Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

PEMBENTUKAN NEGARA SEJAK NABI IBRAHIM A.S SAMPAI

PEMBENTUKAN PEMERINTAH OLEH RASULULLAH MUHAMMAD

S.A.W

Disusun oleh :

Nama : RYAN DWI APRIYADI

NPM : 10040012161

Mata Kuliah : Ilmu Negara

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

FAKULTAS ILMU HUKUM

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

rahmat taufik serta hidayahNya, sehingga makalah Pembentukan Negara sejak

Nabi Ibrahim A.S sampai pembentukan pemerintahan oleh rasulullah Muhammad

S.A.W ini dapat terselesaikan dengan baik guna memenuhi tugas mata kuliah

Ilmu Negara. Makalah ini merupakan kumpulan materi yang bersumber dari buku

dan internet dengan harapan makalah ini dapat memberikan pemahaman kepada

mahasiswa tentang Sejarah pembentukan Negara dan pembentukan pemerintahan.

Semoga makalah ini dapat menambah ilmu bukan hanya untuk mahasiswa

saja namun juga kepada pelajar dan masyarakat umum.

Saya menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan makalah ini masih

banyak kekurangan, sehingga kami membutuhkan saran dan kritik yang

membangun untuk penyajian dan isinya agar kedepannya kami dapat menyusun

makalah lebih baik lagi.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................6
A. SEJARAH NABI IBRAHIM A.S HINGGA JAMAN NABI MUHAMMAD
S.A.W............................................................................................................................6
a) Sejarah Nabi Ibrahim A.S...............................................................................6
b) Masa antara Nabi Ismail dan Qushay (Quraisy)...........................................7
c) Sejarah Nabi Muhammad S.A.W..................................................................10
B. KONSEPSI NEGARA.......................................................................................28
C. TEORI-TEORI PEMBENTUKAN NEGARA.................................................29
1. Teori Ketuhanan............................................................................................29
2. Teori Kekuatan...............................................................................................33
3. Teori Kontrak Sosial / Teori Perjanjian Masyarakat..................................36
BAB III...............................................................................................................................41
PENUTUP..........................................................................................................................41
A. KESIMPULAN...................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................44

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak kata “negara” diterima secara umum sebagai pengertian yang

menunjukkan organisasi teritorial sesuatu bangsa yang memilki kedaulatan, ia pun

mengalami berbagai pemahaman tentang hakikat dirinya. Negara merupakan

integrasi dari kekuatan politik, ia adalah organisasi pokok dari kekuasaan politik.

Negara adalah argency (alat) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk

mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan

gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. Manusia hidup dalam suasana

kerjasama, sekaligus suasana antagonistis dan penuh pertentangan. Negara adalah

organisasi yang dalam sesuatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya secara

sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan

tujuan-tujuan dari kehidupan bersama itu. Negara menetapkan cara-cara dan

batas-batas sampai di mana kekuasaan dapat digunakan dalam kehidupan bersama

itu, baik oleh individu dan golongan atau asosiasi, maupun oleh negara itu sendiri.

Dengan demikian ia dapat mengintegrasikan dan membimbing kegiatan-kegiatan

sosial dari penduduknya ke arah tujuan bersama. Bayangkan, bila suatu kelompok

masyarakat tidak mempunyai negara, apa yang akan terjadi? Bagaimana bila tidak

ada wilayah, tidak ada pemerintahan, tidak ada kepala negara? Apakah teratur?

Dapatkah mereka menjalankan aturan bersama? Dapatkah mereka melakukan

aktivitas hidup dengan tertib? Tampaknya, manusia tidak akan dapat hidup

4
dengan teratur tanpa adanya negara. Mereka juga tidak akan hidup tertib dan

menjamin keamanan bersama, tanpa adanya negara. Tanpa adanya wilayah,

ketertiban umum, bagi masyarakat juga tidak mungkin terjamin.

B. Rumusan Masalah

Beberapa hal yang menjadi rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah

ini

antara lain:

1. Bagaimana terjadinya sebuah Negara pada jaman sejarah Nabi Ibrahim

A.S dan Nabi Muhammad S.A.W ?

2. Apa yang dimaksud dengan Negara ?

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut ?

1. Agar kita mengetahui terjadinya sebuah Negara pada jaman Nabi Ibrahim

A.S dan Nabi Muhammad S.A.W.

2. Agar kita mengetahui teori apa saja tentang terbentuknya sebuah Negara.

3. Untuk memenuhi tugas Ujian Treatment Ilmu Negara

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH NABI IBRAHIM A.S HINGGA JAMAN NABI MUHAMMAD

S.A.W

a) Sejarah Nabi Ibrahim A.S

Nabi Ibrahim mengajak keluarganya menuju ke Mekah, lalu atas perintah

Allah beliau meninggalkan istrinya, Hajar, bersama anaknya yang masih

kecil bernama Ismail di lembah yang kering berbatu tersebut. Setelah

beberapa tahun Nabi Ibrahim kembali ke Mekah. Beliau melihat lembah

tersebut telah berubah; di sana sudah terdapat sumber air, dan ada

masyarakat ikut tinggal di sana bersama istri dan anaknya, yakni kabilah

Jurhum. Anaknya Ismail sudah beranjak tumbuh dan membaur bersama

masyarakat. Mekah pun menjadi tempat orang-orang asing singgah dan

cahaya agama muncul di sana.

Setelah itu, Nabi Ibrahim dan Ismail diperintahkan untuk membangun

atau mengembalikan keadaan Bait al-Haram sebagaimana sedia kala. Ketika

bangunan itu sempurna, Nabi Ibrahim diperintahkan menyeru manusia

untuk berhaji ke Bait al-Haram. Dengan demikian semaraklah Kota tersebut

dan terkenal di kalangan masyarakat Arab.

6
Perintah Allah dan tujuan menetapkan keluarganya di Mekah telah Nabi

Ibrahim tunaikan, beliau pun meninggalkan Kota tersebut dengan

mengamanatinya kepada anaknya Ismail.

b) Masa antara Nabi Ismail dan Qushay (Quraisy)

1. Masa Nabi Ismail

Nabi Ismail ‘alaihissalam hidup selama 130 tahun. Dalam rentang

waktu satu abad tersebut, beliau mengalami dua kali pernikahan. Istri

pertama dari kabilah Qathura dan yang kedua dari Jurhum. Ayahnya,

Nabi Ibrahim, pernah datang ke rumah Nabi Ismail di Hijaz akan tetapi

mereka belum berjumpa pada saat itu, Nabi Ibrahim hanya berjumpa

dengan istri dari anaknya ini. Mendengar banyak keluhan dari sang

menantu, akhirnya Nabi Ibrahim memerintahkan putranya Ismail untuk

menceraikan istrinya. Lalu menikahlah Nabi Ismail dengan wanita dari

kabilah Jurhum.

Nabi Ismail dianugerahi 12 orang anak buah dari pernikahannya

dengan wanita Jurhum. Anak-anak Nabi Ismail ditugasi untuk merawat

Ka’bah, mengajarkan manasik haji, dan mendidik para jamaah haji

dengan ajaran tauhid. Ada yang mengatakan bahwa anak-anaknya ini

termasuk dari kalangan nabi namun bukan rasul.

Sepeninggal Nabi Ismail, penjagaan Baitullah al-Haram diamanatkan

kepada putranya Nabit.

7
2. Jurhum menguasai Mekkah

Ibnu Hisyam menjelaskan dalam sirahnya, bahwa yang memerintah

Mekah adalah dua kabilah besar, Jurhum dan Qathura. Jurhum

memerintah wilayah utara Hijaz dan Qathura mengatur wilayah

Selatannya. Keadaan demikian terus berlangsung hingga terjadi

perselisihan antara dua kabilah ini yang mengakibatkan peperangan.

Untuk memecah kebuntuan dan mengakhiri konflik, akhirnya dua

kelompok ini mengadakan perundingan, hasilnya Jurhum menjadi

kabilah yang memimpin Mekah.

Setelah lama berkuasa, mulailah kecongkakan dan sifat sewenang-

wenang muncul di tengah orang-orang Jurhum. Mereka mulai lalai dalam

mengurus Baitullah al-Haram, berbuat sewenang-wenang terhadap para

peziarah yang berkunjung ke sana, bahkan melakukan perbuatan keji di

dalam atau di dekat Baitullah al-Haram. Dua buah berhala yang bernama

Isaf dan Nailah adalah sepasang manusia yang melakukan perbuatan keji

di dekat al-Haram. Walaupun kisah mereka diriwayatkan dari tukang

cerita, akan tetapi setidaknya hal itu menggambarkan situasi masyarakat

Mekah saat itu.

3. Jurhum diusir dan Khuza’ah berkuasa

Berita-berita tentang kezaliman yang dilakukan oleh kabilah Jurhum

membuat kabilah-kabilah lainnya pun mulai meresponnya. Lalu

berserikatlah bani Abdu Manat dengan Khuza’ah untuk menggulingkan

Jurhum dari tahta mereka. Peperangan pun tak dapat dielakkan lagi,

8
Jurhum tak mampu mengatasi sekutu Bani Abdu Manat dan Khuza’ah.

Akhirnya mereka pun terusir dari Mekah setelah mendiami tempat

tersebut selama beberapa generasi.

Setelah kepergian Jurhum, kekuasaan Mekah dipegang oleh kabilah

Khuza’ah. Ada yang menyatakan Khuza’ah berkuasa di Mekah selama

500 tahun, ada pula yang mengatakan 800 tahun, Allahu a’lam berapa

tahun pastinya kabilah ini memegang tanggung jawab atas Baitullah al-

Haram.

Salah seorang tokoh Khuza’ah yang paling terkenal adalah Amr bin

Luhai al-Khuza’i. Amr adalah orang pertama yang membawa berhala-

berhala menuju Baitullah al-Haram dan mengubah agama tauhid yang

dibawa oleh Nabi Ibrahim dan Ismail.. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam bersabda tentang Amr bin Luhai,

“Aku melihat Amr bin Amr bin Luhai mengeluarkan ususnya di

neraka dan ia adalah orang pertama yang membuat-buat ajaran al-sayaaib

(onta yang tidak boleh diberikan beban dan dikhususkan untuk nadzar

sehingga dilepas makan dan minum apa saja dan tidak ditunggangi).”

(HR. Bukhari, no. 3260).

4. Qushay mengambil alih mekah dari Khuza’ah

Qushay adalah salah seorang yang nasabnya bersambung sampai Nabi

Ismail ‘alaihissalam, istilah Quraisy baru dikenal di zamannya, tidak

pernah terdengar seseorang menyebut istilah Quraisy di masa-masa

sebelumnya. Lalu siapakah Quraisy itu?

9
Para periwayat berbeda pendapat tentang penamaan ini. Ada yang

mengatakan Quraisy adalah laqob dari Nadhar atau Fihr. Ada juga yang

mengatakan, memang ada seseorang yang bernama Quraisy bin Badr bin

Takhlud, Ia adalah cucu dari Nadhar. Pendapat lain mengatakan Quraisy

adalah istilah untuk menyebut dua kabilah terhormat yakni kabilah

Nadhar dan Fihr. Kesimpulannya, Quraisy adalah nama yang dinisbatkan

kepada Qushay dan kaumnya dari kalangan bani Fihr dan Nadhar, dan

nama ini tidak dikenal kecuali di zamannya Qushay.

Atas dasar nasab dari keturunan Nabi Ismail Qushay dan kabilahnya

merasa lebih berhak untuk mengurusi Mekah, lalu mereka mengadakan

rencana untuk mengambil alihnya dari tangan orang-orang Khuza’ah.

Pertumpahan darah pun terjadi dan berakhir dengan jatuhnya kekuasaan

Khuza’ah atas tanah haram.

Setelah penaklukkan, Qushay mengumpulkan orang-orang Quraisy

dan menempatkan mereka semua di sekitar Baitullah al-Haram. Ia juga

membagi tugas di antara kabilah-kabilah Quraisy; memberi minum

jamaah haji, memberi makanan, mengganti kiswah Ka’bah, dan tugas-

tugas lainnya.

Selain itu, Qushay juga membuat Daar an-Nadwah, semacam gedung

parlemen akan tetapi masih sangat sederhana. Daar an-Nadwah dibangun

di dekat Ka’bah yang berfungsi sebagai tempat pertemuan pembesar dan

tetua kabilah untuk mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang

mereka hadapi, termasuk kebijakan perdaganan luar negeri mereka.

10
c) Sejarah Nabi Muhammad S.A.W

1. Riwayat hidup Nabi Muhammad S.A.W

Secara esensial, kehadiran Nabi Muhammad pada masyarakat Arab

adalah terjadinya kristalisasi pengalaman baru pada dimensi ketuhanan

yang mempengaruhi segalah aspek kehidupan masyarakat, termasuk

hukum-hukum yang digunakan pada masa itu.

Nabi Muhammad dilahirkan pada tahun Gajah, tahun dimana ketika

pasukan Gajah Abraham menyerang Mekkah untuk menghancurkan

Ka’bah. Namun pasukan Abraham mengalami kehancuran.  Peristiwa itu

kira-kira terjadi pada tahun 570 M (12 Rabiul Awal). Nabi Muhammad

di percayakan oleh Halimah dari suku Banu Sa’ad untuk diasuh dan

dibesarkan hingga nabi berusia 6 tahun. Pada usia 6 tahun, Nabi

Muhammad telah kehilangan kedua orang tuanya. Setelah Aminah ibu

Nabi meninggal, Abdul Muthalib kakek Nabi mengambil tanggung jawab

merawat Nabi. Namun dua tahun kemudian Abdul Muthalib meninggal

dunia karena rentan.

Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada paman Nabi, Abu Thalib.

Sang paman sangat disegani dan dihormati dikalangan orang quraisy dan

penduduk Makkah secara keseluruhan, walaupun dia miskin. Dalam usia

muda, Nabi Muhammad hidup sebagai pengembala kambing keluarganya

dan kambing penduduk Mekkah. Sejak kecil, nabi hidup mandiri, tidak

cengeng, jujur, disiplin, sabar, pemaaf dan tidak pendendam, sopan,

ramah, sayang kepada semua orang, berbakti kepada orang tua dan patuh

kepada Allah. Kegiatan ini membuatnya jauh dari segalah nafsu duniawi,

11
sehingga dia terhindar dari berbagai macam noda yang dapat merusak

namanya. Oleh karena itu sejak muda Nabi sudah dijuluki al-amin (orang

yang terpercaya).

Bukan hanya di juluki sebagai al-amin, nabi juga adalah seorang yang

bijaksana. Peristiwa penting yang memperlihatkan kebijaksanaan Nabi

Muhammad terjadi pada usianya yang ke 35 tahun. Waktu itu bangunan

ka’bah rusak berat. Perbaikan ka’bah di lakukan secara gotong royong.

Para penduduk Mekkah membantu perkerjaan itu dengan suka rela.

Tetapi pada saat terakhir, ketika pekerjaan tinggal mengangkat dan

meletakkan Hajar Aswad di tempatnya semula, timbul perselisihan.

Setiap suku merasa berhak melakukan tugas terakhir dan terhormat itu.

Perselisihan semakin memuncak, akhirnya para pemimpin quraisy

sepakat bahwa orang yang pertama masuk Ka’bah melalui pintu Shafa

akan di jadikan hakim untuk memutuskan perkara ini, ternyata orang

yang pertama masuk adalah Nabi Muhammad. Ia pun akhirnya di

percaya menjadi hakim. Ia lantas membentangkan kain dan meletakkan

hajar aswad di tengah-tegah, lalu meminta kepada seluruh kepala suku

memegang tepi kain dan mengangkatnya bersama-sama. Setelah sampai

pada ketinggian tertentu, Nabi Muhammad kemudian meletakan batu itu

pada tempat semula. Dengan demikian perselisihan dapat di selesaikan

dengan bijaksana dan semua kepala suku merasa puas dengan cara

penyelesaian seperti itu.

12
Pada usia baru beranjak 12 tahun Nabi Muhammad melakukan

perjalanan (usaha) untuk pertama kali dalam khalifah dagang ke siria

(syam). Khafilah itu di pimpin oleh Abu Thalib. Dalam perjalanan ini di

Bushra sebelah Selatan Siria ia bertemu dengan pendeta Kristen bernama

Buhairah. Pendeta ini melihat tanda-tanda kenabian Nabi Muhammad

sesuai denga pentunjuk cerita-cerita Kristen.

Ketika Nabi Muhammada berusia 25 tahun, ia berangkat ke Siria

membawa barang dagangan seorang saudagar wanita kaya raya yang

telah lama menjanda, Khadijah. Dalam perdagangan ini, Nabi

Muhammad memperoleh laba yang sangat besar. Khadijah kemudian

melamar Nabi, ketika itu Nabi Muhammad berusia 25 tahun dan khadijah

40 Tahun . Khadijah adalah wanita pertama yang masuk Islam dan

banyak membantu Nabi dalam perjuangan menyebar Islam.

Perkawinan Nabi dengan khadijah dikaruniai enam orang anak, dua

putra dan empat orang putri ialah: Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah,

Ummu Kulsum dan Fatimah. Dua putranya meninggal waktu kecil. Nabi

Muhammad tidak menikah lagi sampai Khadijah meninggal ketika Nabi

Muhammad berusia 50 tahun.

2. Masa Kerasulan

Beberapa kilometer di Utara Makkah, pada tanggal 17 ramadhan 611

M, Di Gua Hira malaikat Jibril muncul di hadapan Nabi Muhammad

untuk menyampaikan wahyu Allah yang pertama. Pada usia Nabi yang

menjelang 40 tahun itu Allah telah memilih Muhammad sebagai Nabi.

13
Pada wahyu kedua Nabi di perintahkan untuk menyeru manusia kepada

satu agama.

Pada saat beliau tidur dan terbangun tiba-tiba ia ketakutan yang luar

biasa, seluruh tubuhnya, seluruh diri batinnya, dicengkram oleh sebuah

kekuatan yang sangat besar, seolah –olah seorang malaikat telah

mencengkram beliau dalam pelukan yang menakutkan yang seakan

mencabut kehidupan dan nafas darinya.ketika beliau berbaring

disana,beliau mendengar perintah,”Bacalah!”.

Ketika itu beliau protes bahwa beliau adalah buta huruf, hingga

turunlah ayat yang pertama yaitu surah al alaq ayat 1 sampai 5

Dengan turunnya wahyu pertama itu juga sekaligus menunjukan

bahwa Muhammad telah dipilih atau lebih tepatnya diangkat oleh Allah

sebagai Nabi.  Setelah wahyu pertama itu datang, Jibril tidak lagi muncul

lagi untuk beberapa lama sementara nabi Muhammad menantikannya dan

selalu datang ke Gua Hira. Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu

kedua yang membawa perintah kepadanya, yaitu surah Al-Mudatsir ayat

1-7

Setelah turunnya wahyu itu, juga sekaligus menjadi perintah bagi Nabi

untuk mulai berdakwah.

a. Fase Makkah

Kota Makkah terletak diperut lembah, yang dikelilingi oleh bukit-

bukit dari segala arah, dari sebelah timur membentang bukit Abu

Qubais (Jabal Abu Qubais) dan dari barat dibatasi oleh dua bukit

(gunung) Qa’aiqa’ dan keduanya berbentuk bulan sabit mengelilingi

14
perkampungan Makkah. Dan dikenal bagian yang rendah dari lembah

tersebut dengan Al-Bathhaa’ yang ada padanya Ka’bah dan dikelilingi

oleh rumah-rumah orang Quraisy, sedangkan bagian yang tinggi

dikenal dengan Al-Mu’alaah dan pada bagian ujung-ujung kedua bukit

yang berbentuk bulan sabit tersebut dibangun rumah-rumah sederhana

milik orang Quraisy Dzawaahir yaitu orang-orang pedalaman (A’rob)

Quraisy yang miskin dan merupakan serdadu-serdadu perang.

Makkah adalah lembah yang sangat tandus kondisi geografis

seperti inilah berpengaruh besar dalam membentuk sikap dan watak

masyarakatnya. Pada umumnya penduduk Makkah bertempramen

buruk dan tidak mampu berpikir secara mendalam. Ditambah dengan

sistem politik di Makkah, yang dilakukan oleh pemuka-pemuka kaum

Quraisy untuk mempertahankan jabatan, kedudukan atau kekuasaan

mereka. Sehingga hal itu juga berpengaruh pada watak dan perilaku

mereka yang cenderung lebih agresif, egois, keras kepala serta tidak

mudah bagi mereka untuk dapat menerima pendapat atau keyakinan

orang lain.

Sebelum masa masuknya Islam kebanyakan kaum Arab beribadat

dengan cara melakukan penyembahan berhala dan mereka menjadikan

Ka’bah sebagai pusat peribadatan mereka, hal tersebut bisa dikatakan

sudah cukup lama berlangsung sampai akhirnya Nabi Muhammad

datang dan membawa keyakinan lain yaitu ketauhidan.

Tentunya hal tersebut tidak semerta-merta dapat dengan mudah

diterima bahkan ditolak habis-habisan oleh kaum kafir Quraisy.

15
Banyak alasan bagi mereka untuk menolak keyakinan yang dibawa

oleh Nabi Muhammad tersebut, salah satunya adalah apa yang mereka

yakini adalah sesuatu yang telah lama mengakar dan menjadi

keyakinan mereka serta nenek moyang mereka. Sehingga keyakinan

tersebut sudah tertanam kuat dalam keyakinan mereka. Para pemahat

serta penjual atau patung merasa datangnya Islam akan menghalangi

mata pencaharian mereka. Karena tentunya jika Islam menyebar maka

mereka akan kehilangan mata pencaharian mereka, yang mana sangat

bergantung pada apa yang diyakini masyarakat pada masa itu.

Kemudian kaum Quraisy juga tidak setuju dengan seruan Nabi

Muhammad S.A.W. Tentang persamaan hak antara hamba sahaya dan

bangsawan. Intinya Nabi Muhammad S.A.W ingin menghapuskan

sistem perbudakan yang telah lama berjalan kaum Quraisy juga

menolak ajaran tentang kebangkitan dan pembalasan hari akhir.

Karena reaksi keras dari kaum Quraisy itulah yang tentunya

menghambat dakwah nabi Muhammad S.A.W. karena tentunya akan

beresiko sekali dan bahkan mengancam keselamatan dan nyawa Nabi

sehingga pada akhirnya Nabi harus melakukan sistem dakwah yag

lain. Dakwah Nabi Muhammad S.A.W. dilakukan dengan dua cara

pertama yaitu dengan cara sembunyi-sembunyi dan terbuka.

1. Dakwah secara rahasia / sembunyi-sembunyi (awal

kerasulan)

Dengan turunnya perintah itu mulailah Rasulullah berdakwah.

Pertama-tama, beliau melakukannya secara diam- diam di

16
lingkungan sendiri dan di kalangan rekan-rekannya. Karena itulah,

orang pertama kali yang menerima dakwanya adalah keluarga dan

sahabat. Seorang demi seorang diajak agar mau meninggalkan

agama berhala dan hanya mau menyembah Allah yang Maha Esa.

Usaha yang dilakukan itu berhasil. Orang-orang yang mula-mula

beriman adalah:

 Istri beliau sendiri, Khadijah

 Kalangan pemuda, Ali Ibn Abi Thalib dan Zaid Ibn Harits.

 Dari kalangan budak, Bilal.

 Orang tua/tokoh masyarakat, Abu Bakar Al-Shiddiq.

Setelah Abu bakar masuk Islam, banyak orang-orang yang

mengikuti untuk masuk agama Islam. Orang-orang ini tekenal

dengan julukan Al-Sabiqun al-Awwalun, orang yang terdahulu

masuk Islam, seperti: Utsman Ibn Affan, Zubair Ibn awwam,

Talhah Ibn Ubaidillah, Fatimah binti khathab, Arqam Ibn Abd. Al-

Arqam, dan lain-lain. Mereka itu mendapat agama Islam langsung

dari Rasulullah sendiri.

2. Dakwah secara terbuka (pertengahan kerasulan)

Setelah beberapa lama berdakwa secara individual turunlah

perintah agar Nabi menjalankan dakwah secara terbuka dan

langkah berikutnya ialah berdakwa secara umum. Nabi mulai

menyeru segenap lapisan masyarakat kepada Islam secara terang-

terangan. Dalam memulai dakwah nabi banyak mendapatkan

halangan dari pihak kafir quraisy mekah dan berbagai bujuk rayu

17
yang dilakukan kaum quraisy untuk menghentikan dakwah nabi

gagal.

Semakin bertambahnya jumlah pengingkut Nabi semakin keras

tantangan yang di lancarkan kaum quraisy. Menurut Ahmad

Syalabi, ada lima faktor yang mendorong orang-orang quraisy

menentang seruan Islam ialah:

1. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dengan

kekuasaan.

2. Nabi muhammmad menyeruh kepada hak bangsawan dengan

hambah sahaya.

3. Para quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan

kembali dan pembalasan di akhirat

4. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat

berakar pada bangsa arab

5. Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai

penghalang rezeki.

Tindakan – tindakan kekerasan secara fisik yang sebelumnya

pernah dilakukan semakin ditingkatkan. Berbagai cara dilakukan

oleh pemuka-pemuka kaum Quraisy agar Nabi menghentikan

dakwahnya, saat itu mereka tidak berani melukai Nabi karena

perlindungan dari pamanya Abi Thalib yang sangat disegani

dikalangan masyarakat saat itu.

18
Para pengikut Nabi yang juga termasuk kalangan bangsawan

terselamatkan dari siksa kaum Quraisy saat itu, dan bagi mereka

yang tidak memiliki perlindungan, harus menahan siksa yang pedih

dari kaum Quraisy saat itu. Nabi juga mendapatkan jalan buntu

dalam dakwahnya. Intinya Nabi dan para pengikutnya mendapat

hambatan serta siksaan baik secara fisik dan mental dari kaum

Quraisy saat itu.

Sehingga kemudian Nabi memutuskan untuk menyebarkan

dakwahnya di wilayah lain dengan harapan dakwahnya akan

berkembang dengan pesat alasan lainnya adalah untuk menghindari

serangan dari pemuka-pemuka Quraisy saat itu. Namun ternyata

harapan dan perkiraaan Nabi salah besar, ketika Nabi memutuskan

untuk menyebarkan Islam di Thaif, reaksi yang didapat sama

dengan reaksi yang biasa nabi dapat di Makkah. Di Thaif Nabi

diejek, disoraki, dan dilempari batu, akhirnya Nabi memutuskan

kembali ke Makkah. Sampai-sampai ketika Nabi berjalan kembali

ke Makkah orang Thaif membuntuti Nabi sambil melemparinya

dengan batu sampai terluka di bagian kepala dan badannya.

Ternyata apa yang diharapkan dan perkirakan  Nabi tidak terwujud

dan ini semakin menyurutkan semangat Nabi, karena Nabi juga

telah mengalami peristiwa yang cukup menyedihkan yaitu

meninggalnya dua sosok penting dalam hidupnya yaitu pamanya

Abu Thalib dan juga istrinya sayyidatina Khadijah.

19
Tatkala banyaknya tekanan dari berbagai pihak nabi saw

mengalami kesedihan yang mendalam sehingga allah menghibur

hati baginda rasul saw dengan terjadinya isra’dan mi’rajnya nabi

muhammad saw.

Setelah peristiwa isra’dan mi’rajnya, suatu perkembangan besar

bagi kemajuan dakwah Islam muncul. Perkembangan itu

diantaranya datang dari sejumlah penduduk yatsrif yang berhaji ke

Mekah. Jamaah haji yang datang dari yastrib berjumlah 73 orang,

atas nama penduduk yastrib, mereka meminta muhammad saw dan

muslimin mekah agar berkenan pindah ke yastrib.

Dalam perjalanan ke yastrib, nabi ditemani oleh abu bakar ash-

siddiq. Sementara itu, penduduk yastrib menunggu-nunggu

kedatangannya. Ketika nabi saw datang, mereka menyambut nabi

dan kedua sahabatnya dengan penuh kegembiraan. Sejak itu,

sebagai penghormatan terhadap nabi, nama kota yastrib diubah

menjadi madinatun nabi. Kejadian itu disebut dengan “hijrah”.

b. Fase Madinah / Pembentukan Negara Madinah (Akhir masa

Kerasulan)

Nabi Muhammad meninggalkan rumahnya pada malam 27 Shafar

tahun ke-14 dari kenabian atau 12 September 622 M. Peristiwa hijrah

Rasulullah Saw dari Mekkah ke Madinah merupakan kehendak dan

20
perintah Allah Swt dengan tujuan agar penyebaran agama islam yang

dilakukan oleh Rasulullah Saw menjadi lebih pesat lagi. Selama 13

tahun Rasulullah berdakwa ajaran Islam di mekkah, Nabi Muhammad

telah banyak mengalami pertentangan dan permusuhan. Namun

Madinah merupakan Kota yang penduduknya lebih mudah menerima

ajaran Rasulullah dari pada penduduk Mekkah. Masyarakat Madinah

menyambut kedatangan Nabi Muhammmad dengan suka cita, orang-

orang Madinah berbondong-bondong memeluk Islam.Oleh karena itu

Islam lebih cepat berkembang di madinah.

Penduduk Madinah yang terdiri dari kaum Muhajirin, Anshar, dan

nonmuslim tersebut, merupakan sebuah keberagaman yang ada pada

masa lalu dan sudah menjadi suatu hal yang tidak bisa lagi dipungkuri

eksistensinya. Tapi bukan hal itu yang akan digaris bawahi. yang

terpenting adalah jiwa sosialis masyarakat madinah sangat tinggi. Ini

terbukti dari persaudaraan yang tinggi dan sangat kokoh. Tidak

ditemukan konflik karena masalah perbedaan. Kalaupun ada masalah

itu dengan cepat segara terselesaikan, karena nabi sangat bijak dalam

hal itu dan sangat hati-hati terhadap peletakan sebuah nilai

kemasyarakatan.

Nabi berhasil membentuk sistem yang luar biasa bagus.

Masyarakat Madinah merasa bahwa dirinya itu satu. Maka dari itu,

apabilah ada satu yang sakit maka yang lain turut merasakan. Hal ini

lebih khusus lagi pada umat Muslim sendiri, di mana sudah menjadi

21
kewajiban di setiap Muslim sebagaimana dalam riwayat Nabi

seringkali memerintahkannya.

Ada beberapa teradisi yang yang perlu digaris bawahi:

 Silaturahim yang membudaya

 Gotongroyong sering diadakan demi kepentingan bersama

 Kepedulian yang tinggi, mengunjungi orang yang sedang sakit atau

yang terkena musibah.

1. Aspek politik dan pemerintahan

Selain menjadi pemimpin agama Islam, Nabi Muhammad juga

menjadi pemimpin pemerintahan. Kalau sekarang beliau

selayaknya sebagai presiden. Nabi terkenal dengan

kebijaksanaannya dalam menjalankan roda pemerintahan.

Kepentingan umum lebih dikedepankan dari kepentingan-

kepentingan yang lain.

Adapun sistem pemerintahan yang digunakan Nabi yaitu sistem

musyawarah dan demokrasi dan yang terpenting adalah perkara

diputuskan dengan seadil-adilnya. Sehingga Golongan yang

berbeda merasa tenang karena tidak ada diskriminasi. Mereka bisa

hidup berdampingan tanpa ada permusushan dengan yang lain.

Keberagaman yang ada tidak menjadi persoalan, justru

mengkokohkan solidaritas di antara mereka.

22
Memang pada kebijakan politik yang pertama oleh Nabi adalah

bagaimana menghapus prinsip kesukuan dan mempererat

persatuan. Nabi benar-benar mencurahkan perhatiannya untuk

masyarakat, sehingga berhasil mendamaikan antar suku Auz dan

Khazraj. Perlu diketahui ada beberapa strategi yang dilakukan

Rasulullah, dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara

baru yang telah terbentuk.

Adapun strategi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

 Pembangunan masjid

Masjid di zaman Nabi, selain berfungsi sebagai tempat ibadah,

juga sebagi tempat mempersatukan kaum Muslimin, musyawarah,

bahkan menjadi pusat pemerintahan. Nabi mengadakan perjanjian

dengan non-Muslim dengan harapan tidak ada yang merasa

diskriminasi. Dari sinilah kemudian muncul Nama Piagam

Madinah.

 Kemiliteran

Nabi adalah pemimpin negara tertinggi tentara Muslim. Beliau

turut terjun dalam 26 atau 27 peperangan dalam ekspedisi. Bahkan

Nabi sendiri yang memimpin beberapa peperangan yang besar

misalnya, perang Badar, perang Uhud, perang Khandaq, perang

Hunayn dan dalam penaklukkan kota Makkah. Adapun peperangan

ekspedisi yang lebih kecil pimpinan diserahkan kepada para

komandan yang ditunujuk oleh Nabi.

23
Di kala itu, peraturan kemiliteran belum dikenal. Akan tetapi

moralitas dan kedisiplinan yang tinggi membuat mereka tertata di

bawah satu komando yaitu Nabi. Ketika ingin menghadapi

peperangan Nabi kerapkali mengundang para sahabat (Tokoh-

tokoh) untuk berdiskusi mengenai hal tersebut.

Dalam perkembangannnya pasukan kemiliteran umat Islam

makin meningkat. Pada awalnya pasukan umat Islam hanya

berjumlah 313 pejuang. Hingga pada perang terakhir di Uhud,

pasukan umat Islam sudah mencapai 30.00 pejuang. Para pejuang

tersebut memiliki keahlian yang cukup baik dan disiplin yang

tinggi.

 Dakwah

Pada periode Madinah Nabi memiliki sedikit kemudahan dalam

mengenalkan Islam. Itu dikarenakan masih banyak penduduk

Madinah yang menganut agama samawi. Dapat kita lihat ketika

Nabi memasuki Madinah, beliau mendapat penyambutan yang luar

biasa dari masyarakat.

Ada beberapa strategi dakwah yang dilakukan oleh Nabi, yaitu

sebagai berikut:

1. Membina masyarakat Islam melalui pertalian persaudaraan antara

kaum Muhajirin dengan kaum Anshar

2. Memellihara dan mempertahankan masyarakat Islam

24
3. Meletakkan dasar-dasar politik ekonomi dan sosial untuk

masyarakat Islam.

Dengan diletakannya dasar-dasar yang berkala ini masyarakat

dan pemerintahan Islam dapat mewujudkan nagari “Baldatun

Thayyibatun Warabbun Ghafur“ dan Madinah disebut “ Madinatul

Munawwarah”.

Dari sistem yang telah diterapkan Nabi tersebut, hampir tidak

mendapat penolakan dari masyarakat Madinah, karena nilai-nilai

yang diletakkan Nabi bersifat universal, walau pada hakikatnya

nilai-nilai tersebut termaktub dalam Islam. Contohnya berbuat adil,

saling menolong, larangan curang dalam berdagang, dan lai-lain.

Perkembangan Islam juga tidak terlepas dari peranan moral

Nabi yang begitu mulia dan sangat bijak dalam memutuskan

sebuah perkara. Sehingga tidak sedikit kasus yang telah

diselesaikan. Bahkan ketika ada perselisihan antar suku, Nabi

selalu mendapat undangan untuk memberikan jalan keluar.

2. Kondisi perekonomian Madinah

Kekayaan Madinah nyaris secara keseluruahan terkonsentarasi

di tangan orang-orang Yahudi. Jadinya orang-orang Arab (Anshar)

hidup dalam kemiskinan dan kekurangan selama bertahun-tahun.

Salah satu alasan mengapa mereka begitu miskin adalah

dikarenakan harus memabayar bunga pinjaman mereka yang cukup

tinggi kepada orang-orang yahudi.

25
Kaum Anshar memang berada dalam lembah kemiskinan, Akan

tetapi Kaum Muhajirin lebih miskin lagi. Karena mereka hijrah

tanpa membawa harta benda, barang berharga ditinggalkan di

Makkah. Semakin hari kehidupan kaum Muhajirin

memprihatinkan. Pada perjanjian awal kaum Muhajirin harus

membantu untuk bercocok tanam, namun mereka tidak

berpengalaman dalam hal itu, sehingga mereka harus bekerja

sebagai buruh kasar di kebun milik orang Yahudi dan Ansar.

Misalnya menebang pohon, menyiram pohon, dan lain-lain.

Nabi kemudian memberikan solusi kepada kaum Muhajirin

untuk dipersaudarakan dengan kaum Anshar. Mereka harus saling

membantu dan bekerjasama. Peristiwa ini terjadi selang beberapa

bulan kedatangan Nabi di Madinah. Ada beberapa orang yang

dipersaudarakan, di anataranya sebagai berikut:

1) Amar bin Yasir (Muhajirin) dengan Huzaifah al-yamani

(Anshar)

2) Abu bakar dengan Kharjah bin Zaid

3) Utsman bin Affan dengan ‘Aus bin Sabit

4) Umar bin Khattab dengan Utbah bin Malik

5) Abu Dzar al-Ghiffari dengan al Mundzir bin Amr

6) Mus’ab bin Umair dengan Abu Ayyub

7) Abu Ubaidah Amir al-Jarrah dengan Sa’ad bin Ma’az

8) Zubair bin al-Awwam dengan Salam bin Waqash

26
9) Abdurrahman bin ‘Auf dengan Sa’ad bin Rabi’

10) Thalhah bin Ubaidillah dengan Ka’ab bin Malik

Sementara itu Ali tidak dipersaudarakan dengan siapa pun,

namun Ali patut berbangga, karena Nabi mengatakan engkau

adalah saudaraku di dunia dan akhirat. Hingga akhirnya masalah

perekonomian yang menyiksa bathin mereka telah terlewatkan.

Berjalannya hari kaum Anshar dan Muhajirin menjadi makmur.

Bahkan kekayaan Muhajirin melebihi kekayaan kaum Anshar. Hal

ini bukanlah sesuatu yang buruk, namun yang sangat menyedihkan

setelah wafatnya Nabi Saw, kaum Muhajirin menaruh barisan

kaum Anshar berada dibelakang barisan mereka. Ini karena adanya

penyusut dari Bani Umayyah yang menyamar menjadi kaum

Muhajirin. Sebagaimana telah diketahui kaum Anshar adalah

musuh Bani Umayyah.

3. Sumber-sumber keuangan Negara

Beliau mendirikan lembaga kejayaan masyarakat di Madinah.

Terdapat lima sumber utama pendapatan Negara Islam, yaitu

(i) Zakat, (ii) Jizyah (pajak perorangan), (iii) Khraj (pajak tanah),

(iv) Ghanimah (hasil rampasana perang), (v) al-fay’ (hasil tanah

Negara).

Setelah tiba dan diterima penduduk yastrib (madinah) Nabi

Muhammad S.A.W resmi sebagai peminpin Kota itu. Dengan

terbentuknya negara madinah, Islam makin bertambah

27
kuat.perkembangan Islam yang pesat itu membuat orang-orang

mekah dan musuh-musuh Islam lainnya menjadirisau. Untuk

menghadapi gangguan dari musuh, nabi mengatur siasat dan

membentuk pasukan tentara.

Pada tahun 9 dan 10 hijriah banyak suku dari pelosok Arab

mengutus delegasinya kepada Nabi Muhammad S.A.W

menyatakan ketundukan mereka. Masuknya orang mekah kedalam

agama Islam rupanya mempunyai pengaruh yang sangat besar pada

penduduk Padang pasir. Tahun itu disebut dengan tahun perutusan.

Persatuan bangsa Arab telah terwujud, peperangan antara suku

yang beralangsung sebelumnya telah berubah menjadi

persaudaraan seagama.

Setelah itu Nabi Muhammad S.A.W segera kembali ke

Madinah. Dua bulan setelah itu, nabi menderita sakit demam,

tenaganya dengan cepat berkurang. P ada hari senin tanggal 12

rabi’ul awal 11 H/8 juni 632 M, Nabi Muhammad S.A.W wafat

dirumah istrinya A’isyah.

B. KONSEPSI NEGARA

Secara literal istilah negara merupakan terjemahan dari kata-kata asing,

yakni state (bahasa Inggris), Staat (bahasa Belanda dan Jerman) dan etat

(bahasa Perancis), kata state, staat, etat itu diambil dari kata bahasa latin status

atau statum, yang berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang

memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.

28
Secara terminology, Negara diartikan dengan organisasi tertinggi di antara

satu kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup

dalam daerah tertentu dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat.

Max Weber (Funny, 2008) mendefinisikan bahwa Negara adalah suatu

masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik

secara sah dalam suatu wilayah dengan berdasarkan system hukum yang

diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut diberikan

kekuasaan memaksa.

Roger F. Soultau (Oetari Budiyanto, 2012), Negara adalah alat (agency)

atau wewenang atau authority yang mengatur atau mengendalikan persoalan

bersama atas nama masyarakat.

Aristoteles (Oetari Budiyanto, 2012), Negara adalah perpaduan beberapa

keluarga mencakupi beberapa desa, hingga pada akhirnya dapat berdiri sendiri

sepenuhnya, dengan tujuan kesenangan dan kehormatan bersama.

Berdasarkan pendapat-pendapat, dapat disimpulkan bahwa Negara adalah

organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang berfungsi sebagai

alat (agency) yang mengatur atau mengendalikan persoalan bersama atas nama

masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup dalam wilayah

tertentu dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat dengan berdasarkan

sistem hukum yang diselenggarakan dengan tujuan kesenangan dan

kehormatan bersama.

29
C. TEORI-TEORI PEMBENTUKAN NEGARA

1. Teori Ketuhanan

Teori ketuhanan ini dikenal juga dengan doktrin teokratis dalam teori

asal mula negara. Teori ini pun bersifat universal dan ditemukan baik si

dunia Timur maupun di dunia Barat, baik di dalam teori maupun di dalam

praktik. Doktrin ketuhanan ini memperoleh bentuknya yang sempurna

dalam tulisan-tulisan para sarjana Eropa pada abad pertengahan yang

menggunakan teori itu untuk mengemukakan hak-hak raja yang berasal dari

Tuhan untuk memerintah dan bertahta sebagai raja (devine rights of kings)

doktrin ketuhanan lahir sebagai resultante kontroversial dari kekuasaan

politik dalam abad pertengahan. Kaum “monarchomach” (penentang raja)

berpendapat bahwa raja yang berkuasa secara tiranik dapat diturunkan dari

mahkotanya, bahkan dapat dibunuh. Mereka beranggapan bahwa sumber

kekuasaan adalah rakyat, sedangkan raja-raja pada waktu itu beranggapan

bahwa kekuasaan mereka di peroleh dari Tuhan. Negara dibentuk oleh

Tuhan dan pemimpin-pemimpin negara ditunjuk oleh Tuhan. Raja dan

pemimpin-pemimpin negara hanya bertanggung jawa pada Tuhan dan tidak

pada siapa pun. Teori teokratis seperti ini memang sudah amat tua dan

didasarkan atas sabda Paulus yang terdapat dalam Rum XIII ayat 1 dan 2.

Thomas Aquinas mengikuti ajaran Paulus yang menganggap Tuhan

sebagai principum dari semua kekuasaan, tetapi memasukan unsur-unsur

sekuler dalam ajaranya itu, yaitu bahwa sekalipun Tuhan memberikan

princium itu kepada penguasa, namun rakyat menentukan modus atau

bentuknya yang tetap dan bahwa rakyat pula yang memberikan kepada

30
seseorang atau segolongan orang exercitum dari pada kekuasaan itu.

Karenanya, teori Thomas Aquinas ini bersifat monarcho-demokratis yaitu

bahwa di dalam ajaran itu tedapat unsur-unsur yang monarchistis di

samping unsur-unsur yang demokratis.

Jika doktrin ketuhanaan itu pada abad pertengahan masih bersifat

monarcho –demokratis dalam abad-abad ke-16 dan ke-17 doktrin itu bersifat

monarchistis semata.dengan doktrin semacam itu diusahakan agar

kekuasaan raja mendapatkan sifatnya yang suci, sehingga pelanggaran

terhadap kekuasaan raja merupakan pelanggaran terhadap Tuhan. Raja

dianggap sebagai wakil Tuhan, bayangan Tuhan dan letnan Tuhan di dunia

atau dikenal dengan istilah “La Roi e` est l `image de Dieu”.

Negara dibentuk oleh Tuhan dan pemimpin-pemimpin Negara ditunjuk

oleh Tuhan Raja dan pemimpin-pemimpin Negara hanya bertanggung jawab

pada Tuhan dan tidak pada siapapun. Penganut teori ini adalah Agustinus,

Yulius Stahi, Haller, Kranenburg dan Thomas Aquinas.

Teori yang bersifat ketuhanan merupakan teori tertua dari asal- usul

kenegaraan. Teori ini menjadi kepercayaan sebagian besar komunitas

seperti, Mesir, Babilonia, India, Yahudi dan Masyarakat pertengahan negara

Eropa.

Merujuk pada perjanjian terdahulu bahwa Tuhan adalah sumber kekuatan

dari negara. Bangsa Yahudi percaya bahwa Tuhanlah yang menetapkan

seorang raja, ia diturunkan untuk memimpin sekaligus memberantas

peraturan - peraturan dhalim. Kaum Yahudi yakin bahwa raja merupakan

31
wakilnya Tuhan dan ia diamanatkan tanggung jawab yang harus

dilaksanakan.

Di India teori ini berlaku dan dipercaya dalam kisah Mahabhrata dimana

dunia telah menjadi negara berbentuk anarki, dimasa itu masyarakat India

memohon kepada Tuhan mereka untuk diturunkan seorang pemimpin.

Mereka berdo’a wahai Tuhan kami, sungguh kami akan binasa bila negara

ini tidak terlahir seorang pemimpin, turunkanlah kepada kami seorang

pemimpin, dimana ia bisa membawa kami tenang dalam ibadah, dan

melindungi kami dari kedhaliman. Maka Tuhan menurunkan Manu sebagai

pemimpin mereka.

Akan tetapi sebagian besar perjanjian yang berhasil diatas ditemukan

didalam tulisan bapak gereja pertama. St. Paul menyatakan: serahkanlah

jiwa untuk tunduk kepada yang memiliki kekuatan tak tertandingi, tidak ada

kekuatan yang tinggi kecuali Tuhan: dimana segala kekuatan bersumber dari

NYA.

Dari teori diataslah timbul keyakinan bahwa siapapun yang menentang

kekuatan raja, maka dia telah melawan peraturan Tuhan, dan mereka

pembangkang akan menerima kutukan atas perlawanannya.

Pendeta Kristen percaya bahwa manusia pada dasarnya tidak berdosa,

dimasa ini negara tidak diperlukan. Akan tetapi tatkala manusia kehilangan

dasarnya, maka negara dibutuhkan untuk mencegah hal- hal yang fatal.

32
Jadi menurut teori ini Tuhanlah yang menciptakan negara, maka negara

merupakan kekuatan bersifat ketuhanan yakni untuk memperbaiki kejahatan

manusia.

Ada beberapa pendapat yang menguatkan teori diatas:

1. Martin Luther berpendapat bahwa pangeran diseluruh dunia ini

merupakan Tuhan.

2. Sir Robert Filmer dalam Patriarchanya tertulis: Adam adalah raja

pertama didunia ini, maka raja selanjutnya dianggap sebagai ahli

warisnya.

3. King James I mengatakan bahwa raja negara adalah sebagian besar

orang yang mulia didunia ini. Raja bukan saja utusan Tuhan yang

mana diberikan tahta, akan tetapi karna dekatnya dirinya dengan

Tuhan mereka juga diaggap sebagai Tuhan

2. Teori Kekuatan

Negara yang pertama adalah hasil dominasi dari komunikasi yang kuat

terhadap kelompok yang lemah, Negara terbentuk dengan penaklukan dan

pendudukan. Dengan penaklukan dan pendudukan dari suatu kelompok

etnis yang lebih kuat atas kelompok etnis yang lebih lemah, dimulailah

proses pembentukan Negara. Penganut teori ini adalah H.J. Laski, L.

Duguit, Karl Marx, Oppenheimer dan Kollikles.

Menurut teori ini negara muncul terbentuk dari salah satu akibat

penaklukan kaum lemah oleh kaum kuat. Teori ini berbasis dalam dasar

33
pikiran psikologis dimana sifat manusia itu agresip. Sifat ini membawa

manusia meronta terus- menerus untuk meraih kekuasaan; dan dari sifat ini

pula mendorong kaum kuat untuk menjajah kaum lemah.

Sifat dasar agresip inilah membawa naluri manusia bangkit dan

membentuk institusi negara, oleh karena itu kekuatan kekuatan adalah

dasarnya negara. Jean bodin, D. hume, Oppenheimer dan Jenks merupakan

ahli Filsafat dimasa modern dimana mereka memegang dan menyokong

teori ini.

Intisari dari teori ini adalah’’ perang untuk menjadi raja ‘’. Ditahun 1080

Pope Gregory VII menulis: barangsiapa yang tidak mengetahui bahwa

raja- raja atau pemimpin- pemimpin mereka yang membawa mereka dari

permulaan, dimana para pemimpin tersebut buta dari mengenal tuhan, dan

berpura- pura, buta yang disebabkan oleh ketamakan dan kesombongan

yang tak tertahankan, bisa dianggap menjaga harga diri, kekerasan,

kepercayaan yang jelek, pembunuhan, dan dekat dengan segala bentuk

kejahatan, menjadi penghasut bersama para pemimpinnya menuju jalan

iblis.

Pada abad 18. D. Hume mengungkapkan pandangan yang serupa, dia

mengatakan, apakah mungkin kekuasaan pertama seseorang terhadap orang

banyak selama perang dinegara tersebut masih berlaku, dimana keunggulan

keberanian dan mengetahui kejeniusan dirinya sendiri sebagian besar

nampak. Tatkala konser kebulatan hati sebagian besar merupakan syarat dan

dimana kekacauan harta benda merusak dengan pantas sebagian besar

perasaan, secara terus - menerus menjadi kebiasaan dimana kebiadaban

34
diantara manusia membiasakan masyarakat kepada ketundukan.

Disisi lain ide Leacock tentang teori ini: pengertian menurut histori bahwa

pemerintahan muncul dari agresip manusia, dimana permulaan negara

ditemukan dalam perebutan dan perbudakan dari manusia sendiri, dalam

perebutan hati dan penaklukan kaum lemah dimana dilakukan layaknya

kampanye, pencarian yang diperoleh tidak jauh dari dominasi dirinya dalam

kekuatan fisik. Dari inilah pertumbuhan manusia yang agresip menuju

kerajaan dan dari kerajaan sampai kepada kekaisaran merupakan suatu

proses yang lama.

E. Jenks menjelaskan dengan baik teori ini, dia mengatakan: secara

histori. Tidak ada bukti pengabaian kesulitan didalamnya dimana semua

komunitas dari perpolitikan modern menerima adanya suatu kesuksesan dari

peperangan.

Ide- ide umum terhadap dasar negara berdasarkan teori ini sebagai

berikut:

a. Ketika populasi bertambah, maka tekanan harta untuk hidup juga

bertambah. Sebab ini mengiring manusia untuk berjuang diantara

bermacam bangsa untuk mengkontrol wilayah dan kekayaan lainnya

untuk kehidupan.

b. Secara berangsur- angsur peperangan menjadi sebuah seni, dan

pelajaran bagi pejuang, mereka muncul menjadi spesialis dalam

kesenian. Negara muncul hidup tatkala penguasa dan pejuang-

pejuangnya bersatu membentuk kekuasaan atas suatu wilayah.

35
c. Setelah penguasa tersebut berhasil mendirikan kekusaan diatas

kaumnya, maka sifat agresip untuk berperang atau menguasai negara

tetangga menjadi kebiasaan dengan alasan untuk memperluas negara.

Ide- ide diatas merupakan gambaran mengenai suku kerajaan yang tidak

bisa dipungkiri seperti; Inggris, Skandinavia, Rusia, dan beberapa negara

bagian Eropa.

Oppenheimer menberi enam tingkat gambaran atas dasar timbulnya

negara:

a. Negara terlahir oleh peperangan, pembunuhan dan perampasan yang

terus- menerus. Penakluk membunuh semua kaum lelaki dan sebagai

bukti penaklukan mereka membawa anak- anak dan wanita Sebagai

barang rampasan.

b. Penyerahan diri kaum lemah terhadap kaum kuat, dimana mereka

tidak berdaya untuk melawan. Para penakluk berhenti membunuh,

maka gantinya mereka dijadikan budak.

c. Penakluk dan yang tertakluk bergabung bekerja sama guna meraih

keuntungan yang baik.

d. Perpaduan lebih lanjut dari penjajah dan yang dijajah. Mereka bukan

saja mempelajari untuk hidup bersama, akan tetapi juga bersatu untuk

menguasai daerah lainnya.

e. Mereka menemukan dasar perlengkapan administratip untuk

menyudahi perselisihan dibagian dalam.

Para pemimpin dan sekelompok pemenang menjadi raja, dimana asisten

militernya menjadi penasehat, dan raja beserta adviser mulai berkuasa,

36
sehingga diselenggarakan hukum atau undang- undang terhadap

warganegaranya.

3. Teori Kontrak Sosial / Teori Perjanjian Masyarakat

Teori ini beranggapan bahwa Negara dibentuk berdasarkan perjanjian-

perjanjian masyarakat. Beberapa pakar penganut teori kontrak sosial yang

menjelaskan teori asal-mula Negara, diantaranya:

1. Thomas Hobbes (1588-1679)

Menurutnya syarat membentuk Negara adalah dengan mengadakan

perjanjian bersama individu-individu yang tadinya dalam keadaan

alamiah berjanji akan menyerahkan semua hak-hak kodrat yang

dimilikinya kepada seseorang atau sebuah badan. Teknik perjanjian

masyarakat yang dibuat Hobbes sebagai berikut setiap individu

mengatakan kepada individu lainnya bahwa “Saya memberikan

kekuasaan dan menyerahkan hak memerintah kepada orang ini atau

kepada orang-orang yang ada di dalam dewan ini dengan syarat bahwa

saya memberikan hak kepadanya dan memberikan keabsahan seluruh

tindakan dalam suatu cara tertentu.

2. John locke (1632-1704)

Dasar kontraktual dan Negara dikemukakan Locke sebagai peringatan

bahwa kekuasaan penguasa tidak pernah mutlak tetapi selalu terbatas,

sebab dalam mengadakan perjanjian dengan seseorang atau sekelompok

orang, individu-individu tidak menyerahkan seluruh hak-hak alamiah

mereka.

37
3. Jean Jacques Rousseau (1712-1778)

Keadaan alamiah diumapamakannya sebagai keadaan alamiah, hidup

individu bebas dan sederajat, semuanya dihasilkan sendiri oleh individu

dan individu itu puas. Menurut “Negara” atau “badan korporatif”

dibentuk untuk menyatakan “kemauan umumnya” (general will) dan

ditujukan pada kebahagiaan besama. Selain itu Negara juga

memperhatikan kepentingan-kepentingan individual (particular interest).

Kedaulatannya berada dalam tangan rakyat melalui kemauan umumnya.

Anggapan lain dari teori ini menyatakan bahwa sebelum ada negara,

manusia hidup sendiri-sendiri dan berpindah-pindah. Pada waktu itu belum

ada masyarakat dan peraturan yang mengaturnya sehingga kekacauan

mudah terjadi di mana pun dan kapan pun. Teori perjanjian masyarakat

beranggapan bahwa Negara di bentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian

masyarakat.

Tanpa peraturan, kehidupan manusia tidak berbeda dengan cara

hidup binatang buas, sebagaimana dilukiskan oleh Thomas Hobbes,

manusia seakan-akan merupakan bintang dan menjadi mangsa dari manusia

yang fisik lebih kuat daripadanya. Keadaan ini dilukiskan dalam peribahasa

Latin homo homini lupus. Manusia saling bermusuhan, saling berperang

satu melawan yang lain. Keadaan ini dikenal sebagai “bellum omnium

contra omnes” (perang antara semua melawan semua). Bukan perang dalam

arti peperangan yang terorganisasikan, tetapi perang dalam arti keadaan

bermusuhan yang terus menerus antara individu dan individu lainnya.

38
Teori Perjanjian Masyarakat diungkapkannya dalam buku Leviathan.

Ketakutan akan kehidupan berciri survival of the fittest, itulah yang

menyadarkan manusia akan kebutuhannya: negara yang diperintah oleh

seorang raja yang dapat menghapus rasa takut. Demikianlah akal sehat

manusia telah membimbing dambaan suatu kehidupan yang tertib dan

tenteram.Maka, dibuatlah perjanjian masyarakat (sosial contract).

Perjanjian antar kelompok manusia yang melahirkan negara dan

perjanjian itu sendiri disebut pactum unions, bersamaan dengan itu terjadi

pula perjanjian yang disebut pactum subiectionis yaitu perjanjian antar

kelompok manusia dengan penguasa yang diangkat dalam pactum unionis.

Isi pactum subiectionis adalah pernyataan penyerahan hak-hak alami kepada

penguasa dan berjanji akan taat kepadanya.

Penganut teori Perjanjian Masyarakat antara lain:

1. Grotius (1583-1645),

2. John Locke(1632-1704),  

3. Immanuel Kant (1724-1804),

4. Thomas Hobbes (1588-1679),

5. J.J.Rousseau (1712-1778).

Ketika menyusun teorinya itu, Thomas Hobbes berpihak kepada Raja

Charles I yang sedang berseteru dengan Parlemen. Teorinya itu kemudian

digunakan untuk memperkuat kedudukan raja. Maka ia hanya

mengakui pactum subiectionis, yaitu pactum yang menyatakan penyerahan

seluruh haknya kepada penguasa dan hak yang sudah diserahkan itu tak

dapat diminta kembali. Sehubungan dengan itulah Thomas Hobbes

39
menegaskan idealnya bahwa negara seharusnya berbentuk kerajaan mutlak /

absolut.

John Locke menyusun teori Perjanjian Masyarakat dalam bukunya Two

Treaties on Civil Government, bersamaan dengan tumbuh kembangnya

kaum borjuis (golongan menengah) yang menghendaki perlindungan

penguasa atas diri dan kepentingannya. Maka John Locke mendalilkan

bahwa dalam pactum subiectionis tidak semua hak manusia diserahkan

kepada raja. Seharusnya ada beberapa hak tertentu (yang diberikan alam)

tetap melekat padanya.

Hak yang tidak diserahkan itu adalah hak azasi manusia yang terdiri: hak

hidup, hak kebebasan, dan hak milik. Hak-hak itu harus dijamin raja dalam

UUD negara. Menurut John Locke, negara sebaiknya berbentuk kerajaan

yang berundang-undang dasar atau monarki konstitusional.

Jean Jacques Rousseau dalam bukunya Du Contract Social berpendapat

bahwa setelah menerima mandat dari rakyat, penguasa mengembalikan hak-

hak rakyat dalam bentuk hak warga negara (civil rights) Ia juga menyatakan

bahwa negara yang terbentuk oleh Perjanjian Masyarakat harus menjamin

kebebasan dan persamaan. Penguasa sekadar wakil rakyat, dibentuk

berdasarkan kehendak rakyat (volonte general). Maka, apabila tidak mampu

menjamin kebebasan dan persamaan, penguasa itu dapat diganti. Mengenai

kebenaran tentang terbentuknya negara oleh Perjanjian Masyarakat itu, para

penyusun teorinya sendiri berbeda pendapat. Grotius menganggap bahwa

Perjanjian Masyarakat adalah kenyataan sejarah, sedangkan Hobbes, Locke,

Kant, dan Rousseau menganggapnya sekadar khayalan logis.

40
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Secara literal istilah negara merupakan terjemahan dari kata-kata asing,

yakni state (bahasa Inggris), Staat (bahasa Belanda dan Jerman) dan etat

41
(bahasa Perancis), kata state, staat, etat itu diambil dari kata bahasa latin status

atau statum, yang berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang

memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.

Negara adalah organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang

berfungsi sebagai alat (agency) yang mengatur atau mengendalikan persoalan

bersama atas nama masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup

dalam wilayah tertentu dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat dengan

berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan dengan tujuan kesenangan

dan kehormatan bersama.

Sedangkan teori teori yang menjelaskan tentang terbentuknya suatu Negara

diantaranya adalah Teori Ketuhanan, Teori kekuatan dan Teori kontrak sosial

(social contract) / Teori Perjanjian Masyarakat.

Sejarah Nabi Ibrahim A.S hingga Nabi Muhammad S.A.W bila dikaitkan

dengan teori-teori tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada saat

jaman Nabi Ibrahim hingga Nabi Muhammad masyarakat disana sangat

mengikuti setiap pemimpin agama yang dapat memberikan kesejahteraan bagi

masyarakat disana dan sangat menganut teori ketuhanan.

Teori Ketuhanan

Setelah beberapa tahun Nabi Ibrahim A.S kembali ke Mekkah beliau

melihat Mekkah yang awalnya berupa lembah yang kering dan berbatu

tersebut telah berubah disana sudah terdapat sumber air, dan ada

masyarakat yang ikut tinggal. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail di

perintahkan oleh Allah S.W.T untuk membangun Kabah dan menyerukan

manusia untuk berhaji ke Mekkah. Dan ketika inilah masyarakat di

42
mekkah menyerukan Nabi Ibrahim menjadi pemimpin dan masyarakat

disana mengikuti ajaran Nabi Ibrahim. Merujuk dari teori ini maka

sumber dari kekuatan Negara adalah Tuhan. Teori ini pun menjelaskan

bahwa Negara dibentuk oleh Tuhan dan pemimpin-pemimpin negara

ditunjuk oleh Tuhan. Raja dan pemimpin-pemimpin negara hanya

bertanggung jawab pada Tuhan dan tidak pada siapa pun seperti halnya

cerita di masa kekuasaan setelah Nabi Ismail berkuasa, mereka sewenang

wenang dalam memimpin mekkah.

Sama halnya ketika Nabi Muhammad S.A.W hijrah ke Madinah yang

mana untuk berdakwah menyebarkan agama Islam agar lebih pesat. Nabi

berhasil membentuk sistem yang luar biasa bagus. Masyarakat Madinah

merasa bahwa dirinya itu satu. Maka dari itu, apabilah ada satu yang

sakit maka yang lain turut merasakan. Sehingga selain menjadi pemimpin

agama Islam, Nabi Muhammad S.A.W juga menjadi pemimpin

pemerintahan di Madinah. Ada beberapa bidang yang dikembangkan

sebagai wujud dari upaya Nabi untuk membentuk Negara Islam

diantaranya yaitu pembentukan sistem sosial kemasyarakatan, militer,

politik, dakwah, ekonomi, dan sumber pendapatan Negara. Pada fase ini

Islam menjadi agama yang sangat berkembang dengan visi dan misi yang

satu yaitu menjadi negara Islamiah dengan pedoman Al-qur’an dan

Sunnah Nabi.

43
DAFTAR PUSTAKA

Munir Amin, Samsul. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2010.

Rusli Amin, M.  Hijrah; Rahasia Sukses Rasu lullah Saw. Jakarta: Al-

Mawardi Prima, 2010

Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam Bandung: Pustaka Setia, 2008.

44
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2005.

Agus Surata, Tuhana Taufiq A, Runtuhnya Negara bangsa, UPN Veteran,

Jogjakarta:2002

Dede Rosyada DKK, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani,

ICCE UIN Syarif Hidayatullaah, Jakarta: 2000

Drs. C.S.T. Kansil SH, Hukum Tata Pemerintahan Indonesia, Galia Indonesia.

Bandung : 1999

Joko Subagyo, Hukum Laut Indonesia, Rineka Cita, Jakarta : 2002

M. Hutauruk, Asas-Asas Ilmu Negara, Erlangga, Jakarta ; 1983

Nico Tamien DR, Tata Negara, Perpustakaan Nasional, Jakarta : 2003

Prof. Dr. Moh Mahfud MD, Dasar Dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia,

Rineka Cipta, Jakarta : 2001

Rapar, Filsafat Politik Arisstoteles, Raja Grafindo Persada, Jakarta : 1993

Yulies Tienamasrieani, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta :

2004

45

Anda mungkin juga menyukai