Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No.

2, Tahun 2013, Halaman 286-294


Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtki

PENGOLAHAN EFLUEN POND FAKULTATIF ANAEROBIK IPAL


INDUSTRI KELAPA SAWIT SECARA FAKULTATIF ANAEROBIK-
FITOREMEDIASI SEBAGAI PRE-TREATMENT MEDIA TUMBUH
ALGAE
Reni Krismawati (L2C008093) dan Rizky Ahdia (L2C008097)
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jln. Prof. Sudarto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058
Pembimbing: Ir. Danny Soetrisnanto, M.Eng.
Abstrak

Peningkatan permintaan pasar terhadap Crude Palm Oil (CPO) mendorong tumbuhnya industri
minyak kelapa sawit. Saat ini diperkirakan jumlah limbah cair industri kelapa sawit yang dihasilkan
mencapai 28,7 juta ton. Limbah ini merupakan sumber pencemaran, akan tetapi berpeluang untuk
digunakan sebagai sumber nutrien bagi pertumbuhan alga. Pengolahan limbah cair minyak kelapa sawit
menggunakan pond fakultatif anaerobik hanya mampu menurunkan kadar COD hingga 500-750 ppm,
sementara alga mensyaratkan kualitas air yang baik dengan kandungan COD kurang dari 150 ppm. Untuk
itu perlu dikembangkan metode pengolahan air limbah lanjutan dengan metode fakultatif anaerobik-
fitoremediasi Tanaman Apu-apu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya penurunan
COD, Nitrogen dan Phospor pada beragam waktu tinggal dan mengetahui pengaruh rasio volume lumpur
anaerob terhadap penurunan COD, Nitrogen, dan Phospor. Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu
tahap persiapan bahan berupa efluen pond fakultatif anaerobic Limbah industri kelapa sawit, tahap
pemrosesan, dan tahap analisis. Rancangan percobaan yaitu variasi waktu tinggal 2, 3, 4, 5, dan 6 hari
dan prosentase volum lumpur anaerob dalam reaktor sebesar 35%, 50%, dan 65%. Metode fakultatif
anaerobik-fitoremediasi ini mampu menurunkan kandungan COD sebesar 39.1%-59.66%, menyerap
kandungan Nitrogen sebesar 17.73%-30.78%, dan menyerap kandungan Phospor 6.14%-18.46%. Apu-
apu sebagai tanaman fitoremediasi memberikan hasil yangkurang maksimal karena terjadi perusakan akar
oleh organisme aerob dalam air limbah.
Kata kunci : Fakultatif anaerobik, fitoremediasi, crude palm oil

1. Pendahuluan residu pengolahan. Menurut Naibaho (1996),


Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PMKS hanya menghasilkan 25-30 % produk
merupakan tanaman industri andalan bagi utama berupa 20-23 % CPO dan 5-7 % inti sawit
perekonomian Indonesia yang tetap bertahan pada (kernel). Sementara sisanya sebanyak 70-75 %
saat terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan dan adalah residu hasil pengolahan berupa limbah.
merupakan salah satu komoditas perkebunan yang Selama ini pengolahan limbah cair kelapa sawit
menyumbang devisa besar bagi negara. Menurut hanya berbasis pada pemenuhan standar baku
Pahan (2008), kelapa sawit adalah salah satu mutu limbah tanpa adanya pemanfaatan lebih
palmae yang menghasilkan minyak nabati, yang lanjut terhadap nilai-nilai ekonomis yang mampu
lebih dikenal dengan sebutan crude palm oil dihasilkan dari limbah tersebut. Menurut Loebis
(CPO). dan Tobing (1989), limbah cair pabrik pengolahan
Dari tahun 1998-2010 terjadi peningkatan kelapa sawit mengandung unsur hara yang tinggi
volume dan nilai ekspor CPO yang signifikan seperti N, P, K, Mg, dan Ca, sehingga limbah cair
(Ditjenbun, 2010). Peningkatan permintaan pasar tersebut berpeluang untuk digunakan sebagai
ini memicu peningkatan luas perkebunan kelapa sumber hara bagi pertumbuhan berbagai jenis alga
sawit yang mendorong tumbuhnya pabrik minyak yang bernilai ekonomis tinggi seperti spirulina dan
kelapa sawit (PMKS) yang menghasilkan CPO. chlorella.
PMKS merupakan industri yang sarat dengan

286
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun 2013, Halaman 286-294

Pada pengolahan limbah cair minyak kelapa Proses pengolahan dimulai dengan menganalisa
sawit menggunakan pond fakultatif anaerobik, kadar awal COD, nitrogen, dan phospor. Setelah
effluent keluarannya masih mengandung COD itu mengalirkan influen dengan flowrate sesuai
dengan kadar tinggi berkisar 500-750 ppm. variabel waktu tinggal ke dalam reaktor yang telah
Sementara itu alga mensyaratkan kualitas air yang berisi lumpur anaerob (rasio sesuai variabel) dan
baik dengan kandungan COD kurang dari 150 ppm tanaman Apu-apu. Tanaman Apu-apu diberi
untuk dapat tumbuh. penyinaran tambahan dengan lampu TL 20 W
Untuk itu perlu dikembangkan metode selama pengolahan berlangsung. Setelah mencapai
pengolahan air limbah lanjutan terhadap efluen waktu tinngal yang telah ditentukan, efluen
dari pond fakultatif anaerobik. Salah satu teknik keluaran dari reaktor/pond ditampung dan
pengolahan limbah lanjutan yang diharapkan dianalisa kadar akhir COD, Nitrogen, dan Phospor.
mampu memenuhi kriteria pertumbuhan alga Diagram alir penelitian disajikan pada gambar
adalah dengan metode gabungan pengolahan 1 sebagai berikut,
lanjutan air limbah minyak kelapa sawit secara
fakultatif anaerobik-fitoremediasi, dimana metode
ini diharapkan mampu memenuhi kualifikasi Efluen Pond Fakultatif
Anaerobik Limbah POME
media tumbuh alga ditinjau dari penurunan kadar
COD serta analisa kandungan nitrogen dan
phospor yang tersisa.
Analisa influen
2. Bahan dan Metodologi Kadar COD, N, dan P
2.1 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah Lumpur Cahaya
efluen pond fakultatif anaerobik, lumpur anaerob, Anaerob Pond Fakultatif Anaerob Matahari
Tanaman Apu-apu, dan reagen untuk analisa COD, Fitoremediasi
nitrogen, dan phospor. (variasi waktu tinggal dan
Alat yang digunakan dalam penelitian anatara Tanaman % rasio volume lumpur) Lampu
lain reaktor anaerobik ukuran 75 x 20 x 14 cm, Apu-apu
lampu TL 20 W, selang, valve, tangki, labu
Kjeldahl, peralatan distilasi,peralatan gelas, dan Analisa efluen
Spektrofotometer. Kadar COD, N, dan P

Gambar 1. Diagram alir rancangan percobaan

3. Hasil dan Pembahasan


Pengolahan air limbah minyak kelapa sawit
dilakukan dengan metode fakultatif anaerob -
fitoremediasi menggunakan reaktor anaerob
dengan bentuk reaktor yang bersekat. Permukaan
air limbah ditutup dengan tanaman Apu-apu yang
merata pada semua bagian permukaan. Variasi
percobaan yang dilakukan pada pengolahan air
limbah ini yaitu variasi prosentase lumpur (35%,
Gambar 2. Rangkaian alat percobaan 50% dan 65%) ; variasi waktu tinggal (2, 3, 4, 5,
dan 6 hari). Seeding dilakukan sesuai dengan
2.2 Metode Penelitian variasi waktu tinggal sampai keadaan tunak/steady
Pengolahan air limbah lanjutan ini state. Pengukuran diambil pada 2 titik yaitu influen
menggunakan metode fakultatif anaerobik- dan efluen reaktor anaerobik.
fitoremediasi dengan parameter hasil berupa
penurunan COD dan penyerapan kandungan
nitrogen dan phospor.

287
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun 2013, Halaman 286-294

3.1. Pengaruh Prosentase Penurunan COD aerob ini berkembang biak dengan baik. Pada
Terhadap Prosentase Volume Lumpur mulanya hanya terdapat sejumlah kecil organisme
aerob yang hidup tersebar, dengan bertambahnya
80 jumlah organisme maka cenderung terbentuk flok-
70 flok yang lama kelamaan menjadi besar. Flok-flok
organisme aerob yang semakin besar akan

67.79
60 35% rasio volume

64.27

63.82
mengendap dan kekurangan oksigen sehingga
Prosentase (%)

60.65
lumpur

59.66
57.19
50
56.67
54.75 lama kelamaan akan mati. Biomassa ini kemudian
52.10
50% rasio volume
49.97
47.72

40 lumpur
44.91
43.88

mengalami resis dan menjadi makanan/nutrisi bagi


41.66
39.10

30 65% rasio volume


lumpur organisme anaerob.
20
Keberadaan tanaman apu-apu berperan dalam
10
memutus siklus timbal balik antara zona aerob dan
0 zona anerob dengan cara menyerap zat-za organik
2 3 4 5 6
Waktu Tinggal (Hari)
yang dihasilkan oleh organisme aerob sebagai
nutrient untuk melangsungkan fotosintesis.
Fotosintesis terjadi apabila terdapat nutrisi yang
Gambar 2. Grafik prosentase penurunan COD cukup, CO2, klorofil, dan sinar matahari. Nutrisi
kondisi steady state pada berbagai variasi rasio ini didapat tanaman Apu-apu dari hasil
volume lumpur metabolisme organisme aerob yang diserap
melalui pembuluh kapiler yang terdapat pada akar,
Dari gambar 2 tersebut diketahui bahwa kemudian didistribusikan menuju daun. Karbon
semakin besar prosentase volume lumpur maka dioksida (CO2) selain didapat dari udara bebas
efisiensi penurunan COD nya semakin besar. juga berasal dari hasil metabolisme aerob yang
Penurunan kadar COD pada air limbah terdifusi lepas dari permukaan air.
dipengaruhi oleh besarnya prosentase volume Reaski fotosintesis yang terjadi sebagai berikut
lumpur anaerob. Hal ini berkaitan erat dengan Sinar matahari
keberadaan banyaknya organisme anaerob dalam 6H2O + 6 CO2 C6H12O6 (energi) + 6 O2
menguraikan zat-zat organik yang terkandung di
dalam air limbah. Semakin besar rasio volume Oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis
lumpur, maka semakin banyak pula ini kemudian digunakan oleh organisme aerob
mikroorganisme anaerob yang terdapat dalam untuk melakukan metabolisme seperti penjelasan
lumpur. Mikroorganisme dalam lumpur ini diatas. Oksigen ini terdifusi dari udara ke dalam
berperan sebagai pengurai zat-zat organik dalam air melalui permukaannya.
air limbah tanpa adanya oksigen (fasa anaerob) Keseluruhan siklus dari zona anaerob, zona
dan juga menjadikan air limbah yang terurai ini aerob dan keberadaan tanaman apu-apu dalam
sebagai tempat berkembang biaknya. pengolahan air limbah POME inilah yang
Keberadaan lumpur ini menyebabkan adanya menyebabkan terjadinya penurunan kadar COD.
dua zona yaitu zona aerob dan zona anaerob. Variasi terhadap siklus ini dengan adanya
Mikroorganisme anaerob ini hidup dengan penambahan rasio volume lumpur menyebabkan
melakukan respirasi anaerob dengan cara kandungan COD menjadi turun.
mendegradasi senyawa-senyawa organik kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana. Senyawa 3.2. Pengaruh Efisiensi Penurunan COD
organik sederhana ini kemudian dimanfaatkan oleh Fungsi Waktu tinggal
organisme aerob sebagai makanan atau nutrient Waktu tinggal yang semakin lama
untuk melakukan metabolisme. berpengaruh terhadap waktu kontak antara limbah
Organisme aerob melakukan metabolisme dengan lumpur sehingga proses penguraian zat-zat
dengan memanfaatkan oksigen yang dihasilkan organik oleh mikroorganisme terjadi dalam waktu
tanaman Apu-apu sebagai electron acceptor untuk yang lama dan dengan kuantitas yang meningkat
mengoksidasi senyawa organik yang ada dalam air sehingga kandungan bahan organik yang terurai
limbah menjadi senyawa yang lebih stabil seperti semakin banyak.
CO2, nitrit, dan pospat. Tercukupinya suplai nutrisi Waktu kontak antara air limbah dengan
dari oraganisme anaerob menyebabkan organisme lumpur memberikan kesempatan yang lebih

288
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun 2013, Halaman 286-294

banyak terhadap organisme anaerob untuk Salah satu nutrient yang dibutuhkan dalam
melakukan degradasi. Ini berarti semakin banyak jumlah besar oleh tanaman adalah Phospor,
nutrient yang dihasilkan untuk didegradasi oleh sehingga phospor dikategorikan sebagai
organisme aerob. Maetabolisme organisme aerob makronutrient. Fospor merupakan unsur esensial
ini menghasilkan senyawa-senyawa stabil berupa yang fungsinya tidak dapat digantikan unsur hara
nitrit, pospat, dan CO2 yang mudah diserap oleh lain. Poerwowidodo (1992) menyatakan bahwa,
tanaman apu-apu. peran unsur P adalah dalam hal penyimpanan dan
Semakin banyak siklus antara zona anaerob, pemindahan energi serta reaksi biokimia seperti ;
zona aerob, dan tanaman apu-apu terjadi maka pemindahan ion, kerja osmotik, reaksi
semakin banyak pula zat-zat organik yang fotosintesis, dan glikolisis. Phospor juga
terdegradasi. Hal ini mengakibatkan kandungan merupakan makronutrient bagi mikroorganisme
COD yang terdapat dalam air limbah POME yang berperan penting dalam pembentukan ATP,
semakin berkurang. asam nukleat, dan koenzim.
Tanaman apu-apu mampu menurunkan P
3.3. Prosentase penyerapan Phospor dengan total sebesar 69,3% pada limbah pabrik tahu
variasi rasio volume lumpur dan waktu dengan waktu detensi optimum adalah 20 hari
tinggal (Ariefianto, 2003). Pada air limbah POME dengan
waktu tinggal 6 hari dan 65% rasio volume lumpur
20 mampu menurunkan P total sebesar 18,46%.
18
Pentingnya phospor dalam pertumbuhan dan
18.46

16
14
35% rasio metabolisme menjadikan konsumsi akan zat ini
15.53
Prosentase (%)

volume lumpur
14.75

cukup besar. Semakin lama waktu tinggal akan


13.74

12
menyebabkan semakin banyak konsumsi phospor
12.20

10 50% rasio
11.57
10.68

volume lumpur
8 oleh Apu-apu dan mikroorganisme. Hal inilah
9.55

9.52
8.41
7.96

6
mengapa terjadi penurunan kadar phospor dalam
7.14
7.10
6.67

65% rasio
6.14

4 volume lumpur
2
air limbah POME.
0 Selaian waktu tinggal, variasi besarnya rasio
2 3 4
Waktu Tinggal (Hari)
5 6 volume lumpur juga mempengaruhi konsumsi
terhadap phospor. Besarnya rasio volume lumpur
Gambar 3. Grafik prosentase penyerapan phospor berkaitan dengan banyaknya mikroorganisme
total kondisi steady state pada berbagai waktu dalam lumpur tersebut. Meningkatnya jumlah
tinggal dan rasio volume lumpur organisme anaerob dalam lumpur akan
mempercepat terjadinya proses degradasi senyawa
Gambar 3 menunjukan bahwa semakin lama kompleks menjadi senyawa sederhana. Senyawa
waktu tinggal dan semakin besar rasio volume sederhana ini digunakan organisme areob sebagai
lumpur prosentase penyerapan Phospor nya nutrient untuk melakukan degradasi senyawa
semakin besar. Waktu tinggal yang semakin lama sederhana menjadi senyawa stabil dengan oksigen
mempengaruhi waktu kontak antara lumpur sebagai acceptor electron. Apu-apu menggunakan
dengan air limbah sehingga proses penguraian senyawa sederhana ini sebagai nutrient untuk
bahan-bahan organik oleh mikroorganisme melangsungkan fotosintesis dengan bantuan sinar
menjadi lebih sering terjadi dan menyebabkan matahari.
kandungan bahan organik yang terurai lebih Salah satu senyawa sederhana yang dihasilkan
banyak. Zat organik yang dihasilkan dari proses adalah phospor dalam bentuk pospat (PO4).
degradasi organisme anaerob dan aerob ini diserap Semakin banyak jumlah organisme yang ada
oleh tanaman Apu-apu sebagai nutrien untuk dalam air limbah maka semakin sering proses
melakukan fotosintesis dengan bantuan sinar degradasi terjadi yang berarti semakin banyak
matahari. Selain diserap oleh Apu-apu, organisme produk pospat terbentuk. Konsumen terbesar
dalam air limbah tersebut juga menyerap zat phospat dalam metode ini adalah tanaman Apu-
organik sedserhana tersebut sebagai nutrien untuk apu yang menggunakan zat ini sebagai nutrient
melakukan metabolisme. unutk melangsungkan fotosintesis. Fotosintesis ini
menghasilkan oksigen yang digunakan oleh

289
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun 2013, Halaman 286-294

organisme aerob. Oleh karena itu terjadi Komposisi input air limbah POME pada
pengurangan kada phospor pada air limbah waktu tinggal 4 - 6 hari tidak terlalu mengalami
POME. perbedaan yang signifikan akibat preparasi air
limbah yang hampir seragam dan treatment yang
1.2 1.18 1.15 dilakukan dalam waktu yang relatif kontinyu. Pada
1.13
1.15 waktu tinggal 2 dan 3 hari terjadi penurunan input
10.68 % Kadar
1.1 Phospor phospor yang dikarenakan terjadinya selang waktu
8.41 %
yang lama dalam memulai treatment kembali.
Kadar (ppm)

1.05 1.01 13.74 awal


0.98 1.054
1 1.035 % Kadar
6.14 % 0.992
0.95 7.14 % Phospor 3.4. Prosentase penyerapan Nitrogen Total
0.948 akhir
0.9
0.91 dengan variasi rasio volume lumpur dan
0.85 waktu tinggal
0.8
2 3 4 5 6 35
Waktu Tinggal (Hari)
35% rasio volume
30
lumpur

30.78
28.46
25

Prosentase (%)

27.18
1.2

26.32
1.14

25.14
50% rasio volume

24.38
20

23.31
1.15

22.58
lumpur

21.44
21.17
20.22
1.1 1.05

19.31
19.13
Kadar

18.49
15

17.73
15.53 %
Kadar (ppm)

1.05 0.99 Phospor 65% rasio volume


awal 10
1 lumpur
0.93 9.52 % 0.91
0.95 6.67 % 5
Kadar
0.9 7.96 % 0.95 0.963
0.924 12.20 % Phospor 0
0.85 akhir
2 3 4 5 6
0.8 0.856
Waktu Tinggal (Hari)
0.75 0.799
2 3 4 5 6 Gambar 4. Grafik prosentase penyerapan nitrogen
Waktu Tinggal (Hari) total kondisi steady state pada berbagai waktu
tinggal dan rasio volume lumpur
1.1 1.08
1.04
1.05 0.99
Gambar 4 menunjukan bahwa semakin lama
1 11.57 % Kadar waktu tinggal dan semakin besar rasio volume
Kadar (ppm)

0.93 Phospor
0.95 18.46 % lumpur prosentase penyerapan Phospor nya
0.88 awal
0.9 0.955 14.75 % semakin besar. Waktu tinggal yang semakin lama
7.10 % Kadar
0.85 9.55 % Phospor mempengaruhi waktu kontak antara lumpur
0.864
0.8 0.844 0.848 akhir dengan air limbah sehingga proses penguraian
0.75 0.796 bahan-bahan organik oleh mikroorganisme
2 3 4 5 6 menjadi lebih sering terjadi dan menyebabkan
Waktu Tinggal (Hari) kandungan bahan organik yang terurai lebih
banyak. Zat organik yang dihasilkan dari proses
Gambar 4. Grafik kadar phospor total awal dan degradasi organisme anaerob dan aerob ini diserap
akhir 35%, 30%, dan 65% rasio volume lumpur oleh tanaman Apu-apu sebagai nutrien untuk
pada berbagai waktu tinggal melakukan fotosintesis dengan bantuan sinar
matahari. Selain diserap oleh Apu-apu, organisme
Dari ketiga gambar tersebut diketahui bahwa dalam air limbah tersebut juga menyerap zat
input untuk masing-masing waktu tinggal berbeda. organik sedserhana tersebut sebagai nutrien untuk
Hal ini disebabkan adanya ketidakstabilan melakukan metabolisme.
komposisi input air limbah POME. Nitrogen merupakan makronutrient yang
Ketidakstabilan ini disebabkan akibat terjadinya lebih banyak dibutuhkan oleh tanaman
degradasi zat-zat organik dalam air limbah oleh dibandingkan dengan makronutrient lainnya,
organisme yang sudah terdapat pada air limbah seperti phospor. Kegunaan nitrogen pada tanaman
POME tersebut. Waktu penyimpanan yang lama anatara lain sebagai pemacu pertumbuhan tanaman
menjadi alasan terjadinya self degradation ini. secara umum, berperan dalam pembentukan
klorofil, sintesa asam amino, asam nukleat, lemak,

290
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun 2013, Halaman 286-294

koenzim, dan persenyawaan lain. Sedangkan untuk organisme aerob dalam melakukan
mikroorganisme nitrogen berperan sebagai sintesa metabolismenya. Pentingnya nitrogen ini
asam amino dan asam nukleat. menyebabkan terjadinya pengurangan kandungan
Konsumsi nitrogen sebagai makronutrient nitrogen dalam air limbah POME.
utama lebih besar dibanding konsumsi phosphor,
hal ini terbukti bahwa tanaman apu-apu mampu 20 18.75
menurunkan P total sebesar 69,3% dan mampu 17.9 18.16

menurunkan N total sebesar 72,3% pada limbah 18

Kadar (ppm)
pabrik tahu dengan waktu detensi optimum adalah 16 21.17 % 23.31 %
14.1 14.5
26.32 %
20 hari (Ariefianto, 2003). Pada air limbah POME 14
dengan waktu tinggal 6 hari dan 65% rasio volume 19.31 %
17.73 % 14.11 14.38
lumpur mampu menurunkan P total sebesar 12 13.38

18,46% dan N total sebesar 30,78%. 10 11.6 11.7

Nitrogen sebagai makronutrient penting 2 3 4 5 6


dalam pembentukan asam amino dan asam nukleat Waktu Tinggal (Hari)

menjadikan nitrogen penting bagi semua


20 18.45
kehidupan. Hal ini menyebabkan konsumsi akan
17.14
nitrogen jauh lebih besar dibandingkan phospor. 18
16.03
Kadar N

Kadar (ppm)
Semakin lama waktu tinggal akan menyebabkan 16
28.46 %
awal
14.44 14.34 22.58 %
semakin banyak konsumsi nitrogen oleh Apu-apu
14 25.14 % Kadar N
dan mikroorganisme. Hal inilah mengapa terjadi 18.49 % akhir
penurunan kadar phospor dalam air limbah POME. 12 20.22 % 13.27 13.2
Selaian waktu tinggal, variasi besarnya rasio 10 11.77 11.44
12
volume lumpur juga mempengaruhi konsumsi
2 3 4 5 6
terhadap nitrogrn. Besarnya rasio volume lumpur Waktu Tinggal (Hari)
berkaitan dengan banyaknya mikroorganisme
18 17.23 16.96 17.12
dalam lumpur tersebut. Meningkatnya jumlah
17
organisme anaerob dalam lumpur akan
16 30.78
mempercepat terjadinya proses degradasi senyawa 24.38 Kadar N
Kadar (ppm)

15 14.01 13.9
% 27.18 % awal
kompleks menjadi senyawa sederhana. Senyawa 14 %
sederhana ini digunakan organisme areob sebagai 13 Kadar N
19.13 21.44 akhir
nutrient untuk melakukan degradasi senyawa 12
% % 13.03
12.35
sederhana menjadi senyawa stabil dengan oksigen 11 11.85
11.33
sebagai acceptor electron. Apu-apu menggunakan 10 10.92

senyawa sederhana ini sebagai nutrient untuk 2 3 4 5 6


Waktu Tinggal (Hari)
melangsungkan fotosintesis dengan bantuan sinar
matahari. Gambar 4. Grafik kadar phospor total awal dan akhir
Salah satu senyawa sederhana yang dihasilkan 35%, 30%, dan 65% rasio volume lumpur pada
adalah nitrogen dalam bentuk N-organik dan berbagai waktu tinggal
amonia (NH3). Semakin banyak jumlah organisme
yang ada dalam air limbah maka semakin sering Dari ketiga gambar tersebut diketahui bahwa
proses degradasi terjadi yang berarti semakin input untuk masing-masing waktu tinggal berbeda.
banyak produk nitrit yang terbentuk. Tanaman Hal ini disebabkan adanya ketidakstabilan
apu-apu menjadi konsumen nitrogen terbesar komposisi input air limbah POME.
dalam siklus tersebut. Nitrogen yang berperan Ketidakstabilan ini disebabkan akibat terjadinya
dalam pembentukan klorofil sangat penting bagi degradasi zat-zat organik dalam air limbah oleh
tanaman untuk melangsungkan fotosintesis. organisme yang sudah terdapat pada air limbah
Klorofil merupakan tempat berlangsungnya reaksi POME tersebut. Waktu penyimpanan yang lama
fotosintesis yang mengubah air dan CO2 menjadi menjadi alasan terjadinya self degradation ini.
energi dan O2. Oksigen yang dihasilkan apu-apu Komposisi input air limbah POME pada waktu
akan terdisfusi ke dalam air untuk digunakan oleh tinggal 4 - 6 hari tidak terlalu mengalami
perbedaan yang signifikan akibat preparasi air

291
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun 2013, Halaman 286-294

limbah yang hampir seragam dan treatment yang


dilakukan dalam waktu yang relatif kontinyu. Pada 3.6. Penggunaan efluen fakultatif anaerobik-
waktu tinggal 2 dan 3 hari terjadi penurunan input fitoremediasi sebagai media kultur alga
phospor yang dikarenakan terjadinya selang waktu Pengolahan limbah dengan metode fakultatif
yang lama dalam memulai treatment kembali. anaerobik-fitoremediasi ini menunjukan hasil yang
kurang memuaskan sebagai media kultur alga.
3.5. Pengaruh fitoremediasi tanaman apu-apu Ditinjau dari keberhasilan proses pengolahan,
terhadap penurunan COD, N, dan P pengolahan metode ini mampu mencapai target
Penggunaan tanaman apu-apu pada pengolahan yang diharapkan yaitu mampu menurunkan
fakultatif anaerob ini berperan dalam penyedia kandungan COD antara 50-70%. Namun sebagai
oksigen bagi mikroorganisme aerob. Oksigen ini media kultur alga, penurunan COD yang
berasal dari hasil fotosintesis yang dilakukan dihasilkan masih jauh dari harapan. Hal ini
tanaman Apu-apu dengan bantuan sinar matahari. dikarenakan masih tingginya kandungan COD
Proses fotosintesis yang terjadi sebagai berikut pada efluen air limbah. Nilai COD yang dihasilkan
Sinar matahari dari pengolahan air limbah dengan metode ini
6 H2O + 6 CO2 C6H12O6 (energi) + 6 O2 berkisar antara 206.67 – 324.67 ppm, berada di
Oksigen tersebut terdifusi ke dalam air luar target awal yang menghendaki kadar COD
melalui permukaan air. Organisme aerob dibawah 100 ppm. Hal ini sebenarnya masih bisa
kemudian menggunakan oksigen sebagai electron diatasi dengan pengenceran limbah.
acceptor untuk mengoksidasi senyawa organik Ditinjau dari sisa kandungan nutrient, efluen
yang ada pada air limbah menjadi senyawa hasil pengolahan ini masih cukup banyak memiliki
sederhana yang stabil. Senyawa yang dihasilkan kandungan nutrien. Prosentase penyerapan untuk
berupa CO2, nitrit, dan pospat ini merupakan kandungan N total berkisar antara 17,73% -
nutrisi bagi tanaman Apu-apu untuk dapat 30,78%, hal ini menunjukan bahwa kandungan
melangsungkan proses fotosintesis. Dalam hal ini sisa N total masih cukup banyak yaitu lebih dari
terjadi hubungan timbal balik anatar tanaman Apu- 69%. N sebagai unsur makronutrient dibutuhkan
apu dengan organisme aerob yang terdapat dalam dalam jumlah yang besar, untuk alga digunakan
air limbah tersebut. sebagai pembentukan asam amino, asam nukleat.
Dari hasil penelitian kami, terdapat Selain kandungan phospor konsumsi
ketidakefisienan dalam penggunaan tanaman apu- kandungan P total berkisar antara 6,14% - 18,46%
apu. Hal ini dikarenakan apu-apu mudah sekali yang berarti kandungan phospor yang tersisa
menjadi layu dan kurang bisa berkembang. Apu- masih cukup banyak yaitu lebih dari 81%.
apu merupakan tanaman yang memiliki daun yang Phosphor juga merupakan makronutrient, namun
lebar membentuk roset, lebar daun dapat mencapai kebutuhan akan phosphor ini tidak setinggi
14 cm. Akarnya merupaka akar serabut yang lebat kebutuhan terhadap nitrogen. Alga menggunakan
menggantung di bawah daun dan terendam di phosphor sebagai pembentukan ATP, asam
dalam air. nukleat, dan koenzim.
Akar serabut Apu-apu ini mengganggu Ditinjau dari kadar COD akhir memang masih
pergerakan organisme aerob serta menghambat belum memenuhi persyaratan media kultur alga.
difusi oksigen ke dalam air. Untuk dapat bertahan Namun jika ditinjau dari kandungan sisa nutrient
hidup organisme yang ada pada air limbah yang ada, efluen dari pengolahan air limbah
berkumpul disekitar tanaman untuk merusak akar POME dengan metode ini cocok untuk media
tersebut. Ini bertujuan untuk memudahkan oksigen kultur alga. Alga mampu tumbuh dengan optimal
terdifusi ke dalam air. Namun bagi tanaman apu- dengan kebutuhan ideal nutrisi berdasarkan rasio
apu hal ini menghambat akar dalam penyerapan berat unutk masing nutrient C : N : P = 56 : 8.6 :
nutrient akibat tertutupnya pembuluh-pembuluh 1.2 (Phang &Ong, 1988) per hari. Penambahan
kapiler pada akar. Hambatan dalam mendapatkan nutrisi dirasa perlu dalam rangka mengoptimalkan
nutrient menyebabkan terhambatnya pembentukan pertumbuhan alga. Kebutuhan nutrisi dapat
klorofil sebagai tempat berlangsungnya tercukupi dengan penambahan bikarbonat sebagai
fotosintesis. Fotosintesis yang terjadi menjadi sumber carbon, urea sebagai sumber nitrogen, dan
berkurang dan menyebabkan daun tanaman apu- TSP sebagai sumber phosphate.
apu menjadi kekuningan.
292
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun 2013, Halaman 286-294

manfaat-tanaman-apu-apu-untuk/.(11 Mei
4. Kesimpulan 2011 19.17).
Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen
sebagai berikut, Pertanian tentang Volume dan Nilai Ekspor,
1. Penurunan kadar COD dalam air limbah Impor Kelapa Sawit Indonesia tahun 1981-
POME meningkat dengan semakin besarnya 2010.
rasio volume lumpur dan lamanya waktu Dirjen IKM. 2007. Pengelolaan Limbah Industri
tinggal. Pangan. Jakarta: Dirjen IKM.
2. Prosentase penyerapan kandungan nitrogen Eckenfelder, W.W. 1989. Industrial Water
dan phosphor meningkat dengan dengan Pollution Control. McGraw-Hill, Inc. New
semakin besarnya rasio volume lumpur dan York.
lamanya waktu tinggal. Harsanto, Soni. 2009. Analisis Asam Lemak
3. Penggunaan tanaman Apu-apu sebagai Mikroalga Nannochloropsis
fitoremedasi memberikan hasil yang kurang Oculata.Surabaya: FMIPA ITS.
signifikan. Apu-apu kurang dapat Isroi. 2008. Energi Terbarukan dari Limbah
berkembang dengan baik akibat perusakan Pabrik Kelapa Sawit. Isroi
akar oleh mikroorganisme aerob. .wordpress.com/2008/02/2005energi_dari_li
4. Kadar COD yang masih diatas 200 ppm tidak mbah_sawit/-70-k. (17 Maret 2009).
mencapai target sebagai media biakan algae. Kengne, I.M., Brissaud, F., Akoa, A., Eteme, R.A.,
Nya, J., Ndikefor, A. and Fonkou, T., 2003.
Ucapan Terima Kasih Mosquito development in a macrophyte-
Terima kasih disampaikan pada civitas Jurusan based wastewater treatment plant in
Teknik Kimia Universitas Diponegoro yang telah Cameroon (Central Africa). Ecological
membantu penelitian ini dan pada Ir. Danny Engineering. Vol. 21: 53–61
Soetrisnanto, M.Eng. selaku dosen pembimbing Keputusan Menteri KLH Nomor KEP 51/MEN
penelitian. KLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah
Cair bagi Kegiatan Industri.
Daftar Pustaka Loebis, B. dan P. L. Tobing. 1989. Potensi
Amdenes dkk. 1999. Pengolahan Limbah Tahu pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit.
Secara Fakultatif Anaerob menggunakan Buletin Perkebunan. Pusat Penelitian
Mikroba Noptor. Semarang : Universitas Perkebunan Kelapa Sawit.Medan. 20 (1):
Diponegoro. 49–56.
Anonym. 2003. Upaya Mengolah Air Limbah Mahajoeno,Edwi.2008. Pengembangan Energi
Dengan Media Tanaman. Jakarta Terbarukan Dari Limbah Cair Pabrik
Ariefianto, Deny. 2003. Pengaruh Berat Kayu Minyak Kelapa Sawit.Bogor:ITB.
Apu, Ph Larutan, Dan Kadmium Terhadap Mahida, U. N. 1984. Pencemaran Air dan
Penyerapan Seng Oleh Kayu Apu (Pistia Pemanfaatan Limbah Industi. C.V.Rajawali,
Stratiotes, Linn). Institut Teknologi Sepuluh Jakarta.
November : Surabaya. Manurung, Renita. 2004. Proses Anaerobik
Awuah, E., 2006. Pathogen Removal Mechanisms Sebagai Alternatif Untuk Mengolah
in Macrophyte and Algal Waste Limbah Sawit. Medan: FT UNSU.
Stabilization Ponds. Taylor and Metcalf & Eddy. 1979. Wastewater Engineering,
Francis/Balkema: Leiden-The Netherlands. 3rd edition. Mc Graw Hill Book : New
Benefield, L. D, and C. W. Randall. 1980. York.
Standard Methods for The Examination of Milasari, Nurita I ,Dan Ariyani,Sukma B. 2010.
Water and Wastewater. 18th Ed American Pengolahan Limbah Cair Kadar Cod Dan
Public Health Association. New York. Fenol Tinggi Dengan Proses Anaerob Dan
Dalimartha, Setiawan. 2011. Manfaat Tanaman Pengaruh Mikronutrient Cu : Kasus
Apu-Apu untuk kesehatan anda. Limbah Industri Jamu
http://id.shvoong.com/medicine-and- Tradisional.Semarang: Tekim Undip.
health/alternative-medicine/2114623-

293
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun 2013, Halaman 286-294

Naibaho, Ponten M. 1996. Teknologi Pengolahan Polprasert, C., Van der Steen, N.P., Veenstra, S.,
Kelapa Sawit, Medan : Pusat Penelitian and Gijzen, H.J., 2001. Wastewater
Kelapa Sawit. Treatment II: Natural System for Wastewater
Naibaho, Ponten M. 1999. Aplikasi Biologi dalam Management. Delft: International Institute
Pembangunan Industri Berwawasan for Infrastructure, Hydraulics and
Lingkungan, Jurnal Visi 7. Environmental Engineering (IHE Delft).
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Truu J, et all. 2003. Phitoremediation of solid oil
Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga shale waste from chemistry industy. Acta
Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal. Bioetanol. 23: 301-307.
Pang, S.M. and K. C. Ong. 1988. Algae Biomass Veenstra,S .2000 . Wastewater Treatment. Delft:
Production in Digested Palm Oil Mill Institute for Infrastructure, Hydraulics and
Efluent. Biological Wastes 25: 177-191. Environmental Engineering (IHE Delft)
Qin Lu. 2009. Evaluation Of Aquatic Plants For Wahyuni, Mardiana. 2010. Laju Dekomposisi
Phytoremediation Of Eutrophic Aerob Dan Mutu Kompos Tandan Kosong
Stormwaters. Florida: University Of Florida. Kelapa Sawit Dengan Penambahan
Sani, Elly Y. 2006. Pengolahan Air Limbah Tahu Mikroorganisme Selulolitik, Amandemen
Menggunakan Reaktor Anaerob Bersekat Dan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit.
Dan Aerob. Semarang: FT Undip. Medan : Jurnal Penelitian STIPAP.
Santoso, Urip. 2009. Produksi Biogas Melalui Wardhanu, Adha Panca. 2009. Cleaner Production
Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Minyak : Mewujudkan industri Kelapa Sawit
Kelapa Sawit Dengan Digester Kalimantan Barat yang Berwawasan
Anaerobik.. Lingkungan dan Berdaya Saing Tinggi di
http://uwityangyoyo.wordpress.com/- Pasar Global.
2009/04/11/produksi-biogas-melalui- Wibisono, G. 1995. Sistem Pengelolaan dan
pemanfaatan-limbah-cair-pabrik-minyak- Pengolahan Limbah Domestik, Jurnal
kelapa-sawit-dengan-digester-anaerob/.(13 Science 27.
Maret 2011,16.44).
Sihaloho, Wira S. 2009. Analisa Kandungan Wikipedia. 2010. Kayu Apu.
Amoniak Dari Limbah Cair Inlet Dan http://id.wikipedia.org/wiki/Kayu_apu.
Outlet Dari beberapa Indusri Kelapa Diakses tanggal 20 Mei 2011, 19:30.
Sawit. Medan: FMIPA UNSU. Wikipedia. 2010. Kelapa Sawit.
Standar Nasional Indonesia. 2005. Air dan air http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit.
limbah – Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Diakses tanggal 20 Mei 2011, 19:30.
Oksigen Kimiawi (KOK) dengan Refluks Yudisti, Willyarta. 2010. Paper: Teknik Budidaya
Tertutup Secara Spektrofotometri. SNI 06- Chlorella sp dan Beberapa Pemanfaatannya
6989.2-2004. Badan Standarisasi Nasional. Dalam Kehidupan Sehari-hari. Sekolah
Standar Nasional Indonesia. 2005. Air dan air Tinggi Perikanan Jakarta : Jakarta.
limbah – Bagian 52: Cara Uji Kadar
Nitrogen Organik Secara Makro Kjeldahl
dan Titrasi. SNI 06-6989.52-2005. Badan
Standarisasi Nasional.
Sugiyana, Doni. 2008. Metode Biologi Anaerobik
– Aerobik dan Pengolahan Limbah Cair
Tekstil. Balai Besar Tekstil : Bandung.
Pena-Varon, M. and Mara, D., 2004. Waste
Stabilization Ponds. IRC: Delft- The
Netherlands.
Pescod, M.B., 1992. Wastewater Treatment and
Use in Agriculture: FAO Irrigation and
Drainage Paper 47. Rome: FAO

294

Anda mungkin juga menyukai