Anda di halaman 1dari 25

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Perlindungan Hak Asasi Manusia bagi Tenaga Kesehatan COVID-19

Dosen Pengampu : Arif, S. Sos., M. AP.

Oleh :

Fabila Shafa Adnia

192310101129

Kelas D 2019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pengganti Ujian Akhir
Semester yang berjudul “Perlindungan Hak Asasi Manusia bagi Tenaga
Kesehatan COVID-19” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas komprehensif dari Bapak Arif, S. Sos., M. AP. Pada mata kuliah umum
Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan Pendidikan Kewarganegaraan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Arif, S. Sos., M. AP.,


selaku dosen mata kuliah umum Pendidikan Kewarganegaraan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya menyadari, tugas komprehensif yang saya tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan tugas ini.

Jember, 20 Juni 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Deskripsi Kasus ..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2

1.3 Tujuan ................................................................................................... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4

2.1 Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia .............. 4

2.2 Pengertian Hak Asasi Manusia ............................................................... 5

2.3 Macam Hak Asasi Manusia.................................................................... 7

2.4 Substansi dalam Nilai Pancasila ............................................................. 9

2.5 Upaya Penegakan Hak Asasi Manusia oleh Pemerintah ....................... 10

BAB III. PEMBAHASAN ................................................................................. 16

3.1 Pemenuhan Hak Asasi Manusia untuk Tenaga Medis yang Menangani
COVID-19 ..................................................................................................... 16

3.2 Kelompok Prioritas Rapid Test sebagai Bentuk Pemenuhan Hak Asasi
Manusia ......................................................................................................... 17

3.3 Diskriminasi Tenaga Kesehatan COVID-19 ......................................... 18

BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................ 19

4.1 Kesimpulan.......................................................................................... 19

4.2 Rekomendasi ....................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 21

ii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Deskripsi Kasus


Pada Maret 2020, Amnesty International bersama lima organisasi
kesehatan di Indonesia mendesak pemerintah untuk memberi perlindungan
maksimal kepada para tenaga medis Indonesia yang saat ini berdiri di
garda terdepan dalam mengatasi pandemik Covid-19. Organisasi tersebut
meliputi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia
(PDGI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Bidan
Indonesia (IBI), dan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI). Desakan
disampaikan dalam surat terbuka yang dikirimkan kepada Presiden Joko
Widodo pada Selasa, 24 Maret 2020.
Desakan didasarkan pada banyaknya tenaga kesehatan yang
bekerja sebagai garda terdepan penangan COVID-19 terjangkit virus
hingga beberapa diantaranya meninggal. Jumlah tenaga kesehatan yang
diisolasi dan meninggal karena COVID-19 semakin meningkat setiap
harinya. Beberapa organisasi tersebut mengatakan bahwa pemerintah lalai
dalam melindungi hak-hak tenaga kesehatan. “Pemerintah harus
memastikan dokter, perawat dan semua pekerja kesehatan mendapatkan
pelatihan dan dukungan psikologis hingga peralatan kesehatan yang
memadai, termasuk alat pelindung diri (APD) yang sesuai dengan panduan
yang diterbitkan Organisasi Kesehatan Internasional (WHO) untuk
pencegahan dan pengendalian coronavirus (nCoV). Di lapangan,
pelaksanaan protokol ini bermasalah,” kata Direktur Eksekutif Amnesty
International Indonesia, Usman Hamid.
Pengurus organisasi kesehatan tingkat nasional mengatakan protes
terbuka untuk mogok kerja sementara bila alat-alat pelindung dasar tidak
tersedia. Menurut mereka, hal tersebut merupakan tindakan yang sah
karena menyangkut keselamatan nyawa mereka. Jika hal tersebut terjadi,
maka situasi kesehatan Indonesia akan semakin bertambah buruk. Oleh
karena itu, Pemerintah harus serius melindungi hak-hak tenaga kesehatan.
Menghentikan wabah ini bukan hanya merupakan kewajiban negara untuk
hak atas kesehatan, tapi juga hak hidup.

1
Manajer Kampanye Amnesty International Indonesia Justitia
Avilda Veda mengatakan, kelompok yang paling membutuhkan rapid test
adalah mereka yang berisiko besar tertular Covid-19 dan memiliki resiko
kematian lebih tinggi. Ia mengingatkan, negara jangan sampai salah
sasaran. Pejabat, termasuk anggota-anggota DPR, serta pihak lain yang
memiliki privilege untuk meminimalisasi risiko, sebaiknya menahan diri
dan tidak menuntut didahulukan dalam tes tersebut. Jika abai, maka negara
berpotensi melakukan pelanggaran HAM terhadap kelompok-kelompok
rentan. Mereka menyarankan Presiden beserta jajarannya agar rencana dan
strategi menghadapi Covid-19 dilakukan sesuai hukum internasional dan
standar hak asasi manusia. Negara harus sadar akan dampak hak asasi
manusia dari penanganan virus ini, khususnya pada kelompok tertentu dan
memastikan bahwa kebutuhan dan keselamatan mereka sepenuhnya
dipertimbangkan.
Tenaga kesehatan yang menangani pasien COVID-19
mendapatkan diskriminasi dari lingkungan masyarakat tempat tinggal
mereka. Pelaksana harian Direktur Utama RSUP Dr Sardjito, Rukmono
Siswishanto mengatakan penolakan terjadi pada dokter hingga perawat. Ia
mengatakan tenaga medis RSUP Dr Sardjito yang ditolak pulang ke kamar
sewa atau indekos. Tenaga kesehatan tidak dizinkan untuk tinggal di
daerah tempat tinggal mereka karena warga menganggap bahwa mereka
membawa virus corona yang mudah menular.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana keadaan pandemi COVID-19 di Indonesia?
2. Apakah pengertian Hak Asasi Manusia?
3. Apa saja macam Hak Asasi Manusia
4. Bagaimana upaya untuk menegakkan Hak Asasi Manusia
5. Bagaimana hubungan antara tenaga medis COVID-19 dengan Hak
Asasi Manusia?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui keadaan pandemi COVID-19 di Indonesia.

2
2. Mengetahui pengertian Hak Asasi Manusia.
3. Mengetahui macam Hak Asasi Manusia.
4. Mengetahui upaya menegakkan Hak Asasi Manusia.
5. Mengetahui hubungan anatara tenaga medis COVID-19 dengan
Hak Asasi Manusia.

3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia


Pada akhir tahun 2019, dunia dihebohkan oleh suatu virus jenis
baru dari SARS-CoV-2. Virus corona merupakan virus RNA strain
tunggal positif yang berkapsul dan tidak bersegmen. Virus ini sensitif
terhadap panas dan dapat diinaktifkan oleh beberapa bahan daiantaranya
desinfektan mengandung klorin, eter, dan alkohol.
2.1.1 Penyebaran
Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) telah menjadi
masalah bagi berbagai negara termasuk Indonesia. Diketahui virus ini
mulai menyebar di Indonesia sejak seorang warga negara Jepang dengan
status positif Covid-19 mengunjungi teman wanitanya yang merupakan
warga negara Indonesia. Setelah pertemuan tersebut, pada 1 Maret 2020
wanita tersebut dinyatakan positif Covid-19. Sejak kasus pertama
diumumkan, angka kasus positif Covid-19 terus mengalami lonjakan.
Virus ini diduga menyebar melalui droplet atau cairan yang
dikeluarkan oleh tubuh yang pada umumnya dihasilkan selama batuk,
bersin, ataupun pernapasan normal (WHO, 2020). Benda-benda yang
terkontaminasi dengan droplet akan menjadi perantara menyebarnya virus
ini. Apabila seseorang terserang virus ini, dalam lima sampai empat belas
hari, biasanya akan mulai timbul gejala. Gejala yang ditimbulkan antara
lain, demam, batuk dan sesak napas. Namun, pada beberapa kasus,
seseorang positif COVID-19 tidak ditemukan gejala yang berarti.
2.1.2 Dampak
Kemunculan COVID-19 menjadi suatu pandemik yang memiliki
banyak dampak, mulai dari bidang kesehatan sampai sosial ekonomi
masyarakat. Dalam bidang kesehatan memerlukan tenaga medis sebagai
garda terdepan dalam jumlah yang tidak sedikit, pengembangan bidang
farmasi untuk menemuka obat COVID-19, dan beberapa hal lainnya.
Selain itu, bidang pendidikan merupakan salah satu bidang yang
mendapatkan dampak cukup besar dari adanya pandemi ini. Baik pelajar

4
dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi harus melakukan
pembelajaran dari rumah.

2.2 Pengertian Hak Asasi Manusia


Secara harfiah hak asasi manusia (HAM) dapat diartikan sebagai
hak-hak yang dimiliki seseorang karena keberadaannya sebagai manusia.
Hak-hak ini bersumber dari pemikiran moral manusia dan diperlukan
untuk menjaga harkat dan martabat suatu individu sebagai seorang
manusia. Dengan kata lain, HAM secara umum dapat diartikan sebagai
hak-hak yang melekat pada diri segenap manusia sehingga mereka diakui
keberadaannya tanpa membedakan seks, ras, warna kulit, bahasa, agama,
politik, kewarganegaraan, kekayaan, dan kelahiran.
Secara formal konsep mengenai HAM lahir pada tanggal 10
Desember 1948, ketika PBB memproklamirkan Deklarasi Universal HAM.
Didalamnya memuat 30 pasal, yang kesemuanya memaparkan tentang hak
dan kewajiban umat manusia.
Secara eksplisit, HAM adalah suatu yang melekat pada manusia,
yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia, sifatnya
tidak dapat dihilangkan atau dikurangi oleh siapapun.
Adapun isi dalam mukadimah Deklarasi Unuversal tentang HAM
oleh PBB adalah:
1. Pengakuan atas martabat dan hak-hak yang sama bagi semua
anggota keluarga, kemanusiaan dan keadilan didunia.
2. Mengabaikan dan memandang rendah hak asai manusia akan
menimbulkan perbuatan yang tidak sesuai dengan hati nurani umat
manusia.
3. Hak-hak manusia perlu dilindungi oleh peraturan hukum
4. Persahabatan antara negara-negara perlu dianjurkan
5. Memberikan hak-hak yang sama baik laki-laki maupun perempuan
6. Memberi penghargaan terhadap pelaksanaan hak-hak manusia dan
kebebasan asa umat manusia
7. Melaksanakan hak-hak dan kebebasan secara tepat dan benar.
2.2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia Menurut Para Ahli

5
1. John Locke
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang secara
langsung diberikan Tuhan Yang Maha Esa pada tiap manusia ialah
sebagai hak yang kodrati. Oleh sebab itu , tidak ada juga kekuatan
pada dunia ini yang dapat mencabutnya. HAM tersebut sifatnya
fundamental atau juga bersifat mendasar bagi tiap kehidupan
manusia dan juga pada hakikatnya sangat suci.
2. Prof. Dr. Dardji Darmodiharjo
HAM adalah hak-hak dasar atau pokok yang dibawa
manusia sejak lahir sebagi anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
3. Haar Tilar
Hak Asasi Manusia (HAM) ialah hak-hak yang sudah ada
atau melekat pada tiap-tiap manusia dan juga tanpa mempunyai
hak-hak itu maka pada tiap-tiap manusia itu tidak dapat hidup
selayaknya manusia. Hak ini didapatkan sejak lahir ke dalam
dunia.
4. Karel Vasak
Hak Asasi Manusia (HAM) ialah tiga generasi yang didapat
ialah dari revolusi Prancis. Karel tersebut mengistilahkan generasi
disebabkan karena yang merujuk kepada inti dan juga ruang
lingkup dari hak yang mana hak tersebut menjadi prioritas utama
didalam waktu tertentu.
5. Prof. Koentjoro Poerbopranoto
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah suatu hak yang sifatnya
mendasar atau juga asasi. Hak-hak yang dipunyai pada tiap-tiap
manusia tersebut dengan berdasarkan kodratnya yang pada
hakikatnya tidak akan dapat dipisahkan sehingga akan bersifat
suci.
2.2.2 Pengertian Hak Asasi Manusia dalam Undang-Undang

Peraturan tentang HAM diatur dalam UU No. 39 Tahun 1999. Di


dalamnya terdapat pengertian hak asasi manusia yaitu seperangkat hak
yang sudah ada pada diri manusia ialah sebagai makhluk ciptaan Tuhan

6
Yang Maha Esa yang mana hak ini ialah anugerah yang wajib untuk di
hargai dan juga untuk dilindungi oleh pada tiap orang untuk dapat
melindungi harkat dan juga martabat manusia.

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang


mengemban tugas mengelola dan memelihara alam semesta dengan penuh
ketaqwaan dan penuh tanggung jawab untuk kesejahteraan umat manusia,
oleh pencipta-Nya dianugerahi hak asasi untuk menjamin keberadaan
harkat dan martabat kemuliaan dirinya serta keharmonisan lingkungannya.
Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada
diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus
dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan,
dikurangi, atau dirampas oleh siapapun. Bahwa selain hak asasi, manusia
juga mempunyai kewajiban dasar antara manusia yang satu terhadap yang
lain dan terhadap masyarakat secara keseluruhan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Berdasarkan pertimbangan
tersebut pemerintah Indonesia menetapkan UU RI NO 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia

2.3 Macam Hak Asasi Manusia


1. Hak Asasi Pribadi (Personal Rights)
Hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan pribadi manusia.
Contoh hak-hak asasi pribadi adalah sebagai berikut:
- Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah
tempat.
- Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat.
- Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau
perkumpulan.
- Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan
agama dan kepercayaan yang diyakini masing-masing.
2. Hak Asasi Politik (Political Rights)

7
Hak asasi politik adalah hak asasi yang berhubungan dengan
kehidupan politik, hak ikut dalam pemerintahan, hak untuk memilih
dan dipilih. Contoh hak-hak asasi politik adalah sebagai berikut:
- Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan.
- Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.
- Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan
organisasi politik lainnya.
- Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.
3. Hak Asasi Hukum (Legal Equality Rights)
Hak asasi hukum adalah hak memiliki kedudukan yang sama di
depan hukum dan pemerintahan, yaitu hak yang berkaitan dengan
kehidupan hukum dan pemerintahan. Contoh hak-hak asasi hukum
adalah sebagai berikut:
- Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan.
- Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil.
- Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.
4. Hak Asasi Ekonomi (Property Rights)
Hak asasi ekonomi adalah hak yang berhubungan dengan kegiatan
perekonomian. Contoh hak-hak asasi ekonomi ini adalah sebagai
berikut:
- Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli.
- Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.
- Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-
piutang, dll.
- Hak kebebasan untuk memiliki susuatu.
- Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.
5. Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights)
Hak asasi peradilan adalah hak untuk diperlakukan sama dalam tata
cara peradilan. Contoh hak-hak asasi peradilan sebagai berikut:
- Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan.

8
- Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan,
penahanan dan penyelidikan di mata hukum.
- Hak memperoleh kepastian hukum.
- Hak menolak digeledah tanpa surat adanya surat penggeledahan.
- Hak mendapatkan perlakukan adil dalam hukum.
6. Hak Asasi Sosial Budaya (Social Culture Rights)
Hak asasi sosial budaya adalah hak yang berhubungan dengan
kehidupan bermasyarakat. Contoh hak-hak asasi sosial budaya
adalah sebagai berikut:
- Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan.
- Hak mendapatkan pengajaran.
- Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat
dan minat.

2.4 Substansi dalam Nilai Pancasila


Hak asasi manusia di Indonesia didasarkan pada falsafah dan
ideologi Pancasila, Pembukaan UUD 1945, batang tubuh UUD 1945, UU
No. 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia, dan UU No. 26 Tahun
2000 tentang pengadilan hak asasi manusia. UU No. 39 Tahun 1999
mencantumkan asas-asas dasar hak asasi manusia beberapa diantaranya
adalah:
1. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan
perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dan
perlakuan yang sama didepan hukum.
2. Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan
kebebasan dasar manusia, tanpa diskriminasi.
3. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi,
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,
hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan di hadapan hukum,
hak untuk tidak dituntut atas dasar hokum yang berlaku surut adalah
hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangidalam keadaan apa
pun dan oleh siapa pun.

9
4. Setiap orang diakui sebagai pribadi yang berhak menuntut dan
memperoleh perlakuan serta perlindungan yang sama sesuai dengan
martabatkemanusiaannya di depan hukum.
5. Setiap orang berhak mendapat bantuan dan perlindungan yang adil
dan pengadilan yang objektif dan tidak berpihak.

2.5 Upaya Penegakan Hak Asasi Manusia oleh Pemerintah


Sebagai negara yang memiliki keberagaman dan kemajemukan
yang menyebar di seluruh negeri, penegakkan hak asasi manusia
merupakan salah satu cara merawat kemajemukan bangsa Indonesia. Demi
menegakkan hak asasi manusia yang dimiliki oleh warga negara
Indonesia, pemerintah perlu melakukan beberapa upaya guna menjaga dan
melindungi hak asasi warga negaranya sebagai salah satu bentuk
penerapan tujuan pemerintah yang berdaulat ke dalam dan ke luar.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh pemeritah untuk upaya
pemerintah dalam menegakkan HAM bagi warga negara Indonesia antara
lain:
1. Penegakan Pemerintah Melalui Undang-Undang
Undang-undang merupakan produk hukum yang dimiliki
oleh pemerintah Indonesia yang digunakan sebagai pedoman atau
aturan main dalam pelaksanaan suatu kebijakan atau tindakan yang
menyangkut kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia.
Undang-undang merupakan produk yang dihasilkan sebagai akibat
adanya sistem politik demokrasi di Indonesia. Produk ini
merupakan hasil dari perundingan yang dilakukan oleh pemerintah
melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sesuai dengan tugas dan
fungsinya. (baca juga: Fungsi DPR) Sebelum undang-undang ini
diberlakukan, undang-undang perlu disetujui dan disahkan oleh
presiden republik Indonesia.
Undang-undang sebagai pedoman dan acuan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara juga mempunyai beberapa kaitan
dengan hak asasi manusia. Kaitan tersebut berupa produk undang-
undang yang mengatur tentang perlindungan terhadap hak-hak

10
asasi yang dimiliki oleh setiap warga negara. Adapun undang-
undang yang dimiliki oleh Indonesia dalam kaitannya dengan
penegakan hak asasi manusia bagi warga negaranya diantaranya:
a. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
Undang-Undang No.1 Tahun 1974 merupakan udang-undang
yang berkaitan upaya pemerintah dalam menegakkan HAM
dengan hak asasi manusia yang mengatur tentang perkawinan
di Indonesia. Perlu diketahui, perkawinan atau penikahan
merupakan hak asasi yang dimiliki oleh seseorang yang
termasuk dalam hak asasi pribadi (Personal Rights).
b. TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998
Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 merupakan produk
dari Majelis Permusyawaratan Rakyat sesuai dengan tugas
dan fungsi MPR di Indonesia dan menurut UUD 1945. (baca
juga: Fungsi MPR) Ketetapan MPR ini merupakan ketetapan
yang berkaitan tentang hak-hak asasi manusia khususnya
hak-hak asasi warga negara Indonesia. Beberapa hak asasi
manusia yang terdapat dalam ketetapan MPR ini antara lain:
- Hak untuk hidup.
- Hak untuk berkeluarga.
- Hak untuk melakukan pengembangan diri.
- Hak untuk mendapatkan keadilan.
- Hak untuk mendapatkan kemerdekaan.
- Hak atas kebebasan informasi.
- Hak atas rasa aman.
- Hak atas kesejahteraan.
c. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 merupakan undang-
undang yang menggantikan Ketetapan MPR MPR Nomor
XVII/MPR/1998. Undang-undang ini bersikan hak-hak asasi
manusia yang dimiliki oleh setiap warga negara tanpa
terkecuali. Melalui undang-undang ini, penegakan hak asasi

11
bagi seluruh masyarakat Indonesia lebih diperkuat sejalan
dengan pandangan bangsa mengenai Pancasila sebagai
filsafat bangsa Indonesia. Karena Undang-Undang No. 39
Tahun 1999 adalah penyempurnaan dari Ketetapan MPR
MPR Nomor XVII/MPR/1998, maka terdapat beberapa
tambahan mengenai hak-hak asasi manusia sebagai warga
negara Indonesia. Penambahan cakupan hak-hak asasi
tersebut antara lain:
- Hak untuk berperan serta dalam sistem pemeritnahan
- Hak-hak perempuan
- Hak-hak anak
d. Undang-Undang No. 23 Tahun 2004
Undang-Undang No. 23 Tahun 20014 adalah undang-undang
yang berisikan tentang penghapusan kekerasan dalam rumah
tangga. Undang-undang ini merupakan sebuah tindak lanjut
dari Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yang mengatur
tentang perkawinan. Seperti yang kita ketahui, dalam
kehidupan berumah tangga, setiap anggota keluarga berhak
untuk mendapatkan kebahagiaan dan rasa aman di dalam
kehidupan berkeluarganya. Kebahagiaan dan rasa aman
merupakan hak asasi yang dimiliki oleh manusia baik itu di
dalam kehidupan berkeluarga maupun di dalam kehidupan
bermasyarakat secara luas.
e. Undang-Undang No. 35 Tahun 2014
Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 merupakan undang-
undang tentang perubahan atas UU No. 23 Tahun 2003
tentang Perlindungan Anak. Undang-undang ini mengatur
hak-hak asasi yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia
khususnya hak-hak asasi yang dimiliki oleh setiap anak yang
ada di Indonesia. (baca juga: Hak Perlindungan Anak) Di
dalam undang-undang ini disebutkan bahwa hak-hak anak
perlu dilindungi dan ditegakkan agar anak tersebut dapat

12
hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat secara
kemanusiaan. Selain itu, anak perlu mendapatkan
perlindungan dari segala bentuk kekerasan dan diskriminasi.
f. UUD NKRI Tahun 1945 Pasal 28A-J
Isi dari UUD 1945 pasal 28A-J mengatur dan menjamin hak-
hak warga negara Indonesia dalam berbagai aspek. Pada
intinya, isi yang terkandung dalam UUD 1945 28A-J ini
berkaitan dengan hak-hak asasi yang dimiliki oleh manusia
secara umum seperti yang dipaparkan pada paragraf pertama
dalam artikel ini. UUD 1945 pasal 28A-J lebih mekankan
kepada penjaminan terhadap hak-hak yang dimiliki oleh
segenap warga negara Indonesia.
2. Pembentukan Pemerintah Komisi Nasional
Dalam upaya pemerintah dalam menegakkan HAM
terhadap hak asasi manusia bagi warga negara Indonesia,
pemerintah membentuk beberapa komisi nasional guna membantu
pemerintah dalam menegakkan hak asasi. Adapun komisi nasional
tersebut antara lain:
a. Komisi Nasional Perempuan
Komisi Nasional Perempuan merupakan komisi nasional
yang dibentuk oleh pemerintah dalam melakukan upaya
penegakan hak asasi manusia khususnya pada hak asasi
perempuan. Komisi ini lahir dari tuntutan masyarakat di
Indonesia khusunya kaum wanita sebagai bentuk perwujudan
tanggung jawab pemerintah dalam menanggapi contoh
konflik sosial dalam masyarakat yang ditujukan kepada kaum
wanita di Indonesia. Dalam menjalankan peran dan
fungsinya, komisi ini mempunyai tujuan untuk:
- Menghapuskan bentuk-bentuk kekerasan terhadap kaum
wanita.

13
- Menegakkan hak-hak asasi manusia khususnya
perempuan di Indonesia.
- Meningkatkan upaya penanggulangan kekerasan
terhadap perempuan.
b. Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merupakan
komisi yang dibentuk oleh pemerintah untuk melindungi dan
menegakkan hak-hak yang oleh dimiliki seluruh anak di
Indonesia tanpa terkecuali. Dalam menjalankan peran dan
fungsinya, komisi ini memiliki tugas pokok yaitu melakukan
pengawasan terhadap jalannya perlindungan anak yang di
Indonesia baik di dalam lingkungan keluarga, masyarakat,
maupun pendidikan. Selain itu, KPAI juga menekankan
kepada setiap orangtua tentang pentingnya pentingnya
pendidikan anak usia dini agar anak nantinya dapat
mengembangkan keterampilannya dalam kehidupan
bermasyarakat.
3. Pembentukan Pengadilan HAM
Keberadaan pengadilan HAM di Indonesia merupakan
salah upaya pemerintah dalam menegakkan hak asasi manusia bagi
setiap warga negara Indonesia. Pengadilan HAM ini dibentuk
berdasarkan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
Dalam menjalankan perannya, pengadilan ini berperan khusus
dalam mengadili kejahatan genosida dan kejahatan terhadap
kemanusiaan, sebagai berikut:
- Keberadaan pengadilan HAM di Indonesia merupakan salah
satu langkah dalam megakkan keadilan bagi warga negara
Indonesia khususnya yang berkaitan dengan pelanggaran HAM.
- Proses pelimpahan perkara yang terkait dengan pelanggaran
HAM yang terjadi tentunya dilakukan oleh pengadilan HAM
sesuai dengan mekanisme pelaksanaan sistem peradilan di
Indonesia.

14
Tentunya dalam penegakkan hak asasi manusia di
Indonesia, pemerintah tidak melakukannya sendirian. Pemerintah
memerlukan bantuan dari beberapa lembaga penegak hukum yang
ada di Indonesia. Selain itu, dalam menegakkan hak asasi bagi
warga negaranya, pemerintah Indonesia mempunyai landasan
hukum persamaan kedudukan warga negara yang semakin
mendukung dan menguatkan proses penegakan hak asasi manusia.
4. Penegakan Melalui Proses Pendidikan
Penegakan hak asasi manusia juga dapat dilakukan melalui
proses pendidikan, baik itu dalam pendidikan formal, informal,
maupun non formal. Proses penegakan yang dilakukan melalui
proses pendidikan merupakan penanaman konsep tentang HAM itu
sendiri kepada peserta didik yang ikut di dalam proses pendidikan.
Jika penegakan itu dilakukan dalam pendidikan formal yaitu
sekolah, penegakan HAM tentang penanaman konsep HAM
kepada peserta didik dapat dilakukan melalui tujuan dari mata
pelajaran PPKn dan agama

15
BAB III. PEMBAHASAN

3.1 Pemenuhan Hak Asasi Manusia untuk Tenaga Medis yang Menangani
COVID-19
Jumlah kasus positif COVID-19 bertambah setiap harinya di
Indonesia. Pada akhir bulan Maret, data Amnesty menunjukkan setidaknya
ada 11 dokter dan 2 perawat yang meninggal dunia akibat virus corona,
baik karena positif terinfeksi atau karena kelelahan menangani pasien
corona. Hal tersebut dibarengi dengan Amnesty International Indonesia
bersama IDI, PDGI, PPNI, IBI, dan IAI yang mulai menyuarakan protes
untuk mogok kerja. Keluhannya mengenai lemahnya perlindungan negara
terhadap tenaga medis maupun tenaga kesehatan.
Setiap manusia memiliki HAM berupa hak untuk hidup sesuai
dengan UU No. 39 Tahun 1999 yang mencantumkan asas-asas dasar hak
asasi manusia. Oleh karena itu, pemerintah harus melindungi hak-hak
tenaga kesehatan dengan meneyediakan alat pelindung diri (APD) yang
sesuai dengan panduan yang diterbitkan Organisasi Kesehatan
Internasional (WHO) untuk pencegahan dan pengendalian virus corona.
Pada UUD 1945 juga tercantum jaminan hak untuk hidup dan
mempertahankan hidupnya pada Pasal 28 A serta hak untuk hidup
sejahtera lahir batin dan hak untuk memperoleh layanan kesehatan dalam
Pasal 28 H ayat 1. Bila merujuk pada Pasal 12(2) huruf d Kovenan
Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (ICESCR)
dan Paragraf 12(b) Komentar Umum Nomor 14 mengenai Pasal 12
ICESCR telah mengatur bahwa negara wajib mengakui hak setiap orang
untuk menikmati standar tertinggi yang dapat dicapai atas kesehatan fisik
dan mental tanpa diskriminasi. Dalam hal ini, negara wajib mengupayakan
perbaikan semua aspek kesehatan lingkungan dan industri, pencegahan,
pengobatan dan pengendalian segala penyakit menular, endemik, penyakit
lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan, serta penciptaan kondisi-
kondisi yang akan menjamin semua pelayanan dan perhatian medis.

16
3.2 Kelompok Prioritas Rapid Test sebagai Bentuk Pemenuhan Hak Asasi
Manusia
Rencana pelakasanaan rapid test dalam skala besar melibatkan
seluruh rumah sakit merupakan langkah pemerintah yang sangat bagus.
Ditambah pelaksanaan rapid test yang memprioritaskan daerah yang
merupakan zona rawan penyebaran COVID-19, serta adanya penegasan
agar rapid test diprioritaskan untuk para pekerja medis dan keluarganya.
Namun, DPR membuat wacana bahwa seluruh anggota DPR beserta
keluarga juga akan mengikuti rapid test ini. Hal tersebut menimbulkan
protes dari berbagai pihak termasuk tenaga kesehatan. Bila merujuk ke
Pasal 32 Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (UU
Kesehatan), ketentuan pemberian fasilitas kesehatan dalam situasi darurat
haruslah memprioritaskan pada penyelamatan nyawa terlebih dulu. Isi
pasal tersebut tidak merujuk atau tidak terlihat pada anggota DPR. Pasal
48 dan Pasal 53 UU Penanggulangan Bencana serta Pasal 21(1) Peraturan
Pemerintah No. 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana juga mewajibkan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar
bagi masyarakat terdampak, termasuk pelayanan kesehatan. Mereka yang
termasuk kelompok rentan (bayi, balita, anak-anak, ibu yang mengandung
atau menyusui, penyandang cacat, dan orang lansia) wajib diberikan
perlindungan secara khusus. Anggota DPR beserta keluarganya tidak
termasuk dalam kategori ini.

Tenaga kesehatan telah mengelompokkan orang-orang yang


membutuhkan rapid test dalam kelompok prioritas karena berisiko besar
tertular COVID-19 dan memiliki risiko kematian lebih tinggi. Kelompok
tersebut meliputi orang lanjut usia, orang-orang dengan kondisi medis
bawaan, seperti asma, diabetes, penyakit jantung dan pneumonia. Serta
orang-orang yang berinteraksi langsung dengan pasien COVID-19, seperti
dokter, dokter gigi, perawat, bidan, apoteker, dan pekerja tenaga kesehatan
lainnya. Orang-orang dalam kelompok tersebut diberikan hak unutk
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai Pasal 28 H ayat 1 UUD 1945.

17
3.3 Diskriminasi Tenaga Kesehatan COVID-19
Bentuk diskriminasi terhadap tenaga kesehatan COVID-19 yang
dilakukan oleh warga tempat mereka tinggal merupakan perbuatan yang
tidak pantas dan mencedrai nilai-nilai hak asasi manusia yang harusnya
dijunjung tinggi. Hal tersebut telah melanggar HAM pasal 28 I ayat 2 yang
berisi “Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat
diskriminatif atas dasar apapun dengan berhak mendapat perlindungan
terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu” perlakuan yang
diberikan masyarakat kepada tenaga kesehatan COVID-19 melanggar
undang-undang tersebut.

Selain itu, dalam pasal 1 ayat (3) UU No. 39 Tahun 1999 Tentang
Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa “Diskriminasi adalah setiap
pembatasan, pelecehan, atau pengecualian yang langsung ataupun tidak
langsung didasarkan oleh pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras,
etnik, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa,
keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau
penghapusan, pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia
dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif
dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan aspek kehidupan
lainnya.” Dalam hal ini masyarakat telah melakukan diskriminasi sosial
terhadap tenaga kesehatan COVID-19 yang menangani pasien dimana
tenaga kesehatan COVID-19 tidak lagi diterima dilingkungan tempat
mereka tinggal karena warga menganggap mereka membawa virus corona.
Pengusiran tenaga kesehatan COVID-19 oleh warga melanggar HAM
yang mereka miliki. Mereka telah melakukan protokol yang ada sebagai
tindakan pencegahan COVID-19. Sehingga kecil kemungkinan tengaga
medis membawa virus COVID-19 ke lingkungan masyarakat. Namun
stigma negatif terhadap tenaga medis merenggut hak-hak yang seharusnya
tenaga medis peroleh.

18
BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Kesimpulan
Tenaga Kesehatan merupakan garda terdepan untuk mengatasi
pandemi COVID-19 yang sedang terjadi di Indonesia. Namun, pemberian
layanan kesehatan tidak berjalan optimal karena kurangnya perhatian
pemerintah terhadap HAM tenaga kesehatan COVID-19. Kurangnya
ketersediaan alat pelindung diri (APD), permasalahan kelompok prioritas
rapid test, dan pendiskriminasian masyarakat kepada tenaga kesehatan
yang menangani pasien COVID-19 dapat merenggut HAM tenaga
kesehatan.
Hak untuk hidup yang tertera pada UUD 1945 merupakan hak
yang dijamin setiap warga Indonesia tidak terkecuali. Hal ini menunjukkan
bahwa tenaga kesehatan yang menangani pasien COVID-19 juga memiliki
jaminan hak untuk hidup. Namun, pemerintah bisa saja dinilai lalai dalam
menjamin hak hidup dan hak atas layanan kesehatan karena kurangnya
penyediaan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kesehatan. Hal ini tidak
bisa disepelekan karena telah banyak tenaga kesehatan yang meninggal
karena terinfeksi virus corona. Oleh karena itu, pemerintah berusaha untuk
memenuhi kebutuhan APD supaya tenaga kesehatan dapat bekerja secara
maksimal dan mengurangi risiko terinfeksi virus.
Selain penyediaan APD yang sesuai, tenaga kesehatan termasuk
kelompok prioritas yang rentan tertular COVID-19 untuk melakukan rapid
test karena seringnya terpapar virus corona melalui pasien yang ditangani.
Apabila, pemeriksaan rapid test didahulukan untuk orang-orang yang
bukan kelompok prioritas maka akan menyebabkan penyimpangan hak.
Pemerintah mengambil langkah tegas dengan mendahulukan kelompok
prioritas untuk melakukan rapid test.
Pelanggaran HAM tenaga kesehatan COVID-19 tidak sampai
disitu, mereka mengalami diskriminasi oleh masyarakat sekitar karena
dikhawatirkan membawa virus corona hingga diusir atau tidak diterima di
lingkungan itu. Pasal 28 I ayat 2 UUD 1945 mengenai HAM telah
mengatur bahwa setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat

19
diskriminatif. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang melakukan
diskriminasi telah melanggar hak tenaga kesehatan.

4.2 Rekomendasi
Dari permasalahan yang saya angkat diatas yaitu kurangnya
perlindungan HAM bagi tenaga kesehatan yang menangani COVID-19.
Banyak hal yang dapat dipelajari dari berbagai sisi HAM, seperti hak
untuk hidup, hak untuk mendapatkan layanan kesehatan, dan hak bebas
dari diskriminasi.
Sebaiknya sebagai warga Indonesia yang baik, kita harus lebih
sadar akan pentingnya menghargai dan menghormati hak asasi orang lain
dalam bermasyarakat. Pemerintah dapat membantu masyarakat untuk lebih
mengetahui protocol kesehatan yang dilakukan para tenaga kesehatan yang
menangani pasien COVID-19 sehingga masyarakat yang memiliki stigma
negatif terhadap tenaga kesehatan dapat berkurang. Selain itu, media juga
dapat membantu memberikan informasi yang dapat menambah
pengetahuan masyarakat mengenai tenaga kesehatan yang telah bekerja
keras untuk menangani pasien COVID-19 sehingga stigma negatif dapat
berkurang

20
DAFTAR PUSTAKA

Amnesty Indonesia. 2020. Covid-19: Lindungi HAM Pekerja Kesehatan, Jangan


Bahayakan Semua. https://www.amnesty.id/covid-19-lindungi-ham-
pekerja-kesehatan-jangan-bahayakan-semua/. [Diakses pada 19 Juni 2020]

Antara Sumber. 2020. Jangan ada Stigma Sosial dan Diskriminasi pada Penderita
Covid-19 dan Tenaga Medis.
https://sumbar.antaranews.com/berita/349652/jangan-ada-stigma-sosial-
dan-diskriminasi-pada-penderita-covid-19-dan-tenaga-medis. [Diakses pada
19 Juni 2020]

Ashri, M. 2018. Hak Asasi Manusia: Filosofi, Teori dan Instrumen Dasar.
Makassar: Social Politic Genius.

Christo, J. P. 2020. Covid-19: Lindungi Tenaga Kesehatan, Penuhi APD dan


Rapid Test. https://www.amnesty.id/covid-19-lindungi-tenaga-kesehatan-
penuhi-apd-dan-rapid-test/. [Diakses pada 19 Juni 2020]

Elisdayanti. 2020. Tinjauan Hak Asasi Manusia terhadapt Diskriminasi Tenaga


Medis Covid-19 di Lingkungan Masyarakat.
https://www.kompasiana.com/elisdayanti1775/5eb1291e097f36737630c1c3
/tinjauan-hak-asasi-manusia-terhadap-diskriminasi-tenaga-medis-covid-19-
di-lingkungan-masyarakat?page=2. [Diakses pada 19 Juni 2020]

Gunakarya, A. W. 2017. Hukum Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: ANDI.

Hanoatubun, S. 2020. Dampak Covid-19 terhadap Perkonomian Indonesia.


EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(1), 146-
153. https://ummaspul.e-journal.id/Edupsycouns/article/view/423 [Diakses
pada 19 Juni 2020]

Mustaqim, A. 2020. Tenaga Medis di Yogyakarta Alami Diskriminasi.


https://www.medcom.id/nasional/daerah/akW5GO4N-tenaga-medis-di-
yogyakarta-alami-diskriminasi. [Diakses pada 19 Juni 2020]

21
World Health Organization. 2020. Getting Your Workplace Ready For COVID-
19. World Health Organization. https://www.who.int/docs/default-
source/coronaviruse/getting-workplace-ready-for-covid-19.pdf. [Diakses
pada 19 Juni 2020]

22

Anda mungkin juga menyukai