Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH MATA KULIAH PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga Negara


dalam Demokrasi

Disusun Oleh :
ARLIN RISKI KUSUMAWARDANI (181610101061)

MATA KULIAH WAJIB UMUM (MKWU)


UNIVERSITAS JEMBER
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nyalah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan pokok
bahasan “Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga Negara dalam
Demokrasi”, sebagai tugas Ujian Tegah Semester mata kuliah wajib umum
(MKWU) Pendidikan Kewarganegaraan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, saya hendak menyampaikan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan saya Bapak Sholikul
Hadi,yang telah membimbing saya sehinggatugas ini dapat terselesaikan.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi para
pembaca. Sebelumnya, saya memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan mohon kritik serta saran yang membangun demi
perbaikan di masa yang akan datang.

Cepu, 11 Mei 2020


Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................2


DAFTAR ISI...................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................4
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................5
1.3 Tujuan .................................................................................................................5
BAB II PERMASALAHAN ...........................................................................................6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................7
3.1 Pengertian Hak dan Kewajiban ............................................................................7
3.2 Konsep dan Urgensi Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga Negara..8
3.3 Harmoni Hak dan Kewajiban Negara dan Warga Negara Indonesia
Berdasarkan Sumber Historis, Sosiologis dan Politik ..........................................9
3.4 Hak dan Kewajiban Negara dan Warga Negara Menurut Undang-Undang
Dasar 1945............................................................................................................13
3.5 Esensi dan Urgensi harmoni kewajiban dan hak Negara dan warga Negara .......21
3.6 Pelaksanaan hak dan kewajiban Negara dan warga Negara di Negara
Demokratis ...........................................................................................................24
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................28
4.1 Kesimpulan ..........................................................................................................28
4.2 Saran .....................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................29
LAMPIRAN ....................................................................................................................30

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan,
akan tetapi dapat pula terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak
seimbang. Warga negara memiliki hak dan kewajiban terhadap negara,
sebaliknya, negara memiliki hak dan kewajiban terhadap warga negara.Hak dan
kewajiban warga negara merupakan isi konstitusi negara perihal hubungan
antara warga negara dengan negara.Di Indonesia, pengaturan hak dan
kewajiban warga negara diatur dalam UUD NKRI 1945.
Persoalan yang paling mendasar hubungan antara negara dan warga
negara adalah masalah hak dan kewajiban.Negara demikian pula warga negara
sama-sama memiliki hak dan kewajiban masing-masing. Sesungguhnya dua hal
ini saling terkait, karena berbicara hak negara itu berarti berbicara tentang
kewajiban warga negara, demikian pula sebaliknya berbicara kewajiban negara
adalah berbicara tentang hak warga negara
Hubungan antara warga Negara dengan Negara Indonesia digambarkan
dengan baik dalam pengaturan mengenai hak dan kewajiban.Baik itu hak dan
kewajiban warga Negara terhadap Negara maupun hak dan kewajiban Negara
terhadap warganya.Ketentuan selanjutnya mengenai hak dan kewajiban warga
Negara diberbagai bidang terdapat dalam peraturan perundang-undangan
dibawah undang-undang dasar.Sebagai contoh, Negara memiliki kewajiban
untuk memberikan keamanan, kesejahteraan, perlindungan terhadap warga
negaranya serta memiliki hak untuk dipatuhi dan dihormati.Begitupun
sebaliknya, warga Negara wajib membela Negara dan berhak mendapatkan
perlindungan dari Negara.
Suatu hak dan kewajiban harus berjalan seimbang, apabila tidak
seimbang, akan menyebabkan suatu pertikaian yang dapat merusak hubungan
Negara dan warganya. Sebagai contoh, setiap warga negara memiliki hak dan
kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada
kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam
menjalani kehidupannya.Semua itu terjadi karena pemerintah lebih banyak
mendahulukan hak daripada kewajiban.Hal ini dapat menyebabkan terjadinya

4
kesenjangan sosial yang berkepanjangan.
Kesadaran akan hak dan kewajiban sangatlah penting, seseorang yang
semestinya memiliki hak namun ia tidak menyadarinya, maka akan membuka
peluang bagi pihak lain untuk menyimpangkannya. Demikian pula
ketidaksadaran seseorang akan kewajibannya akan membuat hak yang
semestinya didapatkan orang lain menjadi dilanggar atau diabaikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian hak dan kewajiban?
2. Bagimana konsep dan urgensi harmoni kewajiban dan hak Negara dan
warga Negara?
3. Bagaimana harmoni hak dan kewajiban Negara dan warga Negara
Indonesia berdasarkan sumber historis, sosiologis dan politik?
4. Bagaimana hak dan kewajiban Negara dan warga Negara menurut Undang-
Undang Dasar 1945?
5. Apa saja esensi dan urgensi harmoni kewajiban dan hak Negara dan warga
Negara?
6. Bagaimana tata pelaksanaan hak dan kewajiban Negara dan warga Negara
di Negara demokratis?

1.3 Tujuan
Tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang suatu
harmoni hak dan kewajiban Negara dan warga Negara yang mana dalam
makalah ini akan membahas rumusan masalah yang sudah ditulis sebelumnya.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat mengerti dan
memahami materi yang ada disampaikan, selain itu diharapkan pula pembaca
dapat menerapkan harmoni kewajiban dan hak negara dan warga negara dalam
tatanan kehidupan demokrasi Indonesia serta melaksanakan kewajiban dan hak
warga negara dalam tatanan kehidupan demokrasi Indonesia.

5
BAB II
PERMASALAHAN

Masih sering ditemukan permasalahan tentang ketidakseimbangan antara


hak dan kewajiban Negara dengan warga Negara, hal ini disebabkan masih banyak
warga Negara maupun aparat Negara yang lebih menuntut haknya dibanding
melakukan kewajibannya. Sebagaimana yang telah ditetapkan bahwasanya hak dan
kewajiban warga Negara Indonesia tercantum dalam pasal 27-34 UUD 19945, yang
didalamnya menjelaskan beberapa hak dan kewajiban untuk seorang warga Negara
Indoneisa.Namun permasalahannya saat ini adalah pencapaian dalam pelaksanaan
hak dan kewajiban belum seimbang serta belum terlaksana dengan baik.Sebaliknya,
pemerintah juga masih belum mencerminkan kepemimpinannya dalam membangun
negeri ini, sedangkan peran pemerintah sangat penting dan berpengaruh pada
rakyatnya.
Contoh permasalahan yang ada di Indonesia antara lain tentang
perlindungan hukum “Sudahkah kita mendapatkan Perlindungan Hukum dengan
baik?”Kita sebagai warga negara berhak mendapatkan Perlindungan Hukum tetapi
kenyataannya masih banyak dari kita yang belum mendapatkan perlindungan
hukum dengan baik, dimana pemerintah (dalam hal ini di wakilkan oleh APARAT
KEAMANAN) lebih banyak bertindak setelah adanya kejadian bukan sebelumnya
kejadian (pemerintah tidak menjalankan kewajiban sehingga rakyat tidak
mendapatkan haknya). Selain itu, tentang perpajakan “Sudahkah kita Membayar
Pajak?” Kewajiban kita sebagai warga negara yaitu Membayar pajak (Pajak
bumi&bangunan, pajak kenderaan, pajak bea&cukai, dll ) namun tidak sedikit yang
masih lalai untuk taat membayar pajak, padahal dengan membayar pajak rakyat
mendapatkan infastruktur yang baik.
Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan
cara mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga Negara harus tau
hak dan kewajibannya, begitupun aparat Negara (pemerintah) juga harus tau akan
hak dan kewajiban seperti yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan
yang berlaku. Jika hak dan kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan
masyarakat akan aman sejahtera.

6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Hak Dan Kewajiban


Menurut Prof. Dr. Notonegoro, hak adalah kuasa untuk menerima atau
melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak
tertentu dan tidak dapat dilakukan oleh pihak lain manapun juga yang pada
prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Menurut pengertian tersebut
individu maupun kelompok ataupun elemen lainnya jika menerima hak
hendaknya dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku dan tidak dapat
diwakilkan kepada orang lain jadi harus pihak yang menerimannya yang
melakukan itu. Dari pengertian yang lain hak bisa berarti sesuatu yang mutlak
menjadi milik kita dan penggunanya tergantung kepada kita sendiri contohnya
hak mendapatkan pengajaran. Dalam hak mendapatkan pengajaran ini adalah
tergantung dari diri kita sendiri, kalau memang menganggap bahwa pengajaran
itu penting bagi kita pasti kita senantiasa akan belajar atau sekolah atau mungkin
kuliah. Tapi kalau ada yang menganggap itu tidak penting pasti tidak akan
melakukan hal itu.
Menurut Cholisin, Hak merupakan suatu keharusan yang diterima dan
kewajiban merupakan tanggung jawab warga negara dalam pelaksanaannya.
Seorang warga negara yang bertanggung jawab akan melaksanakan dan
mempertanggungjawabkan hak-kewajibannya sejalan dengan peraturan yang
berlaku. Pengembangan tanggung jawab warga negara tidak hanya akan
mengurangi perbuatan melanggar hukum akan tetapi juga akan menumbuh
kembangkan demokrasi dan kepentingan nasional yang lain (Cholisin, 2004: 93)
Sedangkan, kewajiban berasal dari kata wajib. Menurut Prof. Dr.
Notonegoro wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya
dibiarkan atau diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain
manapun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang
berkepentingan. Kewajiban pada intinya adalah sesuatu yang harus
dilakukan.Disini kewajiban berarti suatu keharusan maka apapun itu jika
merupakan kewajiban kita harus melaksaakannya tanpa ada alasan apapun itu.
Dari pengertian yang lain kewajiban berarti sesuatu yang harus dilakukan
dengan penuh rasa tanggung jawab. Wujud hubungan antara warga negara

7
dengan negara adalah pada umumnya adalah berupa peranan(role). Peranan
pada dasarnya adalah tugas apa yang dilakukan sesuai dengan status yang
dimiliki, dalam hal ini sebagai warga Negara.

3.2 Konsep dan Urgensi Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga
Negara
Dalam tradisi budaya Indonesia semenjak dahulu, orang lebih mengenal
konsep kewajiban dibandingkan konsep hak.Konsep kewajiban selalu menjadi
landasan aksiologis dalam hubungan rakyat dan penguasa.Rakyat wajib patuh
kepada titah raja tanpa membantah sebagai bentuk penghambaan total.
Pada jaman penjajahan oleh orang barat, hak asasi lebih menjadi wacana
yang dominan daripada kewajiban asasi.Hal ini bisa dipahami dari pandangan
hidup masyarakat Barat yang individualis.Pada masyarakat individualis segala
sesuatu dimulai dari diriku (aku), berbeda dengan masyarakat Indonesia yang
dikenal sebagai masyarakat Timur. Karakter masyarakat Timur lebih
menekankan hak orang lain daripada hak dirinya sendiri. Hak diri seringkali
dileburkan dalam hak kolektif/social,sehingga kondisi masyarakat demikian
menjadikan konsep kewajiban lebih menonjo daripada konsep hak, karena orang
lebih cenderung berbuat untuk orang lain daripada diri sendiri. Ketika seseorang
berbuat untuk orang lain yang itu dipahami sebagai kewajibannya, maka
otomatis orang lain akan mendapatkan haknya. Walaupun demikian dalam
sejarah Jawa selalu saja muncul pemberontakan-pemberontakan petani,
perjuangan-perjuangan kemerdekaan atau protes-protes dari wong cilik
melawan petinggi-petinggi mereka maupun tuan-tuan colonial (Hardiman, 2011)
Perjuangan melawan imperialisme adalah bukti nyata bahwa sejarah
kebudayaan kita tidak hanya berkutat pada ranah kewajiban an sich. Para
pejuang kemerdekaan melawan kaum penjajah tak lain karena hak-hak pribumi
dirampas dan dijarah. Situasi perjuangan merebut kemerdekaan yang berpanta
rei, sambung menyambung dan tanpa henti, sejak perjuangan yang bersifat
kedaerahan, dilanjutkan perjuangan menggunakan organisasi modern, dan
akhirnya perang kemerdekaan memungkinkan kita sekarang ini lebih paham
akan budaya hak daripada kewajiban. Akibatnya tumbuhlah mentalitas yang
gemar menuntut hak dan jika perlu dilakukan dengan berbagai cara termasuk
dengan kekerasan, akan tetapi ketika dituntut untuk menunaikan kewajiban

8
malah tidak mau. Dalam sosiologi konsep ini dikenal dengan istilah “strong
sense of entitlement”
Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan.Menurut “teori korelasi” yang dianut oleh pengikut utilitarianisme,
ada hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban.Menurut mereka, setiap
kewajiban seseorang berkaitan dengan hak orang lain, dan begitu pula
sebaliknya. Hal ini sejalan dengan filsafat kebebasannya Mill (1996) yang
menyatakan bahwa lahirnya hak Asasi Manusia dilandasi dua hak yang paling
fundamental, yaitu hak persamaan dan hak kebebasan. Hak kebebasan
seseorang, menurutnya, tidak boleh dipergunakan untuk memanipulasi hak
orang lain, demi kepentingannya sendiri. Kebebasan menurut Mill secara
ontologis substansial bukanlah perbuatan bebas atas dasar kemauan sendiri,
bukan pula perbuatan bebas tanpa kontrol, namun pebuatan bebas yang
diarahkan menuju sikap positif, tidak mengganggu dan merugikan orang lain.
Guna merealisasikan kewajiban warga negara, negara mengeluarkan
berbagai kebijakan dan peraturan yang mengikat warga negara dan menjadi
kewajiban warga negara untuk memenuhinya.Salah satu contoh kewajiban
warga negara terpenting saat ini adalah kewajiban membayar pajak Hal ini
dikarenakan saat ini pajak merupakan sumber penerimaan negara terbesar dalam
membiayai pengeluaran negara dan pembangunan. Tanpa adanya sumber
pendapatan pajak yang besar maka pembiayaan pengeluaran negara akan
terhambat. Membayar pajak adalah contoh kewajiban warga negara yang nyata
di era pembangunan seperti sekarang ini dengan masuknya pendapatan pajak
dari warga negara maka pemerintah negara juga akan mampu memenuhi hak
warga negara yakni hak mendapatkan penghidupan yang layak. Hal ini
menunjukkan bahwa hak dan kewajiban antara Negara dan warga Negara
sangatlah penting dan dapat mempengaruhi satu sama lain.

3.3 Harmoni Hak dan Kewajiban Negara dan Warga Negara Indonesia
Berdasarkan Sumber Historis, Sosiologis dan Politik
1. Sumber Historis
Secara historis perjuangan menegakkan hak asasi manusia terjadi di dunia
Barat (Eropa). Adalah John Locke, seorang filsuf Inggris pada abad ke-17,
yang pertama kali
merumuskan adanya hak alamiah (natural rights) yang

9
melekat pada setiap diri manusia, yaitu hak atas hidup, hak kebebasan, dan
hak milik. Perkembangan selanjutnya ditandai adanya tiga peristiwa penting
di dunia Barat, yaitu Magna Charta, Revolusi Amerika, dan Revolusi
Perancis.
a. Magna Charta (1215)
Piagam perjanjian antara Raja John dari Inggris dengan para
bangsawan.Isinya adalah pemberian jaminan beberapa hak oleh raja
kepada para bangsawan beserta keturunannya, seperti hak untuk tidak
dipenjarakan tanpa adanya pemeriksaan pengadilan.Jaminan itu
diberikan sebagai balasan atas bantuan biaya pemerintahan yang telah
diberikan oleh para bangsawan.Sejak saat itu, jaminan hak tersebut
berkembang dan menjadi bagian dari sistem konstitusional Inggris.
b. Revolusi Amerika (1276)
Perang kemerdekaan rakyat Amerika Serikat melawan penjajahan
Inggris disebut Revolusi Amerika.Declaration of Independence
(Deklarasi Kemerdekaan) Amerika Serikat menjadi negara merdeka
tanggal 4 Juli1776 merupakan hasil dari revolusi ini.
c. Revolusi Prancis (1789)
Revolusi Prancis adalah bentuk perlawanan rakyat Prancis kepada
rajanya sendiri (Louis XVI) yang telah bertindak sewenang-wenang dan
absolut. Declaration des droits de I’homme et du citoyen (Pernyataan
Hak-Hak Manusia dan Warga Negara) dihasilkan oleh Revolusi Prancis.
Pernyataan ini memuat tiga hal: hak atas kebebasan (liberty), kesamaan
(egality), dan persaudaraan (fraternite). Dalam perkembangannya,
pemahaman mengenai HAM makin luas. Sejak permulaan abad ke-20,
konsep hak asasi berkembang menjadi empat macam kebebasan (The
Four Freedoms).Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Presiden
Amerika Serikat, Franklin D. Rooselvelt. Keempat macam kebebasan itu
meliputi:
• Kebebasan untuk beragama (freedom of religion)
• Kebebasan untuk berbicara dan berpendapat (freedom of speech)
• Kebebasan dari kemelaratan (freedom from want)
• Kebebasan dari ketakutan (freedom from fear).

10
Sedangkan konsep kewajiban bermula Pada tahun 1997, Interaction Council
mencanangkan suatu naskah, berjudul Universal Declaration of Human
Responsibilities (Deklarasi Tanggung Jawab Manusia) dinyatakan bahwa
deklarasi ini diadakan karena di Barat ada tradisi menjunjung tinggi
kebebasan dan individualis, sedang di dunia Timur, konsep tanggung jawab
dan komunitas lebih dominan. Konsep kewajiban berfungsi sebagai
penyeimbang antara kebebasan dan tanggung jawab.Hak lebih terkait
dengan kebebasan, sedang kewajiban terkait dengan tanggung jawab.
Tanggung jawab merupakan sikap moral berfungsi sebagai kendala alamiah
dan sukarela terhadap kebebasan yang dimiliki orang lain. Dalam setiap
masyarakat tiada kebebasan tanpa pembatasan. Maka dari itu lebih banyak
kebebasan yang kita nikmati, lebih banyak pula tanggung jawab terhadap
orang lain maupun diri sendiri
2. Sumber Sosiologis
Munculnya karakter buruk di kalangan masyarakat disebabkan banyak hal
salah satunya gejala sosiologis fundamental yang menjadi sumber terjadinya
berbagai gejolak dalam masyarat Situasi yang bergolak serupa ini dapat
dijelaskan secara sosiologis karena ini memiliki kaitan dengan struktur
sosial dan sistem budaya yang telah terbangun pada masa yang lalu
(wirutomo, 2001)
Pertama, suatu kenyataan yang memprihatinkan bahwa setelah tumbangnya
struktur kekuasaan “otokrasi” yang dimainkan Rezim Orde Baru ternyata
bukan demokrasi yang kita peroleh melainkan oligarki di mana kekuasaan
terpusat pada sekelompok kecil elit, sementara sebagian besar rakyat
(demos) tetap jauh dari sumber-sumber kekuasaan (wewenang, uang,
hukum, informasi, pendidikan, dan sebagainya)
Kedua, sumber terjadinya berbagai gejolak dalam masyarakat kita saat ini
adalah akibat munculnya kebencian sosial budaya terselubung (socio-
cultural animosity).Gejala ini muncul dan semakin menjadi-jadi pasca
runtuhnya rezim Orde Baru. Ketika rezim Orde Baru berhasil dilengserkan,
pola konflik di Indonesia ternyata bukan hanya terjadi antara pendukung
fanatik Orde Baru dengan pendukung Reformasi, tetapi justru meluas
menjadi konflik antarsuku, antarumat beragama, kelas sosial, kampung, dan
sebagainya Socio-cultural animosity adalah suatu kebencian sosial budaya

11
yang bersumber dari perbedaan ciri budaya dan perbedaan nasib yang
diberikan oleh sejarah masa lalu, sehingga terkandung unsur keinginan balas
dendam. Konflik terselubung ini bersifat laten karena terdapat mekanisme
sosialisasi kebencian yang berlangsung di hampir seluruh pranata sosial di
masyarakat (mulai dari keluarga, sekolah, kampung, tempat ibadah, media
massa, organisasi massa, organisasi politik, dan sebagainya).
Jika menengok pada proses integrasi bangsa Indonesia, persoalannya
terletak pada kurangnya mengembangkan kesepakatan nilai secara alamiah
dan partisipatif (integrasi normatif) dan lebih mengandalkan pendekatan
kekuasaan (integrasi koersif) Ada satu pandangan bahwa Indonesia baru
harus dibangun dari hasil perombakan terhadap keseluruhan tatanan
kehidupan masa lalu. Inti dari cita-cita tersebut adalah sebuah masyarakat
sipil demokratis yang mampu mengharmonikan kewajiban dan hak negara
dan warga Negara tuntutan bukan hanya tentang pemenuhan hak-hak
individu (individual rights) dan kelompok masyarakat (collective rights),
melainkan juga kewajiban untuk mengembangkan solidaritas sosial (gotong
royong) dalam rangka kemaslahatan dan kebahagiaan hidup bangsa secara
keseluruhan (Latif, 2011).
3. Sumber Politik
Sumber politik yang mendasari dinamika kewajiban dan hak negara dan
warga negara Indonesia adalah proses dan hasil perubahan UUD NRI 1945
yang terjadi pada era reformasi. Pada awal era reformasi (pertengahan
1998), muncul berbagai tuntutan reformasi di masyarakat.Tuntutan tersebut
disampaikan oleh berbagai komponen bangsa, terutama oleh mahasiswa dan
pemuda.Adanya tuntutan didasarkan pada pandangan bahwa UUD NRI
1945 belum cukup memuat landasan bagi kehidupan yang demokratis,
pemberdayaan rakyat, dan penghormatan HAM.
Di samping itu, dalam tubuh UUD NRI 1945 terdapat pasal-pasal yang
menimbulkan penafsiran beragam, atau lebih dari satu tafsir (multitafsir) dan
membuka peluang bagi penyelenggaraan negara yang otoriter, sentralistik,
tertutup, berpotensi tumbuhnya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN). Penyelenggaraan negara yang demikian itulah yang menyebabkan
timbulnya kemerosotan kehidupan nasional. Salah satu bukti tentang hal itu
adalah terjadinya krisis dalam berbagai bidang kehidupan (krisis

12
multidimensional)
Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan UUD NRI 1945 menjadi
kebutuhan bersama bangsa Indonesia. Berdasarkan hal itu MPR hasil Pemilu
1999, sesuai dengan kewenangannya yang diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 37
UUD NRI 1945 melakukan perubahan secara bertahap dan sistematis dalam
empat kali perubahan Dari empat kali perubahan tesebut dihasilkan berbagai
aturan dasar yang baru, termasuk ihwal hak dan kewajiban asasi manusia
yang diatur dalam pasal 28 A sampai dengan 28 J.

3.4 Hak dan Kewajiban Negara dan Warga Negara Menurut Undang-Undang
Dasar 1945
Kebebasan yang bertanggung jawab itu juga merupakan bagian dari hak
asasi manusia yang secara kodrati merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha
Esa. Pengingkaran akan kebebasan berarti pengingkaran pada martabat manusia.
Oleh karena itu, semua orang termasuk negara, pemerintah dan organisasi wajib
kiranya mengakui hak asasi manusia.Hak asasi bisa menjadi titik tolak dan
tujuan dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara (Bakry, 2009: 228).
Pada periode sebelum kemerdekaan (1908-1945), terlihat pada kesadaran
beserikat dan mengeluarkan pendapat yang digelorakan oleh Boedi Oetomo
melalui petisi-petisi yang ditujukan kepada pemerintah kolonial Belanda.
Perhimpunan Indonesia menitik beratkan pada hak untuk menentukan nasib
sendiri (the right of self determination), Sarekat Islam menekankan pada usaha-
usaha untuk memperoleh penghidupan yang layak dan bebas dari penindasan
dan deskriminasi, Partai Komunis Indonesia menekankan pada hak sosial dan
menyentuh isu-isu terkait dengan alat-alat produksi, Indische Partij pada hak
mendapatkan kemerdekaan serta perlakukan yang sama, Partai Nasional
Indonesia pada hak politik, yaitu hak untuk menentukan nasib sendiri,
mengeluarkan pendapat, hak berserikat dan berkumpul, hak persamaan dalam
hukum dan hak turut dalam penyelengaraan negara (Bakry, 2009: 243-244).
Adapun setelah kemerdekaan, pada periode awal kemerdekaan (1945-
1950) hak asasi manusia sudah mendapatkan legitimasi yuridis dalam UUD
1945 meskipun pelaksanaannya masih belum optimal.Atas dasar hak berserikat
dan berkumpul memberikan keleluasaan bagi pendirian partai- partai politik

13
sebagaimana termuat dalam Maklumat Pemerintah tanggal 3 November
1945.Akan tetapi terjadi perubahan mendasar terhadap sistem pemerintahan
Indonesia dari Presidensial menjadi parlementer berdasarkan Maklumat
Pemerintah tanggal 14 November 1945 (Bakry, 2009: 245).
Periode 1998-sekarang, setelah jatuhnya rezim Orde Baru terjadi
perkembangan luar biasa pada HAM. Pada periode ini dilakukan pengkajian
terhadap kebijakan pemerintah Orba yang berlawanan dengan kemajuan dan
perlindungan HAM. Penyusunan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan pemberlakuan HAM berupa Amandemen UUD 1945, peninjauan TAP
MPR, UU dan ketentuan perundang-undangan yang lain. MPR telah melakukan
amandemen UUD 1945 yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001 dan 2002, pasal-
pasal yang terkait dengan HAM juga berkembang pada tiap-tiap
amandemennya. Berikut akan disampaikan tabel berkenaan dengan hak dan
kewajiban negara, dan hak dan kewajiban warga Negara.

Kewajiban Negara • Melindungi segenap bangsa,


memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia
(Pembukaan UUD 1945, alinea IV)
• Perlindungan, pemajuan, penegakan,
dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara,
terutama pemerintah (Pasal 28I, ayat
4).
• Menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamnya dan
kepercayaannya itu (Pasal 29, ayat 2).
• Untuk pertahanan dan keamanan
negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat

14
semesta oleh Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia, sebagai kekuatan
utama, dan rakyat, sebagai kekuatan
pendukung (Pasal 30, ayat 2).
• Tentara Nasional Indonesia terdiri
atas Angkatan Darat, Angkatan Laut,
dan Angkatan Udara sebagai alat
negara bertugas mempertahankan,
melindungi, dan memelihara keutuhan
dan kedaulatan negara (Pasal 30, ayat
3).
• Kepolisian Negara Republik
Indonesia sebagai alat negara yang
menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat bertugas melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat,
serta menegakkan hukum (Pasal 30,
ayat 4).
• Membiayai pendidikan dasar (Pasal
31, ayat 2)
• Mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa (Pasal 31, ayat 3).
• Memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya dua
puluh persen dari anggaran
pendapatan dan belanja negara serta
dari anggaran pendapatan dan belanja

15
daerah untuk memenuhi
kebutuhanpenyelenggaraan
pendidikan nasional (Pasal 31, ayat
4).
• Memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai agama dan persatuan
bangsa untuk kemajuan peradaban
serta kesejahteraan umat manusia
(Pasal 31, ayat 5)
• Memajukan kebudayaan nasional
Indonesia di tengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai
budayanya (Pasal 32, ayat 1).
• Menghormati dan memelihara bahasa
daerah sebagai kekayaan budaya
nasional (Pasal 32, ayat 2).
• Mempergunakan bumi dan air dan
kekayaan alam untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat (Pasal
33, ayat 3).
• Memelihara fakir miskin dan anak-
anak yang terlantar (Pasal 34, ayat 1).
• Mengembangkan sistem jaminan
sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang
lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan (Pasal
34, ayat 2).
• Bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan

16
fasilitas pelayanan umum yang layak
(Pasal 34, ayat 3).

Hak warga negara • Pekerjaan dan penghidupan yang


layak (Pasal 27 ayat 2)
• Berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan
dan tulisan (Pasal 28).
• Membentuk keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang
sah (Pasal 28B ayat 1).
• Hak anak atas kelangsungan hidup,
tumbuh dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminsasi (Pasal 28 B ayat 2).
• Mengembangkan diri melelui
pemenuhan kebutuhan dasarnya,
mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari IPTEK,
seni dan budaya (Pasal 28C ayat 1).
• Memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarkat,
bangsa dan negaranya (Pasal 28C ayat
2)
• Pengakuan, jaminan, pelindungan dan
kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama dihadapan
hukum (Pasal 28D ayat 1).
• Bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja (Pasal 28D ayat 2).
• Memperoleh kesempatan yang sama

17
dalam pemerintahan (Pasal 28D ayat
3).
• Status kewarganegaraan (Pasal 28D
ayat 3).
• Memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih
pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal di wilayah
negara dan meninggalkannya, serta
berhak kembali (Pasal 28E ayat 1).
• Kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap sesuai
dengan hati nuraninya (Pasal 28E ayat
2).
• Kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat (Pasal 28E
ayat 3).
• Berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya,
serta berhak mencari memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah dan
menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran
yang tersedia (Pasal 28F).
• Perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta
benda yang dibawah kekuasaannya,
serta berhak atas rasa aman dan
perlindungan dari ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi.

18
(Pasal 28G, ayat 1).
• Bebas dari penyiksaan atau perlakuan
yang merendahkan derajat martabat
manusia dan berhak memperoleh
suaka politik dari negara lain. (Pasal
28G, ayat 2)
• Hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan (Pasal 28H, ayat 1).
• Mendapat kemudahan dan perlakuan
khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama
guna mencapai persamaan dan
keadilan (Pasal 28H, ayat 2)
• Jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh
sebagai manusia yang bermartabat
(Pasal 28H, ayat 3).
• Mempunyai hak milik pribadi dan hak
milik tersebut tidak boleh diambil alih
secara sewenang-wenang oleh siapa
pun (Pasal 28H, ayat 4).
• Hidup, tidak disiksa, kemerdekaan
pikiran dan hati nurani, beragama,
tidak diperbudak, diakui sebagai
pribadi di hadapan hukum, tidak
dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut (Pasal 28I, ayat 1).
• Bebas dari perlakuan yang bersifat
diskriminatif atas dasar apa pun dan
berhak mendapatkan perlindungan

19
terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu (Pasal 28I, ayat 2)
• Identitas budaya dan hak masyarakat
tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban
(Pasal 28I, ayat 3).
• Ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara (Pasal 30, ayat 1)
• Mendapat pendidikan (Pasal 31, ayat
1)

Kewajiban warga negara • Menjunjung hukum dan pemerintahan


itu dengan tidak ada kecualinya (Pasal
27 ayat 1)
• Menghormati hak asasi manusia orang
lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara (Pasal 28J, ayat 1).
• Tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang
dengan maksud semata-mata untuk
menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan
orang lain dan untuk memenuhi
tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai
agama, keamanan, dan ketertiban
umum dalam suatu masyarakat
demokratis (Pasal 28J, ayat 2)
• Ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara (Pasal 30, ayat 1).
• Untuk pertahanan dan keamanan
negara melaksanakan sistem

20
pertahanan dan keamanan rakyat
semesta (Pasal 30, ayat 2).
• Mengikuti pendidikan dasar (Pasal 31,
ayat 2)

Di dalam UUD 1945 tidak menyebutkan hak Negar.Berdasarkan teori


keadilan Aristoteles, maka ada keadilan yang distilahkannya sebagai keadilan
legalis, yaitu keharusan warga negara untuk taat kepada negara.Keharusan taat
itulah yang menjadi hak negara. Dalam kehidupan sehari-hari keadilan legalis ini
selalu mengiringi setiap langkah wara negara, mulai dari kewajiban membayar
IMB, Listrik, PBB, memiliki SIM, Pajak Kendaraan bermotor, mentaati aturan
lalu lintas, dan lain-lain.
Negara dan warga negara sebenarnya merupakan satu keping mata uang
bersisi dua.Negara tidak mungkin ada tanpa warga negara, demikian pula tidak
ada warga negara tanpa negara. Namun, persoalannya tidak sekedar masalah
ontologis keberadaan keduanya, namun hubungan yang lebih relasional,
misalnya apakah negara yang melayani warga negara atau sebaliknya warga
negara yang melayani negara

3.5 Esensi dan Urgensi harmoni kewajiban dan hak Negara dan warga Negara
Untuk mengetahui esensi digunakan pendekatan kebutuhan warga
negara yang meliputi kebutuhan akan agama, pendidikan dan kebudayaan,
perekonomian nasional dan kesejahteraan rakyat, serta pertahanan dan
keamanan.
a. Agama
Rakyat bangsa kita menganut berbagai agama berdasarkan kitab suci yang
diyakininya.Undang-Undang Dasar merupakan dokumen hukum yang
mewujudkan cita-cita bersama setiap rakyat Indonesia.Dalam hal ini cita-
cita bersama untuk mewujudkan kehidupan beragama juga merupakan
bagian yang diatur dalam UUD.Ketentuan mengenai agama diatur dalam
UUD NRI 1945 Pasal 29.
Negara didasari oleh salah satu sila pancasila yakni Ketuhanan Yang Maha
Esa.Susunan dasar negara kita yaitu Pancasila bersifat hierarkis piramidal.

21
Artinya, urut-urutan lima sila Pancasila menunjukkan suatu rangkaian
tingkat dalam luasnya dan isi dalam sifatnya yang merupakan pengkhususan
dari sila-sila di mukanya. Jadi, di antara lima sila Pancasila ada hubungan
yang mengikat satu dengan yang lainnya, sehingga Pancasila merupakan
suatu keseluruhan yang bulat. Kesatuan sila-sila Pancasila yang memiliki
susunan hierarkis piramidal itu harus dimaknai bahwa sila Ketuhanan Yang
Maha Esa menjadi dasar dari:
• Sila kemanusiaan yang adil dan beradab
• Persatuan Indonesia
• Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan atau perwakilan
• Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dari uraian tersebut tampak bahwa sila Ketuhanan Yang Maha Esa
merupakan basis dari sila-sila Pancasila lainnya.Jadi, paham Ketuhanan
Yang Maha Esa menjadi pandangan dasar dan bersifat primer yang secara
substansial menjiwai keseluruhan wawasan kenegaraan bangsa
Indonesia.Itulah sebabnya Pasal 29 Ayat (1) UUD NRI 1945 menegaskan
bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.Maknanya adalah
bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa (jiwa keberagamaan) harus diwujudkan
dalam kerangka kehidupan bernegara yang tersusun dalam UUD NRI 1945.
Apa makna negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agama masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan
kepercayaannya itu? Seperti telah diungkapkan pada uraian terdahulu,
bahwa dalam perubahan UUD NRI 1945 dilakukan penambahan ketentuan
mengenai HAM. Satu di antaranya adalah ketentuan Pasal 29 Ayat (2)
mengenai kebebasan beragama dan beribadat yang dipertegas oleh Pasal 28E
Ayat (1) yang salah satu substansinya mengatur hal yang sama .
b. Pendidikan dan Kebudayaan
Pendidikan dan kebudayaan merupakan dua istilah yang satu sama lain
saling berkorelasi sangat erat. Pendidikan adalah salah satu bentuk upaya
pembudayaan.Melalui proses, pendidikan kebudayaan bukan saja
ditransformasikan dari generasi tua ke generasi muda, melainkan
dikembangkan sehingga mencapai derajat tertinggi berupa peradaban.

22
Dari rumusan Pasal 31 Ayat (3) UUD NRI 1945 juga terdapat konsep fungsi
negara, dalam hal ini pemerintah, yakni mengusahakan dan sekaligus
menyelenggarakan sistem pendidikan nasional. Jika kita menengok fungsi-
fungsi negara (function of the state) dalam lingkup pembangunan negara
(state-building) cakupannya meliputi hal-hal berikut ini.
• Fungsi minimal: melengkapi sarana dan prasarana umum yang
memadai, seperti pertahanan dan keamanan, hukum, kesehatan, dan
keadilan.
• Fungsi madya: menangani masalah-masalah eksternalitas, seperti
pendidikan, lingkungan, dan monopoli.
• Fungsi aktivis: menetapkan kebijakan industrial dan redistribusi
kekayaan.
Berdasarkan klasifikasi fungsi negara tersebut, penyelenggaraan pendidikan
termasuk fungsi madya dari negara.Artinya, walaupun bukan merupakan
pelaksanaan fungsi tertinggi dari negara, penyelenggaraan pendidikan juga
sudah lebih dari hanya sekedar pelaksanaan fungsi minimal negara.Oleh
karena itu, penyelenggaraan pendidikan sangatlah penting.
Pendidikan nasional merupakan perwujudan amanat UUD NRI tahun 1945
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam UUSPN lebih lanjut
dirinci bahwa penyelenggaraan sistem pendidikan nasional itu harus
melahirkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab
c. Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Rakyat
Sesuai Pasal 33 Ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 asas perekonomian nasional
adalah kekeluargaan.Kekeluargaan merupakan asas yang dianut oleh
masyarakat Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan yang salah satunya
kegiatan perekonomian nasional. Asas kekeluargaan dapat diartikan sebagai
kerja sama yang dilakukan lebih dari seorang dalam menyelesaikan
pekerjaan, baik untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan umum.
Hasil pekerjaan bersama memberikan manfaat yang dapat dinikmati secara
adil oleh banyak orang.Tujuannya adalah agar pekerjaan dapat cepat selesai
dan memberi hasil lebih baik.

23
Penerapan asas kekeluargaan dalam perekonomian nasional adalah dalam
sistem ekonomi kerakyatan.Sistem ekonomi kerakyatan adalah sistem
ekonomi nasional yang berasas kekeluargaan, berkedaulatan rakyat,
bermoral Pancasila, dan menunjukkan pemihakan sungguh-sungguh pada
ekonomi rakyat.Sistem ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang
bertumpu pada kekuatan mayoritas rakyat. Dengan demikian sistem ini tidak
dapat dipisahkan dari pengertian “sektor ekonomi rakyat”, yakni sektor
ekonomi baik sektor produksi, distribusi, maupun konsumsi yang melibatkan
rakyat banyak, memberikan manfaat bagi rakyat banyak, pemilikan dan
penilikannya oleh rakyat banyak
d. Pertahanan dan Keamanan
Berdasarkan aturan dasar ihwal pertahanan dan keamanan Negara Pasal 30
Ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 bahwa usaha pertahanan dan keamanan
negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta (Sishankamrata) oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), sebagai komponen utama,
dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung. Dengan demikian tampak bahwa
komponen utama dalam Sishankamrata adalah TNI dan Polri Adanya
pengaturan tentang tugas pokok dan fungsi TNI dan Polri, baik dalam UUD
NRI 1945 maupun dalam undang-undang terkait, diharapkan akan mampu
meningkatkan profesionalisme kedua lembaga yang bergerak dalam bidang
pertahanan dan keamanan Negara.
Pengaturan dengan undang-undang mengenai pertahanan dan keamanan
negara merupakan konsekuensi logis dari prinsip yang menempatkan urusan
pertahanan dan keamanan sebagai kepentingan rakyat

3.6 Pelaksanaan hak dan kewajiban Negara dan warga Negara di Negara
Demokratis
Suatu hal tidak dapat dilaksanakan sebelum mengetahui benar apa yang
hendak dilaksanakan, untuk melaksanakannya diperlukan pedoman, dan agar
pelaksanaan bisa berjalan sesuai dengan harapan maka perlu ada institusi yang
mengawal pelaksanaan tersebut. Dengan demikian ada tiga hal penting dalam
pelaksanaan hak dan kewajiban ini.
Pertama, Pancasila perlu dimengerti secara tepat dan benar baik dari

24
pengertian, sejarah, konsep, prinsip dan nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya.Tanpa mengerti hal-hal yang mendasar ini amat sulit Pancasila untuk
diamalkan. Selain daripada itu, Pancasila akan cepat memudar dan dilupakan
kembali. Kekuatan akar pemahaman ini amat penting untuk menopang batang,
ranting, daun dan buah yang akan tumbuh di atasnya. Banyak hal yang terjadi
ketika semangat untuk mengamalkan Pancasila sangat tinggi namun tidak
didasari oleh pemahaman konsep dasar yang kuat, bukan hanya mudah
memudar, namun juga akan kehilangan arah, seakan- akan sudah melaksanakan
Pancasila padahal yang dilaksanakan bukan Pancasila, bahkan bertentangan
dengan Pancasila.
• Contoh : dalam praktek perekonomian dan perpolitikan Indonesia saat ini
yang tanpa sadar sudah mengekor pada sistem kapitalis-neoliberalis dan
perpolitikan yang bernapaskan individualis bukan kolektifis.
Kedua, pedoman pelaksanaan. Semestinya kita tidak perlu malu
mencontoh apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah Orde Baru yang berusaha
membuat Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4). Pedoman ini
sangat diperlukan agar negara dan warganegara mengerti apa yang musti
dilakukan, apa tujuannya dan bagaimana strategi mencapai tujuan tersebut.
Manakala tidak ada pedoman pelaksanaan, maka setiap orang berusaha
membuat pedoman sendiri-sendiri sehingga terjadi absurditas
(kebingungan).Banyaknya kelemahan yang terjadi pada pelaksanaan P4 perlu
dievaluasi untuk diperbaiki.
• Contoh : kelemahan utama dalam pelaksanaan P4 adalah bahwa pedoman
tersebut bersifat kaku, tertutup dan doktriner, hanya pemerintah yang berhak
menerjemahkan dan menafsirkan Pancasila, sehingga tidak ada ruang yang
cukup untuk diskusi dan terbukanya konsep-konsep baru. Kelemahan
tersebut harus diperbaiki tidak kemudian dibuang sama sekali.
Ketiga, perlunya lembaga yang bertugas mengawal pelaksanaan
Pancasila. Lembaga ini bertugas antara lain memfasilitasi aktivitas-aktivitas
yang bertujuan untuk mensosialisasikan Pancasila. Membuka ruang-ruang
dialog agar tumbuh kesadaran ber-Pancasila baik di kalangan elit politik, pers,
anggota legislatif, eksekutif, yudikatif, dan masyarakat luas. Yang tak kalah
penting adalah ikut memberi masukan kepada lembaga-lembaga negara dalam

25
melaksanakan tugas dan membuat kebijakan serta ikut mengevaluasi setiap
kebijakan yang dilakukan agar terjamin tidak bertentangan dengan Pancasila.
Pelaksanaan hak dan kewajiban negara dan warga negara dalam negara
Pancasila adalah sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945 seperti
tergambar dalam klasifikasi di atas.Namun demikian, selain melihat klasifikasi
tersebut perlu juga memahami konsep, prinsip dan nilai Pancasila dalam
pelaksanaan hak asasi manusia.
Penjelasan ini akan memberikan gambaran tentang konsep, prinsip dan
nilai Pancasila yang dikutip dari Pedoman Umum Implementasi Pancasila
dalam Kehidupan Bernegara yang ditulis oleh Lembaga Pengkajian dan
Pengembangan Kehidupan Bernegara (2005: 93-94):
1. Manusia adalah makhluk Tuhan yang Maha Esa, berperan sebagai
pengelola dan pemelihara alam secara seimbang dan serasi dalam keimanan
dan ketakwaan. Dalam mengelola alam, manusia berkewajiban dan
bertanggung jawab menjamin kelestarian eksistensi, harkat dan martabat,
memuliakan serta menjaga keharmonisannya.
2. Pancasila memandang bahwa hak asasi dan kewajiban asasi manusia
bersumber dari ajaran agama, nilai moral universal, nilai budaya bangsa
serta pengamalan kehidupan politik nasional.
3. Hak asasi manusia meliputi hak hidup, hak berkeluarga, hak
mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi,
hak keamanan dan hak kesejahteraan yang tidak boleh dirampas atau
diabaikan oleh siapapun.
4. Perumusan hak asasi manusia berdasarkan Pancasila dilandaskan oleh
pemahaman bahwa kehidupan manusia tidak terlepas dari hubungan dengan
Tuhan, sesama manusia, dan dengan lingkungannya.
5. Bangsa Indonesia menyadari, mengakui, menghormati dan menjamin hak
asasi orang lain sebagai suatu kewajiban. Hak dan kewajiban asasi terpadu
dan melekat pada diri manusia sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota
masyarakat, anggota suatu bangsa, dan anggota masyarakat bangsa-bangsa.
6. Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai hak asasi yang harus
dihormati dan ditaati oleh setiap orang/warga negara.
7. Bangsa dan negara Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa- bangsa
mempuyai tanggung jawab dan kewajiban menghormati ketentuan

26
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia tahun 1948 dengan semua
instrumen yang terkait, sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila.

27
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang
semestinya diterima atau dilakukan oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh
pihak lain mana pun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa
olehnya. Wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya
dibiarkan atau diberikan oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain mana
pun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan.
Kewajiban dengan demikian merupakan sesuatu yang harus dilakukan
Negara Indonesia sebagai negara hukum yang memiliki kewajiban
untuk memberikan pemenuhan hak asasi warga negara, agar hak-hak warga
negara terpenuhi dan kemudian menjadikan kualitas hidup warga negara yang
baik dan meningkat, sebagaimana diatur dalam konstitusi UUD 1945.Selain
kewajiban pemenuhan, bahwa negara Indonesia juga memiliki kewajiban
perlindungan hak asasi warga negara, hal ini juga agar memberikan kualitas
yang baik dalam perlindungan.
Ketika negara Indonesia tidak melaksanakan kewajiban pemenuhan
maupun perlindungan tersebut maka negara berpotensi besar melakukan
perbuatan melawan hukum terhadap konstitusi UUD 1945.Begitupun warga
Negara juga harus bekerjasama dengan cara memenuhi kewajibannya sebagai
warga Negara yang baik agar mendapatkan hak sebagaimana
mestinya.Pemerintah dan rakyat harus taat dalam melaksanakan, berjuang,
semaksimal mungkin untuk berpegang teguh kepada nilai-nilai ideologi
Indonesia dan konstitusi UUD 1945, semua itu demi kemakmuran,
kesejahteraan, kebahagiaan NKRI.

4.2 SARAN
Hak dan kewajiban merupakan suatu instrumen yang saling terkait dan
tidak dapat dipisahkan, sehingga pelaksanaan hal tersebut harus dilakukan
secara seimbang dan selaras agar tidak terjadi ketidakseimbanga yang akan
menimbulkan gejolak masyarakat yang tidak diinginkan sehingga dapat
mewujudkan keharmonisan antara Negara dan warga Negara itu sendiri.

28
DAFTAR PUSTAKA
1. Bakry, Ms NOOR. 2009. Pendidikan Kewarganegaaan. Yogyakarta :
Pustaka Belajar
2. Cholisin. 2004. Perspektif Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Kaifa. Bandung
3. E-book Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi Cetakan I
Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.
Tahun 2016. ISBN 978-602-6470-02-7.
4. E-book Buku Modul Kuliah Kewarganegaraan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Tahun 2012.
5. Hardiman, F. Budi, Teori Diskursus dan Demokrasi: Peralihan Habermas ke
dalam Filsafat Politik, dalam: Diskursus: Jurnal Filsafat dan Teologi, Vol 7,
No. 1, April 2011
6. Wirutomo, P. 2001. Membangun Masyarakat Adab. Naskah pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar tetap dalam Bidang Sosiologi Pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
7. Yudi Latif. 2011. Negara Paripurna Historisitas, Rasionalitas dan Aktualitas
Pancasila. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
8. Yusnawan Lubis, M.S (2018). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Kelas XII SMA (S.P Muhamad Taupan, Ed), Kementrian Pendidikan dan
Kewarganegaraan. Jakarta Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemendikbud

29
LAMPIRAN

30

Anda mungkin juga menyukai