Anda di halaman 1dari 11

BAB V

TEMUAN DAN ANALISIS

4.1. Menggambarkan fenomena secara umum


Pengiriman tenaga kerja ke luar negeri bukanlah fenomena baru di Indonesia.
Kemiskinan dan tidak tersedianya lapangan kerja, khususnya di pedesaan, menjadi alasan
utama mengapa pengiriman tenaga kerja (tidak terdidik) ke luar negeri selalu meningkat
setiap tahun. Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu contohnya. Ribuan
orang pergi ke luar negeri sebagai tenaga kerja kasar di beberapa area domestik. Kebanyakan
dari mereka tidak berpendidikan dan berkeahlian. .
Keberangkatan Tenaga Kerja Indonesia keluar negeri sepintas memang seperti sebuah
jalan keluar akan permasalahan ekonomi yang dialamai oleh keluarganya. Pada
kenyataannya, kepergian TKI keluar negeri dengan meninggalkan keluarganya terutama anak
ternyata meninggalkan berbagai masalah. Masalah tersebut sebagaian besar terkait
pengasuhan anak Bagi yang berkeluarga akan terjadi perubahan dan, dari sebelumnya anak
memiliki aneka macam peraturan yang harus dipatuhi, dan dalam posisi selalu tergantung
kepada orang tua, kemudian berubah menjadi anak yang mandiri yang tidak tergantung,
kepada orang tua. akan menimbulkan pergeseran- pergeseran dalam kehidupan rumah tangga
mereka, baik dalam hal pola hidup, maupun dalam peran yang selama ini mereka jalani.
Kekosongan dalam keluarga bisa berdampak, Anak- anak dari pergaulan yang tidak baik.
kurang pengawasan dari orang tua karena ibu atau bapaknya harus bekerja ke luar negeri dan
anak-anak tersebut dititipkan bersama kakek, nenek dan pamannya jadi pengawasan terhadap
anak bisa jadi agal longgar. Mereka masih sangat membutuhkan figur orang dewasa untuk
mengarahkan kehidupan mereka sehari- hari.

4.2. Perubahan Pergaulan anak yang ditinggal bekerja sebagai TKI


Perubahan sosial mencakup beberapa perubahan dalam lembaga sosial, dimana keluarga
sebagai lembaga sosial terkecil dalam sistem sosial juga menjadi salah satu lembaga yang
terkena imbas perubahan sosial. Keluarga menjadi lembaga yang sangat penting karena
keluargalah akan membentuk berbagai karakter individu. Inilah yang menjadi alasan utama
mengapa keluarga diposisikan sebagai tempat paling strategis utuk menanamkan nilai-nilai
sosial kepada individu. Baik buruknya kepribadian individu, akan bergantung pada
penanaman nilai-nilai sosial di dalam keluarganya. Ketika suami dan istri bekerja menjadi
TKI, maka harus ada lembaga lain yang menggantikan fungsi mengasuh anak di rumah.
Orang tua yang bekerja sebagai TKI akan menitipkan anaknya di tempat saudara, nenek, bibi
mereka. Ketika peran pengasuhan anak dialihkan ke pihak lain, maka fungsi sosialisasi dalam
keluarga secara otomatis berkurang.
Ketidak beradaan orangtua di rumah, memunculkan permasalahan baru dalam keluarga.
Anak menajadi kurang kasih sayang dari orangtua dan tidak adanya kontrol dari pengasuh
yang bersama anaknya. Kenakalan remaja yang tidak dapat dikendalikan orang tua, anak
bebas dengan tidak adanya aturan di dalam rumah karena tidak adanya orang tua yang
mengawasi. Anak larut dalam pergaulan bebas yang berujung pada seks bebas, minum-
minuman keras, balap liar, pualng sampai larut malam. Kenakalan remaja di lakukan banyak
remaja sebagai sebuah pelampiasan atas ketidakpuasaannya pada orang tua.
4.2.1 Pergaulan dulu
Anak memasuki usia remaja dimana masa remaja penuh gairah, semangat dan
pergolakan saat seorang anak tidak saja mengalami perubahan fisik tetapi juga
psikis. Perubahan status dari anak-anak menjadi remaja adalah kebanggaan karena
status sosial berubah, keberadaan atau eksistensi anak akan selalu diperhitungkan,
tetapi ada juga kebingungan, kegelisahan, kecanggungan, kegalauan menyebabkan
mengalami pertaruangan identitas. Kondisi rumah tangga yang lengkap dalam suatu
keluarga akan meningkatkan kontrol ayah dan ibu bagi anak. Orangtua tidak akan
membiarkan anak remajanya berjalan sesuka hati menuruti kehendaknya sendiri.
kontrol orangtua ketat dengan banyak batasan-batasan peraturan yang dibuat
orangtua untuk tidak dilanggar. Hal ini untuk membentuk tingkah lakunya yang
tertib dan displin dengan lingkungan sekitar.
Seperti yang di katakan Nana Hardiana (15)
“lamun arak dengan toaq tiang jak endek ngene karena kan arak inak tiang ye urus
tiang jarin, endek te tebeng sugul momot leq bale ngeno kan arak sak perhatian
mun neke jak boyak perhatian leq batur-batur tiang ngeno wah kance nie. kalau ada
orangtua saya tidak kayak gini karena ada ibu saya yang urus saya jadinya. Saya gak
dikasi keluar disuruh diam dirumah saja” (16 Desember 2017)
Berdasarkan wawancara Wahyu Fergiawan (15)
Ketat, tetep ke teempuk, teempuk salak-salak sekedik. Inak doang sak ngempukan
mun amak jak ye bongoh. Mun leq amaq tao ngendeng kepeng doang. ketat, tetap
saya dipukul ibu saya walaupun salah sedikit. Ibu saya aja yang sering mukulin
kalau bapak saya dia pendiam kalau bapak cepat dimintain uang. (16 Desember
2017).
Dari wawancara tersebut Pergaulan anak dulu ketika orangtua yang berada dirumah
bersama anaknya ketat tidak sebebas sekarang ketika orangtuanya tidak ada di
rumah. Orangtua berada di rumah akan melakukan pengawasan dan peraturan yang
ketat bagi anaknya.

4.2.2 Pergaulan sekarang


Masa remaja masa labil yang emosinya rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri
yang benar. Kebanyakan anak yang ditinggal orangtua bekerja sebagai TKI menghadapai
masalah yaitu masalah hubungan dengan orangtua, lawan jenis, teman sebaya, masalah
belajar, masalah pengendalian diri dan yang terkait dengan aturan-aturan lainnya.
Hal ini berdasarkan wawancara dengan salah satu anak Wahyu Fergiawan (15)
“mun nane sai jak empuk, aman bebas idapn. kalau sekarang sih siapa yang mau pukul,
aman rasanya(16 Desember 2017)”
anak yang ditinggalkan orangtua bekerja sebagai TKI merasa bebas dengan tidak adanya
orangtua, anak bisa melakukan apa hal yang disukainya karena tidak adanya pengawasan
orangtua dirumah. Masalah keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang minim
menyebabkan terjadinya perilaku yang telah menyimpang dan melanggar nilai sosial
yang ada dalam masyarakat karena kontrol keluarga yang lemah.

4.3 Bentuk Perubahan Pergaulan Anak yang ditinggal Orangtua Bekerja sebagai TKI
4.3.1 Pergaulan harian
4.3.1.1 Kebiasaan bermain judi
Dalam kenyataannya banyak sekali anak-anak remaja yang terjerumus
kedalam perjudian. Mereka kurang perhatian, ditinggal dirumah dan hanya tinggal
dengan neneknya. Jiwa mereka masih labil sehingga mereka juga bisa mengakses
apa saja tanpa perhatian orang tua. Ditinggal bekerja menjadi TKI, pengawasan
pergaulan anak-anak itu juga masih minim. Lingkungan mereka juga
mempengaruhi sikap mereka. Mereka bergaul tanpa pengawasan dari keluarga
sehingga meraka menjadi salah pergaulan. Berdasarkan yang di katakan oleh
Mahesa (17)
“girang te kumpul bareng, maen PS. Te betarok sekedik endekne maiq idap mun
endek betarok. sering kumpul bareng, main PS, taruhan sedikit enggak enak
rasanya kalau gak taruhan (13 januari 2018)”
hal ini membuat anak menjadi kebiasaan meminta uang kepada pengasuhnya yang
diberikan orang tuanya yang bekerja sebagai TKI. Bukan hanya itu saja, warga di
sekitaran tempat main PS mengatakan “anak-anak yang sering main PS disini
sering taruhan, ada yang kelahi kalau kalah. ribut dah sama anak-anak itu”
Kurangnya pengawasan orangtua menjadi salah satu penyebab terjadinya control
lemah sehingga anak menjadi bebas melakukan hal yang diinginkannya.
4.3.1.2 Gang motor
Pergaulan yang terjadi pada anak yang ditinggalkan orangtua bekerja
sebagai TKI menjadi bebas karena tidak adanya aturan dari pengasuh hal itu
menyebabkan anak menjadi bebas melakukan balapan liar dengan gang motornya
di jalan raya.
Berdasarkan yang dikatakan Wahyu Fergiawan
“maen motor, drug bu to penas, inshaallah taun lemak bu kalo saya sudah
tamat sekolah saya ikut balap” Kebut-kebutan di jalan raya juga dilakukan anak-
anak yang tergabung dalam gang motor. Keluarga memegang penting dalam
melakukan sosialisasi nilai, norma dan tujuan yang disepakati masyarakat akan
tetapi kurangnya perna orangtua menyebabkan anak menjadi salah pergaulan.
Anak menginginkan pengakuan, perhatian, pujian dan kasih sayang dari
orangtuanya. Pada saat pengakuan, perhatian dan kasih sayang tersebut tidak
merekan dapatakan dirumah maka mereka mencari tempat lain. Salah satu tempat
yang paling mudah mereka temukan untuk mendapatkan pengakuan tersebut
adalah di lingkungan teman sebayanya.
4.3.1.3 Pacaran
Terlaksananya fungsi-fungsi keluarga menjadi sangat penting untuk
pembentukkan karakter dalam sebuah keluarga serta di dalam sebuah keluarga.
Apabila salah satu fungsi keluarga tidak berjalan maka itu akan berdampak pada
perkembangan sebuah keluarga. Anak mencari kenyamaan pada hal-hal yang bisa
mereka lakuka yaitu pacaran di kalangan di usia remaja sudah dianggap biasa oleh
anak-anak yang ditinggal bekerja sebagai TKI. Anak remaja sulit untuk diarahkan
karena menganggap bukanlah anak kecil lagi dan mampu menjaga diri. Akan
tetapi remaja masih belum tahu apa yang tebaik bagi dirinya sendiri. Anak belum
bisa menyaring mana yang baik dan mana yang buruk. Kurangnya pengawasan
orangtua menyebabkan anak mencari kesenangan sendiri dengan cara pacaran hal
ini berdasarakan hasil wawancara dengan Dengan pacaran dia mendapatkan
motivasi dengan pasangannya.
Seperti yang dikatakan Nadia Mayzar “lalo nongkrong jari petak mame leq
langan (pergi nongkrong jadi cari cowok di jalan)
hal ini juga dikatakan Nana Hardiana “pete perhatian leq batur-batur no wah
(cari perhatian di teman-teman itu dah). Anak yang kurang perhatian akan
mencari perhatian melalui teman sebayanya apalagi lawan jenisnya.
4.3.1.4 Nongkrong samapai malam
Nongkrong sampai malam adalah kebiasaan anak-anak yang ditinggal orangtua
bekerja sebagai TKI, dengan ketidakadanya orangtua dan pengasuh yang
melonggarkan segala aturan menyebabkan anak menjadi bebas. Hal ini
berdasarkan yang dikatakan Nadia Mayzar “bekedek palingan jok bale batur lalo
mekedek jok nongkrong leq bunderan gerung, palingan nongkrong leq dagang
jagung sampek laik (main di rumah teman, pergi main ke bundaran gerung
nongkrong disana di dagang jagung sampai malam)

4.3.1.5 Minuman keras


Kebiasaan anak yang sering bergaul dengan anak-anak gang motor menyebabkan anak
mencoba minum-minuman keras seperti tuak. Hal ini terlihat ketika ada temannya yang
menang lomba balapan motor akan mentraktir teman-temannya miras. Seperti yang
dikatakan AK “Mun te menang drug, langsung te lalo beli tuak jeri rayaan wah (kalau
saya menang balapan liar, langsung kita pergi beli miras jadi ngerayain dah)

4.3.1.5 Cara berbicara


biasanya anak berbicara dengan orangtua menggunakan bahasa yang santun akan tetapi
ada anak yang tidak peduli dengan hal tersebut karena tidak adanya pendidikan
mengajarkan tata cara berbicara dalam keluarga. Hal ini berdasarkan yang dikatakan
masyarakat di sana Susmiati “anak disini banyak yang tidak sopan sama orangtuanya,
kadang berkata kasar”

4.3.2 pendidikan
4.3.2.1 Motivasi
Tingkat motivasi anak yang ditinggalkan orangtua berbeda-beda. Ada yang rajin dan
malas. Motivasi anak untuk belajar masih sedikit karena kurang adanya motivasi
orangtua terhadap anak apalagi anak jarang di hubungi melalui telepon dan pengasuh
kurang memperhatikan. Hal ini berdasarkan yang dikatakan Wahyu Fergiawan “endek
nuah kerja kelompok, endek nuah mauq juare cume tao lekak-lekak motor, baut leq
bengkel (enggak pernah kerja kelompok, enggak pernah dapat juara Cuma bisa buka
motor, baut di bengkel)

4.3.2.2 Prestasi
Prestasi anak sesuai dengan kemampuan anak yang dimilikinya. Prestasi anak yang
ditinggal orangtua bekerja sebagai TKI sebagian besar menurun karena tidak adanya
motivasi anak untuk belajar. Hal ini berdasarkan yang dikatakan Nana Hardiana “agak
menurun sekedik soalne kan tiang terganggu pikiran angenan iank jari endek terlalu
indeng berajah (agak menurun sedikit soalnya saya terganggu pikiran kangen ibu jadi
gak terlalu pikirin belajar)

4.4 penyebab perubahan pergaulan anak yang ditinggal orangtua sebagai TKI
4.4.1 ekonomi

kebutuhan anak adalah tanggung jawab orangtua, orangtua akan selalu berusaha untuk
memberikan yang terbaik bagi anak mereka, hal ini memaksa para orangtua untuk bekerja keras
untuk memenuhi kebutuuhan keluarga mereka termasuk anak-anaknya apalagi anak yang mulai
tumbuh menjadi remaja maka kebutuhannya juga akan menjadi tambah banyak ketika masuk
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

seperti yang dikatakan Nadia Mayzar “Mele endek mele terpakse soalne memenuhi kebutuhan
petaan kepeng kadu sekolah (mau tidak mau, terpaksa soalnya untuk memenuhi kebutuhan
mencari uang untuk sekolah)” karena kebutuhan yang semakin meningkat maka para orangtua
berusaha mencari pekerjaan dengan penghasilan yang layak dengan mencari pekerjaan di luar
negeri atau biasa disebut dengan tenaga kerja Indonesia (TKI). Keluarga yang ditinggal bekerja
sebagai TKI ada yang mampu mengatasi masalah rumah tangganya, termasuk dalam segi hal
ekonomi keluarga.

Sedangkan Wahyu Fergiawan mengatakan “ijin senoh kadu pire ajin motor (ijin sihnya, buat
beliin motor).

4.4.2 Pendidikan

Orangtua merupakan pendidik utama bagi anak-anaknya karena dari orangtua pertama menerima
pendidikan. Oleh sebab itu orangtua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing dan pemelihara
terhadap anak. Setiap orangtua menginginkan anak-anaknya menjadi manusia yang berakhlak
dan berhati mulia serta mempunyai tanggung jawab. Akan tetapi sebagian anak tidak menyadari
bahwa mereka di sayang oleh orangtuanya karena orangtuanya meninggalkan mereka. Ketidaka
hadiran orangtua pada suatu keluarga membuat perasaan anak yang mempengaruhi sikap,
perasaan dan cara hidup anak dalam menjalani kehidupannya.

Pendidikan orangtua adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan anak. Dimana sifat
anak ditentukan melalui pendidikan dari orang tua tetapi pada kenyataannya perhatian orangtua
kepada anaknya kurang sekali karena kesibukkan orangtua bekerja sebagai TKI tanpa
memperhatikan anak-anak mereka . orangtua selalu memeberikan pendidikan anak mereka
melalui sekolah semestinya pendidikan dari orangtua itu lebih penting dari pada sekolah karena
lebih banyak waktu anak di rumah jadi pendidikan dari orangtua lebih penting.

Hal ini berdasarkan wawancara yang dikatakan Nadia Mayzar (18)

“aok aneh idapn endek narak dengan toaq narak dengan kelakan ite endek narak, biasene ye
doang laguq nane endek narak. No sok endek te biasae endek narak dengan toaq. Endah ite
berjah mesak. iya, aneh rasanya gak ada orangtua, enggak ada yang masakin saya biasanya ibu
aja tapi sekarang gak ada sama belajar, saya sendiri. Gak biasa gak ada orangtua (wawancara, 16
Desember 2017)

Kurangnya pendidikan dari orangtua bagi anak ke hal yang negatif. Seharusnya orangtua lebih
memperhatatikan perkembangan anak karena kehidupan anak masih di dominasi dengan sikap
bersenang-senang dan membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari kedua orangtuanya. Bukan
sebaliknya anak diasuh oleh keluarga dekatnya. Adanya perbedaan anak yang diasuh oleh
orangtua kandung dengan keluarga dekatnya. Perbedaan tersebut yaitu apabila anak diasuh oleh
kedua orangtua kandungnya anak akan terjamin kehidupan seperti dalam kegiatan harinya.
Sedangkan yang diasuh oleh keluarga dekatnya akan merasakan perbedaan rasa kasih sayang
yang berbeda walaupun anak diperhatikan seperti orangtua kandungnya sendiri. kurangnya
pendidikan dari orangtua membuat anak memiliki pergaulan yang negatif.

4.5 Dampak perubahan pergaulan anak yang orangtuanya sebgai TKI

4.5.1 Periode waktu

4.5.1.1 Umur 5th

Anak-anak yang ditinggal sejak berumur 5 tahun oleh orangtua yang bekerja sebagai TKI. Anak
tersebut merasa tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya. Dia merasa
orangtuanya tidak sayang kepadanya karena meninggalkan dan menelantarkan anak serta
dititipkan pada keluarga lainnya. Perasaan seperti itu sudah dialami anak sejak lama. Dia
ditingglkan orangtua sejak 5 tahun hingga sekarang berusia 15th. Berdasarkan yang dikatakan
Wahyu “masek kodeq bu, endekman TK endekke wah engat dengan toaq lekan maseh kodek.
Endekke semel-semel meno sapak bu paran ke endek dengan toaq pas tulak laguq tulak malik
( masih kecil bu, belum saya TK gak pernah lihat orangtua dari masih kecil, jdainya malu-malu
gitu sapa orangtua pas pulang. Saya kira bukan orangtua saya tapi orangtua saya balik lagi).
Anak tinggal dengan kakak iparnya yang hanya dicukupi kebutuhan ekonominya saja tapi tidak
pernah diperhatikan baik masalah pendidikan dan lainnya. Anak yang ditingglakan kedua
orangtuanya merasa biasa saja ditingglkan orangtua karena sejak kecil tidak pernah bertemu
dengan orangtuanya membuat anak merasa tidak menganggap dia sebagai orantuanya. Padahal
setiap anak membutuhkan asuhan yang baik agar bisa menjadi remaja yang mempunyai identitas
diri yang stabil.

4.5.1.2 Umur 18th


Anak yang ditinggalkan orangtua sejak umur 18 tahun untuk bekerja sebagai TKI merasa
hal itu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal iini berdasarkan yang dikatakan mina
“dengan toaq lalo jari ite sekolah kance mangan (orangtua pergi untuk saya sekolah dan
makan). Anak yang berumur 18 tahun menganggap orangtuanya sayang kepadanya
karena orangtua pergi untuk memenuhi kebutuhannya untuk mencukupi kebutuhan
keluarga. Anak ditinggalkan orangtua sejak berusia 17 tahun juga menjadi tolak ukur
pemikiran anak dan pendidikan anak dari keluarga sebelum orangtuanya bekerja sebagai
TKI.

4.5.2 Anggota keluarga


4.5.2.1 Ayah
Tanggung jawab merupakan perwujudan kesadaran hak dan kewajiban. Setiap anggota
memiliki hak dan kewajiban yang berbeda. Perbedaan itu disesuaikan dengan status dan
peran masing-masing. Seorang orangtua ayah berhak mencari nafkah bagi keluarganya.
Peran ayah yang digantikan oleh ibu, anak menganggap hal itu biasa saja.
Hal ini berdasarkan yang diakatakan mina “biase doang, arak dengan toaq nine lq te
(biasa saja, ada orangtua perempuan disini) ketidakhadiran orangtua ayah di rumah
tidak menjadi hambatan bagi anak karena menganggap orangtua ibu saja yang memberi
kasih sayang dan perhatian. Sebagian besar anak-anak yang ditinggalkan bekerja oleh
ayah sebagai TKI tidak merasa sedih karena kaum ibu yang paling berperan
dibandingkan ayah dalam mengasuh anak. Bagi sebagian masyarakat di Lombok laki-laki
mengerjakan pekerjaan rumah tangga masih dianggap tabu. Dalam hal mengasuh anak,
laki-laki juga kurang memahami dan mengerti anak tersebut.
4.5.2.2 Ibu
Keluarga yang utuh, hidup dalam suatu rumah merupakan dambaan setiap anak, pabila
salah satu dari anggota keluarga yang sakit tentunya anggota keluarga lain merasa sedih.
Hal ini terhadi pada saat seorang ibu bekerja sebagai TKI, anak akan diasuh kerabat
keluarganya. Dengan diasuhnya anak bukan oleh orangtuanya menyebabkan anak kurang
kasih sayang dan tidak ada yang mengurusnya.
Hal ini berdasarkan yang dikatakan nana hardiana “endek narak inaqte ye lalo jarine
agak kehilangan, angenan inak jerin endek telalu te indeng berajah. Terganggu pikiran
tiang (tidak ada ibu saya, dia pergi jadinya agak kehilangan, saya kangenin ibu saya
jadinya gak terlalu pikirin belajar. Terganggu pikiran saya).
Kehilangan yang dirasakan anak yang ditinggal ibunya bekerja sebagai TKI akan
merasakan kehilangan karena berada jauh dengan ibunnya. Dimana seorang ibu adalah
madarasah untuk anak-anaknya. Cenderung anak lebih dekat dengan ibunya dari pada
seorang bapak. Anak menjadi kurang kasih sayang ibu menjadi tidak terurus dengan baik.

Dampak lain dari perginya orangtua sebagai TKI berpindahnya fungsi asuh seorang anak,
yang seharusnya seorang anak diasuh oleh orangtua kandung mereka berpindah kepada
kakek neneknya, hal inipun terjadi di keluarga TKI, sehingga kurang kasih sayang
orangtua tidak secara maksimal
4.5.2.3 Keduannya

Para orangtua yang bekerja di luar negeri (TKI) secara otomatis akan meninggalkan keluarga
mereka termasuk anak remajanya. Hal ini akan baik bagi keluarga dengan bekerja dan
berpenghasilan yang layak akan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Akan tetapi tidak baik
bagi anak remajanya yang ditinggalkan, anak remajanya akan kehilangan kasih sayang dan
kehilangan perhatian. Seperti yang dikatakan Kholiq Akbar “aseq idapne buk apelagi ye pisah
dengan toaq (sedih rasanya bu apalagi dia pisah orangtua saya). Anak yang ditinggalkan
bekerja merasa kesepian dirumah apalagi tidak adanya kehadiran orangtua disisinya apalagi
orangtua pisah. Orangtua pisah karena sibuk menjadi TKI dan memiliki tambatan hati di
tempatnya bekerja.
Hal ini berdasarkan yang dikatakan Susmiati (46) orangtuanya pisah, yang duluan pergi
bapaknya lalu menyusul ibunya. Waktu mereka disana mereka jatuh cinta sama temannya
bekerja pas mereka balik dia ngurus percerainnya sudah

Anda mungkin juga menyukai