Anda di halaman 1dari 113

GAMBARAN PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA IBU

HAMIL ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN MENGGUNAKAN

MEDIA LEAFLET DI PUSKESMAS PARIGI KECAMATAN PONDOK AREN TAHUN

2018

SKRIPSI

Oleh:

Unique Gita Claudia

1111101000034

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 Agustus 2018

Unique Gita Claudia

i
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PROMOSI KESEHATAN
Skripsi, Agustus 2018
Unique Gita Claudia, NIM 1111101000034

GAMBARAN PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF


PADA IBU HAMIL SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN
MENGGUNAKAN MEDIA LEAFLET DI PUSKESMAS PARIGI KECAMATAN
PONDOK AREN TAHUN 2018
xiv+98, 3 Tabel, 5 Gambar, 4 Lampiran
ABSTRAK
Latar belakang. ASI Eksklusif dapat membantu mengurangi angka kematian dan
kesakitan pada bayi. ASI eksklusif selama 6 bulan sangat bermanfaat, namun pemberian
ASI eksklusif masih belum mencapai target. Pengetahuan ibu yang relatif kurang dapat
mengurangi pemberian ASI eksklusif. Salah satu program meningkatkan ASI ekslusif
dengan memberikan edukasi mengenai ASI eksklusif. Kegiatan edukasi dapat berupa
penyuluhan menggunakan media yang tepat.
Tujuan. untuk mengetahui pengaruh media leaflet dengan perubahan pengetahuan
mengenai ASI eksklusif antara sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan pada ibu
hamil. Metode. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Parigi. Sampel yang digunakan
sebanyak 25 orang. Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif quasi
experimental dengan pendekatan One Group Pretest-Posttest design. Hasil. Sebanyak
12 pertanyaan mengalami peningkatan jumlah responden, 1 pertanyaan memiliki jumlah
responden yang tetap dan 3 pertanyaan mengalami penurunan responden. Saran.
Menggerakan petugas puskesmas untuk memproduksi dan mendistribusikan media
leaflet atau media lainnya yang dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil di wilayah
kerja puskesmas Parigi.

Kata Kunci: Leaflet, Penyuluhan, ASI Eksklusif, Ibu Hamil

Referensi: 66 (1991-2018)

ii
FACULTY OF HEALTH SCIENCE
DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH
HEALTH PROMOTION
Thesis, Agustus 2018
Unique Gita Claudia, NIM 1111101000034

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE CHANGE ABOUT EXCLUSIVE


BREASTFEEDING IN PREGNANT WOMEN BEFORE AND AFTER
EDUCATION USING LEAFLET IN PUSKESMAS PARIGI KECAMATAN
PONDOK AREN 2018
xiv+98, 3 Table, 5 Picture, 4 Attachment

ABSTRACT
Background. Exclusive breastfeeding can help reduce mortality and pain in
infants. Exclusive breastfeeding for 6 months is very useful, but exclusive breastfeeding
has not yet reached the target. Mother's knowledge that is relatively less can reduce
exclusive breastfeeding. One of program enhances exclusive breastfeeding by providing
education about exclusive breastfeeding. Educational activities can be in the form of
counseling using the right media. Purpose. To find out the influence of leaflet media
with the change of knowledge about exclusive breastfeeding between before and after
counseling on pregnant women.
Methods. This research was conducted at the Parigi Health Center. The sample
used was 25 people. The research design used was quasi experimental quantitative with
One Group Pretest-Posttest design approach. Results. A total of 12 questions
experienced an increase in the number of respondents, 1 question had a fixed number of
respondents and 3 questions experienced a decrease in respondents. Suggestion.
Mobilize puskesmas officers to produce and distribute leaflet media or other media that
can improve the knowledge of pregnant women in the work area of the Parigi health
center.
Keywords: Leaflet, Counseling, knowledge, exclusive breastfeeding
Reference : 66 (1991-2018)

iii
GAMBARAN PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF

PADA IBU HAMIL ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN

MENGGUNAKAN MEDIA LEAFLET DI PUSKESMAS PARIGI

KECAMATAN PONDOK AREN TAHUN 2018

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Kesehatan

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh:

Unique Gita Claudia

NIM:

1111101000034

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. M. Farid Hamzens, Msi Catur Rosidati, SKM, MKM

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018
PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi dengan judul GAMBARAN PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG

ASI EKSKLUSIF PADA IBU HAMIL ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH

PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEAFLET DI PUSKESMAS

PARIGI KECAMATAN PONDOK AREN TAHUN 2018 telah diujikan dalam

sidang ujian skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Uiversitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada 13 Agustus 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada program studi

Kesehatan Masyarakat.

Jakarta, 13 Agustus 2018

Sidang Ujian Skripsi

Ketua,

Dela Aristi, M.KM

Anggota,

Narila Mutia Natsir, M.Kes PH.D Dr. Dwi Tyastuti, MPH, Ph.D

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Unique Gita Claudia

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Januari 1994

Alamat : Kunciran Mas Permai Jalan Bougenville

Blok D no 10 RT01 RW03 Kunciran Indah,

Pinang, Tangerang

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Email : uniqqinuclaudia@gmail.com

Telepon : 081314118949

Riwayat Pendidikan

1999-2005 SD Islam AL-Hasanah

2005-2008 SMP Islam Al-Hasanah

2008-2011 SMA Negeri 3 Tangerang

2011-2018 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Riwayat Organisasi

2012-2013 Divisi Humas Paduan Suara FKIK

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang atas

rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Gambaran Perubahan Pengetahuan Tentang Asi Eksklusif Pada Ibu Hamil

Antara Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Menggunakan Media Leaflet di

Puskesmas Parigi Kecamatan Pondok Aren Tahun 2018”. Salawat serta salam tidak

lupa penulis sampaikan kehadira Nabi Muhammad SAW yang membawa umatnya

kejalan yang di ridhoi Allah SWT.

Penyusunan skripsi ini adalah persyaratan untuk menyelesaikan program strata

satu (S1) pada program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penyelesaian skripsi

ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Papa, Mama, dan Adikku Ghea Aprilly yang telah mendukung dalam segala hal

2. Prof. Dr. Arief Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatukkah Jakarta.

3. Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat

4. Bapak Dr. M. Farid Hamzens, M.si dan ibu Catur Rosidati, SKM, MKM selaku

pembimbing skripsi

5. Segenap dosen Prodi Kesehatan Masyarakat yang telah memberi ilmu dan

pengalaman yang berguna bagi penulis.

vii
6. Terima kasih kepada Five, Rahma Yusfarani dan Wahyu Gito Putro yang telah

memberikan waktu, dukungan, dan bantuannya dalam mengerjakan laporan

sehingga dapat selesai dengan sempurna.

7. Teman-teman Promosi Kesehatan 2011 yang telah berjuang bersama dan saling

menyemangati sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Dengan mengirimkan doa kepada Allah SWT penulis berharap semua

kebaikan yang telah diberikan mendapat pahala dari Allah SWT. Terakhir

penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca serta

mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Ciputat, 27 Agustus 2018

Unique Gita Claudia

viii
Daftar Isi

Lembar Persetujuan.........................................................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................................................ii

Daftar Gambar................................................................................................................iv

Daftra Tabel......................................................................................................................v

Daftar Lampiran.............................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................9

C. Pertanyaan Penelitian..............................................................................10

D. Tujuan Penelitian....................................................................................11

E. Manfaat Penelitian...................................................................................13

F. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................15

A. Pengetahuan............................................................................................15

B. Edukasi Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu......................................31

C. Edukasi Kesehatan (penyuluhan)............................................................31

D. Kerangka Teori.......................................................................................50

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.......................54


ix
A. Kerangka Konsep.....................................................................................................54
B. Definisi Operasional.................................................................................................55

C. Uji Hipotesis.............................................................................................................57

BAB IV METODE PENELITIAN...............................................................................58

A. Desain Studi.............................................................................................................58

B. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................................60

C. populasi dan Sampel Penelitian................................................................................60

D. Instrumen Penelitian.................................................................................................61

E. Langkah-langkah Kegiatan Penelitian......................................................................62

F. Pengumpulan Data....................................................................................................64

G. Pengolahan Data.......................................................................................................65

H. Tehnik dan Analisa Data..........................................................................................65

BAB V HASIL................................................................................................................67

A. Karakteristik Sampel................................................................................................67

B. Gambaran Pengetahuan ASI Ekslusif Ibu Hamil Pada Kelompok Perlakuan dan

Kelompok Kontrol Sebelum Penyuluhan

.......................................................................................................................................68

C. Gambaran Pengetahuan ASI Ekslusif Ibu Hamil Pada Kelompok Perlakuan

dan Kelompok Kontrol Sesudah Penyuluhan

.......................................................................................................................................70

x
D. Pengaruh Media leaflet dalam perubahan pengetahuan ASI eksklusif Ibu Hamil di

Puskesmas Parigi Kecamatan Pondok Aren Tangerang Selatan Tahun 2018.

.......................................................................................................................................71

BAB VI PEMBAHASAN...............................................................................................75

A. Keterbatasan Penelitian............................................................................................75

B. Karakteristik Ibu Hamil............................................................................................76

C. Pengetahuan ASI Eksklsuif Ibu Hamil pada kelompok perlakuan dan kontrol

Sebelum penyuluhan

.......................................................................................................................................77

D. Pengetahuan ASI Eksklsuif Ibu Hamil pada kelompok perlakuan dan

kontrol Sesudah penyuluhan

.......................................................................................................................................78

E. Perbedaan Rata-rata Perubahan Skor pengetahuan ASI eksklusif Ibu Hamil

di Puskesmas Parigi Kecamatan Pondok Aren Tangerang Selatan Tahun 2018.

.......................................................................................................................................80

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................84

A. Kesimpulan...............................................................................................................84

B. Saran.........................................................................................................................85

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................86

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerucut Pembelajaran Edgar Dale

Gambar 2.2 Kerangka Teori Berdasarkan Teori PRECEDE-PROCEED 52

Gambar 2.3 Modifikasi Teori Model Komunikasi Laswell 54

Gambar 2.4 Kerangka Teori 55

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 56

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional 57

Tabel 5.1 Karakteristik Ibu Hamil Berdasarkan Umur, Pendidikan dan 67

Paritas di wilayah Puskesmas Parigi Kecamatan Pondok Aren

Tangerang Tahun 2018

Tabel 5.2 Gambaran pengetahuan ASI eksklusif pada ibu Hamil Sebelum 67

dan sesudah Penyuluhan serta selisih skor pengetahuan di

wilayah kerja puskesmas Parigi Kecamatan Pondok Aren Tahun

2018

xiii
DAFTAR

Lampiran Lampiran 1 Persetujuan Informan

Penelitian Lampiran 2 Soal Pre test

Lampiran 3 Leaflet

Lampiran 4 Output

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan serangkaian

integrasi dan transformasi dari tujuan global untuk perkembangan

berkelanjutan deklarasi politik pada agenda pengembangan 2015. Salah satu

tujuan dari SDGs adalah menghentikan kelaparan, pencapaian keamanan

pangan dan meningkatkan nutrisi, serta agricultural (ICSU, 2015). Salah satu

target yang ingin dicapai pada tujuan SDGs tersebut adalah menghentikan

segala bentuk malnutrisi termasuk stunting dan undernutrition. Sehingga

dapat menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas (Gizi KIA

Kemenkes RI, 2015). Untuk menciptakan SDM yang berkualitas harus

dimulai sejak dini, terutama pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif.

Indikator yang digunakan dalam Perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) 2013 menyatakan bahwa memberikan ASI eksklusif adalah bayi usia

≤6 bulan yang hanya mendapatkan ASI saja dalam 24 jam terakhir saat

wawancara atau individu bawah dua tahun (Baduta) yang pertama kali diberi

minuman atau makanan berumur enam bulan atau lebih (Kemenkes RI, 2013).

Menurut World Health Organization (WHO), menyusui eksklusif adalah tidak

memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, selain

menyusui (kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes). ASI tak

ternilai harganya, selain meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara

optimal, ASI juga

1
membuat anak potensial memiliki emosi yang stabil, spiritual yang matang,

serta memiliki perkembangan sosial yang baik. WHO, United Nations

Children’s Fund (UNICEF) dan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

melalui SK Menkes Np.450/Menkes./SK/IV/2004 telah menetapkan

rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama 0 sampai 6 bulan (Kemenkes

RI, 2013).

Menurut UNICEF di dunia lebih dari sekitar 132 juta bayi lahir setiap

tahunnya, hanya 51 juta yang mendapatkan ASI eksklusif dan 81 juta lainnya

tidak. Dengan demikian banyak hal yang dibutuhkan untuk menggapai

seluruh keluarga di dunia. Secara global hanya 44% bayi yang mendapatkan

IMD, 38% yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan, 65% yang

mendapatkan makianan pendamping ASI secara adekuat dan tepat serta hanya

49% yang melanjutkan memberikan ASI sampai dengan 2 tahun (Gupta,

2016). Gambaran data pemberian ASI berdasarkan data laporan nutrisi

UNICEF 2013 cakupan ASI eksklusif di dunia berada pada cut of point 43% .

Negara yang berada di regional Asia Timur dan Pasifik, data cakupan ASI

ekslusifnya bahkan hanya mencapai 29% (UNICEF, 2013).

Dengan melakukan pemberian ASI Eksklusif dapat membantu

mengurangi angka kematian dan kesakitan pada bayi. Indonesia mempunyai

komitmen untuk menurunkan angka kematian bayi dari 68 per 1.000 kelahiran

hidup menjadi 12 per 1.000 kelahiran hidup dan angka kematian balita dari 97

per 1.000 kelahiran hidup menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup (SDGs,

2017). Menyusui secara eksklusif selama 6 bulan sangat bermanfaat, namun


pemberian ASI secara eksklusif masih belum mencapai target. Berdasarkan

survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan

cakupan ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sebesar 32% yang

menunjukkan kenaikan yang bermakna sebesar 42% pada tahun 2012

(Kemenkes, 2013).

Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di

Indonesia sedikit penurunan dari 61,5% tahun 2010 menjadi 61,1% pada

tahun 2011. Namun cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai 6

bulan meningkat dari 33,6% pada tahun 2010 menjadi 38,5% pada tahun 2011

(Kemenkes, 2014). Data profil Dinas Kesehatan (Dinkes) Tangerang Selatan

bahwa di Tangerang Selatan cakupan ASI Eksklusif juga masih dibawah

target yaitu 69,66%. Di Puskesmas Parigi kecamatan Pondok Aren memiliki

cakupan ASI eksklusif sebesar 44,4%. Sedangkan target cakupan ASI

eksklusif sampai dengan tahun 2015 adalah 80% (RI, 2012).

Pengetahuan ibu yang relatif kurang dapat mengurangi pemberian ASI

eksklusif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Juliastuti (2011) bahwa pada

ibu yang tingkat pengetahuannya baik tentang ASI eksklusif, cenderung

memberikan ASI eksklusif daripada ibu yang pengetahuannya tidak baik.

Sama hal nya dengan hasil penelitian Hakim (2012) yaitu ditemukan adanya

hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif dan

semakin tinggi pengetahuan ibu maka semakin tinggi juga kemungkinan ibu

memberikan ASI eksklusif.

Cakupan pemberian ASI eksklusif sangat dipengaruhi beberapa hal,

terutama masih terbatasnya tenaga konselor menyusui di fasilitas pelayanan


kesehatan, belum tersosialisasi secara merata Peraturan Pemerintah No. 33

tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif, belum maksimalnya kegiatan

edukasi, advokasi dan kampanye terkait pemberian ASI maupun MP-ASI

(Kemenkes, 2014). Salah satu program meningkatkan cakupan ASI ekslusif

dengan memberikan kegiatan edukasi mengenai ASI eksklusif kepada

masyarakat. Kegiatan edukasi dapat berupa penyuluhan menggunakan media

yang tepat. Dalam pemberian materi dapat ditekankan dengan ASI adalah

makanan yang paling sempurna dan tepat untuk diberikan kepada bayi.

Masyarakat harus diberi informasi untuk meningkatkan pengetahuan ibu

mengenai ASI.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah termasuk melakukan

upaya promosi kesehatan. Promosi keseh3atan pada hakikatnya merupakan

usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau

individu, dengan harapan masyarakat, kelompok atau individu dapat

memperoleh pengetahuan , akhirnya diharapkan dapat berpengaruh pada

perubahan perilaku (Kholid, 2014).

Rencana strategis kementerian kesehatan RI 2015-2019 menggariskan

bahwa tujuan promosi kesehatan adalah memberdayakan individu, keluarga

dan masayarakat agar mau menumbuhkan perilaku hidup sehat dan

mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber dari masyarakat. Kegiatan

pokoknya adalah dengan pengembangan media promosi kesehatan dan

teknologi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) mencakup

mengembangkan media promosi kesehatan dan melaksanakan dukungan


administratif dan operasional pelaksanaan program promosi kesehatan

(kemenkes RI, 2015). Upaya tersebut dilakukan dengan menggunakan media

cetak, elektronik maupun media ruang. Dalam hal ini media diposisikan untuk

membuat suasana yang kondusif terhadap perubahan perilaku yang positif

terhadap kesehatan.

Hasil dari wawancara dengan divisi promosi kesehatan puskesmas

Parigi menyatakan bahwa, promosi kesehatan yang dilakukan sesuai dengan

strategi promosi kesehatan yaitu advokasi dan bina suasana. Advoksasi

kesehatan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh komitmen

atau dukungan dalam bidang kesehatan atau yang mendukung pengembangan

lingkungan dan perilaku sehat (depkes, 2007). Advokasi yang dilakukan oleh

puskesmas Parigi terkait hubungan secara tidak langsung terhadap pemberian

ASI eksklusif adalah dengan mengajukan program penyuluhan kepada Kantor

Urusan Agama (KUA) bagi pasangan yang ingin menikah untuk mendapatkan

pengetahuan mengenai pernikahan, kehamilan dan menyusui.

Bina suasana adalah kegiatan dengan tujuan menjalin kemitraan untuk

pembentukan opini publik dengan berbagai kelompok opini yang ada di

masyarakat seperti: tokoh masyarakat, tokoh agama , lembaga swadaya

masyarakat (LSM), dunia usaha/swasta, media massa, organisasi profesi

pemerintah, dan lain-lain. Bina suasana yang dilakukan oleh puskesmas Parigi

adalah dengan menjalin kemitraan dengan kecamatan dengan tujuan

menyelipkan kegiatan-kegiatan kesehatan pada saat hari besar kesehatan.


Puskesmas Parigi juga memberikan penyuluhan ketika ada acara mengenai

kesehatan di kecamatan Pondok Aren.

Dari divisi gizi puskesmas Parigi yang menangani masalah ASI

eksklusif hal yang dilakukan adalah memberikan materi tentang kehamilan

dan pascamelahirkan salah satunya adalah ASI eksklusif di kelas hamil.

apabila ibu yang melahirkan di puskesmas akan dilakukan Inisiasi Menyusui

Dini (IMD). apabila bertemu di pengobatan atau di Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA) tenaga kesehatan akan menanyakan apakah ibu tersebut memberikan

ASI eksklusif atau tidak, bila tidak akan diberikan pengarahan materi

mengenai ASI eksklusif secara personal. Posyandu juga melakukan hal yang

sama, yaitu menanyakan apakah ibu memberikan ASI eksklusif atau tidak.

Bila tidak memberikan akan mendapatkan materi juga.

Sesuai dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas

Parigi, dalam memberikan informasi mengenai ASI eksklusif, Puskesmas

Parigi menggunakan media video untuk memberikan informasi kepada pasien

yang berada di Puskesmas. Video yang tersebut berjudul “Apa Alasan Ibu

Tidak Memberikan ASI Eksklusif?” dan “ASI Eksklusif?”. Materi dalam

video tersebut berisi tentang pendapat masyarakat awam mengenai pengertian

ASI ekslusif sesuai dengan apa yang mereka ketahui yang pada akhirnya akan

dijelaskan pengertian sebenarnya oleh ahli. Lalu di video lainnya berisi alasan

ibu tidak memberikan ASI eksklusif dan diberikan saran cara agar ibu tetap

memberikan ASI eksklusif. Namun, materi mengenai manfaat ASI eksklusif,

komposisi ASI, tips memberikan ASI, dll tidak disebutkan di dalam video.
Video yang berada di Puskesmas Parigi hanya disiarkan melalui televisi ruang

tunggu Puskesmas yang dimana tidak terdapat video mengenai ASI eksklusif

saja, melainkan diputar secara acak Bersama video kesehatan lainnya yang

jumlahnya puluhan video.

Saat dilakukan studi pendahuluan yang dilakukan pada 30 responden,

66,67% dari 30 responden mengatakan bahwa tidak pernah melihat video

yang disiarkan di ruang televisi ruang tunggu Puskesmas, sehingga video

masih kurang efektif dan responden lebih memilih mendapatkan informasi

dari leaflet yang pada kenyataannya media leaflet pada puskesmas tidak

digunakan sebagai sumber pengetahuan mengenai ASI eksklusif. Ketidak

efektifan penyampaian pesan dalam video menimbulkan hasil rata-rata

pengetahuan ibu dari 30 responden adalah 58,88%, sebanyak 53,33% dari 30

responden memiliki pengetahuan dibawah rata-rata dan 70% dari 30

responden tidak memberikan ASI eksklusif, serta 43,3% diantaranya memiliki

pengetahuan dibawah rata- rata dan tidak memberikan ASI eksklusif.

Hasil dari studi pendahuluan terdapat 46.7% dari 30 responden yang

mendapatkan jawaban benar mengenai pengertian ASI eksklusif dan kapan

waktu yang tepat untuk memberikan ASI pada bayi. Sekitar 40% dari 30

responden yang mengetahui manfaat yang benar tentang ASI untuk ibu dan

bayi. Sebanyak 30% ibu yang mengetahui bagaimana melakukan perawatan

khusus pada payudara dan sebanyak 20% ibu saja yang menjawab dengan

benar apa saja kandungan yang terdapat dalam ASI.


Melalui media cetak telah dikembangkan berbagai leaflet, brosur,

poster, kalender,dan lain-lain. Setiap tahun unit promosi kesehatan

memproduksinya terutama semacam “proto type” agar dapat dikembangkan

lebih lanjut oleh daerah atau unit lain yang memerlukannya sesuai dengan

keadaan masalah dan potensi setempat. Dalam rangka memfasilitasi

penyelenggaraan promosi kesehatan di daerah, disusunlah berbagai panduan

seperti panduan advokasi, panduan bina suasana, panduan pemberdayaan

masyarakat dan panduan pengembangan mitra (Perangin-angin, 2015).

Media yang efektif adalah media yang melihat tingkat kebutuhan

masyarakat (Mulyana, 2005). Sehingga menurut peneliti perlu diberikan

media yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga pesan dapat lebih

efektif untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang ASI ekslusif.

Dalam penelitian ini media yang dipilih oleh peneliti adalah media leaflet

yang didapat dari DinasKesehatan Tangerang Selatan yang berjudul “Sayangi

Bayi, Beri ASI”.

Dari suatu penelitian disebutkan leaflet dapat mempengaruhi

pengetahuan dan intensi ASI eksklusif (Syamsiyah, 2013). Dari penelitian

yang dilakukan oleh Fitriani (2013) mengatakan terdapat hubungan antara

intervensi penyuluhan menggunakan media leaflet dengan perubahan

pengetahuan penyuluhan menggunakan media leaflet mengenai potensi

bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya pada pekerja cleaning service

UIN Syarifhidayatullah Jakarta. Salah satu media yang dapat digunakan

secara efektif untuk memberikan informasi kesehatan adalah leaflet. Media

leaflet
mempunyai beberapa kelebihan yaitu lebih tahan lama, dapat dibawa kemana-

mana dengan mudah, mencakup banyak orang, biaya murah, dan dapat

mempermudah pemahaman (Notoatmodjo, 2003).

Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk melihat

gambaran pengaruh media leaflet terhadap pengetahuan pada ibu hamil di

Puskesmas Parigi Kecamatan Pondok Aren 2018.

B. Rumusan Masalah

Pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Parigi

Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan masih rendah dibawah target

yang ditentukan oleh kementrian kesehatan sampai dengan tahun 2015 adalah

80%, yaitu sebesar 44,4%. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang

dilakukan terhadap 30 responden wilayah kerja Puskesmas Parigi dengan

melakukan pembagian kuesioner diketahui bahwa rata-rata pengetahuan

responden adalah 58,88%, sebanyak 53,33% dari 30 responden memiliki

pengetahuan dibawah rata-rata dan 70% dari 30 responden tidak memberikan

ASI eksklusif, serta 43,3% diantaranya memiliki pengetahuan dibawah rata-

rata dan tidak memberikan ASI eksklusif.

Berdasarkan dari uraian latar belakang, untuk meningkatkan

pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan intervensi berupa

pemberian informasi menggunakan media untuk para ibu. Oleh sebab itu,

peneliti ingin meneliti gambaran perubahan pengetahuan tentang ASI

eksklusif pada ibu hamil antara sebelum dan sesudah penyuluhan

menggunakan media leaflet di Puskesmas Parigi Kecamatan Pondok Aren

2018.
Penelitian ini memberikan pengetahuan terkait ASI eksklusif, media

yang akan digunakan adalah media leaflet yang telah dibuat oleh dinas

kesehatan kota Tangerang Selatan dan dikembangkan oleh Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan, yang berjudul “sayangi Bayi, beri ASI”. Penelitian

ini dilakukan pada bulan April 2018 di wilayah puskesmas yang diketahui

memiliki cakupan ASI eksklusif rendah, yaitu puskesmas Parigi.

C. Pertanyaan penelitian

1. Bagaimana gambaran karakteristik ibu hamil berdasarkan umur,

Pendidikan, dan pengalaman (paritas) di wilayah kerja Puskesmas Parigi

Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan tahun 2018?

2. Bagaimana gambaran pengetahuan ASI eksklusif Ibu hamil sebelum

penyuluhan di wilayah kerja Puskesmas Parigi Kecamatan Pondok Aren,

Kota Tangerang Selatan tahun 2018?

3. Bagaimana gambaran pengetahuan ASI eksklusif Ibu hamil sesudah

penyuluhan di wilayah kerja Puskesmas Parigi Kecamatan Pondok Aren,

Kota Tangerang Selatan tahun 2018?

4. Bagaimana gambaran perubahan pengetahuan ibu hamil antara pre test

dan post test di wilayah kerja Puskesmas Parigi Kecamatan Pondok Aren,

Kota Tangerang Selatan tahun 2018?


D. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media

leaflet dengan perubahan pengetahuan mengenai ASI eksklusif antara

sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan pada ibu hamil di wilayah

Kerja Puskesmas parigi Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang

Selatan tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran karakteristik ibu hamil berdasarkan umur,

Pendidikan, dan pengalaman (paritas) di wilayah kerja Puskesmas

Parigi Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan tahun 2018.

b. Diketahuinya gambaran pengetahuan ASI eksklusif Ibu hamil

sebelum penyuluhan di wilayah kerja Puskesmas Parigi Kecamatan

Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan tahun 2018.

c. Diketahuinya gambaran pengetahuan ASI eksklusif Ibu hamil

sesudah penyuluhan di wilayah kerja Puskesmas Parigi Kecamatan

Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan tahun 2018.

d. Diketahuinya gambaran perubahan pengetahuan ibu hamil antara pre

test dan post test di wilayah kerja Puskesmas Parigi Kecamatan

Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan tahun 2018.


E. Manfaat penelitian

1. Bagi Puskesmas

Sebagai tambahan informasi terkait pengetahuan ibu mengenai ASI

eksklusif sebelum dan setelah diberikan intervensi berupa penyuluhan

terkait ASI eksklusif.

2. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengaplikasikan teori-teori yang telah dipelajari semasa

kuliah dan mampu mengembangkan kemampuan dan kompetemsi dalam

meneiti masalah yang berkaitan dengan efektivitas promosi kesehatan

melalui media terhadap perubahan pengetahuan tentang ASI Eksklusif

3. Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan

a. Sebagai upaya mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi

yaitu, akademik, penelitian dan pengabdian masyarakat.

b. Dapat dijadikan referensi serta informasi tentang intervensi

pengetahuan yang berkaitan dengan ASI eksklusif dengan cara

penyuluhan.

F. Ruang lingkup penelitian

Penellitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media leaflet

dengan perubahan pengetahuan mengenai ASI eksklusif antara sebelum dan

sesudah dilakukan penyuluhan pada ibu hamil di wilayah Kerja Puskesmas

parigi Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan tahun 2018. Analisis

penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan desain studi quasi

eksperimen. Lokasi penelitian bertempat di Puskesmas Parigi Kecamatan


Pondok Aren dan waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan April 2018.

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini bahwa masih rendahnya

pemberian ASI eksklusif dan masih kurangnya pengetahuan ibu mengenai

pemberian ASI eksklusif juga karena media yang ada di puskesmas Parigi

belum berperan dalam meningkatkan pengetahuan ASI eksklusif ibu hamil,

sehingga perlu diberikan media promosi kesehatan yang sesuai untuk melihat

peningkatan pengetahuan ibu hamil dalam pemberian ASI eksklusif di

Puskesmas Parigi. Media yang akan dipakai adalah media Leaflet.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris

khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu (Sunaryo, 2004).

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan kemampuan

seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam

bentuk bukti jawaban baik lisan, ataupun tulisan yang merupakan

stimulasi dari pertanyaan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt

behaviour) (Notoatmodjo, 2007).

Notoatmodjo (2003) mengatakan terbentuknya suatu perilaku baru,

terutama pada orang dewasa, dimulai pada domain pengetahuan (kognitif)

ini, dimana subyek tahu terlebih dahulu akan adanya stimulus, yang

menimbulkan pengetahuan baru (Anies, 2006). Seseorang mendapat

pengetahuan melalui panca inderanya, dimana sebagian besar diperoleh

melalui indera pengelihatan (mata) yaitu sebesar 83% dan indera

pendengar (telinga) yaitu sebesar 11%, sedangkan sisanya melalui indera

perasa (lidah) 1%, indera peraba (kulit) 2%, dan indera penciuman

(hidung) 3% (Depkes RI, 2008, Notoatmodjo,2003).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007). Sedangkan cara

memperoleh pengetahuan terbagi dalam dua kelompok, yaitu cara

tradisional atau non ilmiah dan cara modern atau cara ilmiah. Cara

tradisional terbagi menjadi empat cara, yaitu:

a. trial dan error (coba-salah), cara ini digunakan dengan cara percobaan

sampai berhasil, jika belum berhasil maka akan terus diulang kembali.

b. Kekuasaan (otoritas), orang-orang yang memiliki kekuasaan dijadikan

sebagai sumber pengalaman, seperti pemimpin agama, pemerintah,

atau ahli pengetahuan.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

d. Jalan pikiran, yang nantinya akan menghasilkan sebuah induksi

ataupun dedukasi sebagai kesimpulan dari pikiran manusia.

Sedangkan cara yang modern atau cara yang lebih sistematis, logis,

dan ilmiah. Cara ini disebut metode ilmiah atau yang lebih dikenal dengan

sebutan metodologi penelitian (research methodology) (Notoatmodjo,

2003). Sumber yang dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan

dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu:

a. Perorangan di luar kendali pelayanan kesehatan, seperti keluarga,

teman, ahli agama, tokoh masyarakat, dan lainnya.

b. Perorangan dalam kendali pelayanan kesehatan, seperti petugas

kesehatan.

c. Nonperorangan di luar kendali pelayanan kesehatan, seperti media

massa dan edia elektronik


d. Nonperorangan dalam kendali pelayanan kesehatan, seperti iklan dan

brosur yang dibuat oleh pelayanan kesehatan (Hartono, 2010 dalam

Kanta, 2013).

2. Factor yang Mempengaruhi

Factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengebangkan kepribadian

dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur

hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima

informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung

untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun media

massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula

pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat

kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan

pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah

pula. Peningkatkan pengetahuan tidak hanya didapat dari pendidikan

formal, akan tetapi dapat diperoleh dari pendidikan informal.

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek juga mengandung dua

aspek, yaitu aspek positif dan negative. Kedua aspek inilah yang

akhirnya menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu.

Semakin banyak aspek positif


dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif

terhadap obyek tersebut (Notoatmodjo, 2007).

b. Informasi atau Media Massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan. Majunya teknologi menyediakan beragam media massa

yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat. Sebagai sarana

komunikasi, terdapat banyak media massa seperti televise, radio, surat

kabar, dan majalah yang mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukkan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian

informasi, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi

sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi

baru mengenai sesuatu hal dapat memberikan landasan kognitif baru

bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Notoatmodjo,

2007).

Menurut Azwar (2003), pengetahuan dapat dipengaruhi oleh

adanya informasi dari sumber media sebagai saran komunikasi yang

dibaca atau dilihat, baik dari media cetak maupun elektronik seperti

televise, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain.

c. Social, Budaya, dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu

fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status

social ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang

(Notoatmodjo, 2007). Menurut Nursalam (2001), system social budaya

yang ada di masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam

menerima informasi.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu,

baik lingkungan fisik, biologis, maupun social. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karen

adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon

sebagai pengetahuan oleh setiap individu (Notoatmodjo, 2007).

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang

dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang

dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan

professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat

mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan

manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang

bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya (Notoatmodjo,

2007).
f. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula

daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih

berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan social serta lebih

banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri

menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak

menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual,

pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak

ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya

perkembangan Selma hidup, yaitu:

1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin bnyak informasi

yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan

sehingga menambah pengetahuannya.

2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang

yang sudah tua Karena mengalami kemunduran baik fisik

maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan

menurun sejalan dengan bertumbuhnya usia, khususnya

pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya

kosakata dan pengetahuan umum. Beberapa teori

berpendpat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup

cepat sejalan dengan bertambahnya usia.


Pada orang dewasa umur dikelompokan menjadi (Hurlock,1999):

1) Dewasa awal (18-40 Tahun)

Pada masa dewasa awal individu mulai dapat

merencanakan atau membuat hipotesis tentang masalah-

masalah mereka, pemikiran lebih realistis, bertanggung

jawab, menerima perbedaan pendapat, dan melibatkan

intelektualitas pada situasi yang memiliki konsekuensi

besar dalam tujuan jangka panjang, seperti pencapaian karir

dan pengetahuan. Selain itu, kemampuan kognitif semakin

meningkat pada dewasa awal ini.

2) Dewasa Madya (41-60 tahun)

Pada dewasa madya, kemampuan kognitif mengalami

penurunan karena daya ingat yang menurun ketika

informasi yang dicoba untuk diingat adalah informasi yang

disimpan baru-baru ini atau tidak sering digunakan. Daya

ingat juga cenderung menurun untuk mengingat (recall)

daripada untuk menggali (recognize)

3) Dewasa Akhir (61 tahun ke atas)

Pada masa ini, kemampuan kognitif mengalami

penurunan karena adanya proses penuaan yang dialami

setiap orang.
3. Pengetahuan ASI Eksklusif

a. Pengertian ASI Eksklusif

ASI merupakan makanan utama bayi yang baru lahir hingga

usia enam bulan. Selama masa menyusui, seorang ibu biasanya

memproduksi ASI kurang lebih 800-850 ml per hari. Pada umumnya,

dalam 100 gram ASI terkandung kalori 60 ml kal dan protein 1,2

gram. Komponen nutrisi ini berasal dari sari makanan yang

dikonsumsi ibu. Produksi ASI akan lancar jika kebutuhan gizi ibu

tercukupi (Sutomo, 2010).

Yang dimaksud dengan ASI eksklusif atau pemberian ASI

eksklusif adalah bayi yang hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan

cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan

tambahan makanan padat seprti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit,

bubur nasi, dan tim (Roesli, 2000. ASI eksklusif adalah intervensi

yang paling efektif untuk mencegah kematian anak (UNICEF, 2012).

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2014) ASI

eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja tanpa tambahan makanan

dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan.

World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa ASI

adalah makanan terbaik untuk bayi, terutama ASI mengandung semua

kebutuhan penting bayi selama enam bulan setelah lahir. Tidak hanya

melindungi bayi juga melawan berbagai macam penyakit seperti

dingin, diare, dan sindrom kematian bayi mendadak, tetapi dapat juga
mencegah penyakit-penyakit masa depan seperti asma, alergi-alergi,

dan kegemukan, dan juga berpengaruh pada intelektualitas anak

(Juliastuti, 2011)

Diantara satu tahun pertama kehidupannya dan dua tahun

pertama kehidupan anak itulah yang disebut periode emas (golden

period). Jika rentang usia tersebut anak mendapat asupan gizi yang

optimal seperti ASI, penurunan status gizi anak bias dicegah. Bila

terlewati periode emas tersebut tidak dapat diulang kembali.

b. Manfaat ASI Eksklusif

ASI eksklusif memiliki manfaat yang sangat baik untuk ibu dan

bayi.

1) Manfaat ASI untuk Bayi

a) Menyelamatkan nyawa, ASI eksklusif adalah sumber paling

efektif untuk mencegah kematian anak.

b) Melindungi terhadap penyakit, ASI kolostrum mengandung

agen anti bakteri dan anti virus mempunyai komposisi vitamin

A yang tinggi yang melindungi bayi terhadap penyakit.

c) Mempercepat pemulihan anak yang sakit, ASI berguna selama

diare untuk mengurangi tingkat keparahan dan lamanya diare

dan resiko kekurngan resiko kekurangan gizi, karena ASI

merupakan sumber makanan yang higienis dengan komposisi

yang sempurna dari energi , protein, lemak,vitamin, dan nutrisi

lain untuk bayi dalam bulan pertama.


d) Memenuhi semua kebutuhan air. ASI mengandung 88% air.

e) Mengoptimalkan perkembangan fisik dan mental anak. Bayi

yang diberi ASI menunjukan perkembangan yang lebih baik

dengan IQ yang lebih tinggi daripada anak-anak yang tidak

diberi ASI eksklusif.

f) Anak yang diberikan ASI akan lebih cenderung mengurangi

kemungkinan obesitas, pemberian susu formula 20-30 % akan

memungkinkan anak lebih gemuk.

g) Rata-rata bayi yang diberikan ASI akan memiliki tekanan

darah tinggi yang lebih rendah, ini akan membantu bayi

terhindar dari penyakit jantung.

Beberapa fakta mengenai peran ASI dalam meningkatkan

kesehatan bayi:

a) Bayi yang diberi ASI, 17 kali lebih jarang menderita

Pneumonia atau radang paru

b) Bayi yang diberi ASI lebih terlindungi dari penyakit

sepsis/infeksi dalam darah yang menyebabkan kegagalan

fungsi organ tubuh hingga kematian

c) Waktu menyusui yang lebih panjang dapat melindungi bayi

dan anak dari asma atau mengurangi terjadinya serangan asma

pada anak kecil. Risiko menderita asma meningkat bila

pemberian ASI eksklusif dihentikan sebelum 4 bulan


d) Menyusui dengan waktu yang lebih panjang (lebih dari 6

bulan) dapat melindungi bayi dan anak dari penyakit rhinitis

alergi

e) Resiko dirawatnya bayi yang disusui eksklusif selama 4 bulan

karena penyakit saluran pernapasan, 3 kali lebih jarang

daripada bayi yang diberikan susu formula

f) Bayi yang diberi ASI eksklusif, 25 kali lebih jarang menderita

diare fatal/menyebabkan kematian

g) Bayi yang diberikan ASI lebih dari 6 bulan lebih jarang

menderita kanker (leukemia, limfoma maligna) (Monika,

2014)

2) Manfaat ASI untuk Ibu

a) Membantu menurunkan berat badan setelah melahirkan,

menyusui akan membakar banyak kalori, karena tubuh

memproduksi susu.

b) Membuat hormon (oxytocin) yang menyebabkan rahim

kembali ke ukuran normal lebih cepat.

c) Melindungi dirinya dari menjadi hamil lagi terlalu cepat, suatu

bentuk kontrol kelahiran yang 98% lebih efektif dibandingkan

menggunakan kontrasepsi.

d) Wanita yang menyusui ASI selama 2 tahun atau lebih akan

mengurangi mereka terkena kanker payudara.

e) Ikatan ibu menyusui dan anak lebih kuat

f) Menghemat keuangan (Yulianti,2010).

g) Mengurangi perdarahan pasca persalinan


h) Mengurangi stress dan kegelisahan, saat bayi mengisap dan

kulitnya bersentuhan dengan kulit ibu, hormone prolactin

dilepaskan dari tubuh ibu dan membuat tenang dan rileks

(monika, 2014)

c. Tujuan ASI Eksklusif

Menurut peraturan Pemerintah NO. 33 Tahun 2012 tentang

pemberian ASI Eksklusif Pasal 2 berisi tentang pengaturan pemberian

ASI eksklusif bertujuan untuk:

1) Menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif

sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan

memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya

2) Memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI

eksklusif kepada bayinya, dan

3) Meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat,

pemerintah daerah, dan pemerintah terhadap pemberian ASI

eksklusif.

d. Langkah-langkah Menyusui yang Benar

Seringkali bayi tidak ingin menyusu kepada ibu dikarenakan ASI

yang keluar dari payudara ibu hanya sedikit. Sedikitnya ASI yang

keluar dikarenakan cara menyusui yang salah. Berikut ini adalah cara

menyusui yang benar:


1) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan

pada puting dan areola payudara. Cara ini mempunyai manfaat

sebagai desinfeksi dan menjaga kelembapan puting susu.

2) Bayi diposisikan menghadap perut atau payudara ibu.

3) Ibu duduk atau berbaring dengan santai. Bila duduk, lebih baik

menggunakan kursi yang rendah (agar kaki tidak menggantung)

dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.

4) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala

bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh mengadah

dan bokong bayi disokong dengan telapak tangan).

5) Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang lain di

depan.

6) Perut bayi menempel pada badan ibu dan kepala bayi menghadap

payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).

7) Telinga dan lengan bayi terletak pada suatu garis lurus.

8) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

9) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang

dibawah. Jangan menekan puting susu atau areola payudara

dimasukkan ke mulut bayi.

10) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (refleks roating)

dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh

sisi mulut bayi dengan dengan jari. Setelah bayi membuka mulut,
dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting

serta areola payudara dimasukkan ke mulut bayi.

11) Usahakan sebagian besar areola payudara dapat masuk ke mulut

bayi, sehingga puting susu berada dibawah langit-langit dan lidah

bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI

yang terletak dibawah areola payudara. Posisi yang salah, yaitu

bila bayi hanya menghisap pada puting susu saja, yang akan

mengakibatkan masukan ASI yang tidak kuat dan puting susu

lecet.

12) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau

disangga lagi (Bahiyatun, 2009).

e. Perawatan Payudara

Perawatan payudara dimulai pada saat hamil dan dilanjutkan saat

ketika menyusui.

1) Pada saat hamil

a) Payudara akan membesar, sehingga BH yang kita miliki

sebelumnya pasti akan terasa sempit. Oleh karena itu gantilah

BH dengan ukuran yang pas sehingga bisa menyayangga

payudara dengan baik.

b) Untuk menyusui bayi kita nanti, gantilah BH kita sebelumnya

dengan BH khusus untuk menyusui. Pilih ukurannya pas, agar

tidak menyebabkan infeksi pada payudara.

c) Bersihkan payudara dan puting. Mulailah merawat puting susu.

Jika puting susu datar atau masuk ke dalam, konsultasikan


dengan dokter sehingga bisa segera diatasi untuk mencegah

kesulitan menyusui nantinya.

d) Jangan gunakan sabun saat memberikan payudara dan puting.

Cukup basuh dengan air dan keringkan dengan handuk lembuk.

Sabun akan membuat payudara dan puting menjadi kering.

e) Pada bulan-bulan terakhir kehamilan cobalah untuk memijit

lembut payudara, terutama di daerah yang berwarna gelap

(areola), dan di sekitar puting untuk membuka saluran susu

(Indivara,2009).

2) Pada saat menyusui

a) Bersihkan puting susu anda setiap hari hanya dengan air saja,

jangan gunakan sabun, karena sabun membuang minyak alami

yang melindungi puting susu.

b) Ukuran payudara tidaklah berhubungan dengan kemampuan

seorang ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya. Karena

ASI diproduksi dari kelenjar-kelenjar yang berada dibagian

dada, dan jaringan lemak yang membentuk ukuran payudara

tidaklah berhubungan dengan produksi ASI (Suririnah, 2009).

f. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk membersihkan payudara:

1) Basahi kapas dengan baby oil

2) Kompres kedua puting susu dengan kapas yang sudah dibahasi

dengan baby oil tadi selama 3-5 menit.


3) Gosok-gosokkan dengan lembut kapas di sekitar puting untuk

mengangkat kotoran yang menempel

4) Untuk membersihkan baby oil, kompreslah dengan waslap hangat

lalu bergantian dengan waslap dingin selama 5 menit.

g. Langkah-langkah melakukan pemijatan payudara:

1) Basahi kedua telapak tangan dengan baby oil.

2) Letakkan kedua telapak tangan di antara kedua belah payudara.

Lalu urut dari atas, samping, bawah, dan menuju ke puting susu,

dengan mengangkat payudara perlahan-lahan, lalu lepaskan

dengan perlahan. Ulangi gerakan ini sebanyak 30 kali.

3) Telapak tangan kiri menyokong payudara sebelah kiri, lalu tangan

kanan dengan posisi kelingking, diatas puting susu mulai mengurut

payudara dari pangkal dada ke arah puting susu. Lakukan juga

untuk payudara sebelah kanan. Ulangi gerakan ini 30 kali untuk

masing- masing payudara.

4) Sokong payudara kiri dengan tangan kiri dengan tangan kiri, tiga

jari dari dari tangan kanan membuat gerakan memutar dan

menekan lembut, mulai dari pangkal payudara dan berakhir di

puting susu. Lakukan hal yang sama untuk payudara sebelah

kanan. Untuk setiap payudara dua kali gerakan.

5) Kompres kedua payudara dengan dengan washlap hangat berganti-

ganti dengan washlap dingin selama lima menit. Ini juga berfungsi
untuk untuk membersihkan payudara dengan baby oil

(Indivara,2009).

B. Edukasi Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu

Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, sudah banyak

peneliti yang melakukan penelitian mengenai edukasi atau penyuluhan

terhadap pengetahuan ibu. Hasil yang diperoleh juga beragam, seperti

penelitian yang dilakukan oleh Khasanah (2014) ada pengaruh penyuluhan

tentang ASI eksklusif terhadap peningkatan pengetahuan tentang ASI

eksklusif di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta. Penelitian lain juga

menyimpulkan bahwa penyuluhan sebagai sarana pendidikan dan promosi

kesehatan dapat mempengaruhi peningkatan pengetahuan ibu hamil

khususnya mengenai ASI eksklusif dan IMD (Nurazizah, 2011).

C. Edukasi Kesehatan (Penyuluhan)

1. Pengertian Penyuluhan

Penyuluhan merupakan terjemahan dari counseling, yang merupakan

bagian terpadu dari bimbingan. Penyuluhan merupakan “jantung” usaha

bimbingan secara keseluruhan (Maulana, 2009). Penyuluhan kesehatan

masyarakat diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran,

kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat, dan aktif berperan serta

dalam upaya kesehatan (Farelya dan Nurrobikha, 2015). Adapun wilayah

yang diukur menggunakan penyuluhan yaitu KAP:

a. Knowledge, pengetahuan tentang kesehatan yang diberikan oleh

penyuluh kesehatan.
b. Attitude, sikap sehat yang didapatkan dari pengetahuan yang diberikan

oleh penyuluh.

c. Practice, implementasi dari pengetahuan dan sikap sehat (Fahrudin

dan Raihana, 2014)

Pada tahap ini, peneliti hanya mengukur sampai dengan tahap

perubahan pengetahuan. Karena dilihat dari tujuan penelitian dan melihat

dari studi pendahuluan masih sebanyak 50% ibu yang memiliki

pengetahuan rendah. Pengetahuan berpengaruh terhadap perilaku

pemberian ASI eksklusif.

Ruang lingkup penyuluhan kesehatan meliputi 3 aspek, yaitu sasaran

penyuluhan, materi atau pesan penyuluhan, dan metode yang dipakai

dalam penyuluhan (Effendy, 1998)

a. Sasaran penyuluhan

Sasaran utama penyuluhan kesehatan meliput:

1) Individu

2) Keluarga

3) Kelompok sasaran khusus, seperti:

a) Kelompok berdasarkan partumbuhan dari anak-anak hingga

manula

b) Kelompok yang memiliki perilaku merugikan

c) Kelompok yang memiliki penyakit kronis

d) Kelompok yang ditampung lembaga tertentu


4) Masyarakat, sepert:

a) Masyarakat binaan puskesmas

b) Masyarakat pedesaan

c) Masyarakat nelayan

d) Masyarakat yang terkena wabah (Fahrudin dan Raihana, 2014)

Dalam pemilihan sasaran penyuluhan mengenai ASI eksklusif, sasaran

yang dipilih adalah ibu-ibu yang masuk ke dalam kategori dewasa awal

dan

sedang hamil/menyusui.

2. Materi atau Pesan Penyuluhan

Materi atau pesan yang disampaikan kepada masyarakat hendaknya

disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dan keperawatan dari individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat. Sehingga materi yang disampaikan

dapat dirasakan langsung manfaatnya (Effendy, 1998). Agar pesan-pesan

kesehatan sampai dengan baik kepada masyarakat, sebaiknya memperha,

untukatikan hal-hal berikut ini:

a. Menggunakan bahasa yang mudah dimenegerti, menggunakan bahasa

yang dipakai sehari-hari oleh masyarakat.

b. Materi yang disampaikan tidak terlalu sulit oleh sasaran

c. Menggunakan alat peraga untuk mempermudah memberikan

penyuluhan

d. Materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat,

sehingga masyarakat merasa butuh dan mau menerima materi dengan

baik (Fahrudin dan Raihana, 2014).


Materi yang dipilih untuk dimasukan kedalam penyuluhan tentang ASI

eksklusif, komposisi ASI, manfaat ASI eksklusif, langkah-langkah

menyusui yang benar, dan cara merawat payudara yang benar.

3. Metode Penyuluhan

Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara

optimal. Metode yang dikemukakan antara lain :

a. Metode penyuluhan perorangan (individual)

Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk

membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada

suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan

individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan

yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru

tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain :

1) Bimbingan dan penyuluhan

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih

intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi

dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan

sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan

menerima perilaku tersebut.

2) Wawancara

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan

penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien


untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima

perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk

mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi itu

mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila

belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

b. Metode penyuluhan kelompok

Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus

mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal

pada sasaran. Kelompok besar berbeda dengan kelompok kecil.

Efektifitas metode bergantung pada besarnya kelompok sasaran

penyuluhan. Metode ini meliputi:

1) Kelompok besar, yaitu apabila pesertanya terdiri dari 15 orang.

Metode yang dapat diberikan adalah ceramah dan seminar

a) Ceramah

Metode ceramah baik untuk sasaran yang memiliki pendidikan

tinggi maupun rendah.

(1) Persiapam

Ceramah akan berhasil apabila penceramah menguasai

materi yang akan disampaikan. Untuk itu penceramah

harus mempersiapkan diri dengan:

(a) Mempelajari materi dengan sistematika yang baik.

Lebih baik lagi kalau disusun dalam bentuk diagram

atau skema.
(b) Mempersiapkan alat bantu penyuluhan yang akan

dipakai untuk membantu memberikan ceramah.

(2) Pelaksanaan

Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah

apabila penceramah tersebut dapat menguasai sasaran

ceramah. Untuk itu penceramah dapat melakukan hal-hal

sebagai berikut:

(a) Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh

gelisah dan ragu-ragu.

(b) Suaranya harus keras dan jelas

(c) Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah

(d) Berdiri di depan dan berada di tengah-tengah peserta.

Tidak boleh duduk agar terlihat oleh semua peserta.

(e) Menggunakan alat bantu semaksimal mungkin.

b) Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan

status pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu

penyajian dari seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang

suatu topic yang dianggap penting dan dianggap hangat di

masyarakat.

2) Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15

orang. Metode yang tepat untuk sasaran kelompok ini adalah

diskusi
kelompok, curah pendapat, bola salju, memainkan peranan,

permainan simulasi.

Dalam penyuluhan terdapat proses perencanaan penyuluhan, proses

tersebut, yaitu menetapkan tujuan, penentuan sasaran, menyusun materi/isi

penyuluhan, memilih metode yang tepat, menentukan jenis alat peraga

yang akan digunakan, dan menyusun rencana penilaian (evaluasi). Dalam

menetapkan tujuan, apapun tujuan yang dipilih harus jelas, realilstis (bias

dicapai), dan dapat diukur.

Penentuan sasaran menyangkut pula strategi (misalnya untuk

meningkatkan perilaku pemberian ASI eksklusif maka sasaran yang

dipilih adalah ibu-ibu, bukan anak bayi yang mendapatkan ASI). Dalam

menentukan isi penyuluhan isi harus dituangkan kedalam bahasa yang

mudah dimengerti oleh sasaran, dapat dilaksanakan oleh sasaran dengan

sarana yang mereka miliki, atau terjangkau oleh sasaran. Dalam menyusun

isi penyuluhan, harus di kemukakan manfaat yang akan di dapat apabila

sasaran melakukan apa yang dianjurkan dalam penyuluhan tersebut dan

perlu dipahami teori-teori komunikasi.

Dalam tahap pemilihan metode, pilih metode yang sesuai dengan

tujuan yang dipilih agar tujuan tercapai. Setelah menentukkan metode,

selanjutnya tentukan media yang akan digunakan untuk menunjang

pendekatan kepada sasaran, missal poster, leaflet, atau media lain.

Kegiatan selanjutmya adalah menyusun rencana penilaian (evaluasi),

hal-hal yang perlu dilakukan adalah:


a. Pastikan dalam tujuan yang telah dijabarkan sudah secara khusus dan

jelas mencantum kan waktu evaluasi, tempat pelaksanaan evaluasi,

dan kelompok sasaran yang akan dievaluasi

b. Jenis indicator atau kriteria yang akan dipakai dalam penilaian

c. Perlu dilihat kem,bali apakah tujuan penyuluhan sudah sejalan dengan

tujuan program

d. Kegiatan-kegiatan penyuluhan apa yang akan dievaluasi

e. Metode dan instrument apa yang akan digunakan dalam melakukan

evaluiasi

f. Siapa yang akan melakukan evaluasi

g. Sarana-sarana apa yang diperlukan untuk evaluasi

h. Apakah terdapat fasilitas dan kesempatan untuk mempersiapkan

tenaga-tenaga yang akan melaksanakn evaluasi

i. Bagaimana rencana untuk memberikan umpan balik hasil evaluasi ini

kepada para pimpinan program.

4. Media Penyuluhan

Menurut Heinrich,(1993) media merupakan alat saluran komunikasi.

Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

“medium” yang secara harfiah berarti “perantara” yaitu perantara sumber

pesan (e source) dengan penerima (a receiver) (Susilana, 2009).

Sementara itu, Bringgs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran

adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran

seperti: buku, film, video dan sebagainya. Brown (1973)

mengungkapkan bahwa media


pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat

mempengaruhi terhadap evektivitas pembelajaran (Kholid, 2014).

Menurut Bovee (1997) media adalah alat yang berfungsi

menyampaikan pesan. Media pembelajaran adalah alat yang berfungsi

untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Komunikasi tidak akan

berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media (Simamora,

2009). Bentuk stimulus yang dapat digunakan sebagai media adalah

hubungan atau interaksi manusia, realita, gambar yang bergerak atau tidak

bergerak, dan tulisan, serta suara yang direkam (Simamora, 2009).

Media pendidikan kesehatan disebut juga sebagai alat peraga karena

berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan

atau pengajaran. Prinsip pembuatan alat peraga atau media bahwa

pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau ditangkap melalui

pancaindra.

Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk

menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator

sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya

diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan.

Penyuluhan kesehatan tak dapat lepas dari media karena melalui media,

pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga

sasaran dapat mempelajari pesan tersebut sehingga sampai memutuskan

untuk mengadopsinya ke perilaku yang positif (Notoatmodjo, 2007).


Semakin banyak pancaindra yang digunakan, semakin banyak dan

semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Hal ini

menunjukkan bahwa keberadaan alat peraga dimaksudkan mengarahkan

indra sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga memudahkan

pemahaman. Menurut penelitian para ahli, pancaindra yang paling banyak

menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata (kurang lebih 75% sampai

87%), sedangkan 13% sampai 25% pengetahuan manusia diperoleh atau

disalurkan melalui indra lainnya (Maulana, 2007).

Secara umum media memiliki kegunaan:

a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis

b. Membatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indera

c. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara penerima

informasi dengan sumber belajar

d. Memungkinkan penerima informasi belajar mandiri sesuai dengan

bakat dan kempuan visual, auditori dan kinestiknya

e. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan

menimbulkan persepsi yang sama.

Dalam pengelompokkannya media dibedakan menjadi beberapa

kelompok. Kelompok satu terdiri dari media grafis, bahan cetak dan

gambar diam. Kelompok kedua adalah media proyeksi diam. Jenis

medianya seperti OHP/OHT, Opaque Projector, slide, dan Film Strip.

Kelompok ketiga adalah media radio. Kelompok keempat adalah media

audio visual diam.


Kelompok kelima adalah film (Motion Picture). Kelompok keenam adalah

televisi (Susilana, 2009).

Media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan

bahan pendidikan ataupun pengajaran. Media disebut juga sebagai alat

peraga karena berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam

proses pendidikan atau pengajaran. Prinsip pembuatan alat peraga atau

media bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau

ditangkap melalui panca indera (Maulana, 2007). Semakin banyak panca

indera yang digunakan, semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian

atau pengetahuan yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan

alat peraga dimaksudkan mengerahkan indera sebanyak mungkin pada

suatu objek sehingga memudahkan pemahaman. Menurut penelitian para

ahli, panca indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke otak

adalah mata (kurang lebih 75% - 87%), sedangkan 13%- 25%

pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui indra lainnya

(Maulana, 2007).

Seseorang dapat memperoleh pengetahuan melalui berbagai macam

media atau alat bantu pendidikan di dalam proses pendidikannya. Masing-

masing media tersebut mempunyai intensitas yang berbeda-beda dalam

mempersepsikan bahan pendidikan atau pengajaran. Edgar Dale membagi

alat bantu atau media promosi kesehatan menjadi 11 macam dan sekaligus

menggambarkan tingkat intensitas tiap alat-alat tersebut dalam sebuah

kerucut (Nototmodjo, 2007).


Gambar 2.1

Kerucut Pembelajaran Edgar Dale

a. Jenis Media

Banyak media yang dapat digunakan untuk menyampaikan

informasi kesehatan kepada masyarakat, beragam media tersebut

memiliki karakteristik masing-masing yang memiliki keunggulan dan

kelemahan tersendiri. Kita dapat memilih media sesuai kebutuhan

target sasaran, lokasi dan waktu yang tepat. Pemilihan media yang

kurang tepat dapat mengakibatkan kurang maksimalnya target

informasi kesehatan yang ingin disampaikan kepada masyarakat.

Seiring meningkatnya teknologi sekarang sangat membutuhkan

kreativitas seseorang dalam menggunakan media untuk dipublikasikan

kepada publik atau masyarakat, semakin pandai, kreatif kita dalam

menyiasati bentuk media promosi yang digunakan akan semakin

efektif dan dapat mengenai sesuai dengan saran yang kita harapkan

yaitu media
cetak terdiri dari poster, leaflet, Flip Chart (lembar Balik), booklet.

Media audio visual terdiri dari televisi, radio, film. Media internet

terdiri dari jejaring sosial, Website atau Blog atau Wordpress. Media

tersebut dapat digunakan untuk mempermudah pendidikan dan

penggunaan media disesuaikan dengan kemampuan finansial maupun

kreativitas yang berhubungan sasaran yang diharapkan (Fahrudin dan

Raihana, 2014).

Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam

pengklasifikasian ini. Salah satu cara diantaranya adalah dengan

menekankan pada tehnik yang dipergunakan dalam pembuatan media

tersebut. Sebagai contoh, seperti gambar, fotografi, rekaman audio,

dan sebagainya. Ada pula yang dilihat dari cara yang dipergunakan

untuk mengirimkan pesan. Berbagai bentuk presentasi media yang kita

terima, membuat kita sadar bahwa kita menerima informasi dalam

bentuk tertentu. Pesan-pesan tersebut dapat berupa bahan cetakan,

bunyi, bahan visual, gerakan, atau kombinasi dari berbagai bentuk

informasi ini (Susilana, 2009)

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan,

media ini dibagi menjadi 3 yakni:

1) Media cetak

Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri

dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna.

Yang termasuk dalam media ini adalah


a) Booklet

Sebuah media publikasi yang terdiri dari beberapa lembar dan

halaman, tetapi tidak setebal sebuah buku (Rustan, 2010).

Booklet berisi tulisan atau gambar atau keduanya (Effendy dan

makhfudly, 2009)

b) Leaflet

Leaflet merupakan media berbentuk selembar kertas yang

diberi gambar dan tulisan (biassanya lebih banyak berisi

tulisan) pada kedua sisi kertas serta dilipat sehingga berukuran

kecil dan praktis dibawa. Media ini berisi gagasan mengenai

pokok persoalan secara langsung dan memaparkan cara

melakukan tindakan secara ringkas dan lugas. Leaflet sangat

efektif untuk menyampaikan pesan yang singkat dan padat.

Media ini mudah dibawa dan disebarluaskan (Simamora,

2009). Sementara itu, ada beberapa kelemahan leaflet, yaitu:

tidak cocok untuk sasaran individu per individu, tidak tahan

lama dan mudah hhilang. Leaflet akan menjadi percuma jika

sasaran tidak diikutsertakan secara aktif, serta perlu proses

penggandaan yang baik (Fahrudin dan Raihana, 2014).,

c) flyer (selebaran),

selebaran berbentuk seperti leaflet namun tidak dilipat (Effendy

dan Makhfudli, 2009). Informasi dalam flyer ditulis dalam


Bahasa ringkas dan mudah dipahami dalam waktu singkat.

Juga didesain agar menarik perhatian (Triadi dan Addy, 2010)

d) Lembar Balik (flip chart)

Alat peraga yang menyerupai kalender balik bergambar.

Lembar balik besar terdiri atas lembaran-lembaran yang

berukuran kurang-lebih 50 x 75 cm, sedangkan yang kecil

berukuran kurang lebih 38 x 50 cm. lembaran-lembaran ini

disusun dalam urutan tertentu dan dibundel pada salah satu

sisinya. Dibawah gambar, dituliskan pesan-pesan yang dapat

dibaca oleh komunikan. Flipchart digunakan dengan cara

membalik lembaran-lembaran bergambar tersebut satu per satu

dan digunakan untuk pertemuan dengan kelompok yang jumlah

maksimal pesertanya 30 orang.

e) Poster

Poster adalah pesan singkat dalam bentuk gambar. Oleh Karena

ukurannya yang terbatas, maka tema dalam poster tidak terlalu

banyak, sedapat-dapatnya hanya satu tema dalam satu poster.

Poster tidak dapat menjelaskan dirinya sendiri, Karena

keterbatasan kata-kata. Oleh sebab itu, poster tidak cocok untuk

orang-orang tidak dikenal dengan ide-ide yang dituliskan

((Effendy dan makhfudly, 2009).


f) foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.

Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama,

mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-

mana, tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman dan dapat

meningkatkan gairah belajar. Media cetak memiliki kelemahan

yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah

terlipat.

2) Media elektronik

Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat

dilihat dan didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu

elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah

a) televisi, suatu media komunikasi yang selalu mencari bahan

hiburan (Bland dkk, 2001). Kelemahan media televise adalah

karakternya yang liner (satu arah) sehingga tidak mengetahui

secara persis dampak tayangannya terhadap penontonnya. Efek

linear menyebabkan seringkali timbul ketegangan antara media

televise dengan penonton Karena adanya perbedaan tafsir atau

kepentingan dibalik sebuah tayangan (Surbakti, 2008).

b) radio, radio adalah media elektronik termurah, baik pemancar

maupun penerimanya. Tersapat ruang untuk lebih banyak

stasiun penyiaran dan lebih banyak pesawat penerima dalam

sebuah perekonomian nasional. Dibandingkan dengan media

lain, biaya yang rendah sama artinya dengan akses kepada


pendengar yang lebih besar dan jangkauan lebih luas dari radio

(Kholid, 2014).

c) video film, video adalah gambar hidup, juga sering disebut

movie. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk popular dari

hiburan, dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari

orang dan benda (termasuk fantasi dan figure palsu) dengan

kamera, dan / atau oleh animasi. Film memungkinkan anda

untuk berkomunikasi pesan anda dengan cepat dan efektif.

Studi menunjukan bahwa orang mengingat hanya 20% dari apa

yang mereka dengar dan hanya 30% dari apa yang mereka

lihat, tapi 70% yang didapat dari mendengar dan melihat

(Kholid, 2014).

d) VCD.

Seperti halnya media cetak, media elektronik ini memiliki

kelebihan antara lain lebih mudah dipahami, lebih menarik, sudah

dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh

panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang

serta jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini adalah

biayanya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih

untuk produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu

berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan

keterampilan untuk mengoperasikannya.


3) Media luar ruang

Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui

media cetak maupun elektronik misalnya

a) papan reklame

b) spanduk, spanduk adalah media informasi yang berupa kain

berukuran panjang 5 meter sampai 8 meter, biasanya dipasang

di tepi-tepi jalan dengan cara dibentangkan. Spanduk berisi

huruf/ kalimat informasi dan gambar.

c) umbul-umbul, Umbul-umbul adalah kelanjutan dari publikasi

spanduk, yang penempatannya di area pinggiran jalan raya,

wilayah pemukiman komplek, kawasan pedestrian.

d) banner

Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih

menarik, sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka,

mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat

dikendalikan dan jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari

media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat

canggih untuk produksinya, persiapan matang, peralatan selalu

berkembang dan berubah, memerlukan keterampilan penyimpanan

dan keterampilan untuk mengoperasikannya.

Dalam penelitian ini media yang dipakai adalah media leaflet yang

dibuat oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan karena leaflet

memiliki kelebihan dapat dibawa kemana-mana, mencakup banyak


orang, biaya yang murah dan dapat mempermudah dalam

pemahamannya (Notoatmodjo, 2003). Selain itu media yang terdapat

pada dinas kesehatan Kota Tangerang Selatan mengenai ASI eksklusif

hanya ada leaflet.

Leaflet yang dipakai berjudul “sayangi bayi, Beri ASI”, leaflet ini

berwarna merah muda, dan berisi tentang pengertian ASI, ASI

Eksklusif, kandungan ASI, waktu pemberian, tips memperbanyak,

keuntungan ASI, bagaimana cara pemberian ASI bagi ibu yang

bekerja, cara menyimpan ASI perah, peran keluarga dan peran petugas

kesehatan dan kader.

b. Leaflet

1) Pengertian leaflet

Leaflet ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-

pesan kesehatan mellui lembaran yang dilipat. Isi informasi

dapat dalam bentuk kalimat, maupun gambar, atau kombinasi

keduanya (Fahrudin, 2014). Leaflet juga merupakan suatu

bentuk media publikasi yang berupa selebaran kertas dengan

ukuran tertentu, disajikan dalam bentuk lembaran kertas

berlipat (pada umumnya 2-3 lipatan). Menurut Effendi dalam

Fitriah (2018), Leaflet adalah lembaran kertas berukuran

kecil mengandung pesan tercetak untuk disebarkan kepada

umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa .


Adapun yang perlu diperhatikan dalam leaflet antara

lain penggunaan gambar, warna, layout, dan informasi yang

diasampaikan. Adanya makna pesan dalam penggunaan

gambar, warna dan layout sehingga membantu memberikan

informasi yang menarik perhatian khalayak.

2) Ciri-ciri Leaflet

a) Lembaran kertas dicetak berukuran kecil

b) Dilipat maupun tidak dilipat

c) Tulisan kurang lebih 400 huruf

d) Adanya gambar dan warna yang mendukung

e) Pesan sebagai informasi sebagai promosi

f) Pesan mudah dibaca karena sekali pandang (Fitriah, 2018)

5. Factor yang Mempengaruhi Penyuluhan

Keberhasilan suatu penyuluhan dapat disebabkan oleh beberapa factor,

yaitu sebagai berikut:

a. Factor Penyuluh

Kurangnya persiapan dari penyuluh, kurang menguasai materi yang

akan dijelaskan, penampilan yang kurang meyakinkan sasaran, Bahasa

yang digunakan kurang dimengerti sasaran, suara terlalu kecil dan

tidak dapat terdengar, serta penyampaian materi yang monoton

sehingga sasaran menjadi bosan.


b. Faktor sasaran

Tingkat pendidikan rendah, tingkat social ekonomi rendah dan tidak

memperhatikan materi Karena memikirkan hal lain yang mendesak,

kepercayaan dan adat istiadat yang sulit dirubah, serta kondisi

lingkungan yang tidak memungkinkan perubahan perilaku dapat

terjadi.

c. Factor proses dalam penyuluhan

Waktu penyuluhan yang tidak sesuai dengan keinginan sasaran,

tempat penyuluhan dekat dengan keramaian, jumlah sasaran terlalu

banyak, alat peraga yang kurang, metode penyuluhan yang kurang

tepat, serta penggunaaan Bahasa yang kurang dimengerti oleh sasaran

(Maulana, 2009)

D. Kerangka Teori

Berdasarkan penjabaran dari berbagai pengertian di atas, peneliti

mencocokan beberapa kerangka teori yang memungkinkan untuk dapat

memfokuskan penelitian yang akan dilakukan. Akhirnya, peneliti memilih

Teori Model Precede-Proceed yang merupakan teori pengembangan dari teori

yang dikemukakan oleh Lawrence W. Green (1980). Teori Model Precede-

Proceed dibuat oleh Marshall Krueter. Berikut adalah modifikasi yang dibuat

oleh peneliti berdasarkan Teori Model Precede-Proceedoleh Marshall Krueter.


Gambar 2.2 kerangka Teori Berdasarkan Teori Precede-Proceed (Green, 1980)
Peneliti menggunakan teori yang dibuat oleh Marshall Krueter yang

didalamnya terdapat edukasi kesehatan pada fase kelima yang merupakan bagian dari

kebijakan administrative dan fase keenam yaitu implementasi. Edukasi kesehatan

yang dimaksud yaitu pemberian informasi kepada masyarakat luas terkait suatu

masalah dalam upaya perbaikan masalah tersebut. Kebijakan administrative tersebut

telah dibuat dan ditetapkan dalam undang-undang kesehatan. Sedangkan

implementasinya dilakukan oleh instansi yang bergerak di bidang kesehatan seluruh

Indonesia.

Di dalam kerangka teori tersebut jelas bahwa edukasi kesehatan perlu

dilakukan dalam menunjang pengalaman, pengetahuan, dan pendidikan seseorang,

terutama ibu hamil. Edukasi kesehatan tersebut dapat membantu ibu dalam pemberian

ASI eksklusif dan memilih makanan pendamping ASI yang sesuai untuk bayi.

Setelah edukasi kesehatan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif, diharapkan

edukasi kesehatan juga akan berpengaruh terhadap kesehatan dan berakhir pada

kualitas hidup yang baik.

Peneliti memiliki beberapa alasan untuk pembatasan penelitian yang

dilakukan. Pertama, peneliti hanya melihat pada peningkatan pengetahuan ibu

terhadap edukasi yang dilakukan. Hal ini dikarenakan peneliti mengasumsikan

pengalaman muncul setelah pengetahuan didapatkan. Pada bagian pendidikan,

peneliti mengukur pendidikan ibu sebagai pendidikan formal. Pada bagian edukasi

lanjutan dan pencarian informasi, peneliti tidak mengukur edukasi lanjutan karena

penelitian yang dilakukan berupa point time atau dilakukan pada satu waktu.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan media dalam memudahkan

penyampaian informasi yang berupa pengetahuan mengenai ASI eksklusif. Oleh

karena itu, peneliti selanjutnya menggunakan model komunikasi dari Harold Dwight

Laswell (1948) dalam Windahl (2009) yang mengatakan bahwa “siapa yang

mengatakan apa kepada siapa menggunakan saluran apa dengan dampak apa”.

Berikut adalah gambaran model komunikasi Laswell yang telah dimodifikasi sesuai

dengan penelitian.

With
In Which
Who Says What To whom What
Channe
(speaker) (message) (listener) Effect
(medium)
(effect)

Subjek
Edukasi Media
Penyuluh Penelitian efek
Kesehatan Edukasi
(responden)

gambar 2.3 modifikasi teori Model Komunikasi Laswell

Berdasarkan dari kedua teori penelitian kemudian membuat sebuah kerangka

teori yang akan digunakan dalam penelitian ini. Berikut adalah gambaran kerangka

teori gabungan dari teri komunikasi dari Laswell dan teori Precede-Proceed dari

Green dan Kreuter.


Edukasi

kesehatan Media Pengetahuan


Peneliti Ibu hamil
terkait ASI (Leaflet) Ibu Hamil

Eksklusif

*gabungan model komunikasi Laswell dengan teori Green dan Krueter

gambar 2.4 Kerangka Teori


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. KERANGKA KONSEP

Berdasarkan kerangka teori yang telah dibuat, peneliti kemudian

membuat kerangka konsep agar penelitian yang akan dilakukan jelas dan tidak

keluar dari tema penelitian. Variable yang menjadi pembahasan dalam

penelitian ini adalah perbedaan sebelum dan setelah diberikan penyuluhan

terhadap pengetahuan ibu terkait pemberian ASI Ekslusif.

Berikut adalah kerangka konsep penelitian yang akan dilakukan:

Media Leaflet Perubahan Pengetahuan

Membandingkan Skor pre-test dan


post test pengetahuan ASI Eksklusif

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


B. DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 3.1 definisi operasional

No Variable Definisi Operasional

1 Media merupakan media berbentuk selembar kertas yang diberi gambar dan tulisan

Leaflet (biassanya lebih banyak berisi tulisan) pada kedua sisi kertas serta dilipat

sehingga berukuran kecil dan praktis dibawa.

No Variable Definisi Cara ukur Alat Hasil ukur Skala

operasional ukur

2 Pengetahuan Skor Kuesioner Kuesioner 0. Baik (skor Ordinal

Ibu tentang kemampuan pengetahuan

ASI ibu untuk 76%-100%)

eksklusif menjawab 1. Cukup (skor

dengan benar pengetahuan

dari 56%-75%)

pertanyaan 2. Kurang (skor

terkait ASI pengetahuan

eksklusif 56%>)

2 Peningkatan Selisih skor Kuesioner Kuesioner 0. Terdapat Ordinal

pengetahuan pengetahuan peningkatan

pre-test dan
post-test ibu yang

hamil signifikan

1. Tidak terdapat

peningkatan

3 Tingkat Jenjang Kuesioner Kuesioner 0. < tamat SMA Ordinal

pendidikan pendidikan (wajib belajar

Ibu formal terakhir 12 tahun

berdasarkan Kemendikbud,

ijazah yang 2015)

dimiliki Ibu 1. ≥ tamat SMA

4 Usia Ibu Masa hidup Kuesioner Kuesioner 0. < dari mean Ordinal

responden 1. ≥ dari mean

dalam tahun

sampai pada

saat

wawancara

dilakukan

5. Pengalaman Banyaknya Kuesioner Kuesioner 0. Nullipara (0 Ordinal

(Paritas) kelahiran anak)

hidup yang 1. Primipara (1

dipunyai oleh anak)


seorang 2. Multipara (2-

perempuan 4) anak

(BKKBN,

2006)
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain studi

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan design

penelitian ini adalah suatu studi eksperimen semu (quasi eksperiment) One

Group Pretest-Posttest Design. One Group Pretest-Posttest Design adalah

salah satu bentuk Quasi-experimental design, kemudian diberi pre-test dan

diberikan perlakuan atau diberikan manipulasi variable independent lalu

diberikan post-test (Colman, 2014) .

01 (X) 02

Keterangan:

01 = adalah hasil pre-test tingkat pengetahuan ibu hamil sebelum

diberi penyuluhan kesehatan menggunakan leaflet

02 = Adalah hasil post-test tingkat pengetahuan ibu hamil setelah

diberi penyuluhan kesehatan menggunakan leaflet

(X)= Perlakuan yang diberikan yaitu media leaflet ASI eksklusif


B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Parigi Kecamatan

Pondok Aren, Tangerang Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

April 2018. Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan rendahnya angka ASI

eksklusif di Tangerang Selatan, dan Puskesmas Parigi, Kecamatan Pondok

Aren termasuk dalam wilayah Tangerang Selatan yang paling rendah

melakukan pemberian ASI eksklusif, di wilayah ini masyarakat juga

mengatakan belum pernah ada penyuluhan khusus mengenai ASI eksklusif.

Lokasi penelitian akan dilaksanakan disebuah tempat yang kondusif,

tidak ramai dan bising untuk menghindari bias responden dalam menerima

materi dan menjawab soal.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah Ibu Hamil di wilayah Kerja Puskesmas

Parigi. Untuk menjadi sampelnya terdapat kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Ibu yang bersedia menjadi responden

2. Ibu yang sedang hamil

Setelah mengetahui jumlah populasi ini, langkah selanjutnya adalah

penentuan jumlah sampel ibu hamil. Estimasi besar sampel untuk penelitian

ini menggunakan rumus hipotesis untuk dua populasi mean (Lemeshow,

1997) sebagai berikut:


2𝜎 2 (𝑧 1−𝛼 + 𝑧 1−𝛽 )2
𝑛= (𝜇1 − 𝜇 ) 2
2

Keterangan:

n : besar sampel

𝜎 : standar deviasi skor pengetahuan diambil dari SD variable

pengetahuan dari penelitian sebelumnya (Jayanti, 2010) yaitu 1,468

𝜇1 − 𝜇2 : besarnya pengaruh perubahan yang diinginkan yaitu 1

𝑧1−𝛼 : kekutan uji 95%

𝑧1−𝛽 : taraf kemaknaan

5% Jumlah sampel minimal

𝑛 = 2𝜎 2 𝑧 1−𝛼 + 𝑧1−𝛽
𝜇1 − 𝜇 2
2

2(1,468)2 (1,645 + 1,28)2


=
12

= 20

Berdasarkan perhitungan sampel didaptkan jumlah sampel sebanyak

20 responden. Untuk menghindari adanya drop out atau missing data dari

responden, maka sebagaimana penelitian eksperimen lainnya jumlah sampel

dikali 20% sehingga menjadi 24 responden unuk masing-masing kelompok.


D. Instrument Penelitian

Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah kuesioner.

Kuesioner yang digunakan berupa kuesioner pre-test dan post-test. Dimana

kuesioner pre-test dan post-test ini untuk melihat pengetahuan ibu. Selain

kuesioner, instrument penelitian yang dipakai adalah leaflet ASI eksklusif,

komposisi ASI, manfaat ASI, langkah-langkah menyusui yang benar, dan cara

merawat payudara.

Sedangkan pada pemberian media peneliti akan memperlihatkan

media kepada peserta penyuluhan setelah diadakan pre-test atau sebelum

penyuluhan dimulai. Waktu melihat atau membaca media kurang lebih 15

menit. Selama media diberikan, peneliti akan menjelaskan isi media tersebut

kepada peserta penyuluhan. Setelah itu peserta akan diberikan post-test.

E. Langkah-langkah Kegiatan Penelitian

1. Persiapan Penelitian

Persiapan dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian. Adapun kegiatan

yang dilakukan peneliti, yaitu:

a. Pembuatan rancangan penelitian

Tahap ini terdiri dari penyusunan rencana penelitian baik

pendahuluan, kepustakaan, kerangka konsep, dan definisi operasional

serta metode penelitian yang dilator belakangi oleh ketidaktahuan ibu

mengenai ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Parigi kecamatan

Pondok Aren Tangerang selatan, sehingga diperlukan intervensi

penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan bagi pekerja.


b. Pemilihan media penyuluhan

Media penyuluhan yang digunakan adalah media leaflet.

Alasan pemilihan media ini adalah karena kelebihannya yaitu, leaflet

memiliki nilai praktis, informasi dalam leaflet diberikan secara garis

besar, mudah dibawa kemana-mana, mencakup banyak orang, biaya

lebih murah, dan dapat mempermudah pemahaman.

c. Tehnik Penyuluhan

Tehnik penyuluhan yang digunakan adalah penyuluhan dengan

metode ceramah dengan alat bantu berupa media penyuluhan yaitu,

leaflet. Pada saat penyuluhan dengan alat bantu akan diberikan

ceramah mengenai ASI eksklusif dengan runtutan kegiata sebagai

berikut: peserta diberikan soal pretest, setelah mengerjakan soal

peserta akan diberikan media. Media yang diberikan adalah leaflet,

setelah dijelaskan isi leaflet tersebut leaflet akan diambil kembali dan

peserta akan diberikan post test.

Sebelum melakukan penyuluhan, peneliti melakukan

perencanaan penyuluhan terlebih dahulu. Proses yang akan dilakukan

adalah menetukan tujuan, tujuan yang peneliti pilih adalah

meningkatkan pengetahuan ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas

Parigi Kecamatan Pondok Aren Tangerang Selatan Tahun 2017.

Setelah itu menentukkan sasaran, sasaran yang dipilih adalah ibu-ibu

yang sedang hamil. Selanjutnya adalah menentukan isi materi

penyuluhan, pemilihan isi materi disesuaikan dengan tujuan yaitu

meningkatkan
pengetahuan ASI eksklusif, sehingga materi yang dipilih akan

menyinggung persoalan ASI eksklusif.

Metode yang dipilih oleh peneliti adalah metode ceramah,

karena cocok untuk kelompok besar dan sasarannya untuk masyarakat

yang miliki pendidikan tinggi atau rendah. Pemilihan media telah

ditetapkan yaitu leaflet.

d. Permohonan Izin

Tahap permohonan izin penelitian ini dilakukan sebelum

dilakukannya penyuluhan dengan meminta izin kepada Puskesmas.

e. Uji validitas dan reabilitas

Sebelum melaksanakan penelitian, dilaksanakan uji validitas

dan reabilitas kuesioner penelitian yang akan digunakan. Uji kuesioner

ini dilakukan pada ibu-ibu hamil dan menyusui yang memiliki

karakteristik sama dengan ibu-ibu yang ada di kecamatan Pondok

Aren.

F. Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara terhadap

ibu-ibu di setiap posyandu dengan bantuan kuesioner. Data primer penelitian

berupa data karakteristik responden, data hasil pre test dan post test serta

untuk melihat perubahan pengetahuan. Sedangkan data sekunder didapatkan

dari sumber-sumber dan referensi lainnya.

G. Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian dilakukan melalui beberapa proses, yakni:


1. Editing, tahap ini merupakan kegiatan penyuntingan data yang telah

terkumpul dengan cara memeriksa kelengkapan data dan kesalahan dalam

pengisian kuesioner untuk memastikan data yang diperoleh telah lengkap

dapat dibaca denga baik, relevan, dan konsisten.

2. Coding, setelah melakukan proses editing kemudian dilakukan

pengkodean terhadap setiap variable sebelum diolah dengan computer,

yang bertujuan untuk memudahkan dalam melakukan analisa data. Data

yang di coding adalah data pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi

dan perubahan pengetahuan mengenai ASI eksklusif serta intervensi

penyuluhan dengan media leaflet.

3. Entry Data, tahap ini merupakan proses memasukan data dari kuesioner

ke dalam koputer untuk kemudian diolah dengan bantuan perangkat lunak

computer.

4. Cleaning, proses pengecekkan kembali dan pemeriksaan kesalahan pada

data yang sudah di entry untuk diperbaiki dan disesuaikan dengan data

yang telah dikumpulkan.

H. Tehnik Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan suatu analisis untuk mendeskripsikan

masing-masing variable yang diteliti. Analisis univariat bertujuan untuk

mendeskripsikan masing-masing variable yang ada dan menggambarkan

kondisi perubahan pengetahuan dari setiap pertanyaan yang ada pada

leaflet.
BAB V

HASIL

PENELITIAN

A. Karakteristik Sampel

Sampel pada penelitian ini terdiri dari 25 orang ibu hamil yang

diberikan perlakuan media leaflet. Gambaran karakteristik responden yang

meliputi umur, pendidikan, dan paritas yang dapat dilihat pada table 5.1

sebagai berikut;

Tabel 5.1
Karakteristik Ibu Hamil Berdasarkan Umur, Pendidikan, dan Paritas di
Wilayah Puskesmas Parigi Kecamatan Pondok Aren, Tanggerang
Selatan,
Tahun 2018
presentase
No Karakteristik jumlah ( ∑ ) (%)
1 Umur
18-23 6 24
24-29 10 40
30-35 7 28
36-41 1 4
42-44 1 4
Kelompok Umur
2
(mean=29)
<mean 16 64
≥ mean 9 36
3 Pendidikan
< SMA 12 48
≥ SMA 13 52
4 Paritas
nullipara 4 16
primipara 7 28
multipara 14 56
total 25 100
Berdasarkan tabel di atas, karakteristik ibu hamil menurut kelompok

umur dapat disimpulkan antara lain: ibu yang berumur dibawah 29 tahun

sebanyak 16 orang (64%) dan ibu yang berumur ≥29 tahun sebanyak 9 orang

(36%), berarti sebagian besar ibu hamil yang menjadi responden berumur

dibawah 29 tahun.

Berdasarkan status pendidikan dapat disimpulkan antara lain: ibu yang

berpendidikan rendah (<SMA) sebanyak 12 orang (48%) dan ibu yang

berpendidikan tinggi (≥SMA) sebanyak 13 orang (52%), berarti kebanyakan

ibu hamil yang menjadi responden memiliki pendidikan yang tinggi (≥SMA).

Berdasarkan paritas, ibu yang memiliki status nullipara sebanyak 4

orang (16%), primipara 7 orang (28%), dan multipara 14 orang (56%).

B. Gambaran Pengetahuan ASI Ekslusif Ibu Hamil Sebelum dan Sesudah

Penyuluhan, serta Selisih Perubahan Skor Permateri

Penelitian ini melihat pengetahuan ASI Eksklusif ibu dengan

memberikan 13 materi ASI Eksklusif berdasarkan rekomendasi Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan yang terdiri dari;pengertian ASI,

kandungan ASI, pengertian ASI Eksklusif, alasan mengunakan ASI Eksklusif,

capaian ASI Eksklusif, cara pemberian ASI, tips memperbanyak ASI,

pentingnya ASI bagi bayi, pentingnya ASI bagi ibu, cara pemberian ASI bagi

ibu yang bekerja, cara penyimpanan ASI, peran keluarga, dan peran petugas

ASI.

Berikut akan disajikan tabel 5.2 yang berisikan gambaran pengetahuan

ibu terhadap ASI Ekskusif sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan;


Tabel 5.2
Gambaran Pengetahuan ASI Eksklusif Ibu Hamil Sebelum Penyuluhan
serta Selisih Skor Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Parigi, Tangerang
Selatan Tahun 2018

Jumlah Jumlah Selisih


Jawaban Jawaban jumlah
Benar pada Benar jawaban
Pre test Pada Post benar Perubahan
No Pertanyaan
test sebelum Pengetahuan
n % n % dan
sesudah
penyuluhan

1 Apa yang dimaksud 12 48 24 96 12 Meningkat


dengan ASI eksklusif?
2 Kapan seorang bayi 16 64 23 92 7 Meningkat
harus diberikan ASI
pertamanya?
3 Bagaimankah cara 7 28 24 96 17 Meningkat
memperbanyak ASI?
4 Apakah pemberian 25 100 23 92 -2 Menurun
ASI penting bagi
bayi?
5 Manfaat apa saja yang 13 52 25 100 12 Meningkat
didapat dari pemberian
ASI?
6 Apa saja kandungan 9 36 25 100 16 Meningkat
yang terdapat dalam
ASI?
7 Apa keunggulan bayi 18 72 23 92 5 Meningkat
yang diberikan ASI
eksklusif
dibandingkan dengan
bayi yang tidak
diberikan ASI
eksklusif?
8 Apakah memberikan 24 96 24 96 0 Tetap
ASI eksklsuif
memberikan manfaat
untuk ibu?
9 Manfaat apa yang 14 56 23 92 9 Meningkat
didapat oleh ibu?
10 Berapa usia bayi yang 22 88 25 100 3 Meningkat
tepat untuk diberikan
makanan pengganti
ASI?
11 Apakah bayi berusia 13 52 25 100 12 Meningkat
0-6 bulan dapat
mengganti ASI dengan
makanan pendamping
ASI?
12 Menurut ibu, mana 23 92 20 80 -3 Menurun
yang lebih baik ASI
atau PASI untuk anak
usia 0-6 bulan?
13 Apakah kelebihan ASI 13 52 24 96 11 Meningkat
daripada PASI
14 Frekuensi yang tepat 12 48 18 72 6 Meningkat
dalam menyusui
berapa kali sehari?
15 Berapa lama ASI 9 36 25 100 16 Meningkat
perah dapat bertahan
bila tidak dimasukkan
ke dalam kulkas?
Berdasarkan tabel 5.2 terdapat 12 pertanyaan yang meningkat, 3 pertanyaan

yang meningkat paling tinggi adalah pertanyaan mengenai “bagaimana cara

memperbanyak ASI?”, “Apa saja kandungan yang terdapat dalam ASI?”, dan

“Berapa lama ASI perah dapat bertahan bila tidak dimasukkan ke dalam kulkas?”.

Selain itu terdapat 2 pertanyaan yang menurun, yaitu mengenai “Apakah pemberian

ASI penting Bagi Bayi?” dan “Menurut ibu, mana yang lebih baik ASI atau PASI

untuk anak usia 0-6 bulan?”. Dan terdapat pula pertanyaan yang memiliki nilai yang

tetap, yaitu mengenai “Apakah memberikan ASI eksklsuif memberikan manfaat

untuk ibu?”.

Dilihat dari perubahan pengetahuan ibu hamil, sebelum diberikan penyuluhan,

pertanyaan yang paling banyak tidak diketahui oleh ibu hamil adalah tentang

“Bagaimana cara memperbanyak ASI?”, yaitu sebanyak 72% ibu hamil menjawab
salah. Hal ini bia terjadi karena kurangnya sosialisasi kepada ibu bagaimana cara

memperbanyak ASI. Sedangkan pengetahuan yang paling banyak diketahui adalah

tentang “apakah pemberian ASI penting bagi bayi?”, yaitu sebanyak 100%. Semua

ibu mengetahui bahwa ASI adalah hal yang paling baik untuk bayi.

Dari 15 pertanyaan terdapat 12 pertanyaan yang mengalami peningkatan.

Berikut pertanyaan yang mayoritas sudah diketahui oleh ibu dan mengalami

peningkatan “Apa keunggulan bayi yang diberikan ASI eksklusif dibandingkan

dengan bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif?” sebanyak 72% meningkat menjadi

92%, “Berapa usia bayi yang tepat untuk diberikan makanan pengganti ASI?”

sebanyak 88% meningkat menjadi 100%. Dengan begitu sebelum diberikannya

leaflet ibu hamil sudah mengetahui mengenai materi tersebut terlebih dahulu. Dan

ketika diberikan leaflet semakin banyak ibu yang mengalami peningkatan.

Begitupun dengan pertanyaan yang mayoritas tidak dikuasai oleh ibu juga

mengalami peningkatan yakni pada petanyaan “bagaimana cara memperbanyak

ASI?” sebanyak 28% menjadi 96%, “apa saja kandungan yang terdapat dalam ASI?”

sebanyak 36% menjadi 100%, “berapa lama ASI perah dapat bertahan bila tidak

dimasukkan ke dalam kulkas?” sebanyak 36% menjadi 100%, “apa yang dimaksud

dengan ASI eksklusif?” sebanyak 48% menjadi 96%, “frekuensi yang tepat dalam

memberikan ASI berapa kali sehari? 48% menjadi 72%, “manfaat apa saja yang di

dapat dari pemberian ASI?” sebanyak 52% menjadi 100%, “Apakah bayi berusia 0-6

bulan dapat mengganti ASI dengan makanan pendamping ASI?” sebanyak 52%

menjadi 100%, “apakah kelebihan ASI daripada PASI?” sebanyak 52% menjadi 96%,

“manfaat apa yang di dapat oleh ibu?” sebanyak 56% menjadi 92%, “kapan seorang
bayi harus diberikan ASI pertamanya?” sebanyak 64% menjadi 92%. Hal ini

menunjukkan bahwa leaflet yang diberikan kepada ibu hamil dapat memberikan

peningkatan pengetahuan ibu hamil.


BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian,

antara lain:

1. Penelitian ini menggunakan desain studi quasi eksperimen dimana desain

ini tidak memiliki pembatasan yang ketat terhadap randomisasi

(Notoatmodjo, 2010) oleh karena itu desain penelitian ini tidak dapat

mengontrol secara utuh variable-variabel luar yang mempengaruhi

pelaksanaan eksperimen, karena desain studi ini tidak lebih baik dari

desain studi true experiment yang dapat mengontrol variable dengan

randomisasi sampling dan hanya one group only tetapi diberikan pretest

dan post test untuk mengukur perubahan yang terjadi.

2. Dalam beberapa kasus terdapat responden yang malas mengisi kuesioner

sehingga terdapat beberapa responden yang memiliki penurunan skor

pengetahuan. Sama halnya dengan ibu hamil yang sudah memiliki anak

sebelumnya dan membawa anaknya pada saat pemberian kuesioner

membuat ibu kewalahan menjaga anak sehingga mengisi kuesioner

dengan terburu-buru.
B. Karakteristik ibu hamil

Pada penelitian ini karakteristik responden yang akan dibahas hanya

mengenai umur, pendidikan dan paritas ibu. Dari hasil penelitian didapat

bahwa ibu yang berumur dibawah 29 tahun sebanyak 16 orang (64%) dan ibu

yang berumur ≥29 tahun sebanyak 9 orang (36%), berarti sebagian besar ibu

hamil yang menjadi responden berumur dibawah 29 tahun. Dimana pada usia

tersebut wanita dikatakan memasuki kategori masa dewasa awal, individu

mulai dapat merencanakan atau membuat hipotesis tentang masalah-masalah

mereka, pemikiran lebih realistis, bertanggung jawab, menerima perbedaan

pendapat, dan melibatkan intelektualitas pada situasi yang memiliki

konsekuensi besar dalam tujuan jangka panjang, seperti pencapaian karir dan

pengetahuan. Selain itu, kemampuan kognitif semakin meningkat pada

dewasa awal ini (Hurlock, 1999).

Berdasarkan tingkat pendidikan, ibu yang berpendidikan rendah

(<SMA) sebanyak 12 orang (48%) dan ibu yang berpendidikan tinggi

(≥SMA) sebanyak 13 orang (52%), berarti kebanyakan ibu hamil yang

menjadi responden memiliki pendidikan yang tinggi (≥SMA). Pendidikan

mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin

mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi

maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari

orang lain maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk

semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan

seseorang dengan
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Sama halnya dengan pendapat Notoatmodjo (2003) konsep

dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang didalam pendidikan itu

terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih

baik dan lebih matang pada individu, suatu kelompok masyarakat.

Berdasarkan paritas dapat disimpulkan bahwa ibu yang memiliki

status nullipara sebanyak 4 orang (16%), ibu yang memiliki status primipara

sebanyak 7 orang (28%), dan ibu yang memiliki status multipara sebanyak 14

orang (56%). Berarti kebanyakan ibu hamil yang menjadi responden memiliki

status multipara. Dalam pengetahuan ASI eksklusif paritas merupakan suatu

pengalaman. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa

lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama

bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang

merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang

bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya (Notoatmodjo, 2007).


C. Gambaran Perubahan Pengetahuan ASI Eksklusif Ibu Hamil Sebelum

dan Sesudah Penyuluhan

Dari hasil yang telah dijabarkan di atas pertanyaan yang mengalami

peningkatan sesuai dengan penelitian Notoatmodjo (2007), seseorang terpapar

informasi mengenai suatu topik tertentu akan memiliki pengetahuan yang

lebih banyak daripada yang tidak terpapar informasi. Brown (1973)

mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap evektivitas pembelajaran

(Kholid, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa Pendidikan kesehatan sangat

berpengaruh terhadap pengetahuan, dimana telah terjadi perubahan

pengetahuan seperti yang diharapkan yaitu dari tidak tahu menjadi tahu. Hasil

ini juga di dukung oleh Beker, Wilson, Nodsrtom, Lagwan (2007) bahwa ada

pengaruh yang bermakna dari Pendidikan kesehatan dengan menggunakan

leaflet terhadap peningkatan pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh dari

Pendidikan kesehatan berdampak positif dalam perubahan perilaku akibat

proses belajar, karna belajar adalah proses belajar dari tidak tahu menjadi tahu

(Mandesa, Dkk, 2014).

Salah satu media yang digunakan pada penelitian ini adalah media

leaflet. Leaflet digunakan sebagai media di dalam pelaksanaan promosi

kesehatan diantaranya yaitu dapat mempermudah penyampaian informasi,

dapat menghindari kesalahan persepsi dan memperlancar komunikasi

sehingga dapat meningkatkan pengetahuan secara maksimal (Notoatmodjo,

2005).
Pemberian informasi dalam bentuk leaflet ternyata mampu meningkatkan

pengetahuan ibu hamil tentang IMD dan ASI Eksklusif. Hal ini sesuai dengan

penelitian Supardi (2002) yang dikutip oleh Sri (2009) yang membuktikan

bahwa adanya pengaruh metode ceramah dan pemberian leaflet terhadap

peningkatan pengetahuan ibu tentang pengobatan sendiri. Seperti penelitian

yang dilakukan oleh Syamsiyah (2013) bahwa adanya pengaruh pemberian

media leaflet terhadap perubahan pengetahuan mengenai ASI eksklusif pada

ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Pengetahuan ibu menyusui

tentang ASI eksklusif setelah diberi leaflet ASI eksklusif lebih baik dari

pengetahuan sebelum mendapatkan leaflet ASI eksklusif (Muslikha, 2011).

Dapat disimpulkan bahwa leaflet ‘sayang bayi, beri ASI!’ dapat menaikkan

pengetahuan ibu karena 12 dari 15 pertanyaan mengalami peningkatan.

Selain itu, terdapat juga pertanyaan yang tetap tidak mengalami

peningkatan maupun penurunan, sama hal nya dengan pertanyaan yang sudah

mayoritas diketahui oleh ibu dan mengalami peningkatan. Ini bisa terjadi

karena peneliti tidak memanipulasi dengan ketat hal-hal yang dapat

mempengaruhi pengetahuan. Hal-hal dasar seperti manfaat ASI yang

dirasakan oleh ibu dan bayi dan usia yang tepat untuk memberika PASI sudah

banyak diberitahukan seperti pada iklan layanan masyarakat oleh kementrian

kesehatan yang berada di televisi maupun radio. Namun seperti cara

memperbanyak ASI, kandungan ASI dan cara menyimpan ASI perah masih

jarang disosialisasikan. Sehingga ketika materi ini disampaikan kepada ibu

hamil, yang awalnya materi


tersebut tidak dikuasai oleh ibu mengalami peningkatan hampir seluruh dari

responden yang menjawab benar.

Dan ada juga pertanyaan yang mengalami penurunan, yaitu mengenai

“apakah pemberian ASI penting bagi bayi?” sebanyak 100% menjadi 92% dan

mengenai “Menurut ibu, mana yang lebih baik ASI atau PASI untuk anak usia

0-6 bulan?” sebanyak 92% menjadi 80%. Walaupun terdapat dua pertanyaan

yang mengalami penurunan hal ini tidak sebanding dengan peningkatan

pengetahuan pada materi-materi lainnya. Keefektivitasan penyuluhan

ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain faktor penyuluh, faktor sasaran,

dan faktor proses dalam penyuluhan. Karena penyuluh dan proses dalam

penyuluhan responden sama, maka faktor yang menentukan dalam penelitian

ini adalah faktor sasaran antara lain tingkat sosial ekonomi terlalu rendah

sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena

lebih memikirkan kebutuhan yang lebih mendesak dan kepercayaan dan adat

kebiasaan yang telah tertanam sehingga sulit untuk mengubahnya

(Notoatmodjo, 2007). Penyampaian dari peneliti yang kurang dimengerti oleh

peserta penyuluhan juga menjadi faktor dalam mempengaruhinya pemberian

informasi, sehingga membuat peserta bingung dan membuat penurunan skor

pengetahuan. Dengan penurunannya skor bisa menjadi masukkan untuk

memperbaiki cara penyampaian informasi kepada ibu atau memperbaiki

leaflet sehingga lebih mudah dipahami atau dapat menarik perhatian leih

dikalangan ibu hamil.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Presentase karakteristik responden berdasarkan umur yaitu ibu hamil yang

berumur <29 tahun sebanyak 16 orang (64%) dan ibu yang berumur ≥29

tahun sebanyak 9 orang (36%).

2. Presentase karakteristik responden berdasarkan tingkat Pendidikan yaitu

ibu hamil yang berpendidikan rendah (<SMA) sebanyak 12 orang (48%)

dan yang memiliki pendidikan tinggi (≥SMA) sebanyak 13 orang (52%).

3. Presentase karakteristik responden berdasarkan paritas yaitu, ibu yang

memiliki status nullipara sebanyak 4 orang (16%), primipara 7 orang

(28%), dan multipara 14 orang (56%).

4. Materi mengenai keunggulan bayi yang diberikan ASI eksklusif dan usia

bayi yang pas untuk diberikan PASI mayoritas diketahui oleh ibu dan

mengalami peningkatan setelah diberikan penyuluhan

5. Materi yang tidak dikuasai oleh ibu namun mengalami peningkatan yang

cukup banyak setelah penyuluhan adalah cara memperbanyak ASI,

kandungan ASI, dan ketahanan penyimpanan ASI perah.

6. Materi yang mengalami penurunan adalah mengenai pentingnya

pemberian ASI dan ASI dan PASI sesuai kebutuhan bayi.


B. Saran

1. Agar pihak puskesmas dapat melanjutkan menggunakan media leaflet

pada saat melakukan penyuluhan, karena dari pengambilan data yang

sesaat menggunakan leaflet dapat mempengaruhi pengetahuan ibu hamil

mengenai ASI EKsklusif dan akan lebih bagus lagi apabila dilakukan lebih

sering maka hasilnya akan lebih baik lagi.

2. Media leaflet tidak hanya dapat digunakan pada saat penyuluhan saja,

dapat digunakan pada pelayanan antenatal di puskesmas atau pada saat

acara- acara diluar puskesmas.

3. Menggerakan petugas puskesmas untuk memproduksi dan

mendistribusikan media leaflet atau media lainnya yang dapat

meningkatkan pengetahuan ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Parigi.

4. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai ASI eksklusif dan pengaruh

media terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, perilaku ataupun intensi

ibu hamil dalam pemberian ASI eksklsuif.

5. Mensosialisasikan materi mengenai pentingnya ASI dan pemberian PASI

pada waktu yang tepat agar ibu semakin mengetahui dengan benar yang

baik untuk bayi.


Daftar Pustaka

Afiffathatin, Elisti. 2015. Evaluasi Pengetahuan Ibu-ibuPKK tentang Penyakit ISPA

Sebelum dan Sesudah Diberi Evaluasi dengan Cerasmah dan Leaflet di

Kabupaten Grobogan. Skripsi Thesis. Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Angina, Martina Perangin. 2013. Efektivitas Promosi Kesehatan dengan Media Video

dan Booklet terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang IMD dan ASI

Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013.

Tesis. Universitas Sumatera Utara.

Anitah, Sri. 2010. Media Pembelajaran. Surabaya:Yuma Pustaka.

Azwar, azrul, 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Tangerang Selatan: Bina

Rupa Aksara

Azwar, Saifudin. 2003. Sikap Manusia Teori Skala dan Pengukurannya. Jakarta:

Pustaka Pelajar

Bland, Michael dkk. 2001. Hubungan Media yang Efektif. Jakarta: Penerbit Erlangga

Bowden, Jan dan Manning Vicky. 2011. Promosi Kesehatan dalam Kebidanan Prinsip

dan Praktik (edisi 2). Jakarta: EGC.

Colman, A.M. 2014. Oxford: Dictionary of Psychology. United Kingdom: Oxford

University Press.

Dirjen PPM dan PL. 2003. Panduan Penggunaan Media Penyuluhan. Jakarta.

Depertemen Kesehatan RI.

Effendi, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2.

Jakarta: EGC
Fahrudin, Dedi dan Raihana, Nadra Alkaff. 2014. Komunikasi Informasi dan Edukasi

Kesehatan. Jakarta : UIN PRESS.

Farelya, gita dan Nurrobikha. 2015. Etikolegal dalam Pelayanan Kebidanan.

Yogyakarta: Deepublish.

Firiah, Maria. 2018. Komunikasi Pemasaran melalui Desain Visual. Yogyakarta:

Deepublish

Fitriani, Arifah. 2013. Pengaruh Intervensi Penyuluhan Menggunakan Media Leaflet

Terhadap Perubahan Pengetahuan mengenai Potensi Bahaya Dermatitis

Kontak dan Pencegahannya Pada Pekerja Cleaning Service UIN Syarif

Hiodayatullah Jakarta. Tangerang Selatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Fitriani, Furi Kamalia. 2015. Pengaruh Penyuluhan Media Lembar Balik Gizi

Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang di Puskesmas

Pamulang, Tangerang Selatan. Tangerang Selatan. UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Gizi Kemenkes RI. 2015. Kesehatan Dalam Kerangka Sustainable Development

Goals (Sdgs). Jakarta: Direktorat Jendral Bina Gizi KIA. Diakses di

http://www.pusat2.litbang.depkes.go.id/pusat2_v1/wp-

content/uploads/2015/12/SDGs-Ditjen-BGKIA.pdf

Gupta, Arun dan Shoba Suri. 2016. Has Your Nation Done Enough to Bridge the

Gaps? 84 Country Report on Srarus and Progress of Implementation of the

Global Strategy for Infant and young Child Feeding 2008-2016. IBFAN ASIA
Hakim, R. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif

pada Bayi 6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Nabire Kota Kabupaten

Nabire Tahun 2012. Depok: FKM UI.

Handayaningrat, Soewarno. 1994. Pengantar Ilmu Administrasi dan Manajemen.

Jakarta: CV Haji Masagung.

Handoko. T. Hani. 2000. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi 2.

Yogyakarta: BPFE

Hurlock EB, 1991. Psikologi Remaja : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan (terjemahan) Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga.

ICSU, ISSC. 2015. Review of the Sustainable Development Goals: The Science

Perspective. Paris: International Council for Science (ICSU).

Juliastuti, Rany. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Status Pekerjaan Ibu, dan

Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini dengan Pemberian ASI Eksklusif.

Surakarta: Program Pasca Sarjana Univeristas Sebelas Maret

Kanta, Desly Ahdi. 2013. Pengaruh Media POP UP BOOK Terhadap Peningkatan

Pengetahuan dan Intensi ASI Eksklusif Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan

Pesanggrahan Jakarta Selatan.

Kementrian Kesehatan RI. 1995. Modul Manajemen Laktasi. Jakarta: Direktorat

Jendral Pelayanan Medik.

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. Infodatin Pusat

dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.


Kementrian Kesehatan RI. 2014. Acara Puncak Pekan ASI Sedunia (PAS) Tahun 2014.

Diakses pada tanggal 3 September 2015 di http://gizi.depkes.go.id/acara-puncak-

pekan-asi-sedunia-tahun-2014

Kemenkes RI. 2015. Kesehatan Dalam Kerangka Sustainable Development Goals

(SDG’s). Jakarta: Direktorat Jendral Bina Gizi KIA. Diakses di

http://www.pusat2.litbang.depkes.go.id/pusat2_v1/wp-content/uploads/2015/12/SDGs-

Ditjen-BGKIA.pdf

Kementrian Kesehatan RI. 2016. Pedoman Pekan ASI Sedunia (PAS) Tahun 2016.

Diakses pada tanggal 30 Januari 2017 di

http://www.diskes.baliprov.go.id/files/subdomain/diskes/Agustus%202016/Ped

oman_PAS_2016.pdf.

Kholid, Ahmad. 2014. Promosi Kesehatan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaruan

Lucie, Setiana. 2005. Tehnik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta:

Pustaka Pelajar.

Mandesa EM, Sarimin DS, Ismanto AY. 2014. Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Terhadap Pengetahuan dan Sikap Orang Tua Tentang Kejadian Ikutan Paska

Imunisasi (KIPI). Ejournal Keperawatan (e-Kp)

Maulana, Hery D.J. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC

Maulana, Hery D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC

Merdhika, Widha Ayu Rima, dkk. 2014. Pengaruh Penyuluhan Asi Eksklusif Terhadap

Pengetahuan Ibu Tentang Asi Eksklusif Dan Sikap Ibu Menyusui Di Kecamatan
Kanigoro Kabupaten Blitar. Teknologi Dan Kejuruan, VOL. 37, NO. 1,

PEBRUARI 2014:6572. Universitas Negeri Malang

Monika, F.B. 2014. Buku Pintar ASI dan Menyusui. Jakarta: Noura Books

Mulyana. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Rosdakarya

Munawaroh, Siti dan Sulistyorini, Anik. 2010. Efektifitas metode ceramah dan leaflet

dalam peningkatan pengetahuan remaja tentang seks bebas di SMA negeri

Ngrayun. Diakses melalui httb://lib.umpo.ac.id/gdl/files/disk1/4/jkptumpo-gdl-

sitimunawa-174-1-efektifitas.pdf. pada tanggal 18 Januari 2017 pukul 07.40

WIB

Muslikha, Purniati dan Purwanti, Sugi. 2011. Peran Leaflet Asi Ekslusif Terhadap

Pengetahuan Ibu Tentang Asi Ekslusif Dan Motivasi Untuk Menyusui Secara

Ekslusif Di Bps Ny. Djuwedah Kebasen Kabupaten Banyumas. Jurnal Ilmiah

kebidanan, Vol. 2 No.1 edisi juni 2011. Bidan Prada.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:

Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka

Cipta
Nurazizaturrahmah. 2013. Perbedaan Pengetahuan antara Sebelum dan Sesudah

Intervensi Penyuluhan Menggunakan Media Leaflet tentang Penyebab

Dermatitis dan Pencegahannya pada Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu di

Ciputat Timur Tahun 2013. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

Nursalam. 2001. Pendekatan Praktis metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: CV

Sagung Seto

Pratiwi, Desi Eka dan Mulyani. 2013. Penerapan Media Papan Balik (Flipchart)

Pada Pembelajaran Tematik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah

Dasar. FIP Universitas Negeri Surabaya. JPGSD Volume 01 Nomor 02 Tahun

2013, 0-

216

Prasetyawati. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Milleniun Development

Goals (MDGs). Surakarta : Nuha Medika

Republik Indonesia. 2012. Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar Gizi Dalam Rangka

Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Jakarta; Republik Indonesia

Rollins NC, Bhandari N, Hajeebhoy N, Horton S, Lutter CK, Martines JC, Piwoz EG,

Richter LM, Victora CG, on behalf of the Lancet Breastfeeding Series Group.

2016. Why invest, and what it will take to improve breastfeeding practices?.

Lancet 2016; 387: 491-504.

Rustan, Surianto, 2010. Huruf Font Tipografi, Jakarta: P.T Gramedia Pustaka Utama.

Sadiman, Arif dkk. 2008. Media Pendidikan. Jakarta:PT Grafindo Persada.

Sarwono, W. Sarlito, 2004. Psikologi remaja. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.


Simamora, Raymond H. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sri, Lestari. 2009. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu yang Memiliki Bayi usia 0-

12 Bulan Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Kelurahan Bagan Deli

Kecamatan Medan Belawan Tahun 2009. Skripsi, FKM USU, Medan

Suhertusi, Binarni, dkk. 2015. Pengaruh Media Promosi Kesehatan tentang ASI

Eksklusif terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas

Lubuk Begalung Padang Tahun 2014. Vol 4 No. 1. Universitas Andalas

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Kesehatan. Jakarta: EGC

Surbakti, DRS EB. 2008. Awas Tayangan Televisi Tayangan Misteri dan Kekerasan

Mengancam Anak Anda. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Susilana, Rudi, Cepi Riyana. 2009. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima

Syamsiyah, Nur. 2015. Pengaruh Media Leaflet terhadap Perubahan Pengetahuan

dan Intensi pemberian ASI EKsklsuif pada Ibu Hamil di Wilayah Puskesmas

Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013. Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Swarjana, I Ketut. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.

Triadi, Dendy dan Addy Sukma Bharata. 2010. Ayo Bikin Iklan! Memahami Teori dan

Praktek Iklan Media Lini Bawah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

UNICEF. 2013. Improving Child Nutrition: The Achievable Imperative For Global

Press. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2015 di

http://www.unicef.org/nutrition/files/Nutrition_Report_final_lo_res_8_April.pd

f
Victora CG, Bahl R, Barros AJD, Franca GVA, Horton S, Krasevec J, Murch S, Sankar

MJ, Walker N, Rollins NC, for the Lancet Breastfeeding Series Group. 2016.

Breastfeeding in the 21st century: epidemiology, mechanisms, and lifelong effect.

Lancet 2016; 387: 475-90

Vyronica, Riska, dkk. 2012. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI

Eksklusif Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan di Wilayah

Kerja Puskesmas Manyaran Semarang. STIKES Telogorejo Semarang.

Wiroatmojo, Piran. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: LAN


LAMPIRAN
Lampiran 1

PERSETUJUAN INFORMAN PENELITIAN

Kegiatan ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Peminatan

Promosi Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Judul dari penelitian ini adalah Gambaran Perubahan Pengetahuan

tentang ASI Eksklusif pada Ibu Hamil antara Sebelum dan Sesudah Penyuluhan

di Puskesmas Parigi, Kecamatan Pondok Aren Tahun 2018. Oleh karena itu, kami

berharap Ibu bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.

Saya mengerti sepenuhnya resiko dan manfaat dari keikut sertaan saya pada

penelitian ini dan menyatakan setuju untuk ikut serta sebagai peserta penelitian.

Nama Informan :

Tanggal Penelitian :

Nama Peneliti : Unique Gita Claudia


Lampiran 2

Soal pre test

KUESIONER PENGETAHUAN ASI EKSKLUSIF IBU HAMIL PUSKESMAS


PARIGI KECAMATAN PONDOK AREN TAHUN 2018

Soal pre test


Identitas Responden
1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur :
4. Pendidikan terakhir
a. Tidak Sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. PT
5. Jumlah anak lahir hidup:
Pengetahuan
1. Apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif?
a. Makanan alamiah bagi bayi sampai usia 2 tahun
b. Pemberian ASI ditambah susu formula sampai usia 6 bulan
c. Pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain atau makanan padat
sampai usia 0-6 bulan
d. Pemberian ASI ditambah susu formula dan makanan padat sampai usia 2
tahun
2. Menurut ibu kapan seorang bayi harus diberikan ASI pertamanya?
a. Segera setelah bayi lahir atau maksimal 1 jam setelah lahir
b. Menunggu ibu untuk benar-benar siap memberikan ASI
c. Setelah bayi diberikan susu formula untuk latihan menghisap, barulah
diberikan ASI pertama
d. Menunggu bayi menangis terus karena kelaparan
3. Bagaimana kah cara memperbanyak ASI?
a. Sering-sering menyusui bayi
b. Kosongkan payudara setelah bayi selesai menyusui
c. Ibu harus mengkonsumsi makanan bergizi
d. Emua jawaban benar
4. Menurut ibu, apakah pemberian ASI penting bagi bayi?
a. Penting
b. Tidak penting
5. Manfaat apa saja yang didapat dari pemberian ASI?
a. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi
b. Pertumbuhan otak sehingga bayi berpotensi lebih pandai
c. Pertumbuhan rahang menjadi optimal
d. Semua jawaban benar
6. Menurut ibu apa saja kandungan yang terdapat dalam ASI?
a. Zat kekebalan tubuh
b. Zat gizi
c. Zat anti infeksi
d. Semua jawaban benar
7. Menurut ibu apa keunggulan bayi yang diberikan ASI eksklusif dibandingkan
dengan bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif
a. ASI eksklusif membuat anak cerdas dan mandiri
b. ASI eksklusif dapat menghindari bayi dari obesitas
c. Jawaban A dan B benar
d. Jawaban A benar
8. Apakah memberikan ASI eksklusif memberikan manfaat untuk ibu?
a. Ya
b. Tidak
9. Manfaat apa yang didapat oleh ibu?
a. Lebih cepat langsing kembali
b. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan
c. Lebih ekonomis dan murah
d. Semua jawaban benar
10. Menurut ibu berapa usia bayi yang tepat untuk diberikan makanan pengganti
ASI?
a. 1 bulan
b. 3 bulan
c. 4 bulan
d. 6 bulan
11. Menurut ibu apakah bayi berusia 0-6 bulan dapat mengganti ASI dengan
makanan Pendamping ASI (PASI)?
a. Ya
b. Tidak
12. Menurut ibu mana yang lebih baik, ASI atau PASI untuk anak usia 0-6 bulan?
a. ASI
b. PASI
13. Untuk bayi usia 0-6 bulan apakah kelebihan ASI daripada PASI?
a. Kandungan nutrisi ASI lebih baik
b. ASI praktis dan tidak memerlukan biaya
c. ASI dapat mempererat tali kasih sayang ibu dan anak
d. Semua jawaban benar
14. Menurut ibu frekuensi yang tepat dalam menyusui berapa kali?
a. 1 kali
b. Sesering mungkin
c. 3-5 kali sehari
d. Setiap kali bayi menangis
15. Berapa lama ASI perah dapat bertahan bila tidak dimasukkan dalam kulkas?
a. 6-8 jam
b. 30 menit
c. 24 jam
d. < 5 menit
Lampiran 3

Leaflet
Lampiran 4

Output

A. Karakteristik Sampel
Karakteristik Sampel Kelompok Perlakuan

Statistics

usia pendidikan_ter jumlah_anak_la


a khir hir_hidup_parit
as
Valid 25 25 25
N
Missing 0 0 0
Mean 28.56 3.36 1.52
Median 29.00 4.00 2.00
Std. Deviation 5.774 .907 .963
Minimum 20 1 0
Maximum 44 5 4
Sum 714 84 38

usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

20 1 4.0 4.0 4.0


21 2 8.0 8.0 12.0

22 2 8.0 8.0 20.0

23 1 4.0 4.0 24.0

25 1 4.0 4.0 28.0

Valid 26 1 4.0 4.0 32.0

27 4 16.0 16.0 48.0

29 4 16.0 16.0 64.0

30 1 4.0 4.0 68.0

31 2 8.0 8.0 76.0


32 1 4.0 4.0 80.0
34 1 4.0 4.0 84.0
35 2 8.0 8.0 92.0

38 1 4.0 4.0 96.0

44 1 4.0 4.0 100.0


Total 25 100.0 100.0

pendidikan_terakhir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

tidak sekolah 1 4.0 4.0 4.0


SD 3 12.0 12.0 16.0
SMP
Valid 8 32.0 32.0 48.0
SMA
12 48.0 48.0 96.0
PT
1 4.0 4.0 100.0
Total
25 100.0 100.0

jumlah_anak_lahir_hidup_paritas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 4 16.0 16.0 16.0


1 7 28.0 28.0 44.0
2
Valid 12 48.0 48.0 92.0
3
1 4.0 4.0 96.0
4
1 4.0 4.0 100.0
Total
25 100.0 100.0

Kelompok jumlah anak lahir hidup

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
1.00 4 16.0 16.0 16.0
Valid 2.00 21 84.0 84.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

pendidikan terakhir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

1.00 4 16.0 16.0 16.0


Valid 2.00 21 84.0 84.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

Kelompok control

Statistics

UMUR PENDIDIKAN_T JUMLAH_ANAK


ERAKHIR
Valid 25 25 25
N
Missing 0 0 0
Mean 28.72 8.88 1.24
Median 28.00 4.00 1.00
Std. Deviation 6.161 12.149 .879
Variance 37.960 147.610 .773
Minimum 18 2 0
Maximum 42 44 3
Sum 718 222 31

UMUR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

18 1 4.0 4.0 4.0


Valid 21 1 4.0 4.0 8.0
22 1 4.0 4.0 12.0
23 2 8.0 8.0 20.0
24 2 8.0 8.0 28.0

25 2 8.0 8.0 36.0

26 2 8.0 8.0 44.0

27 1 4.0 4.0 48.0

28 1 4.0 4.0 52.0

29 1 4.0 4.0 56.0

30 3 12.0 12.0 68.0

31 2 8.0 8.0 76.0

34 1 4.0 4.0 80.0


35 2 8.0 8.0 88.0

38 1 4.0 4.0 92.0

41 1 4.0 4.0 96.0

42 1 4.0 4.0 100.0


Total 25 100.0 100.0

PENDIDIKAN_TERAKHIR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

SD 2 8.0 8.0 8.0


SMP 4 16.0 16.0 24.0

SMA 12 48.0 48.0 72.0


Valid PT 3 12.0 12.0 84.0

33 3 12.0 12.0 96.0

44 1 4.0 4.0 100.0


Total 25 100.0 100.0

JUMLAH_ANAK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 6 24.0 24.0 24.0


Valid
1 8 32.0 32.0 56.0
2 10 40.0 40.0 96.0
3 1 4.0 4.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

KELOMPOK UMUR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

1.00 3 12.0 12.0 12.0


2.00 9 36.0 36.0 48.0
3.00
Valid 7 28.0 28.0 76.0
4.00
3 12.0 12.0 88.0
5.00
3 12.0 12.0 100.0
Total
25 100.0 100.0

PENDIDIKAN TERAKHIR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

1.00 9 36.0 36.0 36.0


Valid 2.00 16 64.0 64.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

JUMLAH ANAK LAHIR HIDUP

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

1.00 6 24.0 24.0 24.0


Valid 2.00 19 76.0 76.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

Anda mungkin juga menyukai