Anda di halaman 1dari 71

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN


DALAM PEMENUHAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA
DI DESA KLEDUNG KARANGDALEM KECAMATAN BANYUURIP
KABUPATEN PURWOREJO

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar


Sarjana Keperawatan

Oleh :
MIEKE OKTAVIA PURNAMA
010217A022

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2018

i
ii

ii
iii

LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Penelitian berjudul :

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN


DALAM PEMENUHAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA
DI DESA KLEDUNG KARANGDALEM KECAMATAN BANYUURIP
KABUPATEN PURWOREJO

Oleh :
MIEKE OKTAVIA PURNAMA
NIM :010217A022

Telah Dipertahankan di Depan Tim Penguji proposal skripsi Program Studi Keperawatan
Universitas Ngudi Waluyo, pada :
Hari :
Tanggal :

Tim Penguji
Ketua/Pembimbing Utama

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Sukarno, S.Kep., M.KepNs. Puji Lestari, S.Kep., M.Kes.,(Epid)


NIDN.0624128204 NIDN 0022038101

iii
iv

iv
v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, Karena atas

rahmat dan karunia-Nya sehingga proposal skripsi yang berjudul, “Hubungan

status gizi dengan tingkat kemandirian dalam pemenuhan activity daily living

(ADL) pada lansia di Desa Kledung Karangdalem Kecamatan Banyuurip

Kabupaten Purworejo“ dapat terselesaikan. Kesempatan dan ridhoNya yang

sangat berarti bagi penulis, kasih sayang dari-Nya, tak ada yang mampu

menandingi.

Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini tidak dapat selesai tanpa

kerja keras, semangat dan do’a dari berbagai pihak. Penulis dengan segenap

ketulusan dan kerendahan hati, ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Subyantoro, M.Hum, selaku Rektor Universitas Ngudi Waluyo

Ungaran.

2. Gipta Galih Widodo, S.Kep., Sp.KMB, selaku Dekan Fakultas Keperawatan

yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di Universitas

Ngudi Waluyo

3. Ns. Faridah Aini, S.Kep., M.Kep. Sp. KMB, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran

4. Ns. Sukarno, S.Kep., M.Kep. sebagai pembimbing I yang telah banyak

meluangkan waktu dalam memberikan arahan, bimbingan, kritik dan saran

dalam penyusunan proposal ini.

v
vi

5. Ns. Puji Lestari, S.Kep,, M.Kes., (Epid). sebagai pembimbing II yang banyak

memberi saran, arahan dalam pembuatan proposal penelitian ini.

6. Seluruh dosen dan staf pengajar Universitas Ngudi Waluyo Ungaran.

7. Teman-teman angkatan 2017 yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu

dan yang lainnya terima kasih atas, kebersamaan, bantuan, kritik dan saran

semoga tetap terjalin tali silaturohim yang tak pernah putus.

8. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu sehingga proposal skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam

penyususnan proposal skripsi ini dan diharapkan adanya saran dan kritik yang

sifatnya membangun untuk perbaikan yang lebih baik.

Ungaran, Juli 2018

Penulis

vi
vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................

iii

KATA PENGANTAR......................................................................................

iv

DAFTAR ISI....................................................................................................

vi

DAFTAR TABEL............................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

vii
viii

A. Latar Belakang................................................................................

B. Perumusan Masalah........................................................................

C. Tujuan Penelitian............................................................................

D. Manfaat Penelitian..........................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia..............................................................................................

10

B. Activity Daily Living......................................................................

17

C. Status Gizi.......................................................................................

27

D. Kerangka Teori...............................................................................

35

E. Kerangka Konsep............................................................................

36

F. Hipotesis.........................................................................................

36

BAB III METODE PENELITIAN

viii
ix

A. Jenis dan Desain Penelitian.............................................................

37

B. Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................

37

C. Populasi dan Sampel.......................................................................

38

D. Variabel Penelitian..........................................................................

40

E. Definisi operasional........................................................................

40

F. Pengumpulan Data..........................................................................

41

G. Pengoahan data...............................................................................

46

H. Analisis data....................................................................................

48

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indek Barthel.................................................................................

25

Tabel 2.2 Indek Masa Tubuh.........................................................................

33

Tabel 3.1 Definisi Operasional......................................................................

40

Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner aktivitas hidup sehari-hari lansia....................

43

x
xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori.............................................................................. 35

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian.......................................................... 36

xi
xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Konsultasi

Lampiran 2. Lembar Informed Consent

Lampiran 3. Lembar Observasi Status Gizi

Lampiran 4. Lembar QuesionerActivity Daily Living

Lampiran 5. Foto wawancara terhadap responde

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia adalah individu berusia di atas 60 tahun dimana memiliki

tanda-tanda penurunan fungsi biologis, psikologis, sosial, dan ekonomi yang

terus menerus secara ilmiah. Ada beberapa batasan-batasan umur pada lansia

diantaranya usia pertengahan (middle age) yakni usia 45-59 tahun, lanjut usia

( elderly) yakni usia 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) yakni usia 75-90 tahun

dan usia sangat tua (very old) usia di atas 90 tahun (Sunaryo, dkk, 2016).

Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya

dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.

Menjadi tua adalah proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui

tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toddler, pra sekolah, school,

remaja, dewasa dan lansia. Memasuki usia tua banyak mengalami

kemunduran misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit menjadi

keriput karena berkurangnya bantalan lemak, rambut memutih, pendengaran

berkurang, penglihatan memburuk, gigi mulai ompong, aktivitas menjadi

lambat, nafsu makan berkurang dan kondisi tubuh yang lain juga mengalami

kemunduran (Padila, 2013).

World Health Organization (WHO) memperkirakan tahun 2025

jumlah lansia di seluruh dunia akan mencapai 1,2 miliar orang yang akan

terus bertambah hingga 2 miliar orang di tahun 2050. Hasil sensus penduduk

1
2

tahun 2014 jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,1juta orang. Masalah

kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yaitu

immobility (immobilisasi), inkontinensia, depresi, malnutrisi, menurunnya

kekebalan tubuh dan gangguan tidur (insomnia) (Sunaryo, dkk 2016).

Di Kabupaten Purworejo jumlah penduduk lansia meningkat dari

tahun ke tahun,pada Tahun 2016 jumlah lansia di Kabupaten Purworejo

mencapai 116,416 orang (BPS Kabupaten Purworejo, 2016). Berdasarkan

data Kelurahan Kledung Karangdalem jumlah lansia mengalami kenaikan,

Tahun 2016 jumlah lansia 230 meningkat di Tahun 2017 menjadi 253.

Dampak utama pada peningkatan jumlah lansia yaitu peningkatan

ketergantungan pada lansia. Ketergantungan lansia ini dapat disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu; kemunduran fisik, psikis, dan sosial yang dapat

dijelaskan melalui empat tahap yaitu; kelemahan, keterbatasan fungsional,

ketidakmampuan, dan keterhambatan yang akan terjadi secara bersama pada

proses menua. (Samper, 2017)

Penurunan fungsi tubuh akibat pengaruh proses menua dapat

menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, biologis, mental, maupun

sosial ekonomi. Semakin lanjut usia, mereka akan mengalami kemunduran

terutama dibidang kemampuan fisik, yang dapat menyebabkan penurunan

peran sosial. Hal ini mengakibatkan timbulnya gangguan dalam hal

mencukupi kebutuhan hidup sehingga dapat meningkatkan ketergantungan

yang memerlukan bantuan orang lain (Nugroho, 2008).


3

Seiring terjadinya proses penuaan pada lansia maka akan

mengakibatkan kemunduran kemampuan fisik, penglihatan, pendengaran, dan

perubahan motorik yang akan mengakibatkan lansia memerlukan alat bantu

untuk melakukan kegiatannya. Perubahan fisik yang terjadi pada lanjut usia

adalah penurunan activity daily living (ADL).

Activity Daily Living adalah suatu bentuk energi atau kemampuan

bergerak pada seseorang secara bebas, mudah dan teratur untuk mencapai

suatu tujuan, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara mandiri

maupun dengan bantuan orang lain atau keluarga (Suciati, 2014). Dapat

dikatakan mandiri, jika seseorang mampu memenuhi aktivitasnya sendiri,

tanpa membutuhkan bantuan orang lain, dan dikatakan ketergantungan jika,

sesorang tidak dapat memenuhi aktivitasnya sendiri. Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi kemandirian lansia dalam pemenuhan Activity Daily

Living (ADL) diantaranya yaitu tingkat usia dan status perkembangan,

kesehatan fisik atau proses penyakit (cedera), gaya hidup, emosi, tingkat

energi, kebudayaan, pekerjaan, dan keadaan nutrisi (Suciati, 2014).

Dalam kamus psikologi kemandirian berasal dari kata “independen”

yang diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang tidak tergantung pada

orang lain dalam menentukan keputusan dan adanya sikap percaya diri .

Kemandirian merupakan sikap individu yang diperoleh secara komulatif

dalam perkembangan dimana individu akan terus belajar untuk bersikap

mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga individu

mampu berfikir dan bertindak sendiri. Kemandirian lansia dalam ADL


4

didefinisikan sebagai kemandirian seseorang dalam melakukan aktivitas dan

fungsi-fungsi kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh manusia secara rutin

dan universal (Ediawati, 2013). Untuk menilai ADL digunakan berbagai skala

seperti Katz Index, Barthel yang dimodifikasi, dan Functional Activities

Quesioner (FAQ) (Ediawati, 2013).

Dampak penurunan kemandirian adalah lansia akan lebih rentan

terhadap serangan penyakit. Kondisi seperti ini jika tidak segera diatasi bisa

mengakibatkan produktivitas menurun sehingga dapat mempengaruhi

kehidupan dan kualitas hidup lansia itu sendiri (Anis, 2012).

Prevalensi malnutrisi meningkat seiring dengan timbulnya kelemahan

dan ketergantungan fisik, banyaknya penyakit yang diderita karena proses

menua. Sementara itu, malnutrisi merupakan faktor resiko utama timbulnya

kesakitan dan kematian usia lanjut, khususnya bagi mereka yang tinggal di

panti (Alfyanita dkk., 2016). Perubahan sosial ekonomi yang terjadi pada

usia lanjut akan mempengaruhi angka ketergantungan usia lanjut terhadap

usia produktif. Kedua hal diatas akan mempengaruhi akses terhadap makanan

dan tingkat asupan yang tergantung kepada individu yang merawat lansia.

Kebutuhan nutrisi yang masuk pada lansia adalah menurunnya

sensitivitas olfaktorius, perubahan persepsi rasa, dan peningkatan

kolesistokinin yang dapat mempengaruhi keinginan untuk makan dan

peningkatan rasa kenyang. (Mickey Stanley, 2007). Selain penurunan sekresi

saliva, kehilangan indra pengecapan, penurunan ketajaman pengecapan, dan

kerusakan indra penciuman dapat terjadi pada lansia. Akibat yang mungkin
5

ditimbulkan dari kondisi tersebut adalah kurangnya ketertarikan lansia pada

makanan atau anoreksia. Selain itu penyakit periodental dan kehilangan gigi

mengakibatkan kesulitan makan dan terbatasnya pilihan menu makanan juga

akan berdampak pada status gizi lansia (Andriani & Wirjadmadi, 2012).

Nutrients atau zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh

untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi , membangun dan

memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier,

2009).

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang,

baik dan lebih. (Almatsier, 2009). Status gizi yang baik menjadi faktor

pendukung kesehatan lansia yang berdampak pada kemandiriannya.

Banyak penelitian status gizi dengan pemenuhan Activity Daily

Living (ADL). Ternyata hasil dari penelitian Azmy (2017) mengenai

hubungan antara status gizi dan kemandirian lansia di Balai Perlindungan

Sosial Tresna Werdha Ciparay, dari hasil penelitian 22 lansia yang memiliki

status gizi kurang baik (gizi kurang dan gizi lebih), 11 lansia (50%) tidak

mandiri dan 11 lansia (50%) mandiri. Sedangkan 30 lansia dengan status gizi

baik, 11 lansia (36,7%) tidak mandiri dan 19 lansia (63,3%) mandiri. Hasil

penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara status gizi dengan

kemandirian lansia (p=0,498).

Tapi perbedaan dilakukan Listriana (2010) mengenai hubungan status

gizi dengan tingkat kemampuan activity of daily living (ADL) pada lansia di
6

Dusun Paremono Kabupaten Magelang, dari hasil penelitian terdapat

hubungan yang signifikan antara status gizi dengan tingkat kemampuan

activity of daily living (ADL) pada lanjut usia di Dusun Paremono Kabupaten

Magelang yaitu dengan (t=0,561 : P value= 0,01).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Kledung

Karangdalem Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo pada tanggal 22

Juli 2018, diperoleh jumlah lansia sebanyak 252 lansia. Hasil wawancara

terhadap 10 orang lansia dengan menggunakan kuesioner Indek Barthel dan

pengkajian status gizi dengan metode antropometri di dapatkan data bahwa ;

4 orang lansia yang memiliki status gizi normal/baik, 3 lansia (75%) mandiri

dan 1 lansia (25%) tidak mandiri. 3 lansia dengan status gizi lebih, 1 lansia

(33,3%) mandiri dan 2 lansia (66,7%) tidak mandiri. Sedangkan 3 lansia

dengan status gizi kurang, 1 lansia (33,3%) mandiri dan 2 lansia (66,7%)

tidak mandiri.

Pada umumnya lansia di Desa Kledung Karangdalem bekerja sebagai

petani dan pensiunan. Perubahan kondisi ekonomi, pensiun dan kehilangan

pasangan hidup dapat membuat lansia merasa terisolasi dari kehidupan sosial.

Terlebih lagi lansia yang tinggal sendiri dengan anak yang merantau.

Akibatnya lansia kehilangan nafsu makan yang berpengaruh pada status gizi

lansia yang nantinya akan berdampak pada kemampuan aktivitas sehari hari

lansia.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Hubungan Status Gizi Dengan Pemenuhan


7

Activity Daily Living (ADL) Pada Lansia Di Desa Kledung Karangdalem

Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penulis

merumuskan masalah yaitu “Adakah hubungan status gizi dengan tingkat

kemandirian dalam pemenuhan Activity Daily Living (ADL) pada lansia di

Desa Kledung Karangdalem Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Status Gizi Dengan Tingkat Kemandirian Dalam

Pemenuhan Activity Daily Living (ADL) pada lansia di Desa Kledung

Karangdalem Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran status gizi lansia di Desa Kledung

Karangdalem Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo.

b. Mengetahui gambaran tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan

Activity Daily Living (ADL) di Desa Kledung Karangdalem

Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo

c. Menganalisis hubungan status gizi dengan tingkat kemandirian dalam

pemenuhan Activity Daily Living (ADL) pada lansia di Desa Kledung

Karangdalem Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo.


8

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Dapat dijadikan bahan informasi dan diharapkan dapat menambah

wawasan masyarakat khususnya hubungan status gizi dengan tingkat

kemandirian dalam pemenuhan Activity Daily Living (ADL) pada lansia.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa Program

Studi Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo dan bisa menjadi bahan

bacaan untuk menambah pengetahuan khususnya tentang hubungan status

gizi dengan tingkat kemandirian dalam pemenuhan Activity Daily Living

(ADL) pada lansia.

3. Bagi Peneliti

Agar dapat mengaplikasikan ilmu kesehatan yang telah didapatkan

selama mengikuti perkuliahan di Program Studi Keperawatan Universitas

Ngudi Waluyo serta menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman

bagi peneliti dalam pembuatan karya tulis ilmiah.

4. Bagi Peneliti Lain/Institusi Lain

Dapat menjadi dasar bagi peneliti selanjutnya dan literatur untuk

penelitian selanjutnya.
9

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Lansia

1. Pengertian

Menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan

manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak

hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan. (Padila, 2013)

Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang

yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok

umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase

kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu

proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan (Nugroho, 2008).

Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahap–

tahap menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan

semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat

menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh

darah, pernafasan, pencernaan, endokrin, dan lain sebagainya. Peryataan

tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan

dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan–

perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduran kesehatan

fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas
10

ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada

activity of daily living. Terganggunya melaksanakan activity of daily living

mengakibatkan merekan menjadi tergantung kepada orang lain (Setiawan,

2009).

2. Batasan Lansia

Menurut Undang–undang Nomor 4 Tahun 1965 yang termuat dalam

pasal 1 seperti dikutip oleh Nugroho (2008) adalah bahwa seseorang dapat

dinyatakan sebagai seorang jompo atau lansia setelah bersangkutan

mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari

nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari–hari dan menerima nafkah

dari orang lain. Adapun beberapa pendapat tentang batasan umur lansia

yaitu:

a. Menurut World Health Organisation (WHO), ada empat tahap lansia

meliputi :

1) Usia pertengahan (Middle Age) = kelompok usia 45–59 tahun.

2) Lanjut usia (Elderly) = antara 60–74 tahun.

3) Lanjut usia tua (Old) = antara 75–90 tahun.

4) Lansia sangat tua (Very Old) = diatas 90 tahun.

b. Klasifikasi pada lansia ada 5 (Maryam, 2011), yakni :

1) Pralansia (Prasenilis) = seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

2) Lansia = seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3) Lansia resiko tinggi = seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau

seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.


11

4) Lansia Potensial = lansia yang masih mampu melakukan aktifitas.

5) Lansia tidak potensial = lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,

sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. (Departemen

Kesehatan RI, 2003).

c. Menurut Birren and Jenner dalam Nugroho (2008) mengusulkan untuk

membedakan antarausia biologis, usia psikologis, dan usia sosial.

1) Usia biologis, yaitu jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada

dalam keadaan hidup tidak mati.

2) Usia psikologis, yaitu kemampuan seseorang untuk mengadakan

penyesuaian pada situasi yang dihadapinya.

3) Usia sosial, yaitu peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat

kepada seseorang sehubungan dengan usianya.

Batasan lansia yang ada di Indonesia adalah 60 tahun ke atas.

Pernyataantersebut dipertegas dalam Undang–undang Nomor 13 Tahun

1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 adalah

seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

3. Perubahan pada Lansia

Menurut Nugroho (2008) perubahan-perubahan yang terjadi pada

lansia yaitu sebagai berikut:

a. Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia diakibatkan oleh

terjadinya proses degeneratif yang meliputi :


12

1) Sel terjadi perubahan menjadi lebih sedikit jumlahnya dan lebih

besar ukurannya, serta berkurangnya jumlah cairan tubuh dan

berkurangnya intraseluler.

2) Sistem persyarafan terjadi perubahan berat otak 10-20, lambat dalam

respon dan waktu untuk bereaksi dan mengecilnya syaraf panca

indera yang menyebabkan berkurangnya penglihatan, hilangnya

pendengaran, menurunnya sensasi perasa dan penciuman sehingga

dapat mengakibatkan terjadinya masalah kesehatan misalnya

glukoma dan sebagainya. Menurunnya kemampuan otak dalam

menyerap vitamin B12, yang berperan dalam proses kerja otak.

Sehingga dalam penerimaan stimulus dari luar lambar, daya ingat

menurun, degenerasi sel-sel otak, menurun kognisi dan menurunnya

tingkat intelektual. Hal tersebut akan menyebabkan perilaku bersih

dan sehat menjadi kurang mandiri.

3) Sistem pendengaran terjadi perubahan hilangnya daya pendengaran

pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada

yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%

terjadi pada usia di atas umur 65 tahun dan pendengaran bertambah

menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau

stress.

4) Sistem penglihatan terjadi perubahan hilangnya respon terhadap

sinar, kornea lebih terbentuk spesies, lensa lebih suram sehingga

menjadi katarak yang menyebabkan gangguan penglihatan,


13

hilangnya daya akomodasi, meningkatnya ambang pengamatan

sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah

melihat dalam cahaya gelap, menurunnya lapang pandang sehingga

luas pandangnya berkurang luas.

5) Sistem kardiovaskuler terjadi perubahan elastisitas dinding aorta

menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan

jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur

20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume

kehilangan elastisitas pembuluh darah karena kurangnya efektivitas

pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur

ke duduk, duduk keberdiri bisa mengakibatkan tekanan darah

menurun menjadi mmHg yang mengakibatkan pusing mendadak,

tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resitensi

dari pembuluh darah perifer.

b. Perubahan mental

Meliputi perubahan dalam memori secara umum. Gejala-gejala memori

cocok dengan keadaan yang disebut pikun tua, akhir-akhir ini lebih

cenderung disebut kerusakan memori berkenaan dengan usia atau

penurunan kognitif berkenaan dengan proses menua. Pelupa merupakan

keluhan yang sering dikemukakan oleh manula.

c. Perubahan-perubahan psikososial

Meliputi pensiun, nilai seseorang sering di ukur oleh produktivitasnya

dan identitas di kaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seorang


14

pensiun (purna tugas) ia akan mengalami kehilangan financial, status,

teman dan pekerjaan. Merasakan sadar akan kematian, semakin lanjut

usia biasanya mereka menjadi semakin kurang tertarik terhadap

kehidupan akhirat dan lebih mementingkan kematian itu sendiri serta

kematian dirinya, kondisi seperti ini benar khususnya bagi orang yang

kondisi fisik dan mentalnya semakin memburuk, pada waktu

kesehatannya memburuk mereka cenderung untuk berkonsentrasi pada

masalah kematian dan mulai dipengaruhi oleh perasaan seperti.

d. Perubahan psikologis

Masalah psikologis yang dialami oleh lansia ini pertama kali mengenai

sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka hadapi, antara

lain penurunan badaniah atau dalam kebingungan untuk memikirkannya.

Dalam hal ini di kenal apa yang di sebut disengagement theory, yang

berarti ada penarikan diri dari masyarakat dan diri pribadinya satu sama

lain. Karena telah lanjut usia mereka sering dianggap terlalu lamban,

dengan gaya reaksi yang lamban dan kesiapan dan kecepatan bertindak

dan berfikir yang menurun. Daya ingat mereka memang banyak yang

menurun dari lupa sampai pikun dan demensia, biasanya mereka masih

ingat betul peristiwa-peristiwa yang telah lama terjadi, malahan lupa

mengenal hal-hal yang baru terjadi

4. Kebutuhan Hidup Lansia

Kebutuhan hidup lansia antara lain kebutuhan akan makanan

bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang


15

sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan

sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga

mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi,

membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang

baik.Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lansia agar dapat mandiri.

Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow dalam Potter dan

Perry (2010), yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi:

a. Kebutuhan fisiologis, memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki

Maslow.Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang perlu atau penting

untuk bertahan hidup. Kebutuhan tersebut antara lain oksigen, cairan,

nutrisi, suhu tubuh, ekskrei, perlindungan,dan seks.

b. Kebutuhan keamanan dan keselamatan adalah kebutuhan akan rasa

keamanan dan ketentraman, seperti kebutuhan akan jaminan hari tua,

kebebasan, kemandirian. Orang dewasa secara umum mampu

memberikan keselamatan fisik mereka, tetapi yang sakit dan cacat

membutuhkan bantuan.

c. Kebutuhan kasih sayang adalah kebutuhan dimana manusia secara

umum mebutuhkan perasaan bahwa mereka dicintai oleh keluarga

mereka dan bahwa mereka diterima oleh teman sebaya dan oleh

masyarakat.

d. Kebutuhan kepercayaan diri adalah kebutuhan akan harga diri untuk

diakui akan keberadaannya. Kebutuhan kepercayaan diri berhubungan


16

dengan keinginan terhadap kekuatan, pencapaian, rasa cukup,

kompetensi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan.

e. Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan tingkat kebutuhan yang paling

tinggi dalam hirarki Maslow. Menurut teori, pada saat manusia sudah

memenuhi seluruh kebutuhan pada tingkatan yang lebih rendah, hal

tersebut melaluiaktualisasi diri dikatakan bahwa mereka mencapai

potensi mereka yang paling maksimal.

Jika kebutuhan–kebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan timbul

masalah–masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang akan

menurunkan kemandiriannya. Kemandirian lanjut usia dapat dilihat dari

kemampuan untuk melawan aktivitas normal sehari-hari (Activity of

Daily Living). Kemandirian lansia tidak hanya dapat diukur dari

kemampuan mereka dalam beradaptasi dan beraktivitas normal sehari-

hari dari kemampuan mereka dalam beradaptasi dan beraktivitas normal

sehari-hari, tetapi juga dari kondisi tubuh ataupun kesehatan lansia.

Semakin lemah kondisi kesehatan lansia semakian berkurang pula

tingkat kemampuan mereka dalam beraktivitas (Yunita, 2010).

B. Activity Daily Living (ADL)

1. Pengertian

Activity Daily Living adalah suatu bentuk energi atau kemampuan

bergerak pada seseorang secara bebas, mudah dan teratur untuk mencapai

suatu tujuan, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara

mandiri maupun dengan bantuan orang lain atau keluarga (Suciati, 2014).
17

Activity Daily Living merupakan suatu bentuk pengukuran

kemampuan seseorang untuk melakukan activity of daily livingsecara

mandiri. Penentuan kemandirian fungsional dapat mengidentifikasi

kemampuan dan keterbatasan klien sehingga memudahkan pemilihan

intervensi yang tepat (Maryam, 2011). Kemandirian adalah kemampuan

atau keadaan dimana individu mampu mengurus atau mengatasi

kepentingannya sendiri tanpa bergantung dengan orang lain. Kemandirian

bagi lansia juga dapat dilihat dari kualitas hidup. Kualitas hidup lansia

dapat dinilai dari kemampuan melakukan activity of daily living (Maryam,

2011).

Menurut teori konsep keperawatan Roper, Logan Dan Tierney

1996 dalam Dingwall (2014) bahwa individu terlibat dalam proses

kehidupan sejak konsepsi hingga kematian dan agar tetap hidup, aktivitas

kehidupan harus tetap dilakukan. Kemampuan untuk mengelola aktivitas

tersebut berubah di sepanjang rentan kehidupan. Aktivitas kehidupan

menurut Roper, Logan Dan Tierney 1996 yaitu:

a. Mempertahankan lingkungan yang aman

Dalam hal ini lansia mampu memahami resiko dan bahaya yang ada

disekitarnya, terbebas dari nyeri, mengetahui karakteristik nyeri yang

dirasakan.

b. Bernafas

Merupakan aktifitas yang paling mendasar bagi lansia. Hal hal yang

dapat dikaji saat lansia mengalami masalah pernafasan adalah penyakit


18

yang mempengaruhi pernafasan lansia, frekuensi pernafasan, lansia

mengalami sesak nafas ketika melakukan usaha bernafas, adanya

bantuan terapi oksigen saat lansia mengalami masalah pernafasan.

c. Berkomunikasi

Hal yang dapat dikaji dari berkomunikasi pada lansia yaitu lansia

mampu menyampaikan kebutuhan mereka.

d. Mobilisasi

Lansia mampu bergerak dengan bebas, memiliki atau tidak memiliki

masalah yang lansia alami terkait dengan mobilisasi.

e. Makan dan minum

Salah satu kebutuhan dasar lansia terkait nutrisi dari lansia tersebut

yang dapat dikaji adalah ada atau tidaknya masalah yang terjadi pada

nutrisi yang disebabkan oleh kesehatan atau kebersihan mulut.

f. Eliminasi

Hal ini berkaitan dengan apakah lansia mampu mengontrol keinginan

untuk berkemih dan mengontrol defekasi dan lansia mampu menjaga

kebersihan diri setelah eliminasi.

g. Mempertahankan suhu tubuh

Mempertahankan suhu tubuh pada lansia yaitu apakah lansia merasa

kedinginan, apakah lansia merasa demam, suhu ruangan atau rumah

lansia nyaman, dan lansia mampu menyesuaikan pakaian jika merasa

terlalu panas atau dingin.

h. Tidur
19

Tidur pada lansia sangat penting sama seperti kebutuhan dasar lainnya.

Masalah tidur pada lansia dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu

gangguan saat memasuki tidur, kesulitan tidur nyenyak dan bangun

terlalu pagi. Dalam hal ini gangguan dalam tidur dapat mempengaruhi

aktivitas.

i. Mengekspresikan seksualitas

Lansia akan merasa bahwa mengekspresikan seksualitas pada lansia

diantaranya hal-hal yang mempengaruhi kemampuan lansia untuk

menjalin hubungan dengan pasangannya.

Menurut Setiati (2009) activity daily living (ADL) lansia meliputi:

a. Aktivitas hidup sehari-hari dasar

1). Makan

2). Berpakaian

3). Berjalan (ambulasi)

4). Eliminasi : BAB dan BAK

5). Mandi

6). Bergerak (dari tempat tidur atau toilet)

7). Berkomunikasi

b. Aktivitas hidup sehari-hari instrumental

1). Menulis

2). Membaca

3). Memasak

4). Membersihkan pakaian


20

5). Memakai telepon

6). Menangani keuangan mampu memperjuangkan tugas yang dibayar

atau pekerjaan diluar rumah

7). Mampu memperlakukan perjalanan jauh (menggunakan

transportasi).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian

Menurut Suciati (2014), faktor yang mempengaruhi kemandirian

diantaranya;

a. Tingkat Usia dan Satus Perkembangan

Lanjut usia berjalan lebih lambat dan tampak kurang

terkoordinasi. Lanjut usia juga membuat langkah yang lebih pendek,

menjaga kaki mereka lebih dekat bersamaan sehingga mengurangi dasar

dukungan. Keseimbangan tubuh tidak stabil dan lansia sangat berisiko

untuk jatuh dan cedera.

b. Kesehatan Fisik (Proses Penyakit/ Cedera)

Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas

karena dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh, orang

yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan

dalam ekstremitas bagian bawah.

c. Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan aktvitas

seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan

sehari-hari.
21

d. Emosi

Rasa aman dan gembira dapat mempengaruhi aktivitas tubuh

seseorang. Keresahan dan kesusahan dapat menghilangkan semangat,

yang kemudian sering dimanifestasikan dengan kurangnya aktivitas.

e. Tingkat Energi

Energi adalah sumber untuk melakukan aktivitas. Agar seseorang

dapat melakukan aktivitas dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup.

f. Kebudayaan

Kemampuan melakukan aktivitas dapat juga dipengaruhi

kebudayaan. Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering

berjalan jauh memiliki kemampuan aktivitas yang kuat; sebaliknya ada

orang yang mengalami gangguan aktivitas (sakit) karena adat dan budaya

tertentu dilarang untuk beraktivitas.

g. Pekerjaan

Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktivitas bila

dibandingkan dengan petani atau buruh.

h. Nutrisi

Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot, dan

obesitas dapat menyebabkan pergerakan menjadi kurang bebas.

3. Pengkajian Aktivitas sehari-hari

Alat pengkajian status fungsional lansia meliputi pengkajian

terhadap kemampuan dalam melakukan aktifitas sehrai-hari (Activity Daily

Living/ ADL). Beberapa instrumen ADL sangat membantu untuk mengkaji


22

lansia yang dianggap rentan. Lansia yang rentang adalah lansia yang perlu

dibantu dalam pelaksanaan ADL nya, sehingga berefek pada perilaku dan

kualitas hidupnya. Lansia yang perlu dibantu dalam pelaksanaan ADL nya,

sehingga berefek pada perilaku dan kualitas hidupnya. Lansia yang rentan

akan sangat bergantung pada keluarga atau terganggu dalam melaksanakan

aktivitas sehari-hari. (Dewi, 2014)

Berikut adalah instrumen yang dapat digunakan untuk mengkaji

kemampuan lansia dalam melakukan ADL. (Dewi, 2014)

1. Indek Barthel

Indeks barthel merupakan suatu instrument pengukuran yang berfungsi

mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan

mobilitas serta dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam menilai

kemampuan fungsional bagi lansia yang mengalami gangguan

keseimbangan. Pengukuran yang digunakan untuk mengukur

kemandirian fungsional menggunakan 10 indikator :

Tabel 2.1 Indek Barthel

No Item yang dinilai Nilai


1. Makan 0 = Tidak mampu

(Feeding) 1 = Butuh bantuan memotong,

mengoles mentega, dll

2 = Mandiri (independen)
2. Mandi 0 = Perlu bantuan (dependent)

(Bathing) 1 = Mandiri (or in shower)

3. Perawatan Diri 0 = Perlu bantuan dalam


23

(Grooming) perawatan diri

1 = Mandiri dalam perawatan

muka, rambut, gigi, dan bercukur


4. Berpakaian 0 = Perlu bantuan dalam

(Dressing) berpakaian

1 = Perlu bantuan tapi dapat

mengerjakan sebagian tanpa

bantuan

2 = Mandiri (termasuk

memasang kening baju, menutup

resleting, mengikat sepatu, dll)


5. Buang air 0 = Inkontinensia atau pakai

kecil(Bowel) kateter dan tidak dapat mengatur

sendiri

1 = Kadang-kadang tidak dapat

menahan BAK

2 = Dapat menahan BAK

(contient)
6. Buang air 0 = Inkontinensia (perlu

besar (Bladder) pemberian enema)

1 = Kadang-kadang tidak dapat

menahan BAB

2 = Dapat menahan BAB

(contient)
7. Penggunaan 0 = Tergantung bantuan orang
24

Toilet lain

1 = Membutuhkan bantuan, tapi

dapat melakukan bebrapa hal

sendiri

2 = Mandiri
8. Transfer 1 = Tidak mampu

2 = Butuh bantuan untuk bisa

duduk (2 orang)

3 = Bantuan kecil (1 orang)

4 = Mandiri
9. Mobilitas 1 = Immobile (tidak mampu)

2 = Menggunakan kursi roda

3 = Berjalan dengan bantuan satu

orang

4 = Mandiri (meskipun

menggunakan alat bantu seperti

tongkat)
10 Naik turun 1 = Tidak mampu

tangga 2 = Membutuhkan bantuan (alat

bantu)

2= Mandiri
Interpretasi hasil :

20 = Mandiri

12-19 = Ketergantungan Ringan


25

9-11 = Ketergantungan Sedang

5-8 = Ketergantungan Berat

1.4 = Ketergantungan Total

4. Macam-macam Aktivitas menurut Suciati 2014

a. Aktivitas Penuh

Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak penuh dan

bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran

sehari-hari. Aktivitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter

dari sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

b. Aktivitas Sebagian

Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan

jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh

gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat

dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi.

Pasien paraplegia dapat mengalami aktivitas sebagian pada ekstremitas

bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik.

C. Status Gizi

1. Pengertian

Zat gizi atau nutrients adalah ikatan kimia yang di perlukan tubuh

untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energy, membangun dan

memelihara jaringan, serta mengatur proses proses kehidupan (Almatsier,

2009). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
26

dan penggunaan zat-zat gizi Contoh: Gizi kurang merupakan keadaan

tidak seimbangnya konsumsi makanan dalam tubuh seseorang (Supariasa,

Bakri, & Fajar, 2012).

2. Kebutuhan Gizi Lansia

Penuaan juga berhubungan dengan gangguan pengaturan nafsu

makan dan asupan energi sehingga menimbulkan anoreksia atau obesitas.

Kehilangan berat badan mungkin akan menyebabkan malnutrsi. Manula

mempunyai kecenderungan obesitas harus konsumsi makanan dalam bentuk

padat tetap atau mulai dengan latihan fisik teratur dan dan terus menerus

untuk mencegah kehilangan otot dan menurunnya efek gangguan regulasi

energi yang bersamaan dengan penuaan (Fatmah, 2010).

a. Energi

Kecukupan gizi yang dianjurkan untuk lansia (>60 tahun) pada

pria adalah 2200 kalori pada wanita adalah 1850 kalori. Energi yang

diperlukan diperoleh dari karbohidrat, protein dan lemak. Asupan energi

yang berlebihan akan mempengaruhi terjadinya penyakit degeneratif

karena kelebihan energi akan disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Hal

ini dapat mengakibatkan berat badan lebih (Proverawati, 2011).

b. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul

karbon, hidrogen, dan oksigen. Sebagai salah satu zat gizi, fungsi utama

karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Seiring dengan

bertambahnya usia, gangguan-gangguan fungsional tubuh pada lansia


27

sangat mempengaruhi aktivitas sel tubuh. Hal ini tentunya

akanmempengaruhi sistem pencernaan dan metabolisme pada lansia

dapat berupa kekurangan bahkan kelebihan gizi. Munculnya gangguan-

gangguan ini dapat menimbulkan penyakit tertentu atau sebagai akibat

dari adanya suatu penyakit tertentu (Fatmah, 2010).

c. Protein

Protein adalah suatu substansi kimia dalam makanan yang

terbentuk dari serangkaian atau rantai-rantai asam amino. Prtotein dalam

makanan di dalam tubuh akan berubah menjadi asam amino yang sangat

berguna bagi tubuh yaitu untuk membangun dan memelihara sel, seperti

otot, tulang,enzim, dan sel darah merah. Selain fungsinya sebagai

pembangun dan pemelihara sel, protein juga dapat berfungsi sebagai

sumber energy dengan menyediakan 4 kalori per gram, namun sumber

energi bukan merupkan fungsi utama protein. Pakar gizi menganjurkan

kebutuhan protein lansia dipenuhi dari yang bernilai biologis tinggi

seperti telur, ikan, dan protein hewani lainnya karena kebutuhan asam

amino esensial meningkat pada usia lanjut. Akan tetapi, harus diingat

bahwa konsumsi protein yang berlebihan akan memberatkan kerja ginjal

dan hati (Fatmah, 2010).

d. Lemak

Lemak adalah penyumbang energi terbesar per gramnya

dibandingkan penghasil energi yang lain (karbohidrat dan protein).Satu

gram lemak menghasilkan 9 kilokalori, sedangkan satu gram protein dan


28

karbohidrat masing-masing menghasilkan 4 kilokalori. Fungsi lain dari

lemak adalah sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K untuk keperluan

tubuh (Fatmah, 2010).

3. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Lansia

Faktor- faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi Lansia adalah

diantaranya:

a. Usia

Seiring pertambahan usia, kebutuan zat gizi karbohidrat dan lemak

menurun, sedangkan kebutuhan protein, vitamin, dan mineral meningkat

karena ketiganya berfungsi sebagai antioksidan untuk melindungi sel-sel

tubuh dari radikal bebas (Fatmah, 2010).

b. Jenis Kelamin

Dibandingkan lansia wanita, lansia pria lebih banyak memerlukan

kalori, protein dan lemak. Hal ini disebabkan karena perbedaan tingkat

aktivitas fisik. Hal ini disebabkan karena pria memerlukan zat gizi lebih

banyak dibandingkan (Fatmah, 2010).

c. Faktor Lingkungan

Perubahan lingkungan sosial seperti perubahan kondisi ekonomi karena

pensiun dan kehilangan pasanagan hidup dapat membuat lansia merasa

terisolasi dari kehidupan sosial dan mengalami depresi. Akibatnya,

lansia kehilangan nafsu makan yang berdampak pada penurunan status

gizi lansia ( Fatmah, 2010).

d. Penurunan Aktivitas Fisik


29

Semakin bertambahnya usia sesorang, maka aktivitas fisik yang

dilakukannya semakin menurun. Hal ini terkait dengan penurunan

kemampuan fisik yang menurun, asupan energi harus dikurangi untuk

mencapai keseimbangan antara masukan energi dan keluaran energi.

Aktivitas fisik yang memadai diperlukan untuk mengontol berat badan.

Penurunan aktivitas fisik pada lansia dapat meningkatkan risiko

penyakit degeneratif (Fatmah, 2010).

4. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi masyarakat melibatkan dua unsur penting yaitu;

kebutuhan manusia dan asupan makanan. Jika kedua unsur ini berada

dalam keseimbangan, status gizi menjadi normal sedangkan gizi kurang atau

lebih di anggap abnormal. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan

beberapa cara antara lain; pemeriksaan klinis, tes biokimia, dan pemeriksaan

antropometer (Supariasa, 2012).

Antropometri adalah pengukuran dari berbagai dimensi fisik tubuh

dan komposisi tubuh secara kasar pada beberapa tingkat umur dan tingkat

gizi, cara ini sudah digunakan secara meluas dalam pengukuran status gizi,

terutama pada ketidak seimbangan yang menahun antar asupan energi dan

protein (Proverawati, dkk 2010).Antropometri yang paling sering digunakan

adalah Ukuran Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) atau Panjang

Badan, kadang-kadang pula digunakan ukuran Lengan Atas (LILA), dan

Lingkar Kepala.

a. Berat badan
30

Merupakan ukuran antropometri terpenting dan paling sering

digunakan dan hasilnya cukup akurat (Supariasa dkk, 2012). Berat

badan juga merupakan komposit pengukuran ukuran total tubuh.

Pengukuran berat badan juga dapat memberikan gambaran status gizi

seseorang dengan mengetahu indeks massa tubuh. Pengukuran berat

badan ini menggunakan timbangan injak (bathroomscale).Subjek

diukur dalam posisi berdiri dengan ketentuan subjek memakain

pakaian seminimal mungkin, tanpa isi kantong dan sandal.Pembacaan

skala dilakukan pada alat dengan ketelitian 0,1 kg (Fatmah, 2010).

b. Tinggi badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang

lalu dengan keadaan yang sekarang, jika umur tidak diketahui. Tinggi

badan memberikan gambaran pertumbuhan tulang yang sejalan

dengan pertumbuhan umur. Tinggi badan juga erat kaitannya dengan

masalah sosial ekonomi. Oleh sebab itu indeks ini selain digunakan

sebagai indikator status gizi juga dipakai untuk melihat keadaan

perkembangan sosial ekonomi (Nugroho, 2008).

c. Lingkar Lengan Atas

Pengukuran LLA atau LILA dapat digunakan untuk mengetahui status

gizi bayi, balita, bumil, anak sekolah serta dewasa. Indes ini dapat

digunakan tanpa mengetahui umur. Lingkaran otot lengan merupakan

gambaran dari masa otot tubuh (Proverawati, dkk 2008).

d. Cara mengukur Status Gizi


31

Tubuh dilaporkan sangat mudah kehilangan berat badan dan masalah

masalah gizi lainnya. Untuk mendapatkan angka yang tepat untuk

tinggi badan lansia merupakan persoalan yang sulit karena hilangnya

mineralisasi vertebra dan semua volume intervertebralis yang

berakibat pada hilangnya tinggi badan. Tinggi lutut erat kaitannya

dengan tinggi badan sehingga data tinggi badan di dapatkan dari tinggi

lutut bagi orang yang tidak dapat berdiri tegak. Menurut Nugroho

(2008) untuk mendapatkan data tinggi badan, tinggi badan

menggunakan formula sebagai berikut;

1). Untuk pria :

(2,02 × tinggi lutut (cm) ) – (0,04 × umur (tahun) + 64,19

2). Untuk wanita :

(1,83 × tinggi lutut (cm) ) ‒ (0,24 × umur (tahun) + 84,44

Status gizi merupakan komponen yang terdiri dari beberapa masukan

makanan terhadap kecukupan gizi yang dapat dilihat dengan Indeks

Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan alat sederhana untuk

memantau status gizi khususnya yang berkaitan dengan kekurangan

dan kelebihan berat badan (Nugroho, 2008). Status gizi dinilai dengan

cara pengukuran berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (m²)

yang dinyatakan dalam IMT.

Kategori status gizi lansia berdasarkan Indeks Masa Tubuh (Depkes

RI, 2005) seperti dalam tabel berikut :

Tabel 2.2 Indek Masa Tubuh Lansia


32

IMT Status Gizi


<18,5 kg/m² Gizi Kurang
18,5 ‒ 25 kg/m² Gizi Normal
>25 kg/m² Gizi Lebih

5. Status Gizi

Menurut Sediaoetama, (2008) keadaan kesehatan gizi sesuai dengan

tingkat konsumsi dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Gizi lebih (overnutritional state)

Gizi lebih adalah tingkat kesehatan gizi sebagai hasil konsumsi

berlebih. Kondisi ini ternyata mempunyai tingkat kesehatan yang lebih

rendah, meskipun berat badan lebih tinggi dibandingkan berat badan

ideal. Keadaan demikian, timbul penyakit-penyakit tertentu yang sering

dijumpai pada orang kegemukan seperti : penyakit kardiovaskuler yang

menyerang jantung dan sistem pembuluh darah, hipertensi, diabetes

mellitus dan lainnya.

b. Gizi baik (eunutritional state)

Tingkat kesehatan gizi terbaik yaitu kesehatan gizi optimum

(eunutritional state).Dalam kondisi ini jaringan penuh oleh semua zat

tersebut.Tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya kerja dan

efisiensi yang sebaik-baiknya.Tubuh juga mempunyai daya tahan yang

setinggi-tingginya.

c. Gizi kurang (undernutrition)

Gizi kurang merupakan tingkat kesehatan gizi sebagai hasil

konsumsi defisien. Mengakibatkan terjadi gejala-gejala penyakit


33

defisiensi gizi. Berat badan akan lebih rendah dari berat badan ideal dan

penyediaan zat-zat gizi bagi jaringan tidak mencukupi, sehingga akan

menghambat fungsi jaringan tersebut.

D. Kerangka Teori

Lansia Menurut WHO :

Seseorang yang telah memasuki


usia 60 tahun keatas

Faktor yang mempengaruhi Activity Daily Living (ADL)


kemandirian : 1. Makan/minum
2. Mandi
a. Tingkat usia dan 3. Perawatan Diri
perkembangan 4. Berpakaian
b. Kesehatan fisik 5. Buang air kecil
c. Gaya hidup 6. Buang air besar
d. Emosi 7. Penggunaan Toilet
e. Tingkat energi 8. Transfer
f. Kebudayaan 9. Mobilitas
g. Pekerjaan 10.Naik turun tangga
h. Keadaan Nutrisi/ gizi
34

Tingkat Kemandirian dalam


Status Gizi Pemenuhan ADL:
1. Gizi Kurang 1. Mandiri
2. Gizi Baik/ Normal
2. Ketergantungan Ringan
3. Gizi Lebih
3. Ketergantungan Sedang
4. Ketergantungan Berat
5. Ketergantungan Total
Keterangan :

= tidak diteliti

= diteliti

Gambar 2.1. Kerangka Teori


Sumber : Nugroho (2008), Suciati (2014), Sediaoetama (2008), Dewi (2014)

E. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat Kemandirian dalam


Status Gizi
Pemenuhan ADL

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

F. Hipotesa

Hipotesa penelitian adalah jawaban sementara penelitian, patokan

duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam

penelitian tersebut (Setiadi, 2007). Adapun hipotesa dalam penelitian ini yaitu

ada hubungan status gizi dengan tingkat kemandirian dalam pemenuhan


35

Activity Daily Living (ADL) pada Lansia di Desa Kledung Karangdalem

Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional yaitu

mengkaji hubungan antara variabel, dengan tujuan mengungkapkan hubungan

korelatif antar variabel. Hubungan korelatif mengacu pada kecenderungan

bahwa variasi suatu variabel diikuti oleh variasi variabel yang lain (Nursalam,

2011).
36

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

studi potong lintang (cross-sectional), yang menekankan waktu

pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali

pada satu saat (Nursalam, 2011). Desain penelitian ini digunakan untuk

mengetahui hubungan status gizi dengan pemenuhan activity daily living

(ADL) pada lansia di Desa Kledung Karangdalem Kecamatan Banyuurip

Kabupaten Purworejo.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Kledung Karangdalem

Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo. Penelitianakan dilaksanakan

pada bulan September 2018.


37

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Notoatmojo,

2012). Populasi pada penelitian ini adalah lansia di Desa Kledung

Karangdalem Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo sebanyak 252

lansia dengan jumlah laki-laki 125 dan perempuan 127 orang.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2012).

Sampel pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan metode

purposive sampling, dilakukan pengambilan sampel didasarkan pada

suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh penleliti sendiri,

berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya (Notoatmojo, 2012). Penentuan sampel dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh

Nursalam (2011) :

N
n:
1+N ( d )2

Keterangan:

N= Besar populasi

n = Besar sampel

d = Tingkat signifikan (0,1)


38

n: 252
1 + 252 (0,1)²

n = 71,59 71

Berdasarkan perhitungan diatas, sampel yang digunakan adalah

71 responden. Pemilihan responden didasarkan pada kriteria sebagai

berikut:

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2012). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Lansia yang berumur ≥ 60 tahun

2) Lansia yang bersedia menjadi responden

3) Mampu melakukan komunikasi secara verbal (kooperatif)

4) Lansia yang tidak sedang menjalani perawatan di rumah sakit

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak

dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Kriteria eksklusi

dalam penelitian ini adalah:

1) Lansia dengan gangguan jiwa

2) Lansia yang menolak untuk diwawancarai

3) Lansia yang tidak ada pada saat pengukuran


39

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

beda terhadap sesuatu (Nursalam, 2011). Jenis-jenis variabel dalam penelitian

ini adalah:

1. Variabel independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini

adalah status gizi lansia.

2. Variabel dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau nilainya

ditentukan oleh variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah tingkat kemandirian dalam pemenuhan activity daily living (ADL)

pada lansia di Desa Kledung Karangdalem Kecamatan Banyuurip

Kabupaten Purworejo.

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Definisi Skala
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Independen: Ekspresi dari Timbangan Total skor Ordinal

Status Gizi keadaan injak (digital), jawaban

keseimbangan microtoise, responden

dalam bentuk dan pita dikategorikan


40

Definisi Skala
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
variabel tertentu, meteran menjadi:

atau perwujudan 1. Status Gizi

dari nutriture Lebih (> 25)

dalam bentuk 2. Status Gizi

variabel tertentu. Normal (>

18,5 ‒ 25,0)

3. Status Gizi

Kurus(<18,5)

Dependen: Kemampuan Menggunakan Total skor Ordinal

Kemandiria atau keadaan kuesioner jawaban

n dalam dimana individu yang terdiri responden:

pemenuhan mampu dari 10 1. Mandiri:

ADL mengurus atau pertanyaan skor 20

mengatasi dengan 2. Ketergantung

kepentingannya menggunakan an Ringan:

sendiri tanpa Indeks Barthel skor (12‒19)

bergantung 3. Ketergantung

dengan orang an Sedang:

lain skor (9‒12)

4. Ketergantung
41

Definisi Skala
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
an Berat:

skor (5‒8)

5. Ketergantung

an Total:

skor (0‒4)

F. Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Data primer

Data primer dikumpulkan dari responden . status gizi diperoleh data

melalui pengukuran antropometri dengan menggunakan timbangan

injak untuk mengukur berat badan, mikrotoise untuk mengukur

tinggi badan, dan pita untuk mengukur tinggi lutut.

b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh melalui data dari kelurahan dan posyandu

lansia di Desa Kledung Karangdalem Kecamatan Banyuurip

Kabupaten Purworejo.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

a. Prosedur Perijinan
42

1). Peneliti mengajukan permohonan ijin untuk studi pendahuluan

kepada Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo

Ungaran.

2). Setelah mendapatkan ijin dari Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Ngudi Waluyo Ungaran peneliti mengajukan

permohonan ijin penelitian di kantor Dinas Penanaman Modal

Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Purworejo.

3). Menyampaikan surat ijin studi pendahuluan kepada Kepala

Bappeda Kabupaten Purworejo, Kepala Kesbangpol Kabupaten

Purworejo, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo

4). Menyampaikan surat pengantar kepada Kepala Desa Kledung

Karangdalem Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo

5). Menyampaikan surat rekomendasi dari kampus kepada Kepala

Desa Kledung Karangdalem Kecamatan Banyuurip Kabupaten

Purworejo.

b. Prosedur penentuan asisten

1). Peneliti meminta 2 orang sarjana keperawatan untuk membantu

peneliti dalam melakukan penelitian.

2). Peneliti dan asisten peneliti melakukan persamaan persepsi yang

dilakukan dengan cara:


43

a). Peneliti dan asisten peneliti menentukan responden yang

dijadikan sebagai sampel dalam penelitian sesuai dengan

kriteria yang sudah ditentukan oleh peneliti

b). Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat dari penelitian

kepada asisten.

3. Peneliti kemudian membagi tugas dengan asisten peneliti

c. Tahap Pelaksanaan

1. Peneliti dan asisten peneliti melakukan penelitian kepada

responden di Desa Kledung Karangdalem Kecamatan Banyuurip

Kabupaten Purworejo dengan cara memperkenalkan diri serta

memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian.

2. Apabila responden yang diteliti menyatakan setuju untuk

membantu penelitian, maka dipersilahkan untuk membaca lembar

persetujuan kemudian menandatangani sebagai bukti bahwa secara

sukarela ikut berpartisipasi dalam penelitian.

3. Responden dibagikan kuesioner yang mengukur variabel tingkat

kemandirian dalam pemenuhan activity daily living (ADL),

kemudian responden dipersilahkan untuk mengisi pertanyaan yang

diajukan setelah mempelajari terlebih dahulu.

4. Peneliti dan dua asisten peneliti melakukan pengukuran status gizi

dengan cara mengukur berat badan responden menggunakan

timbangan injak, microtoise untuk mengukur tinggi badan dan pita

meteran untuk mengukur tinggi lutut.


44

5. Melakukan pengambilan data tentang status gizi lansia di desa

Kledung Karangdalem.

6. Peneliti dan asisten peneliti meminta kembali kuesioner yang sudah

diisi lengkap oleh responden. Peneliti dan asisten peneliti

melakukan pengecekan terhadap kelengkapan isian data.

3. Instrumen atau alat pengumpulan data

Alat pengumpulan data pada masing-masing variabel adalah

lembar lembar observasi tentang status gizi dan kuesioner tentang

aktifitas sehari-hari lansia. Lembar kuesioner tentang aktifitas sehari-hari

dirancang sejumah 10 butir indikator, sedangkan alat pengumpul data

status gizi adalah timbangan, alat ukur tinggi badan, dan pita ukur.
45

Kisi-kisi kuesioner aktifitas hidup sehari-hari pada lansia

Tabel 3.2. Kisi-kisi kuesioner aktifitas hidup sehari-hari pada lansia

No Indikator Nomor Pertanyaan Jumlah Pertanyaan


1. Makan 1 1
2. Mandi 2 1
3. Membersihkan Diri 3 1
4. Berpakaian 4 1
5. BAK 5 1
6. BAB 6 1
7. Penggunaan Toilet 7 1
8. Transfer 8 1
9. Berjalan/Mobilisasi 9 1
10. Naik turun tangga 10 1
Jumlah 10 1
Lembar pengukuran tentang status gizi yaitu:

Berat badan :..............kg

Tinggi Badan :...............cm

Tinggi Lutut :...............cm

4. Etika penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa kesehatan seringkali

terdapatmasalah etik, oleh karena itu diperlukan sebuah penelitian

(Potter&Perry, 2005),yaitu:

a. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan

kepada seluruh responden yang memenuhi kriteria inklusi untuk

diteliti, dengan tujuan agar responden mengerti dan memahami

maksud dan tujuan penelitian serta bias bekerjasama dengan peneliti.


46

Sebelum warga menjadi responden pada penelitian ini, dilakukan

pemberian informasi terkait dengan penelitian oleh peneliti.

Kemudian setelah warga bersedia menjadi responden, warga

menandatangani lembar informed consent penelitian.

b. Kerahasiaan (Confidentialy)

Setiap manusia memiliki hak–hak dasar individu termasuk privasi

dankebebasan individu. Peneliti tidak boleh menampilkan informasi

mengenaiidentitas baik nama maupun alamat asal subyek dalam

kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas dan

kerahasiaan identitas subyek (Yurisa, 2008).

c. Tanpa Nama (Anonimity)

Pengisian lembar kuesioner, nama responden tidak perlu

dicantumkan pada lembar pengumpulan data, tetapi cukup

mencatumkan tanda tangan pada lembar persetujuan sebagai

responden, untuk mengetahui keikutsertaan responden, peneliti

cukup memberikan atau mencantumkan kode pada lembar kuesioner.

d. Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan

secara jujur, hati–hati, professional, berperikemanusiaan, dan

memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, kecermatan,

intimitas, psikologis serta perasaan subyek penelitian (Yurisa, 2008).

e. Kejujuran (Veracity)
47

Dengan kejujuran, responden akan meyakini tugas–tugas peneliti

yang dilaksanakan sehingga tidak menimbulkan rasa cemas dan

curiga bahwa seorang peneliti akan menipu reponden. Aplikasi pada

penelitian ini adalah peneliti memberikan informasi yang jujur

terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.

G. Pengolahan Data

Dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk mengolah data dengan

program SPSS dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Peneliti melakukan untuk pengecekan data, kelengkapan

pengisian, kesalahan dan konsistensi dari setiap jawaban dan isian data

setelah semua responden selesai menjawab pertanyaan yang diajukan

dalam kuesioner. Editing dilakukan setelah semua instrumen terkumpul.

2. Scoring

Peneliti memberi skor atau nilai pada masing-masing jawaban

responden dari setiap variabel setelah semua kuesioner terkumpul.

Pemberian skor untuk jawaban pada variabel aktifitas sehari-hari untuk

soal kuesioner no 1,4,7 dan 10; tidak mampu diberi skor 0, butuh bantuan

diberi skor 1, mandiri diberi skor 2. Untuk soal kuesioner no 2 dan 3;

perlu bantuan diberi skor 0, mandiri diberi skor 1. Untuk soal kuesioner

no 5 dan 6; inkontinensia diberi skor 0, kadang-kadang tidak dapat

menahan diberi skor 1, dapat menahan diberi skor 2. Dan untuk soal

kuesioner no 8 dan 9; tidak mampu diberi skor 0, butuh


48

bantuan/menggunakan kursi roda diberi skor 1, bantuan kecil diberi skor

2, mandiri diberi skor 3.

3. Coding

Untuk mempermudah proses pengumpulan data, maka tiap data

yang telah diperoleh diberikan kode atau nomor urut responden.

Penentuan kode untuk variabel aktifitas hidup sehari-hari yaitu:

a. Mandiri diberi kode 4

b. Ketergantungan ringan diberi kode 3

c. Ketergantungan sedang diberi kode 2

d. Ketergantungan berat diberi kode 1

e. Ketergantungan total diberi kode 0

Penentuan kode untuk status gizi:

a. Status gizi lebih diberi kode 2

b. Status gizi normal diberikan kode 1

c. Status gizi kurang diberikan kode 0

4. Data Entry (Memasukkan Data)

Yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau

kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

5. Cleaning (Pembersihan Data)

Merupakan proses pengecekan kembali data-data yang telah

dimasukkan untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan

kode, atau ketidaklengkapan saat proses entry disesuaikan dengan

jawaban responden dan hasil pengambilan data penelitian


49

H. Analisis Data

Merupakan bagian yang sangat penting untuk memperoleh gambaran

dari hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian,

membuktikan hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan,

memperoleh kesimpulan secara umum dari penelitian yang merupakan

konstribusi dalam pengembangan ilmu yang bersangkutan (Notoatmodjo,

2012).

1. Analisis Univariat (Analisis Deskriptif)

Analisis Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariate tergantung

dari jenis datannya. Pada umumnya dalam alalisis ini hanya menghasilkan

distribusi frekuensi dan prosentasi dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2012).

Dalam penelitian ini yang dianalisa adalah variabel tentang :

a. Gambaran status gizi pada lansia di Desa Kledung Karangdalem

Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo.

b. Gambaran tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan ADL di

Desa Kledung Karangdalem Kecamatan Banyuurip Kabupaten

Purworejo

Pengujian masing-masing variabel dengan menggunakan tabel dan

diinterpretasikan berdasarkan hasil yang diperoleh. Setelah data primer

dimasukkan dalam tabel tabulasi kemudian dimasukkan ke dalam tabel

distribusi frekuensi dengan mengunakan rumus:

F
P= x 100 %
ΣN
50

Keterangan

P = Prosentase

F = Frekuensi variabel

ΣN = Jumlah total frekuensi variable

2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat yaitu menganalisis variabel-variabel penelitian

guna menguji hipotesis penelitian serta untuk melihat hubungan antara

variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Analisis bivariat dalam penelitian

ini untuk mengetahui hubungan status gizi dengan pemenuhan Activity

Daily Living (ADL) pada Lansia di Kelurahan Kledung Karangdalem

Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo. Uji yang digunakan

menggunakan chi- kuadrat. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square

dengan rumus :
k
2 ( fo−fh)2
x =∑
i=1 fh

Keterangan :

X2 : Chi Kuadrat

f0 : Frekuensi yang diobservasi

fh : Frekuensi yang diharapkan (Sugiyono, 2012).

Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai p < α (0,05) maka ada hubungan antara variabel bebas

(status gizi lansia) terhadap variabel terikat (Activity Daily Living /

ADL).
51

b. Jika nilai p > α (0,05) maka tidak ada hubungan antara variabel bebas

(status gizi lansia) terhadap variabel terikat (Activity Daily Living /

ADL).

DAFTAR PUSTAKA

Alfyanita A, dkk. 2016. Hubungan tingkat kemandirian dalam melakukan AKS &
status gizi pada usia lanjut di panti sosial Tresna Wredha Sabai Nan
Aluih Sicincin..Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.
Almatsier,S. (2011).Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Andriani, M & Babang Wirjatmadi. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan.
Jakarta : Kencana Pranada Media Grup
A.V. Zelvya.P & Noordia. A. 2014. Hubungan status gizi terhadap kebugaran
lansia di paguyuban senam Karang Weda Jembangan Surabaya.
Jurusan Penkesrek FIK Universitas Negeri Surabaya.
Azmy.U. S. 2017. Hubungan Antara Status Gizi dan Kemandirian Lansia di
Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay. Politeknik
Kesehatan Kemenkes Bandung.
Dewi, S. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik/ oleh Sofia Rhosma Dewi, Ed.
I,Cet.I. Yogyakarta : Deepublish, Maret 2014.
Eka Ediawati. 2012. Gambaran Tingkat Kemandirian dalam Activity of Daily
Living dan Resiko Jatuh pada Lansia di panti Sosial Tresna Wredha
Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur. Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga : Jakarta
Kementrian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia
Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan
Komunitas.
Maryam, Siti. 2008. “Menengenal Usia Lanjut dan Perawatannya”. Jakarta:
Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. (2012).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nugroho (2008). Keperawatan Gerontik. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian. Jakarta :
Salemba Medika.
Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuhu Medika.
52

Proverawati, A dan Wati, E K. 2011. Ilmu Gizi untuk Perawat dan Gizi
Kesehatan.YuliaMedika. Yogyakarta.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,
dan. Praktik. Edisi 4 volume 1. Jakarta : EGC
R, Anis. I. N, dkk. 2012 .Kualitas Hidup Lanjut Usia. Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga.
Samper, T.P.,Odl, R.P.,& Mario, E.K. 2017. Hubungan Interaksi Sosial dengan
Kalitas Hidup Lansia di BPLU Senja Cerah Provinsi Sulawesi Utara.
E-Journal Keperawatan.
Sediaoetama. A. D. (2008). Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta:
Dian Rakyat
Setiadi. (2007).Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha.
Ilmu.
Setiati, Siti. 2009. Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan untuk Mengasuh
Orang Usia Lanjut. Jakarta : PKUI
Setiawan, H. A. (2009).Kemandirian pada Lansia -Tugas
KeperawatanGerontik.Malang: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kepanjen.
Stanley, M. dan Patricia G.B. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik .
Jakarta:EGC
Suciati, D. 2014. Ilmu Keperawatan Dasar (IDK). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
2014
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dan kuantitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta
Sunaryo, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Andi.
Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC.Jakarta
Supariasa, dkk. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Kedokteran EGC.
Yunita. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.
Yurisa W. 2008. Etika Penelitian Kesehatan. Riau: University of Riau
53

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Consent)

Assalamualaikum Wr. Wb.


Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan Transfer Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran:
Nama : Mieke Oktavia Purnama
NIM : 010217A022
Bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Status Gizi
Dengan Pemenuhan Activity Daily Living (ADL) Pada Lansia Di Desa
Kledungkarangdalem Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo”.Untuk
terlaksananya kegiatan tersebut, Saya mohon kesediaan Saudara untuk
berpartisipasi dengan cara mengisi kuesioner berikut. Jawaban Saudara akan saya
jamin kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.
Apabila saudara berkenan mengisi kuesioner yang terlampir, mohon kiranya
Saudara terlebih dahulu besedia menandatangani lembar persetujuan menjadi
responden (Informed Consent). Demikian permohonan Saya, atas perhatian serta
kerjasamanya Saudara dalam penelitian ini, Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Peneliti

(Mieke Oktavia Purnama)


54

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Inisial :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :

Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian yang


dilakukan oleh Mieke Oktavia Purnama (010217A022), mahasiswa Fakultas
Keperawatan, Program Studi S1 Keperawatan Transfer Universitas Ngudi Waluyo
Ungaran yang berjudul “Hubungan Status Gizi Dengan Pemenuhan Activity
Daily Living (ADL) Pada Lansia Di Desa Kledung Karangdalem Kecamatan
Banyuurip Kabupaten Purworejo”. Saya mengerti dan memahami bahwa
penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap saya, oleh karena itu saya
bersedia untuk menjadi responden pada penelitian ini.

Purworejo,.....................2018
Responden

( )
55

LEMBAR KUESIONER

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PEMENUHAN ACTIVITY DAILY


LIVING (ADL) PADA LANSIA DI DESA KLEDUNG KARANGDALEM
KECAMATAN BANYUURIP KABUPATEN PURWOREJO

Tujuan :

Lembar kuesioner ini dibuat untuk mengetahui “Hubungan status gizi dengan
pemenuhan Activity Daily Living (ADL) pada lansia di Desa Kledung
Karangdalem Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo”.
Petunjuk :
1. Beri tanda (√) pada kolom pernyataan yang Bapak/Ibu anggap tepat
atau sesuai dengan yang dialami
2. Jika Bapak/Ibu salah mengisi jawaban atau ingin memperbaiki
jawaban, coret jawaban tersebut dan beri tanda (√) pada jawaban yang
dianggap tepat.
Kuesioner Aktivitas Sehari hari

No Aktivitas Kemampuan Skor


1. Bagaimana kemampuan makan - Tidak mampu 0
Bapak/Ibu ? - Butuh bantuan memotong, 1
mengoles mentega, dll
- Mandiri (independen) 2

2. Bagaimana kemampuan Bapak/Ibu - Perlu bantuan (dependent) 0


dalam membersihkan diri - Mandiri (or in shower) 1
(mandi) ?
3. Bagaimana kemampuan - Perlu bantuan dalam 0
Bapak/Ibu dalam membersihkan perawatan diri 1
diri (mengelap muka, menyisir - Mandiri dalam perawatan
rambut, menyikat gigi) ? muka, rambut, gigi, dan
bercukur
4. Bagaimana kemampuan - Perlu bantuan dalam 0
Bapak/Ibu dalam berpakaian berpakaian 1
(menggunakan baju)? - Perlu bantuan tapi dapat
mengerjakan sebagian tanpa
bantuan 2
56

- Mandiri (termasuk memasang


kening baju, menutup
resleting, mengikat sepatu,
dll)
5. Bagaimana kemampuan - Inkontinensia atau pakai 0
Bapak/Ibu dalam mengontrol kateter dan tidak dapat
BAK ? mengatur sendiri 1
- Kadang-kadang tidak dapat
menahan BAK 2
- Dapat menahan BAK
(contient)
6. Bagaimana kemampuan - Inkontinensia (perlu 0
Bapak/Ibu dalam mengontrol BAB pemberian enema)
? - Kadang-kadang tidak dapat 1
menahan BAB
- Dapat menahan BAB 2
(contient)
7. Bagaimana penggunaan toilet - Tergantung bantuan orang 0
(pergi ke/dari WC, lain 1
melepaskan/mengenakan, - Membutuhkan bantuan, tapi
menyiram) Bapak/Ibu ? dapat melakukan bebrapa hal 2
sendiri
- Mandiri
8. Bagaimana kemampuan transfer - Tidak mampu 0
(perpindahan posisi Bapak/Ibu - Butuh bantuan untuk bisa 1
dari posisi tidur ke posisi duduk) ? duduk (2 orang)
- Bantuan kecil (1 orang) 2
- Mandiri 3

9. Bagaimana kemampuan berjalan - Immobile (tidak mampu) 0


(mobilisasi) Bapak/Ibu ? - Menggunakan kursi roda 1
- Berjalan dengan bantuan satu 2
orang
- Mandiri (meskipun 3
menggunakan alat bantu
seperti tongkat)

10 Bagaimana kemampuan - Tidak mampu 0


Bapak/Ibu untuk naik turun tangga - Membutuhkan bantuan (alat 1
? bantu) 2
- Mandiri
Total Skor
Interpretasi Hasil:
20 : Mandiri
57

12-19 : Ketergantungan ringan


9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
LEMBAR OBSERVASI

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PEMENUHAN ACTIVITY DAILY


LIVING (ADL) PADA LANSIA DI DESA KLEDUNG KARANGDALEM
KECAMATAN BANYUURIP KABUPATEN PURWOREJO

A. Identitas

Inisial :

Jenis Kelamin : L/P

Umur :

Pekerjaan :

B. Status Gizi Lansia

Berat Baan :

Tinggi Badan :

Tinggi Lutut :
58
59

Anda mungkin juga menyukai