Anda di halaman 1dari 37

CASE REPORT

Demam Tifoid

Perceptor :
dr. Roro Rukmi Windi P, Sp.A, M.Kes
dr. Fedriyansyah, Sp.A, M.Kes

Oleh :

Annas Fahillah B, S.Ked

Dicky Auliansyah, S.Ked

Divian Ozaza Sari, S.Ked

Fitria Putridewi Ahidin, S.Ked

Prizka Putri Pahlawan, S.Ked

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
STATUS PENDERITA

Nomor Rekam Medik : 00.60.94.60


Tanggal Masuk RSAM : 26/09/2019

I. ANAMNESIS
(dilakukan Autoanamensis terhadap kedua orang tua bayi (04/10/2019))
a. Identitas
Nama Pasien : An.SM
Jenis Kelain : Perempuan
Umur : 14 tahun
Panjang Badan Lahir : 49 cm
Berat Badan Lahir : 3200 gr
BB : 60 kg
TB : 162 cm
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jl teratai Lk 1, Kec. Way halim. Kota Bandar
lampung
Nama Ayah : Imam Firmansyah
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : buruh
Pendidikan : SMA
Nama Ibu : Agustina
Umur : 39 Tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA

b. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama : Demam  12 hari SMRS

Keluhan Tambahan : Nyeri perut, mual, muntah

Riwayat Penyakit Sekarang:


15 hari sebelum masuk rumah sakit pasien merasa lesu, tidak bersemangat
belajar, dan mengeluhkan pusing. Keluhan pusing dirasakan hilang timbul
tetapi masih dapat ditahan dan pasien tetap beraktivitas seperti biasa. 12
hari sebelum masuk rumah sakit pasien mulai merasa demam. Demam
timbul perlahan dengan suhu tidak terlalu tinggi namun berangsur-angsur
meningkat setiap hari. Oleh gurunya pasien diberikan obat penurun panas.
Demam turun setelah diberikan obat tetapi beberapa jam kemudian demam
timbul kembali. Keluhan demam disertai dengan mual tetapi tidak sampai
muntah. Nafsu makan pasien masih seperti biasa. Keluhan berkeringat saat
malam hari disangkal, keluhan kejang disangkal.

Seminggu sebelum masuk rumah sakit demam dirasakan semakin


meninggi dan tidak turun jika diberikan obat. Pasien juga mengeluhkan
rasa mual disertai muntah. Muntah sebanyak 2 kali dalam satu hati
sebanyak ½ gelas belimbing, berwarna putih, bercampur dengan sisa
makanan dan tidak disertai darah. Nafsu makan pasien turun tetapi pasien
masih dapat minum. Keluhan mual muntah disertai dengan nyeri perut
terutama di daerah pusar. Nyeri perut dirasakan sepanjang hari dan tidak
menjalar. 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien tidak buang air besar.
Keluhan nyeri saat buang air kecil disangkal, keluhan warna BAK seperti
teh disangkal. Kemudian pasien dibawa keluarganya ke klinik terdekat
untuk diberi perawatan, kemudian pasien dirujuk ke RSAM untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut

Riwayat Penyakit Dahulu :


Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga :
Di keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit serupa. Di
lingkungan pasien terdapat teman pasien yang mengalami gejala serupa

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :


Selama kehamilan ibu rajin memeriksakan kandungannya ke bidan. Anak
lahir spontan pervaginam dibantu bidan dengan BBL 3200 gram dan PB
47 cm.

II. PEMERIKSAAN FISIK

a. Status Present

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


GCS : 15
Suhu : 37,8ºC
Frekuensi Nadi : 111x/menit
Frekuensi Nafas : 24 x/menit
BB awal : 63 kg
BB sekarang : 60 kg

b. Status Generalis

Kelainan mukosa kulit/ subkutan yang menyeluruh


1. Pucat : Pucat
2. Sianosis : Tidak ditemukan
3. Ikterus : Tidak ada ikterus
4. Oedem : Tidak ada edem
5. Turgor : Baik
6. Pembesaran KGB : Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah
Bening
KEPALA
Kepala : normocephal
Muka : tidak dismorphic, simetris
Mata : edema palpebra (-/-), sclera ikterik (-/-),
konjungtiva anemis (-/-)
Telinga : sekret (-/-) nyeri tekan tragus (-/-)
Hidung : deviasi (-), nafas cuping hidung (-), secret (-/-)
Bibir : Sianosis (-)
Lidah : Lidah kotor (+)
Faring : hiperemis (+)

LEHER
Bentuk : simetris, tumor (-)
KGB : pembesaran KGB (-)

THORAX
Bentuk : normothorax
Gerakan dinding dada : simetris
Retraksi dinding dada : retraksi intercosta (-)

JANTUNG
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi :
Kanan atas : Sic II Linea para Sternalis dextra
Kanan bawah : Sic IV Linea para Sternalis dextra
Kiri atas : Sic III Linea para Sternalis sinistra
Kiri bawah : Sic IV Linea para Midclavicula sinistra

Auskultasi : BJ I dan II regular, murmur (-), gallop (-)


PARU
Inspeksi : simetris, retraksi dada intercostal (-/-)
Palpasi : kanan dan kiri simetris, tidak ada bagian yang
tertinggal
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-)

ABDOMEN
Inspeksi : cembung, lunak
Auskultasi : Bising usus tidak meningkat, peristaltik tiap 10-15
detik
Palpasi : distensi (-)hepatomegali(-), nyeri tekan regio
umbilicus (+)
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen

GENITALIA EKSTERNA
Tidak dilakukan

EKSTREMITAS
Superior : edema(-/-), akral hangat, CRT <2 detik
Inferior :edema(-/-), akral hangat, CRT <2detik

III.PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hematologi (Serial) RSAM

NILAI
PEMERIKSAAN 27/9/2019 28/9/2019 30/09/19 1/10/2019
NORMAL
Hemoglobin
11,5 11,1 10,3 10,4 12,8-16,8
(g/dL)
4.500-
Leukosit (/uL) 5.400 4.500 4.700
13.000
Eritrosit (Jt/uL) 4,2 3,8 3.9 3,8 – 5,8
Hematokrit (%) 36 32 30 34% 37 – 47
154.000-
Trombosit (/uL) 51.000 68.000 61.000 129.000
442.000
MCV (fL) 87 86 88 79-91
MCH (pg) 28 30 27 27-32
MCHC (g/dL) 32 34 31 30-35
Basofil 0 0 0-1%
Eosinofil 0 0 2-4%
Batang 0 0 3-5%
Segmen 77 62 50-70%
Limfosit 20 35 25-40%
Monosit 3 3 2-8%
LED 50 30 0-10

Tes Fungsi Hati, Fungsi Ginjal dan Elektrolit (27/9/2019)


Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
SGOT 44 <31

SGPT 37 <31

Ureum 57 13-43

Creatinine 0,85 0,55-1,02

Natrium 134 135-145

Kalium 3,5 3,5-5,0

Kalsium 7,7 8,6-10,0

Klorida 98 96-106
Tes Widal 30/09/2019
Parameter Hasil
-Typhi H Antigen 1/320
-Typhi O Antigen 1/320
-Paratyphi A-O Antigen 1/320
-Paratyphi B-O Antigen 1/320

Tes Serologi 28/09/2019


Parameter Hasil
-Dengue Fever Ig M Negatif
-Dengue Fever Ig G Negatif

Morfologi Darah Tepi 1/10/2019


PARAMETE Hasil
R
ERITROSIT Jumlah kurang, distribusi renggang Gambaarn
nrmokrom anisopoikilositosis
Morfologi sebaian dalam batas normal

LEUKOSIT Jumlah cukup


Seri granulosit= eosinophil (+), neutrophil segmen (+)
Seri non granulosit = limfosit matur(+)
Monosit (+)
Saat ini tidak ditemukan Blast
Morfologi dalam batas normal
TROMBOSIT Jumlah Kurang
Morfologi dalam batas normal
DIFF COUNT Basofil=0
Eusinofil=1
Netrofil batang = 0
Neutrofil segmen = 66
Limfosit= 25
Monosit=8

KESAN Anemia normokrom anisopoikilositosis dengan


trombositopenia

DD/ Infeksi
Anemia karena penyakit lama

SARAN Evaluasi DL setelah terapi

RESUME

An. SA datang dengan keluhan demam sejak 12 hari SMRS. Demam dirasakan naik-
turun, timbul perlahan dengan suhu tidak terlalu tinggi namun berangsur-angsur
meningkat setiap hari. Pasien juga mengeluhkan rasa mual disertai muntah. Muntah
sebanyak 2 kali dalam satu hati sebanyak ½ gelas belimbing, berwarna putih,
bercampur dengan sisa makanan dan tidak disertai darah. Nafsu makan pasien turun
tetapi pasien masih dapat minum. Keluhan mual muntah disertai dengan nyeri perut
terutama di daerah pusar. # hari SMRS pasien mengeluhkan tidak BAB. Keluhan
nyeri saat BAK disangkal, keluhan berkeringat saat malam hari disangkal, keluhan
kejang disangkal.

Keadaan umum anak tampak sakit sedang, suhu tubuh 37,8ºC (subfebris), tanda-
tanda vital lainnya dalam batas normal. Dalam pemeriksaan fisik ditemukan lidah
kotor, faring hiperemis, dan nyeri tekan abdomen region umbilicus. Dalam
pemeriksaan laboratorium serial ditemukan kadar trombosit yang menurun pada
tanggal 27, 28, dan 30 September 2019 tetapi kembali ke normal pada tanggal 1
Oktober 2019. Pada pemeriksaan serologi widal ditemukan typhi o antigen sebesar
1/320, typhi a antigen sebesar 1/320, paratyphi a-o antigen sebesar 1/320, dan
paratyphi b-o antigen sebesar 1/320.

IV. DIAGNOSIS BANDING


1. Dispepsia
2. Gastroenteritis
3. Prolonged fever ec bacterial infection

V. DIAGNOSIS KERJA
1. Demam tifoid

VI. PENATALAKSANAAN
a. Medika mentosa :
- IVFD Kaen 3A
- Paracetamol 10 x 60 = 600 mg 3x1
- Omeprazole 20 mg 1x1
- Kloramfenikol 50-100 mg/kg/hari = 50x60 = 300 mg/hari

b. Non medika mentosa:


- Pemeriksaan kultur feses
- Tirah baring
- Diet 3x sehari makanan lunak

VII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Fungtionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
FOLLOW UP

Tanggal Catatan Instruksi


16/08/2019 S/ PB dari IGD rujukan RS Advice dr. Leni, Sp. A (K)
Bunda As Syifa dengan Apnoe via WA
Perawatan of Prematur e.c Asfiksia
hari ke 1 P/
O/ BB : 1700 gr, PB : 38 cm, - Ampisulbac2x75
US = 15 hari jenis kelamin laki-laki. Sampai mg
UG = 28 perina kondisi lemah, nangis - Aminophilin 3x3
minggu lemah, gerak kurang aktif, mg
UK = 30 terpasang CPAP FiO2 21%, - Gentamicin 1x4 mg
minggu 1 hari PEEP 7, Saturasi ≥ 90%, OGT - Rontgen thorax
terpasang produk bening. abdomen
BB 1700 Sementara puasa, tampak
gram ikterik, GDS : 63 mg/dL. Infus Lapor hasil lab ke dr. Sp.A
terpasang D10%, cek lab sudah, Advice :
UG : 28 minggu - Aminophilin 2x3
mg
A/ BBLR + RD + Prematur - Cefosulbac 75 mg/8
jam
- Amikasin 10,8 mg/
8 jam
- Rencana fototherapi
- Coba tropic feeding
17/08/2019 S/ - P/ Fototherapy alat habis
(menunggu alat)
Perawatan O/ Menangis, gerak (+), tidak
hari ke 2 sianosis, retraksi dada ringan.
Terpasang CPAP dengan FiO2
US = 16 hari 21% PEEP 7, Flow 8, SpO2 ≥
UG = 28 90%, CRT = 3 detik, akral
minggu hangat. Tidak kembung, tidak
UK = 30 muntah, Ikterik (+), infus D10%
minggu 2 hari
A/ BBLR + RD + Prematur
BB 1700
gram
18/08/2019 S/ - P/ Fototherapy terpasang
hari (1)
Perawatan O/ Bayi lemah, nangis, gerak
hari ke 3 kurang aktif, retraksi dada
ringan, terpasang CPAP FiO2
US = 17 hari 21% PEEP 7 Flow 8 l/m, SpO2
UG = 28 ≥ 90%. OGT terpasang produk
minggu tidak ada, minum 5 cc/3
UK = 30 jam/OGT, tidak muntah, tidak
minggu 3 hari kembung, tampak ikterik

BB 1700 A/ BBLR + RD + Prematur


gram
19/08/2019 S/ Perawatan hari ke 4 setelah P/
dirujuk dari RS Bunda As Syifa - Minum 7cc/3 jam
Perawatan dengan Apneu Prematur ec - D10% 171,7 cc +
hari ke 4 Asfiksia. Kondisi bayi lemah, NaCl 3% 6,8 cc +
menangis (+), pergerakan kurang KCl 3,4 cc + CaGlu
US = 18 hari aktif. Terpasang CPAP dengan 5,1 cc + Aminosteril
UG = 28 FiO2 21%, PEEP 5 Flow 8l/m. 85 cc (11,3 cc/jam)
minggu OGT terpasang residu kuning - Smoflipid 8,5 cc
UK = 30 kehijauan 1 cc. (0,3 cc/jam)
minggu 4 hari - Cefosulbac 75 mg/8
O / Ku : Lemah, gerak kurang jam
BB 1700 aktif - Amikasin 10,8
gram HR : 135x/menit mg/18 jam
T : 36,5°C - Aminophilin 4,2
Spo2 : 99% mg/12 jam
RR :48x/menit - Rencana rontgen
thorakoabdominal
Kepala : Normocephal, UUB - CPAP FiO2 21%,
belum menutup PEEP 6, Flow 8 l/m
Mata : CA (-/-), SI (+/+) - Fototherapi hari (2)
Thoraks : Retraksi (-/-), BJ I/II
(+) regular, murmur (-),
vesikuler (+/+)
Abdomen : Cembung (+),
konsistensi lunak, distensi (-),
BU (+) N
Ekstremitas : hangat, CRT 3
detik

A/ BBLR + RD + Prematur
20/08/2019 S/ Perawatan hari ke 5 kondisi P/
terlihat lemah. Fototherapy (+). - Minum 7cc/3 jam
Perawatan Terpasang CPAP dengan FiO2 - D10% 171,7 cc +
hari ke 5 21%, PEEP 6. OGT terpasang NaCl 3% 6,8 cc +
residu (-). KCl 3,4 cc + CaGlu
US = 19 hari 5,1 cc + Aminosteril
UG = 28 O / Ku : Lemah, gerak kurang 85 cc (11,3 cc/jam)
minggu aktif - Smoflipid 8,5 cc
UK = 30 HR : 135x/menit (0,3 cc/jam)
minggu 5 hari T : 37°C - Cefosulbac 75 mg/8
Spo2 : 99% jam
BB 1700 RR :42x/menit - Amikasin 10,8
gram mg/18 jam
Kepala : Normocephal, UUB - Aminophilin 4,2
belum menutup mg/12 jam
Mata : CA (-/-), SI (+/+) - Rencana rontgen
Thoraks : Retraksi (-/-) , BJ I/II thorakoabdominal
(+) regular, murmur (-), - Fototherapi hari (3)
vesikuler (+/+)
Abdomen : Cembung (+),
konsistensi lunak, distensi (-),
BU (+) N
Ekstremitas : hangat, pucat, CRT
3 detik

A/ BBLR + RD + Prematur
21/08/2019 S/ Kondisi bayi lemah, gerakan P/
pasif, menangis dengan - Minum 7cc/3 jam
Perawatan rangsangan, ikterik berkurang. (32 cc/kgBB/hari
hari ke 6 Terpasang CPAP dengan FiO2 - D10% 145 cc +
21%, PEEP 6, Flow 8 l/m. OGT NaCl 3% 6,8 cc +
US = 20 hari terpasang residu (-). Minum 7 KCl 3,4 cc + CaGlu
UG = 28 cc/3 jam. Inf D10% 11,3 ml/jam 5,1 cc + Aminosteril
minggu 56 cc (9 cc/jam)
UK = 30 O / Ku : Lemah - Smoflipid 8,5 cc
minggu 6 hari HR : 120x/menit (0,3 cc/jam)
T : 36,7°C - Cefosulbac 75 mg/8
BB 1700 Spo2 : 99% jam
gram RR :50x/menit - Amikasin 10,8
mg/18 jam
Kepala : Normocephal, UUB - Fototherapi stop
belum menutup
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thoraks : Retraksi (-/-) , BJ I/II
(+) regular, murmur (-),
vesikuler (+/+)
Abdomen : Cembung (+),
konsistensi lunak, distensi (-),
BU (+) N
Ekstremitas : hangat, pucat, CRT
3 detik

A/ BBLR + RD + Prematur
22/08/2019 S/ Kondisi bayi lemah, post P/
fototherapi hari ke 3, ikterik - Minum 7cc/3 jam
Perawatan berkurang, gerakan hipoaktif, (32 cc/kgBB/hari
hari ke 7 menangis bila ada rangsangan, - D10% 145 cc +
fototerapi stop. Terpasang CPAP NaCl 3% 6,8 cc +
US = 21 hari dengan FiO2 21%, PEEP 6, KCl 3,4 cc + CaGlu
UG = 28 Flow 8 l/m. OGT terpasang 5,1 cc + Aminosteril
minggu residu (-). Minum 7 cc/3 jam. 57 cc (9 cc/jam)
UK = 31 - Smoflipid 8,5 cc
minggu O / Ku : Lemah (0,3 cc/jam)
HR : 120x/menit - Cefosulbac 75 mg/8
BB 1700 T : 37,3°C jam
gram Spo2 : 99% - Amikasin 10,8
RR :44x/menit mg/18 jam
- HFN
Kepala : Normocephal, UUB
belum menutup
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thoraks : Retraksi ringan (+/+) ,
BJ I/II (+) regular, murmur (-),
vesikuler (+/+)
Abdomen : Cembung (+),
konsistensi lunak, distensi (-),
BU (+) N
Ekstremitas : hangat, pucat, CRT
3 detik

Rontgen : Kesan HMD grade II

A/ BBLR + Prematur + HMD


Grade II
23/08/2019 S/ Kondisi bayi lemah, ikterik P/
(-), post fototherapi, gerakan - Minum 7cc/3 jam
Perawatan hipoaktif, menangis dengan (32 cc/kgBB/hari
hari ke 8 rangsangan. Terpasang HFN - D10% 145 cc +
dengan FiO2 30%, Flow 3 l/m. NaCl 3% 6,8 cc +
US = 22 hari OGT terpasang residu (-). KCl 3,4 cc + CaGlu
UG = 28 Minum 7 cc/3 jam. GDS 164 5,1 cc + Aminosteril
minggu gr/dl. 57 cc (9 cc/jam)
UK = 31 - Smoflipid 8,5 cc
minggu + 1 O / Ku : Lemah (0,3 cc/jam)
hari HR : 125x/menit - Cefosulbac 75 mg/8
T : 36,7°C jam (8 hr)
BB 1700 Spo2 : 88% - Amikasin 10,8
gram RR :58x/menit mg/18 jam (8 hr)
- HFN
Kepala : Normocephal, UUB - Rencana cek DL,
belum menutup elektrolit
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thoraks : Retraksi ringan (+/+) ,
BJ I/II (+) regular, murmur (-), Lapor hasil lab jam 20.00
vesikuler (+/+) Hb : 8,9 gr/dL
Abdomen : Cembung (+), Adv dr. Leni,Sp.A (K)
konsistensi lunak, distensi (-), - R/ PRC 3x22 cc
BU (+) N
Ekstremitas : hangat, pucat, CRT
3 detik

Rontgen : Kesan HMD grade II

A/ BBLR + Prematur + HMD


Grade II
24/08/2019 S/- P/
- Minum 7cc/3 jam
Perawatan O/ Bayi menangis merintih, (32 cc/kgBB/hari
hari ke 9 gerak pasif, residu (-), retraksi - D10% 145 cc +
(-) NaCl 3% 6,8 cc +
US = 23 hari KCl 3,4 cc + CaGlu
UG = 28 A/ BBLR + Prematur + HMD 5,1 cc + Aminosteril
minggu Grade II 57 cc (9 cc/jam)
UK = 31 - Smoflipid 8,5 cc
minggu + 2 (0,3 cc/jam)
hari - Cefosulbac 75 mg/8
jam (9 hr)
BB 1700 - Amikasin 10,8
gram mg/18 jam (9 hr)
- HFN
- R/ PRC 3x22 cc
- Albumin 3x8 cc
- CPAP FiO2 30%,
PEEP 7, Flow 8 l/m

25/08/2019 S/- P/
- R/ PRC ke 3
Perawatan O/ Minum 7 cc/3 jam, OGT - R/Albumin ke 2
hari ke 10 terpasang, residu (+) bening. - R/ rontgen post
Terpasang CPAP FiO2 21%, PICC
US = 24 hari PEEP7, Flow 8 l/m.
UG = 28 Hipersalivasi (+), Retraksi
minggu ringan
UK = 31
minggu + 3 A/ BBLR + Prematur + HMD
hari Grade II

BB 1700
gram
26/08/2019 S / Kondisi bayi lemah, gerakan P /
hipoaktif, menangis bila diberi -Puasa
Perawatan rangsang. Terpasang CPAP -D 10% 171,7 cc + NaCl
hari ke 11 FiO2 21 %, PEEP 7, Flow 8 l/m. 3% 6,8 cc + KCl 3,4 cc
OGT terpasang tidak ada residu + Ca glukonas 5,1 cc +
US = 25 hari yang keluar. Minum 9 cc/3 jam Aminosteril 85 cc (11,3
UG = 28 cc/jam)
minggu O / Ku : Lemah -Smoflipid 8,5 cc (0,3
UK = 31 HR : 154x/menit cc/jam)
minggu 4 hari T : 36,5°C -Cefosulbac 75 mg/8
Spo2 : 93% jam (11 hr)
BB 1700 RR :60x/menit -Amikasin 10,8 mg/18
gram jam (11 hr)
Kepala : Normocephal, UUB -CPAP FiO2 21%,
belum menutup PEEP 7, Flow 8
Mata : CA (-/-), SI (-/-) -R/ Albumin ke 2
Thoraks : Retraksi (+/+) -R/PRC ke 3
subcosta ringan, BJ I/II (+)
regular, murmur (-), vesikuler
(+/+)
Abdomen : Cembung (+),
konsistensi lunak, distensi (-),
BU (+) N
Ekstremitas : hangat, CRT < 3
detik

Rontgen : Kesan HMD grade II

Balance: 45 cc
Diuresis: 4,1cc/kgBB/Jam
GIR : 9 mg/kgBB/min

A/ BBLR + Prematur + HMD


grade II + Hipoalbumin

27/08/2019 S / Bayi lemah, gerakan P /


hipoaktif, tidak menangis. OGT -Minum 8 cc/3 jam (40
Perawatan terpasang tidak ada residu, cc/kgBB/hari)
hari ke 12 minum 8 cc/3 jam. Terpasang -D 10% 106 cc + NaCl
HFN FiO2 21 %, Flow 3 lpm. 3% 6,4 cc + KCl 3,2 cc
US = 26 hari Hipersalivasi (+). Albumin ke 2 + Ca glukonas 4,8 cc +
UG = 28 (8 cc/jam) Aminosteril 80 cc (8,3
minggu cc/jam)
UK = 31 O / Ku: Lemah -Smoflipid 8 cc (0,3
minggu 5 hari cc/jam)
HR : 144x/menit -Cefosulbac 75 mg/8
BB 1600 T : 35,8°C jam
gram Spo2 : 98% -Amikasin 10,8 mg/18
RR :38x/menit jam
-O2 mixer
Kepala : Normocephal, UUB -R/ Albumin ke 3
belum menutup
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thoraks : Retraksi (+/+) ringan
subcosta, BJ I/II (+) regular,
murmur (-), vesikuler (+/+)
Abdomen : Cembung (+),
konsistensi lunak, distensi (-),
BU (+) N
Ekstremitas : dingin , CRT < 3
detik

Balance: 45 cc
Diuresis: 4,7cc/kgBB/Jam
GIR : 8,9 mg/kgBB/min

A/ BBLR + Prematur + HMD


grade II + Hipoalbumin

28/08/2019 S / Bayi lemah, gerakan P /


hipoaktif, tidak menangis. OGT -Minum 8 cc/3 jam (40
Perawatan terpasang tidak ada residu, cc/kgBB/hari)
hari ke 13 minum 8 cc/3 jam. Terpasang -D 10% 106 cc + NaCl
HFN FiO2 21 %, Flow 3 lpm. 3% 6,4 cc + KCl 3,2 cc
US = 27 hari Infus D 10% 9 ml/jam dan + Ca glukonas 4,8 cc +
UG = 28 heparin 0,5 cc/jam. Hipersalivasi Aminosteril 80 cc (8,3
minggu (+). cc/jam)
UK = 31 O / Ku: Lemah -Smoflipid 8 cc (0,3
minggu 6 hari cc/jam)
HR : 157x/menit -Cefosulbac 75 mg/8
BB 1600 T : 36,5°C jam
gram Spo2 : 96% -Amikasin 10,8 mg/18
RR :50x/menit jam
-O2 mixer
Kepala : Normocephal, UUB -R/ Albumin ke 3
belum menutup
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Mulut : hipersalivasi (+)
Thoraks :Simetris Retraksi (-/-) ,
BJ I/II (+) regular, murmur (-),
vesikuler (+/+) meningkat
Abdomen : Cembung (+),
konsistensi lunak, distensi (-),
BU (+) N
Ekstremitas : hangat , CRT < 3
detik

Balance: 82 cc
Diuresis: 3,3cc/kgBB/Jam
GIR : 8,9 mg/kgBB/min

A/ BBLR + Prematur + HMD


grade II + Hipoalbumin

29/08/2019 S / Bayi lemah, gerakan P /


hipoaktif, tidak menangis. OGT -Minum 5 cc/3 jam (25
Perawatan terpasang tidak ada residu, cc/kgBB/hari)
hari ke 14 minum 8 cc/3 jam. Terpasang -D 10% 104,9 cc +
LFN FiO2 21 %, Flow 2 lpm. D40% 8,7 cc + NaCl
US = 28 hari Hipersalivasi (+). 3% 6,4 cc + KCl 3,2 cc
UG = 28 O / Ku: Lemah + Ca glukonas 4,8 cc +
minggu Aminosteril 80 cc (8,3
UK = 32 HR : 155x/menit cc/jam)
minggu T : 37,8°C -Smoflipid 8 cc (0,3
Spo2 : 92% cc/jam)
BB 1600 RR :40x/menit -Cefosulbac 75 mg/8
gram jam
Kepala : Normocephal, UUB -Amikasin 10,8 mg/18
belum menutup jam
Mata : CA (-/-), SI (-/-) -Aminofilin 6,4 mg/12
Mulut : hipersalivasi (+) jam
Thoraks :Simetris, Retraksi -Interlac 1 sachet
(-/-) , BJ I/II (+) regular, murmur -Nistatin 4 x 1 cc
(-), vesikuler (+/+) meningkat
Abdomen : Cembung (+),
konsistensi lunak, distensi (-),
BU (+) N
Ekstremitas : hangat , CRT < 3
detik

Balance: 48,2 cc
Diuresis: 2cc/kgBB/Jam
GIR : 8,9 mg/kgBB/min

A/ BBLR + Prematur + HMD


grade II + Hipoalbumin

30/08/2019 S / Bayi lemah, gerakan mulai P /


aktif, tidak menangis, respon -Minum 7 cc/3 jam (35
Perawatan (+). OGT terpasang tidak ada cc/kgBB/hari)
hari ke 15 residu, minum 5 cc/3 jam. -D 10% 111 cc + D40%
Terpasang LFN FiO2 21 %, 9 cc + NaCl 3% 6,4 cc
US = 29 hari Flow 2 lpm. + KCl 3,2 cc + Ca
UG = 28 glukonas 4,8 cc +
minggu O / Ku: Lemah Aminosteril 80 cc (9
UK = 32 cc/jam)
minggu + 1 HR : 150x/menit -Smoflipid 12 cc (0,5
hari T : 36,5°C cc/jam)
Spo2 : 94% -Cefosulbac 75 mg/8
BB 1600 RR :42x/menit jam (stop)
gram -Amikasin 10,8 mg/18
Kepala : Normocephal, UUB jam (stop)
belum menutup -Aminofilin 6,4 mg/12
Mata : CA (-/-), SI (-/-) jam
Mulut : hipersalivasi (+) -Interlac 1 x 5 gtt
Thoraks :Simetris, Retraksi -Nistatin 4 x 1 cc
(+/+) , BJ I/II (+) regular, -Ronem 48 mg/8 jam (1)
murmur (-), vesikuler (+/+)
meningkat
Abdomen : Cembung (+),
konsistensi lunak, distensi (-),
BU (+) N
Ekstremitas : superior & inferior
hangat , CRT < 3 detik

Balance: -35,8 cc
Diuresis: 4,68cc/kgBB/Jam
GIR : 8,9 mg/kgBB/min

A/ BBLR + Prematur + HMD


grade II + Hipoalbumin

31/08/2019 S / Bayi lemah, gerakan mulai P /


aktif, menangis, respon (+). -Minum 7 cc/3 jam (35
Perawatan OGT terpasang tidak ada residu, cc/kgBB/hari)
hari ke 16 minum 7 cc/3 jam. Terpasang -D 10% 121 cc + D40%
LFN FiO2 21 %, Flow 2 lpm. 9 cc + NaCl 3% 6,4 cc
US = 30 hari + KCl 3,2 cc + Ca
UG = 28 O / Ku: Lemah glukonas 4,8 cc +
minggu Aminosteril 80 cc (9,1
UK = 32 HR : 170x/menit cc/jam)
minggu + 2 T : 36,8°C -Smoflipid 12 cc (0,5
hari Spo2 : 93% cc/jam)
RR :60x/menit -Aminofilin 6,4 mg/12
BB 1600 jam
gram Kepala : Normocephal, UUB -Interlac 1 x 5 gtt
belum menutup -Nistatin 4 x 1 cc
Mata : CA (-/-), SI (-/-) -Ronem 48 mg/8 jam (2)
Mulut : hipersalivasi (+)
Thoraks :Simetris, Retraksi
(+/+) subcosta , BJ I/II (+)
regular, murmur (-), vesikuler
(+/+) meningkat
Abdomen : Cembung (+),
konsistensi lunak, distensi (-),
BU (+) N
Ekstremitas : superior & inferior
hangat , CRT < 3 detik

Balance: 92 cc
Diuresis: 2,6cc/kgBB/Jam
GIR : 8,9 mg/kgBB/min

A/ BBLR + Prematur + HMD


grade II + Hipoalbumin

01/09/2019 S/-

Perawatan O/Kondisi bayi lemah, menangis


hari ke 17 (+), gerak kurang aktif, retraksi
dada ringan, O2 mixer terpasang
US = 31 hari FiO2 21%, Flow 2 l/m, SpO2 ≥
UG = 28 89%, OGT terpasang residu(-),
minggu tidak kembung, Infus D10%
UK = 32 terpasang, PICC terpasang
minggu + 3 dikaki kiri. Hipersalivasi (+)
hari
A/
BB 1600
gram P/

02/09/2019 S / Bayi lemah, gerakan kurang P /


aktif, menangis, respon (+). -Minum 10 cc/3 jam (50
OGT terpasang tidak ada residu, cc/kgBB/hari)
Perawatan minum 10 cc/3 jam. Terpasang -D 10% 162 cc + NaCl
hari ke 18 LFN FiO2 21 %, Flow 2 lpm. 3% 6,4 cc + KCl 3,2 cc
+ Ca glukonas 4,8 cc
US = 32 hari O / Ku: Lemah (7,3 cc/jam)
UG = 28 -Aminofilin 6,4 mg/12
minggu HR : 165x/menit jam
UK = 32 T : 36,7°C -Interlac 1 x 5 gtt
minggu + 4 Spo2 : 98% -Nistatin 4 x 1 cc
hari RR :51x/menit -Ronem 48 mg/8 jam (4
hr)
BB 1600 Kepala : Normocephal, UUB
gram belum menutup
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Mulut : hipersalivasi (+)
Thoraks :Simetris, Retraksi
(+/+) subcosta , BJ I/II (+)
regular, murmur (-), vesikuler
(+/+)
Abdomen : Cembung (+),
konsistensi lunak, distensi (-),
BU (+) N
Ekstremitas : superior & inferior
hangat , CRT < 3 detik

Balance: 20,4 cc
Diuresis: 3,9cc/kgBB/Jam
GIR : 8,9 mg/kgBB/min

A/ BBLR + Prematur + HMD


grade II + Hipoalbumin

03/09/2019 S / Bayi lemah, gerakan kurang P /


aktif, menangis lemah, respon -Minum 12 cc/3 jam (60
Perawatan (+). OGT terpasang tidak ada cc/kgBB/hari)
hari ke 19 residu, minum 10 cc/3 jam. -D 10% 145,6 cc + NaCl
Terpasang LFN FiO2 30 %, 3% 6,4 cc + KCl 3,2 cc
US = 33 hari Flow 2 lpm. + Ca glukonas 4,8 cc
UG = 28 (6,6 cc/jam)
minggu O / Ku: Lemah -Aminofilin 6,4 mg/12
UK = 32 jam
minggu + 5 HR : 167x/menit -Interlac 1 x 5 gtt
hari T : 37,1°C -Nistatin 4 x 1 cc
Spo2 : 96% -Ronem 48 mg/8 jam (5
BB 1600 RR :52x/menit hr)
gram -Paracetal 4x22 mg
Kepala : Normocephal, UUB -Sibital (L 32 mg), (M
belum menutup 3,2 mg/12 jam)
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Mulut : hipersalivasi (+)
Thoraks :Simetris, Retraksi
(+/+) subcosta dalam , BJ I/II (+)
regular, murmur (-), vesikuler
(+/+)
Abdomen : Cembung (+),
konsistensi lunak, distensi (-),
BU (+) N
Ekstremitas : superior & inferior
hangat , CRT < 3 detik
Balance: 127,4 cc
Diuresis: 2,3cc/kgBB/Jam
GIR : 8,9 mg/kgBB/min

A/ BBLR + Prematur + HMD


grade II + Hipoalbumin

Pukul 13.00 OGT terpasang


produk keruh, puasa, kejang,
loading sibital, Infus D10%
terpasang.
04/09/2019 S / Bayi lemah, gerakan kurang P /
aktif, menangis lemah, respon -Minum 2 cc/3 jam
Perawatan (+). OGT terpasang tidak ada -D 10% 167 cc + NaCl
hari ke 20 residu. Terpasang LFN FiO2 30 3% 6,4 cc + KCl 3,2 cc
%, Flow 3 lpm. + Ca glukonas 4,8 cc +
US = 34 hari Aminosteril 80 cc (10,6
UG = 28 O / Ku: Lemah cc/jam)
minggu -Aminofilin 6,4 mg/12
UK = 32 HR : 178x/menit jam
minggu + 6 T : 36,5°C -Interlac 1 x 5 gtt
hari Spo2 : 96% -Nistatin 4 x 1 cc
RR :55x/menit -Ronem 65 mg/8 jam (6
BB 1600 hr)
gram Kepala : Normocephal, UUB -PCT 22 mg/6 jam
belum menutup -Sibital (M) 3,2 mg/12
Thoraks :Simetris, Retraksi (-/-), jam
BJ I/II (+) regular, murmur (-), -R/Echocardiografi
vesikuler (+/+)
Abdomen : Cembung (+),
konsistensi lunak, distensi (-),
BU (+) N
Ekstremitas : superior & inferior
dingin , CRT < 3 detik

A/ BBLR + Prematur + HMD


grade II + Hipoalbumin
05/09/2019 S / Bayi lemah, gerakan kurang P /
aktif, menangis jarang, respon -Minum 2 cc/3 jam
Perawatan (+). OGT terpasang tidak ada -D 10% 162 cc + NaCl
hari ke 21 residu,. Terpasang LFN FiO2 30 3% 6,4 cc + KCl 3,2 cc
%, Flow 3 lpm. + Ca glukonas 4,8 cc +
US = 35 hari Aminosteril 80 cc (10,6
UG = 28 O / Ku: Lemah cc/jam)
minggu -Interlac 4x1 ml
UK = 33 HR : 178x/menit -Nistatin 1x0,5 ml
minggu T : 36,5°C -PCT 17 mg/6 jam
Spo2 : 96% -Sibital stop
BB 1600 RR :55x/menit -R/Echocardiografi
gram
Kepala : Normocephal, UUB
belum menutup
Thoraks :Simetris, Retraksi
(+/+) subcosta, BJ I/II (+)
regular,
Abdomen : Cembung (+),
konsistensi lunak, distensi (-),
BU (+) N
Ekstremitas : superior & inferior
dingin , CRT < 3 detik

A/ BBLR + Prematur + HMD


grade II + Hipoalbumin

06/09/2019 S / Bayi lemah, gerakan kurang P /


aktif, menangis jarang, respon -Minum 2 cc/3 jam
Perawatan (+). OGT terpasang tidak ada -D 10% 162 cc + NaCl
hari ke 22 residu,. Terpasang LFN FiO2 30 3% 6,4 cc + KCl 3,2 cc
%, Flow 2 lpm. + Ca glukonas 4,8 cc +
US = 36 hari Aminosteril 80 cc (10,6
UG = 28 O / Ku: Lemah cc/jam)
minggu -Interlac 4x1 ml
UK = 33 HR : 150x/menit -Nistatin 1x0,5 ml
minggu + 1 T : 37,4°C -PCT 17 mg/6 jam
hari Spo2 : 93% -Ronem 65 mg/8 jam
RR :50x/menit -R/Echocardiografi
BB 1600
gram Kepala : Normocephal, UUB
belum menutup
Thoraks :Simetris, Retraksi
(+/+) subcosta, BJ I/II (+)
regular,
Abdomen : Cembung (+),
konsistensi lunak, distensi (-),
BU (+) N
Ekstremitas : superior & inferior
hangat , CRT < 3 detik

A/ BBLR + Prematur + HMD


grade II + Hipoalbumin
]f07/09/2019 S / Bayi lemah, gerakan kurang P /
aktif, menangis jarang, respon -Minum 2 cc/3 jam
Perawatan (+). OGT terpasang tidak ada -D 10% 162 cc + NaCl
hari ke 23 residu,. Terpasang O2 mixer 3% 6,4 cc + KCl 3,2 cc
FiO2 30 %, Flow 14 lpm. + Ca glukonas 4,8 cc +
US = 37 hari Aminosteril 80 cc (10,6
UG = 28 O / Ku: Lemah cc/jam)
minggu -Interlac 4x1 ml
UK = 33 HR : 135x/menit -PCT stop
minggu + 2 T : 36,8°C -R/Echocardiografi
hari Spo2 : 98% 18/9/2019
RR :49x/menit
BB 1600
gram Kepala : Normocephal, UUB
belum menutup
Thoraks :Simetris, Retraksi
(+/+) subcostal ringan, BJ I/II
(+) regular,
Abdomen : Cembung (+),
konsistensi lunak, distensi (-),
BU (+) N
Ekstremitas : superior & inferior
hangat , CRT < 3 detik

A/ BBLR + Prematur + HMD


grade II + Hipoalbumin

09/09/2019 S / Bayi lemah, gerakan kurang P/


aktif, menangis jarang, respon - Minum 5cc/3j
Perawatan (+). OGT terpasang tidak ada - D10% 160,6 cc
hari ke 25 residu, tidak muntah, tidak D40% 9cc
kembung, minum 5cc/3jam - NaCl 3% 6,4 cc
US = 39 hari OGT. Terpasang O2 mixer FiO2 - KCl 3,2 cc
UG = 28 21%, Flow 14 lpm. - Ca Glukonas 4,8 cc
minggu - Aminosteril 80cc 
UK = 33 O / Ku: Lemah 11 cc/jam
minggu + 4 - Interlac 2 x 5 gtt
hari HR : 143 x/menit - Ronem 65 mg/ 8
T : 36,7°C jam (4)
BB 1600 Spo2 : 97%
gram RR :52 x/menit

Kepala : Normocephal, UUB


belum menutup, hipersalivasi
mulut
Thoraks :Simetris, Retraksi
(+/+) subcostal ringan, BJ I/II
(+) regular, murmur (-)
Abdomen :Datar, konsistensi
lunak, distensi (-), BU (+) N
Ekstremitas : superior & inferior
hangat , CRT < 3 detik

A/ BBLR + Prematur + HMD


grade II + Hipoalbumin + susp.
PJB

10/09/2019 S / Bayi lemah, gerakan kurang P/


aktif, menangis bila diberi - Minum 5cc/3j
Perawatan rangsangan, respon (+). OGT - D10% 120,8 cc
hari ke 26 terpasang tidak ada residu, tidak D40% 6 cc
muntah, tidak kembung, minum - NaCl 3% 8,2 cc
US = 40 hari 5cc/3jam OGT. Terpasang O2 - KCl 4 cc
UG = 28 mixer FiO2 21%, Flow 11 lpm, - Ca Glukonas 5 cc
minggu PICC terpasang. - Aminosteril 80cc 
UK = 33 9,3 cc/jam
minggu + 5 O / Ku: Lemah - Interlac 1 x 5 gtt
hari - Ronem 65 mg/ 8
HR : 163 x/menit jam (5)
BB 1600 T : 36,9°C - R/ echo tanggal
gram Spo2 : 94% 11/09/19
RR :43 x/menit

Kepala : Normocephal, UUB


belum menutup, NCH (+),
Hipersalivasi mulut
Thoraks :Simetris, Retraksi
(+/+) subcostal ringan, BJ I/II
(+) regular, murmur (-)
Abdomen : Cembung (+),
konsistensi lunak, distensi (-),
BU (+) N
Ekstremitas : superior & inferior
hangat , CRT < 3 detik

A/ BBLR + Prematur + HMD


grade II + Hipoalbumin + susp.
PJB

11/09/2019 S / Bayi lemah, gerakan kurang P/


aktif, menangis bila diberi - Minum 7 cc/3j
Perawatan rangsangan, respon (+). OGT - D10% 105,8 cc
hari ke 27 terpasang tidak ada residu, tidak D40% 5 cc
muntah, perut kembung, minum - NaCl 3% 8,2 cc
US = 41 hari 7cc/3jam OGT. Tidak terpasang - KCl 4 cc
UG = 28 O2  SpO2 >90%, PICC - Ca Glukonas 5 cc
minggu terpasang. - Aminosteril 80cc 
UK = 33 8,6 cc/jam
minggu + 6 O / Ku: Lemah - Interlac 1 x 5 gtt
hari - Ronem 65 mg/ 8
HR : 117 x/menit jam (6)
BB 1600 T : 36,7°C - Flukonazol
gram Spo2 : 92 % 10mg/hari (1)
RR :63 x/menit - R/ echo tanggal
11/09/19
Kepala : Normocephal, UUB
belum menutup, NCH (-),
Hipersalivasi mulut (-)
Thoraks :Simetris, Retraksi
(+/+) subcostal ringan, BJ I/II
(+) regular, murmur (-)
Abdomen : Cembung (+),
konsistensi lunak, distensi (-),
BU (+) N
Ekstremitas : superior & inferior
hangat , CRT < 3 detik

A/ BBLR + Prematur + HMD


grade II + Hipoalbumin + susp.
PJB

12/09/2019 S / Bayi lemah, gerakan kurang P/


aktif, menangis bila diberi - Minum 10 cc/3j
Perawatanhar rangsangan, respon (+). OGT - D10% 105,8 cc
i ke 28 terpasang tidak ada residu, tidak D40% 5 cc
muntah, perut kembung, minum - NaCl 3% 8,2 cc
US = 42 hari 10cc/3jam OGT. Tidak - KCl 4 cc
UG = 28 terpasang O2  SpO2 >90%, - Ca Glukonas 5 cc
minggu PICC terpasang. - Aminosteril 80cc 
UK = 34 8,6 cc/jam
minggu O / Ku: Lemah - Interlac 1 x 5 gtt
- Ronem 65 mg/ 8
BB 1600 HR : 144 x/menit jam (7)
gram T : 36,7°C - Flukonazol
Spo2 : 94 % 10mg/hari (2)
RR :54 x/menit R/ echo tanggal 19/09/19

Kepala : Normocephal, UUB


belum menutup, NCH (-),
Hipersalivasi mulut (-)
Thoraks :Simetris, Retraksi
(+/+) subcostal ringan, BJ I/II
(+) regular, murmur (-)
Abdomen :Cembung (+),
konsistensi lunak, distensi (-),
BU (+) N
Ekstremitas : superior & inferior
hangat , CRT < 3 detik

A/ BBLR + Prematur + HMD


grade II + Hipoalbumin + susp.
PJB

13/09/2019 S / Bayi lemah, gerakan kurang P/


aktif, menangis bila diberi - Minum 12 cc/3j
Perawatan rangsangan, respon (+). OGT - D10% 145,6 cc
hari ke 29 terpasang tidak ada residu, tidak - NaCl 3% 6,4 cc
muntah, perut kembung, minum - KCl 3,7 cc
US = 43 hari 12cc/3jam OGT. Tidak - Ca Glukonas 4,8 cc
UG = 28 terpasang O2  SpO2 >90%, - Ronem 65 mg/ 8
minggu PICC terpasang. jam (8)
UK = 34 - Flukonazol
minggu + 1 O / Ku: Lemah 10mg/hari (3)
hari R/ echo tanggal 19/09/19
HR : 120 x/menit
BB 1600 T : 36,6°C
gram Spo2 : 94 %
RR :52 x/menit

Kepala :Normocephal, UUB


belum menutup, NCH (-),
Hipersalivasi mulut (-)
Thoraks :Simetris, Retraksi
(+/+) subcostal ringan, BJ I/II
(+) regular, murmur (-)
Abdomen :Cembung (+),
konsistensi lunak, distensi (-),
BU (+) N
Ekstremitas : superior & inferior
hangat , CRT < 3 detik

A/ BBLR + Prematur + HMD


grade II + Hipoalbumin + susp.
PJB
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian

Penyakit demam tifoid merupakan infeksi akut pada usus halus dengan gejala

demam lebih dari satu minggu, mengakibatkan gangguan pencernaan dan

dapat menurunkan tingkat kesadaran. Demam tifoid adalah suatu penyakit

infeksi sistemik yang bersifat akut. Penyakit ini disebabkan oleh Salmonella

typhi. Bakteri Salmonella Typhi berbentuk batang, gram negatif, tidak

berspora, motil, berflagel, berkapsul, tumbuh dengan baik pada suhu

optimal 37 C, bersifat fakultatif anaerob dan hidup subur pada media yang
0

mengandung empedu. Isolat kuman Salmonella Typhi memiliki sifat-sifat

gerak positif, reaksi fermentasi terhadap manitol dan sorbitol positif,


sedangkan hasil negatif pada reaksi indol, fenilalanin deaminase, urease dan

DNase (Soedarmo, et al. 2008).

Demam tifoid dan paratifoid adalah infeksi enterik yang disebabkan oleh

bakteri Salmonella enterica serovar Typhi (S. Typhi) dan Paratyphi A, B, dan

C (S. Paratyphi A, B, dan C), masing-masing, secara kolektif disebut sebagai

Salmonella tifoid, dan penyebab demam enterik. Manusia adalah satu-satunya

reservoir untuk Salmonella typhi dengan penularan penyakit yang terjadi

melalui rute fecal-oral, biasanya melalui konsumsi makanan atau air yang

terkontaminasi oleh kotoran manusia. Diperkirakan 17 juta kasus penyakit

demam tifoid dan paratifoid terjadi secara global pada tahun 2015 terutama di

Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika sub-Sahara, dengan beban dan

insiden terbesar yang terjadi di Asia Selatan. Tanpa diobati, baik demam

tifoid maupun paratifoid mungkin fatal dengan 178.000 kematian

diperkirakan di seluruh dunia pada tahun 2015(Nadya. 2014).

Insiden demam tifoid bervariasi berdasarkan usia. Di negara-negara

endemik,insiden tertinggi terjadi pada anak-anak yang lebih muda. Sebuah

studi dari tahun 2004 menggunakan data dari penelitian yang diterbitkan

untuk memperluas data mengenai tingkat kejadian berdasarkan kelompok

usia dan melaporkan insiden tertinggi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun

dalam pengaturan insiden tinggi. Perkiraan model dari 2015 Global Burden of

Disease study (GBD 2015) menunjukkan tifus tingkat insiden demam

menurun seiring pertambahan usia. Selanjutnya, hasil dari studi DOMI yang
dilakukan di lima negara endemik menunjukkan heterogenitas substansial

padainsiden demam tifoid di seluruh kelompok usia. Heterogenitas di seluruh

kelompok usia diamati di semua situs studi DOMI dan situs dari Program

Pengamatan Demam Tifoid di Afrika (Nadya, 2014).

2. Etiologi

Penyakit tifoid disebakan oleh Salmonella typhi yaitu bakteri enterik gram

negatif berbentuk basil dan bersifat patogen pada manusia. Penyakit ini

mudah berpindah dari satu orang ke orang lain yang kurang menjaga

kebersihan diri dan lingkungannya yaitu penularan secara langsung jika

bakteri ini terdapat pada feses, urine atau muntahan penderita dapat

menularkan kepada orang lain dan secara tidak langsung melalui makanan

atau minuman. Salmonella typhi berperan dalam proses inflamasi lokal pada

jaringan tempat bakteri berkembang biak dan merangsang sintesis dan

pelepasan zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang meradang sehingga

terjadi demam. Jumlah bakteri yang banyak dalam darah (bakteremia)

menyebabkan demam makin tinggi. Penyakit typoid ini mempunyai

hubungan erat dengan lingkungan terutama pada lingkungan yang penyediaan

air minumnya tidak memenuhi syarat kesehatan dan sanitasi yang buruk pada

lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit typoid tersebar yaitu

polusi udara, sanitasi umum, kualitas air temperatur, kepadatan penduduk,

kemiskinan dan lain-lain. beberapa penelitian diseluruh dunia menemukan

bahwa laki-laki lebih sering terkena demam tifoid, karena laki-laki lebih

sering bekerja dan makan di luar rumah yang tidak terjamin kebersihannya.
Tetapi berdasarkan dari daya tahan tubuh, wanita lebih berpeluang untuk

terkena dampak yang lebih berat atau mendapat komplikasi dari demam

tifoid. Salah satu teori yang menunjukkan hal tersebut adalah ketika

Salmonella typhi masuk ke dalam sel-sel hati, maka hormon estrogen pada

wanita akan bekerja lebih berat (Sherwood L, 2001).

3. Patogenesis

Salmonella typhi merupakan bakteri yang dapat hidup di dalam tubuh

manusia. Manusia yang terinfeksi bakteri Salmonella typhi dapat

mengekskresikannya melalui sekret saluran nafas, urin dan tinja dalam jangka

waktu yang bervariasi. Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses mulai

dari penempelan bakteri kelumen usus, bakteri bermultiplikasi di makrofag

Peyer’s patch, bertahan hidup di aliran darah dan menghasilkan enterotoksin

yang menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke lumen intestinal. Bakteri

Salmonella typhi bersama makanan atau minuman masuk ke dalam tubuh

melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam banyak

bakteri yang mati. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus,

melekat pada sel mukosa kemudian menginvasi dan menembus dinding usus

tepat nyadi ileum dan jejunum. Sel M, sel epitel yang melapisi Peyer’s patch

merupakan tempat bertahan hidup dan multiplikasi Salmonella typhi. Bakteri

mencapai folikel limfe usus halus menimbulkan tukak pada mukosa usus.

Tukak dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Kemudian

mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati

sirkulasi sistemik sampai ke jaringan Reticulo Endothelial System (RES) di


organ hati dan limpa. Setelah periode inkubasi, Salmonella Typhi keluar dari

habitatnya melalui duktus torasikus masuk ke sirkulasi sistemik mencapai

hati, limpa, sumsum tulang, kandung empedu dan Peyer’s patch dari ileum

terminal. Ekskresi bakteri di empedu dapat menginvasi ulang dinding usus

atau dikeluarkan melalui feses. Endotoksin merangsang makrofag di hati,

limpa, kelenjar limfoid intestinal dan mesenterika untuk melepaskan

produknya yang secara lokal menyebabkan nekrosis intestinal ataupun sel

hati dan secara sistemik menyebabkan gejala klinis pada demam tifoid.

Penularan Salmonella typhi sebagian besar jalur fekal oral, yaitu melalui

makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari

penderita atau pembawa kuman, biasanya keluar bersama dengan feses.

Dapat juga terjadi transmisi transplasental dari seorang ibu hamil yang berada

pada keadaan bakterimia kepada bayinya (Cita & Yatnita Parama. 2011).

Demam (pireksia) adalah keadaan suhu tubuh di atas normal sebagai akibat

peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yang dipengaruhi oleh IL-1.

Pengaturan suhu pada keadaan sehat atau demam merupakan keseimbangan

antara produksi dan pelepasan panas (MENKES RI, 2006). Demam

merupakan bagian dari respon fase akut terhadap berbagai rangsangan

infeksi, luka atau trauma, seperti halnya letargi, berkurangnya nafsu makan

dan minum yang dapat menyebabkan dehidrasi, sulit tidur, hipozinkemia,

sintesis proteinfase akut dan lain-lain. Berbagai laporan penelitian

memperlihatkan bahwa peningkatan suhu tubuh berhubungan langsung

dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai


rangsang, terutama infeksi. Pirogen adalah suatu zat yang menyebabkan

demam, terdapat dua jenis yaitu pirogen eksogen dan endogen (MENKES RI,

2006).

Demam dikenal sebagai mekanisme yang boros energi (setiap kenaikan suhu

10°C akan meningkatkan laju metabolisme sekitar 10%). Pirogen adalah

suatu zat yang menyebabkan demam, terdapat dua jenis yaitu pirogen

eksogen dan endogen. Pada anak dan balita, demam tinggi dapat

menyebabkan kejang (Sherwood L, 2001). Dari suatu penelitian didapatkan

bahwa jumlah organisme yang dapat menimbulkan gejala penyakit adalah

sebanyak 105-106 organisme, walaupun jumlah yang diperlukan untuk

menimbulkan gejala klinis pada bayi dan anak mungkin lebih kecil. Semakin

besar dosis Salmonella Typhi yang tertelan semakin banyak pula orang yang

menunjukkan gejala klinis, semakin pendek masa inkubasi tidak merubah

sindrom klinik yang timbul (Dougan G & Baker S. 2014).

4. Pathways
Tatalaksana demam tifoid pada anak dibagi atas dua bagian besar,

yaitutatalaksana umum yang bersifat suportif dan tatalaksana khusus berupa

pemberian antibiotik sebagai pengobatan kausal. Tatalaksana demam tifoid juga

bukan hanya tatalaksana yang ditujukan kepada penderita penyakit tersebut,

namun juga ditujukan kepada penderita karier Salmonella typhi, pencegahan pada
anak berupa pemberian imunisasi tifoid danprofilaksis bagi traveller dari daerah non

endemik ke daerah yang endemik demam tifoid (Nelwan. 2012).

Tatalaksana umum (suportif) merupakan hal yang sangat penting dalam menangani

demam tifoid selain tatalaksana utama berupa pemberian antibiotik.Pemberian

rehidrasi oral ataupun parenteral, penggunaan antipiretik, pemberian nutrisi yang

adekuat serta transfusi darah bila ada indikasi, merupakan tatalaksana yang ikut

memperbaiki kualitas hidup seorang anak penderita demam tifoid.Gejala demam

tifoid pada anak lebih ringan dibanding orang dewasa, karena itu 90% pasien demam

tifoid anak tanpa komplikasi, tidak perlu dirawat di rumah sakit dan dengan

pengobatan oral serta istirahat baring di rumah sudah cukup untuk mengembalikan

kondisi anak menjadi sehat dari penyakit tersebut (Rhh Nelwan. 2012).

Pemilihan obat antibiotik lini pertama pengobatan demam tifoid pada anak di negara

berkembang didasarkan pada faktor efikasi, ketersediaan dan biaya. Berdasarkan

ketiga faktor tersebut, kloramfenikol masih menjadi obat pilihan pertama pengobatan

demam tifoid pada anak, terutama di negara berkembang. Hal ini berbeda dengan

dewasa, dimana obat antibiotik lini pertamanya adalah pilihan terapi antibiotik untuk

demam tifoid golongan fluorokuinolon, sepertiofloksasin, siprofloksasin,

levofloksasin atau gatifloksasin. Persoalan pengobatan demam tifoid saat ini adalah

timbulnya resistensi terhadap beberapa obat antibiotik yang sering digunakan

dalam pengobatan demam tifoid atau yang disebut dengan Multi Drug

Resistance (MDR). S. Typhi yang resisten terhadap kloramfenikol, yang pertama kali

timbul pada tahun 1970, kini berkembang menjadi resisten terhadap obat ampisilin,
amoksisilin, trimetoprim sulfametoksazol dan bahkan resisten terhadap

fluorokuinolon (Rhh Nelwan. 2012).

Strategi pencegahan yang dipakai adalah untuk selalu menyediakan makanan dan

minuman yang tidak terkontaminasi, higiene perorangan terutama menyangkut

kebersihan tangan dan lingkungan, sanitasi yang baik, dan tersedianya air bersih

sehari-hari. Strategi pencegahan ini menjadi penting seiring dengan munculnya kasus

resistensi. Selain strategi diatas, dikembangkan pula vaksinasi terutama untuk para

pendatang dari negara maju ke daerah yang endemik demam tifoid (Sudoyo Aw, et

al. 2009).

DAFTAR PUTAKA

Soedarmo, et al.Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis.Badan Penerbit IDAI: Jakarta

2008.
Nadya. Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Insiden Penyakit Demam

Tifoid di Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa 2013.

JurnalKesehatan. 2014; 7(1).

Sherwood L. Energy Balance and Temperature Regulation. Dalam: Sherwood

L,Editor Human Physiology. From Cells To Systems. Edisi Keempat.

Australia:Brooks/Cole; 2001. 613-4.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pengendalian Demam

Tifoid.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

364/Menkes/Sk/V/2006.

Dougan, G., & Baker, S. Salmonella Entericaserovar Typhi And The Pathogenesis

OfTyphoid Fever. Annual Review Of Microbiology. 2014; 68(1): 317–336.

Cita, Yatnita Parama. Bakteri Salmonella Typhi dan Demam Tifoid. Jurnal

KesehatanMasyarakat. 2011, Vol. 6, No.L.

Pramita G Dwipoerwantoro. Tata Laksana Diare Persisten pada Anak.

DepartemenIlmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. 2012.

Rhh Nelwan. Tata Laksana Terkini Demam Tifoid. Departemen Ilmu

PenyakitDalam, FKUI/RSCM-Jakarta. 2012; 39(4).

Sudoyo Aw, et al. Buku Ajar Ilmu PenyakitDalam Jilid Ii Edisi V. Jakarta: Interna

Publishing; 2009.

Anda mungkin juga menyukai