Demam Tifoid
Perceptor :
dr. Roro Rukmi Windi P, Sp.A, M.Kes
dr. Fedriyansyah, Sp.A, M.Kes
Oleh :
I. ANAMNESIS
(dilakukan Autoanamensis terhadap kedua orang tua bayi (04/10/2019))
a. Identitas
Nama Pasien : An.SM
Jenis Kelain : Perempuan
Umur : 14 tahun
Panjang Badan Lahir : 49 cm
Berat Badan Lahir : 3200 gr
BB : 60 kg
TB : 162 cm
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jl teratai Lk 1, Kec. Way halim. Kota Bandar
lampung
Nama Ayah : Imam Firmansyah
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : buruh
Pendidikan : SMA
Nama Ibu : Agustina
Umur : 39 Tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
b. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama : Demam 12 hari SMRS
a. Status Present
b. Status Generalis
LEHER
Bentuk : simetris, tumor (-)
KGB : pembesaran KGB (-)
THORAX
Bentuk : normothorax
Gerakan dinding dada : simetris
Retraksi dinding dada : retraksi intercosta (-)
JANTUNG
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi :
Kanan atas : Sic II Linea para Sternalis dextra
Kanan bawah : Sic IV Linea para Sternalis dextra
Kiri atas : Sic III Linea para Sternalis sinistra
Kiri bawah : Sic IV Linea para Midclavicula sinistra
ABDOMEN
Inspeksi : cembung, lunak
Auskultasi : Bising usus tidak meningkat, peristaltik tiap 10-15
detik
Palpasi : distensi (-)hepatomegali(-), nyeri tekan regio
umbilicus (+)
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
GENITALIA EKSTERNA
Tidak dilakukan
EKSTREMITAS
Superior : edema(-/-), akral hangat, CRT <2 detik
Inferior :edema(-/-), akral hangat, CRT <2detik
III.PEMERIKSAAN PENUNJANG
NILAI
PEMERIKSAAN 27/9/2019 28/9/2019 30/09/19 1/10/2019
NORMAL
Hemoglobin
11,5 11,1 10,3 10,4 12,8-16,8
(g/dL)
4.500-
Leukosit (/uL) 5.400 4.500 4.700
13.000
Eritrosit (Jt/uL) 4,2 3,8 3.9 3,8 – 5,8
Hematokrit (%) 36 32 30 34% 37 – 47
154.000-
Trombosit (/uL) 51.000 68.000 61.000 129.000
442.000
MCV (fL) 87 86 88 79-91
MCH (pg) 28 30 27 27-32
MCHC (g/dL) 32 34 31 30-35
Basofil 0 0 0-1%
Eosinofil 0 0 2-4%
Batang 0 0 3-5%
Segmen 77 62 50-70%
Limfosit 20 35 25-40%
Monosit 3 3 2-8%
LED 50 30 0-10
SGPT 37 <31
Ureum 57 13-43
Klorida 98 96-106
Tes Widal 30/09/2019
Parameter Hasil
-Typhi H Antigen 1/320
-Typhi O Antigen 1/320
-Paratyphi A-O Antigen 1/320
-Paratyphi B-O Antigen 1/320
DD/ Infeksi
Anemia karena penyakit lama
RESUME
An. SA datang dengan keluhan demam sejak 12 hari SMRS. Demam dirasakan naik-
turun, timbul perlahan dengan suhu tidak terlalu tinggi namun berangsur-angsur
meningkat setiap hari. Pasien juga mengeluhkan rasa mual disertai muntah. Muntah
sebanyak 2 kali dalam satu hati sebanyak ½ gelas belimbing, berwarna putih,
bercampur dengan sisa makanan dan tidak disertai darah. Nafsu makan pasien turun
tetapi pasien masih dapat minum. Keluhan mual muntah disertai dengan nyeri perut
terutama di daerah pusar. # hari SMRS pasien mengeluhkan tidak BAB. Keluhan
nyeri saat BAK disangkal, keluhan berkeringat saat malam hari disangkal, keluhan
kejang disangkal.
Keadaan umum anak tampak sakit sedang, suhu tubuh 37,8ºC (subfebris), tanda-
tanda vital lainnya dalam batas normal. Dalam pemeriksaan fisik ditemukan lidah
kotor, faring hiperemis, dan nyeri tekan abdomen region umbilicus. Dalam
pemeriksaan laboratorium serial ditemukan kadar trombosit yang menurun pada
tanggal 27, 28, dan 30 September 2019 tetapi kembali ke normal pada tanggal 1
Oktober 2019. Pada pemeriksaan serologi widal ditemukan typhi o antigen sebesar
1/320, typhi a antigen sebesar 1/320, paratyphi a-o antigen sebesar 1/320, dan
paratyphi b-o antigen sebesar 1/320.
V. DIAGNOSIS KERJA
1. Demam tifoid
VI. PENATALAKSANAAN
a. Medika mentosa :
- IVFD Kaen 3A
- Paracetamol 10 x 60 = 600 mg 3x1
- Omeprazole 20 mg 1x1
- Kloramfenikol 50-100 mg/kg/hari = 50x60 = 300 mg/hari
VII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Fungtionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
FOLLOW UP
A/ BBLR + RD + Prematur
20/08/2019 S/ Perawatan hari ke 5 kondisi P/
terlihat lemah. Fototherapy (+). - Minum 7cc/3 jam
Perawatan Terpasang CPAP dengan FiO2 - D10% 171,7 cc +
hari ke 5 21%, PEEP 6. OGT terpasang NaCl 3% 6,8 cc +
residu (-). KCl 3,4 cc + CaGlu
US = 19 hari 5,1 cc + Aminosteril
UG = 28 O / Ku : Lemah, gerak kurang 85 cc (11,3 cc/jam)
minggu aktif - Smoflipid 8,5 cc
UK = 30 HR : 135x/menit (0,3 cc/jam)
minggu 5 hari T : 37°C - Cefosulbac 75 mg/8
Spo2 : 99% jam
BB 1700 RR :42x/menit - Amikasin 10,8
gram mg/18 jam
Kepala : Normocephal, UUB - Aminophilin 4,2
belum menutup mg/12 jam
Mata : CA (-/-), SI (+/+) - Rencana rontgen
Thoraks : Retraksi (-/-) , BJ I/II thorakoabdominal
(+) regular, murmur (-), - Fototherapi hari (3)
vesikuler (+/+)
Abdomen : Cembung (+),
konsistensi lunak, distensi (-),
BU (+) N
Ekstremitas : hangat, pucat, CRT
3 detik
A/ BBLR + RD + Prematur
21/08/2019 S/ Kondisi bayi lemah, gerakan P/
pasif, menangis dengan - Minum 7cc/3 jam
Perawatan rangsangan, ikterik berkurang. (32 cc/kgBB/hari
hari ke 6 Terpasang CPAP dengan FiO2 - D10% 145 cc +
21%, PEEP 6, Flow 8 l/m. OGT NaCl 3% 6,8 cc +
US = 20 hari terpasang residu (-). Minum 7 KCl 3,4 cc + CaGlu
UG = 28 cc/3 jam. Inf D10% 11,3 ml/jam 5,1 cc + Aminosteril
minggu 56 cc (9 cc/jam)
UK = 30 O / Ku : Lemah - Smoflipid 8,5 cc
minggu 6 hari HR : 120x/menit (0,3 cc/jam)
T : 36,7°C - Cefosulbac 75 mg/8
BB 1700 Spo2 : 99% jam
gram RR :50x/menit - Amikasin 10,8
mg/18 jam
Kepala : Normocephal, UUB - Fototherapi stop
belum menutup
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thoraks : Retraksi (-/-) , BJ I/II
(+) regular, murmur (-),
vesikuler (+/+)
Abdomen : Cembung (+),
konsistensi lunak, distensi (-),
BU (+) N
Ekstremitas : hangat, pucat, CRT
3 detik
A/ BBLR + RD + Prematur
22/08/2019 S/ Kondisi bayi lemah, post P/
fototherapi hari ke 3, ikterik - Minum 7cc/3 jam
Perawatan berkurang, gerakan hipoaktif, (32 cc/kgBB/hari
hari ke 7 menangis bila ada rangsangan, - D10% 145 cc +
fototerapi stop. Terpasang CPAP NaCl 3% 6,8 cc +
US = 21 hari dengan FiO2 21%, PEEP 6, KCl 3,4 cc + CaGlu
UG = 28 Flow 8 l/m. OGT terpasang 5,1 cc + Aminosteril
minggu residu (-). Minum 7 cc/3 jam. 57 cc (9 cc/jam)
UK = 31 - Smoflipid 8,5 cc
minggu O / Ku : Lemah (0,3 cc/jam)
HR : 120x/menit - Cefosulbac 75 mg/8
BB 1700 T : 37,3°C jam
gram Spo2 : 99% - Amikasin 10,8
RR :44x/menit mg/18 jam
- HFN
Kepala : Normocephal, UUB
belum menutup
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thoraks : Retraksi ringan (+/+) ,
BJ I/II (+) regular, murmur (-),
vesikuler (+/+)
Abdomen : Cembung (+),
konsistensi lunak, distensi (-),
BU (+) N
Ekstremitas : hangat, pucat, CRT
3 detik
25/08/2019 S/- P/
- R/ PRC ke 3
Perawatan O/ Minum 7 cc/3 jam, OGT - R/Albumin ke 2
hari ke 10 terpasang, residu (+) bening. - R/ rontgen post
Terpasang CPAP FiO2 21%, PICC
US = 24 hari PEEP7, Flow 8 l/m.
UG = 28 Hipersalivasi (+), Retraksi
minggu ringan
UK = 31
minggu + 3 A/ BBLR + Prematur + HMD
hari Grade II
BB 1700
gram
26/08/2019 S / Kondisi bayi lemah, gerakan P /
hipoaktif, menangis bila diberi -Puasa
Perawatan rangsang. Terpasang CPAP -D 10% 171,7 cc + NaCl
hari ke 11 FiO2 21 %, PEEP 7, Flow 8 l/m. 3% 6,8 cc + KCl 3,4 cc
OGT terpasang tidak ada residu + Ca glukonas 5,1 cc +
US = 25 hari yang keluar. Minum 9 cc/3 jam Aminosteril 85 cc (11,3
UG = 28 cc/jam)
minggu O / Ku : Lemah -Smoflipid 8,5 cc (0,3
UK = 31 HR : 154x/menit cc/jam)
minggu 4 hari T : 36,5°C -Cefosulbac 75 mg/8
Spo2 : 93% jam (11 hr)
BB 1700 RR :60x/menit -Amikasin 10,8 mg/18
gram jam (11 hr)
Kepala : Normocephal, UUB -CPAP FiO2 21%,
belum menutup PEEP 7, Flow 8
Mata : CA (-/-), SI (-/-) -R/ Albumin ke 2
Thoraks : Retraksi (+/+) -R/PRC ke 3
subcosta ringan, BJ I/II (+)
regular, murmur (-), vesikuler
(+/+)
Abdomen : Cembung (+),
konsistensi lunak, distensi (-),
BU (+) N
Ekstremitas : hangat, CRT < 3
detik
Balance: 45 cc
Diuresis: 4,1cc/kgBB/Jam
GIR : 9 mg/kgBB/min
Balance: 45 cc
Diuresis: 4,7cc/kgBB/Jam
GIR : 8,9 mg/kgBB/min
Balance: 82 cc
Diuresis: 3,3cc/kgBB/Jam
GIR : 8,9 mg/kgBB/min
Balance: 48,2 cc
Diuresis: 2cc/kgBB/Jam
GIR : 8,9 mg/kgBB/min
Balance: -35,8 cc
Diuresis: 4,68cc/kgBB/Jam
GIR : 8,9 mg/kgBB/min
Balance: 92 cc
Diuresis: 2,6cc/kgBB/Jam
GIR : 8,9 mg/kgBB/min
01/09/2019 S/-
Balance: 20,4 cc
Diuresis: 3,9cc/kgBB/Jam
GIR : 8,9 mg/kgBB/min
1. Pengertian
Penyakit demam tifoid merupakan infeksi akut pada usus halus dengan gejala
infeksi sistemik yang bersifat akut. Penyakit ini disebabkan oleh Salmonella
optimal 37 C, bersifat fakultatif anaerob dan hidup subur pada media yang
0
Demam tifoid dan paratifoid adalah infeksi enterik yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella enterica serovar Typhi (S. Typhi) dan Paratyphi A, B, dan
melalui rute fecal-oral, biasanya melalui konsumsi makanan atau air yang
demam tifoid dan paratifoid terjadi secara global pada tahun 2015 terutama di
Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika sub-Sahara, dengan beban dan
insiden terbesar yang terjadi di Asia Selatan. Tanpa diobati, baik demam
studi dari tahun 2004 menggunakan data dari penelitian yang diterbitkan
usia dan melaporkan insiden tertinggi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun
dalam pengaturan insiden tinggi. Perkiraan model dari 2015 Global Burden of
menurun seiring pertambahan usia. Selanjutnya, hasil dari studi DOMI yang
dilakukan di lima negara endemik menunjukkan heterogenitas substansial
kelompok usia diamati di semua situs studi DOMI dan situs dari Program
2. Etiologi
Penyakit tifoid disebakan oleh Salmonella typhi yaitu bakteri enterik gram
negatif berbentuk basil dan bersifat patogen pada manusia. Penyakit ini
mudah berpindah dari satu orang ke orang lain yang kurang menjaga
bakteri ini terdapat pada feses, urine atau muntahan penderita dapat
menularkan kepada orang lain dan secara tidak langsung melalui makanan
atau minuman. Salmonella typhi berperan dalam proses inflamasi lokal pada
pelepasan zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang meradang sehingga
air minumnya tidak memenuhi syarat kesehatan dan sanitasi yang buruk pada
bahwa laki-laki lebih sering terkena demam tifoid, karena laki-laki lebih
sering bekerja dan makan di luar rumah yang tidak terjamin kebersihannya.
Tetapi berdasarkan dari daya tahan tubuh, wanita lebih berpeluang untuk
terkena dampak yang lebih berat atau mendapat komplikasi dari demam
tifoid. Salah satu teori yang menunjukkan hal tersebut adalah ketika
Salmonella typhi masuk ke dalam sel-sel hati, maka hormon estrogen pada
3. Patogenesis
mengekskresikannya melalui sekret saluran nafas, urin dan tinja dalam jangka
melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam banyak
bakteri yang mati. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus,
melekat pada sel mukosa kemudian menginvasi dan menembus dinding usus
tepat nyadi ileum dan jejunum. Sel M, sel epitel yang melapisi Peyer’s patch
mencapai folikel limfe usus halus menimbulkan tukak pada mukosa usus.
hati, limpa, sumsum tulang, kandung empedu dan Peyer’s patch dari ileum
hati dan secara sistemik menyebabkan gejala klinis pada demam tifoid.
Penularan Salmonella typhi sebagian besar jalur fekal oral, yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari
Dapat juga terjadi transmisi transplasental dari seorang ibu hamil yang berada
pada keadaan bakterimia kepada bayinya (Cita & Yatnita Parama. 2011).
Demam (pireksia) adalah keadaan suhu tubuh di atas normal sebagai akibat
infeksi, luka atau trauma, seperti halnya letargi, berkurangnya nafsu makan
demam, terdapat dua jenis yaitu pirogen eksogen dan endogen (MENKES RI,
2006).
Demam dikenal sebagai mekanisme yang boros energi (setiap kenaikan suhu
suatu zat yang menyebabkan demam, terdapat dua jenis yaitu pirogen
eksogen dan endogen. Pada anak dan balita, demam tinggi dapat
menimbulkan gejala klinis pada bayi dan anak mungkin lebih kecil. Semakin
besar dosis Salmonella Typhi yang tertelan semakin banyak pula orang yang
4. Pathways
Tatalaksana demam tifoid pada anak dibagi atas dua bagian besar,
namun juga ditujukan kepada penderita karier Salmonella typhi, pencegahan pada
anak berupa pemberian imunisasi tifoid danprofilaksis bagi traveller dari daerah non
Tatalaksana umum (suportif) merupakan hal yang sangat penting dalam menangani
adekuat serta transfusi darah bila ada indikasi, merupakan tatalaksana yang ikut
tifoid pada anak lebih ringan dibanding orang dewasa, karena itu 90% pasien demam
tifoid anak tanpa komplikasi, tidak perlu dirawat di rumah sakit dan dengan
pengobatan oral serta istirahat baring di rumah sudah cukup untuk mengembalikan
kondisi anak menjadi sehat dari penyakit tersebut (Rhh Nelwan. 2012).
Pemilihan obat antibiotik lini pertama pengobatan demam tifoid pada anak di negara
ketiga faktor tersebut, kloramfenikol masih menjadi obat pilihan pertama pengobatan
demam tifoid pada anak, terutama di negara berkembang. Hal ini berbeda dengan
dewasa, dimana obat antibiotik lini pertamanya adalah pilihan terapi antibiotik untuk
levofloksasin atau gatifloksasin. Persoalan pengobatan demam tifoid saat ini adalah
dalam pengobatan demam tifoid atau yang disebut dengan Multi Drug
Resistance (MDR). S. Typhi yang resisten terhadap kloramfenikol, yang pertama kali
timbul pada tahun 1970, kini berkembang menjadi resisten terhadap obat ampisilin,
amoksisilin, trimetoprim sulfametoksazol dan bahkan resisten terhadap
Strategi pencegahan yang dipakai adalah untuk selalu menyediakan makanan dan
kebersihan tangan dan lingkungan, sanitasi yang baik, dan tersedianya air bersih
sehari-hari. Strategi pencegahan ini menjadi penting seiring dengan munculnya kasus
resistensi. Selain strategi diatas, dikembangkan pula vaksinasi terutama untuk para
pendatang dari negara maju ke daerah yang endemik demam tifoid (Sudoyo Aw, et
al. 2009).
DAFTAR PUTAKA
Soedarmo, et al.Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis.Badan Penerbit IDAI: Jakarta
2008.
Nadya. Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Insiden Penyakit Demam
364/Menkes/Sk/V/2006.
Dougan, G., & Baker, S. Salmonella Entericaserovar Typhi And The Pathogenesis
Cita, Yatnita Parama. Bakteri Salmonella Typhi dan Demam Tifoid. Jurnal
Sudoyo Aw, et al. Buku Ajar Ilmu PenyakitDalam Jilid Ii Edisi V. Jakarta: Interna
Publishing; 2009.