Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MATA KULIAH INTERVENSI TRAUMA DAN KRISIS

KRISIS MATURASI PASANGAN BARU MENIKAH


Dosen Pengampu Ns.Zumrotul Choiriyah., S.Kep., M.Kes

Disusun oleh :
AYUNDA AMALIA (010217A005)
ANDINA EMMA RETANG (010217A003)
HARI SANTOSO (010217A018)
TUTIK NUR BAITI (010217A033)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TRANSFER


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2017/2018
BAB 1

  PENDAHULUAN

a.      Latar Belakang

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga. Selain itu keluarga juga diartikan
ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan
jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah
hidup sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal
dalam sebuah rumah tangga (Friedman 1998).
Dari dua pengertian diatas kita ketahui pasangan suami istri yang baru
menikah yang belum mempunyai anak juga termasuk keluarga (keluarga baru
menikah).Banyak yang perlu kita ketahui dan kita kaji pada keluarga baru menikah.
Keluarga baru menikah perlu diberi asuhan keperawatan karena banyak masalah yang
muncul pada keluarga.
Pernikahan adalah hubungan yang sangat unik walaupun tidak ada aturan
yang menjamin pernikahan yang sukses. Beberapa pedoman bermanfaat untuk
membangun pernikahan yang bahagia adalah pertama, mereka harus memastikan
emosi mereka berdasarkan daripada ketertarikan fisik atau seksual. Kedua, pasangan
harus menggali motifasi keinginan untuk menikah. Ketiga, mereka harus berfokus
pada pengembangan komunikasi yang jelas. Keempat, mereka harus memahami pola
prilaku dan kebiasaan yang menggangu yang tidak mungkin berubah setelah
menikah. Terakhir, mereka harus menetapkan kompatibilitas dalam keyakinan dan
nilai yang penting.
Pertumbuhan dalam pernikahan memanjang lebih dari beberapa tahun.
Keberhasilan pemecahan masalah yang dihadapi yang terjadi dalam perkawinan
menimbulkan saling pengertian pada masing-masing pasangan pernikahan.

2
Hubungan pernikahan mencakup tahapan yang berbeda. Tahap permulaan
mulai saat pernikahan dan berlanjut sejalan dengan usaha pasangan untuk berfungsi
sebagai pasangan. Tahapan orientasi keluarga ditujukan pada aktivitas menanti
kelahiran anak dan mengasuh anak. Peranan orang tua harus dipahami dan
dipraktikan.
           
b.            Tujuan
    Tujuan Umum :
Di harapkan dengan ada nya makalh ini tidak ada konflik keluarga baru menikah
diharapkan masalah-masalah yang muncul dapat teratasi dan tidak terjadi lagi
masalah yang sama pada keluarga dan keluarga mamapu mengatasi masalah
kesehatan yang dialami secara mandiri.
    Tujuan Khusus
1.      Mengenal masalah kesehatan keluarga
2.      Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga.
3.   Melakukan tindakan perawatan, kesehatan yang tepat kepada anggota keluarga yang
sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh, dan atau keluarga yang membutuhkan
bantuan, sesuai dengan kemampuan keluarga.
4.   Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, dan sosial) sehingga
dapat meningkatkan kesehatan keluarga.
5.     Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (misal, puskesmas, posyandu,
atau sarana kesehatan lain) untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan
keluarga.

3
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. INTERVENSI TRAUMA DAN KRISIS


1. Pengertian
Krisis adalah gangguan internal yang diakibatkan oleh suatu keadaan
yang dapat menimbulkan stress, dan dirasakan sebagai ancaman bagi individu.
Krisis terjadi jika seseorang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan
hidup yang penting, dan tidak dapat diatasi dengan penggunaan metode
pemecahan masalah (koping) yang biasa digunakan.
Krisis mempunyai keterbatasan waktu dan konflik berat yang
ditunjukan menyebabkan peningkatan ansietas. Konsep krisis sering
diasosiasikan dengan respon potensi yang adaptif, dan biasanya tidak
berkaitan dengan sakit, di sisi lain konsep stress sring dihubunkan dengan
konotasi negative atau resiko tinggi untuk sakit (Rapoport dalam Antai
Otong,1995)
Intervensi krisis merupakan pendekatan yang relative baru dalam
mencegah gangguan jiwa dengan focus pada penemuan kasus secara dini dan
mencegah dampak lebih jauh dari stress (Caplain dan Ontong,1995), hal ini
dilaksanakan dengan kerja sama lintas sektoral dan interdisiplin dalam
mencegah dan meningkatkan kesehatan mental.
Menurut Psychoanalytical Theory, hal terpenting dalam krisis adalah
pengalaman respons dan maladaptive usia dini anak sepanjang perjalanan
hidupnya. Dampak dari anak tersebut akan berpengaruh pada masa dewasanya
khususnya kematangan dalam pola koping yang digunakan. Konflik-konflik

4
masa lalu anak yang tidak selesai atau belum terpecahkan akan mewarnai cara
dia menghadapi krisis setelah dewasanya.
Pertimbangan Umum
a) krisis terjadi pada semua individu pada satu saat atau saat yang
lain
b) Krisis tidak selalu bersifat patologis; krisis dapat menjadi stimulus
pertumbuhan dan pembelajaran.
c) Krisis sangat terbatas dalam hal waktu dan biasanya teratasi
dengan satu atau lain cara dalam periode yang singkat (4 sampai 6
minggu). Penyelesaian krisis dapat dikatakan berhasil bila fungsi
kembali pulih atau ditingkatkan melalui pembelajaran baru.
Penyelesaian krisis dinyatakan gagal bila fungsi tidak kembali
pulih ke tingkat sebelum krisis, dan individu mengalami
penurunan tingkat fungsional.
d) Persepsi individu terhadap masalah yang dihadapi dapat
menentukan krisis. Setiap individu memiliki respons yang unik
terhadap masalah yang dialaminya.
Caplain menjelaskan tentang 3 (tiga) criteria agar seseorang mampu kembali
pada keadaan adaptif dari krisis:
 Kemampuan untuk mengelola emosi seperti marah, kecemasan,
frustasi.
 Kemampuan menggunakan koping yang adaptif
 Kemampuan untuk memelihara reality testig dan tidak regresi
saat berhadapan dengan krisis.

Kualitas dan Maturitas Ego dinilai berdasarkan ( G. Caplan 1961) :

1. Kemampuan seseorang untuk menahan stress dan ansietas serta


mempertahankan keseimbangan.

5
2. Kemampuan mengenal kenyataan yang dihadapi serta memecahkan
problem.
3. Kemampuan untuk mengatasi problem serta mempertahankan
keseimbangan social.
Krisis terjadi melalui empat fase :
 Fase I : Ansietas meningkat sehingga muncul stimulus
individu untuk menggunakan koping yang biasa dipakai.
 Fase II : Ansietas lebih meningkat karena koping yang
digunakan gagal.
 Fase III : Individu berusaha mencari koping baru, memerlukan
bantuan orang lain.
 Fase IV : Terjadi ansietas berat / panik yang menunjukkan
adanya disorganisasi psikologis.
2. Tipe tipe krisis
a. Krisis.Maturasi
Perkembangan kepribadian merupakan suatu rentang yang setiap
saat tahap mempunyai tugas dan masalah yang harus diselesaikan untuk
menuju kematangan pribadi individu. Keberhasilan seseorang dalam
menyelesaikan masalahnya tiap tahap dipengaruhi kemampuan individu
mengatasi stress yang terjadi dalam kehidupannya.
Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi masa
perkembangan yang dapat mengganggu keseimbangan psikologis, seperti
pada masa pubertas, masa perkawinan, menjadi orang tua, menopause, dan
usia lanjut. Krisis maturasi memerlukan perubahan peran yang dipengaruhi
oleh peran yang memadai, sumber – sumber interpersonal, dan tingkat
penerimaan orang lain terhadap peran baru.

b. Krisis Situasi

6
Krisis situasi terjadi apabila keseimbangan psikologis terganggu
akibat dari suatu kejadian yang spesifik, seperti : kehilangan pekerjaan,
kehamilan yang tidak diinginkan atau kehamilan di luar nikah, penyakit
akut, kehilangan orang yang dicintai,kegagalan,disekolah.
c. Krisis Malapetaka ( Krisis Sosial )
Krisis ini disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak diharapkan
serta menyebabkan kehilangan ganda dan sejumlah perubahan di
lingkungan seperti : gunung meletus, kebakaran dan banjir. Krisis ini
tidak dialami oleh setiap orang seperti halnya pada krisis maturasi.

3. Penyebab

a. Factor predisposisi
 keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan masalahnya pada fase-
fase tumbuh kembang akan mempengaruhi kemampuan individu
mengatasi stress yang terjadi dalam hidupnya. Setiap fase, individu
mengalami krisis yang lazim di sebut krisis maturasi.
 Pembagian fase tumbuh kembang menurut Sigmind Freund dari faese
oral, anal, falik, dan pubertas.
 Krisis maturasi terjadi dalam suatu periode tramsisi yang dapat
menganggu keseimbangan psikologis seperti pada masa pubertas,
masa perkawinan, menjadi orang tua, menopause, lanjut usia.
 Krisis maturasi memerlukan peruahan peran yang dipengaruhi oleh
contoh peran yang memadai, sumber-sumber interpersonal dan
tingkat penerimaa orang lain terhadap peran baru..
b. Factor Presipitasi
 Mengidentifikasi fator pencetus, termasuk kebutuhan yang terancam,
misalnya:

7
 Kehilangan orang yang dicintai, baik kematian maupun perpisahan
yang lazim di sebut krisis situasi
 Kehilangan biopsikososial, seperti: kehilangan salah satu bagian
tubuh karena operasi, sakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran
social, kehilangan kemampuan melihat, dsb.
 Kehilangan milik pribadi misalnya: kehilangan harta benda, rumah
kena gusur,dsb.
 Ancaman kehilangan misalnya: anggota keluarga yang sakit,
perselisihan yang hebat dengan pasangan hidup
B. KELUARGA

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran
masing– masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal


bersama,sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam
interelasisocial, peran dan tugas (Spredley, 1996 dalam Murwani, 2008).

Menurut Salvicion G. Bailon & Aracelis Maglaya (1989)


dalamMurwani (2008) menjelaskan bahwa keluarga adalah dua atau lebih
dari duaindividu yang tergabungkarena hubungan darah, hubungan
perkawinan ataupengangkatan danmereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satusama lain, dan di dalam perannyamasing – masing
menciptakan sertamempertahankan kebudayaan.Dari beberapa definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa keluarga adalahbeberapa individuyang tinggal
dalam sebuah keluarga yang mempunyai ikatan perkawinan, ada hubungan
keluarga, sanak famili, maupun adopsi yang hidupbersama sesuai dengan
tujuan keluarga tersebut.

a. Tipe keluarga tradisional

8
1. Keluarga inti yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan

anak (kandung atau angkat).

2. Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah, missal kakek, nenek, paman dan bibi.
3. Keluarga Dyad yaitu suatu keluarga yang terdiri dari suami dan istri
tanpa

anak.

4. Single parent yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua

(ayah / ibu) dengan anak (kandung / angkat). Kondisi ini dapat


disebabkan

oleh perceraian / kematian.

5. Single adult yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa

(misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk


bekerja

atau kuliah).

b. Tipe keluarga non tradisional

1) The unmarriedtrenege mather yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua

(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

2) The stepparent family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.

3) Commune family yaitu beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya)


yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu
rumah,sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama :

9
sosialisasi anakdengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan
anak bersama.

4) The non marital heterosexual cohibitang family yaitu keluarga yang hidup

bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

5) Gay and lesbian family yaitu seseorang yang mempunyai persamaan sex
hidup bersama sebagaimana suami istri (marital partners).

6) Cohabiting couple yaitu orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan

perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

7) Group marriage family yaitu beberapa orang dewasa menggunakan


alatalat

rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagisesuatu


termasuk seksual dan membesarkan anak.

8) Group network family yaitu keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai
nilai,hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan
tanggung jawab membesarkan anak.

9) Foster family yaitu keluarga yang menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat
orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga aslinya.

10) Homeless family yaitu keluarga yang membentuk dan tidak


mendapatkan

10
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkandengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan
mental.

11) Gang yaitu sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang
muda

yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian


tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupan.

2 . Tahap perkembangan keluarga

Tahap perkembangan keluarga menurut Friedman (1998) adalah :

a. Tahap 1 : Keluarga pemula

Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuahkeluarga baru,


keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan darikeluarga asal
atau status lajang ke hubungan baru yang intim.

b. Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak

Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayiberumur 30


bulan. Biasanya orang tua bergetar hatinya dengan kelahiran anakpertama
mereka, tapi agak takut juga. Kekhawatiran terhadap bayi biasanya
berkurang setelah beberapa hari, karena ibu dan bayi tersebut mulai
mengenal.Ibu dan ayah tiba-tiba berselisih dengan semua peran-peran
mengasyikkan yang telah dipercaya kepada mereka. Peran tersebut pada
mulanya sulit karenaperasaan ketidakadekuatan menjadi orang tua baru.

c. Tahap III : Keluarga yang anak usia prasekolah

11
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia
2 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Sekarang, keluarga
mungkin terdiri tiga hingga lima orang, dengan posisi suami - ayah, istri –
ibu,anak laki-laki – saudara, anak perempuan – saudari. Keluarga menjadi
lebihmajemuk dan berbeda.

d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun danmulai masuk
sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masaremaja.
Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota maksimum, dan hubungan
keluarga di akhir tahap ini.

e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja

Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima darisiklus


kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga
7tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak
meninggalkankeluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal
dirumah hingga brumur 19 atau 20 tahun.

f. Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda

Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama
meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong,ketika
anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak
panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau
berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah.

g. Tahap VII : Orang tua pertengahan

Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahandari


bagi oarngtua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah

12
danberakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap
ini biasanya dimulai ketika orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan
berakhir pada saat seorang pasangan pensiun, biasanya 16-8 tahun
kemudian.

h. Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satuatau


kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga
salahsatu pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain
meninggal.

3. Tugas perkembangan keluarga

Tugas perkembangan keluarga menurut Friedman (1998) yaitu :

a. Tahap I : Keluarga pemula

1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan.

2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.

3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orangtua).

b. Tahap II : Keluarga yang sedang mangasuh anak

1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

(mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga).

2) Rekonsilisiasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan


kebutuhan anggota keluarga.

3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan

peran-peran orangtua dan kakek-nenek.

13
c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain,

privasi, keamanan.

2) Mensosialisasikan anak.

3) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan


anak-anak yang lain.

4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan

perkawinan dan hubungan orangtua dan anak) dan diluar keluarga


(keluarga besar dan komunitas).

d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah

1) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan

2) Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia

3) Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat

4) Meningkatkan komunikasi terbuka

e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja

1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja

menjadi dewasa dan semakin mandiri

2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan

3) Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak

f. Tahap VI : Keluarga dengan melepaskan anak usia dewasa muda.

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

14
2) Mempertahankan keintiman pasangan

3) Membantu orang tua suami/isteri yang sedang sakit dan memasuki masa

tua

4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat

5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

g. Tahap VII : Orangtua usia pertengahan.

1) Mempertahankan kesehatan

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan

anak-anak

3) Meningkatkan keakraban pasangan

h. Tahap VIII : Keluarga dengan masa pensiun dan lansia.

1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

2) Adaptasi dengan perubahan, kehilangan pasangan, teman, dll

3) Mempertahankan keakraban suami-isteri dan saling merawat

4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat

5) Melakukan “ Life Review”

4. Masalah-masalah kesehatan

Masalah-masalah kesehatan pada keluarga yang muncul menurut Friedman


(1998) yaitu :

a. Tahap I : Keluarga pemula

1) Penyesuaian seksual dan peran perkawinan

15
2) Penyuluhan dan konseling keluarga berencana

3) Penyuluhan dan konseling prenatal

4) Komunikasi

b. Tahap II : Keluarga yang sedang mangasuh anak

1) Pendidikan maternitas yang berpusat pada keluarga

2) Perawatan bayi yang baik

3) Pengenalan dan penanganan masalah-masalah kesehatan fisik secara


dini

4) Imunisasi

5) Konseling perkembangan anak

6) Keluarga berencana

7) Interaksi keluarga

8) Bidang-bidang peningkatan kesehatan umum (gaya hidup)

c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah

1) Masalah kesehatan fisik yang utama adalah penyakit-penyakit menular

yang lazim pada anak dan jatuh, luka bakar

2) Keracunan

3) Kecelakaan-kecelakaan yang lain yang terjadi selama usia sekolah

d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah

e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja

1) Penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol

16
2) Keluarga berencana

3) Kehamilan yang tidak dikehendaki

4) Pendidikan dan konseling seks

f. Tahap VI : Keluarga dengan melepaskan anak usia dewasa muda.

1) Masa komunikasi dewasa muda-orang tua

2) Transisi peran suami-isteri

3) Memberi perawatan (bagi orang tua lanjut usia)

4) Kondisi kesehatan kronis misalnya kolesterol tinggi, obesitas, tekanan

darah tinggi

5) Masalah menopause

6) Efek-efek : minum, merokok, diet

g. Tahap VII : Orangtua usia pertengahan.

1) Promosi kesehatan, istirahat yang cukup, kegiatan waktu luang dan


tidur,

nutrisi yang baik, program olahraga yang teratur, pengurangan barat


badan

hingga berat nadan yang optimum, berhenti merokok, berhenti atau


mengurangi alkohol, pemeriksaan skrining kesehatan preventif.

2) Masalah berhubungan dengan perkawinan

3) Komunikasi & hubungan dengan anak-anak, ipar, cucu dan orangtua


yang lanjut usia.

17
4) Masalah berhubungan dengan perawatan : membantu perawatan orang
tua yang lanjut usia dan tidak mampu merawat diri.

h. Tahap VIII : Keluarga dengan masa pensiun dan lansia.

1) Menurunnya fungsi

2) Menurunkan kekuatan fisik, sumber financial yang tidak memadai,


isolasi

sosial, kesepian

3) Kerentanan psiklogis

4) Promosi kesehatan

C. KELUARGA/PASANGAN BARU MENIKAH


1. Pengertian
Pasangan baru adalah keluarga baru dimulai pada saat masing-
masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui
perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-
masing. (Setiadi, 2008)
Pasangan baru adalah keluarga baru dimulai saat masing-
masing individu laki-laki (suami) dan perempuan (istri) membentuk
keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga
masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti psikologis karena
kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan orang
tuanya.

penyesuaian peran dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama


serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya
makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya. (Leny. R, 2010).

2. Tahap dalam pernikahan

18
a. Tahap pertama (romantic love)
Pada tahap ini pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu
gebu, ini terjafi saat bulan madu pernikahan, pasangan selalu
melakukan kegiatan bersama sama dalam situasi romantic dan
penuh cinta.
b. Tahap kedua : Dissapointment or Distress.
di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan,
memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang
atau lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari
pasangan yang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan
perasaan stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan
orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain
sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing.
Menurut Dawn tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke
situasi yang tak tertahankan lagi terhadap hubungan dengan
pasangannya. Banyak pasangan di tahap ini memilih berpisah
dengan pasangannya
c. Tahap ketiga : Knowledge and Awareness.
pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih
memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini
juga sibuk menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan
pernikahan itu terjadi. Menurut Dawn juga, pasangan yang sampai
di tahap ini biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan
rumah tangga kepada pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti
seminar-seminar dan konsultasi perkawinan.
d. Tahap keempat: Transformation
Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku yang
berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk
menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap

19
ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh
antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan yang
terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan
penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan
kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.
e. Tahap kelima: Real Love. “
Anda berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan,
keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar
Dawn. Psikoterapis ini menjelaskan pula bahwa waktu yang
dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling
memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin
menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang
menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan
jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real
love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda
berdua,”
3. Tugas Tahapan perkembangan keluarga dengan pasangan baru
menikah

Fase ini dimulai dari saat perkawinan hingga si istri hamil.


Fase ini merupakan masa tersulit dalam kehidupan perkawinan, angka
perceraian tinggi pada bulan-bulan awal hingga tahun pertama
perkawinan. Pasangan jugA harus melakukan penyesuaian kepuasan
(mutually satisfactory adjustment) sejak awal perkawinan Keadaan
akan makin sulit jika pasangan juga harus melakukan penyesuaian di
luar hubungan dengan suami/isterinya, misal : melanjutkan sekolah,
tugas luar kota, mobilitas tinggi, tergantung kpd orangtua (tempat
tinggal, finansial), hubungan dengan keluarga besar.

20
Maka ada beberapa tugas perkembangan yang harus dijalani
oleh pasangan pada fase pemantapan ini agar bisa menjalani tahap ini
dengan baik, antara lain : (Duvall, sociological perspective, 1985)

1. Memantapkan tempat tinggal

2. Memantapkan sistem mendapatkan dan membelanjakan uang

3. Memantapkan pola siapa mengerjakan apa, siapa bertanggung


jawab kepada siapa (pembagian peran & tanggung jawab)

4. Memantapkan kepuasan hubungan seksual

5. Memantapkan sistem komunikasi secara intelektual dan


emosional

6. Memantapkan hubungan dengan keluarga besar.

7. Memantapkan cara berinteraksi dengan teman; kolega dan


organisasi

8. Menghadapi kemungkinan kehadiran anak dan perencanaannya

9. Memantapkan filosofi hidup sebagai pasangan suami isteri

3. Tugas perkembangan keluarga baru menikah (Rodgers cit Friedman)

a. Membina hubungan intim yang memuaskan.

- Akan menyiapkan kehidupan bersama yang baru

- Sumber- sumber dari dua orang yang digabungkan.

- Peran berubah.

- Fungsi baru diterima.

21
- Belajar hidup bersama sambil penuhi kebutuhan
kepribadian yang mendasar.

- Saling mensesuaikan diri terhadap hal yang kecil yang


bersifat rutinitas Keberhasilan dalam mengembangkan
hubungan terjadi apabila kedua pasangan saling
menyesuaikan diri dan kecocokan dari kebutuhan dan
minat pasangan.

b. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis atau


membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok
sosial

Pasangan menghadapi tugas memisahkan diri dari keluarga asal


dan mengupayakan hubungan dengan orang tua pasangan dan
keluarga besar lainnya. Loyalitas utama harus dirubah untuk
kepentingan perkawinannya.

c. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau memilih KB.

4. Hak Pasangan Baru :

1. Membuat keputusan personal tentang kapan akan memilik anak

2. Penggunaan kontrasepsi efektif

3. Konseling perkawinan

5. Masalah yang di hadapi pasangan baru :

Ketidakmampuan keluarga menyesuaikan diri dengan masa


awal perkawinanMasa-masa awal setelah menikah adalah saat
penyesuaian antara suami dan istri dalam kehidupan sehari-hari dan

22
berumah tangga. Perubahan status dan cara kehidupan ini biasanya
juga dibumbui oleh berbagai masalah yang sering muncul pada
pasangan baru menikah. Berikut Merdeka.com beri empat masalah
yang biasanya dihadapi oleh pasangan pada bulan-bulan awal
pernikahan mereka.

1. Masalah kehadiran bayi

Walaupun sudah direncanakan dan dibicarakan sebelum menikah,


ada kalanya masih terdapat permasalahan mengenai waktu untuk
memiliki bayi pada pasangan. Walaupun sebuah pasangan
memutuskan untuk tidak segera memiliki anak setelah menikah
tetapi kadang topik ini juga dibahas oleh orang-orang di sekitarnya
sehingga dapat mengubah dan membuat kondisi awal pernikahan
sedikit terganggu. Buatlah rencana kapan waktu untuk memiliki
anak sejak awal untuk menghindari masalah ini muncul di
kemudian hari. Dengan rencana tersebut Anda juga dapat menjawab
dengan mudah jika orang-orang di sekitar Anda bertanya mengenai
momongan.

2. Ketidakcocokan dengan mertua

Masalah paling klasik yang dihadapi setelah menikah adalah


ketidakcocokan dengan mertua. Baik tinggal bersama dengan
mertua atau pun terpisah, masalah ini akan selalu timbul terutama
pada wanita. Sering kali wanita menganggap Anda kurang baik dan
pengertian dalam merawat dan memahami pasangan. Untuk
menghindari masalah ini, buatlah komunikasi yang intens dan
perlakukanlah mertua selayaknya orang tua Anda sendiri

3. Jam kerja

23
Ketika masih berpacaran, karena tinggal secara terpisah maka hal
ini tidak menjadi masalah yang terlalu besar. Tetapi setelah
menikah dan tinggal bersama maka ada kalanya Anda akan merasa
bahwa pasangan terlalu sibuk dengan pekerjaannya atau sebaliknya.
Masalah pekerjaan ini sebaiknya sudah Anda bicarakan lebih
dahulu sejak merencanakan menikah dan juga perlu adanya
toleransi serta kesadaran yang cukup tinggi tentang hal ini.

4. Selera makanan

Masalah selera makanan tampak seperti hal yang remeh tetapi dapat
menjadi masalah yang cukup besar dalam sebuah hubungan. Ketika
sedang berpacaran masalah ini tidak akan begitu terasa karena Anda
hanya beberapa kali makan bersama pasangan dalam waktu satu
minggu. Namun ketika sudah menikah maka hal ini dapat menjadi
masalah karena ketidakcocokan selera lidah. Masalah ini dapat
diatasi dengan membeli atau memasak makanan yang sama-sama
disukai baik oleh Anda atau pasangan.

D. PERAN PERAWAT DALAM INTERVENSI TRAUMA DAN KRISIS


PASANGAN BARU MENIKAH

1. Mengidentifikasi persepsi klien terhadap kejadian


Persepsi terhadap kejadian yang menimbulkan krisis, termasuk pokok pikiran
dan ingatan yang berkaitan dengan kejadian tersebut.
- Apa/arti makna kejadian terhadap hidup
- Pengaruh kejadian terhadap masa depan
- Apakah individu memandang kejadian tersebut secara realistic
2. Mengidentifikasi sifat dan kekuatan system pendukung Meliputi keluarga,
sahabat, dan orang penting bagi klien

24
3. yang mungkin dapat membantu:
 Dengan siapa klien tinggal, tinggal sendiri, dengan keluarga,
dengan teman.
 Apakah punya teman tempat mengeluh
 Apakah bias menceritakan masalah yang dihadapi bersama
keluarga.
 Apakah ada orang atau lembaga yang memberikan bantuan.
 Apakah mempunyai keterampilan untuk mengganti fungsi
orang yan hilang
3. Mengidentifikasi kekuatan dan mekanisme koping yang lalu termasuk
startegi koping yang berhasil dan tidak berhasil
 Apakah yang bisa dilakukan dalam memgatasi masalah yang
dihadapi.
 Cara apa yang pernah berhasil dan tidak berhasil, serta apa saja
yang dapat menyebabkan kegagalan tersebut.
 Apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi maslah
sekarang.
 Apakah suka mengikuti latihan olahraga untuk mengatasi
ketegangan,
 Apakah mencetuskan perassannya dengan menangis.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.2001.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta:
EGC.

25
Friedman, Marilyn M. 1998. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik (Edisi 3).
Jakarta : EGC.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC
Perry and Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan I: konsep, proses, dan
praktik  Edisi 4 / Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahsa, Yasmin
Asih [et all]; editor edisi bahasa Indonesia, Devi Yulianti, Monica Ester
Jakarta EGC.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

26

Anda mungkin juga menyukai