Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ORGANISASI PEMERINTAHAN

DISUSUN OLEH:

NAMA : EVI VARADIBA


NIM : 201816520164

UNIVERSITAS 45 MATARAM
PRODI ILMU PEMERINTAHAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini tepat
waktu.
Walaupun makalah ini telah selesai, namun kami menyadari sepenuhnya bahwa di
dalamnya masih terdapat banyak kekurangan. Kekurangan tersebut karena keterbatasan
pengalaman, pengetahuan, kemampuan, waktu serta tenaga. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangatlah kami harapkan demi penyempurnaan penulisan berikutnya.
Akhirnya kami berharap semoga makalah yang sederhana ini, dapat berguna dan
bermanfaat bagi diri penulis sendiri maupun bagi para pembacanya.

Mataram, 23 April 2020


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................
Latar Belakang....................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................
A.      Budaya Organisasi Pemerintah.........................................................................................
1.      Penyakit Organisasi...............................................................................................
2.      Ciri Manusia Indonesia........................................................................................
3.      Tantangan Organisasi..........................................................................................
4.      New Public Management (NPM).......................................................................
BAB III PENUTUP................................................................................................... …………
Kesimpulan...................................................................................................... ………...
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Pemerintahan  merupakan sesuatu yang pasti ada dalam suatu kelompok manusia atau
yang disebut organisasi. Kitapun hidup dalam suatu masyarakat yang memiliki bentuk organisasi
masyarakat yang terkait dengan pemerintahan. Misalnya saja dari segi kebudayaan kebudayaan
umum pemerintah dan lembaga organisasi lain di Indonesia adalah ramah tamah dan suka
berbasa-basi, serta menjujung tinggi nilai kebersamaan atau kelompok, lain halnya dengan orang
barat yang tanpa basa-basi dan bersifat individualis.  Kebudayaan yang kita miliki secara sadar
atau tidak akan mempengaruhi sikap dan perilaku kita dalam berbagai aspek kehidupan.
Tidak berbeda dengan budaya pemerintah yang mempengaruhi masyarakatnya, maka
budaya organisasi juga akan mempengaruhi sikap dan perilaku semua
anggota organisasi tersebut. Budaya yang kuat dalam organisasidapat memberikan paksaan atau
dorongan kepada para anggotanya untuk bertindak atau berperilaku sesuai dengan yang
diharapkan oleh organisasi. Dengan adanya ketaatan atas aturan dan juga kebijakan-kebijakan
pemerintah tersebut maka diharapkan bisa mengoptimalkan kinerja dan pelayanan di masyarakat
untuk mencapai tujuan organisasi.
Berkaitan dengan budaya organisasi tersebut, terdapat peran budaya organisasi
pada organisasi pemerintahan. Adapun masalah yang muncul adalah disiplin Pegawai Negeri
Sipil (PNS) yang secara umum terkesan rendah yang akhirnya menghasilkan kinerja yang rendah
pula. Misalnya saja kebanyakan kantor pemerintahan itu memiliki jam masuk pagi pukul 07.00
tapi kenyataannya dijalan-jalan atau angkutan umum sering ditemui beberapa orang dengan
pakaian PNS pada jam tersebut. Gejala yang lain misalnya saja pada waktu kita pergi ke kantor
kecamatan untuk mengurus KTP atau surat-surat penting lainnya misalnya, kadang kita menemui
sistem pelayanan yang lama, dengan alasan masih banyak pekerjaan lain yang lebih penting yang
masih menumpuk, akan tetapi dengan kita memberi suatu stimulus barulah kita mendapatkan
pelayanan yang kita inginkan. Padahal fungsi dari organisasi pemerintahan itu tidak lain adalah
untuk melayani kepentingan masyarakat luas. Kondisi tersebut dapat dikatakan sebagai
pelanggaran terhadap disiplin kerja, karena para pegawai tersebut tidak bertindak atau bersikap
sesuai dengan aturan danprosedur yang telah ditetapkan oleh organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Budaya Organisasi Pemerintah

Dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan


Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, dan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000
tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, maka perangkat daerah di lingkungan
Pemerintah ditata kembali melalui Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2000 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tatakerja Dinas-dinas Daerah, dan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2000
tentang Pembentukan Organisasi dan Tatakerja Lembaga Teknis Daerah, dan Peraturan Daerah
Nomor 10 Tahun 2000 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tatakerja Sekretariat
DPRD.
Berdasarkan ketiga peraturan daerah tersebut, maka di Pemerintah Daerah, 17 Dinas
Daerah, 13 Badan, 1 Kantor, 1 Sekretariat DPRD dan 30 Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD).
Penataan dan pengisian struktur organisasi perangkat daerah telah dilaksanakan pada Tahun
2001.
Dalam rangka pembinaan dan pengembangsan aparatur pemerintahan, telah dilaksanakan
berbagai kegiatan, antara lain Pemberian Bimbingan teknis Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (AKIP) bagi pejabat Eselon II dan III, Sosialisasi Pelayanan Umum bagi pejabat
Eselon III dan IV, dan Orientasi Gerakan Disiplin Nasional.
Untuk melaksanakan Kewenangan Propinsi yang ada di Kabupaten / Kota dan
Kewenangan Kabupaten / Kota yang diserahkan kepada Pemerintah Propinsi telah dibentuk Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) sebanyak 30 UPTD yang Kelembagaanya ditetapkan dengan
Keputusan Gubernur.
Dalam melaksanakan pembinaan Kelembagaan Perangkat Daerah di Kabupaten/Kota,
dilakukan baik secara langsung ke Unit kerja yang bersangkutan, maupun melalui surat
Gubernur kepada Bupati/Walikota daerah tersebut. Dengan dilaksanakan pembinaan dan
penataan organisasi Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah yang dilakukan sesuai dengan
Poldas, Repetada dan Program Kerja Biro Organisasi di Bidang Kelembagaan, maka Program
Kegiatan Penataan Kelembagaan Tahun 2001 telah dilaksanakan dengan baik.
Diharapkan kepada Unit / Satuan Kerja tersebut diatas dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas, sehingga mutu pelayanan Aparatur kepada masyarakat semakin meningkat. Dalam
rangka pelaksanaan pembinaan dan pengembangan aparatur pemerintah, telah dilaksanakan
beberapa kegiatan antara lain sebagai berikut :
1.      Menyelenggarakan bimbingan Teknis Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah bagi pejabat
Eselon II dan III di Lingkungan Pemerintah yang diikuti sebanyak 73 orang.
2.      Menyelenggarakan Sosialisasi Pelayanan Umum bagi pejabat Eselon III dan IV di Lingkungan
Pemerintah yang diikuti sebanyak 55 orang dalam rangka menumbuhkan empati para pejabat
guna lebih meningkatkan palayanan kepada masyarakat secara tepat efektif, efisien terbuka dan
tepat waktu.
3.      Membuat Keputusan Nomor 198 Tahun 2001 tentang Pejabat yang diberi wewenang untuk
menandatangani Naskah Dinas di Bidang Kepegawaian, dengan dikeluarkan Keputusan
Gubernur ini untuk memperjelas pejabat yang di beri wewenang untuk menandatangani Naskah
Dinas di bidang kepegawaian di Lingkunagn Pemerintah demi kelancaran pelaksanaan
administrasi kepegawaian.
4.      Menerbitkan Pedoman Tata Naskah Dinas dalam bentuk Keputusan Pemerintah Nomor 235
Tahun 2001 Tentang Tata Naskah Dinas, agar terdapat keseragaman dalam Tata Naskah Dinas
Pemerintahan.
5.      Melaksanakan Orientasi Gerakan Disiplin Nasional kepada para pejabat di Lingkungan
Pemerintah Propinsi dan Kabupaten / Kota yang diikuti oleh 55 orang dalam rangka
menggalakkan Tri Budaya yaitu Budaya Tertib, Budaya Bersih dan Budaya Kerja melalui
Gerakan Disiplin Nasional yang dimulai dari Pegawai Negeri Sipil sebagai Aparatur Pemerintah
yang pada akhirnya dapat diteladani oleh masyarakat lingkungan.

1.      Penyakit Organisasi
Beberapa kemungkinan dalam konsep penerapan budaya organisasi akan selalu mendapat
tantangan seperti adanya penyakit dan atau kebiasaaan buruk kinerja organisasi yang
ditimbulkan oleh adanya beberapa hal berikut:
Ø      Tujuan telah ditetapkan, tetapi tidak dirumuskan secara rinci dan jelas (tidak membumi);
Ø      Pembagian tugas tidak adil, tidak merata, tidak tuntas dan tidak jelas batas-batas (tidak adil);
Ø      Anggota hanya mau bekerja sesuai dengan tugasnya, terjadi pengkotak-kotakan (kaku);
Ø      Merasa dirinya/unitnya yang paling penting, yang lain tidak/kurang penting (sok penting);
Ø      Pemberian tanggung jawab yang tidak seimbang dengan wewenang (zalim);
Ø      Terlalu banyak bawahan yang harus diawasi – kewalahan (rakus);
Ø      Seseorang bawahan mendapat perintah dari satu atasan mengenai hal yang sama, tetapi
perintahnya saling bertentangan (plin plan);
Ø      Sanksi terhadap pelanggaran tidak tegas (banyak pertimbangan).

2.      Ciri Manusia Indonesia


(Mochtar Lubir, 2001: 18-36)
Hipokratis (munafik); Tidak bertanggung jawab; Feodal; Percaya takhyul; Artistik;
Watak lemah; Lain-lain (tidak hemat /boros; bukan pekerja keras; kurang sabar; tukang
menggerutu; cepat cemburu/dengki; gampang senang dan bangga; sok; tukang tiru; tukang tiru
kejam; bisa meledak, ngamuk, membunuh, membakar;  khianat; menindas, memeras;  menipu; 
mencuri; korupsi; khianat, dengki;  hipokrit; bermalas-malas; tolong menolong, saling menjaga,
struktur masyarakat berdasarkan suku (exogam=haram kawin di dalam suku); ikatan
kekeluargaan yang mesra, berhati lembut; suka berdamai; rasa humor; cepat belajar; mudah
dilatih, sabar; bekerja keras tanpa mencari untung; manusia memajukan dunia dll).

Ø      Usaha Penyehatan Birokrasi Menata ulang organisasi pemerintah (reinventing government)


(David Osborne & Ted Gaebler)
-     Pemerintahan katalis: mengarahkan ketimbang mengayuh;
-     Pemerintahan milik masyarakat: memberi wewenang ketimbang melayani;
-     Memerintahan yang kompetitif: menyuntikkan persaingan ke dalam pemberian pelayanan;
-     Pemerintahan yang digerakkan oleh misi: mengubah organisasi yang digerakkan oleh
peraturan;
-     Pemerintahan yang berorientasi hasil: mebiayai hasil, bukan masukan;
-     Pemerintahan berorientasi pelanggan: memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan birokrasi;
Ø      Strategi Memperbaharui Organisasi Pemerintah (Birokrasi)
Ø      Prinsif Organisasi Pemerintahan Yang baik (Good Governance)
Ø      Profesionalisme
Ø      Agar Birokrasi Pemerintah Lebih Efisien dan Efektip:
Ø      Antara Birokrasi Dengan Kebijaksanaan:
-          Mengkoordinasikan tugas;
-          Kadang-kadang diperlukan kebijaksanaan;
-          Seni penyelenggaraan pemerintahan;
-          Kesempatan memberikan saran yang produktif
-          Desentralisasi demokratis

3.      Tantangan Organisasi
(Widodo, 2005:2-3)
Lingkungan strategis yang senentiasa berubah, Pergeseran paradigma penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan, dan layanan masyarakat, dan Kondisi masyarakat yang mengalami
dinamika.
Ø      Paradigma Pergeseran Organisasi
-          Birokratis (bureaucratic organization) weberian – rasional oleh Max Weber
-          Performance based organization (organisasi kinerja) oleh Peter Druker
-          Leaning Organization (organisasi pembelajaran) oleh Peter Senge, 2000)
Ø      Organisasi Pembelajaran
Adalah suatu organisasi yang senantiasa mengembangkan kapasitasnya untuk membangun masa
depan (Peter Senge).
Suatu organisasi yang memiliki keterampilan menciptakan, menguasai dan
mempelajarkan pengetahuan serta dengan perubahan perilakunya mampu melakukan kilas balik
terhadap pengetahuan baru serta pandangannya (David Garvin).
-    Memiliki otonomi,
-    Memiliki daya tangkal terhadap intervensi pihak eksternal,
-    Menghasilkan kualitas asli (Genuine Quality).
Karakteristik Organisasi Pembelajaran
(The Fifth Diciplines, Peter Senge, 1996)
Ø      Systems Thinking
-       Fokus terhadap bagaimana sesuatu masalah akan dipecahkan melalui interaksi antar elemen
dalam suatu sistem,
-       Lebih mengutamakan mengkaji elemen sistem yang lebih besar dan saling berinteraksi
daripada mengkaji bagian-bagian kecil dari suatu sistem.
Ø      Personal Mastery
Ø      Mental models
Ø      Building shared vision
Ø      Team learning
-       Tim adalah sekumpulan orang-orang yang mengerjakan sesuatu secara bersama-sama
(Robinson dan Finley),
-       Fundamental bellets sebuah tim:
a.        tim pekerja merupakan unsure bangunan organisasi,
b.        tim harus mampu mengelola “kultur, proses, sistem serta hubungan kemitraan antar mereka
untuk mencapai kesuksesan.
-       Karakteristik team learning yang handal, adalah:
a.        memiliki sasaran yang jelas dan senantiasa meningkat,
b.        struktur dibentuk berlandaskan orientasi hasil capaian,
c.        anggota tim memiliki kompetensi,
d.        bersatunya komitmen,
e.        lingkungan kerjasama kondusif,

Ø      Paradigma Penyelenggaraan Organisasi Pemerintah (Organisasi Publik)


(Thoha, dalam Widodo, 2005:3)
NO. LAMA BARU KET.
1 Rule government Good governance
2 Sentralisasi Desentralisasi
3 Rule/government Private sector/civil society
4 Masyarakat Powerless Masyarakat Powerful  
5 Suka Mengatur Suka Melayani
6 Pendekatan Kekuasaan Fleksibel/Kolaboratis/Dialogis
7 Sloganis  Realistis/Pragmatis
Ø      Pergeseran Paradigma Organisasi (dari second wave ke third wave)
Ancok (dalam Usman, 2000:138-139)
 NO
. Dimensi Second wave Third wave
1 Sifat Organisasi Hierarchy (jejang) Networking (jaringan)
Keluaran
(output) Market share (memperbesar
2 organisasi pangsa pasar) Creation (produk baru)
Pengambilan
3 keputusan Institusi Individu (empowerment)
4 Gaya kerja organisasi Kaku Fleksibel 
Kekuatan
5 organisasi Stabilitas organisasi Kemampuan adaptasi 
Orientasi Interdepencies (saling
6 organisasi Self sufficiency ketergantungan)
Tujuan Perencanaan strategic dan tujuan
7 organisasi yang ingin dicapai Kualitas prima
Orientasi Tertumpu pada pandangan
8 kepemimpinan dogmatic Gaya kepemimpinan bervisi
Kurang menekankan tingginya kualitas
9 maksimal produk Kualitas prima     
Orientasi bekerja    Memperoleh rasa aman Pengembangan diri
10 pegawai (security) (personal growth)
Orientasi Berbuat sesuatu yang
pegawai pada berbeda melebihi prestasi
11 pekerjaan Pengejaran status dan pangkat orang lain
Kekuatan Pemilikan uang tunai dalam
12 sumberdaya jumlah yang besar (cash) Pemilik informasi 
Membangun sesuatu yang
13 Motivasi bekerja menyelesaikan pekerjaan baru
Keberanian menghadapi
14 Kultur organisasi Menghindari resiko (risk aversive) resiko (risk prone) 
Model/Dimensi OPA NPM NPS EG

Pelayanan
Efisien dan Kualitas dengan
tujuan profesional Palayanan prima pelayanan pemberdayaan
Fungsional Fungsional System
insentif struktural System konsekuen structural swasta konsekuen
Pada klien
dan Pada warga
konsituen Negara (citizens)
Pertanggung secara Pada customer ala secara Pada customer
jawaban hirarkis pasar multidimensional ala pasar
Pada pekerja
Pada top Pada pekerja dan Pada warga dan pengguna
Kekuasaan management pengguna jasa negara jasa
Menyentuh
rutin  Menyentuh winning minds,     hati, winning
Budaya Arogan hati Ramah inovatif minds
Penekanan pada ketaatan menjalankan aturan dan efisiensi    Penekanan pada
perombakan visi dan misi    Penekanan pada perombakan kultur pelayanan    Penekanan pada
perombakan DNA birokrasi
Peranan pemerintah    Rowing (mendayung)    sterring    serving    sterring Konsef
kepentingan publik    Kepentingan public tercermin dalam UU yang secara politis sudah didesain
pemerintah    Kepentingan public merupakan aggregate kepentingan individu    Kepentingan
public merupakan hasil dialog mengenai nilai Kepentingan  public merupakan aggregate
kepentingan individu Electronic -Government (E-G).

4.      New Public Management (NPM)

Memfokuskan aktivitasnya hanya pada kegiatan manajemen, tidak pada aktivitas


kebijakan, mencoba melihat manajemen pelayanan public pada segi kinerja (performance
appraisal) dan efisiensi, tidak dari segi politis, dilakukan pemecahan manajemen pelayanan
public menjadi badan-badan kecil dan sederhana yang berkaitan langsung dengan kepentingan
dasar pengguna jasa (user-pay bases), menggunakan landasan pasar (quasimarkets) sebagai daya
dorong bagi terciptanya kompetisi,
pemangkasan ekonomi biaya tinggi sehingga ongkos untuk memperoleh pelayanan menjadi lebh
murah, ditandai dengan gaya manajemen yang berorientasi pada output, cara tersingkat,
penggunaan insentif moneter, dan kebebasan pengelolaan (Rhodes, 1994:2), ada empat model
NPM (Ferlie, 1997:10-15):
a)      Model 1 the efficiency drive,
b)      Model 2 Downsizing and decentralization.
c)      Model 3 in search of excellence
d)      Model 4 Public service orientation
Penerapan model ini pertama kali dilakukan di Inggris oleh Margaret Thatcher di tahun
1980-an dengan mengusung sejumlah ahli yang sukses memimpin organisasi-organisasi  bisnis
ke pemerintahannya sebagai penasehat ahli, semangat efisiensi dan penyerahan urusan public ke
pihak swasta dalam pemerintahannya menjadi sangat besar (menuai hasil yang luar biasa),
pertumbuhan ekonomi meningkat, angka pengangguran berkurang, dan uang Negara banyak
dihemat penggunaannya, Negara-negara yang sukses menerapkan model ini adalah Australia,
Kandada, dan New Zealand, Negara-negara dengan sebutan Anglo Saxon termasuk UK (Janet
dan Robert Denhardt, 2003).

BAB III
PENUTUP

             KESIMPULAN

Sesuai dengan arahan TAP MPR No. IV/MPR/2000 penyelenggaraan pemerintahan


daerah ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat setempat melalui pemberian layanan publik
dan pembangunan lokalitas. Dalam rangka "good governance ", pemberian layanan dan barang
publik perlu melibatkan sektor swasta dan komunitas dengan tetap menjunjung tinggi berbagai
prinsip: transparansi, akuntabilitas, efisensi, keadilan dan penegakan hukum.

DAFTAR PUSTAKA

Gibson, James L, Ivancevich dan Donnely , 1994, Organisasi dan Manajemen,             


Perilaku,          Struktur Proses, (terjemahan ) Edisi keempat, Jakarta:    Erlangga
Grunig, JE & Hunt, T. (1984). Managing Public Relations. New York: Holt, Rinehart, &
Winston
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan           Pemerintahan
Antara Pemerintah dengan Pemerintah Provinsi/     Kabupaten/ Kota.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi        Perangkat
Daerah.
Rakhmat, MS, 2005, Reformasi Administrasi Publik Menuju Pemerintahan Daerah
Robbins, S. P., 1998. Organizational Behavior: Concept, Controversies, and            
Applications, New Jersey: Englewood Cliffs, Prentice Hall International
Stockwell, S. (2000).’Public Relations in Government’ Dalam Johnston, J. &          Zawawi, C.
(eds) Public               Relations: Theory and Practice. Sydney: Allen &        Unwin
                Yang Demokratis, Jurnal Administrasi Publik/Volume 1/No.1/2005

Anda mungkin juga menyukai