Disusun oleh :
AYUNDA AMALIA (010217A005)
ANDINA EMMA RETANG (010217A003)
HARI SANTOSO (010217A018)
TUTIK NUR BAITI (010217A033)
PENDAHULUAN
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga. Selain itu keluarga juga diartikan
ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan
jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah
hidup sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal
dalam sebuah rumah tangga (Friedman 1998).
Dari dua pengertian diatas kita ketahui pasangan suami istri yang baru
menikah yang belum mempunyai anak juga termasuk keluarga (keluarga baru
menikah).Banyak yang perlu kita ketahui dan kita kaji pada keluarga baru menikah.
Keluarga baru menikah perlu diberi asuhan keperawatan karena banyak masalah yang
muncul pada keluarga.
Pernikahan adalah hubungan yang sangat unik walaupun tidak ada aturan
yang menjamin pernikahan yang sukses. Beberapa pedoman bermanfaat untuk
membangun pernikahan yang bahagia adalah pertama, mereka harus memastikan
emosi mereka berdasarkan daripada ketertarikan fisik atau seksual. Kedua, pasangan
harus menggali motifasi keinginan untuk menikah. Ketiga, mereka harus berfokus
pada pengembangan komunikasi yang jelas. Keempat, mereka harus memahami pola
prilaku dan kebiasaan yang menggangu yang tidak mungkin berubah setelah
menikah. Terakhir, mereka harus menetapkan kompatibilitas dalam keyakinan dan
nilai yang penting.
Pertumbuhan dalam pernikahan memanjang lebih dari beberapa tahun.
Keberhasilan pemecahan masalah yang dihadapi yang terjadi dalam perkawinan
menimbulkan saling pengertian pada masing-masing pasangan pernikahan.
2
Hubungan pernikahan mencakup tahapan yang berbeda. Tahap permulaan
mulai saat pernikahan dan berlanjut sejalan dengan usaha pasangan untuk berfungsi
sebagai pasangan. Tahapan orientasi keluarga ditujukan pada aktivitas menanti
kelahiran anak dan mengasuh anak. Peranan orang tua harus dipahami dan
dipraktikan.
b. Tujuan
Tujuan Umum :
Di harapkan dengan ada nya makalh ini tidak ada konflik keluarga baru menikah
diharapkan masalah-masalah yang muncul dapat teratasi dan tidak terjadi lagi
masalah yang sama pada keluarga dan keluarga mamapu mengatasi masalah
kesehatan yang dialami secara mandiri.
Tujuan Khusus
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
2. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga.
3. Melakukan tindakan perawatan, kesehatan yang tepat kepada anggota keluarga yang
sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh, dan atau keluarga yang membutuhkan
bantuan, sesuai dengan kemampuan keluarga.
4. Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, dan sosial) sehingga
dapat meningkatkan kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (misal, puskesmas, posyandu,
atau sarana kesehatan lain) untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan
keluarga.
3
BAB I
TINJAUAN TEORI
4
masa lalu anak yang tidak selesai atau belum terpecahkan akan mewarnai cara
dia menghadapi krisis setelah dewasanya.
Pertimbangan Umum
a) krisis terjadi pada semua individu pada satu saat atau saat yang
lain
b) Krisis tidak selalu bersifat patologis; krisis dapat menjadi stimulus
pertumbuhan dan pembelajaran.
c) Krisis sangat terbatas dalam hal waktu dan biasanya teratasi
dengan satu atau lain cara dalam periode yang singkat (4 sampai 6
minggu). Penyelesaian krisis dapat dikatakan berhasil bila fungsi
kembali pulih atau ditingkatkan melalui pembelajaran baru.
Penyelesaian krisis dinyatakan gagal bila fungsi tidak kembali
pulih ke tingkat sebelum krisis, dan individu mengalami
penurunan tingkat fungsional.
d) Persepsi individu terhadap masalah yang dihadapi dapat
menentukan krisis. Setiap individu memiliki respons yang unik
terhadap masalah yang dialaminya.
Caplain menjelaskan tentang 3 (tiga) criteria agar seseorang mampu kembali
pada keadaan adaptif dari krisis:
Kemampuan untuk mengelola emosi seperti marah, kecemasan,
frustasi.
Kemampuan menggunakan koping yang adaptif
Kemampuan untuk memelihara reality testig dan tidak regresi
saat berhadapan dengan krisis.
5
2. Kemampuan mengenal kenyataan yang dihadapi serta memecahkan
problem.
3. Kemampuan untuk mengatasi problem serta mempertahankan
keseimbangan social.
Krisis terjadi melalui empat fase :
Fase I : Ansietas meningkat sehingga muncul stimulus
individu untuk menggunakan koping yang biasa dipakai.
Fase II : Ansietas lebih meningkat karena koping yang
digunakan gagal.
Fase III : Individu berusaha mencari koping baru, memerlukan
bantuan orang lain.
Fase IV : Terjadi ansietas berat / panik yang menunjukkan
adanya disorganisasi psikologis.
2. Tipe tipe krisis
a. Krisis.Maturasi
Perkembangan kepribadian merupakan suatu rentang yang setiap
saat tahap mempunyai tugas dan masalah yang harus diselesaikan untuk
menuju kematangan pribadi individu. Keberhasilan seseorang dalam
menyelesaikan masalahnya tiap tahap dipengaruhi kemampuan individu
mengatasi stress yang terjadi dalam kehidupannya.
Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi masa
perkembangan yang dapat mengganggu keseimbangan psikologis, seperti
pada masa pubertas, masa perkawinan, menjadi orang tua, menopause, dan
usia lanjut. Krisis maturasi memerlukan perubahan peran yang dipengaruhi
oleh peran yang memadai, sumber – sumber interpersonal, dan tingkat
penerimaan orang lain terhadap peran baru.
b. Krisis Situasi
6
Krisis situasi terjadi apabila keseimbangan psikologis terganggu
akibat dari suatu kejadian yang spesifik, seperti : kehilangan pekerjaan,
kehamilan yang tidak diinginkan atau kehamilan di luar nikah, penyakit
akut, kehilangan orang yang dicintai,kegagalan,disekolah.
c. Krisis Malapetaka ( Krisis Sosial )
Krisis ini disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak diharapkan
serta menyebabkan kehilangan ganda dan sejumlah perubahan di
lingkungan seperti : gunung meletus, kebakaran dan banjir. Krisis ini
tidak dialami oleh setiap orang seperti halnya pada krisis maturasi.
3. Penyebab
a. Factor predisposisi
keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan masalahnya pada fase-
fase tumbuh kembang akan mempengaruhi kemampuan individu
mengatasi stress yang terjadi dalam hidupnya. Setiap fase, individu
mengalami krisis yang lazim di sebut krisis maturasi.
Pembagian fase tumbuh kembang menurut Sigmind Freund dari faese
oral, anal, falik, dan pubertas.
Krisis maturasi terjadi dalam suatu periode tramsisi yang dapat
menganggu keseimbangan psikologis seperti pada masa pubertas,
masa perkawinan, menjadi orang tua, menopause, lanjut usia.
Krisis maturasi memerlukan peruahan peran yang dipengaruhi oleh
contoh peran yang memadai, sumber-sumber interpersonal dan
tingkat penerimaa orang lain terhadap peran baru..
b. Factor Presipitasi
Mengidentifikasi fator pencetus, termasuk kebutuhan yang terancam,
misalnya:
7
Kehilangan orang yang dicintai, baik kematian maupun perpisahan
yang lazim di sebut krisis situasi
Kehilangan biopsikososial, seperti: kehilangan salah satu bagian
tubuh karena operasi, sakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran
social, kehilangan kemampuan melihat, dsb.
Kehilangan milik pribadi misalnya: kehilangan harta benda, rumah
kena gusur,dsb.
Ancaman kehilangan misalnya: anggota keluarga yang sakit,
perselisihan yang hebat dengan pasangan hidup
B. KELUARGA
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran
masing– masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998).
8
1. Keluarga inti yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan
2. Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah, missal kakek, nenek, paman dan bibi.
3. Keluarga Dyad yaitu suatu keluarga yang terdiri dari suami dan istri
tanpa
anak.
4. Single parent yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
5. Single adult yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa
atau kuliah).
1) The unmarriedtrenege mather yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua
9
sosialisasi anakdengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan
anak bersama.
4) The non marital heterosexual cohibitang family yaitu keluarga yang hidup
5) Gay and lesbian family yaitu seseorang yang mempunyai persamaan sex
hidup bersama sebagaimana suami istri (marital partners).
6) Cohabiting couple yaitu orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
8) Group network family yaitu keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai
nilai,hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan
tanggung jawab membesarkan anak.
9) Foster family yaitu keluarga yang menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat
orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga aslinya.
10
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkandengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan
mental.
11) Gang yaitu sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang
muda
11
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia
2 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Sekarang, keluarga
mungkin terdiri tiga hingga lima orang, dengan posisi suami - ayah, istri –
ibu,anak laki-laki – saudara, anak perempuan – saudari. Keluarga menjadi
lebihmajemuk dan berbeda.
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun danmulai masuk
sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masaremaja.
Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota maksimum, dan hubungan
keluarga di akhir tahap ini.
Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama
meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong,ketika
anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak
panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau
berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah.
12
danberakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap
ini biasanya dimulai ketika orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan
berakhir pada saat seorang pasangan pensiun, biasanya 16-8 tahun
kemudian.
13
c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah
privasi, keamanan.
2) Mensosialisasikan anak.
14
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orang tua suami/isteri yang sedang sakit dan memasuki masa
tua
1) Mempertahankan kesehatan
anak-anak
4. Masalah-masalah kesehatan
15
2) Penyuluhan dan konseling keluarga berencana
4) Komunikasi
4) Imunisasi
6) Keluarga berencana
7) Interaksi keluarga
2) Keracunan
16
2) Keluarga berencana
darah tinggi
5) Masalah menopause
17
4) Masalah berhubungan dengan perawatan : membantu perawatan orang
tua yang lanjut usia dan tidak mampu merawat diri.
1) Menurunnya fungsi
sosial, kesepian
3) Kerentanan psiklogis
4) Promosi kesehatan
18
a. Tahap pertama (romantic love)
Pada tahap ini pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu
gebu, ini terjafi saat bulan madu pernikahan, pasangan selalu
melakukan kegiatan bersama sama dalam situasi romantic dan
penuh cinta.
b. Tahap kedua : Dissapointment or Distress.
di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan,
memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang
atau lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari
pasangan yang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan
perasaan stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan
orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain
sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing.
Menurut Dawn tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke
situasi yang tak tertahankan lagi terhadap hubungan dengan
pasangannya. Banyak pasangan di tahap ini memilih berpisah
dengan pasangannya
c. Tahap ketiga : Knowledge and Awareness.
pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih
memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini
juga sibuk menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan
pernikahan itu terjadi. Menurut Dawn juga, pasangan yang sampai
di tahap ini biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan
rumah tangga kepada pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti
seminar-seminar dan konsultasi perkawinan.
d. Tahap keempat: Transformation
Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku yang
berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk
menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap
19
ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh
antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan yang
terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan
penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan
kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.
e. Tahap kelima: Real Love. “
Anda berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan,
keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar
Dawn. Psikoterapis ini menjelaskan pula bahwa waktu yang
dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling
memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin
menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang
menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan
jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real
love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda
berdua,”
3. Tugas Tahapan perkembangan keluarga dengan pasangan baru
menikah
20
Maka ada beberapa tugas perkembangan yang harus dijalani
oleh pasangan pada fase pemantapan ini agar bisa menjalani tahap ini
dengan baik, antara lain : (Duvall, sociological perspective, 1985)
- Peran berubah.
21
- Belajar hidup bersama sambil penuhi kebutuhan
kepribadian yang mendasar.
3. Konseling perkawinan
22
berumah tangga. Perubahan status dan cara kehidupan ini biasanya
juga dibumbui oleh berbagai masalah yang sering muncul pada
pasangan baru menikah. Berikut Merdeka.com beri empat masalah
yang biasanya dihadapi oleh pasangan pada bulan-bulan awal
pernikahan mereka.
3. Jam kerja
23
Ketika masih berpacaran, karena tinggal secara terpisah maka hal
ini tidak menjadi masalah yang terlalu besar. Tetapi setelah
menikah dan tinggal bersama maka ada kalanya Anda akan merasa
bahwa pasangan terlalu sibuk dengan pekerjaannya atau sebaliknya.
Masalah pekerjaan ini sebaiknya sudah Anda bicarakan lebih
dahulu sejak merencanakan menikah dan juga perlu adanya
toleransi serta kesadaran yang cukup tinggi tentang hal ini.
4. Selera makanan
Masalah selera makanan tampak seperti hal yang remeh tetapi dapat
menjadi masalah yang cukup besar dalam sebuah hubungan. Ketika
sedang berpacaran masalah ini tidak akan begitu terasa karena Anda
hanya beberapa kali makan bersama pasangan dalam waktu satu
minggu. Namun ketika sudah menikah maka hal ini dapat menjadi
masalah karena ketidakcocokan selera lidah. Masalah ini dapat
diatasi dengan membeli atau memasak makanan yang sama-sama
disukai baik oleh Anda atau pasangan.
24
3. yang mungkin dapat membantu:
Dengan siapa klien tinggal, tinggal sendiri, dengan keluarga,
dengan teman.
Apakah punya teman tempat mengeluh
Apakah bias menceritakan masalah yang dihadapi bersama
keluarga.
Apakah ada orang atau lembaga yang memberikan bantuan.
Apakah mempunyai keterampilan untuk mengganti fungsi
orang yan hilang
3. Mengidentifikasi kekuatan dan mekanisme koping yang lalu termasuk
startegi koping yang berhasil dan tidak berhasil
Apakah yang bisa dilakukan dalam memgatasi masalah yang
dihadapi.
Cara apa yang pernah berhasil dan tidak berhasil, serta apa saja
yang dapat menyebabkan kegagalan tersebut.
Apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi maslah
sekarang.
Apakah suka mengikuti latihan olahraga untuk mengatasi
ketegangan,
Apakah mencetuskan perassannya dengan menangis.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.2001.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta:
EGC.
25
Friedman, Marilyn M. 1998. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik (Edisi 3).
Jakarta : EGC.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC
Perry and Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan I: konsep, proses, dan
praktik Edisi 4 / Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahsa, Yasmin
Asih [et all]; editor edisi bahasa Indonesia, Devi Yulianti, Monica Ester
Jakarta EGC.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
26