia pada
kehamilan.
b. Meningkatkan kepatuhanibuhamiluntukkonsumsimakananbergizi
dan tablet Fe selamakehamilan.
c. Memberikan edukasi pada masyarakat untuk mengantisipasi Anemia
pada kehamilanterutamabahayanyajikaterjadi.
1.4. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penyuluhan ini diharapkan dapat ikut mengembangkan ilmu kedokteran
khususnya mengenai Anemia pada kehamilan.
2. Manfaat Praktis
i. Bagi Puskesmas
Membantu pengembangan program kelas ibu hamil dalam
mengedukasi warga Gabus terkait dengan Anemia pada kehamilan
ii. Bagi Masyarakat
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai Anemia pada
kehamilan
b. Membantu masyarakat mengenali penyebab, tanda dan gejala,
penegakkan diagnosis Anemia pada kehamilan dan
pencegahannya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
“Anemia pada Kehamilan”
2.1. Definisi
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan
konsentrasi hemoglobin didalam sirkulasi darah. Kadar hemoglobin kurang dari
12 gram/dl untuk wanita tidak hamil dan kurang dari 11 gram/dl untuk wanita
hamil (Varney, 2006).
Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan dimana terjadi
kekurangan darah merah dan menurunnya hemoglobin kurang dari 11 gr/dl.
Pada trimester I dan III kadar Hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, pada trimester
II kadar hemoglobin kurang dari 10,5 gr/dl. Pada ibu hamil anemia yang sering
terjadi yaitu anemia defisiensi besi, defisiensi asam folat (Tarwoto, 2007).
Di Indonesia anemia pada kehamilan umumnya anemia defisiensi besi,
yaitu anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga
kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak mencukupi.
2.2. Patofisiologi
3
cadanganzat besi sebelum kehamilan berkurang maka pada saat hamil pasien
dengan mudah mengalami kekurangan zat besi (Riswan, 2003).
4
2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Kehamilan
1. Status Gizi
2. Umur Ibu
Faktor umur ibu hamil berkontribusi terhadap kejadian anemia selama
hamil, Ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun masih membutuhkan
zat besi lebih untuk keperluan kebutuhan pertumbuhan diri sendiri dan juga
untuk janinnya. Oleh karena itu, hamil di usia 20 tahun dengan asupan gizi
yang tidak adekuat memiliki resiko anemia defisiensi besi penelitian
Nelwanti (2005) menemukan bahwa ibu hamil yang menderita anemia
paling bayak pada usia resiko yaitu kurang dari 20 tahun sebesar 58%
(Nelwanti, 2005).
3. Paritas
Paritas secara luas mencakup gravid/jumlah kehamilan yaitu kehamilan
yang berulang atau jumlah partus yang banyak lebih meningkat kejadian
anemia akibat banyaknya darah yang keluar selama proses persalinan,
angka kejadian pada kehamilan makin tinggi dengan semakin tingginya
paritas (Astuti, 2016). Penelitian ini menjelaskan bahwa terjadi peningkatan
anemia pada ibu hamil dengan paritas ≥ 5 sebesar 36,23%.
5
4. Jarak Kehamilan yang Terlalu Pendek
Jarak antara kehamilan yang pendek (kurang dari 2 tahun) mempunyai
resiko untuk menderita anemia menurut anjuran yang dikeluarkan oleh
badan koordinasi keluarga berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal
adalah 2 tahun atau lebih karena jarak kelahiran yang pendek akan
menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk memulihkan
kondisitubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Maka semakin pendek
jarak kehamilan resiko terjadi anemia makin meningkat (Astuti, 2016).
5. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor yang menggambarkan tingkat sosio ekonomi salah satunya adalah
tingkat pendidikan dan pekerjaan. Tingkat sosio ekonomi yang rendah
dapat mempengaruhi kejadian anemia. Angka kejadian anemia pada ibu-ibu
dengan kelompok pekerjaan suami (petani, nelayan, pekerja lepas) lebih
tinggi dari kelompok pekerjaan suami (pegawai negeri, swasta dan dagang).
Hal ini mencakup kemampuan dalam hal membeli dan memenuhi makanan
bergizi dan suplemen tambahan yang dibutuhkan pada saat hamil (Astuti,
2016). Ibu hamil yang berpendidikan rendah menderita anemia sebanyak
60%, sedangkan ibu hamil yang berpendidikan tinggi menderita sebanyak
17,4% (Nelwanti, 2004).
6. ANC
Pemeriksaan Antenatal Care, pada pemeriksaan antenatal dilakukan
pemantauan dan pemeriksaan terhadap keadaan anemia pada ibu hamil
sehingga apabila ibu menderita gejala anemia dapat dideteksi sedini
mungkin dengan pemeriksaan antenatal yang secara teratur untuk diberi
penanganan segera. Pada pemeriksaan ini tablet penambahan darah (tablet
Fe) juga diberikan pada ibu yang tidak mengalami anemia untuk mencegah
terjadinya anemia. Pada beberapa penelitian yang sudah dilakukan bahwa
jumlah penderita semakin menurun pada kelompok yang sering
mengunjungi klinik antenatal dan meningkat pada kelompok yang tidak
melakukan pemeriksaan antenatal (Astuti, 2016).
6
Pengaruh anemia kehamilan pada ibu dapat menyebabkan resiko dan
komplikasi antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah
secara normal, dan terkena penyakit infeksi (Lubis, 2003). Resiko meninggal
dalam proses persalinan 3,6kali lebih besar disbanding ibu hamil yang tidak
anemia (Riswan, 2003) terutama karena pendarahan dan atau sepsis. Dari
beberapa penelitian di Asia disimpulkan bahwa anemia memberikan kontribusi
minimal 23% dari total kematian ibu di Asia (Lubis, 2003).
Hal penelitian Lubis (2003) pada analisa bivariat anemia batas 9 gr/dl
dan anemia berat secara statistik tidak ditemukan nyata melahirkan bayi BBLR.
Namun untuk melahirkan bayi mempunyai resiko 3,081 kali. Sedangkan dari
hasil analisa multivariate dengan memperhatikan masalah riwayat kehamilan
sebelumnya menunjukkan bahwa ibu hamil penderita anemia berat
memperoleh resiko untuk melahirkan BBLR 4,2 kali lebih tinggi disbanding
dengan yang tidak penderita anemia berat.
Lee (2006) tentang status besi dan dihubungkan dengan hasil kehamilan
pada wanita hamil di Korea menjelaskan bahwa bayi yang dilahirkan dari ibu
yang kadar Hb rendah menunjukkan rata-rata lahir dengan kelahiran prematur,
berat badan dan nilai APGAR yang rendah dibandingkan dengan bayi yang
lahir dengan ibu yang memiliki tingkat Hb yang tinggi.
2.5. Diagnosis
1. PemeriksaanFisik
7
Manifestasi klinis dari anemia pada kehamilan yang disebabkan karena
kekurangan zat besi sangat bervariasi walaupun tanpa gejala, anemia dapat
menyebabkan tanda gejala seperti letih, sering mengantuk, malaise, pusing,
lemah, nyeri kepala, luka pada lidah, kulit pucat, konjungtiva, bantalan kuku
pucat, tidak ada nafsu makan, mual dan muntah (Varney, 2006).Menentukan
seseorang mengalami anemia melalui pemeriksaan fisik sangatlah sulit karena
banyak pasien yang asimtomatis. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium untuk memastikan anemia pasti.
2. Laboratorium
Pemeriksaanlaboratorium hemoglobin adalah parameter yang dingunakan
secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia (Nyoman, 2002).
Keuntungan metode pemeriksaan Hb adalah mudah, sederhana dan penting
bila kekurangan besi tinggi, seperti pada kehamilan sedangkan keterbatasan
pemeriksaan Hb adalah spesifitasnya kurang yaitu sekitar 65-99% dan
sensifitasnya 80-90% (Riswan, 2003).Anemia pada ibu hamil berdasarkan
pemeriksaan dan pengawasan Hb dengan Sahli dapat digolongkan berdasarkan
berat ringannya terbagi menjadi : anemia berat jika Hb 7gr %, anemia sedang
jika kadar Hb antara 7 sampai 8 gr % dan bila anemia ringan jika kadar Hb
antara 9 sampai 10 gr % (Manuaba, 2001).
Pada saat hamil kebutuhan tubuh ibu terhadap besi meningkat untuk
memenuhi kebutuhan fetal, plasenta dan pertambahan massa eritrosit. Bila
cadangan besi ibu tidak mencukupi pada waktu belum dan sesudah kehamilan
serta asupan gizi yang tidak adikuat selama kehamilan maka mengakibatkan
ibu mengalami anemia defesiensi besi. Oleh karena itu perlu segera dilakukan
8
terapi anemia dengan tujuan untuk mengoreksi kurangnya massa hemoglobin
dan mengembalikan simpanan besi. Terapi yang dilakukan yaitu:
9
besi bisa memberikan bukti awal untuk peningkatan produksi sel darah
merah.
10
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN DAN INTERVENSI
3.1. Tujuan
Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit, peserta penyuluhan
diharapkan mampu memahami tentang Anemia pada kehamilan, bahayanya dan
caramencegahnya.
3.2. Metode
Metode yang digunakan ialah melalui presentasi oral dan diskusi tanya
jawab
3.3. Media
Media yang digunakan ialah media presentasi / leaflet
3.4. Sasaran
Ibu hamil yang datang ke KIA Puskesmas Gabus 1
3.5. Waktu
Penyuluhan tentang Anemia pada Kehamilan dilaksanakan pada :
1. Hari, tanggal : Jumat-Sabtu, 5-6 Juni 2020
2. Jam : 08.00 - selesai
3.6. Tempat
Penyuluhan dilaksanakan di KIA Puskesmas Gabus 1.
3.7. Kegiatan
Langkah- Kegiatan Kegiatan
Waktu
langkah Penyuluhan Masyarakat
1. Pendahuluan 5 menit
1. Menyampaikan 1. Membalas
salam salam
2. Memperkenalka 2. Mendengarkan
n diri dengan
3. Menjelaskan seksama
tujuan 3. Memberikan
4. Menyampaikan respon
11
estimasi waktu 4. Berpartisipasi
5. Menggali aktif
persepsi
masyarakat
terkait Anemia
2. Penyajian 10 menit 1. Mendengarkan
1. Menjelaskan dengan seksama
materi tentang : 2. Memberikan
a. Definisi respon interaktif
Anemia
b. Penyebab
Anemia
c. Tanda dan
gejala Anemia
d. Bahaya
anemia
e. Cara
mencegah
anemia
3. Penutup 5 menit 1. Mengajukan
1. Memberikan pertanyaan
kesempatan 2. Berperan aktif
untuk bertanya 3. Mendengarkan
2. Melakukan dengan seksama
evaluasi dengan
mengajukan
pertanyaan
terkait bahasan
sebelumnya
3. Menyampaikan
kesimpulan dan
anjuran waspada
terkait Anemia
12
Apasajabahaya anemia dan bagaimanacarapencegahannya?
3. Hasil : Peserta mampu menjawab pertanyaan dengan cukup baik.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai Anemia pada ibu
hamil, gejala, faktor resiko dan bahaya, serta penatalaksanaannya.
2. Masih kurangnya kepatuhan ibu hamil untuk mengkonsumi tablet Fe dan
makan makanan bergizi menyebabkan prevalensi kasus Anemia di KIA
cukup tinggi.
4.2. Saran
1. Diperlukannya peran aktif tenaga kesehatan maupun kader desa dalam
mengingatkan serta melakukan skrinning terkait kejadian Anemia pada
kehamilan dan mencegah bahayanya.
2. Tenaga kesehatan dan kader desa secara kontinyu memberikan penyuluhan
yang sifatnya mengingatkan terkait bahaya anemia pada kehamilan dan
cara mencegahnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, D. (2016). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Ibu
Hamil di Puskesmas Undaan Lor Kabupaten Kudus. Jurnal Stikes
Muhammadiyah Kudus. ISSN 2407-9189
I Dewa Nyoman Supariasa, Bachyar Bakri, Ibnu Fajar. 2012. Penilaian Status
Gizi. Jakarta: EGC.
Lee, HS. Kim, MS. Kim, MH., Kim, YJ. Kim, WY. (2006). Iron status and its
association with pregnancy outcome in Korean pregnant women.
European Journal of Clinical Nutrition. vol. 60. pp.1130-1135
Lubis, Z. 2003. Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi Yang
Dilahirkan. Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana S3
IPB November 2003. Bogor.
Pradaana R.A., Gambaran Sosial Ekonomi Dan Kecacingan Pada Ibu Hamil
Dengan Anemia Di Wilayah Kerja Puskesmas Gatak, 2014, available at:
eprints.ums.ac.id/30844/2/BAB_I.pdf
14
Riswan, M., 2003. Anemia Defisiensi Besi Pada Wanita Hamil Di Beberapa
Praktek Bidan Swasta Dalam Kota Madya Medan, Universitas Sumatera
Utara.
Tarwoto, Ns., dan Wasnidar. 2007. Anemia Pada Ibu Hamil. Trans Info Media.
Jakarta.
Varney, Helen. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC.
LAMPIRAN
15
16
FORM BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
Judul : F.3 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga
Berencana (KB)
“Penyuluhan Anemia pada Kehamilan”
17
No Nama Peserta Tanda Tangan
1 dr. Alnia Rindang K 1
2 dr. Farah Fauziah 2
3 dr. Fieka Amelia 3
4 dr. Intan Rachmawati 4
5 dr.Niken Tri Utami 5
6 dr. M. Wahib Hasyim 6
Mengetahui
Pembimbing
18