Anda di halaman 1dari 116

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI TANIN TANAMAN BUAH LINDUR

(Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) TERHADAP PERTUMBUHAN


BAKTERI Escherichia coli ATCC 25922

SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi Program Studi S1 Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi Semarang”

Wijayanti Marheani
1041211191

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI “YAYASAN PHARMASI SEMARANG”
2017

i
HALAMAN PENGESAHAN

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI TANIN TANAMAN BUAH LINDUR


(Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) TERHADAP PERTUMBUHAN
BAKTERI Escherichia coli ATCC 25922

Oleh :
Wijayanti Marheani
1041211191

Program Studi S1 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “YAYASAN PHARMASI”


Pada tanggal : Januari 2017

Mengetahui
Program Studi S1 Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
“YAYASAN PHARMASI”
Pembimbing I Ketua

Christina A., M.Si., Apt. Intan Martha Cahyani, M.Sc., Apt.


Pembimbing II

Wulandari, M.Sc., Apt.

Penguji :

1. Lia Kusmita, M.Si. _____________________

2. Yuvianti Dwi Franyoto, M.Sc., Apt. _____________________

3. Christina A., M.Si., Apt. _____________________

4. Wulandari, M.Sc., Apt. _____________________

ii
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Wijayanti Marheani

NIM : 1041211191

Judul Skripsi : Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Tanin Tanaman Buah

Lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) Terhadap

Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli ATCC 25922

Tahun Pembuatan : 2017

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi saya tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam

naskah skripsi saya dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Semarang, Januari 2017

Wijayanti Marheani

iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Buatlah Orang Tuamu Bangga, Buatlah Musuhmu Iri

dan Buatlah Dirimu Sendiri Bahagia.

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah


selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),
dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.”
(QS. Al-Insyirah, 94 : 6-8)

“Dialah Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Mengetahui yang gaib dan yang
nyata. Dialah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.”
(QS. Al-Hasyr, 59 : 22)

Kupersembahkan karya ini untuk :

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT atas karunia dan kemudahan yang
Engkau berikan

Serta Sholawat dan salam bagi junjunganku Nabi Muhammad SAW

Kedua orang tuaku dan adik ku tercinta

Ungkapan rasa Hormat, Sayang, dan Baktiku.

Ibu Christin dan Ibu Wulandari sebagai sumber motivatorku

iv
v

Sahabat-sahabatku dan teman seperjuangan sebagai rasa sayang, terimakasih


atas dukungan, penyemangat dan doa untukku

Almamaterku yang selalu kubanggakan.


PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam

penyelesaian dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dra. Erlita Verdia Mutiara, M.Si., Apt., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Farmasi “YAYASAN PHARMASI” Semarang.

2. Intan Martha Cahyani, M.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi S1 Sekolah

Tinggi Ilmu Farmasi “YAYASAN PHARMASI” Semarang.

3. Christina A., M.Si., Apt. sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, arahan, saran, kritik, dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

4. Wulandari, M.Sc., Apt. sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, arahan, kritik, dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

5. Lia Kusmita, M.Si., sebagai dosen penguji I yang telah memberikan arahan,

bimbingan, kritik, dan saran dalam memperbaiki skripsi ini.

6. Yuvianti Dwi Franyoto, M.Sc., Apt., sebagai dosen penguji II yang telah

memberikan arahan, bimbingan, kritik, dan saran dalam memperbaiki

skripsi ini.

7. Ika Puspitaningrum., M.Sc., Apt. selaku dosen wali yang telah memberikan

arahan dan nasehat selama kuliah.

8. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff pengajar Sekolah Tinggi Ilmu

Farmasi ”Yayasan Pharmasi” Semarang yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

vi
9. Seluruh staf, laboran dan karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi ”Yayasan

Pharmasi” yang telah memberikan bantuan selama penelitian ini berlangsung.

10. Keluargaku, sahabatku dan teman-temanku yang selalu memberikan semangat

serta dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan kemampuan masih banyak

kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga kritik dan saran yang

membangun sangat diharapkan penulis guna kesempurnaan skripsi ini.

Semarang, Januari 2017

Penulis

vii
SARI

Infeksi merupakan kondisi dimana tubuh bereaksi terhadap mikroorganisme


penyakit yang dapat menimbulkan gejala klinis. Bakteri penyebab penyakit yang
paling banyak ditemui di negara tropis adalah Escherichia coli. Penanggulangan
penyakit infeksi dapat dilakukan dengan pemilihan obat-obatan yang bersifat
antibakteri dan alami. Buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) merupakan
salah satu tanaman obat yang memiliki kandungan antibakteri. Pada bagian
buahnya berkhasiat sebagai bahan pangan, mengobati sakit perut dan mengobati
infeksi saluran pencernaan.
Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antibakteri fraksi
tanin buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) terhadap pertumbuhan
Escherichia coli dengan metode difusi sumuran, selain itu untuk mengetahui
senyawa tanin pada aktivitas antibakteri dengan metode bioautografi dan untuk
mengetahui konsentrasi yang digunakan sebagai antibakteri untuk mencegah
pertumbuhan Escherichia coli.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan salah satu metode ekstraksi
yaitu remaserasi yang kemudian dilanjutkan dengan fraksinasi senyawa tanin
menggunakan kromatografi kolom vakum dengan menggunakan fase gerak
klorofom : metanol dan fase diam silika gel. Fraksi tanin diuji aktivitas
antibakterinya dengan metode sumuran pada konsentrasi 5%, 15%, 25%. Kontrol
positif digunakan ciprofloksasin dan kontrol negatif digunakan DMSO (Dimethyl
Sulphoxide). Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi tanin diperoleh zona hambat
yang dihasilkan pada konsentrasi 5%, 15%, 25% secara berturut-turut sebesar
8,73 mm; 10,76 mm; 12,40 mm dan ciprofloksasin 0,005% sebesar 28,08 mm.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa fraksi tanin ada perbedaan
signifikan antar konsentrasi fraksi tanin yang menghambat pertumbuhan bakteri
Escherichia coli. Hasil bioautografi didapatkan senyawa tannin memberikan
aktivitas antibakteri.

Kata kunci : buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk), fraksi tanin,
antibakteri, Escherichia coli.

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................... iv
PRAKATA....................................................................................................... v
SARI................................................................................................................. vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah......................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian........................................................................................ 4
1.5 Manfaat Penelitian...................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS........................................ 6
2.1 Tinjauan Tentang Tanaman Buah Lindur.................................................. 6
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Buah Lindur........................................................ 6
2.1.2 Morfologi Tanaman Buah Lindur......................................................... 7
2.1.3 Ekologi dan Penyebaran Tanaman Buah Lindur.................................. 8
2.1.4 Kandungan Kimia Tanaman Buah Lindur............................................ 9
2.1.5 Khasiat Tanaman Buah Lindur............................................................. 13
2.2 Tinjauan Tentang Simplisia dan Cara Penyarian...................................... 14
2.2.1 Simplisia .............................................................................................. 14
2.2.2 Cara Penyarian ..................................................................................... 16
2.2.2.1 Maserasi ................................................................................... 17
2.2.3 Cairan Penyarian................................................................................... 17

ix
2.3 Tinjauan Tentang Kromatografi................................................................ 19
2.3.1 Kromatografi Lapis Tipis (KLT).......................................................... 19
2.4 Tinjauan Tentang Bakteri Escherichia coli............................................... 22
2.4.1 Klasifikasi............................................................................................. 23
2.4.2 Morfologi dan Fisiologi........................................................................ 24
2.4.3 Patogenesis........................................................................................... 24
2.5 Tinjauan tentang Antibakteri..................................................................... 25
2.6 Daya Kerja Bahan Antibakteri................................................................... 26
2.7 Pengukuran dan Metode Uji Antibakteri................................................... 27
2.8 Tinjauan tentang Ciprofloksasin................................................................ 30
2.9 Tinjauan Tentang DMSO.......................................................................... 31
2.10...................................................................................................................H
ipotesis.............................................................................................................. 31
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 32
3.1 Obyek Penelitian........................................................................................ 32
3.2 Sampel dan Teknik Sampling.................................................................... 32
3.3 Variabel Penelitian..................................................................................... 32
3.4 Teknik Pengumpulan Data........................................................................ 33
3.5 Alat dan Bahan yang Digunakan............................................................... 34
3.5.1 Alat................................................................................................ 34
3.5.2 Bahan............................................................................................. 34
3.6 Cara Kerja.................................................................................................. 35
3.6.1 Persiapan Bahan............................................................................. 35
3.6.2 Ekstraksi Bahan............................................................................. 35
3.6.3 Uji Bebas Etanol............................................................................ 36
3.6.4 Fraksinasi Buah Lindur.................................................................. 36
3.6.4.1 Kromatografi Kolom Vakum Cair..................................... 36
3.6.5 Uji Skrining Fitokimia Buah Lindur.............................................. 37
3.6.6 Penyiapan Untuk Uji Mikrobiologi............................................... 39
3.6.6.1 Sterilisasi Media dan Alat.................................................. 39
3.6.6.2 Pembuatan Media Cair Nutrien Broth............................... 39

x
3.6.6.3 Pembuatan Media EMB (Eosin Methylene Blue).............. 39
3.6.6.4 Pembuatan Larutan ½ Mc Farland..................................... 40
3.6.6.5 Pembuatan Biakan Bakteri................................................ 40
3.6.6.6 Pembuatan Suspensi Bakteri.............................................. 40
3.6.6.7 Pembuatan Kontrol Positif................................................. 41
3.6.6.8 Prosedur Pengujian Daya Antibakteri............................... 41
3.6.7 Uji Aktivitas Antibakteri dengan Metode Bioautografi Kontak.... 42
3.7 Skema Kerja............................................................................................... 43
3.8 Analisis Data ............................................................................................. 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................. 49
BAB V SIMPULAN DAN SARAN................................................................. 64
5.1 Simpulan.................................................................................................... 64
5.2 Saran.......................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 66
LAMPIRAN..................................................................................................... 75

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Indeks Polaritas........................................................................................... 18
2. Hasil Pengujian Bebas Etanol Ekstrak Buah Lindur (Bruguiera
gymnorrhiza (L) Lamk).............................................................................. 50
3. Hasil Pengamatan Uji Reaksi Warna Tanin Pada Fraksi n-heksan,
Aseton, dan Air........................................................................................... 52
4. Hasil Skrining Fitokimia Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L)
Lamk).......................................................................................................... 52
5. Hasil KLT Fraksi Aseton dengan Eluen Kloroform : Metanol (2:8)
dibawah Sinar UV 254 nm dan penampak bercak FeCl3............................ 54
6. Hasil KLT Fraksi Tanin dengan eluen Kloroform : Metanol Buah Lindur
(Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)........................................................... 55
7. Hasil KLT ekstrak dan fraksi Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L)
Lamk).......................................................................................................... 56
8. Data Diameter Zona Hambat Fraksi Tanin Buah Lindur (Bruguiera
gymnorrhiza (L) Lamk) terhadap Bakteri Escherichia coli ATCC 25922. 58
9. Ringkasan Hasil Uji LSD Konsentrasi Fraksi Tanin Buah Lindur
(Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)........................................................... 59

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Buah Lindur................................................................................................ 6
2. Morfologi Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)..................... 7
3. Struktur Flavonoid...................................................................................... 10
4. Struktur Tanin............................................................................................. 12
5. Struktur senyawa saponin........................................................................... 13
6. Bakteri Escherichia coli............................................................................. 23
7. Struktur Ciprofloksasin............................................................................... 30
8. Skema Kerja Ekstraksi dan Fraksinasi Buah Lindur (Bruguiera
gymnorrhiza (L) Lamk).............................................................................. 43
9. Skema Kerja Fraksinasi Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L)
Lamk).......................................................................................................... 44
10. Skema kerja uji kualitatif fraksi Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza
(L) Lamk).................................................................................................... 44
11. Skema kerja Penentuan Aktivitas Antibakteri Escherichia coli ATCC
25922 dengan Metode Bioautografi Kontak............................................... 45
12. Skema kerja Pembuatan suspensi bakteri................................................... 46
13. Skema kerja uji aktivitas antibakteri Buah Lindur terhadap bakteri
Escherichia coli ATCC 25922.................................................................... 46
14. Grafik rerata zona hambat fraksi tanin Buah Lindur (Bruguiera
gymnorrhiza (L) Lamk) terhadap Escherichia coli ATCC 25922.............. 58

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Determinasi Tanaman Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk).. 75
2. Surat Keterangan Bakteri Escherichia coli ATCC 25922........................... 76
3. Certificate of Analysis Ciprofloksasin........................................................ 77
4. Proses Pembuatan Ekstrak Etanol Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza
(L) Lamk).................................................................................................... 78
5. Hasil Pengujian Bebas Etanol Ekstrak Buah Lindur (Bruguiera
gymnorrhiza (L) Lamk).............................................................................. 79
6. Proses Fraksinasi Menggunakan Kolom Vakum........................................ 80
7. Hasil Fraksinasi Kromatografi Vakum Cair Buah Lindur (Bruguiera
gymnorrhiza (L) Lamk).............................................................................. 81
8. Hasil KLT Kromatografi Vakum Cair Buah Lindur (Bruguiera
gymnorrhiza (L) Lamk) UV 254 nm.......................................................... 82
9. Hasil KLT Kromatografi Vakum Cair Buah Lindur (Bruguiera
gymnorrhiza (L) Lamk) UV 366 nm.......................................................... 83
10. Penambak Bercak Hasil KLT Kromatografi Vakum Cair Buah Lindur
(Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)........................................................... 84
11. Hasil Identifikasi Serbuk dan Ekstrak Etanol Buah Lindur (Bruguiera
gymnorrhiza (L) Lamk).............................................................................. 85
12. Proses Fraksi Kental Klorofom : Metanol Buah Lindur (Bruguiera
gymnorrhiza (L) Lamk).............................................................................. 87
13. Hasil Uji KLT Fraksi Ekstrak Etanol Buah Lindur (Bruguiera
gymnorrhiza (L) Lamk).............................................................................. 88
14. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Ekstrak Etanol Buah Lindur (Bruguiera
gymnorrhiza (L) Lamk) Terhadap Bakteri Escherichia coli ATCC 25922 92
15. Hasil Uji Bioautografi Fraksi Ekstrak Etanol Buah Lindur (Bruguiera
gymnorrhiza (L) Lamk).............................................................................. 93
16. Hasil Uji Analisa Statistika......................................................................... 95
17. Alat Penelitian............................................................................................ 98

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bakteri merupakan salah satu mikroorganisme penyebab infeksi. Infeksi

merupakan kondisi dimana tubuh bereaksi terhadap mikroorganisme penyakit

yang dapat menimbulkan gejala klinis. Kasus infeksi disebabkan oleh bakteri

yang masuk ke dalam jaringan tubuh dan berkembang biak di dalam jaringan

tubuh (Waluyo, 2004). Infeksi bakteri disebabkan karena berbagai macam hal,

yaitu kondisi lingkungan yang kurang terjaga, makanan, dan berbagai hal lainnya

yang terkait dengan kebersihan sehingga banyak terjadi kasus infeksi bakteri.

Kasus yang sering terjadi ialah adanya infeksi bakteri Escherichia coli.

Escherichia coli memiliki mekanisme tersendiri dalam penyebaran

infeksinya. Infeksi bakteri Escherichia coli yang terjadi pada manusia biasanya

berasal dari makanan dan minuman yang terkontaminasi, terutama sayuran

mentah dan juga daging yang kurang matang (alodokter, 2016). Salah satu

penyakit yang terjadi karena infeksi Escherichia coli ialah diare. Escherichia

coli enterotoksigenik (ETEC) telah mengakibatkan lebih dari 600 juta kasus diare

setahun dengan korban meninggal 700.000 anak balita, terutama di negara

berkembang (Arisman, 2012 dan Sari et al., 2010). Untuk menurunkan risiko

mengalami infeksi usus, persiapan memasak dan kebersihan makanan sangat

penting untuk dijaga (alodokter, 2016).

1
2

Pengobatan infeksi yang disebabkan oleh Escherichia coli ini dapat

menggunakan antibiotik kimiawi. Penggunaan antibiotik kimiawi merupakan

salah satu solusi baik dalam menangani infeksi, namun penggunaan antibiotik ini

ada kemungkinan memiliki efek samping yang tidak diinginkan. Penelitian ini

bertujuan untuk mencari alternatif lain dalam pembuatan antibiotik alami untuk

mengatasi infeksi. Antibiotik alami berasal dari tanaman yang diekstrak dan

diambil senyawa aktifnya.

Salah satu tanaman yang dapat digunakan masyarakat sebagai antibakteri

adalah buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk). Buah lindur (Bruguiera

gymnorrhiza (L) Lamk) mengandung komponen bioaktif seperti saponin,

flavonoid, alkaloid dan tanin yang dapat digunakan untuk diare dan demam

(Allen & Duke, 2006) dan dapat bersifat sebagai sumber antimikroba alami

(Sivaperumal et al., 2010). Hasil penelitian Haq et al., (2011) menunjukkan

bahwa ekstrak etanol dari tumbuhan buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L)

Lamk) menunjukkan adanya senyawa antioksidan dan antimikroba, khususnya

terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Escherichia coli, dan

Pseudomonas aeruginosa. Hal ini menunjukkan bahwa buah lindur (Bruguiera

gymnorrhiza (L) Lamk) mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Maka perlu

dilakukan analisa lebih lanjut untuk mengetahui senyawa tannin yang ada pada

buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) dalam menghambat pertumbuhan

bakteri Escherichia coli.

Metode pemisahan untuk mengambil senyawa tanin dari buah lindur

(Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) dengan menggunakan metode ekstraksi dan


3

metode fraksinasi. Fraksinasi adalah suatu proses pemisahan senyawa-senyawa

berdasarkan tingkat kepolaran. Berdasarkan latar belakang di atas, maka

dilakukan penelitian untuk mengetahui efektifitas senyawa tanin yang memiliki

aktifitas antibakteri dari buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk).

Pengujian aktivitas antibakteri pada tanaman buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza

(L) Lamk) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dilakukan

menggunakan metode sumuran agar dan untuk mengetahui senyawa tannin dari

penghambatan pertumbuhan bakteri Escherichia coli dilakukan menggunakan

metode bioautografi kontak.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah :

1. Apakah fraksi tanin dalam buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)

memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Eschericha coli

ATCC 25922 dengan menggunakan metode sumuran agar pada konsentrasi

5%, 15%, dan 25%?

2. Apakah senyawa tanin yang terdapat dalam fraksi buah lindur (Bruguiera

gymnorrhiza (L) Lamk) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap

pertumbuhan bakteri Eschericha coli ATCC 25922 yang diuji dengan

menggunakan metode bioautografi kontak?


4

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui fraksi tanin yang memiliki aktivitas antibakteri pada buah

lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) pada konsentrasi 5%, 15%, dan

25% terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli ATCC 25922 yang diuji

menggunakan metode sumuran agar.

2. Untuk mengetahui senyawa tanin pada fraksi buah lindur (Bruguiera

gymnorrhiza (L) Lamk) yang mempunyai aktivitas antibakteri terhadap

Eschericha coli ATCC 25922 yang diuji menggunakan metode bioautografi

kontak.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian fraksi tannin serta uji aktivitasnya terhadap antibakteri

Eschericha coli ATCC 25922 adalah :

1. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat

tentang tanaman buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) yang

mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Eschericha coli ATCC 25922

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat

tentang tanaman buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) untuk

meningkatkan peranan obat asli Indonesia dalam upaya pelayanan kesehatan.

3. Penelitian ini dimaksudkan untuk skrining awal terhadap fraksi tanin buah

lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Eschericha coli ATCC 25922.


5

1.5 Batasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini perlu diberikan batasan agar lebih jelas dan

penyimpangan terhadap masalah penelitian dapat dihindari, batasan-batasan

tersebut antara lain :

1. Tanaman yang digunakan adalah buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L)

Lamk) yang diperoleh di Kecamatan Tugu, Kota Semarang. Bagian tanaman

yang digunakan adalah buah yang masih segar.

2. Bakteri yang digunakan adalah Eschericha coli ATCC 25922 yang diperoleh

dari Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

3. Proses ekstraksi dengan metode remaserasi dengan pelarut etanol 70%.

4. Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis.

5. Proses fraksinasi dengan metode kromatografi Kolom Vakum Cair.

6. Fraksi aseton yang mengandung senyawa tanin diuji aktivitas antibakteri

menggunakan metode sumuran agar.

7. Aktivitas antibakteri berupa zona bening yang diperoleh dengan cara

mengurangi diameter zona bening keseluruhan yang dihasilkan dengan

diameter silinder cup dalam satuan mm yang diukur menggunakan jangka

sorong.

8. Pengujian senyawa aktif fraksi aseton dari tanaman buah lindur (Bruguiera

gymnorrhiza (L) Lamk) menggunakan metode bioautografi kontak.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Tentang Tanaman Buah Lindur

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Buah Lindur

Klasifikasi Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) menurut

Plantamor (2012) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (Tanaman)

Sub kingdom : Tracheobionta (Tanaman berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tanaman berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Myrtales

Famili :  Rhizophoraceae

Genus :  Bruguiera

Spesies :  Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk

Nama lain : Bakau daun besar, Bakau oranye, kandeka, lindur, pertut, putut,

salasala, taheup, tenggel, tomo, tongke, tumu.

Gambar 1. Buah Lindur (Allen dan Duke, 2006)

6
7

2.1.2 Morfologi Tanaman Buah Lindur

Gambar 2. Morfologi Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)


(Allen dan Duke, 2006)

Buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) memiliki pohon yang

kadang-kadang mencapai ketinggian 30-35 m dengan lebar batang 15-35 cm.

Batang dari tanaman ini umumnya berwarna abu-abu sampai hitam, memiliki

lentisel yang besar dengan percabangan simpodial. Kulit kayu memiliki lentisel,

permukaannya halus hingga kasar dengan warna abu-abu tua sampai coklat.

Tanaman buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) memiliki daun yang
8

umumnya berwarna hijau tua dan berbentuk elips. Daun memiliki panjang 8-

22 cm dan lebar 5-8 cm. Ujung daun meruncing, berwarna hijau pada bagian atas

dan hijau kekuningan pada bagian bawah dengan bercak-bercak hitam. Letak daun

biasanya saling berhadapan dengan posisi menyilang. Akar membentuk akar

papan dan melebar ke samping tetapi juga memiliki sejumlah akar lutut. Tanaman

buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) juga memiliki bunga dan buah,

bunga terletak di ujung buah dengan kelopak berwarna merah muda hingga

merah serta panjang bunga 1,5-3,5 cm. Buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L)

Lamk) berwarna hijau dengan kelopak bunga di ujung buah (berwarna merah),

buah berbentuk silinder memanjang 15-25 cm dengan diameter 2 cm

(Supriharyono, 2002).

2.1.3 Ekologi dan Penyebaran Tanaman Buah Lindur

Buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) merupakan jenis yang

dominan pada hutan mangrove yang tinggi dan merupakan ciri dari perkembangan

tahap akhir dari hutan pantai, serta tahap awal dalam transisi menjadi tipe vegetasi

daratan yang memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi. Pohon ini kerap

mendominasi hutan bakau tua, menandai tahap akhir perkembangan zona litoral

dan transisi ke zona daratan yang lebih kering, meski lebih umum ditemukan di

bagian pedalaman dibandingkan dengan di zona intertidal bawah atau di sisi yang

berhadapan langsung dengan laut. Pohon buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L)

Lamk) ini mampu hidup di berbagai kondisi dari yang hampir tawar hingga air

laut, dengan berbagai tingkat penggenangan hutan bakau dan aneka jenis substrat.

Buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) tumbuh di areal dengan

salinitas rendah dan kering, serta tanah memiliki aerasi yang baik. Jenis ini toleran
9

terhadap daerah terlindung maupun yang mendapat sinar matahari langsung. Buah

lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) juga tumbuh baik pada tepi daratan dari

mangrove, sepanjang tambak, serta sungai pasang surut dan payau. Buah lindur

(Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) juga ditemukan di tepi pantai hanya jika

terjadi erosi pada lahan di hadapannya. Substrat-nya terdiri dari lumpur, berpasir,

dan sesekali juga di lumpur bergambut, terkadang juga ditemukan di pinggir

sungai yang kurang terpengaruh air laut. Hal tersebut dimungkinkan karena

buahnya terbawa arus air atau gelombang pasang. Regenerasinya seringkali hanya

dalam jumlah terbatas. Propagulnya (buah yang berkecambah) terapung-apung

dibawa arus dan pasang-surut air laut, hingga tersangkut dan tumbuh besar

menjadi pohon baru.

Buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) tersebar di daerah tropis

Afrika Selatan, Afrika Timur dan Madagaskar, ke Asia Tenggara dan Selatan

(termasuk Indonesia dan negara di kawasan Malaysia), sampai timur laut

Australia, Mikronesia, Polinesia dan kepulauan Ryukyu (Ahmad, 2013).

Penyebaran tanaman buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) di Indonesia

meliputi pulau Jawa, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Papua

(Helmy 2012).

2.1.4 Kandungan Kimia Tanaman Buah Lindur

Komposisi kimia Buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) kaya akan

senyawa flavonoid, alkaloid, tanin dan saponin (Correl et al., 1955). Hasil

penelitian yang dilakukan Homhual et al., (2006) menunjukkan bahwa komponen

bioaktif yang terdapat pada Buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)
10

terdiri atas senyawa fenol, flavonoid, tanin, steroid, kandungan sulfur, dan

komponen terpenoid.

1. Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang

paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman (Rajalakshmi dan Narasimhan,

1985). Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa fenolik dengan struktur kimia

C6-C3-C6. Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin

aromatik B, dan cincin tengah berupa heterosiklik yang mengandung oksigen dan

bentuk teroksidasi cincin ini dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam sub-sub

kelompoknya. Sistem penomoran digunakan untuk membedakan posisi karbon di

sekitar molekulnya (Cook dan Samman, 1996).

3'
2' 4'
1
8 B
9 O 2 5'
7 1'
C 6'
A
6 10 3
5 4

Gambar 3. Struktur Flavonoid (Markham, 1988)

Flavonoid merupakan senyawa polar maka umumnya flavonoid larut dalam

pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dimetil sulfoksida (DMSO),

dimetil formamida, dan air. Gula yang terikat pada flavonoid lebih menyebabkan

senyawa tersebut lebih mudah larut air maka campuran pelarut polar dengan air

merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida, sebaliknya aglikon yang kurang

polar seperti isoflavon, flavonon, flavon, dan flavonol yang termetoksilasi


11

cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter, kloroform, benzen, aseton,

dan lain-lain (Markham, 1988). Flavonoid dapat berfungsi sebagai antibakteri

dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstra seluler yang

dapat mengganggu integritas membran sel bakteri (Juliantina dkk, 2009).

2. Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa kimia yang secara khas diperoleh dari tanaman

dan hewan, bersifat basa, mengandung satu atau lebih atom nitrogen (biasanya

dalam cincin heterosiklik), dibiosintesis dari asam amino, banyak di antaranya

memiliki aktivitas biologis pada manusia dan hewan, sering bersifat racun bagi

manusia dan banyak memiliki efek fisiologi yang menonjol, jadi digunakan secara

luas dalam bidang pengobatan (Harborne, 1987).

Alkaloid dibedakan dari sebagian besar komponen tanaman lain

berdasarkan sifat basanya (kation). Oleh karena itu, senyawa ini biasanya terdapat

dalam tanaman sebagai garam. Garam dan alkaloid bebas, berupa senyawa padat

berbentuk kristal tak berwarna (Robinson, 1995).

Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga

adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel

bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan

menyebabkan kematian sel tersebut (Robinson, 1995).

3. Tanin

Tanin merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada

tanaman dan disintesis oleh tanaman. Tanin tergolong senyawa polifenol dengan
12

karakteristiknya yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan makromolekul

lainnya (Waghorn dan McNabb, 2003). Tanin dibagi menjadi dua kelompok yaitu

tanin yang mudah terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin yang mudah

terhidrolisis merupakan polimer gallic atau ellagic acid yang berikatan ester dengan

sebuah molekul, sedangkan tanin terkondensasi merupakan polimer senyawa

flavonoid dengan ikatan karbon-karbon (Westendarp, 2006).

Gambar 4. Struktur Tanin (Harborne, 1987)

4. Saponin

Saponin adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam tanaman.

Saponin memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga ketika direaksikan dengan air

dan dikocok maka akan terbentuk buih yang dapat bertahan lama. Saponin mudah

larut dalam air dan tidak tarut dalam eter. Saponin memiliki rasa pahit menusuk dan

menyebabkan bersin serta iritasi pada selaput lendir. Saponin merupakan racun

yang dapat menghancurkan butir darah atau hemolisis pada darah. Saponin bersifat

racun bagi hewan berdarah dingin dan banyak di antaranya digunakan sebagai
13

racun ikan. Saponin yang bersifat keras atau racun biasa disebut sebagai sapotoksin

(Prihatman, 2001).

Senyawa golongan saponin memiliki karakteristik aktivitas biologis yang

sangat luas antara lain antimikroba, antiradang, antibiotik, obat hemolitik,

hipoglikemi, dan sitotoksik (Miles, 1999; Bandaranayake 2002). Kokpol et al.,

(1984). Mahato et al., (1988) menemukan bahwa saponin juga bermanfaat sebagai

spermisida (obat kontrasepsi laki-laki) (Purnobasuki, 2004).

Gambar 5. Struktur senyawa saponin (Bandaranayake, 2002)

2.1.5 Khasiat Tanaman Buah Lindur

Pada umumnya, masyarakat lebih banyak memanfaatkan kayu dari tanaman

Buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) sebagai kayu bakar dan untuk

membangun rumah. Selain itu, tanaman Buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L)

Lamk) juga dapat digunakan sebagai makanan, pewarna, dan obat-obatan.

Di Indonesia, secara medis tanaman Buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L)

Lamk) digunakan untuk mengobati diare, demam, antimalaria, antivirus, dan

antikanker. Di India, Bangladesh, dan bagian lain dari Asia Tenggara, tanaman
14

Buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) dimanfaatkan sebagai makanan

pokok dengan memanfaatkan daunnya dengan cara dicuci, direndam, direbus, dan

dimakan. Di Melanesia dan Nauru, tanaman Buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza

(L) Lamk) memanfaatkan buahnya dengan cara dicuci, dikeringkan, dan kadang-

kadang dicampur dengan Buah Kelapa lalu dimakan. Di Pasar Honiara

(Kepulauan Solomon) buah dari tanaman Buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza

(L) Lamk) dijual dipasar sebagai sayuran (Clarke dan Thman, 1993).

2.2 Tinjauan Tentang Simplisia dan Cara Penyarian

2.2.1 Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia

merupakan bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI., 1985). Simplisia dapat

berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral.

Pembuatan simplisia meliputi beberapa tahap antara lain :

1. Pengumpulan bahan baku.

Pengumpulan bahan baku ini sangat berpengaruh terhadap kadar senyawa

aktif dalam suatu simplisia yang berbeda-beda tergantung pada bagian tanaman

yang digunakan, umur tanaman atau bagian tanaman saat dipanen, waktu panen,

dan lingkungan tempat tumbuh. Waktu panen erat kaitannya dengan pembentukan

senyawa aktif yang terdapat di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu

panen yang tepat adalah pada saat tanaman tersebut mengandung senyawa aktif

dalam jumlah besar. Senyawa aktif terbentuk secara maksimal di dalam bagian

tanaman pada umur tertentu (Depkes RI., 1985).


15

2. Sortasi basah.

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-

bahan asing lainnya dari bahan simplisia (Depkes RI., 1985).

3. Pencucian.

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang melekat

pada bahan simplisia seperti misalnya debu dan tanah. Pencucian dilakukan

sesingkat mungkin dengan menggunakan air bersih, misalnya air yang berasal dari

air sumur atau air PAM (Depkes RI., 1985).

4. Perajangan.

Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,

pengepakan, dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung

dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan disesuaikan

dengan ukuran yang dikehendaki, semakin tipis bahan yang akan dikeringkan

maka akan semakin cepat penguapannya sehingga mempercepat waktu

pengeringan, akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan

berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap (Depkes RI.,

1985).

5. Pengeringan.

Pengeringan dilakukan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah

rusak, sehingga simplisia dapat disimpan dalam waktu yang lama, mengurangi

kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik serta mencegah penurunan mutu

atau kualitas simplisia, karena air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar

tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.

Pengeringan dapat dilakukan dengan pengeringan alami atau pengeringan buatan.


16

Pengeringan alami dilakukan dengan panas sinar matahari langsung dan

pengeringan dengan sinar matahari tidak langsung dengan cara diangin-anginkan.

Pengeringan buatan dilakukan dengan alat atau mesin pengering yang suhu,

kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur (Depkes RI., 1985).

6. Sortasi kering.

Sortasi kering dilakukan untuk memisahkan benda-benda asing seperti

bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor–pengotor lain yang

masih tertinggal pada simplisia kering. Proses ini merupakan tahap akhir

pembuatan simplisia (Depkes RI., 1985).

2.2.2 Cara Penyarian

Penyarian atau ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat aktif yang dapat larut

dari bahan yang tidak dapat larut dalam pelarut cair. Simplisia yang disari

mengandung zat aktif yang dapat larut dari zat yang tidak dapat larut seperti serat,

karbohidrat, protein dan lain-lain. Simplisia ada yang lunak (rimpang, daun, kulit

buah yang lunak) dan ada simplisia yang keras (biji, kulit kayu, kulit akar).

Umumnya simplisia perlu dihaluskan terlebih dahulu sebelum dilakukan

ekstraksi. Ekstrak adalah sediaan sari pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi

zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan (Depkes RI., 2000).

Kecepatan penyarian dipengaruhi oleh kecepatan sumuran zat yang larut

melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan yang

mengandung zat tersebut. Zat aktif yang terdapat dalam simplisia dapat

digolongkan ke dalam beberapa golongan senyawa, antara lain alkaloid, glikosida,


17

flavonoid dan dengan mengetahui zat aktif yang terkandung dalam simplisia akan

mempermudah pemilihan cairan penyari serta cara penyarian yang tepat.

Metode penyarian atau ekstraksi dapat dilakukan dengan cara dingin dan

panas. Cara dingin antara lain maserasi dan perkolasi sedangkan cara panas antara

lain refluks, soxhlet, digesti, dan infundasi.

2.2.2.1 Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana (Voight, 1994).

Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.

Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang

mudah larut dalam cairan penyari dan tidak mengandung zat yang mudah

mengembang dalam cairan penyari. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi

adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah

diusahakan, sedangkan kerugiannya adalah pengerjaannya lama dan penyariannya

kurang sempurna (Depkes RI., 1986). Prinsip maserasi adalah cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung

zat aktif, zat aktif akan larut dan adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat

aktif di dalam sel dan di luar sel. Peristiwa tersebut berulang sehingga

terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel

(Depkes RI., 1986).

2.2.3 Cairan Penyari

Pemilihan cairan penyari juga harus mempertimbangkan banyak faktor di

antaranya yaitu murah dan mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia,

bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, selektif dan tidak

mempengaruhi zat berkhasiat (Depkes RI., 1986). Farmakope Indonesia


18

menetapkan sebagai cairan penyari adalah air, etanol, etanol-air atau eter. Air

dipertimbangkan sebagai cairan penyari karena murah dan mudah diperoleh,

stabil, tidak mudah menguap, dan tidak mudah terbakar, tidak beracun dan

alamiah sedangkan etanol dipertimbangkan sebagai cairan penyari karena lebih

selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun,

netral, absorpsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala

perbandingan (Depkes RI., 1986).

Berdasarkan sifat polaritas, cairan pelarut dapat dikelompokkan berdasarkan

indeks polaritas yang dapat disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Indeks Polaritas


Pelarut Tetapan dielektrik pada 20oC
n- heksan 1,89
petroleum eter 1,90
n- oktan 1,95
n-dektan 1,99
n-dodekan 2,01
sikliheksana 2,02
1,4-dioksan 2,21
Benzena 2,28
Toluena 2,38
Furan 2,29
Asam propanoat 3,30
Eter (dietil eter) 3,34
Kloroform 4,81
Butyl asetat 5,01
Etil asetat 6,02
Asam asetat (glasial) 6,15
Metal asetat 6,68
Tetra hidrofuran 7,58
Metilenklorida 9,08
1-butanol 10,09
Piridina 12,30
2-butanol 15,80
n-butanol 17,80
2-propanol 18,30
1-propanol 20,10
Aseton 20,70
Etanol 24,30
Metanol 33,60
Asam formiat 58,50
Air 80,40
(Stahl, 1985 : 7)
19

Indeks polaritas menunjukkan tentang kepolaran suatu pelarut. Semakin

besar indeks polaritasnya, maka pelarut tersebut semakin polar (Stahl, 1985).

Pertimbangan pemilihan cairan pelarut atau penyari yang akan digunakan pada

proses ekstraksi antara lain murah dan mudah diperoleh, stabil secara fisika dan

kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, tidak

mempengaruhi zat berkhasiat, ramah terhadap lingkungan, ekonomis, aman untuk

digunakan, kemudahan dalam bekerja dan proses dengan pelarut tersebut dan

diperbolehkan oleh peraturan yang berlaku (Depkes RI., 1986).

2.3 Tinjauan tentang Kromatografi

2.3.1 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi adalah cara fisikokimia untuk memisahkan campuran

senyawa berdasarkan perbedaan waktu retensi berbagai komponennya dalam

suatu sistem fase diam-fase gerak. Fase diam adalah lapisan serbuk halus bahan

(dapat pula disaputkan cairan) atau bahan berbutir-butir yang mempunyai aktifitas

kapiler yang dialiri fase gerak dan ditempatkan pada penyangga berupa pelat

gelas, logam, atau lapisan yang sesuai. Fase gerak adalah cairan yang terdiri atas

satu komponen atau lebih menyebar dalam fase diam karena adanya gaya kapiler

dan sekaligus berfungsi sebagai alat pembawa dan sebagai pelarut (Stahl, 1985).

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang juga dikenal dengan nama Thin

Layer Chromatography atau TLC adalah salah satu alat pemisah dan alat uji

senyawa kimia secara kualitatif dan kuantitatif. Senyawa yang dapat diuji berupa
20

senyawa tunggal maupun campuran dari produk pabrik, hasil sintesis, isolasi dari

hewan percobaan maupun dari tanaman dan mikroorganisme (Sumarno, 2001).

Pemisahan senyawa yang sangat berbeda seperti senyawa organik alam dan

senyawa organik sintetik, komplek anorganik-organik dan bahkan ion anorganik

dengan metode kromatografi lapis tipis dapat dilakukan dalam beberapa menit

dengan alat yang harganya tidak terlalu mahal. Pemakaian pelarut dan cuplikan

hanya memerlukan jumlah yang sedikit dan penotolan cuplikan dapat dilakukan

secara berulang (Gritter et al., 1991). Selain itu kromatografi lapis tipis adalah

metode yang paling sesuai untuk analisis obat di laboratorium farmasi (Stahl,

1985). Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan

dengan angka Rf. Retensi waktu (Rf) merupakan perbandingan antara jarak

tempuh linarut dibanding jarak tempuh fase gerak.

Jarak titik pusat bercak dari titik awal


Rf = Jarak garis depan dari titik awal

(Stahl, 1985)

Kromatografi Lapis Tipis sering digunakan secara universal karena

kecepatannya dan kebutuhan akan senyawa dengan kadar yang sangat kecil

merupakan prosedur analitik yang ideal untuk laboratorium optik.

Prosedur ini dapat digunakan untuk :

1. Pemeriksaan identifikasi dan kemurnian senyawa.

2. Untuk pemeriksaan simplisia tanaman dan hewan.

3. Pemeriksaan komposisi dan komponen aktif.

4. Untuk menentukan kuantitatif masing–masing senyawa aktif campuran

senyawa obat (Blascke, 1994).


21

Beberapa hal–hal yang harus diperhatikan dalam Kromatografi Lapis Tipis

adalah sebagai berikut:

1. Fase gerak atau pelarut pengembang.

Medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut (Stahl, 1985).

2. Fase diam atau lapisan penyerap.

Fase diam pada Kromatografi Lapis Tipis merupakan fase yang polar

maupun fase non polar.

Penyerap yang umum adalah :

a. Silika gel, bahan ini banyak digunakan untuk pemisahan senyawa yang

bersifat asam atau basa, sehingga untuk elusi menggunakan eluen tersebut

bersifat asam atau basa.

b. Alumina atau alumunium oksida, bersifat sedikit basa, bila akan digunakan

diaktifkan kembali dengan pemanasan. Digunakan sebagai fase diam untuk

Kromatografi Lapis Tipis yang bebas air, sehingga mempunyai aktifitas

penyerap yang tinggi.

c. Keisulguhr, sebenarnya merupakan asam silika yang amorf, berasal dari

kerangka diatomae, kurang bersifat adsortif dibanding silika.

d. Magnesium silikat, digunakan bila adsorben lain tidak dapat digunakan.

e. Selulosa, karena polaritasnya tinggi digunakan sebagai pemisahan secara

partisi, baik dengan bentuk kertas maupun lempeng (Sumarno, 2001).

3. Pelarut.

Pelarut yang digunakan harus murni dan mudah didapatkan, mudah

diuapkan agar tidak selalu dalam lapisan lempeng, mantap di udara, mudah
22

tercampur dengan pelarut lain dan tidak toksik, mudah dipisahkan pada linarut

untuk pemurnian (Sumarno, 2001).Pelarut tunggal biasanya memberikan hasil

kurang memuaskan. Pelarut menggerakkan bercak terlalu jauh dan pelarut berikut

di atasnya dengan kepolaran lebih rendah tidak dapat mengelusi cukup jauh

sehingga harus mencampur pelarut untuk memperoleh kepolaran yang diinginkan

(Gritter et al., 1991).

4. Deteksi

Terdapat berbagai kemungkinan untuk deteksi senyawa tanpa warna pada

kromatogram. Deteksi paling sederhana jika menyerap di daerah UV gelombang

pendek dengan radiasi utama sekitar 254 nm atau senyawa itu dapat dieksitasi ke

fluoresensi radiasi UV gelombang pendek dan gelombang panjang sekitar 365

nm. Jika dengan kedua cara itu senyawa tidak dapat dideteksi, harus dicoba

dengan reaksi kimia (Stahl, 1985).

5. Penilaian kromatogram.

Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan

dengan angka Rf. Angka Rf berjangka antara 0,00 sampai 1,00 dan hanya dapat

ditentukan dua desimal (Stahl, 1985).

Harga Rf merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas dan

kromatografi lapis tipis. Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak

noda dari titik awal penotolan dengan jarak elusi.

2.4 Tinjauan tentang Bakteri Escherichia coli

Escherichia coli merupakan bakteri batang gram negatif yang termasuk

flora normal dalam usus manusia. Escherichia coli mempunyai bentuk batang
23

pendek atau kokobasil, tidak berkapsul dan juga tidak berspora, dapat tumbuh

mudah pada media yang sederhana yang dipakai sehari-hari, menguraikan glukosa

menjadi asam dan gas, pada media simon sitrat menunjukan hasil negatif dan hasil

positif pada media indol dengan membentuk cincin warna merah. Escherichia coli

mempunyai ciri yang khas pada media EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)

karena memberikan warna merah methalik dengan koloni berukuran sedang

(Soemarno, 2000).

Gambar 6. Bakteri Escherichia coli (Sri Agung Kusuma, 2011)

2.4.1 Klasifikasi

Eschericia coli (E.coli) adalah bakteri gram negatif berbentuk batang yang

tidak membentuk spora yang merupakan flora normal di usus.

Klasifikasi ilmiah Escherichia coli  menurut Songer dan Post (2005) adalah

sebagai berikut:

Domain : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Gamma Proteobacteria

Family : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Species : E.coli
24

2.4.2 Morfologi dan Fisiologi

Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk batang

lurus dengan panjang 1-3 μm dan lebar 0,4-0,7 μm, tidak berspora, tidak

berkapsul (namun ada yang berkapsul) dan bergerak aktif (ada pula yang tidak

bergerak) (Yulia, 2009).

Pelczar dan Chan (2008) mengatakan Escherichia coli merupakan bagian

dari mikrobiota normal saluran pencernaan. Escherichia coli dipindah sebarkan

dengan kegiatan tangan ke mulut atau dengan pemindahan pasif lewat makanan

atau minuman. Escherichia coli tidak dapat memproduksi H2S (hydrogensulfida),

tetapi dapat membentuk gas dari glukosa, menghasilkan tes positif terhadap indol,

dan memfermentasikan laktosa.

2.4.3 Patogenitas

Escherichia coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran

pencernaan meningkat atau berada di luar usus. Escherichia coli menghasilkan

enterotoksin yang menyebabkan beberapa kasus diare. Escherichia coli

berasosiasi dengan enteropatogenik menghasilkan enterotoksin pada sel epitel

(Jawetz, dkk., 2005).

Manifestasi klinik infeksi oleh Escherichia coli bergantung pada tempat

infeksi dan tidak dapat dibedakan dengan gejala infeksi yang disebabkan oleh

bakteri lain. Penyakit yang disebabkan oleh Escherichia coli yaitu :

1. Infeksi saluran kemih.

Escherichia coli merupakan penyebab infeksi saluran kemih pada kira-kira

90% wanita muda. Gejala dan tanda-tandanya antara lain sering kencing, disuria,
25

hematuria, dan piuria. Nyeri pinggang juga berhubungan dengan infeksi saluran

kemih bagian atas (Jawetz, dkk., 2005).

2. Diare.

Escherichia coli yang menyebabkan diare banyak ditemukan di seluruh

dunia. Escherichia coli diklasifikasikan oleh ciri khas sifat-sifat virulensinya, dan

setiap kelompok menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda

(Jawetz, dkk., 2005).

3. Sepsis.

Bila pertahanan inang normal tidak mencukupi, Escherichia coli dapat

memasuki aliran darah dan menyebabkan sepsis (Jawetz, dkk., 2005).

4. Meningitis.

Escherichia coli dan Streptokokus adalah penyebab utama meningitis pada

bayi. Escherichia coli merupakan penyebab pada sekitar 40% kasus meningitis

neonatal (Jawetz, dkk., 2005).

2.5 Tinjauan tentang Antibakteri

Istilah yang sering digunakan sehubungan dengan bahan antibakteri dan

penggunaannya adalah :

1. Bakteriostatik.

Kelompok ini memiliki kemampuan untuk menghambat perkembangbiakan

bakteri. Jika bahan ini dihilangkan, perkembangbiakan bakteri berjalan seperti

semula (Lay dan Hastowo, 1992).


26

2. Bakterisidal.

Kelompok ini memiliki kemampuan untuk membunuh bakteri. Daya

bakterisidal berbeda dengan bakteriostatik oleh karena prosesnya hanya berjalan

searah, yaitu bakteri yang telah mati tidak dapat berkembang biak kembali

meskipun bahan bakterisidal dihilangkan (Lay dan Hastowo, 1992).

2.6 Daya Kerja Bahan Antibakteri

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi menjadi lima

kelompok, yaitu :

1. Antimikroba yang menghambat metabolisme sel mikroba.

Mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Apabila

suatu antimikroba memang bersaing dengan Para Amino Benzoic Acid (PABA)

dalam pembentukan asam folat, maka akan terbentuk analog asam folat yang non

fungsional. Akibatnya, kehidupan mikroba terganggu.

2. Antimikroba yang menghambat sintesis dinding sel mikroba.

Obat yang termasuk kelompok ini adalah penisilin, sefalosporin, basitrasin,

vankomisin dan sikloserin. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu

suatu kompleks polimer glikopeptida. Oleh karena tekanan osmotik dalam sel

bakteri lebih tinggi daripada di luar sel bakteri akan menyebabkan lisis, yang

merupakan dasar efek bakterisidal pada bakteri yang peka.

3. Antimikroba yang mengganggu keutuhan membran sel mikroba.

Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah polimiksin, golongan

polien, serta berbagai antimikroba kemoterapeutik, misalnya antiseptik yang


27

mengubah tegangan permukaan dapat merusak permeabilitas selektif dan

membran sel mikroba yaitu protein, asam nukleat, nukleotida dan lain-lain.

4. Antimikroba yang menghambat sintesis protein sel mikroba.

Obat yang termasuk kelompok ini adalah golongan aminoglikosida, dengan

cara, misalnya terbentuknya protein abnormal yang nonfungsional bagi sel

mikroba, akibat kode pada m-RNA yang salah baca oleh t-RNA peptida,

akibatnya rantai polipeptida tidak dapat diperpanjang, menghalangi masuknya

kompleks t-RNA, menghambat pengikatan asam amino baru rantai polipeptida

oleh enzim peptidil transferase.

5. Antimikroba yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba.

Antimikroba yang termasuk golongan ini adalah rifampisin dan golongan

kuinolon. Rifampisin berkaitan dengan enzim polimerasi-RNA sehingga

menghambat sintesis RNA dan DNA oleh enzim tersebut. Golongan kuinolon

menghambat enzim DNA girase pada bakteri yang fungsinya menata kromosom

yang sangat panjang menjadi bentuk spiral hingga bisa muat dalam sel bakteri

yang kecil (Ganiswara, 2003).

2.7 Pengukuran dan Metode Uji Antibakteri

Efektifitas antimikroba terhadap spesies bakteri dari suatu galur bakteri

berbeda antara yang satu dengan yang lain. Sensitivitas setiap bakteri patogen

terhadap suatu antimikroba harus diuji dengan berbagai konsentrasi yang

menyebabkan pertumbuhan bakteri tersebut terhambat atau mati. Pada pengujian


28

tersebut dapat diketahui apakah bakteri tersebut masih sensitif atau telah resisten

terhadap suatu antibiotika. Uji itu berguna untuk menentukan pengobatan yang

spesifik terhadap bakteri patogen penyebab penyakit infeksi (Tim Mikrobiologi

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, 2003).

Faktor yang dapat mempengaruhi ukuran zona penghambatan dan harus

dikontrol adalah:

1. Konsentrasi mikroba pada permukaan medium. Semakin tinggi konsentrasi

mikroba maka zona penghambatan akan semakin kecil.

2. Kedalaman medium pada cawan petri. Semakin tebal medium pada cawan

petri maka zona penghambatan akan semakin kecil.

3. Nilai pH dari medium. Beberapa antibiotika bekerja dengan baik pada kondisi

asam dan beberapa basa kondisi alkali atau basa.

4. Kondisi aerob atau anaerob. Beberapa antibakterial kerja terbaiknya pada

kondisi aerob dan yang lainnya pada kondisi anaerob (Greenwood, 1995).

Pengujian aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

1. Metode Difusi.

Prinsip dari metode ini yaitu larutan sampel dengan seri konsentrasi tertentu

yang diduga mempunyai daya antibakteri dimasukkan pada dua lapis permukaan

agar. Lapisan I berisi media padat sebagai dasar dari sumuran, lapisan ke II berisi

media yang telah ditanami bakteri uji secara merata, kemudian diinkubasi pada

suhu 37C selama 24 jam. Selama inkubasi larutan sampel akan bersumuran ke

dalam media pembenihan.


29

Beberapa modifikasi dari metode sumuran yaitu :

a. Metode Sumuran Agar.

Metode sumuran dipilih karena zat antibakteri yang dimasukkan ke dalam

sumuran lebih banyak daripada metode kertas cakram, sehingga proses sumuran

pada media yang diberi suspensi bakteri berjalan lebih baik dan dalam jumlah

yang lebih banyak.

b. Metode Cylinder Cup.

Bakteri ditanam pada media agar, kemudian cylinder cup diletakkan pada

media tersebut setelah memadat dengan tujuan untuk menampung sejumlah zat

antibakteri yang diuji. Metode cylinder cup dipilih karena lebih cepat dan mudah

dalam pengerjaannya.

c. Metode Cakram Kertas.

Bakteri ditanam pada media agar kemudian kertas cakram ditetesi dengan

zat antibakteri dengan konsentrasi tertentu, kemudian diletakkan di atas media.

Keuntungan dari metode adalah zat antibakteri yang digunakan lebih sedikit,

sehingga lebih efisien dalam penggunaanya (Jawetz, et al., 2005).

2. Metode Dilusi.

Cara ini digunakan untuk menentukan kadar hambat minimal (KHM) dan

kadar bunuh minimal (KBM) dari obat antibakteri. Prinsip dari metode dilusi

adalah dengan menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi media cair dan

sejumlah tertentu sel mikroba yang diuji (Bonang dan Koeswardoyo, 1982).

Konsentrasi terendah obat pada tabung yang ditunjukkan dengan hasil

biakan yang mulai tampak jernih yang berarti tidak ada pertumbuhan mikroba

adalah kadar hambat minimal (KHM) dari obat. Selanjutnya biakan dari semua
30

tabung yang jernih diinokulasikan pada media agar padat, diinkubasikan dan

keesokan harinya diamati ada tidaknya koloni mikroba yang tumbuh. Konsentrasi

terendah obat pada biakan padat yang ditunjukkan dengan tidak adanya

pertumbuhan koloni mikroba adalah kadar bunuh minimal (KBM) dari obat

terhadap bakteri uji (Dwidjoseputro, 1998).

3. Metode Kromatografi Lapis Tipis Bioautografi.

Bioautografi merupakan metode yang spesifik untuk mendeteksi bercak

pada kromatogam hasil Kromatografi Lapis Tipis atau KKT yang mempunyai

aktivitas sebagai antibakteri, antifungi, dan antiviral (Zweig dan Whitaker, 1971).

2.8 Tinjauan tentang Ciprofloksasin

Derivat siklopropil dari kelompok fluorokuinolon ini berkhasiat lebih luas

dan kuat daripada nalidiksinat dan pipemidinat, juga menghasilkan kadar darah

atau jaringan dan plasma t½ yang lebih tinggi (Tjay dan Rahardja, 2007). Struktur

siprofloksasin ditunjukkan pada gambar 7.

Gambar 7. Struktur Ciprofloksasin (Siswandono dan Soekardjo, 2000)

Cara kerja ciprofloksasin dengan menghambat sintesis DNA bakteri dengan

membloking enzim girase (DNA gyrase). Spektrum aktifitas antimikroba


31

siprofloksasin pada bakteri gram positif medium, untuk bakteri gram negatif kuat,

sedangkan untuk bakteri anaerob lemah (Jawetz, dkk., 2005).

Ciprofloksasin digunakan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh

bakteri gram negatif, seperti Escherichia coli, Proteusmirabilis, Klebsiella

species, Shigella species, Enterobacter, Haemophylus species, Chlamydia species,

Salmonella species dan Pseudomonas aeruginosa, serta bakteri gram positif

tertentu seperti Staphylococcus species, Streptococcus species (Siswandono dan

Soekardjo, 2000).

2.9 Tinjauan tentang DMSO

DMSO (Dimethyl Sulphoxide) adalah zat yang bersifat polar dan memiliki

sifat pelarut dan pengencer yang baik untuk bahan kimia organik dan anorganik.

DMSO tidak bersifat bakteriostatik (Martindale, 1982).

2.10 Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka yang disajikan dapat dibuat hipotesis sebagai

berikut :

1. Terdapat aktivitas antibakteri pada fraksi tanin buah lindur (Bruguiera

gymnorrhiza (L) Lamk) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Eschericia

coli ATCC 25922 pada konsentrasi tertentu dengan menggunakan metode

sumuran agar.
32

2. Senyawa tannin yang terkandung dalam buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza

(L) Lamk) memiliki aktivitas antibakteri terhadap Eschericia coli ATCC

25922 yang dianalisa menggunakan metode bioutografi.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah zona hambat yang dihasilkan dari fraksi

tanaman buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) sebagai antibakteri

terhadap Eschericha coli ATCC 25922.

3.2 Sampel dan Teknik Sampling

Sampel yang digunakan adalah buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L)

Lamk) yang diambil di daerah Dukuh Tapak Tugurejo Rt.04/IV, Kelurahan

Tugurejo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang. Teknik sampling yang digunakan

adalah teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan tujuan

tertentu dengan memilih buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)

berwarna hijau dan segar. Bakteri yang digunakan adalah Eschericha coli ATCC

25922.

3.3 Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Fraksi tanin buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)

dengan konsentrasi 5%, 15%, dan 25% Eschericha coli ATCC 25922.

2. Variabel terikat : Aktivitas antibakteri yang dilihat dari adanya zona hambat

pada media yang ditumbuhi Eschericha coli ATCC 25922 dalam satuan mm.

3. Variabel terkontrol yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

33
34

a. Sampel buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) yang di peroleh

dari daerah Kecamatan Tugu, Kota Semarang.

b. Lama maserasi.

c. Jenis bakteri yang ditanam.

d. Suhu inkubasi.

e. Waktu inkubasi.

f. Jenis dan jumlah media yang digunakan.

g. Konsentrasi bakteri yang setara dengan ½ Mc. Farland.

h. Volume suspensi bakteri yang digunakan adalah 5 µL dan volume fraksi

tannin 50 µL.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang ada dibagi menjadi

beberapa tahap. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diawali dengan

melakukan identifikasi senyawa terhadap serbuk, ekstrak dan fraksi pada tanaman

buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) dan uji penegasan menggunakan

Kromatografi Lapis Tipis.

Setelah dilakukan identifikasi, tahap selanjutnya dilakukan pengujian

aktivitas antibakteri fraksi tanin buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)

terhadap Eschericha coli ATCC 25922 dengan dilihat zona hambat yang

dihasilkan menggunakan metode sumuran. Hasil pengamatan diamati dan diukur

zona bening yang terbentuk dengan menggunakan jangka sorong dalam satuan

mm. Hasil penelitian yang dihasilkan digunakan untuk mengetahui ada atau
35

tidaknya perbedaan aktivitas antibakteri ekstrak etanol dan fraksi tanin.

Selanjutnya dilakukan identifikasi senyawa tannin yang terdapat dalam fraksi

tannin yang mempunyai aktivitas antibakteri menggunakan metode bioautografi

kontak. Hasil penelitian diuji menggunakan uji ANOVA 1 Jalan dan apabila ada

perbedaan dilanjutkan dengan Uji Post hoc untuk mengetahui tingkat perbedaan

yang terjadi antar perlakuan.

3.5 Alat dan Bahan yang Digunakan

3.5.1 Alat

Alat penelitian yang digunakan pada penelitian ini meliputi beaker glass

dengan berbagai ukuran, gelas ukur dengan berbagai ukuran, corong pisah, corong

kaca, klem, ring, labu ukur berbagai ukuran, gelas arloji, timbangan mettler,

vacum rotary evaporator, pompa vakum, pengaduk kaca, kolom vakum,

waterbath, kertas saring, pipa kapiler, plat Kromatografi Lapis Tipis silika G 60

F254, bejana pengembang, tabung reaksi, pipet tetes, seperangkat alat UV-Vis

merk Shimadzu tipe 1800. Alat penelitian yang digunakan pada penelitian untuk

uji mikrobiologi adalah beker glass, erlenmeyer, cawan petri, mikropipet, enkas,

oktoklaf, inkubator, jarum ose, pinset, tabung reaksi, dan lampu spiritus, ring.

3.5.2 Bahan

Bahan uji yang digunakan adalah Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L)

Lamk). Bahan yang digunakan penyarian dan fraksinasi adalah aquadest, etanol

70% (Bratacem), Feri Ammonium Sulfat, n-heksan (Merck), aseton (Merck),

n-butanol (Merck), asam asetat glasial (Merck). Bahan yang digunakan untuk uji
36

pendahuluan adalah serbuk silika gel G60 F254 (Merck), lempeng Kromatografi

Lapis Tipis, metanol (p.a), serbuk Zn (Farco), HCl 2N, serbuk Mg, FeCl3 1%,

AlCl3 1%, aquadest, HNO3, etanol 70%, asam klorida 1%, HCl(p), amil alkohol,

NaOH, HCl 1%, NaOH 2M, amonia encer, amoniak pekat (Bratachem). Bahan

yang digunakan untuk Kromatografi Lapis Tipis adalah fase diam lempeng silika

gel G60 F254, fase gerak n-butanol : asam asetat : air (4:1:5) serta deteksinya

menggunakan lampu UV 254 nm dan 366 nm. Bahan yang digunakan untuk uji

mikrobiologi media EMB (Eosin Methylene Blue). Bakteri yang digunakan adalah

Eschericha coli ATCC 25922.

3.6 Cara Kerja

3.6.1 Persiapan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah lindur (Bruguiera

gymnorrhiza (L) Lamk). Bahan didapatkan dari Dukuh Tapak Tugurejo Rt.04/IV,

Kelurahan Tugurejo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, lalu bahan buah lindur

(Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) yang telah dipersiapkan dipilih secara acak

sebanyak sampel yang diperlukan. Buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L)

Lamk) dicuci sampai bersih dan dikeringkan di almari pengering dengan suhu

50°C / 120°F selama 8 jam. Buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)

kering dihaluskan dengan blender lalu diayak untuk menghasilkan serbuk buah

lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) yang seragam.

3.6.2 Ekstraksi Bahan


37

Proses ekstraksi serbuk buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)

dilakukan menggunakan metode remaserasi. Proses remaserasi diawali dengan

menggunakan serbuk buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) sebanyak

500 gram lalu ditambahkan pelarut etanol teknis 70% sebanyak 2 liter. Rendam

buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) selama 6 jam dan letakkan pada

toples. Hasil ekstraksi buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) didiamkan

selama 24 jam. Hasil cairan ekstraksi tersebut disaring dengan menggunakan kain

saring. Ampas yang tersisa dimaserasi kembali dengan pelarut etanol 70% hingga

warna filtrat mendekati warna pelarut etanol. Ekstrak etanol yang diperoleh

dipekatkan menggunakan waterbath dengan suhu ± 50 - 70ºC, sehingga diperoleh

ekstrak kental buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk). Ekstrak kental

yang telah diperoleh dilakukan uji pendahuluan dengan reaksi warna dan uji

penegasan dengan KLT.

3.6.3 Uji Bebas Etanol

Ekstrak kental yang diperoleh diuji pendahuluan untuk mengetahui tidak

ada kandungan etanol pada hasil ekstrak. Dalam penelitian ini dilakukan satu

metode uji bebas etanol menggunakan asam asetat dan H 2SO4 yang ditambahkan

ke dalam ekstrak buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) lalu dipanaskan.

Hasil ekstrak tersebut dianalisa secara sensori bau yang terbentuk.

3.6.4 Fraksinasi Buah Lindur

3.6.4.1 Kromatografi Kolom Vakum Cair

Hasil dari kromatografi lapis tipis akan digunakan untuk memilih eluen

yang akan digunakan dalam kromatografi kolom. Penggunaan eluen yang sesuai
38

akan berpengaruh terhadap fraksi yang positif yang akan dipisahkan dengan

kromatografi kolom menggunakan fase diam silika gel 60. Tiap fraksi yang

dihasilkan dianalisis dengan kromatografi lapis tipis (silika gel GF254), kemudian

fraksi dengan pola noda yang sama digabungkan, diuapkan, ditimbang dan

selanjutnya fraksi di uji penegasan dengan KLT (Armin et al., 2015).

Ekstrak yang diperoleh dilarutkan dengan air. Ekstrak air yang diperoleh

ditambah dengan pelarut n-heksan dalam corong pisah, sehingga diperoleh ekstrak

n-heksan dan ekstrak air. Ekstrak n-heksan dan ekstrak air yang diperoleh

dikumpulkan. Terhadap ekstrak air yang diperoleh ditambah pelarut aseton dalam

corong pisah hingga di dapat ekstrak aseton dan ekstrak air. Fraksi n-heksan, fraksi

aseton dan fraksi air kemudian ditimbang, diuapkan dan dilakukan uji skrining

senyawa tanin.

Fraksi aseton buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) ditimbang

sebanyak 5 gram lalu ditambah ± 2,5 gram silika gel GF 254. Hasil campuran

tersebut diaduk sampai berbentuk serbuk. Serbuk fraksi buah lindur (Bruguiera

gymnorrhiza (L) Lamk) difraksinasi menggunakan kolom vakum dengan fase

gerak kloroform : methanol secara bergradien.

3.6.5 Uji Skrining Fitokimia Buah Lindur

1. Uji Flavonoid (Lumbessy, 2013).

Sampel ditambah serbuk magnesium (Mg), HCl, dan amil alkohol serta 4 ml

etanol kemudian dicampur hingga homogen. Terbentuknya warna merah, kuning

atau jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid.

2. Uji Alkaloid (Rahmat, 2009).


39

Sampel sebanyak 1 ml ditambah dengan 1,5 ml HCl 2 N kemudian disaring.

Filtrat yang diperoleh ditambahkan 2-3 tetes reagen dragendroff. Terbentukya

endapan merah jingga menunjukkan adanya senyawa alkaloid.

3. Uji Tanin (Anwar, 1989; Robinson, 1995; Sirait, 2007, Mulyani dan Laksana,

2011; dan Simaremare, 2014).

Untuk memeriksa adanya senyawa tanin dalam bahan tumbuhan dilakukan

dengan beberapa uji warna. Sebanyak satu gram sampel Buah Lindur (Bruguiera

gymnorrhiza (L) Lamk) ditambah 10 ml aquadest, kemudian disaring. Filtrat

digunakan untuk percobaan identifikasi tanin.

a. Uji senyawa phenolic menggunakan pereaksi FeCl3.

Metode pengujian yang dilakukan yaitu filtrat dari buah Lindur sebanyak 2 ml

ditambah 1 ml larutan FeCl3 1% di dalam tabung reaksi, adanya senyawa

phenolic pada sampel ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna

menjadi hijau atau biru kehitaman.

b. Dengan menggunakan larutan gelatin.

Filtrat buah Lindur sebanyak 2 ml ditambah beberapa tetes larutan gelatin

0,5% di dalam tabung reaksi, reaksi positif terbentuk endapan putih.

c. Dengan menggunakan Larutan Air Brom

Filtrat sebanyak 2 ml ditambah larutan air brom di dalam tabung reaksi,

hasilnya terdapat endapan putih positif mengandung tanin.

4. Uji Saponin (Simaremare, 2014).


40

Sampel sebanyak 2 ml dilarutkan dalam aquadestilata pada tabung reaksi

dan dikocok selama 15 menit. Adanya senyawa saponin ditunjukkan dengan

terbentuknya busa.

3.6.6 Penyiapan Untuk Uji Mikrobiologi

3.6.6.1 Sterilisasi Media dan Alat

Semua media dan alat-alat baik gelas maupun plastik yang akan digunakan

untuk pengujian aktivitas antibakteri harus disterilkan terlebih dahulu. Alat-alat

gelas, seperti erlenmeyer, tabung reaksi, beaker glass, cawan petri dan lain-lain

disterilkan menggunakan otoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit. Alat-alat

yang terbuat dari bahan plastik seperti mikro pipet (yellow tip) disterilkan dengan

cara direndam dalam etanol 70% selama 15 menit.

3.6.6.2 Pembuatan Media Cair Nutrien Broth

Ditimbang 1,1 g Nutrien Broth dimasukkan dalam beker gelas, ditambahkan

100 ml aquadestilata sambil terus diaduk sampai larut. Dimasukkan tabung reaksi

sebanyak 5 ml tabung ditutup dengan kapas kemudian disterilkan dengan otoklaf

pada suhu 121°C selama 15 menit.

3.6.6.3 Pembuatan Media EMB (Eosin Methylene Blue)

Media EMB (Eosin Methylene Blue) merupakan media yang selektif

terhadap bakteri Eschericha coli. EMB (Eosin Methylene Blue) dibuat dengan

cara melarutkan 37,5 gram serbuk EMB dengan aquades sampai volumenya

1000 ml ke dalam beaker glass. Aduk sampai larutan sempurna dan homogen.
41

Campuran tersebut selanjutnya disterilisasi di dalam autoklaf pada suhu 1210C

selama 15 menit. Tuangkan kedalam cawan petri steril dengan ketebalan lapisan

1 ± 2 mm dan lapisan 2 ± 2 mm.

3.6.6.4 Pembuatan Larutan ½ Mc Farland

Komposisi larutan 1 Mc Farland adalah sebagai berikut :

1. Larutan BaCl2.H2O 0,048 M 0,50 ml.

2. Larutan H2SO4 0,18 M 99,5 ml.

Cara pembuatannya adalah dibuat larutan H2SO4 0,18 M diukur 99,5 ml

dimasukkan labu takar 100,0 ml. Dibuat larutan BaCl2.H2O 0,048 M diukur

0,5 ml dan dimasukkan labu takar yang sama. Dicukupkan sampai tanda batas dan

dicampur sampai homogen kemudian dipipet 50 ml ditambah media NB 50 ml

dan dihomogenkan dalam labu takar 100 ml. Absorbansinya diukur dengan

spektrofotometer UV pada panjang gelombang 625 nm. Larutan ½ Mc Farland

mempunyai kekeruhan setara dengan 1 x 108 CFU/ml dengan absorbansi 0,08-0,1.

3.6.6.5 Pembuatan Biakan Bakteri

Bakteri Eschericha coli ATCC 25922 diambil menggunakan jarum ose steril

kemudian ditanam pada media agar miring Nutrient Agar dengan cara digoreskan

pada media yang sudah memadat dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.

3.6.6.6 Pembuatan Suspensi Bakteri

1. Bakteri Eschericha coli ATCC 25922 dari kultur murni diambil 1 ose

dimasukkan dalam media cair Nutrien Broth (NB) kemudian diinkubasi pada

suhu 37°C selama 24 jam.


42

2. Absorbansinya diukur dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang

625, disetarakan dengan absorbansi larutan standar ½ Mc Farland dengan

asumsi biakan cairan yang kekeruhannya setara dengan ½ Mc Farland yang

mempunyai populasi 0.5 x 108 CFU/ml.

3.6.6.7 Pembuatan Kontrol Positif

Tablet Ciprofloksasin ditimbang seksama sebanyak 50,0 mg, kemudian

dilarutkan dan diencerkan dengan DMSO (Dimethyl Sulphoxide) sampai volume

100,0 ml lalu dari larutan tersebut dipipet sebanyak 1,0 ml kemudian ditambah

DMSO (Dimethyl Sulphoxide) sampai volume 10,0 ml pada labu takar

(konsentrasi 50 mg/L).

3.6.6.8 Prosedur Pengujian Daya Antibakteri

Uji daya antibakteri dilakukan dengan metode sumuran agar. Tuangkan ke

dalam cawan petri 10 mL media EMB (Eosin Methylene Blue) dan dibiarkan

memadat, setelah itu dipasang silinder cup di atas media yang sudah padat. Media

EMB (Eosin Methylene Blue) sebanyak 20 mL dihomogenkan dengan 5 µL

suspensi bakteri dan dituangkan pada cawan petri yang sudah dipasang silinder

cup, dibiarkan memadat dan diambil silinder cup. Fraksi tannin dipipet 50 µL dan

dimasukkan ke dalam lubang sumuran. Larutan Ciprofloksasin 0,005% sebagai

kontrol positif sedangkan larutan DMSO (Dimethyl Sulphoxide) sebagai control

negative lalu diinkubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 jam. Media EMB

diinkubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 jam. Kemudian diukur diameter

hambatan pertumbuhan Eschericha coli ATCC 25922. Adanya daerah jernih pada

media yang mengelilingi masing-masing fraksi menunjukkan adanya aktivitas


43

antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Eschericha coli ATCC 25922. Diameter

daerah hambatan yang dihasilkan diukur dengan menggunakan alat jangka sorong.

Pengulangan dilakukan sebanyak 5 kali. Hasil daerah hambatan dicatat dalam

satuan mm.

3.6.7 Uji Aktivitas Antibakteri dengan Metode Bioautografi Kontak (Fadlila


et al. ,2015)

Fraksi tannin buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) yang

mempunyai aktivitas antibakteri dilakukan uji bioautografi kontak. Sampel fraksi

tannin buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) dilarutkan dalam methanol

lalu diletakkan pada lempeng silika gel GF254 nm. Lempeng silika yang berisi

fraksi buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) dikeringkan dan dilihat di

bawah sinar UV 254 nm. Hasil dari pelarutan ini kemudian dielusi dengan eluen

yang sesuai dengan identifikasi golongan senyawanya.

Setelah proses elusi selesai, lempeng silika dikeringkan dan ditempelkan

pada 40 ml media EMB (Eosin Methylene Blue) yang telah diinokulasikan 7 µl

suspensi bakteri Escherichia coli ATCC 25922 selama 15 - 30 menit. Media EMB

(Eosin Methylene Blue) diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Zona hambat

yang terbentuk dibandingkan dengan hasil Rf dari identifikasi KLT yang telah

dideteksi dengan pereaksi.


44

3.7 Skema Kerja

500 g serbuk buah Lindur

Ditambah etanol 2000 ml


Diremaserasi selama 6 jam diaduk dan 24 jam
didiamkan
Disaring, didapat ampas dan ekstrak etanol
Ampas yang ada dimaserasi lagi
Ekstrak etanol buah Lindur

Dilakukan uji bebas etanol


Diuapkan di waterbath suhu 50 - 70ºC

Ekstrak kental buah Lindur

Lapisan air : n-heksana buah Lindur

Fraksi n-heksana Fraksi air

Diuapkan di penangas Ditambah aseton (1:1) (3x25ml)


air suhu 30 - 40ºC

Fraksi n-heksana
kental buah Lindur Fraksi air Fraksi aseton

Diuapkan di penangas Diuapkan di penangas


air suhu 30 - 40ºC air suhu 30 - 40ºC
Fraksi air kental Fraksi aseton kental
buah Lindur buah Lindur

Skrining senyawa tanin

Uji KLT senyawa tanin

Metode Kromatografi Kolom Vakum Cair


45

Gambar 8. Skema Kerja Ekstraksi dan Fraksinasi Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L)
Lamk)
46

Difraksinasi dalam kolom vakum dengan perbandingan fase gerak


klorofom : metanol

Fraksi yang didapatkan ditampung dalam vial

Dilakukan Uji KLT

Rf yang sama diuapkan menjadi fraksi kental

Uji Bioautografi Kontak

Gambar 9. Skema Kerja Fraksinasi Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)

Ekstrak dan fraksi kental buah Lindur

Uji kualitatif

Saponin
Flavonoid Alkaloid Tanin

Larutan Air
Uji Fenolik Larutan Gelatin + Brom
NaCl

Gambar 10. Skema kerja uji kualitatif fraksi Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L)
Lamk)
47

Fraksi tannin buah lindur yang mempunyai aktivitas


antibakteri

Ditotolkan pada lempeng KLT

Dielusi menggunakan yang sesuai dengan saat


identifikasi dengan KLT

Dikeringkan

Dilihat di bawah sinar UV 254 nm

Ditempelkan lempeng KLT diatas media yang sudah diinokulasi


bakteri Escherichia coli ATCC 25922

Dibiarkan selama 30 menit

Diangkat lempeng dan diinkubasi selama 24 jam suhu 37o

Diamati zona hambat yang muncul

Gambar 11. Skema kerja Penentuan Aktivitas Antibakteri Escherichia coli ATCC 25922
dengan Metode Bioautografi Kontak
48

Bakteri Escherichia coli ATCC 25922

Dibiakkan pada agar miring (NA)

Kultur murni Bakteri


Diinkubasi selamaEscherichia
24 jam padacoli ATCC
suhu 37ºC25922

Dimasukkan dalam media NB


Diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 625 nm, disetarakan
dengan larutan ½ Mc Farland

Suspensi bakteri
Gambar 12. Skema kerja Pembuatan suspensi bakteri

Diukur 10 ml untuk masing-masing media EMB

Dimasukkan ke dalam cawan petri dibiarkan memadat

Diletakkan 5 cylinder cup

Dimasukkan 20 ml media dan 5 µl suspensi


bakteri ke dalam cawan petri

Setelah media memadat cylinder cup diambil

Dimasukkan ekstrak, fraksi, kontrol positif (ciprofloksasin),


dan kontrol negatif (DMSO) pada lubang cylinder cup

Diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam

Diukur diameter zona bening

Gambar 13. Skema kerja uji aktivitaspertumbuhan


antibakteri Buah Lindur terhadap bakteri
Escherichia coli ATCC 25922
49

3.8 Analisis Data

Data yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium, dikumpulkan,

ditabulasikan dan dianalisis menggunakan program SPSS. Sebelum dilakukan

hipotesis, data yang terkumpul terlebih dahulu diedit, dicoding dan dientry dalam

file komputer. Uji kenormalan data dapat dilakukan dengan uji shapiro wilk,

kemudian diuji lanjut dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA).

Nilai signifikan data penelitian ini apabila variabel yang dianalisis memiliki

p < 0,05. Jika p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jika p > 0,05 maka Ho

diterima dan Ha ditolak. Analisis statistik menggunakan program SPSS.

1. Ho : Tidak ada pengaruh konsentrasi Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza

(L) Lamk) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli.

2. Ha : Ada pengaruh konsentrasi Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L)

Lamk) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli.

3. KK (Koefisien keragaman) digunakan untuk menunjukkan derajat kebebasan

simpulan dari suatu percobaan. Semakin besar nilai KK berarti semakin besar

keragaman dalam suatu ulangan artinya tingkat ketelitian semakin rendah.

Dengan rumus yaitu:

Keterangan :
KK = Koefisien Korelasi
RKD = Rata-rata Kuadrat Dalam
= Mean Keseluruhan
50

Menurut Supranto (2000) Uji pengaruh yang digunakan adalah :

1. KK besar (minimal 10% pada kondisi homogen) uji lanjutan yang digunakan

adalah uji Duncan.

2. KK sedang (antara 5-10% pada kondisi homogen) uji lanjutan yang digunakan

adalah uji LSD (Least Significance Deferance).

3. KK kecil (maksimal 5% pada kondisi homogen) uji lanjutan yang digunakan

adalah uji Tuckey.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dan perbedaan

aktivitas antibakteri fraksi tanin buah lindur dalam menghambat pertumbuhan

bakteri Escherichia coli ATCC 25922. Sampel dalam penelitian ini adalah buah

lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) yang diperoleh dari Dukuh Tapak

Tugurejo Rt.04/IV, Kelurahan Tugurejo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang pada

Juni, 2016. Buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) dideterminasi di

Laboratorium Biologi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi”

Semarang. Determinasi bertujuan untuk menghindari kesalahan pengambilan

sampel. Buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) yang digunakan yaitu

buah yang sudah masak ditandai dengan warna hijau pada kulit (Lampiran 1).

Buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) yang sudah dikumpulkan

kemudian disortasi, dicuci lalu dikeringkan (Katno dkk., 2008). Pengeringan

dilakukan di almari pengering dengan suhu 50°C. Prinsip dari metode almari

pengering adalah bahwa air yang terkandung dalam suatu bahan akan menguap

bila bahan tersebut dipanaskan pada suhu 50°C selama waktu tertentu

(Underwood, 2002). Simplisia kering diperkecil ukuran partikelnya dengan

blender kemudian diayak dengan ukuran 20/80 (100 mesh), sehingga diperoleh

serbuk dengan derajat kehalusan yang sama. Pengecilan ukuran partikel berkaitan

dengan proses penarikan senyawa aktif oleh cairan penyari. Semakin kecil ukuran

partikel serbuk, maka luas permukaan akan semakin besar dan proses penyarian

51
52

akan berlangsung lebih efektif. Serbuk simplisia diayak untuk mendapatkan

ukuran yang seragam.

Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode remaserasi yang dilakukan

dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Pelarut akan masuk

ke dalam sel melewati dinding sel, sehingga isi sel akan larut dalam pelarut karena

adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.

Pelarut berdifusi masuk ke dalam sel dan zat terlarut bergantian berdifusi ke luar

sel. Peristiwa tersebut akan berlangsung secara terus-menerus sampai terjadi

keseimbangan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Setelah

proses ekstraksi selesai maserat yang diperoleh kemudian dipisahkan antara filtrat

dan residu. Filtrat yang diperoleh diuapkan di atas waterbath dengan suhu 50o-70o

C hingga terbentuk ekstrak kental. Tujuan dilakukan pemekatan untuk

menguapkan pelarut sehingga diperoleh konsentrasi zat aktif lebih banyak. Hasil

yang diperoleh pada proses ekstraksi dari 500 gram serbuk simplisia kering yaitu

263,6 gram ekstrak kental berwarna coklat tua. Rendemen yang diperoleh pada

proses ekstraksi adalah 52,72% menunjukkan bahwa besar kecilnya nilai

randemen menunjukkan keefektifan proses ekstraksi (Mia Permawati, 2008)

Sebelum dilakukan fraksinasi ekstrak kental buah Lindur (Bruguiera

gymnorrhiza (L) Lamk) dilakukan pengujian bebas etanol. Uji bebas etanol

seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel 2. Hasil Pengujian Bebas Etanol Ekstrak Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L)
Lamk)

Perlakuan Pustaka Hasil Uji Ekstrak


Ekstrak + Asam Asetat + H2SO4 p,
Bau Pisang (Schoorl, Tidak berbau
lalu dipanaskan (Kusumawati et
1988 : 48) alkohol (-)
al. ,(2015) dan Dia et al., (2015))
53

Berdasarkan tabel 2 bebas etanol ekstrak buah lindur (Bruguiera

gymnorrhiza (L) Lamk) hasil penelitian membuktikan bahwa ekstrak etanol buah

lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) negatif pelarut etanol karena tidak

tercium bau pisang. Tujuan dilakukan ekstrak bebas etanol untuk mengetahui

apakah masih ada kandungan etanol yang terdapat pada ekstrak buah lindur

(Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) dan untuk meyakinkan bahwa hasil uji

aktivitas antibakteri nantinya bukan disebabkan adanya etanol dalam ekstrak.

Ekstrak kental yang diperoleh dilakukan fraksinasi dengan menggunakan

corong pisah. Proses fraksinasi dimulai dengan melarutkan ekstrak kental dalam

air untuk mendapatkan kembali ekstrak yang sudah diuapkan dan mempermudah

proses fraksinasi. Ekstrak dilakukan fraksinasi dengan pelarut n-heksan sebanyak

tiga kali bertujuan untuk melarutkan senyawa seperti aglikon flavonoid yang

kurang polar (Markham, 1988:15). Lapisan air yang didapat dilakukan fraksinasi

dengan aseton untuk melarutkan senyawa – senyawa polifenol seperti tanin.

Sedangkan air merupakan pelarut polar yang mampu melarutkan senyawa

glikosida flavonoid dan sisa tanin yang terlarut dalam air.

Ketiga fraksi yang didapat dipekatkan hingga didapatkan fraksi kental.

Selanjutnya fraksi kental dilakukan identifikasi tanin dengan menggunakan reaksi

warna. Identifikasi dilakukan untuk mengetahui masih ada tidaknya senyawa tanin

dalam masing – masing fraksi. Berdasarkan hasil uji reaksi warna pada tabel 3 dan

warna yang terbentuk menunjukkan pada fraksi aseton dan air positif mengandung

gugus fenol dimungkinkan pada fraksi aseton dan air terdapat senyawa polifenol.

Pada fraksi n-heksan tidak menunjukkan adanya gugus fenol dan tanin.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji Reaksi Warna Tanin Pada Fraksi n-heksan, Aseton, dan Air
54

Pereaksi
Fraksi (Robinson,1995; Harborne,1987)
FeCl3 1%
n-heksan Hijau cerah (negatif)
Aseton Hijau kehitaman (positif)
Air Hijau kehitaman (positif)

Berdasarkan uji reaksi warna dari semua fraksi yang diperoleh yang positif

mengandung tanin adalah fraksi aseton dan air. Setelah dilakukan proses

remaserasi dan uji bebas etanol kemudian dilakukan uji skrining fitokimia yang

terdapat pada serbuk, ekstrak, dan fraksi yang meliputi uji senyawa flavonoid,

tanin, saponin dan alkaloid. Hasil uji ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Skrining Fitokimia Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)

Hasil
Hasil Reaksi
Senyawa Sampel Pereaksi berdasarkan Keterangan
Warna
pustaka
Serbuk serbuk Bewarna ungu
magnesium (Mg) pada lapisan Jingga pada Positif
Flavonoid + HCL, + 0,4 ml amil alkohol. lapisan amil mengandung
Ekstrak
amil alkohol (Lumbessy, alcohol Flavonoid
serta 4 ml etanol 2013)
Serbuk Positif
Reagen Endapan jingga Endapan merah
Alkaloid mengandung
Ekstrak dragendroff (Rahmat, 2009) jingga
Alkaloid
Serbuk Aquadestilata,Terbentuk busa Positif
Terdapat busa
Saponin ditunggu 10 (Simaremare, mengandung
Ekstrak stabil
menit + HCL 2014) Saponin
Hasil
Hasil Reaksi
Senyawa Sampel Pereaksi berdasarkan Keterangan
Warna
pustaka
Serbuk Hijau kehitaman
Ekstrak atau biru tua
FeCl3 Biru kehitaman
(Mulyani dan
Fraksi
Laksana, 2011)
Serbuk Terbentuk
Positif
Ekstrak Gelatin 0,5% + endapan putih Terdapat
Tanin mengandung
NaCl (Mulyani dan endapan putih
Fraksi Tanin
Laksana, 2011)
Serbuk Terbentuk
Ekstrak endapan putih Terdapat
Air brom
(Mulyani dan endapan putih
Fraksi
Laksana,2011)
55

Uji skrining fitokimia warna menggunakan FeCl3 digunakan untuk

menentukan kandungan gugus fenol pada sampel. Adanya gugus fenol

ditunjukkan dengan perubahan warna coklat menjadi warna biru tua karena

terbentuk senyawa komplek antara tanin yang merupakan senyawa polifenol

dengan FeCl3.

Terbentuknya endapan putih setelah penambahan larutan gelatin

menyatakan bahwa sampel mengandung tanin. Harborne (1987) menyatakan

semua tanin menimbulkan endapan sedikit atau banyak jika ditambahkan gelatin.

Tanin dapat dibedakan dari senyawa fenol lainnya karena kemampuannya untuk

mengendapkan protein. Gelatin merupakan protein alami yang mampu

diendapkan oleh tanin. Endapan putih tersebut terbentuk karena adanya ikatan

hidrogen antara tanin dengan protein dalam gelatin (Robinson, 1995:72).

Terbentuknya endapan setelah ditambahkan air brom yang menyatakan bahwa

sampel pada buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) positif mengandung

tanin.

Selanjutnya dilakukan uji identifikasi tanin dengan menggunakan KLT. Uji

KLT tanin pada fraksi bertujuan sebagai uji penegasan pada fraksi yang

mengandung tanin yang dibandingkan dengan baku asam galat yang digunakan.

Identifikasi dengan KLT menggunakan eluen yang juga digunakan untuk fraksi

yaitu kloroform : metanol (2:8) yang ditandai dengan munculnya noda. Fraksi

aseton selanjutnya dilakukan proses pemisahan menggunakan teknik kromatografi

kolom, fase gerak yang akan digunakan dipilih berdasarkan pendekatan pencarian

eluen pada kromatografi lapis tipis (KLT). Noda hasil pemisahan dilihat dibawah

lampu UV pada panjang gelombang 254 nm dan penampak bercak untuk dilihat
56

pola pemisahannya. Hasil uji KLT fraksi aseton dengan eluen kloroform :

methanol (2:8) seperti pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil KLT Fraksi Aseton dengan Eluen Kloroform : Metanol (2:8) dibawah Sinar
UV 254 nm dan penampak bercak FeCl3

Warna Noda
Noda Rf
UV 254 nm Penampak Bercak
1 Ungu kehitaman Hitam kecoklatan 0,93

Berdasarkan tabel 5, tannin memiliki warna noda saat di bawah sinar UV

254 nm berwarna biru kehitaman. Hal itu diperkuat Harborne (1987:105) bahwa

tanin dapat dideteksi dengan sinar UV pendek berupa bercak lembayung.

Sehingga campuran pelarut klorofom : methanol dipilih sebagai fase gerak dalam

proses pemisahan dengan kromatografi kolom. Hasil tiap fraksi yang dihasilkan

dianalisis dengan kromatografi lapis tipis (silika gel GF 254), kemudian fraksi dengan

pola noda yang sama digabungkan, diuapkan, ditimbang dan selanjutnya fraksi di uji

aktivitas antibakteri.

Hasil fraksinasi ini menghasilkan 11 fraksi. Masing-masing fraksi ini

kemudian dilakukan uji penegasan dengan menggunakan KLT untuk melihat

kandungan senyawa tannin pada fraksi kloroform dengan fase diam yang

digunakan adalah silica GF254 dan menggunakan fase gerak berupa n-butanol :
57

asam asetat : air dengan perbandingan (4:1:5). Uji KLT fraksi disajikan pada

Tabel 6.

Tabel 6. Hasil KLT Fraksi Tanin dengan eluen Kloroform : Metanol Buah Lindur
(Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)

Kloroform : Warna noda Warna noda Penampak Bercak


Fraksi Rf
methanol (UV 254 nm) (UV 366 nm) (FeCl3)
1 100 : 0 Biru kehitaman Ungu Coklat kehitaman 0,56
2 90 : 10 Biru kehitaman Ungu Coklat kehitaman 0,56
3 80 : 20 Biru kehitaman - Tidak Berwarna -
4 70 : 30 Biru kehitaman - Tidak Berwarna -
5 60 : 40 Tidak Berwarna - Tidak Berwarna -
6 50 : 50 Biru kehitaman - Tidak Berwarna -
7 40 : 60 Tidak Berwarna - Tidak Berwarna -
8 30 : 70 Tidak Berwarna - Tidak Berwarna -
9 20 : 80 Tidak Berwarna - Tidak Berwarna -
10 10 : 90 Tidak Berwarna - Tidak Berwarna -
11 0 : 100 Tidak Berwarna - Tidak Berwarna -
Keterangan :
Fraksi yang digunakan

Hasil KLT fraksi tannin buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)

yang memiliki nilai Rf berdekatan yaitu fraksi nomor 1 (Rf 0,56). Sehingga fraksi

nomor 1 selanjutnya di uji aktivitas antibakteri dan fraksi kental kloroform yang

diperoleh sebanyak 1,95 gram. Namun pada fraksi nomor 2, tidak dilakukan uji

aktivitas antibakteri dikarenakan ditakutkan adanya senyawa lain yang dapat

menganggu aktivitas senyawa aktif.

Selanjutnya dilakukan uji kualitatif ekstrak dan fraksi tannin dengan

menggunakan KLT. Uji Hasil KLT ekstrak dan fraksi ditunjukkan pada tabel 7

dibawah ini :

Tabel 7. Hasil KLT ekstrak dan fraksi Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)

Hasil positif berdasarkan Deteksi Penampak


Pengujian Fase gerak Rf Noda
pustaka warna bercak
Flavonoid Butanol : Asam Positif flavonoid jika Ungu Kuning 0,93
Asetat : Air (4:1:5) terbentuk warna kuning Kecoklatan
58

muda hingga jingga setelah


diuapi dengan uap ammonia
(Robinson, 1995)
Positif alkaloid jika
terbentuk warna orange
Kloroform : etil Ungu
Alkaloid setelah ditambah penampak Orange 0,93
asetat (70:30) kekuningan
bercak dragendorff
(Sugijanto dkk, 2014)
Positif saponin jika
terbentuk warna biru sampai
biru violet dengan
Koloroform : penampak bercak vannilin-
Saponin Metanol : Air asam sulfat atau anisaldehid- Ungu tua Ungu tua 0,87
(64:50:10) asam sulfat. Di bawah sinar
UV 254 nm tidak terjadi
pemadaman bercak
(Sulistyani dkk, 2012).
Positif tanin jika terbentuk
warna biru kehitaman
Butanol : Asam Biru Biru
Tanin setelah disemprot penampak 0,93
Asetat : Air (4:1:5) Kehitaman Kehitaman
bercak FeCl3 (Trease dan
Evans, 1978)

Hasil uji KLT pada tabel 7 menegaskan bahwa ekstrak dan fraksi tannin

buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) mengandung senyawa flavonoid,

alkaloid, saponin dan tanin. Pada uji KLT dapat dilihat perbedaan warna

berdasarkan sinar UV dan penampak bercak dibandingkan dengan pustaka. Nilai

Rf tersebut menunjukkan bahwa senyawa yang ada antara ekstrak dan fraksi

adalah senyawa yang sama.

Uji aktivitas antibakteri dilakukan pada ekstrak etanol, fraksi tannin buah

lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk). Metode uji aktivitas antibakteri yang

digunakan adalah sumuran agar. Media yang digunakan adalah Eosin Methylen

Blue Agar (EMB Agar). Eosin Methylen Blue Agar (EMB Agar) dipilih karena

merupakan salah satu media selektif yang digunakan untuk isolasi dan identifikasi

bakteri gram negatif. Bakteri Escherichia coli pada media EMB (Eosin Methylen

Blue Agar) tumbuh membentuk warna ungu dengan koloni warna hijau metalik.
59

Media Eosin Methylen Blue Agar (EMB Agar) mempunyai keistimewaan yaitu

dapat memfermentasi laktosa dan menghasilkan koloni dengan inti berwarna

gelap dan kilap logam karena mengandung laktosa dan sukrosa, sedangkan

mikroba yang tidak dapat memfermentasi laktosa, koloninya tidak berwana.

Kemampuan Escherichia coli memfermentasikan laktosa menyebabkan

penurunan pH, sehingga mempermudah absorbs neural red untuk mengubah

koloni menjadi hijau metalik (Suwandi, 1999).

Ciprofloksasin digunakan sebagai kontrol positif. Cara kerja siprofloksasin

adalah menghambat sintesis DNA bakteri dengan membloking enzim girase

(DNA gyrase). Spektrum aktifitas antimikroba Ciprofloksasin pada bakteri gram

positif bersifat medium, untuk bakteri gram negatif bersifat kuat, sedangkan untuk

bakteri anaerob bersifat lemah.

Suspensi bakteri diukur absorbansinya dan disetarakan dengan absorbansi

standar ½ Mc Farland I, Escherichia coli ATCC 25922 memiliki nilai absorbansi

0,098. Konsentrasi uji ekstrak dan fraksi yang digunakan adalah 5%, 15%, dan

25%. Uji aktivitas antibakteri fraksi dilakukan lima kali pengulangan.

Hasil yang diperoleh berupa zona hambat. Pengukuran zona hambat

dilakukan dengan mengukur daerah disekitar sumuran yang tidak terdapat

pertumbuhan koloni bakteri dikurangi diameter silinder cup, berdasarkan hasil

pengukuran diameter silinder cup sebesar 0,986 cm. Data diameter zona hambat

terhadap bakteri Escherichia coli ATCC 25922 ditunjukkan pada tabel 8.

Tabel 8. Data Diameter Zona Hambat Fraksi Tanin Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza
(L) Lamk) terhadap Bakteri Escherichia coli ATCC 25922
No. Kontrol (-) / Konsentrasi Fraksi Tanin (mm) Kontrol (+) /
DMSO (mm) 5% 15% 25% Ciprofloksasin
60

(mm)
Replikasi 1 0,000 7,80 9,66 11,90 29,08
Replikasi 2 0,000 7,86 8,86 11,04 29,08
Replikasi 3 0,000 8,47 10,94 11,56 29,08
Replikasi 4 0,000 9,25 11,90 13,08 29,08
Replikasi 5 0,000 10,25 12,45 14,40 29,08
Rata-rata 0,000 8,73 10,76 12,40 29,08

Tabel 8 menunjukkan rata – rata diameter zona hambat fraksi tannin buah

lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) terhadap bakteri Escherichia coli

ATCC 25922 pada kosentrasi 25% menunjukan diameter tertinggi yaitu 12,40

mm dan diameter terendah pada kosentrasi 5%.

Gambar 14. Grafik rerata zona hambat fraksi tanin Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza
(L) Lamk) terhadap Escherichia coli ATCC 25922

Gambar 14. menunjukkan bahwa semakin tinggi kosentrasi fraksi tannin

maka semakin besar zona hambatnya. Analisis data zona hambat yang diperoleh

terlebih dahulu diuji normalitas dengan analisis Shapiro Wilk untuk mengetahui

apakah data yang diperoleh berdistribusi normal dengan tingkat kepercayaan 95%.

Selanjutnya di uji homogenitas dengan analisis Levene Statistic untuk mengetahui

data berdistribusi homogen. Uji normalitas dan uji homogenitas data disajikan

pada lampiran.
61

Hasil uji statistika menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan

homogen, karena nilai signifikansinya (sig)> 0,05 sehingga dilanjutkan dengan

ANOVA 1 jalan. Hasil ANOVA 1 jalan menunjukkan ada perbedaan signifikan

antar konsentrasi fraksi tannin dan kontrol positif yang dibuktikan dengan hasil

nilai asym sig 0,000 (P<0,05). Data kemudian dilakukan pengujian lanjutan yaitu

Uji Post Hoc Test untuk mengetahui perbedaan antar konsentrasi 5%, 15%, 25%,

dan kontrol positif.

Uji Post Hoc Tests yang digunakan adalah Uji LSD (Least Significanse

Deferance) karena nilai koefisien keragaman (KK) sebesar 8,89% (5-10% pada

kondisi homogen).

Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji LSD Konsentrasi Fraksi Tanin Buah Lindur (Bruguiera
gymnorrhiza (L) Lamk)

Konsentrasi Fraksi
5% 15% 25% Kontrol (+)
Tanin Buah Lindur
5% - 0,012 (d) 0,000 (g) 0,000 (j)
15% 0,012 (a) - 0,037 (h) 0,000 (k)
25% 0,000 (b) 0,037 (e) - 0,000 (l)
Kontrol (+) 0,000 (c) 0,000 (f) 0,000 (i) -
Keterangan: Angka yang diikuti huruf berbeda dalam satu kolom yang sama
menunjukkan beda nyata menurut uji LSD dengan derajat kesalahan
5%.

Pada ringkasan hasil uji LSD dapat diketahui bahwa konsentrasi fraksi

tannin buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) menunjukkan perbedaan

zona hambat yang signifikan, terbukti terlihat pada konsentrasi 5% dengan

konsentrasi 15% dinyatakan signifikan, konsentrasi 5% dengan konsentrasi 25%

dinyatakan signifikan dan konsentrasi 5% dengan kontrol positif (Ciprofloksasin)

dinyatakan signifikan, konsentrasi 15% dengan konsentrasi 5% dinyatakan

signifikan, konsentrasi 15% dengan konsentrasi 25% dinyatakan signifikan,


62

konsentrasi 15% dengan kontrol positif (Ciprofloksasin) dinyatakan signifikan

juga. Konsentrasi 25% dengan 5 %, Konsentrasi 25% dengan 15%, konsentrasi

25% dengan kontrol positif (Ciprofloksasin) juga dinyatakan positif. Kontrol

positif (Ciprofloksasin) dengan 3 konsentrasi yaitu 5%, 15% dan 25% dapat

dinyatakan signifikan sesuai dari uji Post Hoc Tests.

Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa antar konsentrasi

memberikan perbedaan yang signifikan terhadap daya antibakteri Escherichia coli

ATCC 25922. Konsentrasi fraksi tannin buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L)

Lamk) 25% memberikan aktivitas antibakteri yang paling besar dibandingkan

dengan konsentrasi fraksi tannin buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)

5% dan 15%. Hal ini karena senyawa yang terdapat pada fraksi tannin buah lindur

(Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) 25% lebih banyak dibandingkan konsentrasi

fraksi tannin buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) 5% dan 10%.

Disajikan dari Tabel 9, kemampuan fraksi tannin dalam menghambat masih di

bawah kontrol positif, karena zona hambat yang dihasilkan oleh kontrol positif

lebih besar dibandingkan dengan fraksi tannin. Hal ini dikarenakan kontrol positif

yang digunakan telah diuji baik secara klinis dan praklinis dan kontrol positif

yang digunakan telah teruji khasiat nya dimasyarakat.

Aktivitas antibakteri senyawa kandungan dari fraksi ekstrak etanol buah

lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) dibuktikan secara kualitatif melalui uji

bioautografi kontak. Hasil kromatografi lapis tipis yang telah dielusi ditempelkan

pada media suspensi bakteri padat selama 10 - 15 menit agar senyawa kandungan

pada noda lempeng kromatogram dapat berdifusi ke dalam media tersebut,


63

kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam untuk melihat zona bening

yang terbentuk. Letak noda pada lempeng kromatogram dan letak zona bening

hasil uji bioautografi berada pada letak yang sama setiap kandungan senyawa.

Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa senyawa kandungan

dalam lempeng kromatogram yang berdifusi ke dalam media memberikan

aktivitas antibakteri. Golongan senyawa yang mempunyai daya antibakteri pada

fraksi buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) adalah flavonoid, alkaloid,

saponin dan tannin. Hasil uji bioautografi disajikan pada lampiran 15.

Daya antibakteri pada ekstrak, fraksi tannin disebabkan karena mengandung

senyawa flavonoid, alkaloid, tanin dan saponin. Mekanisme antibakteri pada

masing-masing senyawa memiliki metode penghambatan yang berbeda-beda.

Menurut pustaka yang ada, senyawa flavonoid dalam menghambat pertumbuhan

bakteri yaitu dengan membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler

yang terlarut sehingga dapat merusak membran sel bakteri dan diikuti dengan

keluarnya senyawa intraseluler (Bobbarala, 2012). Flavonoid akan merusak

membran sel mikroba dan mengkoagulasi protein. Rusaknya membran dan

dinding sel akan menyebabkan metabolit penting di dalam sel akan keluar dan

mengakibatkan terjadinya kematian sel (Fitrianti, et al., 2011).

Senyawa alkaloid memiliki aktivitas antibakteri karena kemampuannya

dalam mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri sehingga

lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel

tersebut (Robinson, 1995). Alkaloid merupakan senyawa nitrogen heterosiklik

yang mengandung basa nitrogen. Mekanisme kerja dari alkaloid dihubungkan


64

dengan kemampuan mereka untuk berinterkalasi atau meletakkan diri di antara

DNA. Adanya zat yang berada di antara DNA akan menghambat replikasi DNA

itu sendiri, akibatnya terjadi gangguan replikasi DNA yang menyebabkan

kematian sel (Fitrianti, et al., 2011).

Tanin memiliki aktivitas antibakteri yang berhubungan dengan

kemampuannya untuk menginaktifkan adhesin sel mikroba juga menginaktifkan

enzim dan menggangu transport protein pada lapisan dalam sel (Cowan, 1999).

Menurut Sari, et al.,(2011), tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding

sel sehingga pembentukan dinding sel menjadi kurang sempurna. Hal ini

menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik

sehingga sel bakteri akan mati. Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri dengan

mengkerutkan dinding sel atau membran sel sehingga mengganggu permeabilitas

dinding sel bakteri itu sendiri, akibat terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat

melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati

(Juliantina, et al., 2010). Tanin dalam konsentrasi rendah mampu menghambat

pertumbuhan bakteri, sedangkan pada konsentrasi tinggi, tanin bekerja sebagai

antimikroba dengan cara mengkoagulasi atau menggumpalkan protoplasma

bakteri.

Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri adalah menurunkan tegangan

permukaan sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan

mengakibatkan senyawa intraseluler akan keluar (Nuria, et al., 2009). Senyawa

saponin merupakan zat yang apabila berinteraksi dengan dinding bakteri maka

dinding tersebut akan pecah atau lisis. Saponin akan mengganggu tegangan

permukaan dinding sel, maka saat tegangan permukaan terganggu zat antibakteri
65

akan dapat dengan mudah masuk kedalam sel dan akan mengganggu metabolisme

hingga akhirnya terjadilah kematian bakteri (Pratiwi, 2008). Saponin bekerja

sebagai antibakteri dengan mengganggu stabilitas membran sel bakteri, yang

menyebabkan komponen penting bakteri seperti protein, asam nukleat dan

nukleotida keluar sehingga bakteri menjadi lisis. Pada bakteri Escherichia coli

ATCC 25922, senyawa saponin akan lebih dulu masuk dalam lapisan lipid terluar

dari bakteri Escherichia coli sehingga akan menghambat pertumbuhan lebih lanjut

dari bakteri Escherichia coli.

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang ada, maka penelitian ini

menunjukkan bahwa buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) dapat

menghambat pertumbuhan bakteri Eschericia coli ATCC 25922 pada kosentrasi

5%, 15%, dan 25%. Senyawa aktif dalam fraksi tannin yang terkandung dalam

buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) mempunyai aktivitas antibakteri

terhadap Eschericia coli ATCC 25922 yang dianalisa menggunakan metode

bioutografi. Senyawa aktif yang mampu menghambat pertumbuhan merupakan

flavonoid, alkaloid, tanin, dan saponin. Senyawa aktif tersebut memiliki

mekanisme penghambatan pertumbuhan bakteri Escherichia coli yang berbeda-

beda.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi

tannin Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) Terhadap Pertumbuhan

Bakteri Escherichia Coli ATCC 25922 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Fraksi tannin pada tanaman buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)

dengan konsentrasi 5%, 15%, dan 25% memiliki aktivitas antibakteri terhadap

pertumbuhan Escherichia coli ATCC 25922 dengan menghasilkan zona

hambat sebesar 8,73 mm; 10,76 mm; dan 12,40 mm.

2. Senyawa tannin yang terdapat pada tanaman buah lindur (Bruguiera

gymnorrhiza (L) Lamk) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap

pertumbuhan bakteri Escherichia coli ATCC 25922 dengan metode

bioautografi kontak.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti memberikan saran-

saran sebagai berikut :

1. Masyarakat dapat menggunakan buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L)

Lamk) sebagai salah satu pilihan obat alami alternatif yang berkhasiat

menghambat diare yang disebabkan oleh bakteri Eschericha coli.

66
67

2. Peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai tanaman buah

lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) terhadap jenis bakteri lain dan

kandungan zat aktif lain yang ada pada buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza

(L) Lamk).

3. Perlu adanya pengujian lebih lanjut mengenai penggunaan buah lindur

(Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) dan efek sampingnya pada manusia.


DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta : Salemba Medika.

Ahmad, S. 2013. Sukses Usaha Pembibitan Mangrove. Yogyakarta : Pustaka Baru


Press.

Allen, J.A., Krauss, K.W., Duke, N.C., Herbst, D.R., Bjorkman, and O. Shih.
2000. Bruguiera species in Hawaii: systematic considerations and
ecological implications. Pacific Science 54(4): 331–343.

Allen, J.A. and N.C. Duke. 2006. Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk (large-leafed
mangrove), Rhizophoraceae mangrove family). Species Profile for Pacific
Island Agroforestry. Tradisional Tree Initiative. ver. 2.I. pp: 1–15

Alodokter. 2016. www.alodokter-ecoli.com

Amanda, F.R. 2014. Efektivitas Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia


(L.) Merr.) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli.
Skripsi. Jakarta : Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Andriyanti, R. 2009. Ekstraksi Senyawa Aktif Antioksidan Dari Lintah Laut


(Discodoris sp.) Asal Perairan Kepulauan Belitung. Skripsi. Bogor :
Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Universitas


Indonesia Press.

Anwar, F.H. 1989. Alkaloida dari Litsea monopetala (Roxb.) Pers. Penelitian
Tanaman Obat Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia IV

Arisman. 2012. Keracunan Makanan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : EGC.

Armin, F; Revita, Bita; Adnan, Adek Z. 2015. Pengembangan dan Validasi


Metode Kromatografi Lapis Tipis Densitometri untuk Analisis Pewarna
Merah Sintentik pada Beberapa Merek Saus Sambal Sachet. Jurnal Sains
Farmasi & Klinis, 2(1), 60-65.

Bandaranayake, W.M. 1995. Survey of Mangrove Plants from Northern Australia


for phytochemical constituents and UV-absorbing compounds. Current
Topics in Phytochemistry 14: 69–78.

Bandaranayake, W.M. 1998. Traditional and Medicinal Uses of Mangroves.


Mangroves and Salt Marshes 2: 133–148.

68
69

Bandaranayake, W.M. 1999. Economic, Traditional and Medicinal Uses of


Mangroves. Australian Institute of Marine Science, AIMS Report #28,
Townsville, Australia.

Bandaranayake, W.M., 2002. Bioactivities, Bioactive Compounds and Chemical


Constituents of Mangrove Plants. AIMS Research. URL
http :// http://www.aims.go.au/Australia Institute of Marine Science.

Bandaranayake, W.M., 2005. The Uses of Mangrove. AIMS Research. URL


http://http://www.aims.gov.au/Australia Institute of Marine Science.

Bobbarala, V. 2012. Antimicrobial Agents. Croatia : Intech

Bonang Gerhard, S. Enggar dan Koeswardono. 1982. Mikrobiologi Kedokteran.


Jakarta : P.T Gramedia.

Cholid, Sofyanto. 2011. Pengaruh pemberian Madu Pada Anak yang Menderia
Diare Akut Cair Dengan Dehidrasi Ringan Sedang, Artikel Skripsi
(Doctoral dissertation, Diponegoro). Di unduh 26 Desember, 2015. From
http://eprints.undip.ac.id/29091.

Clarke, W.C., and R.R. Thman. 1993. Agroforestry in the Pacifi Islands: Systems
for Sustainability. United Nations University Press, Tokyo

Clarke, A., and L. Johns. 2002. Mangrove nurseries: construction, propagation


and planting. Fish Habitat Guidelines FHG 004. Department of Primary
Industries, Queensland Fisheries Service. <http://www.dpi.qld.gov.au
/fihweb/10802.html>.

Correll, D.S., B.G.Schubert, H.S. Gentry and W.D. Hawley. 1955. The search for
plant precursors of cortisone. Economic Botany 52: 307-375.

Cowan, M.M. 1999. Plant Products as Antimicrobial Agents. Clinical


Microbiology Reviews. Vol 12 : 564-582.

Darsana, I.G.O., I Nengah K., B. Hapsari, M. 2012. Potensi Daun Binahong


(Anrederacordifolia (Tenore) Steenisd dalam menghambat Pertumbuhan
Bakteri Escherichia coli secara In Vitro. Indonesia Medicus Veterinus hal
337-351.

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta :


Departemen Kesehatan RI.

______________________. 1986. Sediaan Galenika. Jakarta : Departemen


Kesehatan RI.

______________________. 1987. Analisa Obat Tradisional. Jilid I. Jakarta :


Departemen Kesehatan RI.
70

______________________. 2000. Parameter Standart Umum Ekstrak Tumbuhan


Obat. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

______________________. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi


Saluran Pernafasan. Direktorat Bina Farmasi Komunitan dan Klinik.

Dia, Siluh Putu Sri; Nurjanah; Jacoeb, Agoes Moerdiono. 2015. Chemical
Composition, Bioactive Components and Antioxidant Activities from Root,
Bark and Leaf Lindur. JPHPI 2015, Volume 18 Nomor 2.

Direktorat Obat Asli Indonesia. 2008. Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun
Tanaman Obat Citeureup. Jakrta : Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Duke, N.C., J.S. Bunt, and W.T. Williams. 1984. Observations on the flral and
vegetative phenologies of northeastern Australian mangroves. Australian
Journal of Botany 32: 87–99.

Duke, N.C., and Z.S. Pinzón. 1992. Aging Rhizophora seedlings from leaf scar
nodes: a technique for studying recruitment and growth in mangrove
forests. Biotropica 24(2a): 173–186.

Duke, N.C. 1992. Mangrove flristics and biogeography. Tropical Mangrove


Ecosystems. In: Robertson, A.I. and D.M. Alongi. American Geophysical
Union, Washington, DC.

Duke, N.C., M.C. Ball, and J.C. Ellison. 1998. Factors inflencing biodiversity and
distributional gradients in mangroves. Global Ecology and Biogeography
Letters 7: 27–47.

Duke, N.C. 1999. Th 1998 survey of Rhizophora species in Micronesia. Report to


the USDA Forest Service. Marine Botany Group, Botany Department, Th
University of Queensland, Brisbane, Australia.

Duke, N.C. 2001. Gap creation and regenerative processes driving diversity and
structure of mangrove ecosystems. Wetlands Ecology and Management 9:
257–269.

Dwidjoseputro. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djamban.

Entjang, I. 2001. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan.


Bandung : PT. Citra aditya Bakti.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi


Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara.

Fessenden dan Fessenden. 1986. Kimia Organik. Edisi Ketiga. Jilid 1. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
71

Fitrianti D.A.R., Noorhamdani, A.S., Karyono, S.S. 2011. Efektivitas Ekstrak


Daun Ceplukan sebagai Antimikroba terhadap Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus in Vitro. Skripsi. Malang : Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya.

Ganiswara, G.S. 2003. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta : Bagian
Farmakologi FK UI.

Greenwood. 1995. Antibiotics Susceptibility (Sensitivity) Test Antimiccobial and


chemotherapy. New York.

Hanif, Sultan; Fitri, Putri; Amalia; Sari. 2003. Deteksi Keberadaan Antibodi Anti-
Eschericia coli pada Beberapa Tanaman Obat. Bogor : Institut Pertanian
Bogor.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Diterjemahkan oleh Kosasih P. & Iwang
S. Bandung: ITB.

Hashim, F. A. 2013. Antibacterial and Phytochemical Screening on Datura


stramonium. Dissertation. Departement of Bonaty, Faculty of Scineces,
Univesity of Khatoum, India.

Haq M, Wirakarnain S, Hossain BMS, Taha RM, Monneruzzaman KM. 2011.


Total phenolic contents, antioxidant and antimicrobial activities of
Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk. J Med Plant Research. 5(17): 4112-4119.

Hayati, E., Halimah, N. 2010. Phytochemical Test and Brine Shrimp Lethality
Test Agains Artemia Salina Leach of Anting-Anting (Acalypha indica
Linn.) Plant Extract. Journal ALCHEMY. I. (2): 53-103.

Helmy. 2012. Analisis Jaringan Tanaman Lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L)


Lamk) dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Baku Pembuatan Etanol.
Skripsi. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.

Jawetz, E., Melnick, L. J & Adelberg, A. E. 2005. Mikrobiologi Kedokteran.


Diterjemahkan oleh Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. Jakarta : Salemba Medika.

Juliantina F., Dewa A.C.M., Bunga N., Titis N dan Endrawati T. B., 2010.
Manfaat Sirih Merah (Piper crocatum) Sebagai Agen Anti Bakterial
terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan Indonesia.

Katno, 2008. Penanganan Pasca Panen Tanaman Obat. Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Depkes RI.
72

Khasanah, I., Sarwiyono., dan Surjowardojo, P. 2014. Ekstrak Etanol Daun


Kersen (Muntingia calabura L.) sebagai Antibakteri terhadap Streptococcus
agalactiae Penyebab Mastitis Subklinis pada Sapi Perah. Jurnal Ternak
Tropika. Vol 15. No 2:7-14.

Kokpol, U., V. Chittawong, and H.D. Millis. 1984. Chemical constituents of the
roots of Acanthusillicifolius. Journal of Natural Products 49: 355-
356.

Lay, B.W dan Hastowo S. 1992. Mikrobiologi. Cetakan I. Jakarta : CV. Rajawali.

Lumbessy, Mirna. (2013). Uji Total Flavonoid Pada Beberapa Tanaman Obat
Tradisonal Di Desa Waitina Kecamatan Mangoli Timur Kabupaten
Kepulauan Sula Provinsi Maluku Utara. Manado : Universitas Sam
Ratulangi Manado. http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=15331&val=1014

Lutfillah, M. 2008. Karakteristik Senyawa Alkaloid Hasil Isolasi dari Kulit


Batang Angrest (Spatoda campanulata Beauty) serta Uji Aktivitasnya
sebagai Antibakteri secara In Vitro. Skripsi. Malang : Jurusan Kimia
KMIPA Universitas Brawijaya.

Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Diterjemahkan oleh


Padmawinata, K. Bandung : ITB.

Martindale. 1982. The Extra Pharmacopeia. Edisi 28. London : The


Pharmaceutical Press.

Marliana, Soerya Dewi; Suryani, Venty; Suyono. 2005. Skrining Fitokimia dan
Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam
(Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi 3 (1): 26-
31, Pebruari 2005, ISSN: 1693-2242  2005 Jurusan Biologi FMIPA UNS
Surakarta. http://biosains.mipa.uns.ac.id/F/F0301/F030106.pdf

Mia, M., Rahman, M.S., Begum, K., Begum, B., and Rashid, M.A. 2007.
Phytochemical and Biological Studies of Averrhoa carambola. Short
Communication. Bangladesh : Dhaka Univ. J. Pharm. Sci. 6(2):125-128.

Mia Permawwati. 2008. Karakterisasi Ekstrak Air Daun Gandarusa (Justicia


gendarussa Burm. F.) Dan Pengaruhnya Terhadap Kadar Asam Urat Plasma
Tikus Putih Jantan Yang Diinduksi Kalium Oksonat. Skripsi. Depok :
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Departemen Farmasi.
Universitas Indonesia Depok

Mulyani, Sri dan Laksana, Toga. 2011. Analisis Flavonoid dan Tannin dengan
Metoda Mikroskopi-mikrokimiawi. Majalah Obat Tradisional, 16(3),109 –
114 2011.
73

Nala, A.M.H. 2013. Aktivitas Antipoliferasi Ekstrak n-heksana Daun Benalu


Kelor (Helixanthera sessiliffflora (Merr.) Denser) terhadap Cell Line
Kanker Payudara T47D. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Sains dan
Teknologi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Nuria, M.C., Faizatun, A., dan Sumantri. 2009. Uji Antibakteri Ekstrak Etanol
Daun Jarak Pagar (Jatropha cuircas L) terhadap Bakteri Staphylococcus
aureus ATCC25923, Escherichia coli ATCC 25922 dan Salmonella typhi
ATCC 1408. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. Vol 5:26-37.

Nursidika, P., Saptarini, O., Rafiqua, N. 2014. Aktivitas Antimikrob Fraksi


Ekstrak Etanol Buah Pinang (Areca catechu L) pada Bakteri Methicillin
Resistant Staphylococcus aureus. MKB. Vol 46. NO. 2.

Oleszek, W.A. 2002. Chromatographic Determination Of Plant Saponins. Journal


Of Chromatography. Vol. 967:147-162.

Pakaya, A.P. 2014. Ethyl Alkohol dan Metode Uji Bebas Etanol.
https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome-
instant&ion=1&espv=2&ie=UTF-8#

Palanisamy, P., Jayakar, B., Kumuthavalli, M.V. Kumar, Y., Srinath, K.R. 2012.
Preliminary Phytochemical Evaluation off Whole Plant Extract of
Dipteracanthus prostatus Ness. International Research Journal of
Pharmacy. 3 (1).

Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.

Pratiwi, S.T. 2008. Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha curcas L.)
pada berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler secara in Vitro.
Skripsi. Bogor : Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Purnama, W.B. 2013. Aktivitas Antibakteri Glukosa terhadap Bakteri


Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa,Bacillus subtilis dan
Escherichia coli. Naskah Publikasi. Surakarta : Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Putri, W.S., Warditiani, N.K., Larasanty, L.P.F. 2013. Skrining Fitokimia Ekstrak
Etil Asetat Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Bali : Jurusan
Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Udayana.

Rahmat, Hardianzah. 2009. Identifikasi Senyawa Flavonoid pada Sayuran


Indigenous Jawa Barat. Fakultas Teknologi Pertanian, Bogor : Institut
Pertanian Bogor.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Diterjemahkan oleh


Kosasih P. Bandung: ITB.
74

Rohman, A. 2009. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakartan : UGM Press.

Sari, F.P., dan Sari, S.M. 2011. Ekstraksi Zat Aktif Antimikroba dari Tanaman
Yodium (Jatropha multifida Linn) sebagai Bahan Baku Alternatif
Antibiotik Alami. Skripsi. Semarang : Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro.

Sari, R., Mustari, F. N. A., Wahdaningsih, S. 2013.Aktivitas Antibakteri Minyak


Atsiri Kulit Jeruk Pontianak terhadap Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli. Tradisional Medicine Journal. Pontianak : Fakultas
Kesehatan Departemen Farmasi Universitas Tanjungpura.

Sari, Y.D., Djannah, S. N., Nurani, L.Y. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri
InfusaDaun Sirsak (Annona muricata L.) secara in Vitro terhadap
Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 35218
serta Profil Kromatografi Lapis Tipisnya. Kesmas. Vol 4. No 3 : 232-238.

Sastrohamidjojo, H. 1991. Spektroskopi. Yogyakarta : Liberty.

_______________. 1996. Sintesis Bahan Alam. Yogyakarta: UGM.

Sastrapradja, S. 1990. Buah-Buahan. Jakarta : Balai Pustaka.

Schoorl. 1998. Materi Pelengkap Kemurnian Cara Pemisahan Obat. Yogyakarta:


Gajah Mada University Press.

Simaremare, Eva Susanty. 2014. Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Gatal.
(Laportea decumana (Roxb.) Wedd). PHARMACY, Vol.11 No. 01 Juli
2014 ISSN 1693-3591

Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: Penerbit Institut


Teknologi Bandung.

Siswandono dan Soekardjo, B. 2000. Kimia Medisinal. Surabaya : Airlangga


University Press.

Sivaperumal P., Ananthan G., Mohamed Hussain S. Exploration of antibacterial


effects on the crude extract of marine ascidian Aplidium multiplicatum
against clinical isolates. International Journal of Medicine and Medical
Sciences. 2010, 2(12):382-386.

Soebagio, B., Rusdiana, T. dan Khairudin. 2007. Pembuatan Gel dengan Aqupec
HV-505 dari Ekstrak Umbi Bawang Merah (Allium cepa, L.) sebagai
Antioksidan. Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran. Bandung.

Songer, J.G. dan Post, K.W. 2005. Veterinary Microbiology: Bacterial and Fungal
Agents of Animal Disease, Elsivier Saunders.
75

Stahl, E. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi.


Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata. Bandung: ITB.

Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta: Kanisius.

Sukadana, I. M. 2009. Senyawa Antibakteri Golongan Flavonoid dari Buah


Belimbing Manis (Averrhoa carambola L.). Jurnal Kimia 3. Jimbaran :
Kelompok Penelitian Kimia Organik Bahan Alam Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Udayana.

Sumarmo. 2001. Kromatografi Teori dasar dan Petunjuk Praktikum. Yogyakarta:


Fakultas Farmasi UGM.

Supranto, J. 2000. Statistik : Teori dan Aplikasi. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Sulistyawati, Wignyanto, Sri Kumalaningsih. 2012. Produksi Tepung Buah


Lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk Lamk.) Rendah Tanin Dan Hcn
Sebagai Bahan Pangan Alternatif. Malang : Program Studi Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Merdeka Pasuruan dan Jurusan Teknologi
Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya.
Vol. 13 No. 3 [Desember 2012] 187-198

Suwandi, U. 1999. Peran Media untuk Identifikasi Mikroba Patogen. Cermin


Dunia Kedokteran. (124) : 22-23.

Tanaya, V., Retnowati R. dan Suratmo. 2015. Fraksi Semi Polar dari Daun
Mangga Kasturi (Mangifera casturi Kosterm). Kimia Student Journal. Vol
1. No 1. Malang : Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya.

Tim Mikrobiologi FK Universitas. Brawijaya. 2003. Bakteriologi Medik.


Surabaya : Bayumedia Publishing.

Tjay, T. H., Rahardja, K. 2007. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan


Efek-Efek Sampingnya. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Kelompok
Kompas-Gramedia.

Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi V. Diterjemahkan


oleh Soewandhi, S.N., dan Widianto, M.B. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.

Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi V. Diterjemahkan


oleh Soewandhi, S.N., dan Widianto, M.B. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.

Volk and Weller. 1990. Mikrobiologi Dasar. Diterjemahkan oleh Adisoemarto, S.


edisi V. Jakarta : Erlangga
76

Wahab, S., Arshad H., Parwez A., Sarfaraj H., Aliza R., ruque A., Nizamul H.A.,
Alaul H.A.F. 2014. The Ameliorative Effects of Averroha carambola on
Humoral Response to Sheep Erythrocytes in Non-Treated and
Cyclophosphamide-Immunocompromised Mice. Journal of Acute Disease.

Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM PRESS, Malang.

Wen, Q., Xing L., Yeqi L., Xiaohui X., Tao L., Ni Z., Kintoko K., and Renbin
H.2012. Phenolic and Lignan Glycosides from the Butanol Extract of
Averrhoa carambola L. Root. Molecules. 17:12331.

Whittam, Paul; Luke, Sterlinder; Theodore, Owen. (2011). Eschericia coli.


https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome-
instant&ion=1&espv=2&ie=UTF-8#

Wijayakusuma, H., Dalimartha, S. 2000. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan


Darah Tinggi. Cetakan VI. Jakarta : Penerbit Penebar Swadayat.

Yulia, 2009. Pola Asuh Makan dan Kesehatan Anak Balita Pada Keluarga
Wanita Pemetik Teh Di PTPN VIII Pangalengan. Makalah Seminar Tesis
IPB

Zweig, G., Whitaker, J. R., 1971, Paper Chromatography and Electrophoresis,


vol.II, 398, Academic Press, New York.
Lampiran 1. Determinasi Tanaman Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza
(L) Lamk)

77
Lampiran 2. Surat Keterangan Bakteri Escherichia coli ATCC 25922

78
Lampiran 3. Certificate of Analysis Ciprofloksasin

79
Lampiran 4. Proses Pembuatan Ekstrak Etanol Buah Lindur (Bruguiera
gymnorrhiza (L) Lamk)

Buah Lindur (Bruguiera


gymnorrhiza)
Serbuk Buah Lindur
(Bruguiera gymnorrhiza)

Ekstrak Kental Buah Lindur Proses Remaserasi Buah Lindur


(Bruguiera gymnorrhiza) (Bruguiera gymnorrhiza)

80
Lampiran 5. Hasil Pengujian Bebas Etanol Ekstrak Buah Lindur
(Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)

Pereaksi Pustaka Hasil bau Dokumentasi

Asam asetat + Tercium bau Tidak tercium

H2SO4, lalu pisang (Schrool, bau pisang (-)

dipanaskan 1988 : 48)

81
Lampiran 6. Proses Fraksinasi Menggunakan Kolom Vakum

Fase Diam : Silika Gel GF 254


Fase Gerak : Kloroform : Metanol

82
Lampiran 7. Hasil Fraksinasi Kromatografi Vakum Cair Buah Lindur
(Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
11

Keterangan perbandingan pelarut fraksi tannin buah lindur ;


1. Kloroform : Metanol (100 : 0)
2. Kloroform : Metanol (90 : 10)
3. Kloroform : Metanol (80 :20)
4. Kloroform : Metanol (70 :30)
5. Kloroform : Metanol (60 : 40)
6. Kloroform : Metanol (50 : 50)
7. Kloroform : Metanol (40 : 60)
8. Kloroform : Metanol (30 : 70)
9. Kloroform : Metanol (20 : 80)
10. Kloroform : Metanol (100 : 90)
11. Kloroform : Metanol (0 : 100)

83
Lampiran 8. Hasil KLT Kromatografi Vakum Cair Buah Lindur
(Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) UV 254 nm

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Hasil KLT Kromatografi Vakum Cair

Fase Diam : Silika Gel GF 254

Fase Gerak : Kloroform : Metanol (100 : 0)

Rf : 4,5:8 = 0,56 cm

84
Lampiran 9. Hasil KLT Kromatografi Vakum Cair Buah Lindur
(Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) UV 366 nm

1 2

Hasil KLT Kromatografi Vakum Cair Buah Lindur UV 366 nm.


Identifikasi Tanin.

85
Lampiran 10. Penambak Bercak Hasil KLT Kromatografi Vakum Cair
Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Penampak Bercak : FeCl3
Idnetifikasi : Senyawa Tanin

86
Lampiran 11. Hasil Identifikasi Serbuk dan Ekstrak Etanol Buah Lindur
(Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)

Senyawa Hasil reaksi warna Dokumentasi


berdasarkan pengujian Serbuk Ekstrak
Flavonoid (+)
Warna pada lapisan
amil alkohol

(+)
Alkaloid Endapan merah coklat

(+)
Saponin Busa stabil

Tanin

Pereaksi : FeCl3
Biru Kehitaman (+)

87
88

Pereaksi : NaCl + Gelatin


0,5 %
Timbul endapan putih (+)

Pereaksi : Air brom


Timbul endapan (+)
Lampiran 12. Proses Fraksi Kental Klorofom : Metanol Buah Lindur
(Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)

Diuapkan dipenangas air

Fraksi nomor 1 dari


KVC
Fraksi Kental Klorofom : metanol

89
Lampiran 13. Hasil Uji KLT Fraksi Ekstrak Etanol Buah Lindur
(Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)

Senyawa Flavonoid

Pengamatan
Ekstrak dan Fraksi
UV 254 nm Penampak bercak
Ekstrak

Harga Rf 0,93 0,93


Warna Noda Ungu Kuning Kecoklatan

Fraksi Tanin

Harga Rf 0,93 0,93


Warna Noda Hijau Kuning Kecoklatan

90
91

Senyawa Alkaloid

Pengamatan
Ekstrak dan Fraksi
UV 254 nm Penampak bercak
Ekstrak

Harga Rf 0,93 0,93


Warna Noda Ungu Orange

Fraksi Tanin

Harga Rf 0,93 0,93


Warna Noda Ungu Orange
92

Senyawa Saponin

Pengamatan
Ekstrak dan Fraksi
UV 254 nm Penampak bercak
Ekstrak

Harga Rf 0,87 0,87


Warna Noda Ungu Ungu tua

Fraksi Tanin

Harga Rf 0,92 0,92


Warna Noda Ungu Ungu tua
93

Senyawa Tanin

Ekstrak

Harga Rf 0,93 0,93


Warna Noda Ungu kehitaman Biru kehitaman

Ekstrak dan Pengamatan


Fraksi
UV 254 nm Penampak Bercak
Fraksi Tanin

Harga Rf 0,93 0,93


Warna Noda Biru kehitaman Hitam Kecoklatan
Lampiran 14. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Tanin Buah Lindur
(Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk) Terhadap Bakteri
Escherichia coli ATCC 25922

Fraksi Fraksi Fraksi


25% 15% 5%

Kosentrasi Fraksi tannin

Uji aktivitas antibakteri Escherichia coli

94

25%
Lampiran 15. Hasil Uji Bioautografi Fraksi Ekstrak Etanol Buah Lindur
(Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk)

Golongan Uji Bioautografi Kontak Keterangan

Flavonoid Ada aktivitas antibakteri

Saponin Ada aktivitas antibakteri

95
96

Alkaloid Ada aktivitas antibakteri

Tanin Ada aktivitas antibakteri


Lampiran 16. Hasil Uji Analisa Statistika

Case Processing Summary


  Cases Cases
Konsentrasi
Valid Missing Missing Total
sampel
  N Percent N Percent N Percent
5% 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
15% 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
zona
hambat 25% 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
Kontrol
5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
positif

Tests of Normalityb
  Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
 Konsentrasi
sampel Statistic df Sig. Statistic df Sig.
zona 5% 0.199 5 .200* 0.903 5 0.428
hambat 15% 0.176 5 .200* 0.951 5 0.743
25% 0.244 5 .200* 0.93 5 0.598
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.

b. zona hambat is constant when Konsentrasi sampel = Kontrol positif. It has


been omitted.

97
98

ONE WAY ANOVA


Descriptives
zona hambat
  95% Confidence
  Interval for Mean    
Std. Std. Lower Upper
N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum
5% 5 8.7260 1.0332 0.4621 7.4431 10.0089 7.8000 10.2500
15% 5 10.7620 1.5007 0.6711 8.8987 12.6253 8.8600 12.4500
25% 5 12.3960 1.3479 0.6028 10.7223 14.0697 11.0400 14.4000
Kontrol 5 19.0800 0.0000 0.0000 19.0800 19.0800 19.0800 19.0800
positif
Total 20 12.7410 4.1182 0.9209 10.8136 14.6684 7.8000 19.0800

Test of Homogeneity of Variances


zona hambat
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
5.566 3 16 0.008

ANOVA

zona hambat
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between 301.693 3 100.564 78.315 0.000
Groups
Within 20.546 16 1.284
Groups  
Total 322.239 19  

Perhitungan Koefisien Keragaman (KK):

x 100 %
= 8,89%
KK = 8,89% < 10%
99

UJI POST HOC TESTS


Multiple Comparisons
Dependent Variable:zona hambat
  95% Confidence
  Interval
  (I) (J) Mean
Konsentrasi Konsentrasi Difference Lower Upper
sampel sampel (I-J) Std. Error Sig. Bound Bound
Tukey 5% 15% -2.036 0.71669 0.052 -4.0865 0.0145
HSD
25% -3.67000* 0.71669 0.001 -5.7205 -1.6195
*
Kontrol -10.35400 0.71669 0.000 -12.4045 -8.3035
positif
15% 5% 2.036 0.71669 0.052 -0.0145 4.0865
25% -1.634 0.71669 0.144 -3.6845 0.4165
Kontrol -8.31800* 0.71669 0.000 -10.3685 -6.2675
positif
25% 5% 3.67000* 0.71669 0.001 1.6195 5.7205
15% 1.634 0.71669 0.144 -0.4165 3.6845
Kontrol -6.68400* 0.71669 0.000 -8.7345 -4.6335
positif
Kontrol 5% 10.35400* 0.71669 0.000 8.3035 12.4045
positif 15% 8.31800* 0.71669 0.000 6.2675 10.3685
25% 6.68400* 0.71669 0.000 4.6335 8.7345
LSD 5% 15% -2.03600* 0.71669 0.012 -3.5553 -0.5167
25% -3.67000* 0.71669 0.000 -5.1893 -2.1507
Kontrol -10.35400* 0.71669 0.000 -11.8733 -8.8347
positif
15% 5% 2.03600* 0.71669 0.012 0.5167 3.5553
25% -1.63400* 0.71669 0.037 -3.1533 -0.1147
Kontrol -8.31800* 0.71669 0.000 -9.8373 -
positif 6.7987
25% 5% 3.67000* 0.71669 0.000 2.1507 5.1893
15% 1.63400* 0.71669 0.037 0.1147 3.1533
Kontrol -6.68400* 0.71669 0.000 -8.2033 -5.1647
positif
Kontrol 5% 10.35400* 0.71669 0.000 8.8347 11.8733
positif 15% 8.31800* 0.71669 0.000 6.7987 9.8373
25% 6.68400* 0.71669 0.000 5.1647 8.2033
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Lampiran 17. Alat Penelitian

Nama alat Dokumentasi

Rotary evaporator

Kromatografi Kolom
Vakum

Lampu UV 254 nm

100
101

Laminair Air Flow

Enkas

Inkubator
102

Outoklaf

Jangka sorong

Spektrofotometri Doble
Beam

Anda mungkin juga menyukai