PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ARDS adalah penyakit akut dan progresif dari kegagalan
pernafasan disebabkan terhambatnya proses difusi oksigen dari alveolar ke
kapiler yang disebabkan oleh karena terdapatnya edema yang terdiri dari
cairan koloid protein baik intraseluler maupun intra alveolar (Prof. Dr. H.
Tabrani Rab, 2000). ARDS juga disebut dengan syok paru, akibat cedera
paru dimana sebelumnya paru sehat, sindrom ini mempengaruhi kurang lebih
150.000 sampai 200.000 pasien tiap tahun dengan laju mortalitas 65 % untuk
semua pasien yang mengalami ARDS. Faktor resiko yang menonjol adalah
sepsis. Kondisi pencetus lain termasuk trauma mayor, KID, transfusi darah,
aspirasi tenggelam, inhalasi asap atau kimia, gangguan metabolic toksik,
pankreastitis, eklamsia, dan kelebihan dosis obat.
ARDS merupakan sindrom yang ditandai oleh peningkatan
permeabilitas membran alveolar kapiler terhadap air, larutan dan protein
plasma, disertai kerusakan difusi alveolar dan akumulasi cairan dalam
parenkim paru yang mengandung protein.
Perawatan akut secara khusus menangani perawatan kritis dengan
intubasi dan ventilasi mekanik. Peran perawat sangat diperlukan untuk
mencegah terjadinya perburukan lebih lanjut yang dapat menyebabkan
kematian. Maka kelompok tertarik untuk membahas mengenai asuhan
keperawatan pada pasien ARDS.
B. Tujuan
1. Tujuan umurn
Secara umum perawat dapat mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan
pada pasien ARDS
2. Tujuan khusus
2.1. Perawat mampu memahami tenteng teori dan askep ARDS meliputi:
8
a. Defenisi ARDS
b. Anatomi sistem pernafasan
c. Fisiologi ARDS
d. Etiologi ARDS
e. Patofisiologi ARDS
f. Manifestasi klinis ARDS
g. Pemeriksaan penunjang ARDS
h.Penatalaksanaan medik pada ARDS
i. Komplikasi pada ARDS.
2.2. Perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien ARDS
meliputi:
a. Pengkajian pada pasien ARDS
b. Masalah keperawatan pada ARDS
c. Rencana tindakan keperawatan pada ARDS
d. Evaluasi.
8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
8
3) Radiografi dada: infiltrate Alveolar bilateral yang sesuai dengan
Oedem paru
4) Tekanan baji kapiler Pulmoner (Pulmonary Capilary Wedge
Pressure) < 18 mmHg, tanpa tanda klinis (rontgen dan lain-lain)
adanya hipertensi atrial kiri (tanpa adanya tanda gagal jantung
kiri).
Bila PaO2-FiO2 antara 200-300 mmHg, maka disebut AcuteLung
Injury (ALI)
8
thorax. Di rongga dada terdapat lapisan tipis yang kontinyu mengandung
kolagen dan jaringan elastis yang disebut pleura. Pleura parientalis melapisi
rongga dada, sedangakan yang menyelubungi paru-paru disebut pleura
viseralis. Diantara kedua pleura tersebut terdapat lapisan tipis cairan pleura
yang berfungsi memudahkan kedua permukaan bergerak selama penafasan.
3. Fisiologi
Pernafasan paru merupakan pertukaran oksigen dan
karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Pernafasan melalui paru-paru
atau pernafasan eksternal, oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada
waktu bernafas , dan oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli
berhubungan dalam darah dalam kapiler pulmonal. Alveoli mernisahkan
oksigen dari darah, oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah
merah dibawa ke jantung dan dari jantung di pompakan ke seluruh tubuh.
Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi ketika
konsentrasi dalam darah mempengaruhi dan meransang pusat pernafasan
terdapat dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam pernafasan
sehingga pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida lebih
banyak. Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandung oksigen dari
seluruh tubuh masuk kedalam jaringan mengambil karbondioksida dibawa
ke paru-paru dan di paru-paru terjadi pernafasan eksternal. Besarnya daya
muat udara dalam paru-paru 4500-5000 ml.
Udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi)
hanya l\Vo, kurang lebih 500 ml, disebut juga udara pasang surut (tidal air)
yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa. Kecepatan
pernafasan pada wanita lebih tinggi daripada pria. Pernafasan secara normal,
ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat.
4. Etiologi
a. Trauma langsung pada paru
Aspirasi isi gaster
Infeksi paru
Kontusio paru
8
Inhalasi toksik
Pneumonia
b. Trauma tidak langsung pada paru
Sepsis
Trauma non thorax
Tranfusi bermacam produk darah
Drug overdosis
5. Patofisiologi
ARDS dikaitkan degan kerusakan alveolar difus dan cedera paru
endotel kapiler. Tahap awal digambarkan sebagai eksudatif, sedangakan
fase berikutnya adalah fibroproliperatif dalam karakter. ARDS awal ditandai
dengan peningkatan permeabilitas penghalang penghalang alveolar- kapiler,
menyebabkan masuknya cairan kedalam cairan alveoli. Hambatan alveolar
kapiler dibentuk oleh endotel mikrovaskuler dan lapisan epitel alveoli.
Berbagai beban mengakibatkan kerusakan baik pada endotel pembuluh
darah atau epitel alveolar dapat menyebabkan ARDS.
Mernbran alveolar kapiler mengatami cedera maka ditandai dengan adanya
proses peradangan. Proses peradangan menyebabkan kerusakan pada:
* Sel-sel alveolar tipe I
Endotel atau lapisan kapiler, menganggu keseimbangan tekanan
hidrostatik- tekanan osrnotik
* Sel-sel alveolar tipe II
Sel-sel aktif yang mengsekresi surfahan terganggu, mengakibatkan
kekakuan permukaan alveoli dan kolaps, sehingga terjadi gangguan
pertukaran gas di alveoli
* Sel-sel alveolar tipe III
Makrofag untuk melepaskan sitokin menimbulkan kerusakan lebih pada
endotelium alveolar
Akibat kerusakan dari ketiga sel-sel alveolar memicu peningkatan
kadar protein di alveoli sehingga menarik cairan kedalam ruang alveolar dan
menyebabkan edema paru non kardiak. Dengan terjadinya edema
berkurangnya sekresi surfaklan atau menonaktifkan surfaktan, yang akan
8
meningkatkan terjadinya ateleksitas dan menyebabkan gangguan pertukaran
gas, terjadi penurunan oksigen (PaO2) dan peningkatan karbondioksida
(PCO2) dalam darah. Hasilnya adalah terjadi hipoksernia dan penunrnan
compliance paru. Suplai oksigen ke otak menurun dan terjadi penurunan
fungsi saraf pusat yang bisa menyebabkan gelisah dan penurunan kesadaran.
ARDS biasanya terjadi pada individu yang sudah pernah
mengalami trauma fisik, meskipun dapat Juga terjadi pada individu yang
terlihat sangat sehat. Biasanya terdapat periode laten sekitar 18-24 jam dari
waktu cedera paru sampai berkembangnya gejala. Durasi sindrom dapat
beragam dari beberapa hari sampai beberapa minggu. Pasien yang tampak
akan pulih dari ARDS dapat secara mendadak relaps ke dalam penyakit
pulmonari akut akibat serangan sekunder seperti pneumotoraks atau infeksi
berat.
8
PATH WAY ARDS
Kelebihan Volume
Cairan
8
6. Manifestasi klinis
Gejala klinis utama pada kasus ARDS adalah;
a. Peningkatan jumlah pernafasan
b. Takikardia, takipnea
c. Dispnea dengan kesulitan bernafas
d. Terdapat retraksi intercosta
e. Sianosis
f. Hipoksemia
g. Auskultasi paru ; ronki basah, krekel, stridor, wheezing
h. Auskultasi jantung ; bunyi jantung normal tanpa murmur atau gallop
8
region perihilar paru. Pada stadium lanjut terlihat penyebaran di
intertisial secara bilateral dan infiltrate alveolar, menjadi rata dan dapat
mencakup ke seluruh lobus paru. Tidak terjadi pembesaran pada jantung.
e. ABGs
Hipoksemia (penurunan PaO2), Hipokapnea (penurunan nilai CO2 dapat
terjadi terutama pada fase awal sebagai kompensasi terhadap
hiperventilasi), Hiperkapnea (PaCO2 > 50) menunjukkan terjadinya
gangguan pernafasan Alkalosis respiratori (Ph > 7,45) dapat timbul pada
stadium awal, tetapi asidosis dapat juga timbul pada stadium lanjut yang
berhubungan dengan peningkatan dead space dan penurunan ventilasi
alveolar. Asidosis metabolisme dapat timbul pada stadium lanjut yang
berhubungan dengan peningkatan laktat darah, akibat metabolisme
anaerob.
8. Penatalaksanaan Medik
Pengobatan ARDS yang pertama-tama adalah pencegahan, karena
ARDS tidak pernah merupakan penyakit primer tetapi timbul setelah
penyakit lain yang parah.
Apabila ARDS tetap timbul, maka pengobatannya adalah:
a. Terapi oksigen
Oksigen adalah obat dengan sifat teurapeutik yang penting dan secara
potensial mempunyai efek samping toksik. Pasien tanpa riwayat penyakit
paru-paru tanpa toleran dengan oksigen 100 % selama 24-72 jam tanpa
abnormalitas fisiologi yang signifikan.
b. Ventilasi Mekanik
Aspek penting perawatan ARDS adalah ventilasi mekanik. Terapi
modalitas ini bertujuan untuk memberikan dukungan ventilasi sampai
integritas membrane alveolar kapiler kembali membaik.
c. Diuretik
Untuk mengurangi beban cairan dan obat-obat perangsang jantung untuk
meningkatkan kontraktilitas jantung dan volume sekuncup agar
penimbunan cairan di paru berkurang. Penatalaksanaan cairan dan obat-
8
obatan jantung digunakan untuk mengurangi kemungkinan gagal jantung
kanan.
d. Kadang-kadang digunakan obat-obat anti-inflamasi untuk mengurangi
efek merusak dari proses peradangan, walaupun efektifitasnya masih
dipertanyakan.
9. Komplikasi ARDS
Menurut Hudak & Gallo (1997) komplikasi yang dapat terjadi pada ARDS
adalah:
a. Abnormalitas obstruksi terbatas (keterbatasan aliran udara)
b. Asidosis metabolik
c. Penurunan keluaran urin
d. Asidosis respiratorik
e. Sepsis
f. Hipotensi
g Vap
h MODS (multiple organ disfungsi syndrom)
8
g. Penggunaan otot bantu pernafasan
h. Penggunaan alat bantu pernafasan ada atau tidak
i. Irama pernafasan teratur atau tidak
j. Bunyi nafas normal atau tidak
3. Circulation
a. Penurunan curah jantung: Letargi, gelisah, takikardia
b. Sakit kepala
c. Gangguan tingkat kesadaran: ansietas, gelisah, kacau mental,
mengantuk
d. Papil edema
e. Penurunan haluan urine
4. Disability
a. Keadaan umum : GCS, kesadaran, nyeri atau tidak
b. Adanya trauma atau tidak pada thorax
c. Riwayat penyakit dahulu/sekarang
d. Riwayat pengobatan
e. Obat – obatan atau drugs
Pemeriksaan Fisik
1. Mata
Konjungtiva pucat (karena anemia)
Konjungtiva sianosis (karena hipoksia)
2. Kulit
Sianosis perifer (vaso kontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
Sianosis secara umum (Hipoksemia)
Penurunan turgor (dehidrasi)
Edema
Edema periorbital
3. Jari dan Kuku
Sianosis
Clubbing Finger
4. Mulut dan bibir
Membran mukosa sianosis
8
Bernafas dengan mengerutkan mulut
5. Hidung
Pernafasan dengan cuping hidung
6. Vena Leher
Adanya distensi atau bendungan
7. Dada
Retraksi otot bantu pernafasan (Karena peningkatan aktifitas pernafasan,
dispneua, atau obstruksi jalan nafas)
Pergerakan tidak simetris antara dada kanan dan dada kiri
Tactil Fremitus, Thrill (getaran pada dada karena udara/suara melewati
saluran atau rongga pernafasan
Suara nafas tidak normal (Krekels, Ronchi/Whezzing Friction Rub,
Pleural Friction)
Bunyi nafas perkusi (resonan, hiperresonan, dullness)
8. Pola Pernafasan
Pernafasan cepat ( Takipnea)
8
No Diagnosa NOC NIC
Dx Keperawatan
vesikuler oral/tracheal suctioning
Bebas sianosis dan Auskultasi suara nafas
sesak nafas sebelum dan sesudah
suctioning
Hentikan suctioning bila
menunjukkan bradikardi
Kolaborasi:
Pemberian infuse
Rontgen Thorax
Lab sputum : BTA, Kultur,
Fisioterapi
8
E. Evaluasi Keperawatan
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan