Anda di halaman 1dari 1

Aldafa Hestu Ragil Putri (191910501019)

PWK Kelas A
Judul : Green Infrastructure Development in Cisangkuy Subwatershed, Bandung
Regency: Potential and Problems

Jurnal : CITIES 2015 International Conference, Intelligent Planning Towards Smart


Cities, CITIES 2015, 3-4 November 2015, Surabaya, Indonesia

Halaman/Tahun : 617 – 622/2016

Penulis : Sri Maryati, An Nisaa Siti Humaira, Putri Adianti

Riviewer : Aldafa Hestu Ragil Putri

Tanggal : 16 Maret 2020

RIVIEW

Infrstruktur hijau didefinisikan sebagai serangkaian teknik, teknologi, pendekatan manajemen,


dan praktik yang digunakan untuk menghilangkan/mengurangi jumlah air, badai yang mengalir ke system
gabungan, proses ini terjadi secara alami oleh alam, namun sangat susah terjadi di daerah perkotaan
sehingga pengembangan infrastruktur hijau sangat diperlukan. Pembangunan infrastuktur hijau mampu
memberikan banyak manfaat bagi ekonomi, social, dan terutama lingkungan.GI (Green Infrastruktur)
dapat mengurangi jumlah aliran air dari badai, mengurangi polusi, dan meningkatkan ruang hijau
perkotaan, sehingga meningkatkan iklim mikro. Namun dibalik banyaknya manfaat tersebut,
pembangunan infrastruktur hijau juga menghadapi beberapa masalah. Hasil analisis memperlihatkan
bahwa ada 4 jenis prasyarat hijau yang perlu dikembangkan, yakni daerah penyusupan (7.037,22 ha),
landasan penyaring yang ditinggali (1.511 ha), kolam kering (839,57 ha), dan daerah tadah hujan
/biorepagi(418,58 ha). Namun pengembangan infrastruktur terbatas hanya pada biotrepagi dan lembah
penyusupan yang berkaitan dengan masalah kepemilikan tanah. Masalah lainnya adalah langkah-langkah
tersebut belum disebutkan dalam rencana spasial.

Dalam pembangunan infrastruktur hijau di wilayah perkotaan, perlu mempertimbangkan beberapa


kriteria yang berkaitan dengan elemen lahan seperti drainase, kedalaman permukaan air, penyangga jalan,
penyangga sungai, dan membangun penyangga. Kondisi lingkungan di Bandung sendiri sudah berada
pada tingkat kritis yang ditunjukkan oleh tingkat erosi sekitar 163 ton/ha/tahun, pengsediaan, dan
pelepasan berfluktuasi debit sekitar 49-394 m³/detik. Permasalahan yang telah disebutkan di atas
mencakup beberapa isu yang berhungan dengan penggunaan lahan, kepemilikan tanah, dan perencanaan
spasial sebagai berikut, Land Ownership, yang sebagian besar tanah tidak dimiliki oleh pemerintah
(kepemilikan swasta). Natural Hazard, pertimbangan mengenai bencana alam seperti tanah longsor dan
erosi. Spatial Planning, pernanan GI yang belum terakomodasi dalam system perencanaan spasial di
Indonesia. Hal ini harus direkomendasikan bahwa GI konsep harus dimasukkan sebagai komponen
utilitas dan/atau infrastruktur dalam rencana ruang, dan pemerintah bisa mengalokasikan lahan untuk
implementasi GI.

Kelebihan Jurnal : Pembahasan tidak bertele-tele dan langsung pada inti topik, penggunaan bahasa
yang mudah dipahami, tidak terlalu banyak menggunakan bahasa asing yang rumit.

Kekurangan Jurnal : Pada bagian abstract tidak disertakan kata kunci, saran dari penulis yang kurang
begitu menjurus terhadap pembhasan yang seharusnya bisa lebih meluas mengenai saran yang akan di
sajikan.

Anda mungkin juga menyukai