KEWARGANEGARAAN
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Rissa Az Zahra Damanik (0702192054)
Kartini Ayu Azhari (0702191127)
Luthfi Rahman (0702192046)
SISTEM INFORMASI 4
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Mata kuliah : Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Yudarwin, M.Hi
UINSU
2020
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Identitas Nasional” ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang “Identitas Nasional” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Yudarwin, M.Hi, selaku dosen mata
kuliah kewarganegaraan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
D. Integrasi Nasional...........................................................................................................12
A.Kesimpulan......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................21
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Di dunia ini masih ada bangsa yang belum bernegara. Demikian pula orang-orang yang
telah bernegara yang pada mulanya berasal dari banyak bangsa dapat menyatakan dirinya
sebagai suatu bangsa. Baik bangsa maupun negara memiliki ciri khas yang membedakan
bangsa atau negara tersebut dengan bangsa atau negara lain di dunia. Ciri khas sebuah bangsa
merupakan identitas dari bangsa yang bersangkutan. Identitas-identitas yang disepakati dan
persamaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan watak atau
karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Seperti yang telah dibahas pada bagian pengantar perkuliahan sebelumnya, bahwa
globalisasi dewasa ini memberikan tantangan berat kepada masing-masing negara di dunia.
Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi ini mendapat tantangan yang sangat kuat, terutama
karena pengaruh kekuasaan internasional. Pengaruh dari negara-negara besar akan menguasai
negara-negara kecil dalam berbagai bidang, baik ekonomi, sosial, politik, hingga budaya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Berger (1988) dalam The Capitalis Revolution, bahwa dalam era
globalisasi dewasa ini, ideologi kapitalis yang akan menguasai dunia. Kapitalisme telah
mengubah masyarakat satu persatu dan menjadi sistem internasional yang menentukan nasib
ekonomi sebagian besar bangsa-bangsa di dunia, dan secara tidak langsung juga nasib, sosial,
politik, dan kebudayaan. Fukuyama (1989:48) juga mengatakan, bahwa globalisasi membawa
perubahan suatu ideologi, yaitu dari ideologi partikular menuju ke arah ideologi universal, dan
dalam kondisi seperti ini, kapitalisme akan menguasai dunia. Konsekuensi dari adanya
globalisasi bagi negara-negara kecil adalah jika negara kecil tidak dapat menghadapi pengaruh
ini, jati diri, atau identitas nasional bangsa tersebut lambat laun akan hilang dan kemungkinan
akan digantikan oleh identitas dari bangsa lain yang lebih kuat. Oleh karena itu, agar suatu
bangsa tetap bisa survive dalam menghadapi globalisasi, bangsa yang bersangkutan harus
mampu meletakkan jati diri atau identitas nasional sebagai bentuk kepribadian agar tidak
tergerus oleh arus globalisasi. Dengan demikian, negara yang bersangkutan akan tetap eksis dan
dianggap ada karena memiliki keunikan/jati diri yang tetap kokoh dipertahankan.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sudah barang tentu negara akan memiliki
keunikan tersendiri yang membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lainnya. Hal ini disebut
dengan identitas nasional suatu negara. Identitas nasional dapat disamakan dengan identitas
kebangsaan. Secara epistemologi, identitas nasional (kata "identitas" ditambah dengan kata
"nasional"), dimana "identitas" berasal dari bahasa Inggris. yaitu "identity" yang berarti: ciri,
2
tanda, jati diri yang dimiliki seseorang, hidup manusia yang lebih besar dibandingkan kelompok
ras, agama, kelompok, masyarakat dan bangsa sehingga ia berbeda dengan lainnya, Sedangkan
"nasional" adalah: konsep kebangsaan, kelompok persekutuan hidup manusia yang lebih besar
dibandingkan kelompok ras, agama, budaya, dan sebagainya. Jadi, Identitas Nasional lebih
merujuk pada identitas bangsa dalam pengertian politik (political unity).
Identitas nasional memiliki multi definisi, seperti: Identitas Nasional pada hakikatnya
adalah "manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan
suatu bangsa (nation) dengan ciri-ciri khas, dan dengan yang khas tadi suatu bangsa berbeda
dengan bangsa lain dalam kehidupannya" (Koenta Wibisono, 2005 dalam Srijanti, 2007).
Selanjutnya, identitas nasional dapat juga diartikan dengan "identitas suatu kelompok masyarakat
yang melahirkan tindakan secara kolektif yang diwujudkan dalam bentuk organisasi yang diberi
atribut nasional" (Heri Herdiawanto dan Jumanta, 2010: 34).
Secara lebih rinci, identitas nasional dapat diartikan dengan "ciri khas/jati diri bersama
dan membedakan antara bangsa/negara yang bersangkutan dengan bangsa/negara lainnya". Di
sini dapat dikatakan, bahwa sebuah bangsa/negara memiliki suatu ciri khas/jati diri yang
membedakannya dengan bangsa/negara lain. Ciri khas/jati diri ini sudah disepakati bersama oleh
setiap warga negara menjadi identitas bangsa (nasional), dimana setiap warga negara akan
bertanggung jawab untuk menjaga dan melestarikannya. Yang dimiliki oleh suatu bangsa/negara
yang sudah disepakati
Identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi makna baru agar tetap
relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat. Artinya,
identitas nasional yang sudah disepakati sebelumnya tidak bersifat kaku, akan tetapi bersifat
fleksibel (bisa menyesuaikan diri dengan perubahan).
Pada prinsipnya, jika dilihat dari proses terjadinya/proses lahirnya dua bagian, yaitu:
identitas nasional, maka identitas nasional itu sendiri dapat dibagi atas
3
Identitas yang dimiliki oleh sebuah cultural unity kurang lebih bersifar ascribtife
(sudah ada sejak lahir), bersifat alamiah/bawaan, primer dan etnik. Identitas
kesukubangsaan dapat diketahui dari sisi budava orang yang bersangkutan.
Setiap anggota cultural unity memiliki kesetiaan atau loyalitas pada identitasnya.
Misalnya, setia pada suku, agama, budaya, kerabar daerah asal dan bahasanya. Identitas
ini sering disebut sebagai identitas kelompok atau identitas primordial. Dalam hal ini
loyalitas pada primodialnya memiliki ikatan emosional yang kuat serta melahirkan
solidaritas erat.
b) Identitas political unity atau identitas kebangsaan
Political unity merujuk pada bangsa dalam pengertian politik, vain bangsa-negara.
Kesamaan primordial dapat saja menciptakan bangsa tersebut untuk bernegara, namun
dewasa ini negara yang relatif homogen yang hanya terdiri dari satu bangsa tidak banyak
terjadi Negara baru perlu menciptakan identitas yang baru pula untuk bangsanya yang
disebut juga sebagai identitas nasional.
Kebangsaan merupakan kesepakatan dari banyak bangsa didalamnya. Identitas
kebangsaan bersifat buatan, sekunder, etis dan nasional. Beberapa bentuk identitas
nasional adalah bahasa nasional, lambang nasional, semboyan nasional, bendera nasional
dan ideologi nasional.
Dalam rangka untuk menentukan identitas nasional suatu bangsa, perlu diketahui
terlebih dahulu mengenai parameter dari identitas nasional itu sendiri. Parameter ini digunakan
sebagai suatu ukuran atau patokan yang dapat digunakan untuk menyatakan sesuatu itu menjadi
khas. Parameter identitas nasional berarti suatu ukuran yang digunakan untuk menyatakan,
bahwa identitas nasional itu bersifat khas/unik sehingga layak díangkat dan dijadikan sebagai
identitas nasional suatu bangsa. Adapun parameter identitas nasional antara lain adalah:
4
nasional bangsa Indonesia. Negara-negara lain didunia mengenal Indonesia melalui
budaya gotong royong ini.
Lambang-lambang Negara
5
c. Alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan negara.
Alat-alat perlengkapan yang dimaksud dapat berupa bangunan, peralatan manusia, dan
teknologi. Contoh: Jepang memiliki teknologi otomotif yang canggih dengan berbagai
macam merk kendaraan, baik kendaraan bermotor maupun mobil, yang ditujukan untuk
membangun dan meningkatkan sektor perekonomian bangsa mereka. Dalam
perkembangannya, merk-merk kendaraan bermotor hingga mobil tersebut menjadi trade
mark dan identitas bangsa Jepang, seperti Honda, Yamaha, Kawasaki, Suzuki, dan lain
sebagainya.
Yamaha
Honda
Tujuan yang dicapai suatu bangsa ini meliputi: tujuan untuk menciptakan budaya unggul
hingga tujuan untuk memperoleh prestasi di bidang tertentu. Contoh: dalam bidang
olahraga, Indonesia bertujuan untuk “merajai" cabang bulu tangkis. Terbukti pada tahun
1960 hingga tahun 1990-an, Indonesia selalu/sering menjadi juara dalam cabang olahraga
ini. Rudi Hartono menjuarai All England sebanyak 8 kali (rekor yang belum pecah
hingga sekarang). Susi Susanti, pemain bulu tangkis perempuan pertama yang
memperoleh medali emas Olimpiade Barcelona pada tahun 1992. Mereka berdiri di
panggung diiringi pengibaran bendera merah putih dan lagu kebangsaan "Indonesia
Raya". Perasaan bangga dan haru menandai usaha keras menuju budaya unggul telah
6
membuahkan hasil. Bahkan saat itu Indonesia diidentikkan dengan cabang olahraga bulu
tangkis dan dianggap sebagai prestasi yang menjadi identitas bangsa Indonesia.
Parameter identitas nasional di atas memiliki sifat, ciri khas, serta keunikan tersendiri,
yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang membentuk identitas nasional tersebut. Dalam
kajian ini, terdapat beberapa faktor yang mendorong pembentukan identitas nasional, yaitu:
a. Faktor Primordial (ikatan kekerabatan, kesamaan suku bangsa, Seratu, dan sebagainya).
Contohnya: bangsa Yahudi yang terikat oleh hubungan primordial yang kemudian
membentuk negara Israel. Artinya, Israel merupakan sebuah negara yang memiliki ciri
b. Faktor Sakral (kesamaan agama, ideologi). Contohnya: negara Uni Sovyet (sebelum
keruntuhannya pada tahun 1990-an) bersatu atas dasar kesamaan ideologi komunisme
yang dianutnya. Artinya, Uni Sovyet merupakan sebuah negara yang memiliki ciri khas
7
c. Faktor Tokoh (kepemimpinan tokoh yang disegani). Contohnya: Mahatma Gandhi yang
menjadi tokoh pengikat bangsa di India. Soekarno sebagai simbol kemerdekaan dan
Serikat, dan lain sebagainya. Artinya, bagi masing-masing negara yang memiliki tokoh,
maka tokoh ini merupakan ciri khas bagi mereka dan menjadikan negara yang
d. Faktor kesediaan warga negara untuk bersatu dalam perbedaan Contohnya: Indonesia
yang terdiri dari berbagai macam ras, suku hingga agama bersedia bersatu di bawah
payung NKRI dengan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika". Semboyan inilah yang
merupakan ciri khas Indonesia dan semboyan ini tidak dimiliki oleh negara lain di dunia.
Negara-negara lain di dunia memiliki semboyan lain pula yang berbeda dengan
semboyan dari negara Indonesia, seperti: Argentina dengan semboyan "En Unióny
Libertad" (dalam persatuan dan kemerdekaan), Amerika Serikat dengan semboyan "In
8
God We Trust" (Kepada Tuhan Kami Percaya), Brunei Darussalam dengan semboyan
"Always in service with God's guidance" (selalu menuruti arahan Tuhan). Jerman dengan
semboyan "Einigkeit und Recht und Freiheit" (persatuan dan keadilan dan kemerdekaan),
dan Prancis dengan semboyan "Liberté, égalité, fraternité" (kemerdekaan, persamaan, dan
persaudaraan).
e. Faktor perkembangan ekonomi/solidaritas organis atau solidaritas atas dasar satu tujuan
mata uang tersendiri yang disebut dengan mata uang "Euro". Inilah ciri khas negara-
Selain faktor pembentuk identitas nasional di atas, terdapat juga beberapa faktor pendukung
kelahiran identitas nasonal suatu bangsa yang meliputi faktor objektif dan faktor subjektif (Joko
Suryo, 2002):
a. Faktor objektif, meliputi faktor geografis, ekologis, dan demograns Kondisi geografis-
ekologis yang membentuk Indonesia sebagai negara kepulauan yang beriklim tropis dan
terletak di jalur transit antar wilayah dunia di Asia Tenggara, ikut menjadi penentu
lahirnya identitas nasional Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di
dan dikenal pula sebagai negara agraris yang sangat subur. Selain itu, kondisi demografis
Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia setelah China, India,
dan Amerika Serikat juga menjadi penentu lahirnya identitas sebagai negara dengan
jumlah penduduk yang banyak dan memiliki persediaan tenaga kerja produktif. ralaupun
di sisi lain sangat rawan dengan jumlah pengangguran yang banyak pula.
9
b. Faktor subjektif, meliputi faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki
suatu bangsa.
Faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimilki oleh Indonesia ikut
identitasnya. Misalnya, faktor historis (persepsi yang sama di antara warga masyarakat
tentang sejarah mereka), dimana kesamaan nasib antar daerah di Indonesia yang sama-
sama pernah dijajah oleh bangsa asing membuat mereka bersatu membentuk identitas
sendiri yang kemudian dinaungi oleh suatu organisasi besar berbentuk Negara Indonesia.
Bagi bangsa Indonesia yang tersusun dari berbagai macam etnis, bahasa, agama, wilayah,
akan tetapi semuanya merupakan satu kesatuan yang berlandaskan pada perbedaan dan
kekhasan masing-masing.
Di Indonesia, dasar falsafah negara Indonesia adalah Pancasila, dan ini merupakan salah
satu identitas nasional bangsa Indonesia. Mengapa demikian? Karena Pancasila dilahirkan
melalui proses kristalisasi identitas- identitas yang ada pada masing-masing wilayah di
Indonesia, yang kemudian disepakati bersama oleh segenap masyarakat Indonesia untuk
dijadikan sebagai identitas nasional. Pancasila sebagai identitas nasional bangsa Indonesia berisi:
b. Konsep Pluralistik
e. Konsep Integralistik
f. Konsep Kerakyatan
g. Konsep Kebangsaan
10
Selain Pancasila, terdapat beberapa bentuk identitas nasional yang menjadi karakter bangsa
Indonesia yang berbeda dengan identitas nasional bangsa lain, antara lain:
Karakter berasal dari bahasa latin "kharakter, kharassein atau khararh sementara dalam
bahasa Prancis disebut dengan "caractere" dan dalan bahasa Inggris adalah "character". Dalam
arti luas karakter berarti sifa. kejiwaan, akhlak, budi pekerti, tabiat, watak yang membedakan
seseorang dengan orang lain. Dengan demikian, karakter bangsa dapat diartikan dengan tabiat
atau watak khas bangsa Indonesia yang membedakan bangsa Indenesia dengan bangsa lain.
Setiap bangsa memiliki identitasnya, dan dengan memahami identítas bangsa, maka
diharapkan kita akan memahami jati diri bangsa sehingga menumbuhkan kebanggaan sebagai
bangsa. Menurut Max Weber (dikutip Eka Darmaputra, 1988: 3) cara yang terbaik untuk
memahami suatu masyarakat adalah dengan memahami karakter (tingkah laku) anggotanya.
Karakter terbentuk salah satunya melalui identitas yang dimilikinya. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa identitas nasional suatu bangsa akan membentuk karakter bangsa yang
bersangkutan. Ibarat tahi lalat yang dimiliki oleh manusia yang merupakan identitas dari manusia
11
itu sendiri yang turut menentukan karakter dari manusia yang bersangkutan.Misalnya, manusia
yang memiliki tahi lalat di atas bibir pada umumnya dipercaya memiliki sifat (karakter) yang
suka berbicara. Jika contoh ini dikaitkan dengan identitas nasional suatu bangsa, seperti bangsa
Indonesia yang memiliki salah satu identitas nasional, yaitu Pancasila, dimana Pancasila berisi
nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaa, persatuan, demokrasi, dan keadilan, maka dapat disimpulkan,
bahwa karakter bangsa Indonesia adalah religius, beradab, tidak suka bertikai, selalu
bermusyawarah dalam menghadapi berbagai macam problema, dan selalu bersikap adil.
D. Integrasi Nasional
Integrasi nasional adalah upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan
pemerintah dan wilayahnya (Safroedin Bahar, 1998) "Mengintegrasikan” berarti membuat untuk
Menurut Wriggins (1992), integrasi berarti penyatuan bangsa-bangsa yang berbeda dari suatu
masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat masyarakat
kecil yang banyak menjadi satu bangsa. Jadi menurutnya, integrasi bangsa dilihat sebagai
yaitu:
a. Integrasi menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam
satu wilayah dan proses pembentukan identitas nasional, membangun rasa kebangsaan
atas unit-unit sosial yang lebih kecil yang beranggotakan kelompok-kelompok sosial
12
c. Integrasi menunjuk pada masalah menghubungkan antara pemerintah dengan yang
d. Integrasi menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yang minimum yang
e. Integrasi menunjuk pada penciptaan tingkah laku yang terintegrasi dan yang diterima
Berdasarkan definisi di atas dapat dinyatakan, bahwa integrasi merupakan proses penyatuan
dengan menghubungkan berbagai kelompok budaya dan sosial yang beragam dalam satu
wilayah, kemudian dibentuk suatu wewenang kekuasaan nasional pusat yang kemudian
bertujuan untuk membangun rasa kebangsaan dengan cara menghapus kesetiaan pada ikatan-
Sunyoto Usman (1998) menyatakan, bahwa suatu kelompok masyarakat dapat terintegrasi
apabila; 1) masyarakat dapat menemukan dan menyepakati nilai-nilai fundamental yang dapat
dijadikan rujukan bersama, 2) masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus memiliki
menghasilkan "croos cutting loyality" (loyalitas ganda) dari anggota "croos cutting affiliation"
(anggota dari berbagai kesatuan sosial), sehingga masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial,
dan keluarga, ikatan kesukuan tertentu, keanggotaan dalam keagamaan tertentu, budaya, bahasa
atau dialek tertentu, serta kebiasaan-kebiasaan tertentu, yang membawakan ikatan yang sangat
kuat dalam kehidupan Bukti pluralisme Indonesia dapat dilihat dari adanya berbagai macam
suku bangsa seperti Jawa, Sunda, Batak, Minangkabau, Dayak, dan masih masyarakat berada
di atas saling ketergantungan di antara unit-unit sosial yang terhimpun di dalamnya dalam
13
E. Pentingnya Integrasi Nasional dalam Negara yang Plural
Kita tidak bisa memungkiri bahwa Indonesia merupakan negara yang plural/majemuk.
Masyarakat yang pluralistis artinya kondisi geografis dan sosial budaya nusantara lebih banyak
mewarnai corak kehidupan bangsa Indonesia (Al Hakim, 2012: 175). Pada prinsipnya, setiap ada
masyarakat yang pluralistis harus diterapkan juga konsep pluralism, yaitu konsep yang timbul
setelah adanya konsep toleransi. Jadi, ketika setiap individu mengaplikasikan konsep toleransi
terhadap individu lainnya, maka lahirlah konsep pluralisme. Dalam konsep pluralisme itulah
bangsa Indonesia yang beranekaragam mulai dari suku, agama, ras, dan golongan dapat menjadi
masyarakat yang terbagi-bagi ke dalam sub-subsistem yang kurang lebih berdiri sendiri-sendiri,
di mana masing-masing subsistem terikat ke dalam oleh ikatan-ikatan yang bersifat primordial.
Ikatan primordial adalah ikatan yang muncul dari perasaan yang lahir dari apa yang ada dalam
kehidupan sosial, yang sebagian besar berasal dari hubungan keluarga, ikatan kesukuan tertentu,
keanggotaan dalam keagamaan tertentu, budaya, bahasa atau dialek tertentu, serta kebiasaan-
kebiasaan tertentu, yang membawakan ikatan yang sangat kuat dalam kehidupan masyarakat.
Bukti pluralisme Indonesia dapat dilihat dari adanya berbagai macam suku bangsa
seperti Jawa, Sunda, Batak, Minangkabau, Dayak, dan masih banyak yang lain, yang jumlahnya
kurang lebih 300 suku bangsa dengan bahasa dan identitas kulturalnya masing-masing. Masing-
masing suku identitas tersendiri sebagai anggota suku bangsa yang bersangkutan, bangsa
memiliki wilayah kediaman sendiri yang mulanya merupakan daerah tempat kediaman nenek
moyang suku bangsa yang bersangkutan dan pada umumnya dinyatakan melalui mitos yang
meriwayatkan asal usul suku bangsa tersebut. Anggota masing-masing suku bangsa cenderung
14
memiliki sehingga dalam keadaan tertentu mereka mewujudkan rasa setiakawan dan solidaritas
keragaman adat-istiadat, budaya, dan bahasa daerah. Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia
masing-masing memiliki adat-istiadat budaya, dan bahasa yang berbeda satu sama lain, yang
sekarang dikenal sebagai adat-istiadat, budaya, dan bahasa daerah. Kebudayaan suku selain
terdiri atas nilai-nilai dan aturan-aturan tertentu, juga terdiri atas kepercayaan-kepercayaan
tertentu, pengetahuan tertentu, serta sastra dan seni yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Secara umum dapat dikatakan, bahwa dengan banyaknya suku bangsa yang ada di Indonesia,
setidak-tidaknya sebanyak itu pula dapat dijumpai keragaman adat-istiadat, budaya, serta bahasa
daerah di Indonesia.
masyarakat yang sering dikatakan sebagai "warga peranakan", seperti warga peranakan Cina,
Arab, India, dan lain sebagainya. Kelompok ini juga memiliki kebudayaannya sendiri, yang tidak
sama dengan budaya suku-suku asli di Indonesia, sehingga muncul budaya orang-orang Cina,
budaya orang-orang Arab, budaya orang-orang India, dan lain-lain. Kadang-kadang mereka juga
menampakkan diri dalam kesatuan tempat tinggal, sehingga di kota-kota besar di Indonesia
dijumpai adanya sebutan "Kampung China", "Kampung Arab", dan mungkin masih ada yang
lain (dikutip dari Buku "Rencana Pembelajaran dan Metode Pembelajaran serta Model Evaluasi
Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau yang sangat banyak
15
(diperkirakan sekitar 17.000-an pulau besar dan kecil) dan letaknya yang saling berjauhan.
Dalam kondisi yang demikian, nenek moyang bangsa Indonesia dahulu (yang datang dari daerah
yang sekarang dikenal sebagai daerah Tiongkok Selatan), harus tinggal menetap di daerah yang
terpisah satu sama lain. Karena isolasi geografis antara satu pulau dengan pulau yang lain,
mengakibatkan masing-masing penghuni pulau itu dalam waktu yang cukup lama
mengembangkan kebudayaannya sendiri-sendiri dan terpisah satu sama lain. Di situlah secara
perlahan-lahan identitas kesukuan itu terbentuk, atas keyakinan, bahwa mereka masing-masing
berasal dari satu nenek moyang, tetapi memiliki berbeda dari kebudayaan suku yang lain.
keberagaman agama. Di Indonesia hidup bermacam-macam agama yang diakui oleh pemerintah,
yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katholik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu. Di samping
itu masih dijumpai adanya berbagai aliran kepercayaan yang dianut oleh masyarakat. Keragaman
agama di Indonesia terutama merupakan hasil pengaruh letak Indonesia di antara Samudra
Pasifik dan Samudra Hindia yang menempatkan Indonesia di tengah-tengah lalu lintas
perdagangan laut melalui kedua samudra tersebut. Dengan posisi yang demikian, Indonesia sejak
lama mendapatkan pengaruh dari bangsa lain melalui kegiatan para pedagang, di antaranya
adalah pengaruh agama. Pengaruh yang datang pertama kali adalah pengaruh agama Hindu dan
Budha yang dibawa oleh para pedagang dari India sejak kira-kira tahun 400 Masehi. Pengaruh
yang datang berikutnya adalah pengaruh agama Islam datang sejak kira-kira tahun 1300 Masehi,
dan benar-benar mengalami proses penyebaran yang meluas sepanjang abad ke-15. Pengaruh
yang datang belakangan adalah pengaruh agama Kristen dan Katholik yang dibawa oleh bangsa
bangsa Barat sejak kira-kira tahun 1500 Masehi (dikutip dari Buku “Rencana Pembelajaran dan
16
Metode Pembelajaran serta Model Evaluasi Hasil Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan -
Kurikulum Perguruan Tinggi Berbasis Kompetensi” berdasarkan UU No. 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi).
harus disadari bahwa masyarakat Indonesia menyimpan potensi konflik yang cukup besar.
Fanatisme terhadap suatu hal, baik itu fanatik terhadap agama atau fanatik terhadap suku
daerahnya sendiri akan memicu munculnya konflik yang berkesinambungan. Konflik yang
disebabkan karena hal tersebut akan menggugah keturunan atau sesama saudara yang satu daerah
menjadi ikut campur dalam persoalan yang sebenarnya bukan persoalan umum. Sehingga
muncul pembelaan-pembelaan yang akan memperburuk suasana dalam proses bersatunya negara
Indonesia.
Sepanjang sejarah sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia, hampir tidak pernah lepas
dari gejolak kedaerahan berupa tuntutan untuk memisahkan diri (gerakan separatisme). Kasus
Aceh, Papua, Ambon, Timor Timur merupakan contoh konflik yang bertujuan untuk
memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kasus-kasus tersebut merupakan
perwujudan konflik antara masyarakat daerah dengan otoritas kekuasaan yang ada di pusat.
Konflik tersebut merupakan ekspresi ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah pusat yang
diberlakukan di daerah. Pada tahun 1999, melalui referendum yang diselenggarakan oleh
Presiden Habibie, Timor-Timur resmi memisahkan diri dari Indonesia dan membentuk negara
baru dengan nama Republik Demokrasi Timor Leste, dan diakui merdeka penuh oleh PBB pada
tahun 2002.
Selain konflik di atas, terdapat juga konflik yang berlatar belakang keagamaan,
kesukuan, antarkelompok atau golongan dan semacamnya yang muncul dalam bentuk kerusuhan,
17
perang antarsuku, pembakaran rumah-rumah ibadah, dan sebagainya. Dalam hal ini dapat
disebutkan kasus-kasus yang terjadi di Poso, Sampit, Ambon, Lombok, dan masih ada kasus di
tempat-tempat lainnya. Terjadinya konflik horizontal biasanya juga merupakan akumulasi dari
berbagai faktor, baik faktor kesukuan atau etnis, agama, ekonomi, sosial, dan sebagainya. Apa
yang tampak sebagai kerusuhan yang berlatarbelakang agama bisa jadi lebih terkait dengan
sentimen etnis atau kesukuan. Begitu juga dengan konflik yang tampak dengan latar belakang
etnis atau keagamaan sebenarnya hanya merupakan perwujudan dari kecemburuan sosial (dikutip
dari Buku "Rencana Pembelajaran dan Metode Pembelajaran serta Model Evaluasi Hasil
Padahal jika dikaji secara lebih mendalam, pluralisme seharusnya tidak untuk
dipertentangkan, akan tetapi dijadikan sebagai suatu kekuatan yang menjelma menjadi identitas
nasional bangsa, karena perbedaan yang ada sudah diintegrasikan ke dalam suatu wadah NKRI.
Masyarakat yang terintegrasi dengan baik merupakan harapan bagi setiap negara. Sebab,
integrasi masyarakat merupakan kondisi yang diperlukan bagi negara untuk membangun
kejayaan nasional demi mencapai tujuan yang diharapkan. Ketika masyarakat suatu negara
senantiasa diwarnai oleh pertentangan atau konflik, akan banyak kerugian yang diderita, baik
kerugian fisik dan materiil, seperti kerusakan sarana dan prasarana yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, maupun kerugian mental spiritual, seperti perasaan khawatir, cemas, takut, bahkan
juga tekanan mental yang berkepanjangan. Di sisi lain banyak pula potensi sumber daya yang
dimiliki oleh negara, yang mestinya dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi
demikian, negara yang senantiasa diwarnai konflik di dalamnya akan sulit untuk mewujudkan
18
kemajuan. Satu hal yang harus disadari bahwa integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang
sesuatu yang tidak mungkin untuk diwujudkan, karena setiap masyarakat di samping membawa
potensi integrasi juga menyimpan potensi konflik atau pertentangan. Solusinya adalah tergantung
dari masyarakat itu sendiri yang menyikapi dan mengadakan usaha untuk meredam dan
meminimalkan konflik yang ada. Jika sudah demikian, potensi konflik dapat dihindari.
19
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Istilah Identitas Nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimilikioleh suatu
bangsa secara filosofis membuat bangsa tersebut dengan bangsa lain. Identitas nasional (national
identity) adalah kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki suatu bangsa yang
membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lain. Berdasarkan pengertiannya maka identitas
nasionalsuatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih populer
20
DAFTAR PUSTAKA
21