THALASSEMIA
Oleh:
Dokter Pendamping:
Sumarmi, dr
45 KUNINGAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
LAPORAN KASUS
II. Anamnesis
Tanggal : 05-08-2022
Keluhan utama:
3 hari SMRS OS pucat dan badan tampak kuning serta lemas, cepat
lelah. Batuk, pilek, sesak napas, muntah, mimisan, perdarahan gusi,ruam
merah pada kulit, dan bengkak pada badan
Time line:
g/dL, dan didiagnosis Thalassemia β, anemia gravis, dan terapi Transfusi PRC
168cc
• 27/05/2022 : keluhan pucat (+),dengan Hb: 9,4 dan BB: 9,3, didiagnosis
• 25/06/2022 : keluhan pucat (-),dengan Hb: 10,8 dan BB: 8,4, didiagnosis
• 7/7/2022 : keluhan pucat (+),dengan Hb: 8,7 dan BB: 8,7, didiagnosis
Langsung menangis, anak tidak pernah sakit setelah lahir seperti asfiksia, infeksi intra
Riwayat Imunisasi:
Vaksin Umur
0 bulan 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 6 bulan 9 bulan
BCG √
DPT √ √ √
Polio √ √ √ √
Campak √
Hepatitis B √
Kesan: imunisasi lengkap
Pertumbuhan : normal
ASI ekslusif : Pasien minum ASI sejak baru lahir sampai dengan saat ini,
Susu formula : Pasien tidak pernah diberikan susu formula sejak lahir.
Pasien sudah makan bubur susu, nasi tim maupun makanan dewasa.
Data antropometri
o Panjang badan : 75 cm
Tanda vital
o Nadi : 128x/menit
o Pernafasan : 28x/menit
o Bentuk : Normochephali
o Hidung : septum deviasi (-), sekret -/-, nafas cuping hidung -/-
o Mulut : sianosis (-), bibir tampak kering (-), lidah kotor (-), faring
Thorax
o Infeksi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris, retraksi (-)
Jantung
midklavikula kiri
o Perkusi :-
o Batas kanan: sela iga V, linea parastrenalis kanan
Abdomen
o Palpasi : supel, turgor kulit baik, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Kaku kuduk : -
Brudzinski I : -
Lasegue : >70/>70
Kernig : >135/>135
Brudzinski I : -/-
2. Sistem Motorik
Pemeriksaan Labolatorium
Tanggal 17/12/2021
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin 4,7 g/dL 10,8 – 12,8
Leukosit 24.390 /μL 6,0 – 17,0
Hematokrit 9,2% 35,0 – 43,0
Trombosit 453.000 /μL 150 – 450
Eritrosit 1,35 juta /μL 3,60 – 5,20
Indek Eritrosit
MCV 68,1 fL 73 – 101
MCH 34,9 pg 23 – 31
MCHC 51,1 % 26 – 34
HITUNG JENIS LEUKOSIT
Basofil 4% 0–1
Eosinofil 3% 1–6
Neutrofil Batang 0% 2–6
Neutrofil Segmen 20 % 25 – 50
Limfosit 58 % 50 – 77
Monosit 13 % 2.0 – 9.0
NLR 4.3 %
ALC (Abs. Limfosit Count) 14145 >1500
Tanggal 01/10/2021, RSUD 45 KUNINGAN
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Analisa Hb (HPLC)
HbA2 < 0,0 1,75-3,25
HbF 75,1% < 1,0
Tanggal 05/08/2022, pukul 08.01 RSUD 45 KUNINGAN
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin 7,8 g/dL 10,7 – 13,1
Leukosit 7.400 /μL 6,0 – 17,0
Hematokrit 21,7% 35,0 – 43,0
Trombosit 326.000 /μL 150 – 450
Eritrosit 2,84 juta /μL 3,60 – 5,20
Index Eritrosit
MCV 76,2 fL 73 – 101
MCH 27,3 pg 23 – 31
MCHC 35,8 % 26 – 34
MORFOLOGI SEDIAAN APUSAN DARAH TEPI
VI. Diagnosis
VII. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Poli
Edukasi
Lengkapi imunisasi
TTV
JAM
TD Nadi RR Suhu
10.30 - 130 28 36
11.00 (PRC) - 128 28 36
11.05 - 128 28 36
11.15 - 128 28 36
11.30 - 128 28 36
11.45 - 128 28 36
12.00 - 128 28 36
12.15 - 128 28 36
13.00 - 128 28 36,5
14.15 - 130 28 36,2
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi
b. Epidemiologi
Di seluruh dunia, 15 juta orang memiliki presentasi klinis dari thalassemia.
Fakta ini mendukung thalassemia sebagai salah satu penyakit turunan yang terbanyak
menyerang hampir semua golongan etnik dan terdapat pada hampir seluruh negara di
dunia. Beberapa tipe thalassemia lebih umum terdapat pada area tertentu di dunia.
Thalassemia-β lebih sering ditemukan di negara-negara Mediteraniam seperti
Yunani,
Itali dan Spanyol. Banyak pulau-pulau Mediterania seperti Ciprus, Sardinia, dan Malta,
memiliki insidens thalassemia-β mayor yang tinggi secara signifikan. Thalassemia-β
juga umum ditemukan di Afrika Utara, India, Timur Tengah, dan Eropa Timur.
Sebaliknya, thalassemia-α lebih sering ditemukan di Asia Tenggara, India,
TimurTengah, dan Afrika.
Usia
Meskipun thalassemia merupakan penyakit turunan (genetik), usia saat timbulnya
gejala bervariasi secara signifikan. Dalam talasemia, kelainan klinis pada pasien
dengan kasus-kasus yang parah dan temuan hematologik pada pembawa (carrier)
tampak jelas pada saat lahir. Ditemukannya hipokromia dan mikrositosis yang tidak
jelas penyebabnya pada neonatus, digambarkan di bawah ini, sangat mendukung
diagnosis.
Namun, pada thalassemia-β berat, gejala mungkin tidak jelas sampai paruh
kedua tahun pertama kehidupan sampai waktu itu, produksi rantai globin γ dan
penggabungannya ke Hb Fetal dapat menutupi gejala untuk sementara. Bentuk
thalassemia ringan sering ditemukan secara kebetulan pada berbagai usia. Banyak
pasien dengan kondisi thalassemia-β homozigot yang jelas (yaitu, hipokromasia,
mikrositosis, elektroforesis negatif untuk Hb A, bukti bahwa kedua orang tua
terpengaruh) mungkin tidak menunjukkan gejala atau anemia yang signifikan selama
beberapa tahun. Hampir semua pasien dengan kondisi tersebut dikategorikan sebagai
thalassemia-β intermedia. Situasi ini biasanya terjadi jika pasien mengalami mutasi
yang lebih ringan.
c. Patofisiologi
Thalassemia adalah kelainan herediter dari sintesis Hb akibat dari gangguan
produksi rantai globin. Penurunan produksi dari satu atau lebih rantai globin tertentu
(α,β,γ,δ) akan menghentikan sintesis Hb dan menghasilkan ketidakseimbangan dengan
terjadinya produksi rantai globin lain yang normal.
Karena dua tipe rantai globin (α dan non-α) berpasangan antara satu sama lain
dengan rasio hampir 1:1 untuk membentuk Hb normal, maka akan terjadi produksi
berlebihan dari rantai globin yang normal dan terjadi akumulasi rantai tersebut di
dalam sel menyebabkan sel menjadi tidak stabil dan memudahkan terjadinya destruksi
sel. Ketidakseimbangan ini merupakan suatu tanda khas pada semua bentuk
thalassemia. Karena alasan ini, pada sebagian besar thalassemia kurang sesuai disebut
sebagai hemoglobinopati karena pada tipe thalassemia tersebut didapatkan rantai
globin normal secara struktural dan juga karena defeknya terbatas pada menurunnya
produksi dari rantai globin tertentu.
Tipe thalassemia biasanya membawa nama dari rantai yang tereduksi. Reduksi
bervariasi dari mulai sedikit penurunan hingga tidak diproduksi sama sekali (complete
absence). Sebagai contoh, apabila rantai β hanya sedikit diproduksi, tipe thalassemia-
nya dinamakan sebagai thalassemia-β+, sedangkan tipe thalassemia-β° menandakan
bahwa pada tipe tersebut rantai β tidak diproduksi sama sekali. Konsekuensi dari
gangguan produksi rantai globin mengakibatkan berkurangnya deposisi Hb pada sel
darah merah (hipokromatik). Defisiensi Hb menyebabkan sel darah merah menjadi
lebih kecil, yang mengarah kegambaran klasik thalassemia yaitu anemia hipokromik
mikrositik. Hal ini berlaku hampir pada semua bentuk anemia yang disebabkan oleh
adanya gangguan produksi dari salah satu atau kedua komponen Hb : heme atau
globin. Namun hal ini tidak terjadi pada silent carrier, karena pada penderita ini
jumlah Hb dan indeks sel darah merah berada dalam batas normal.
Pada tipe trait thalassemia-β yang paling umum, level Hb A2 (δ2/α2) biasanya
meningkat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan rantai δ oleh rantai α
bebas yang eksesif, yang mengakibatkan terjadinya kekurangan rantai β adekuat untuk
dijadikan pasangan. Gen δ, tidak seperti gen β dan α, diketahui memiliki keterbatasan
fisiologis dalam kemampuannya untuk memproduksi rantai δ yang stabil dengan
berpasangan dengan rantai α, rantai δ memproduksi Hb A2 (kira-kira 2,5-3% dari total
Hb). Sebagian dari rantai α yang berlebihan digunakan untuk membentuk Hb A2,
dimana sisanya (rantai α) akan terpresipitasi di dalam sel, bereaksi dengan membran
sel, mengintervensi divisi sel normal, dan bertindak sebagai benda asing sehingga
terjadinya destruksi dari sel darah merah. Tingkat toksisitas yang disebabkan oleh
rantai yang berlebihan bervariasi berdasarkan tipe dari rantai itu sendiri (misalnya
toksisitas dari rantai α pada thalassemia-β lebih nyata dibandingkan toksisitas rantai β
pada thalassemia- α).
Dalam bentuk yang berat, seperti thalassemia-β mayor atau anemia Cooley,
berlaku patofisiologi yang sama dimana terdapat adanya substansial yang berlebihan.
Kelebihan rantai α bebas yang signifikan akibat kurangnya rantai β akan menyebabkan
terjadinya pemecahan prekursor sel darah merah di sumsum tulang (eritropoesis
inefektif).
Produksi Rantai Globin
Untuk memahami perubahan genetik pada thalassemia, kita perlu mengenali
dengan baik proses fisiologis dari produksi rantai globin pada orang sehat atau normal.
Suatu unit rantai globin merupakan komponen utama untuk membentuk Hb : bersama-
sama dengan Heme, rantai globin menghasilkan Hb. Dua pasangan berbeda dari rantai
globin akan membentuk struktur tetramer dengan Heme sebagai intinya. Semua Hb
normal dibentuk dari dua rantai globin α (atau mirip-α) dan dua rantai globin non-α.
Bermacam-macam tipe Hb terbentuk, tergantung dari tipe rantai globin yang
membentuknya. Masing-masing tipe Hb memiliki karakteristik yang berbeda
dalam mengikat oksigen, biasanya berhubungan dengan kebutuhan oksigen pada tahap-
tahap perkembangan yang berbeda dalam kehidupan manusia.
Pada masa kehidupan embrionik, rantai δ(rantai mirip-α) berkombinasi dengan
rantai γ membentuk Hb Portland (δ2γ2) dan dengan rantai ε untuk membentuk Hb
Gower-1 (δ2ε2). Selanjutnya, ketika rantai α telah diproduksi, dibentuklah Hb Gower-
2, berpasangan dengan rantai ε (α2ε2). Hb Fetal dibentuk dari α2γ2 dan Hb dewasa
primer (Hb A) dibentuk dari α2β2. Hb fisiologis yang ketiga, Hb A2, dibentuk dari
rantai α2δ2.
- Penyakit Hb H
Kelainan disebabkan oleh hilangnya 3 gen globin α, merepresentasikan
thalassemia-α intermedia, dengan anemia sedang sampai berat, splenomegali, ikterus
dan jumlah sel darah merah yang abnormal. Pada sediaan apus darah tepi yang
diwarnai dengan pewarnaan supravital akan tampak sel-sel darah merah yang diinklusi
oleh rantai tetramer β (Hb H) yang tidak stabil dan terpresipitasi di dalam eritrosit,
sehingga menampilkan gambaran golf ball. Badan inklusi ini dinamakan sebagai Heinz
bodies.
Gambar 5. Pewarnaan supravital pada sapuan apus darah tepi Penyakit Hb H yang
menunjukkan Heinz-Bodies
- Thalassemia-α Mayor
Bentuk thalassemia yang paling berat, disebabkan oleh delesi semua gen
globin-α, disertai dengan tidak ada sintesis rantai α sama sekali. Karena Hb F, Hb A,
dan Hb A2 semuanya mengandung rantai α, maka tidak satupun dari Hb ini terbentuk.
Hb Barts (γ4) mendominasi pada bayi yang menderita dan karena γ4 memiliki afinitas
oksigen yang tinggi, maka bayi itu mengalami hipoksia berat. Eritrositnya juga
mengandung sejumlah kecil Hb embrional normal (Hb Portland = δ2γ2) yang berfungsi
sebagai pengangkut oksigen.
Kebanyakan dari bayi-bayi ini lahir mati, dan kebanyakan dari bayi yang lahir
hidup meninggal dalam waktu beberapa jam. Bayi ini sangat hidropik, dengan gagal
jantung kongestif dan edema anasarka berat. Yang dapat hidup dengan manajemen
neonatus agresif juga nantinya akan sangat bergantung dengan transfusi.
Thalassemia-β
Sama dengan thalassemia-α, dikenal beberapa bentuk klinis dari thalassemia-β;
antara lain :
- Silent Carrier Thalassemia-β
Penderita tipe ini biasanya asimtomatik, hanya ditemukan nilai eritrosit yang
rendah. Mutasi yang terjadi sangat ringan, dan merepresentasikan suatu thalassemia-
β+. Bentuk silent carrier thalassemia-β tidak menimbulkan kelainan yang dapat
diidentifikasi pada individu heterozigot, tetapi gen untuk keadaan ini, jika diwariskan
bersama-sama dengan gen untuk thalassemia-β°, menghasilkan sindrom thalassemia
intermedia.
Gambar 6. Thalassemia beta menurut Hukum Mendel
- Trait Thalassemia-β
Penderita mengalami anemia ringan, nilai eritrosit abnormal, dan elektroforesis
Hb abnormal dimana didapatkan peningkatan jumlah Hb A2, Hb F atau keduanya.
Individu dengan ciri (trait) thalassemia sering didiagnosis salah sebagai anemia
defisiensi besi dan mungkin diberi terapi yang tidak tepat dengan preparat besi selama
waktu yang panjang. Lebih dari 90% individu dengan trait thalassemia-β mempunyai
peningkatan Hb-A2 yang berarti (3,4%-7%).
Kira-kira 50% individu ini juga mempunyai sedikit kenaikan HbF, sekitar 2-
6%. Pada sekelompok kecil kasus, yang benar-benar khas, dijumpai Hb A2 normal
dengan kadar HbF berkisar dari 5% sampai 15%, yang mewakili thalassemia tipe δβ.
Pada kasus yang tidak diterapi atau pada penderita yang jarang menerima
transfusi pada waktu anemia berat, terjadi hipertrofi jaringan eritropoetik disumsum
tulang maupun di luar sumsum tulang. Tulang-tulang menjadi tipis dan fraktur
patologis mungkin terjadi. Ekspansi masif sumsum tulang di wajah dan tengkorak
menghasilkan bentuk wajah yang khas.
e. Stadium Thalassemia
Terdapat suatu sistem pembagian stadium thalassemia berdasarkan jumlah
kumulatif transfusi darah yang diberikan pada penderita untuk menentukan tingkat
gejala yang melibatkan kardiovaskuler dan untuk memutuskan kapan untuk memulai
terapi khelasi pada pasien dengan thalassemia-β mayor atau intermedia. Pada sistem
ini, pasien dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. Stadium I
Merupakan mereka yang mendapat transfusi kurang dari 100 unit Packed Red Cells
(PRC). Penderita biasanya asimtomatik, pada echokardiogram (ECG) hanya ditemukan
sedikit penebalan pada dinding ventrikel kiri dan elektrokardiogram (EKG) dalam 24
jam normal.
2. Stadium II
Merupakan mereka yang mendapat transfusi antara 100-400 unit PRC dan memiliki
keluhan lemah-lesu. Pada ECG ditemukan penebalan dan dilatasi pada dinding
ventrikel kiri. Dapat ditemukan pulsasi atrial dan ventricular abnormal pada EKG
dalam 24 jam.
3. Stadium III
Gejala berkisar dari palpitasi hingga gagal jantung kongestif, menurunnya fraksi ejeksi
pada ECG. Pada EKG dalam 24 jam ditemukan pulsasi premature dari atrial dan
ventrikular.
f. Terapi
Penderita trait thalassemia tidak memerlukan terapi ataupun perawatan lanjut
setelah diagnosis awal dibuat. Terapi preparat besi sebaiknya tidak diberikan kecuali
memang dipastikan terdapat defisiensi besi dan harus segera dihentikan apabila nilai
Hb yang potensial pada penderita tersebut telah tercapai. Diperlukan konseling pada
semua penderita dengan kelainan genetik, khususnya mereka yang memiliki anggota
keluarga yang berisiko untuk terkena penyakit thalassemia berat.
Penderita thalassemia berat membutuhkan terapi medis, dan regimen transfusi
darah merupakan terapi awal untuk memperpanjang masa hidup. Transfusi darah harus
dimulai pada usia dini ketika anak mulai mengalami gejala dan setelah periode
pengamatan awal untuk menilai apakah anak dapat mempertahankan nilai Hb dalam
batas normal tanpa transfusi.
- Transfusi Darah
Transfusi darah bertujuan untuk mempertahankan nilai Hb tetap pada level 9 - 9.5
gr/dL sepanjang waktu. Pada pasien yang membutuhkan transfusi darah reguler, maka
dibutuhkan suatu studi lengkap untuk keperluan pretransfusi. Pemeriksaan tersebut
meliputi fenotip sel darah merah, vaksinasi hepatitis B (bila perlu), dan pemeriksaan
hepatitis. Darah yang akan ditransfusikan harus rendah leukosit, 10-15 mL/kg PRC
dengan kecepatan 5 mL/kg/jam setiap 3-5 minggu biasanya merupakan regimen yang
adekuat untuk mempertahankan nilai Hb yang diinginkan. Pertimbangkan pemberikan
asetaminofen dan difenhidramin sebelum transfusi untuk mencegah demam dan reaksi
alergi.
- Terapi Bedah
Splenektomi merupakan prosedur pembedahan utama yang digunakan pada
pasien dengan thalassemia. Limpa diketahui mengandung sejumlah besar besi
nontoksik (yaitu fungsi penyimpanan). Limpa juga meningkatkan perusakan sel darah
merah dan distribusi besi. Fakta-fakta ini harus selalu dipertimbangkan sebelum
memutuskan melakukan splenektomi.. Limpa berfungsi sebagai penyimpanan untuk
besi nontoksik, sehingga melindungi seluruh tubuh dari besi tersebut. Pengangkatan
limpa yang terlalu dini dapat membahayakan. Sebaliknya, splenektomi dibenarkan
apabila limpa menjadi hiperaktif menyebabkan penghancuran sel darah merah yang
berlebihan dan dengan demikian meningkatkan kebutuhan transfusi darah,
menghasilkan lebih banyak akumulasi besi.
Splenektomi dapat bermanfaat pada pasien yang membutuhkan lebih dari 200-
250 mL/kg PRC per tahun untuk mempertahankan tingkat Hb 10 gr / dL karena dapat
menurunkan kebutuhan sel darah merah sampai 30%.
Gambar 9. Splenektomi
Risiko yang terkait dengan splenektomi minimal, dan banyak prosedur
sekarang dilakukan dengan laparoskopi. Biasanya, prosedur ditunda bila
memungkinkan sampai anak berusia 4-5 tahun atau lebih. Pengobatan agresif dengan
antibiotik harus selalu diberikan untuk setiap keluhan demam sambil menunggu hasil
kultur. Dosis rendah Aspirin setiap hari juga bermanfaat jika platelet meningkat
menjadi lebih dari 600.000 / μL pasca splenektomi.
- Diet
Pasien dianjurkan menjalani diet normal dengan suplemen sebagai berikut : asam
folat, asam askorbat dosis rendah dan alfa-tokoferol. Sebaiknya zat besi tidak
diberikan, dan makanan yang kaya akan zat besi juga dihindari. Kopi dan teh diketahui
dapat membantu mengurangi penyerapan zat besi di usus.
g. Skrining
Dapat dilakukan skrining premarital dengan menggunakan pedigree. Atau bisa
juga dilakukan pemeriksaan terhadap setiap wanita hamil berdasar ras, melalui ukuran
eritrosit, kadar Hb A2 (meningkat pada thalassemia-β). Bila kadarnya normal, pasien
dikirim ke pusat yang bisa menganalisis rantai α.
h. Prognosis
Prognosis bergantung pada tipe dan tingkat keparahan dari thalassemia. Seperti
dijelaskan sebelumnya, kondisi klinis penderita thalassemia sangat bervariasi dari
ringan bahkan asimtomatik hingga berat dan mengancam jiwa.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Pada anamnesis pasien menyatakan telah melakukan transfusi rutin sejak usia 4 bulan karena
diagnosis menderita Talasemia β Mayor. Talasemia β Mayor merupakan penyakit yang bersifat
genetik. Sedangkan pada keluarga pasien ditemukan adanya gejala serupa yang dapat menunjukkan
bahwa kakak kandung keluarga pasien juga memiliki Talasemia β Mayor. Hal tersebut berarti kedua
orang tua pasien memiliki gen pembawa Thalasemia atau disebut karier Talasemia β. Sehingga
kemungkinan hanya memiliki gejala-gejala ringan atau mungkin tidak bergejala sehingga tidak
dapat diketahui. Kakak pertama pasien dikatakan pada usia 5 tahun dengan diagnosis Talasemia β.
Gejala dan tanda Talasemia β Mayor yang dapat ditemukan pada pasien yaitu badan lemah, di mana
pasien menyatakan badan sering lemas dan mudah lelah saat beraktivitas sehingga pasien lebih
sering hanya diam di rumah dan tidak bekerja. Kondisi pasien semakin lemas karena pasien tidak
melakukan transfusi darah rutin pada tanggal 27 bulan Mei 2021. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
konjungtiva anemis sering dijumpai pada pasien Talasemia β Mayor. Pasien juga menunjukkan
terdapat pada mulut mukosa bibir pucat, dan wajah facies cooley. Pada pasien tidak dijumpai
adanya pembesaran limpa atau splenomegali yang dapat dipalpasi. Splenomegali apabila dalam
jangka waktu yang lama dapat memperparah anemia yang dialami oleh pasien, serta menyebabkan
leukopenia serta trombositopenia. Namun, pada pasien tidak ditemukannya hasil laboratorium yang
menunjukkan leukopenia serta trombositopenia. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan
Hemoglobin rendah, dan pada hapusan darah ditemukan tampilan eritrosit Polikromasi pada
Hipokromik-Mikrositer yang sering kali ditemukan pada pasien dengan Talasemia. Hal tersebut
kemungkinan besar dikarenakan transfusi darah rutin yang telah dilakukan pasien. Dalam kasus ini,
pasien diberikan tatalaksana berupa transfusi darah PRC per bulan. Jika terapi tersebut rutin
dilanjutkan dengan pengawasan kadar Hemoglobin dan besi yang ketat tiap 6 bulannya.
DAFTAR PUSTAKA