Anda di halaman 1dari 15

PENGISIAN STATUS GIGI TIRUAN LEPASAN

OLEH :

I Gusti Agung Gede Bagus Darma Putra


1806122010017

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MAHASARASWATIDENPASAR
2020
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat beliau saya dapat menyelesaikan tugas
ini dengan judul “Pengisian status Gigi Tiruan Lepasan”.Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada bidang studi Prostodonsia. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pengisian status Gigi Tiruan
Lepasan bagi para pembaca dan juga penulis. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Badung, 9 Juni 2020


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengisian status gigi tiruan lepasan...........................................................2

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan....................................................................................................8
3.2 Saran..........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, sebab kesehatan gigi dan mulut akan
memengaruhi kesehatan tubuh keseluruhannya. Seiring bertambahnya usia, semakin besar
pula kerentanan seseorang untuk kehilangan gigi.
Gigi mempunyai banyak peran pada seseorang, hilangnya gigi dari mulut seseorang akan
mengakibatkan perubahan-perubahan anatomis, fisiologis maupun fungsional, bahkan
tidak jarang pula menyebabkan trauma psikologis. Keadaan ini berdampak pula pada
meningkatnya kebutuhan akan gigi tiruan (Vargas CM, 2001).
Gigi tiruan berfungsi untuk meningkatkan kemampuan dalam mengunyah, berbicara,
memberikan dukungan untuk otot wajah, dan meningkatkan penampilan wajah dan
senyum. Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gigi
tiruan tetap dan gigi tiruan lepasan. Gigi tiruan lepasan/ removable denture (yang dapat
dilepas pasang sendiri oleh pasien) dibagi menjadi dua bagian, yaitu gigi tiruan lengkap dan
gigi tiruan sebagian. Gigi tiruan tetap/ fixed yang disemenkan ke gigi pasien secara
permanen (Pongibidan, 2013).
Gigi tiruan tetap adalah restorasi yang direkatkan secara permanen pada gigi yang telah
dipersiapkan untuk memperbaiki sebagian atau seluruh permukaan gigi yang mengalami
kerusakan atau kelainan untuk menggantikan kehilangan gigi. Penggunaan gigi tiruan tetap
di kalangan masyarakat sudah sangat populer untuk menggantikan gigi yang hilang. Hal ini
disebabkan oleh gigi tiruan tetap memiliki konstruksi yang baik dan hanya menutupi sedikit
jaringan penyangga sehingga lebih nyaman untuk digunakan serta terpasang secara cekat di
dalam mulut (Aschi 2013, Smith, 2007).
Gigi tiruan lepasan adalah bagian prostodonsia yang menggantikan satu atau beberapa gigi
yang hilang atau seluruh gigi asli yang hilang dengan gigi tiruan dan didukung oleh gigi,
mukosa atau kombinasi gigi, mukosa dan yang dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien
(Wagner, 2012, Mendoza, 2012). Tujuan pembuatan gigi tiruan lepasan adalah untuk
mengembalikan fungsi pengunyahan, estetis, bicara, membantu mempertahankan gigi yang
masih tertinggal, memperbaiki oklusi, serta mempertahankan jaringan lunak mulut yang
masih ada agar tetap sehat. Basis gigi tiruan sebagian lepasan dapat berupa akrilik atau
metal frame. Basis gigi tiruan konvensional mempunyai kekurangan misalnya estetik karena
retensi yang digunakan pada gigi tiruan sebagian lepasan menggunakan klamer, sehingga
dapat terlihat dan mengurangi estetik. Pada beberapa keadaan, gigi tiruan yang cekat tidak
dapat dibuatkan oleh karena gigi penyangganya telah hilang. Implant dengan didukung
protesa dapat direncanakan, tetapi kadang tidak dapat dilakukan karena jumlah tulang
tidak cukup sehingga, pada beberapa keadaan gigi tiruan akrilik atau cast partial denture
lebih banyak disukai. Retensi cast partial denture dibuat melalui retainer dan komponen
attachment yang presisi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahannya
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengisian status gigi tiruan lepasan?

1.2. Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengetahui pengisian status gigi tiruan lepasan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengisian status Gigi Tiruan Lepasan

1. Nomor kartu

b. Tanggal
2. Nama Pasien
3. Jenis kelamin
4. Alamat
- Umur
a. Proses penuaan  toleransi jaringan, kesehatan mulut, koordinasi otot, ukuran
pulpa dan panjang mahkota klinis
b. Usia lanjut  abrasi / atrasi
c. Usia Muda  ruang pulpa lebar & derajat karies
d. Pemilihan warna gigi anterior
5. Pekerjaan
a. Mengetahui sosek pasien  kemungkinan kunjungan teratur
b. Pertimbangan jenis gigi tiruan
c. Faktor estetika
6. Keluhan Utama
 maksud kunjungan pasien

7. Anamnesis
Sebab kehilangan gigi / kerusakan gigi : lubang besar / gigi goyang / benturan
Penjelasan :

 Jika sebab kehilangan gigi karena karies, kemungkinan karena pasien kurang
memperhatikan kebersihan mulut, maka pengetahuan kesehatan giginya harus
diingatkan
 Jika disebabkan gigi goyang, maka penyakit sistemik dan penyakit periodontal
harus diperhatikan

 Jika karena benturan, pencabutan terakhir perlu diketahui untuk


memperkirakan kecepatan resorbsi tulang alveolar dan pergeseran gigi atau
penyakit sistemik.

Pencabutan terakhir :
a. Pada gigi atas : depan kanan / kiri, belakang kanan / kiri
b. Pada gigi bawah : depan kanan / kiri, belakang kanan / kiri
Penjelasan :

 Waktu / kapan pencabutan terakhir perlu diketahui untuk memperkirakan


kecepatam resorbsi tulang alveolar dan pergerseran gigi ataupun penyakit
sistemik

Pemakaian gigi tiruan : pernah / tidak pernah


c. Bila Pernah :
i. pada rahang atas /pada rahang bawah / pada rahang atas dan
rahang bawah
ii. masih dipakai / tidak dipakai
d. Pengalaman :
……………………………………………………………………
Penjelasan :
Tujuan membuat gigi tiruan : fungsi estetik / fungsi pengunyahan / fungsi bicara
Penjelasan :

 Agar mengetahui apa tujuan utama (motivasi) pembuatan gigi tiruannya,


untuk estetika (misalnya seorang pemain sinetron, guru, dll), fungsi
pengunyahan (orang tua, penderita penyakit lambung, fungsi bicara (penyiar,
imam, dll) atau hanya memenuhi permintaan orang lain.

8. PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL


a) Muka : lonjong/persegi/segitiga/kombinasi
b) Profil : lurus/cembung/cekung
 Bentuk dan profil muka perlu diperiksa untuk pemilihan bentuk dan susunan
elemen gigi, dan juga digunakan sebagai pedoman untuk penetapan hubungan
rahang.
c) Pupil : sama tinggi/tidak sama tinggi
d) Tragus : sama tinggi/tidak sama tinggi
e) Hidung : simetris/asimetris; pernafasan melalui hidung: lancar/tidak
f) Rima oris : sempit/normal/besar; panjang/normal/pendek
 Rima oris yang sempit akan menghalangi penempatan sendok cetak dan bahan
cetak ke dalam mulut, maka pemilihan ukuran bahan cetak harus lebih
diperhatikan.
g) Bibir atas dan bibir bawah : hipotonus/normal/hipertonus; tebal/tipis; simetris
/asimetris
 Tonus dan tebal tipisnya bibir berhubungan dengan inklinasi labio-lingual gigi
anterior. Sedangkan panjang pendeknya bibir menetukan letak bidang insisial dan
garis tertawa.
h) Sendi rahang :
Kanan dan kiri : bunyi/tidak; sejak....
Buka mulut : ada deviasi ke kanan atau kek kiri /tidak ada deviasi
Trismus : ada trismus (tuliskan mm nya)/tidak
 Cara pemeriksaan dengan meletakkan jari pada eye-ear-line (garis yang ditarik
dari tragus ke sudut mata), kira-kira 11-12 mm dari tragus. Kemudian pasien
diminta untuk membuka dan menutup mulutnya berkali-kali secara perlahan dan
dengarkan apakah ada bunyi ’klik’ pada waktu membuka dan menutup mulut.
 Perhatikan juga apakah ada penyimpangan gerak (deviasi), dan apakah pasien
mengalami kesulitan pada waktu membuka mulutnya (trismus).
i) Kelainan lain yang ada di rongga mulut
Contoh : pembengkakan/celah bibir/celah langit-langit/ tic doloreux / angular cheilitis /
pasca bedah maksilektomi/ mandibulektomi/ THT/..........................

9. PEMERIKSAAN INTRA ORAL


PEMERIKSAAN UMUM
1. Saliva
Kualitas dan kuantitas saliva mempengaruhi retensi terutama pada gigi tiruan lengkap.
a. Kuantitas : sedikit/normal/banyak
b. Kualitas : encer/normal/kental
2. Lidah
a. Ukuran: kecil/ normal/besar
 Lidah yang terlalu besar akan menyulitkan pada waktu pencetakan dan
pemasangan gigi tiruan. Pasien akan merasa ruang lidahnya sempit, sehingga
terjadi gangguan bicara dan kestabilan protesa
b. Posisi wright: Kelas I/II/III
 Posisi kelas I : Posisi ujung lidah terletak di atas gigi anterior bawah
 Posisi kelas II : Posisi lidah lebih tertarik ke belakang
 Posisi kelas III :Lidah menggulung ke belakang sehingga terlihat frenulum
lingualis
Posisi lidah yang menguntungkan adalah kelas I
c. Mobilitas: normal/aktif
 Lidah yang mobilitasnya tinggi (aktif) akan mengganggu retensi dan
stabilisasi gigi tiruan
3. Refleks Muntah : tinggi/ rendah
 Refleks muntah pasien mempengaruhi proses pencetakan. Bila reflex muntah
tinggi, perlu diupayakan dengan misalnya penyemprotan anestetikum ke
bagian palatum pasien. Cara lain adalah dengan mengalihkan perhatian pasien
pada hal-hal lain, mengajak pasien mengobrol, dst.
4. Gigitan : ada/tidak ada
Bila ada : stabil/ tidak stabil
Tumpang gigit (overbite) anterior : … mm, posterior: … mm
Jarak gigit (overjet) anterior : … mm, posterior: … mm
Gigitan terbuka : ada/ tidak ada; regio …
Gigitas silang : ada/ tidak ada; regio …
Hubungan rahang : ortognati/ retrognati/ prognati
Ortognati  bila ujung kedua jari terletak segaris vertical
Retrognati  bila ujung ibu jari lebih ke arah pasien
Prognati  bila ujung jari telunjuk lebih ke arah pasien
5. Artikulasi
Diperiksa pada sisi kanan dan kiri, dapat berupa:
a. Cuspid protected
b. Grup function
c. Balanced occlusion (artikulasi seimbang)
 Pemeriksaan ada tidaknya kontak premature dan blocking. Jika terdapat kontak
premature setelah peletakan kertas artikulasi di permukaan oklusal gigi pasien,
perlu dilakukam occlusal adjustment.
 Selanjutnya diperiksa gerak rahang ke lateral kiri dan kanan, ada atau tidak
hambatan. Hambatan pada gigi caninus jangan terburu-buru diasah, karena bisa
jadi hal tersebut merupakan cuspid protected occlusion yang perlu dipertahankan.
6. Daya kunyah : normal/ besar
 Bila terlihat banyak gigi yang mengalami atrisi dengan faset yang tidak tajam dan
permukaan yang mengkilat, kemungkinan tekanan kunyah pasien besar. Pada
keadaan ini, bila ridge sudah rendah hindari pemakaian elemen gigi porselen
terutama untuk gigi posterior. Bidang oklusal gigi geligi juga jangan dibuat terlalu
besar
7. Kebiasan buruk
a. Bruxism / clenching
b. Menggigit bibir / benda keras
c. Mendorong lidah
d. Mengunyah satu sisi kanan atau kiri
e. Hipermobilitas rahang dll

 Melalui anamnesis, pasien ditanyai mengenai kebiasaan buruk yang dimiliki.


Bruxism atau clenching juga dapat dilihat dari adanya faset tajam pada gigi.
Kebiasaan ini akan membuat gigi tiruan yang dibuat menjadi cepat aus, tidak
stabil, dan dapat menjadi etiologi kelainan sendi rahang.
 Kebiasaan mengigigit bibir atau benda keras berkaitan dengan pembuatan GTC
pada gigi anterior, yaitu dalam penentuan bahan yang akan dipakai.
 Kebiasaan mendorong lidah dan mengunyah satu sisi biasanya menyebabkan
stabiltas gigi tiruan berkurang, selain itu mengunyah satu sisi juga dapat
menimbulkan kelainan sendi rahang.
 Pada hipermobilitas rahang, kesulitan yang akan timbul adalah kesulitan
penentuan relasi sentrik

10. PEMERIKSAAN GIGI GELIGI DAN TULANG ALVEOLAR


1. Bentuk umum gigi/ besar gigi : Besar/normal/kecil
2. Fraktur gigi :
 pada gigi apa (tulis elemennya)
 arah fraktur : (horizontal/diagonal/vertical)
 arah garis fraktur (<1/3, 1/3, ½, 2/3, serviko insisal/serviko oklusal/ mesio
distal)
 diagnosis gigi fraktur tersebut
3. Perbandingan mahkota akar : ....... pada gigi : .....
4. Lain-lain : gigi kerucut/ mesiodens/ diastema/ impaksi/ miring/ berjejal/ labio
version/ linguo version/ hipoplasia, dst
5. Ketinggian tulang alveolar (sesuai dengan foto panoramic)

11. PEMERIKSAAN LAIN


1. Vestibulum
Posterior Kanan Posterior Kiri Anterior
Rahang Atas dalam/sedang/ dangkal dalam/sedang/ dangkal dalam/sedang/ dangkal
Rahang Bawah dalam/sedang/ dangkal dalam/sedang/ dangkal dalam/sedang/ dangkal
 Vestibulum : ruang yang terdapat di antara mukosa labial/bukal prosesus alveolaris
dan bibir/pipi. Kedalaman diperiksa dengan kaca mulut nomer 3.
- Bila gigi masih ada : pengukuran dilakukan dari servikal gigi sampai dasar
vestibulum
- Bila gigi telah hilang : pengukuran dilakukan pada regio tak bergigi dari puncak
prosesus alveolaris hingga dasar vestibulum
 Vestibulum dikatakan dalam apabila kaca mulut terbenam. Vestibulum yang dalam
menguntungkan pada pembuatan gigi tiruan karena sayap gigi tiruan dapat dibuat lebih
panjang sehingga menambah retensi.
2. Prosesus alveolaris/ residual ridge regio
Yang harus diperhatikan:
a. Bentuk : segi empat/oval/segitiga
 Bentuk prosesus alveolar berpengaruh terhadap retensi dan stabilisasi gigi tiruan
lepas serta pemilihan desain pontik pada gigi tiruan cekat
b. Ketinggian : tinggi/sedang/rendah
 Ketinggian prosesus alveolar menunjukkan resorpsi tulang yan terjadi. Prosesus
menjadi rendah bila resorbsi besar. Cara memeriksanya dengan membandingkan
dengan gigi di sebelahnya. Bila pasien sudah tidak bergigi samasekali tinggi
prosesus alveolar diperiksa dengan menggunakan kaca mulut nomer 3.
c. Tahanan jaringan: flabby/tinggi/rendah
 Tahanan jaringan berpengaruh terhadap cara pencetakan. Tahanan jaringan
diperiksa dengan menggunakan burnisher pada mukosa atau prosesus alveolar
- Burnisher tidak terlalu terbenam dan mukosa terlihat pucat  mukosa keras;
tahanan jaringannya rendah
- Burnisher bisa ditekan lebih dalam mukosa lunak; tahanan jaringan tinggi
- Mukosa bergerak pada arah bukolingual saat ditekan menggunakan burnisher 
flabby

d. Bentuk permukaan : rata/tidak rata


3. Frenulum
 Frenulum adalah tempat perlekatan otot bibir/pipi/lidah terhadap prosesus alveolaris.
Frenulum dikatakan tinggi bila perlekatan otot-ototnya mendekati puncak prosesus
alveolar, dikatakan rendah ketika menjauhi, dan sedang bila berada di tengah antara
puncak prosesus alveolar dengan dasar vestibulum. Frenulum yang tinggi dapat
mengurangi retensi gigi tiruan lepas karena mengganggu sayap gigi tiruan.
Frenulum : (tinggi/sedang/rendah)
- Labialis superior
- Labialis inferior
- Bukalis rahang atas kanan
- Bukalis rahang atas kiri
- Bukalis rahang bawah kanan
- Bukalis rahang bawah kiri
- Lingualis
4. Palatum
a. Bentuk palatum : persegi/oval/segitiga
Bentuk dan kedalaman palatum berkaitan dengan retensi dan stabilisasi gigi tiruan
lepas
b. Kedalaman palatum
c. Torus palatines
Torus yang besar akan mengganggu stabilisasi gigi tiruan. Pada torus yang besar, agar
tidak terjadi fulcrum, dilakukan relief pada saat pencetakan fisiologis
d. Palatum mole
Merupakan jaringan lunak yang terletak di bagian posterior palatum durum. Daerah
ini memiliki jaringan yang sangat kuat yang disebut aponeuresis, sebagai tempat
posterior palatal seal (postdam). House membagi palatum mole menjadi 3:
a. Kelas I: gerakan palatum durum yang kecil, dapat dibuat postdam bentuk kupu-
kupu
b. Kelas II: gerakan palatum durum membentuk sudut >30derajat, postdam dibuat
bentuk kupu-kupu dengan ukuran yang lebih kecil
c. Kelas III: gerakan palatum durum membentuk sudut >60 derajat, postdam
dibentuk dengan cekungan berbentuk V atau U (berbentuk parit)
5. Tuber maksila
Kanan : besar/kecil
Kiri : besar/kecil
 Daerah ini ditutup oleh jaringan fibrosa dengan ketebalan yang berbeda-beda.
Disebut kecil bila ukuran tuber lebih kecil dari prosesus alveolar dan besar
bila tuber melebar atau menonjol ke arah oklusal atau lateral. Tuber yang
besar dapat mengganggu retensi gigi tiruan.

6. Undercut
7. Ruang retromilohioid
8. Bentuk lengkung rahang
Meliputi bentuk rahang atas dan rahang bawah. Bentuk-bentuk rahang antara lain:
a. Persegi
b. Oval
c. Segitiga
9. Ruang gigi tiruan
10. Perlekatan dasar mulut

11. Lain-lain
a. Eksostosis
b. Torus mandibularis

12. DIAGNOSIS : identifikasi, evaluasi, dan kesimpulan tentang kondisi yang ditemukan
dalam pemeriksaan, beserta perawatan pilihan yang akan dilakukan pada pasien.
Contoh :
Bentuk kasus kehilangan gigi ....... memerlukan rehabilitasi dengan
MTP/MTPasak/GTJ/GTSL/GTP/GTP tunggal, dll
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas mengenai pengisian status gigi tiruan lepasan dapat disimpulkan
bahwa ada beberapa tahap dalam pengisian status gigi tiruan lepasan yaitu pengisian
Nomor kartu, Nama pasien, Jenis Kelamin, Alamat, Umur, Pekerjaan, Keluhan utama,
Anamnesa, pemeriksaan ekstra oral, pemeriksaan intra oral, pemeriksaan gigi geligi
tulang alveolar, pemeriksaan lain dan diagnosis
3.2 Saran
Alangkah baiknya untuk mahasiswa dan ketika sudah menjadi Dokter Gigi agar dapat
memahami cara pengisian status gigi tiruan lepasan agar dapat memberikan penanganan yang
tepat.

Anda mungkin juga menyukai