Fabila Shafa A 192310101129 Pendidikan Kewarganegaraan 10
Fabila Shafa A 192310101129 Pendidikan Kewarganegaraan 10
Oleh :
192310101129
Kelas D 2019
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pengganti Ujian Akhir
Semester yang berjudul “Perlindungan Hak Asasi Manusia bagi Tenaga
Kesehatan COVID-19” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas komprehensif dari Bapak Arif, S. Sos., M. AP. Pada mata kuliah umum
Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan Pendidikan Kewarganegaraan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Saya menyadari, tugas komprehensif yang saya tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan tugas ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
3.1 Pemenuhan Hak Asasi Manusia untuk Tenaga Medis yang Menangani
COVID-19 ..................................................................................................... 16
3.2 Kelompok Prioritas Rapid Test sebagai Bentuk Pemenuhan Hak Asasi
Manusia ......................................................................................................... 17
4.1 Kesimpulan.......................................................................................... 19
ii
BAB I. PENDAHULUAN
1
Manajer Kampanye Amnesty International Indonesia Justitia
Avilda Veda mengatakan, kelompok yang paling membutuhkan rapid test
adalah mereka yang berisiko besar tertular Covid-19 dan memiliki resiko
kematian lebih tinggi. Ia mengingatkan, negara jangan sampai salah
sasaran. Pejabat, termasuk anggota-anggota DPR, serta pihak lain yang
memiliki privilege untuk meminimalisasi risiko, sebaiknya menahan diri
dan tidak menuntut didahulukan dalam tes tersebut. Jika abai, maka negara
berpotensi melakukan pelanggaran HAM terhadap kelompok-kelompok
rentan. Mereka menyarankan Presiden beserta jajarannya agar rencana dan
strategi menghadapi Covid-19 dilakukan sesuai hukum internasional dan
standar hak asasi manusia. Negara harus sadar akan dampak hak asasi
manusia dari penanganan virus ini, khususnya pada kelompok tertentu dan
memastikan bahwa kebutuhan dan keselamatan mereka sepenuhnya
dipertimbangkan.
Tenaga kesehatan yang menangani pasien COVID-19
mendapatkan diskriminasi dari lingkungan masyarakat tempat tinggal
mereka. Pelaksana harian Direktur Utama RSUP Dr Sardjito, Rukmono
Siswishanto mengatakan penolakan terjadi pada dokter hingga perawat. Ia
mengatakan tenaga medis RSUP Dr Sardjito yang ditolak pulang ke kamar
sewa atau indekos. Tenaga kesehatan tidak dizinkan untuk tinggal di
daerah tempat tinggal mereka karena warga menganggap bahwa mereka
membawa virus corona yang mudah menular.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui keadaan pandemi COVID-19 di Indonesia.
2
2. Mengetahui pengertian Hak Asasi Manusia.
3. Mengetahui macam Hak Asasi Manusia.
4. Mengetahui upaya menegakkan Hak Asasi Manusia.
5. Mengetahui hubungan anatara tenaga medis COVID-19 dengan
Hak Asasi Manusia.
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
4
dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi harus melakukan
pembelajaran dari rumah.
5
1. John Locke
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang secara
langsung diberikan Tuhan Yang Maha Esa pada tiap manusia ialah
sebagai hak yang kodrati. Oleh sebab itu , tidak ada juga kekuatan
pada dunia ini yang dapat mencabutnya. HAM tersebut sifatnya
fundamental atau juga bersifat mendasar bagi tiap kehidupan
manusia dan juga pada hakikatnya sangat suci.
2. Prof. Dr. Dardji Darmodiharjo
HAM adalah hak-hak dasar atau pokok yang dibawa
manusia sejak lahir sebagi anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
3. Haar Tilar
Hak Asasi Manusia (HAM) ialah hak-hak yang sudah ada
atau melekat pada tiap-tiap manusia dan juga tanpa mempunyai
hak-hak itu maka pada tiap-tiap manusia itu tidak dapat hidup
selayaknya manusia. Hak ini didapatkan sejak lahir ke dalam
dunia.
4. Karel Vasak
Hak Asasi Manusia (HAM) ialah tiga generasi yang didapat
ialah dari revolusi Prancis. Karel tersebut mengistilahkan generasi
disebabkan karena yang merujuk kepada inti dan juga ruang
lingkup dari hak yang mana hak tersebut menjadi prioritas utama
didalam waktu tertentu.
5. Prof. Koentjoro Poerbopranoto
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah suatu hak yang sifatnya
mendasar atau juga asasi. Hak-hak yang dipunyai pada tiap-tiap
manusia tersebut dengan berdasarkan kodratnya yang pada
hakikatnya tidak akan dapat dipisahkan sehingga akan bersifat
suci.
2.2.2 Pengertian Hak Asasi Manusia dalam Undang-Undang
6
Yang Maha Esa yang mana hak ini ialah anugerah yang wajib untuk di
hargai dan juga untuk dilindungi oleh pada tiap orang untuk dapat
melindungi harkat dan juga martabat manusia.
7
Hak asasi politik adalah hak asasi yang berhubungan dengan
kehidupan politik, hak ikut dalam pemerintahan, hak untuk memilih
dan dipilih. Contoh hak-hak asasi politik adalah sebagai berikut:
- Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan.
- Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.
- Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan
organisasi politik lainnya.
- Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.
3. Hak Asasi Hukum (Legal Equality Rights)
Hak asasi hukum adalah hak memiliki kedudukan yang sama di
depan hukum dan pemerintahan, yaitu hak yang berkaitan dengan
kehidupan hukum dan pemerintahan. Contoh hak-hak asasi hukum
adalah sebagai berikut:
- Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan.
- Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil.
- Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.
4. Hak Asasi Ekonomi (Property Rights)
Hak asasi ekonomi adalah hak yang berhubungan dengan kegiatan
perekonomian. Contoh hak-hak asasi ekonomi ini adalah sebagai
berikut:
- Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli.
- Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.
- Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-
piutang, dll.
- Hak kebebasan untuk memiliki susuatu.
- Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.
5. Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights)
Hak asasi peradilan adalah hak untuk diperlakukan sama dalam tata
cara peradilan. Contoh hak-hak asasi peradilan sebagai berikut:
- Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan.
8
- Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan,
penahanan dan penyelidikan di mata hukum.
- Hak memperoleh kepastian hukum.
- Hak menolak digeledah tanpa surat adanya surat penggeledahan.
- Hak mendapatkan perlakukan adil dalam hukum.
6. Hak Asasi Sosial Budaya (Social Culture Rights)
Hak asasi sosial budaya adalah hak yang berhubungan dengan
kehidupan bermasyarakat. Contoh hak-hak asasi sosial budaya
adalah sebagai berikut:
- Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan.
- Hak mendapatkan pengajaran.
- Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat
dan minat.
9
4. Setiap orang diakui sebagai pribadi yang berhak menuntut dan
memperoleh perlakuan serta perlindungan yang sama sesuai dengan
martabatkemanusiaannya di depan hukum.
5. Setiap orang berhak mendapat bantuan dan perlindungan yang adil
dan pengadilan yang objektif dan tidak berpihak.
10
asasi yang dimiliki oleh setiap warga negara. Adapun undang-
undang yang dimiliki oleh Indonesia dalam kaitannya dengan
penegakan hak asasi manusia bagi warga negaranya diantaranya:
a. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
Undang-Undang No.1 Tahun 1974 merupakan udang-undang
yang berkaitan upaya pemerintah dalam menegakkan HAM
dengan hak asasi manusia yang mengatur tentang perkawinan
di Indonesia. Perlu diketahui, perkawinan atau penikahan
merupakan hak asasi yang dimiliki oleh seseorang yang
termasuk dalam hak asasi pribadi (Personal Rights).
b. TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998
Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 merupakan produk
dari Majelis Permusyawaratan Rakyat sesuai dengan tugas
dan fungsi MPR di Indonesia dan menurut UUD 1945. (baca
juga: Fungsi MPR) Ketetapan MPR ini merupakan ketetapan
yang berkaitan tentang hak-hak asasi manusia khususnya
hak-hak asasi warga negara Indonesia. Beberapa hak asasi
manusia yang terdapat dalam ketetapan MPR ini antara lain:
- Hak untuk hidup.
- Hak untuk berkeluarga.
- Hak untuk melakukan pengembangan diri.
- Hak untuk mendapatkan keadilan.
- Hak untuk mendapatkan kemerdekaan.
- Hak atas kebebasan informasi.
- Hak atas rasa aman.
- Hak atas kesejahteraan.
c. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 merupakan undang-
undang yang menggantikan Ketetapan MPR MPR Nomor
XVII/MPR/1998. Undang-undang ini bersikan hak-hak asasi
manusia yang dimiliki oleh setiap warga negara tanpa
terkecuali. Melalui undang-undang ini, penegakan hak asasi
11
bagi seluruh masyarakat Indonesia lebih diperkuat sejalan
dengan pandangan bangsa mengenai Pancasila sebagai
filsafat bangsa Indonesia. Karena Undang-Undang No. 39
Tahun 1999 adalah penyempurnaan dari Ketetapan MPR
MPR Nomor XVII/MPR/1998, maka terdapat beberapa
tambahan mengenai hak-hak asasi manusia sebagai warga
negara Indonesia. Penambahan cakupan hak-hak asasi
tersebut antara lain:
- Hak untuk berperan serta dalam sistem pemeritnahan
- Hak-hak perempuan
- Hak-hak anak
d. Undang-Undang No. 23 Tahun 2004
Undang-Undang No. 23 Tahun 20014 adalah undang-undang
yang berisikan tentang penghapusan kekerasan dalam rumah
tangga. Undang-undang ini merupakan sebuah tindak lanjut
dari Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yang mengatur
tentang perkawinan. Seperti yang kita ketahui, dalam
kehidupan berumah tangga, setiap anggota keluarga berhak
untuk mendapatkan kebahagiaan dan rasa aman di dalam
kehidupan berkeluarganya. Kebahagiaan dan rasa aman
merupakan hak asasi yang dimiliki oleh manusia baik itu di
dalam kehidupan berkeluarga maupun di dalam kehidupan
bermasyarakat secara luas.
e. Undang-Undang No. 35 Tahun 2014
Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 merupakan undang-
undang tentang perubahan atas UU No. 23 Tahun 2003
tentang Perlindungan Anak. Undang-undang ini mengatur
hak-hak asasi yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia
khususnya hak-hak asasi yang dimiliki oleh setiap anak yang
ada di Indonesia. (baca juga: Hak Perlindungan Anak) Di
dalam undang-undang ini disebutkan bahwa hak-hak anak
perlu dilindungi dan ditegakkan agar anak tersebut dapat
12
hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat secara
kemanusiaan. Selain itu, anak perlu mendapatkan
perlindungan dari segala bentuk kekerasan dan diskriminasi.
f. UUD NKRI Tahun 1945 Pasal 28A-J
Isi dari UUD 1945 pasal 28A-J mengatur dan menjamin hak-
hak warga negara Indonesia dalam berbagai aspek. Pada
intinya, isi yang terkandung dalam UUD 1945 28A-J ini
berkaitan dengan hak-hak asasi yang dimiliki oleh manusia
secara umum seperti yang dipaparkan pada paragraf pertama
dalam artikel ini. UUD 1945 pasal 28A-J lebih mekankan
kepada penjaminan terhadap hak-hak yang dimiliki oleh
segenap warga negara Indonesia.
2. Pembentukan Pemerintah Komisi Nasional
Dalam upaya pemerintah dalam menegakkan HAM
terhadap hak asasi manusia bagi warga negara Indonesia,
pemerintah membentuk beberapa komisi nasional guna membantu
pemerintah dalam menegakkan hak asasi. Adapun komisi nasional
tersebut antara lain:
a. Komisi Nasional Perempuan
Komisi Nasional Perempuan merupakan komisi nasional
yang dibentuk oleh pemerintah dalam melakukan upaya
penegakan hak asasi manusia khususnya pada hak asasi
perempuan. Komisi ini lahir dari tuntutan masyarakat di
Indonesia khusunya kaum wanita sebagai bentuk perwujudan
tanggung jawab pemerintah dalam menanggapi contoh
konflik sosial dalam masyarakat yang ditujukan kepada kaum
wanita di Indonesia. Dalam menjalankan peran dan
fungsinya, komisi ini mempunyai tujuan untuk:
- Menghapuskan bentuk-bentuk kekerasan terhadap kaum
wanita.
13
- Menegakkan hak-hak asasi manusia khususnya
perempuan di Indonesia.
- Meningkatkan upaya penanggulangan kekerasan
terhadap perempuan.
b. Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merupakan
komisi yang dibentuk oleh pemerintah untuk melindungi dan
menegakkan hak-hak yang oleh dimiliki seluruh anak di
Indonesia tanpa terkecuali. Dalam menjalankan peran dan
fungsinya, komisi ini memiliki tugas pokok yaitu melakukan
pengawasan terhadap jalannya perlindungan anak yang di
Indonesia baik di dalam lingkungan keluarga, masyarakat,
maupun pendidikan. Selain itu, KPAI juga menekankan
kepada setiap orangtua tentang pentingnya pentingnya
pendidikan anak usia dini agar anak nantinya dapat
mengembangkan keterampilannya dalam kehidupan
bermasyarakat.
3. Pembentukan Pengadilan HAM
Keberadaan pengadilan HAM di Indonesia merupakan
salah upaya pemerintah dalam menegakkan hak asasi manusia bagi
setiap warga negara Indonesia. Pengadilan HAM ini dibentuk
berdasarkan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
Dalam menjalankan perannya, pengadilan ini berperan khusus
dalam mengadili kejahatan genosida dan kejahatan terhadap
kemanusiaan, sebagai berikut:
- Keberadaan pengadilan HAM di Indonesia merupakan salah
satu langkah dalam megakkan keadilan bagi warga negara
Indonesia khususnya yang berkaitan dengan pelanggaran HAM.
- Proses pelimpahan perkara yang terkait dengan pelanggaran
HAM yang terjadi tentunya dilakukan oleh pengadilan HAM
sesuai dengan mekanisme pelaksanaan sistem peradilan di
Indonesia.
14
Tentunya dalam penegakkan hak asasi manusia di
Indonesia, pemerintah tidak melakukannya sendirian. Pemerintah
memerlukan bantuan dari beberapa lembaga penegak hukum yang
ada di Indonesia. Selain itu, dalam menegakkan hak asasi bagi
warga negaranya, pemerintah Indonesia mempunyai landasan
hukum persamaan kedudukan warga negara yang semakin
mendukung dan menguatkan proses penegakan hak asasi manusia.
4. Penegakan Melalui Proses Pendidikan
Penegakan hak asasi manusia juga dapat dilakukan melalui
proses pendidikan, baik itu dalam pendidikan formal, informal,
maupun non formal. Proses penegakan yang dilakukan melalui
proses pendidikan merupakan penanaman konsep tentang HAM itu
sendiri kepada peserta didik yang ikut di dalam proses pendidikan.
Jika penegakan itu dilakukan dalam pendidikan formal yaitu
sekolah, penegakan HAM tentang penanaman konsep HAM
kepada peserta didik dapat dilakukan melalui tujuan dari mata
pelajaran PPKn dan agama
15
BAB III. PEMBAHASAN
3.1 Pemenuhan Hak Asasi Manusia untuk Tenaga Medis yang Menangani
COVID-19
Jumlah kasus positif COVID-19 bertambah setiap harinya di
Indonesia. Pada akhir bulan Maret, data Amnesty menunjukkan setidaknya
ada 11 dokter dan 2 perawat yang meninggal dunia akibat virus corona,
baik karena positif terinfeksi atau karena kelelahan menangani pasien
corona. Hal tersebut dibarengi dengan Amnesty International Indonesia
bersama IDI, PDGI, PPNI, IBI, dan IAI yang mulai menyuarakan protes
untuk mogok kerja. Keluhannya mengenai lemahnya perlindungan negara
terhadap tenaga medis maupun tenaga kesehatan.
Setiap manusia memiliki HAM berupa hak untuk hidup sesuai
dengan UU No. 39 Tahun 1999 yang mencantumkan asas-asas dasar hak
asasi manusia. Oleh karena itu, pemerintah harus melindungi hak-hak
tenaga kesehatan dengan meneyediakan alat pelindung diri (APD) yang
sesuai dengan panduan yang diterbitkan Organisasi Kesehatan
Internasional (WHO) untuk pencegahan dan pengendalian virus corona.
Pada UUD 1945 juga tercantum jaminan hak untuk hidup dan
mempertahankan hidupnya pada Pasal 28 A serta hak untuk hidup
sejahtera lahir batin dan hak untuk memperoleh layanan kesehatan dalam
Pasal 28 H ayat 1. Bila merujuk pada Pasal 12(2) huruf d Kovenan
Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (ICESCR)
dan Paragraf 12(b) Komentar Umum Nomor 14 mengenai Pasal 12
ICESCR telah mengatur bahwa negara wajib mengakui hak setiap orang
untuk menikmati standar tertinggi yang dapat dicapai atas kesehatan fisik
dan mental tanpa diskriminasi. Dalam hal ini, negara wajib mengupayakan
perbaikan semua aspek kesehatan lingkungan dan industri, pencegahan,
pengobatan dan pengendalian segala penyakit menular, endemik, penyakit
lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan, serta penciptaan kondisi-
kondisi yang akan menjamin semua pelayanan dan perhatian medis.
16
3.2 Kelompok Prioritas Rapid Test sebagai Bentuk Pemenuhan Hak Asasi
Manusia
Rencana pelakasanaan rapid test dalam skala besar melibatkan
seluruh rumah sakit merupakan langkah pemerintah yang sangat bagus.
Ditambah pelaksanaan rapid test yang memprioritaskan daerah yang
merupakan zona rawan penyebaran COVID-19, serta adanya penegasan
agar rapid test diprioritaskan untuk para pekerja medis dan keluarganya.
Namun, DPR membuat wacana bahwa seluruh anggota DPR beserta
keluarga juga akan mengikuti rapid test ini. Hal tersebut menimbulkan
protes dari berbagai pihak termasuk tenaga kesehatan. Bila merujuk ke
Pasal 32 Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (UU
Kesehatan), ketentuan pemberian fasilitas kesehatan dalam situasi darurat
haruslah memprioritaskan pada penyelamatan nyawa terlebih dulu. Isi
pasal tersebut tidak merujuk atau tidak terlihat pada anggota DPR. Pasal
48 dan Pasal 53 UU Penanggulangan Bencana serta Pasal 21(1) Peraturan
Pemerintah No. 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana juga mewajibkan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar
bagi masyarakat terdampak, termasuk pelayanan kesehatan. Mereka yang
termasuk kelompok rentan (bayi, balita, anak-anak, ibu yang mengandung
atau menyusui, penyandang cacat, dan orang lansia) wajib diberikan
perlindungan secara khusus. Anggota DPR beserta keluarganya tidak
termasuk dalam kategori ini.
17
3.3 Diskriminasi Tenaga Kesehatan COVID-19
Bentuk diskriminasi terhadap tenaga kesehatan COVID-19 yang
dilakukan oleh warga tempat mereka tinggal merupakan perbuatan yang
tidak pantas dan mencedrai nilai-nilai hak asasi manusia yang harusnya
dijunjung tinggi. Hal tersebut telah melanggar HAM pasal 28 I ayat 2 yang
berisi “Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat
diskriminatif atas dasar apapun dengan berhak mendapat perlindungan
terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu” perlakuan yang
diberikan masyarakat kepada tenaga kesehatan COVID-19 melanggar
undang-undang tersebut.
Selain itu, dalam pasal 1 ayat (3) UU No. 39 Tahun 1999 Tentang
Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa “Diskriminasi adalah setiap
pembatasan, pelecehan, atau pengecualian yang langsung ataupun tidak
langsung didasarkan oleh pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras,
etnik, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa,
keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau
penghapusan, pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia
dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif
dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan aspek kehidupan
lainnya.” Dalam hal ini masyarakat telah melakukan diskriminasi sosial
terhadap tenaga kesehatan COVID-19 yang menangani pasien dimana
tenaga kesehatan COVID-19 tidak lagi diterima dilingkungan tempat
mereka tinggal karena warga menganggap mereka membawa virus corona.
Pengusiran tenaga kesehatan COVID-19 oleh warga melanggar HAM
yang mereka miliki. Mereka telah melakukan protokol yang ada sebagai
tindakan pencegahan COVID-19. Sehingga kecil kemungkinan tengaga
medis membawa virus COVID-19 ke lingkungan masyarakat. Namun
stigma negatif terhadap tenaga medis merenggut hak-hak yang seharusnya
tenaga medis peroleh.
18
BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1 Kesimpulan
Tenaga Kesehatan merupakan garda terdepan untuk mengatasi
pandemi COVID-19 yang sedang terjadi di Indonesia. Namun, pemberian
layanan kesehatan tidak berjalan optimal karena kurangnya perhatian
pemerintah terhadap HAM tenaga kesehatan COVID-19. Kurangnya
ketersediaan alat pelindung diri (APD), permasalahan kelompok prioritas
rapid test, dan pendiskriminasian masyarakat kepada tenaga kesehatan
yang menangani pasien COVID-19 dapat merenggut HAM tenaga
kesehatan.
Hak untuk hidup yang tertera pada UUD 1945 merupakan hak
yang dijamin setiap warga Indonesia tidak terkecuali. Hal ini menunjukkan
bahwa tenaga kesehatan yang menangani pasien COVID-19 juga memiliki
jaminan hak untuk hidup. Namun, pemerintah bisa saja dinilai lalai dalam
menjamin hak hidup dan hak atas layanan kesehatan karena kurangnya
penyediaan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kesehatan. Hal ini tidak
bisa disepelekan karena telah banyak tenaga kesehatan yang meninggal
karena terinfeksi virus corona. Oleh karena itu, pemerintah berusaha untuk
memenuhi kebutuhan APD supaya tenaga kesehatan dapat bekerja secara
maksimal dan mengurangi risiko terinfeksi virus.
Selain penyediaan APD yang sesuai, tenaga kesehatan termasuk
kelompok prioritas yang rentan tertular COVID-19 untuk melakukan rapid
test karena seringnya terpapar virus corona melalui pasien yang ditangani.
Apabila, pemeriksaan rapid test didahulukan untuk orang-orang yang
bukan kelompok prioritas maka akan menyebabkan penyimpangan hak.
Pemerintah mengambil langkah tegas dengan mendahulukan kelompok
prioritas untuk melakukan rapid test.
Pelanggaran HAM tenaga kesehatan COVID-19 tidak sampai
disitu, mereka mengalami diskriminasi oleh masyarakat sekitar karena
dikhawatirkan membawa virus corona hingga diusir atau tidak diterima di
lingkungan itu. Pasal 28 I ayat 2 UUD 1945 mengenai HAM telah
mengatur bahwa setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat
19
diskriminatif. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang melakukan
diskriminasi telah melanggar hak tenaga kesehatan.
4.2 Rekomendasi
Dari permasalahan yang saya angkat diatas yaitu kurangnya
perlindungan HAM bagi tenaga kesehatan yang menangani COVID-19.
Banyak hal yang dapat dipelajari dari berbagai sisi HAM, seperti hak
untuk hidup, hak untuk mendapatkan layanan kesehatan, dan hak bebas
dari diskriminasi.
Sebaiknya sebagai warga Indonesia yang baik, kita harus lebih
sadar akan pentingnya menghargai dan menghormati hak asasi orang lain
dalam bermasyarakat. Pemerintah dapat membantu masyarakat untuk lebih
mengetahui protocol kesehatan yang dilakukan para tenaga kesehatan yang
menangani pasien COVID-19 sehingga masyarakat yang memiliki stigma
negatif terhadap tenaga kesehatan dapat berkurang. Selain itu, media juga
dapat membantu memberikan informasi yang dapat menambah
pengetahuan masyarakat mengenai tenaga kesehatan yang telah bekerja
keras untuk menangani pasien COVID-19 sehingga stigma negatif dapat
berkurang
20
DAFTAR PUSTAKA
Antara Sumber. 2020. Jangan ada Stigma Sosial dan Diskriminasi pada Penderita
Covid-19 dan Tenaga Medis.
https://sumbar.antaranews.com/berita/349652/jangan-ada-stigma-sosial-
dan-diskriminasi-pada-penderita-covid-19-dan-tenaga-medis. [Diakses pada
19 Juni 2020]
Ashri, M. 2018. Hak Asasi Manusia: Filosofi, Teori dan Instrumen Dasar.
Makassar: Social Politic Genius.
21
World Health Organization. 2020. Getting Your Workplace Ready For COVID-
19. World Health Organization. https://www.who.int/docs/default-
source/coronaviruse/getting-workplace-ready-for-covid-19.pdf. [Diakses
pada 19 Juni 2020]
22