• Captopril : ngantuk
• Furosemide : hipokalemia,
4. Pada kasus ini,tes laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan ureum atau blooduren
nitrogen (BUN) atau pemeriksaan darah rutin.
KASUS 2
"1. Asma adalah penyakit pada saluran udara yang membuat sulit bernafas dimana ada
peradangan saluran udara yang menghasilkan penyempitan sementara saluran udara yang membawa
oksigen ke paru-paru. Penyempitan saluran ini menghasilkan gejala asma seperti: sesak napas, batuk,
dan sesak dada. Jika dalam kondisi yang parah, asma dapat mengakibatkan penurunan aktivitas dan
ketidakmampuan untuk berbicara.
• peningkatan massa otot polos pada jalan napas yang diakibatkan oleh hipertrofi, hiperplasia,
atau migrasi.
• Asap rokok dapat mengiritasi saluran udara. Perokok memiliki resiko tinggi terjangkit asma.
Mereka yang ibunya merokok selama masa kehamilan atau mereka yang terekspos asap rokok juga
dapat berisiko terjangkit asma.
• Anak-anak dan dewasa yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko terjangkit asma
yang lebih besar. Walaupun alasannya belum jelas, beberapa ahli mengira bahwa peradangan ringan
dapat terjadi karena disebabkan oleh berat berlebih.
• Infeksi saluran pernapasan viral. Masalah saluran pernapasan selama masa bayi dan anak-anak
dapat menyebabkan mengi. Beberapa anak yang mengidap infeksi saluran pernapasan ini biasanya juga
akan mengidap asma.
4. Agonis beta bekerja dengan mengaktifikan sel beta-2 reseptor yang berfungsi melemaskan otot-
otot pada saluran pernapasan dan membuka jalan napas. Kortikosteroid digunakan untuk manajemen
penyakit saluran napas yang reversibel dan tidak ireversibel. Meredakan peradangan atau inflamasi
disekitar bronco.
• Kram otot.
• Sakit kepala.
• Insomnia.
• Batuk.
• Sulit menelan.
Efek samping biasanya terjadi pada penggunaan kortikosteroid untuk jangka panjang, yaitu lebih dari 2-3
bulan. Sejumlah efek samping yang bisa ditimbulkan setelah menggunakan obat kortikosteroid adalah:
• Masalah kulit
keuntungan : Mudah dibawa (baik untuk penanganan pada saat kondisi pernafasan akut
misalnya pada pasien atshma), Lebih murah, Tersegel baik dan meminimalkan oksidasi terhadap bahan
terapeutik dan kontaminasi mikroba, Efektif untuk penanganan gangguan pernafasan.
Kerugian : MDI biasanya mengandung bahan obat terdispersi dan masalah yang sering timbul
berkaitan dengan stabilitas fisiknya, Seringnya obat menjadi kurang efektif , Efikasi klinik biasanya
tergantung padakemampuan pasien menggunakan MDIdengan baik dan benar.
Buka tutupnya. Penutup inhaler adalah benda kecil yang menutupi ujung pipa mulut dan berfungsi
untuk mencegah benda-benda asing masuk ke dalam inhaler. Tarik penutupnya untuk melepaskannya,
lalu letakkan di tempat yang aman.[1]
Inhaler yang tidak memiliki tutup bisa terkena kuman dan debu yang akan ikut terpompa ke
dalam paru-paru Anda.
Periksa inhaler. Benda ini harus selalu bersih, terutama di area pipa mulut. Lepaskan
penutupnya dan cek bagian luar dan dalam dari area tersebut. Cek juga tanggal kedaluwarsanya untuk
memastikan inhaler masih bisa digunakan. Lap kotoran dan debu dari inhaler dengan tisu kering atau
kapas,
Jika bagian pipa mulutnya kotor, laplah dengan alkohol, dan biarkan kering.
Peganglah inhaler secara tegak lurus dan kocok sebanyak 5-10 kali. Peganglah dengan
menggunakan jari telunjuk pada ujung atas tabung. Bagian pipa mulut akan berada di bawah dengan
bagian tabung mengarah ke atas. Kocoklah inhaler dengan gerakan ke atas dan ke bawah dengan cepat.
Anda bisa melakukan ini dengan cara menggerakkan lengan bawah atau pergelangan tangan
Jika Anda belum menggunakannya dalam jangka waktu yang cukup lama, pastikan untuk
memoma inhaler terlebih dulu sampai bisa menyemprot dengan sempurna. Jangan khawatir
membuang-buang obat, karena inhaler yang belum siap dipakai tidak akan mengeluarkan dosis penuh,
hal yang justru akan berisiko bagi pernapasan Anda. Ada beberapa petunjuk untuk menyiapkan inhaler.
Jadi, perhatikan berapa pompa yang diperlukan inhaler Anda untuk bisa menyeprotkan dosis penuh.
Persiapkan spacer jika Anda memilikinya. Buka tutupnya dan cek bagian dalamnya untuk
memastikan tidak ada debu atau kotoran di dalam alat. Jika ada, tiuplah hingga semuanya keluar. Jika
Anda tidak bisa membersihkannya, Anda perlu mencucinya
Jangan mengelap spacer dengan kain karena hal ini bisa membuat reaksi listrik statis yang akan
membuat obat menempel
Bersihkan spacer dengan membongkar dan mencucinya dengan detergen lembut. Biarkan kering
dengan sendirinya sebelum dirangkai kembali
Tarik napas panjang lalu keluarkan lewat mulut. Biarkan paru-paru Anda terbuka hingga
kapasitas maksimalnya, lalu tahan napas selama satu detik
Dongakkan kepala ke arah belakang. Posisi ini akan membuka jalur pernapasan Anda sehingga
obat bisa langsung masuk ke paru-paru. Jika Anda mendongakkan kepala terlalu belakang, Anda malah
bisa menutup jalurnya
Embuskan napas perlahan. Lepaskan udara dari paru-paru Anda sebagai persiapan untuk
menghirup obat dari inhaler
Letakkan inhaler (boleh juga menggunakan spacer) di mulut Anda. Pipa mulut harus berada di
atas lidah dan di antara gigi Anda. Tutuplah bibir Anda dan bidikkan lubang semprotan pada bagian
belakang tenggorokan Anda
Jika Anda menggunakan spacer, bagian pipa mulutnya akan ada di dalam mulut Anda.
Sedangkan, pipa mulut inhaler ada di bagian belakang spacer
Jika Anda tidak memiliki spacer dan tidak mau meletakkan inhaler di dalam mulut, peganglah
inhalernya dengan jarak 2,5-5 cm di depan mulut
Bernapaslah sementara Anda menekan tabungnya. Mulailah menarik napas perlahan lewat
mulut sementara Anda menekan tabung inhaler. Hal ini akan mengeluarkan dosis obat dari inhaler.
Teruslah menarik napas selama tiga hingga lima detik. Hiruplah obatnya sebanyak mungkin hingga ke
dalam paru-paru sementara Anda bernapas Gerakan ini disebut juga puff.
Jika Anda memegang inhaler dengan jarak 2,5-5 cm di depan mulut, tutuplah mulut sesegera
mungkin setelah Anda menekan tabungnya.
Beberapa spacer dilengkapi peluit. Dengarkan suara peluit. Jika Anda mendengarnya, itu berarti
Anda bernapas terlalu cepat. Jika Anda tidak mendengar suaranya, artinya Anda bernapas dengan
kecepatan yang cukup baik.
Tahan napas Anda dan hitunglah hingga 10. Obat memerlukan waktu untuk bekerja. Jika Anda
mengembuskan napas terlalu cepat, Anda bisa membuang-buang obat. Anda harus menahan obat di
dalam mulut selama setidaknya sepuluh detik. Namun, jika Anda bisa menahannya selama satu menit,
akan lebih baik lagi
Anda hanya harus berhitung hingga sepuluh untuk setiap napas yang Anda hirup dari inhaler.
Singkirkan pipa inhaler dari mulut. Embuskan napas perlahan dan dalam-dalam dari mulut Anda,
lalu bernapaslah dengan wajar. Bersihkan mulut dengan air secara saksama setelah menggunakan
inhaler. Berkumurlah lalu buang airnya
Jika Anda harus menghirup obat dari inhaler dua kali, tunggulah satu menit sebelum mengulangi
proses ini.
Terus gunakan inhaler sesuai anjuran dokter. Umumnya, orang-orang memerlukan satu atau
dua kali hirupan setiap empat sampai enam jam, atau seperlunya.
Mencuci mulut setelah menghirup obat adalah hal yang sangat penting karena obat berbahan
dasar steroid yang bisa mengakibatkan infeksi jamur sekunder di mulut yang biasa disebut kandidiasis
mulut atau thrust
"1. Batuk adalah respon alami dari tubuh sebagai sistem pertahanan untuk mengeluarkan zat dan
partikel dari dalam saluran pernapasan, serta mencegah benda asing masuk ke saluran napas bawah.
virus influenza yang dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit berat
(Abelson, 2009).
Demam adalah kondisi meningkatnya suhu tubuh hingga lebih dari 38 0C. Demam menandakan adanya
penyakit atau kondisi lain di dalam tubuh. Demam umumnya terjadi sebagai reaksi dari sistem imun
dalam melawan infeksi virus, bakteri, jamur, atau parasit penyebab penyakit.
2. Gejala batuk, flu dan demam : sakit tenggorokan, demam, hidung tersumbat, berair,
bersin,batuk,dan suhu tubuh hingga lebih 38 0C.
4. Penanganan awal pasien : istrahat cukup, makan makanan yang bergizi, membersihkan hidung,
Analgetik/ antipiretik (pct/ibuprofen), dekongestan( pseudoefedrin) atau turunan efedrin lainnya dan
Antihistamin (ctm).