Anda di halaman 1dari 21

KASUS GREEN ACCOUNTING

SUSI SUSANTI 20190104025


KASUS
LUMPUR LAPINDO
3

PT Lapindo Brantas Inc

PT Lapindo Brantas, Inc adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang usaha
1
eksplorasi dan produksi migas di Indonesia yang beroperasi melalui skema Kontraktor
Kontrak Kerja Sama (KKKS) di blok Brantas, Jawa Timur.
Chief Executive Officer PT Lapindo Brantas, Inc adalah Nirwan Bakrie, yang merupakan
adik kandung dari Aburizal Bakrie.

Peristiwa Lumpur Lapindo, adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi


2 pengeboran PT Lapindo Brantas di Sumur Banjar Panji 1 (BJP-1) yang terletak di Dusun
Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur,
Indonesia.

3 Peristiwa Lumpur Lapindo terjadi pada tanggal 29 Mei 2006.


PT Lapindo Brantas Inc
4

1
Awalnya, PT Lapindo Brantas Inc Sebagai Operator menunjuk PT Medici Citra
Nusantara untuk melaksanakan pengeboran Sumur BJP-1.
2
PT Medici Citra Nusantara Bertanggungjawab terkait eksplorasi
sumur Cementing, Mudlodging, Penyediaan peralatan pengeboran,
3
Pengeboran dimulaiterkait
maupun pekerjaan tanggal 8 maret 2006 dan terus berlangsung hingga 29
lainnya.
Mei 2006. ditanggal 29 mei itu muncul erupsi lumpur panas ketika pengeboran
4
sumur BJP-1Brantas,
PT Lapindo belum selesai.
Inc bersembunyi dibalik gempa tektonik di Yogyakarta yang
terjadi pada hari yang sama dimana erupsi lumpur panas tersebut menyembur
5
keluar dari
Dugaan tanah.
atas meluapnya lumpur tersebut yaitu kurang telitinya PT Lapindo
dalam melakukan pengeboran sumur dan terlalu menyepelekan
6 Dalam kasus semburan lumpur panas ini, Pt Lapindo diduga “sengaja
menghemat” biaya operasional dengan tidak memasang casing bor.
5

PT Lapindo Brantas Inc

1 Pada awalnya rencana pengeboran sumur hingga kedalaman 8.500 kaki


(2.590) sumur dipasang selubung bor yang ukuranya bervariasi sesuai
kedalaman.
Dalam pelaksanaannya pengeboran mencapai 9297 kaki kemudian mata bor
2
menyentuh batu gamping. Karna batu gamping banyak lubang mengakibatkan
lumpur yang digunakan untuk melawan lumpur dari bawah sudah habis.
Kemudian berusaha menarik bor namun usahanya gagal, akhirnya bor dipotong
dan dihentikan
Fluida yang bertekanan tinggi sudah terlanjur naik ke atas sehingga fluida
3
tersebut harus mencari jalan lain untuk bisa keluar.
6
Dampak Semburan Lumpur Lapindo

Hingga bulan Agustus 2006, luapan lumpur ini telah menggenangi sejumlah
1
desa/kelurahan di Kecamatan Porong, Jabon, dan Tanggulangin, dengan total
warga yang dievakuasi sebanyak lebih dari 8.200 jiwa.
2 Rumah/tempat tinggal yang rusak akibat diterjang lumpur dan rusak
sebanyak 1.683 unit.
Lahan dan ternak yang tercatat terkena dampak lumpur hingga Agustus 2006
3 antara lain: lahan tebu seluas 25,61 ha di Renokenongo, Jatirejo dan
Kedungcangkring; lahan padi seluas 172,39 ha di Siring, Renokenongo, Jatirejo,
Kedungbendo, Sentul, Besuki Jabon dan Pejarakan Jabon; serta 1.605 ekor
3
unggas,30
Sekitar 30pabrik
ekor kambing, 2 sapi dan
yang tergenang 7 ekormenghentikan
terpaksa kijang. aktivitas produksi dan
merumahkan ribuan tenaga kerja. Tercatat 1.873 orang tenaga kerja yang
terkena dampak lumpur ini.
7 1. Isu-isu etika yang ada pada kasus Lapindo Brantas Inc!

 Sengaja tidak memasang casing yang digunakan sebagai pengaman mesin bor agar tidak terjadi
kebocoran.

 Pembuangan lumbur buangan tanpa olahan langsung ke laut melalui sungai Porong yang
mengakibatkan pencemaran lingkungan serta hilangnya mata pencaharian masyarakat sekitar

 Penanganan kerugian yang dialami masyarakat sekitar dilakukan setelah 7 bulan pasca bencana

 Penanganan kerugian yang dilakukan dengan jual beli tanah dengan harga sepihak tanpa adanya
kesepakatan harga terlebih dahulu yang mengakibatkan masyarakt tanpa bargaining power
menerima, diperparah dengan masyarakat yang tidak menerima apapun sebelumnya setelah tempat
tinggal dan mata pencaharian hilang. Walaupun setelah pemerintah turun tangan terjadi persetujuan
lebih lanjut.
8
2. Etis atau tidak, mengapa?jelaskan.

Utilitarian
Menurut prinsip utilitarian hal yang dilakukan oleh pihak perusahaan yaitu pengeboran
tanpa pengamananan menggunakan chasing yang tetap dilakukan. tindakan tersebut
adalah tidak etis karena hal tersebut mengakibat chain reaction yang berbuntut pada
hilangnya ekosistem awal pada area sekitar lokasi bencana serta, pencemaran lingkungan
pada area akses pembuangan lumpur dan area pembuangan lumpur, hilangnya manfaat
ekonomi yang seharusnya menjadi hak masyarakat sekitar area bencana, hilangnya hak
dan akses untuk hak untuk memenuhi kebutuhan primer masyarakat sekitar lokasi
bencana.
9
2. Etis atau tidak, mengapa?jelaskan.

Rights and Duties


Dari perspektif hak maka hak dasar (hak asasi pribadi, hak asasi politik, hak asasi ekonomi, hak asasi peradilan, hak asasi
sosial budaya, hak asasi hukum) masyarakat sekitar untuk kebutuhannya tidak dapat dilakukan.
Dilihat dari perspektif kewajiban maka terdapat aktifitas tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan, diantaranya adalah sebagai
berikut,
a. Terlambatnya penanganan kerugian yang dialami masyarakat sekitar selama 7 bulan sejak terjadinya bencana yang menjadi
tanggung jawab perusahaan sejak terjadinya bencana
b. Kewajiban perusahaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang secara khusus pada kasus ini adalah kebocoran lali
dilakukan oleh pihak perusahaan
c. Dilakukannya proses jual/beli oleh pihak perusahaan (yang dianggap sebagai ganti rugi) secara sepihak tanpa adanya diskusi
terlebih dahulu mengenai harga permeter dari objek yang dibeli serta kerugian yang sebenarnya dialami masyarakat
10
2. Etis atau tidak, mengapa?jelaskan.

Justice
Dilihak dari perspektif justice maka terdapat ketidak adilan pada bagian
compensatory justice dimana pemberian ganti rugi dulakukan dengan standard hitung
yang sama tanpa memperhatikan kerugian yang diterima oleh tiap subjek penerima ganti
rugi.
11
3. Stakeholdernya siapa saja?

Diurutkan menurut perannya maka stakeholder pada kasus ini adalah sebagai berikut,

a. Perusahaan (Termasuk pemilik diluar bentuk kepemilikannya)


b. Pemerintah
c. Masyarakat
d. Pihak ketiga yang tidak secara langsung berkepintingan pada kasus utama yaitu
kecelakaan pengeboran
Aspek Etika Bisnis
■ Jika dilihat dari sisi etika bisnis, apa yang dilakukan oleh PT Lapindo Berantas Inc. jelas telah melanggar
etika dalam berbisnis. Dimana PT Lapindo Brantas telah melakukan eksploitasi yang berlebihan dalam
sumber daya alam khususnya minyak bumi dan melakukan kelalaian hingga menyebabkan terjadinya
bencana besar yang mengakibatkan kerusakan parah pada lingkungan dan sosial sekitar perusahaan itu
beroperasi.
Aspek Sosial

■ Luapan lumpur yang awalnya hanya menggenangi 4 desa sekarang telah meluas menjadi 16 desa,
hal ini berarti lebih dari 728 hektar telah tergenangi.

■ Dampak kesehatan di Puskesmas Porong menunjukkan banyaknya penderita infeksi saluran


pernafasan yang semakin meningkat sejak 2006 lalu hingga mencapai 52.543 orang di 2009.
Dan juga penderita gastritis melonjak hingga 22.189 orang di 2009 yang sebelumnya tercatat
7.416 di 2005.

■ 33 sekolah tenggelam dalam lumpur dan sampai Juni 2012 belum ada sekolah yang dibangun
sebagi pengganti. Akhirnya pendidikan yang harusnya dirasakan oleh pelajar harus terbengkelai.
Aspek Lingkungan

■ Lumpur menggenangi 16 desa di tiga kecamatan. menggenangi empat desa


dengan ketinggian sekitar 6 meter, yang membuat dievakuasinya warga
setempat untuk diungsikan serta rusaknya areal pertanian, perkebunan, bahkan
pemukiman warga.
■ Rumah atau tempat tinggal yang rusak akibat diterjang lumpur dan rusak
sebanyak 1.683 unit.
■ pencemaran air, pembuangan lumpur ke laut akan menimbulkan
dampak terhadap ekosistem air terlebih di Sungai Porong dan Sungai Aloo
■ pencemaran udara, setelah terjadinya peristiwa lumpur lapindo ini udara di
daerah siduardjo menjadi tercemar dan kurang baik bagi kesehatan.
Aspek Ekonomi
■ belum adanya perbaikan yang signifikan terhadap insfrastruktur
perekonomian, terutama perbaikan jalur transportasi.
■ Tempat-tempat wisata dan hotel-hotel di kawasan Prigen dan Batu
banyak mengeluh karena tingkat hunian turun drastis bahkan ada
yang tutup.
Aspek Legal atau Hukum
■ Eksploitasi dan eksplorasi dari BP Migas telah menyebabkan terjadinya
kerusakan lingkungan dan pencemaran lingkungan, dalam UUPLH No. 23
Tahun 1997 hal ini telah melanggar Pasal 41 hingga Pasal 45 undang-
undang tersebut.
■ UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup, Lapindo juga telah
melanggar UU Perindustrian yang secara jelas mengatur bahwa semua
operasionalisasi industri harus semaksimal mungkin mencegah
permasalahan lingkungan.
Aspek Polittik

■ Pemerintah Indonesia telah lama menganut sistem ekonomi neoliberal dalam


berbagai kebijakannya. Alhasil, seluruh potensi tambang migas dan sumberdaya
alam (SDA) “dijual” kepada swasta/individu (corporate based).
Aspek Teknologi
■ Luapan lumpur di Sidoarjo, Jawa Timur, diakibatkan oleh
kesalahan operasional pengeboran yang disengaja atau
intentional default.

■ Pengeboran itu juga dilakukan dengan tidak


melaksanakan pemasangan selubung (casing) 9 5/8
inci yang tertera dalam program pengeboran yang
disepakati oleh para stake holder dan disetujui BP
MIGAS. Akhirnya, sumur menembus satu zona
bertekanan tinggi yang menyebabkan kick, yaitu
masuknya fluida formasi tersebut ke dalam sumur.
Rekomendasi atas Kasus Luapan Lumpur Lapindo
■ pemerintahan harus secepatnya bisa menjamin pemenuhan hak para korban
luapan lumpur Lapindo
■ Penuntasan pembayaran ganti rugi harus secara menyeluruh menyentuh semua
korban yang sebelumnya menjadi tanggungan Lapindo untuk diselesaikan
■ pengelolaan air lumpur sebelum dibuang ke Kali Porong untuk menghentikan
kerusakan yang sekarang semakin membesar hingga selat Madura
saran
■ tidak hanya memberikan ganti rugi bagi korban, serta memberi kepastian dan
pilihan yang menentukan masa depan korban yang lama telah terlantar akibat
bencana tersebut
■ disiapkan pembangunan kembali perumahan, infrastruktur dan fasilitas sosial
yang rusak terendam lumpur.
■ menyiapkan program ekonomi untuk mengembalikan penghidupan korban
■ pemerintah lebih tegas dalam menindaklanjuti PT Lapindo Brantas yang terbukti
melanggar peraturan penambangan.
■ perusahaan-perusahaan lain yang ingin memulai mempraktikan proses bisnis
berkelanjutan juga diharapkan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan
sehingga dapat meminimalkan dampak lingkungan dan risiko

Anda mungkin juga menyukai