Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

(FARMAKOLOGI II)
PENGUJIAN EFEK ANALGESIK PARASETAMOL DAN NATRIUM DIKLOFENAK

Disusun Oleh :

Kelompok 2

LABORATORIUM FARMAKOLOGI-BIOLOGI MEDIK


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIKES RUMAH SAKIT ANWAR MEDIKA
2019
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

Nama : Anastasya Dian SP (17020200008)


Achmadita Prameswari (17020200002)
Aulia Dinda Safira (17020200013)
Elvaretta Rosa Sudarsono (17020200021)
Fryda Krystiani (17020200030)
Hamidah Hanim (17020200021)
Hardiansyah (17020200036)

Hari : Selasa
Tanggal : 12 Maret 2019
Nomor Percobaan : 02
Nama Percobaan : Pengujian Efek Analgesik Paracetamol dan Natrium Diklofenak
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT yang telah melimpahkan ilmu Shalawat
serta semoga tercurah kepada Rasul beserta keluarganya.
         Penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu Tugas Praktikum Farmakologi II.
Dalam memenuhi persyaratan tersebut penulis mencoba membuat laporan yang berjudul
“PENGUJIAN EFEK ANALGESIK PARASETAMOL DAN NATRIUM DIKLOFENAK“.
          Dalam menyusun laporan ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan sebab pengetahuan dan pengalaman yang di miliki penulis terbatas ,cukup
banyak tantangan dan hambatan yang penulis temukan dalam menyusun laporan ini.
          Akhir kata ,semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.

                                                                        
  Sidoarjo, 17 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................... .1
KATA PENGANTAR............................................................................................ 2
DAFTAR ISI........................................................................................................... . 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan..............................................................................................4
1.2 Latar Belakang ..................................................................................................4
BAB II DASAR TEORI.........................................................................................5
BAB III METODE PENILITIAN
3.1 Alat dan Bahan...................................................................................................6
3.2 Cara Kerja ..........................................................................................................6
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN..................................................................9
BAB V PENUTUP................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................16
LAMPIRAN..........................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat adalah suatu bahan yang berbentuk padat atau cair atau gas yang menyebabkan
pengaruh terjadinya perubahan fisik dan atau psykologik pada tubuh. Hampir semua obat
berpengaruh terhadap sistem saraf pusat. Obat tersebut bereaksi terhadap otak dan dapat
mempengaruhi pikiran seseorang yaitu perasaan atau tingkah laku, hal ini disebut obat psikoaktif.
Obat yang berbahaya yang termasuk dalam kelompok obat yang berpengaruh pada system
saraf pusat (SSP/CNS) adalah obat yang dapat menimbulkan ketagihan/adiksi (drug addict).
Menurut klasifikasi umum obat yang berpengaruh pada SSP banyak jenisnya ada yang  bersifat
adiktif maupun yang non-adiktif.
Susunan saraf yang mengkoordinasi sistem syaraf lainnya di dalam tubuh manusia dibagi
dalam 2 golongan yaitu:

1. Susunan saraf pusat (SSP) yang terdiri dari:


a. Otak  
b. Sumsum tulang belakang (spiral cord)
2. Susunan saraf perifer yang terdiri atas:
a. Saraf otak dan tulang belakang  
b. Saraf otonom
Pusat tidur dan pusat pengatur suhu tubuh terletak pada hipotalamus. Pusat rasa sakit terletak
pada cerebrum sedang kapasitas mental merupakan fungsi dari kulit otak (cerebral cortex).
Obat-obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek farmakodinamika
dibagi atas dua golongan besar yaitu:

1. Merangsang atau menstimulasi yang secara langsung maupun tidak langsung merangsang
aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta sarafnya.
2. Menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak langsung memblokir
proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan saraf-sarafnya.  
Nyeri terjadi jika organ tubuh, otot, atau kulit terluka oleh benturan, penyakit, keram, atau
bengkak. Rangsangan penimbul nyeri umumnya punya kemampuan menyebabkan sel-sel
melepaskan enzim proteolitik (pengurai protein) dan polipeptida yang merangsang ujung saraf
yang kemudian menimbulkan impuls nyeri. Senyawa kimia dalam tubuh yang disebut
prostaglandin beraksi membuat ujung saraf menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan nyeri oleh
polipeptida ini.

1.2 Tujuan Percobaan

1. Menjelaskan mekanisme efek analgesik obat Parasetamol


2. Melakukan pengujian efek analgesik Parasetamol pada mencit
3. Menganalisis data hasil percobaan
BAB II
DASAR TEORI

Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita. Nyeri adalah perasaan sensoris
dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam
kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang adanya
gangguan di jaringan seperti peradangan, rematik, encok atau kejang otot (Tjay 2007).
Reseptor nyeri (nociceptor) merupakan ujung saraf bebas, yang tersebar di kulit, otot, tulang,
dan sendi. Impuls nyeri disalurkan ke susunan saraf pusat melalui dua jaras, yaitu jaras nyeri cepat
dengan neurotransmiternya glutamat dan jaras nyeri lambat dengan neurotransmiternya substansi P
(Guyton & Hall 1997; Ganong 2003).
Semua senyawa nyeri (mediator nyeri) seperti histamine, bradikin, leukotriendan
prostaglandin merangsang reseptor nyeri (nociceptor) di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa
serta jaringan lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksiradang dan kejang-kejang.
Nociceptor ini juga terdapat di seluruh jaringan dan organtubuh, terkecuali di SSP. Dari tempat ini
rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sangat banyak
sinaps via sumsum belakang, sumsum-lanjutan dan otak tengah. Dari thalamus impuls kemudian
diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjay & Rahardja
2007).
Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi melindungi
tubuh. Nyeri harus dianggap sebagai isyarat bahaya tentang adanya ganguan di jaringan, seperti
peradangan, infeksi jasad renik, atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis,
kimiawi atau fisis dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu
pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri. Mediator nyeri antara lain dapat
mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung saraf
bebas di kulit, mukosa dan jaringan lain. Nocireseptor ini terdapat diseluruh jaringan dan organ
tubuh, kecuali di SSP. Dari sini rangsangan di salurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-
tajuk neuron dengan amat benyak sinaps via sumsumtulang belakang, sumsum lanjutan, dan otak
tengah. Dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls
dirasakan sebagai nyeri (Tjay 2007).
Berdasarkan aksinya, obat-abat analgetik dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid Analgesics)
Secara farmakologis praktis dibedakan atas kelompok salisilat (asetosal, diflunisal) dan non
salisilat. Sebagian besar sediaan–sediaan golongan non salisilat termasuk derivat asam
arylalkanoat.
b. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau
morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa
nyeri. Tetap semua analgesik opioid menimbulkan adiksi/ketergantungan.
Ada 3 golongan obat ini yaitu:
1. Obat yang berasal dari opium-morfin
2. Senyawa semisintetik morfin
3. Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.
BAB III
METODE KERJA

4.1 Alat dan Bahan

4.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Hot Plat Control themperature
2. Jarum oral (ujung tumpul)
3. Beaker Glass
4. Gelas Ukur
5. Stop Watch

4.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini :
1. CMC : membuat larutan CMC 1%
2. Parasetamol : membuat larutan Parasetamol 1% dalam larutan CMC 1%
3. Natrium Diklofenak : membuat larutan Natrium Diklofenak 1% dalam larutan
CMC 1%

4.2 Cara Kerja

4.2.1 Pengujian Efek Analgesik Paracetamol

1. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok


2. Masing-masing kelompok mendapatkan 2 ekor mencit
3. Mencit I (Kontrol), diberi larutan CMC 1% melalui oral dengan volume sama
dengan larutan pembawa obat pada kelompok perlakuan
4. Mencit II, diberi suspensi parasetamol 1% dalam CMC 1%, dosis 130 mg/kg BB
melalui oral
4.2.2 Pengujian Efek Analgesik Natrium Diklofenak

1. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok


2. Masing-masing kelompok mendapatkan 2 ekor mencit
3. Mencit I (Kontrol), diberi larutan CMC 1% melalui oral dengan volume sama
dengan larutan pembawa obat pada kelompok perlakuan
4. Mencit II, diberi suspensi Natrium Diklofenak 1% dalam CMC 1%, dosis 13 mg/kg
BB melalui oral
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum

Data hasil percobaan :

5 10 15 20 25 30 Kumulatif Rata-Rata

Kontrol
I - - 1 1 3 2 7
6,5
II 1 - 1 - 2 2 6

Paracetamol

I - 3 3 2 15 9 32
16
II - - - - - - 0
Natrium Diklofenak
I - - - - - - 0
0
II - - - - - - 0

4.2 Pembahasan
Tujuan dari praktikum ini adalah memahami efek analgesik beberapa obat pereda nyeri
dengan metode rangsang kimia. Obat analgesik adalah obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri
dengan cara meningkatkan nilai ambang nyeri tanpa menekan kesadaran. Ambang nyeri adalah
intensitas rangsangan terendah saat seseorang merasakan nyeri. Efek ini dapat diantagonis dengan
antalgesik.
Analgesik dibedakan menjadi 2 golongan yaitu narkotik dan non narkotik. Analgesik
narkotik bekerja pada sistem saraf pusat , reseptornya langsung ke susunan saraf pusat, memiliki
efek kuat, mampu mengurangi rasa nyeri dengan intensitas yang tinggi,menimbulkan mual,
muntah, serta menimbulkan ketagihan. Contoh analgesik narkotik adalah morfin, kodein,
hidromorfon, dan oksikodon. Sedangkan analgesik non narkotik bekerja padasistem saraf perifer,
reseptornya tidak langsung ke susunan sistem saraf pusat, memiliki efekyang lebih lemah,
menimbulkan induksi tukak lambung, mampu mengurangi rasa nyeridengan intensitas rendah
hingga sedang, dan tidak menimbulkan ketagihan.
Dari praktikum yang sudah kami lakukan didapatkan hasil bahwa rata-rata loncatan yang
diperoleh dari hewan coba akibat adanya rangsangan dari panas secara komulatif yakni larutan
kontrol sebesar 6,5 ; Paracetamol sebesar 16 ; Natrium Diklofenak sebesar 0.

% Daya analgetik = 100 – (P/K x 100)

% Daya analgetik paracetamol = 100 – (16/6,5 x 100)


= 100 – 246,15
= -146,15

% Daya analgetik natrium diklofenak = 100 – (0/6,5 x 100)


= 100

Secara teori persen daya analgesik dari obat natrium diklofenak lebih besar dibandingkan
dengan persen daya paracetamol yang lebih kecil, dengan hasil 100% daya analgesik natrium
diklofenak maka dinyatakan hal ini sesuai dengan teori bahwasan nya natrium diklofenak
menghambat enzim COX3 sedangkan paracetamol hanya menghambat enzim COX2. Oleh karena
itu paracetamol tidak dianggap sebagai analgesik lagi.
Adanya perbedaan dari hasil praktikum yang kami lakukan dimungkinkan karena kurang
telitinya praktikkan dalam praktikum berlangsung.

Pertanyaan

1. Apakah analgetik itu


Jawab:
istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat yang digunakan sebagai
penahan sakit. obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan akhirnya
akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita.

2. Mengapa analgetika terkadang jika diberikan terus-menerus tidak memberikan respon?


Jawab:
3. Bagaimana mekanisme daya analgetika parasetamol?
Jawab :
Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat
menjadi prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase secara
berbeda (Wilmana, 1995). Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari
pada aspirin, inilah yang menyebabkan parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat
melalui efek pada pusat pengaturan panas. Parasetamol hanya mempunyai efek ringan
pada siklooksigenase perifer (Dipalma, 1986). Inilah yang menyebabkan parasetamol
hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol
tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini
menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa prostaglandin dan bukan blokade
langsung prostaglandin. (Wilmana, 1995).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil yang kami peroleh dapat disimpulkan bahwa :
1. Natrium diklofenak menghambat enzim COX3 sedangkan paracetamol hanya
menghambat enzim COX2, sehingga paracetamol tidak dianggap sebagai analgesik lagi.
2. Efek analgesic yang diterima oleh hewan coba lebih diterima dari obat natrium
diklofenak dari pada paacetamol
3. Persen daya analgesik parasetamol tidak sebaik persen daya analgesik natrium
diklofenak
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Farmakope Indonesi Edisi 3, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesi Edisi 4, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Diphalma, J. R., Digregorio, G. J, 1986. Basic Pharmacology in Medicine. 3th ed. Mcgraw-hill
Publishing Company: 319-20, New York
Ganong, William F, 2003, Fisiologi Saraf & Sel Otot. Dalam H. M. Djauhari Widjajakusumah:
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20, EGC, Jakarta.
Guyton, A.C. & Hall, J.E. , 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran , EGC, Jakarta.
Hartwig, Wilson, Lorraine M, Mary S, 2006, Nyeri Dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses
– Proses Penyakit, Terjemahan dari Huriawati Hartanto et all, Ed 6. Hal : 1063 -1103.
EGC, Jakarta
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai