PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah
dilakukan sejak berabad-abad yang lalu. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih
dari 200 juta jiwa, memiliki lebih kurang 30.000 spesies tumbuhan dan 940
spesies diantaranya termasuk dalam tumbuhan berkhasiat. Tumbuhan tersebut
menghasilkan senyawa metabolit sekunder dengan struktur molekul dan aktifitas
biologi yang beraneka ragam serta memiliki potensi yang sangat baik untuk
dikembangkan menjadi obat berbagai macam penyakit. Salah satu tanaman di
Indonesia yang dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional adalah tanaman
binahong (Anredera cordifolia).1
Tanaman binahong (Anredera cordifolia) adalah tanaman yang tumbuh di
Indonesia, China, Brasil, Australia, Paraguay, Argentina utara, dan Amerika.
Tanaman ini tumbuh dengan mudah didataran rendah dan dataran tingggi. 2
Tanaman ini telah banyak dibudidayakan sebagai tanaman hias didaerah tropis
didunia. Tanaman binahong merupakan tanaman asli dari Brasil dan umumnya
disebut dengan nama pohon anggur Madeira atau pohon Anggur mignonette.
Tanaman binahong di Indonesia masih belum dikenal, namun tanaman ini
merupakan makanan yang dibutuhkan masyarakat Vietnam dan sering digunakan
sebagai sayuran di Taiwan. Tanaman ini diketahui memiliki khasiat penyembuhan
yang luar biasa dan telah digunakan lebih dari ribuan tahun oleh negara China,
Korea, dan Taiwan. Hampir semua bagian tanaman ini seperti batang, umbi dan
daun binahong dapat digunakan dalam terapi herbal.3 Tanaman binahong
mengandung saponin, alkaloid, polifenol, flavonoid dan monopolisakarida.
Flavonoid dapat berkhasiat sebagai anti mikroba, karena flavonoid memiliki peran
langsung sebagai fungsi antibiotik yang memiliki target spektrum yang luas. Daun
binahong memiliki antioksidan, asam askorbat dan senyawa fenolik yang dapat
digunakan sebagai kemampuan melawan bakteri gram positif dan gram negatif
sehingga digunakan dalam pengobatan penyakit menular seksual.3
Staphylococcus epidermidis adalah bakteri gram positif dari genus
staphylococcus yang tumbuh dengan mudah diberbagai medium dan aktif secara
1
metabolik. Organisme ini berkembang pada sebagian besar medium bakteriologik
dalam lingkungan aerobik atau mikroaerofilik, organisme ini paling cepat
berkembang pada suhu 37oC tetapi suhu terbaik untuk menghasilkan pigmen
adalah suhu ruangan 20 – 25oC.4 Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri
yang umum terdapat pada kulit, lendir manusia dan mamalia lainnya. Organisme
ini paling sering berkoloni pada aksila, kepala, dan hidung.5 Sekitar 75% infeksi
yang disebabkan oleh bakteri golongan Stafilokokus koagulase negatif itu
disebabkan dari spesies Staphylococcus epidermidis, infeksi yang disebabkan oleh
Staphylococcus lugdunensis, Staphylococcus warneri, Staphylococcus hominis,
dan spesies lainnya lebih jarang terjadi. Infeksi Staphylococcus epidermidis sulit
disembuhkan karena bakteri ini terdapat dialat protesis. Organisme ini lebih sering
resisten terhadap obat antimikroba dari pada Staphylococcus aureus. Sekitar 75%
strain Staphylococcus epidermidis resisten terhadap obat Nafcillin.4
Penelitian terdahulu oleh Souza pada tahun 2014 menggunakan minyak
esensial dari daun binahong Brazil menunjukan adanya aktivitas penghambatan
terhadap patogen gram positif salah satunya Staphylococcus epidermidis
menunjukan konsentrasi hambat minimum (MIC) 25 μg/mL dan nilai minimum
bakteri bakterisida (MBC) 50 μg/mL.6 Belum ada penelitian tentang pengaruh
daya hambat ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia) yang tumbuh di
Indonesia terhadap Staphylococcus epidermidis, oleh karena itu peneliti tertarik
untuk melakukan suatu penelitian ini.
2
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum peneliti ini ialah untuk mengetahui informasi mengenai
pengaruh daya hambat ekstrak etanol daun binahong terhadap Staphylococcus
epidermidis.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus peneliti ini ialah untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan di setiap konsentrasi ekstrak etanol daun binahong dalam menghambat
pertumbuhan Staphylococcus epidermidis.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
luka.7Selain itu tanaman ini juga bisa digunakan untuk obat radang usus buntu,
disentri, influenza, radang kandung kemih, campak dan cacar air.8
5
Akar tanaman binahong tunggang yang berdaging lunak dan berwarna
coklat.9
d. Rhizoma
Rhizoma adalah umbi yang terdapat di dalam tanah, bercabang dan
tumbuh menjalar, diujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul dipermukaan
tanah dan dapat merupakan suatu tumbuhan baru. Biasanya rhizoma merupakan
tempat penyimpanan cadangan makanan.9
6
Gambar 2.3 Tanaman Binahong9
7
Staphylococcus epidermidis merupakan patogen oportunistik yang hanya
dapat menyebabkan infeksi pada pasien dengan (faktor predisposisi seperti lahir
prematur, cacat imun bawaan) atau kondisi medis seperti infeksi HIV,
imunosupresi setelah transplantasi organ padat dan kemoterapi terkait
neutropenia.13 Karena kurangnya informasi tentang siklus hidup Staphylococcus
epidermidis banyak penelitian telah dilakukan untuk identifikasi mekanisme
patogenitas dan infeksi terkait dari mikroorganisme ini. Bakteri ini dikenal
sebagai penyebab utama infeksi perangkat implan medis seperti peripheralor
central intravenous catheters (CVCs). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan di
Amerika, setidaknya 5 kasus infeksi aliran darah dari 1.000 CVC di ICU, 22%
infeksi tersebut berkorelasi dengan Staphylococcus epidermidis dan
mikroorganisme ini juga dapat mengkotaminasi lensa kontak yang dapat
menyebabkan keratitis mata dan endopthalmitis.12
8
2.3 Hipotesis
H0 : Tidak terdapat pengaruh ekstrak etanol daun binahong dalam menghambat
bakteri Staphylococcus epidermidis.
Ha :Terdapat pengaruh pemberian ekstrak etanol daun binahong dalam
menghambat bakteri Staphylococcus epidermidis.
9
2.4 Kerangka Teori
Daun Binahong
(Anredera cordifolia)
Ekstraksi
Menggunakan
Etanol
Menghambat
Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus epidermidis
Gambar 2.4 Kerangka Teori3
10
2.5 Kerangka Konsep
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
12
3.5 Definisi Operasional
13
cordifoia (Ten) steenis, media cair Nutrient broth (NB), aquades, tween 80, etanol
96%, HCl, Metanol, Mg, FeCl3, NaCl, H2SO4.
14
Dua ratus mg ekstrak dilarutkan dalam 10 ml air, lalu 10 menit dipanaskan
dan disaring. Filtrat ditetesi dengan FeCl3 sebanyak 3 tetes, lalu diamati
perubahan warnanya, hal positif polifenol adalah terbentuknya larutan bewarna
hijau kehitaman atau biru tua, maka bahan tersebut mengandung polifenol.
d. Uji tanin
Masing masing extrak etanol dan daun binahong sebanyak 1 g
ditambahkan 20 mL aquadest, kemudian didinginkan selama 30 menit. kemudian
ditambahkan 5 tetes larutan NaCl 10% kemudian didinginkan dan disaring, filtrat
dibagi menjadi 2. Filtrat 1 (sebagai kontrol), lalu sisa filtrat yang lainnya diuji
dengan cara menambahkan 3 tetes FeCl3. Kemudian dibandingkan dengan warna
larutan kontrol, warna biru hitam menunjukan adanya tanin terhidrolisis dan
warna hijau kecoklatan menunjukan adanya tanin terkondensasi.
e. Uji saponin
Masing-masing ektrak etanol dan daun binahong sebanyak 0,5g
ditambahkan 10 mL air panas dan didinginkan setelah dingin langsung dikocok
kuat selama 10 detik, jika terbentuk buih yang setabil selama 10 menit setinggi 1-
10cm dan setelah ditambahkan 1 tetes HCl 2N buihnya tidak hilang maka
menunjukan adanya senyawa saponin.
f. Uji Steroid dan triterpenoid
Masing-masing ekstrak etanol dan daun binahong sebanyak 1g diekstraksi
dengan n-heksana hingga tidak bewarna kemudian residu extrak ditambahkan 10
mL kloroform dan diaduk selama 5 menit. Diambil lapisan klorofrom dengan
menggunakan pipet dan ditambahkan natrium sulfat anhidrat, disaring dan dibagi
kedalam 2 bagian. Filtrat pertama (sebagai kontrol) bila ada sisa filtrat yang
lainnya ditambahkan 3 tetes asetat anhidrida dalam 1 tetes H2SO4 pekat, dan
diamati perubahan warna yang terjadi dengan dengan kontrol. Jika terbentuk
warna biru hijau atau merah ungu menunjukan senyawa steroid atau triterponoid.
15
Sterilisasi alat digunakan sebelum semua peralatan digunakan yaitu
dengan cara membungkus semua peralatan dengan menggunakan kertas coklat
kemudian dimasukan dalam autoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan 15 pai (per
square inchi) selama 15 menit. alat yang tidak tahan panas tinggi disterilisasikan
dengan alkohol 70%.
16
media NaCl fisiologis 0.9% dan media NB. Didapatkan suspensi bakteri sebanyak
106 bakteri sel/mL, bakteri siap diujikan.
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
18
Gambar 4.1 Gambar daun binahong setelah dikeringkan
Gambar 4.2 (a) Sebelum dilakukan maserasi daun binahong, (b) Hasil maserasi
daun binahong.
19
Tabel 4.1 Hasil uji fitokimia ekstrak etanol daun binahong.
No Uji Senyawa Metabolit Sekunder Hasil
1. Flavanoid -
2. Kuinon +
3. Polifenol +
4. Tanin -
5. Saponin +
6. Steroid -
7. Triterpenoid +
8. Alkaloid +
Gambar 4.3 Zona hambat ekstrak etanol daun binahong terhadap Staphylococcus
epidermidis
20
Tabel 4.2 Hasil zona hambat bakteri Staphylococcus epidermidis.
Perlaku Ulangan Jumlah Rata-rata SD Morales
an I II III
P1 6 mm 6 mm 6 mm 18 mm 6 mm 0,000 Lemah
(25%)
P2 6 mm 6 mm 7 mm 19 mm 6,33 mm 0,5773 Lemah
(50%) 5
P3 6 mm 7 mm 8 mm 21 mm 7 mm 1,000 Sedang
(75%)
P4 (K+) 28,5 30,9 27,9 87,3 29,1 mm 1,5874 Sangat kuat
mm mm mm mm 5
P0 (K-) 6 mm 6 mm 6 mm 18 mm 6 mm 0,000 Lemah
Keterangan :
P0 : Kontrol negatif (Aquadest)
P1 : Ekstrak etanol daun binahong konsentrasi 25%
P2 : Ekstrak etanol daun binahong konsentrasi 50%
P3 : Ekstrak etanol daun binahong konsentrasi 75%
P4 : Kontrol positif (Amoxicilin)
35 30.9
30 28.5 27.9
25
20
15
10 7 7 8
6 6 6 6 6 6 6 6 6
5
0
25 50 75 K+ K-
Untuk mengetahui perbedaan pada setiap perlakuan dan pengulangan dapat dilihat
pada gambar 4.4
21
Gambar 4.4 Grafik hasil perbedaan perlakuan dan pengulangan zona hambat pada
bakteri Staphylococcus epidermidis.
Pada gambar 4.4 dapat diketahui bahwa konsentrasi 25% pada
pengulangan ke 1, 2, 3 diperoleh zona hambat 6 mm, konsentrasi 50% pada
pengulangan ke 1, 2 diperoleh masing – masing 6 mm dan pengulang ke 3
diperoleh 7 mm, pada konsentrasi 75% pengulangan ke 1 didapatkan 6 mm,
pengulangan ke 2 didapatkan 7 mm, pengulangan ke 3 didapatkan 8 mm, dengan
menggunakan kontrol negatif (Aquadest) didapatkan 6 mm. Penggunaan
Amoxicilin sebagai kontrol positif pada pengulangan ke 1 didapatkan 28,5 mm,
pengulangan ke 2 didapatkan 30,9 mm, dan pada pengulangan ke 3 diperoleh 27,9
mm.
Hasil dari uji Kruskal Wallis untuk menunjukan perbedaan dan peringkat
rata-rata pada setiap perlakuan. Pada kasus pemberian Amoxicilin diperoleh hasil
rata-rata paling tinggi yaitu 14.00 dibandingkan dengan pemberian lainnya.
Sedangkan pemberian ekstrak daun binahong memperoleh rata-rata paling tinggi
pada konsentrasi 75% dibandingkan dengan konsentrasi 25%, 50%, dan aquadest.
Secara keseluruhan dari setiap perlakuan dan pemberian konsentrasi pada ekstrak
daun binahong hanya kontrol positif (Amoxicilin) yang sangat berpengaruh.
Dilakukan analisis tabel test dengan menggunakan analisis statistik untuk
mengetahui perbedaan seluruh perlakuan tersebut bermakna secara statistik.
Dari tabel hasil test statistik diperoleh nilai Chi square sebesar F hitung > Ftabel
(10,853 > 5,692) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.
Cara lain untuk mengetahui pengaruhnya dapat dilihat dari nilai asymptomatik
signifikan 0,028 < 0,05 dalam hal ini H o ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat
pengaruh yang bermakna baik dari ekstrak daun binahong, Amoxicilin, dan
aquadest. Hasil Kruskal wallis test memberikan pengaruh yang bermakna pada
22
setiap perlakuan sehingga diperlukan uji lanjut yaitu uji mann whitney untuk
mengetahui perlakuan yang mana saja berbeda secara signifikan.
Tabel 4.4 Perbandingan antar perlakuan
Perlakuan Signifikan
Antar 1 dan 2 0,00
Antar 1 dan 3 0,00
Antar 1 dan 4 0,00
Antar 1 dan 5 0,00
Antar 2 dan 3 4,500
Antar 2 dan 4 3,000
Antar 2 dan 5 1,500
Antar 3 dan 4 3,000
Antar 3 dan 5 1,500
Antar 4 dan 5 2,500
Keterangan :
1. 1 Kontrol positif Amoxicilin
2. 2 Kontrol negatif Aquadest
3. 3 Konsentrasi 25%
4. 4 Konsentrasi 50%
5. 5 Konsentrasi 75%
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikan < 0,05,
ini artinya bahwa berbeda secara bermakna. Sedangkan nilai signifikan > 0,05
artinya tidak berbeda secara bermakna.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Uji Fitokimia
Sebanyak 180 gram binahong (Anredera cordifolia) dilakukan
pengeringan maka diperoleh 170,607 gram. Kemudian dilakukan maserasi dengan
900 ml pelarut etanol 96% selama 3 x 24 jam pada suhu 27 oC untuk mencegah
penguapan pelarut. Larutan hasil maserasi kemudian dipisahkan dari daun dan
larutan. Larutan dipekatkan dengan menggunakan vacum rotary evaporator pada
23
suhu 66oC, pada suhu tersebut etanol dapat menguap dan diperoleh daun binahong
berwarna hijau kehitaman sebanyak 7 gr.
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa ekstrak etanol daun
binahong mengandung senyawa metabolit sekunder antara lain : alkaloid, kuinon,
polifenol, saponin, triterpenoid. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Anis ainurrochmah, Evie ratnasari, Lisa lisdiana
pada tahun 2013 dengan penelitian efektivitas ekstrak daun binahong terhadap
penghambatan pertumbuhan bakteri Shigella flexneri dengan metode sumuran.15
Kandungan flavonoid daun binahong dalam penelitian ini tidak ditemukan.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Widya
Selawa dan Kurniawan yang menyatakan bahwa didalam daun binahong terdapat
senyawa golongan flavonoid.16,17 Hal ini diakibatkan karena perbedaan letak
geografi yang dapat mempengaruhi senyawa metabolik sekunder pada daun
binahong.18 Daun binahong yang digunakan pada penelitian ini hidup di dataran
tinggi dan kondisi tanah serta iklim juga sangat berpengaruh dalam pertumbuhan
senyawa metabolik sekunder pada daun binahong.
24
energi tranduksi terhadap membran sitoplasma bakteri selain itu juga menghambat
motilitas bakteri, mekanisme berbeda dikemukakan Di Carlo et al dan Estrela et al
menyatakan bahwa gugus hidroksil yang terdapat pada struktur senyawa
flavonoid menyebabkan perubahan komponen organik dan transpor nutrisi yang
akhirnya akan mengakibatkan timbulnya efek toksik terhadap bakteri.20
Senyawa lain yang terkandung dalam daun binahong (Anredera cordifolia)
yang dapat menghambat bakteri adalah saponin, alkaloid, dan tanin. Mekanisme
kerja saponin sebagai anti bakteri adalah menurunkan tegangan permukaan
sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan
mengakibatkan senyawa intra seluler akan keluar.21 Sedangkan alkaloid memiliki
kemampuan sebagai antibakteri, dengan cara mengganggu komponen
peptidoglikan sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara sempurna.19
Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim reverse
transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat terbentuk,
dan tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga
pembentukan dinding sel menjadi kurang sempurna. Hal ini menyebabkan sel
bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik sehingga sel bakteri
akan mati.21 Triterpenoid dan polifenol juga terdapat dalam daun binahong.
Triterpenoid memiliki potensi sebagai senyawa antibakteri. Senyawa ini
menghambat pertumbuhan bakteri dengan mekanisme penghambatan terhadap
sintesis protein karena terakumulasi dan meyebabkan perubahan komponen-
komponen penyusun sel bakteri itu sendiri.22 Senyawa polifenol dapat
menghambat enzim pada protein transpor selubung sel bakteri, dan destruksi atau
inaktivasi fungsi materi genetik.23
25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Hasil fitokimia daun binahong mengandung senyawa metabolit sekunder
golongan alkaloid, kuinon, saponin, polifenol, dan triterpenoid.
2. Ekstrak etanol daun binahong terhadap bakteri Staphylococcus
epidermidis dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%, kontrol negatif aquadest
dan kontrol positif Amoxicilin memperoleh zona hambat 6 mm, 6,33 mm,
7 mm, 0 mm, dan 29,1 mm.
3. Terdapat adanya pengaruh pemberian ekstrak etanol daun binahong
terhadap zona hambat bakteri Staphylococcus epidermidis.
4. Terdapat adanya perbedaan pemberian di setiap konsentrasi ekstrak etanol
daun binahong terhadap zona hambat bakteri Staphylococcus epidermidis
dimana semakin tinggi konsentrasi maka semakin kuat daya hambat yang
didapat.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait ekstrak etanol daun
binahong pada konsentrasi yang lebih tinggi dan pengulangan lebih banyak untuk
mendapatkan daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
epidermidis yang lebih maksimal.
26
Daftar Pustaka
27
2013;2(3):233-237.
16. Kurniawan B, Carolia N, Thamrin AA. Uji Efektivitas Antiinflamasi
Ekstrak Daun Bahinong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) pada Tikus
Jantan Galur Sprague Dawley yang Diinduksi Karagenin. Med Fac
Lampung Univ. 2013:10-17.
17. Selawa W, Runtuwene MRJ, Citraningtyas G. Kandungan flavonoid dan
kapasitas antioksidan total ekstrak etanol daun binahong [Anredera
cordifolia(Ten.)Steenis.]. Pharmacon J Ilm Farm - UNSRAT. 2013;2(1):18-
23.
18. Aryati H, Anggarwulan E. Pengaruh Penambahan DL-Triptofan terhadap
Pertumbuhan Kalus dan Produksi Alkaloid-Reserpin Pule Pandak
[ Rauvolfia serpentina ( L .) Bentham ex Kurz . ] secara In Vitro.
2005;3(2):52-56. doi:10.13057/biofar/f030204.
19. Retnowati Y, Bialangi N, Posangi NW. Pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus pada media yang diekspos denganinfus daun
sambiloto (Andrographis paniculata). Saintek. 2011;6(2).
20. Sabir A. Aktivitas antibakteri flavonoid propolis Trigona sp terhadap
bakteri Streptococcus mutans ( in vitro ). 2005;38(3):135-141.
21. Mercy N, Abidjulu J, Vanda S K. Pengaruh Antibakteri Ekstrak Kulit
Batang Matoa ( Pometia pinnata ) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
secara In vitro. Mipa Unsrat. 2013;2(2):128-132.
22. Ferawaty Siregar A, Sabdono A, Pringgenies D. Potensi Antibakteri
Ekstrak Rumput Laut Terhadap Bakteri Penyakit Kulit Pseudomonas
aeruginosa, Staphylococcus epidermidis, dan Micrococcus luteus. J Mar
Res. 2012;1(2):152-160. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr.
23. Maliana Y, Khotimah S, Diba F, Penelitian T. Aktivitas Antibakteri Kulit
Garcinia mangostana Linn . Terhadap Pertumbuhan Flavobacterium dan
Enterobacter Dari Coptotermes curvignathus Holmgren. Protobiont.
2013;2(1):7-11.
28
Lampiran 1. Hasil Penelitian Ekstrak Etanol Daun Binahong
Keterangan :
P0 : Kontrol Negatif (Aquadest) : 0 mm
P1 : Ektrak Etanol daun binahong konsentrasi 25% : 6 mm
P2 : Ektrak Etanol daun binahong konsentrasi 50% : 6,33 mm
P3 : Ektrak Etanol daun binahong konsentrasi 75% : 7 mm
P4 : Kontrol Positif (Amoxicilin) : 29,1 mm
29
Hasil 3 kali pengulangan ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia)
Persiapan
- Cuci - Isolat
- Keringkan - Dibiakan dalam
- Haluskan MHA media agar (NB)
- Maserasi - Pembuatan
- Evaporasi suspensi Bakteri
30
Kelompok Kelompok
Kontrol (Ekstrak) Kontrol
Inkubasi 24 jam
Zona Hambat
Daun Binahong
(Anredra cordifoia (Ten))
Di Bersihkan
7 gr
Hasil penjemuran daun binahong hari Hasil penjemuran daun binahong hari
ke 1 ke 3
32
Hasil penjemuran daun binahong
33
(-) (-) (+) (+)
34
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian
35
Lampiran 8. Surat Selesai Penelitian
36
37